A DENGAN DHF
DI IGD MAYAPADA HOSPITAL
JAKARTA SELATAN
Disusun Oleh:
A. LATAR BELAKANG
Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ) atau biasa yang dikenal dengan Demam
Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan penyakit infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus, genus
flavivirus, famili flaviviridae. DBD dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk dari
genus Aedes, terutama Aedes aegypti, atau Aedes albopictus. Penyakit DBD
biasanya muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh manusia
diberbagai kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan
dan perilaku masyarakat. (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Virus dengue (DEN) terdiri dari empat serotipe yang berbeda (DEN-1, DEN-2,
DEN-3 dan DEN-4) yang termasuk dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae.
Genotipe yang berbeda telah diidentifikasi dalam setiap serotipe, menyoroti
keragaman genetik yang luas dari serotipe dengue. Di antara mereka, genotipe
“Asia” dari DEN-2 dan DEN-3 sering dikaitkan dengan penyakit berat yang
menyertai infeksi dengue sekunder. (WHO, 2014)
Bentuk klasik dari Demam Berdarah Dengue ( DBD ) diawali dengan demam
mendadak tinggi, berlangsung 2-7 hari. Pada hari ke-3 mulai terjadi penurunan
suhu namun perlu hati-hati karena dapat sebagai awal syok. Fase kritis mulai
terjadi pada hari ke 3-5. DBD dapat disertai dengan muka kemerahan, dapat juga
terjadi keluhan sakit kepala, nyeri otot, tulang, sendi dan juga sering ditemukan
mual dan muntah. (Arsin, 2013)
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic
fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia,
ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrome renjatan dengue
(dengue shock syndrome) adal demam berdarah dengue yang ditandai oleh
renjatan/syok (Nurarif & Hardhi, 2015).
Demam Dengue/DF adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfa denopati, trombositipenia dan diathesis haemorragik
(Sudoyo, 2011).
Demam dengue adalah penyakit virus didaerah tropis dengan infeksi, eruksi,
demam, ditularkan oleh, nyamuk aedes dan ditandai dengan nyeri hebat
dikepala, mata, otot, dan sendi, sakit tenggorokan, serta kadang-kadang di sertai
eruksi kulit dan bengkak nyeri pada bagian yang terkena (Dorland,2008)
B. ETIOLOGI
Demam dengue adalah contoh dari penyakit yang disebabkan oleh vector.
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang disebarkan melalui populasi manusia
yaitu oleh nyamuk aedes aegepty. Nyamuk yang hidup di daerah tropis dan
berkembang biyak pada sumber air yang mandek. Penyakit DHF disebabkan
oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B,yaitu Arthropod-borne virus atau
virus yang disebarkan oleh artropoda. Virus ini termasuk genus Flavivirus dari
family flavivirus (Widoyono, 2008).
C. PATOFISOLOGI
Pathogenesis terjadinya penyakit DHF hingga saat ini masih diperdebatkan
(Suhendro, 2009). Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk
dan infeksi pertama kali mungkin memberi gejala demam dengue. Reaksi tubuh
merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi virus. Reaksi yang amat
berbeda tampak bila seseoarang mendapat virus berulang dengan tipe virus yang
berlainan (Suhendro, 2009)
Virus dengue masuk ke dalam tubuh kemudian akan beraksi dengan antibody
dan terbentuklah kompleks virus antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi
system komplemen, akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a. dan C5a, dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat
sebagai faktor meningginya pemeabilitas dinding pembuluh darah. Peningkatan
permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma,
sehingga terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan
renjatan (syok) (Suriadi, 2010).
Pathway
Arbovirus (melalui Beredar dalam Infeksi virus dengue
nyamuk aedes aegepti aliran darah (viremia)
Paru-paru Hepar
Abdomen
Efusi pleura Hepatomegali Ascites
Mual, muntah
Ketidak efektifan
pola nafas Penekanan intra abdomen
Ketidak seimbangan
Nyeri akut nutrisi kurang dari
kebutuhan
D. KLASIFIKASI
Gambar 2.1 Pathway DHF (Dengue Hemorrhage Fever) (Nurarif & Kusuma, 2015)
DHF di klasifikasian berdasarkan beratnya penyakit, secara klinis di bagi
menjadi 4 derajat (WHO,2008) :
a. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, uji tourniquet,
trombositopenia dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II
Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
c. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah
rendah (hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari ( tanda-
tanda dini renjatan ).
d. Renjatan berat ( DSS ) dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah
tidak dapat diukur.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pada dasamya pengobatan pasien Dengue Haemonñagic Fever atau Demam
Berdarah Dengue bersifat simtomatis dan suportif. Menurut Soegiyanto
(2008), adapun terapi yang dapat diberikan pada penderita DHF adalah
sebagai berikut .
1. Tindakan Keperawatan
a. Tirah baring.
b. Pemberian makanan lunak.
c. Anjurkan untuk minun yang banyak (2-2,5 atau 3 liter/hari dalam 24
jam, dapat berupa susu, teh manis, sirup, atau air putih).
d. Berikan kompres air hangat jika kenaikan suhu yang tinggi atau
berikan Obat penurun panas/antipiretik. Pemberian antipiretik
sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin, atau dipiron. Hindari
pemakaian asetosal karena bahaya perdarahan.
e. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital setiap harinya.
f. Berikan alat bantu pernafasan bila terjadi sesak.
g. Lakukan pemeriksaan hemaglobin, hemotokrit, trombosit, dan
leukosit setiap 4-6 jam pada hari pertama, dan 24 jam sekali pada hari
berikutnya.
h. Montitor intake dan output cairan tubuh
2. Terapi Medis
a. Cairan parental
Cairan intravena diperlukan bila penderita terus menerus muntah, tidak
mau minum, dan demam tinggi sehingga tidak memungkinkan diberikan
cairan peroral, ditakutkan terjadinya dehidrasi sehingga mempercepat
kemungkinan terjadinya syok.
b. Pemberian Antibiotik
Digunakan untuk mencegah infeksi meluas yang mungkin terjadi pada
penderita. Selain itu, berguna untuk membantu antibodi dalam
menghadapi vieus dengue di dalam tubuh.
c. Antipiretik
Digunakan golongan parestamol, sistenol (obat yang tidak mengganggu
fungsi hati).
d. Transfusi Darah
Diberikan jika penderita dalam kondisi perdarahan hebat, bisa berupa
plasma atau pemberian transfusi sel darah merah.
3. Pada klien DHF disertai renjatan
Pasien yang mengalami renjatan harus segera diberikan terapi cairan intra
vena atau pemasangan infus sebagai pengganti cairan yang hilang akibat
kebocoran plasma. Bila perlu diberikan transfusi darah pada pasien dengan
perdarahan gastrointestinal yang hebat.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi dari penderita Dengue Haemormagic fever atau
Demam Berdarah Dengue menurut Suroso,dkk (2008) adalah sebagai berikut :
1. Ensefalopati Dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai akibat dari komplikasi syok
berkepanjangan dengan perdarahan. Ensefalopati dengue dapat
menyebabkan kesadaran pasien menurun menjadi apatis atau somnolen,
dan dapat pula disertai kejang.
2. Kelainan Ginjal
Kelainan ginjal umumnya terjadi pada fase terminal sebagai akibat dari
syok yang tidak teratasi dengan baik. Untuk mencegah gagal ginjak maka
setelah syok diobati dengan mengganti volume intravaskular.
3. Udema Paru
Udem paru merupakan komplikasi yang mungkin akan terjadi akibat
pemberian cairan yang berlebih.
H. PEMERIKASAAN DIAGNOSTIK
Adapun pemeriksaan yang dilakukan pada penderita Dengue Haemorrhagic
Fever menurut Depkes RI (2008), antara lain :
1. Pemeriksaan uji Tourniquet/Rumple leed
Percobaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah pada penderita
DHF. Uji rumpel leed merupakan salah satu pemeriksaan penyaring untuk
mendeteksi kelainan sistem vaskuler dan trombosit. Dinyatakan positif jika
terdapat lebih dari 10 ptechiae dalam diameter 2,8 cm di lengan bawah
bagian depan termasuk lipatan siku (Depkes,2008).Prinsip Bila dinding
kapiler rusak maka dengan pembendungan akan tampak sebagai bercak
merah kecil pada permukaan kulit yang disebut Ptechiae (Soebrata,2008).
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan HemoglobinKasus DHF terjadi peningkatan kadar
hemoglobin dikarenakan terjadi kebocoran/perembesan pembuluh darah
sehingga cairan plasmanya akan keluar dan menyebabkan terjadinya
hemokonsentrasi. Kenaikan kadar hemoglobin »14 gr/100 ml.
b. Pemeriksaan HematokritPeningkatan nilai hematokrit menggambarkan
terjadinya hemokonsentrasi, yang merupakan indikator terjadinya
perembesan plasma. Nilai peningkatan ini lebih dari 2096.
c. Pemeriksaan TrombositPemeriksaan jumlah trombosit ini dilakukan
pertama kali pada saat pasien di diagnosa sebagai pasien DHF, umumnya
terjadi trombositopenia atau penurunan kadar trombosit yang biasanya
terjadi pada hari ke 3 sampai hari ke 8 (jumlah trombosit 00.000/ pi).
d. Pemeriksaan LeukositKasus DHF ditemukan jumlah bervariasi mulai dari
lekositosis ringan sampai lekopenia ringan. Pada hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relatif (>45% dari total leukosit).
e. Pemeriksaan Bleding time (BT)Pasien DHF pada masa berdarah, masa
perdarahan lebih memanjang menutup kebocoran dinding pembuluh
darah tersebut, sehingga jumlah trombosit dalam darah berkurang.
Berkurangnya jumlah trombosit dalam darah akan menyebabkan
terjadinya gangguan hemostatis sehingga waktu perdarahan dan
pembekuan menjadi memanjang.
f. Pemeriksaan Clothing time (CT )Pemeriksaan ini juga memanjang
dikarenakan terjadinya gangguan hemostatis.
g. Pemeriksaan Limfosit Plasma Biru (LPB)Pada pemeriksaan darah hapus
ditemukan limfosit atipik atau limfosit plasma biru 4 % dengan berbagai
macam bentuk : monositoid, plasmositoid dan blastoid. Terdapat limfosit
monositoid mempunyai hubungan dengan DHF derajat penyakit Il dan
lgG positif, dan limfosit non monositoid (plasmositoid dan blastoid)
dengan derajat penyakit I dan lgM positif.
h. Pemeriksaan ImunoserologiDilakukan pemeriksaan lgM dan lgG terhadap
dengue lgM terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke3,
menghilang setelah 60-90 hari. lgG pada infeksi primer mulai terdeteksi
pada hari ke-14, pada infeksi sekunder igG mulai terdeteksi pada hari ke-
2.
i. Pemeriksaan protein/albuminDapat terjadi hipoproteinimea akibat
kebocoran plasma. Nilai normal albumin adalah 3-5,5 g/dl, nilai normal
protein total adalah 5-8 g/dl.
j. SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase)Dapat meningkat, nilai
normal alanin aminotransferase adalah 40IU/I.
k. Pemeriksaan Elektrolit
Sebagai parameter pemantauan dalam pemberian cairan. Jumlah kalium
normal serum adalah 3,5 - mEq/l, sedangkan natrium 135 - 145mEq/l.
3. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto dada di dapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan.
Tetapi apabila terjadi pembesaran plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai
pada kedua hemitoraks. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan
pemeriksaan USG
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah menguraikan kombinasi dari tandatanda dan
gejala yang memperlihatkan masalah kesehatan aktual maupun
potensial.Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang dibuat oleh
perawat profesional yang memberi gambaran tentang masalah atau status
kesehatan klien, baik aktual maupun potensial, yang ditetapkan berdasarkan
analisis dan interpretasi data hasil pengkajian.
3. Rencana keperawatan
N DIAGNOSA TUJUAN & RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
O
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Resume kasus
Pasien dan keluarga pasien datang ke IGD MHJS pada tanggal 06 Februari
2022 pukul 19.15 dengan keluhan lemas sejak 2 hari yang lalu, demam 3 hari
smrs, badan pegal-pegal, kepala terasa pusing(+), mual (+) muntah 1x nafsu
makan menurun, mulut pahit dan bibir kering, keluar bintik merah diseluruh
tubuh, mimisan (-). Keadaan umum pasien sakit sedang dengan kesadaran
komposmentis dengan GCS E4 V5 M6, TTV : TD : 121/91 mmHg, N :
89x/menit, RR : 20x/menit, S: 37,4 oC, Spo2 : 98%.
B. Pengkajian
C. ANALISA DATA
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Demam dengue adalah contoh dari penyakit yang disebabkan oleh vector.
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang disebarkan melalui populasi manusia
yaitu oleh nyamuk aedes aegepty. Nyamuk yang hidup di daerah tropis dan
berkembang biak pada sumber air yang menggenang.
B. SARAN
1. Bagi pasien dan keluarga
Diharapkan pasien dan keluarga agar menambah pengetahuan dalam
melakukan rehabilitasi pasca perawatan yang berhubungan dengan
penyakit DHF dan pemenuhan asupan cairan misalnya melakukan
pencegahan penyebaran penyakit dengan melakukan menguras kamar
mandi , menutup genagan air, mengubur sampah, menaburkan bubuk
larvasida pada penampungan air, menggunakan kelambu atau obat
nyamuk agar terhidar dari gigitan nyamuk, menghindari menggantung
pakaian, meningkatkan asupan makanan dan cairan yang seimbang sesuai
dengan kebutuhan tubuh agar tercapai derajat kesehatan yang optimal.
2. Bagi perawat ruangan
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran
untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan DHF:
a. Perlunya ditingkatkan komunikasi yang efektif antara klien, keluarga
dan perawat agar terbina hubungan saling percaya dalam memberikan
asuhan keperawatan sehingga perawat dapat mendapatkan data-data
yang dibutuhkan.
b. Sistem pendokumentasikan asuhan keperawatan dipertahankan dan
dilengkapi dengan respon klien agar asuhan keperawatan yang diberikan
lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Renira, Tyas Ayu Widia. 2019. Pengelolaan Kekurangan Volume Cairan Pada An. U
Dengan Dengue Haemoragic Fever Di Ruang Melati RSUD Ungaran.
http://repository2.unw.ac.id/id/eprint/104