Anda di halaman 1dari 34

MODUL 1

GRANULASI BASAH (EVALUASI GRANUL)

I. Nama dan Kekuatan Sediaan


Nama Sediaan : Parasetamol Tablet
Kekuatan Sediaan : Tiap tablet mengandung Parasetamol 100 mg

II. Prinsip Percobaan


Prinsip dari metode granulasi basah yaitu membasahi massa serbuk
dengan larutan pengikat yang dapat dilakukan dengan cara kering
(pengikat dicampur bersama komponen fase dalam dan ditambahkan
pelarut pengikat) atau cara basah (pengikat dilarutkan dalam pelarut
pengikat kemudian ditambahkan pada massa serbuk) sampai diperoleh
massa yang kalis (massa yang dapat dikepal namun dapat dipatahkan)
kemudian diayak dengan no mesh ukuran tertentu sehingga menghasilkan
granul dengan ukuran sesuai yang diinginkan yang kemudian dicetak
menjadi tablet dengan mesin tablet (Syamsuni, 2006)

III. Tujuan Percobaan


- Dapat membuat granul dengan metode granulasi basah dengan metode
penambahan pengikat cara kering dan cara basah
- Dapat mengoperasikan alat evaluasi granul yaitu moisture analytical
balance, flow tester, granulometer, dan tapped density tester
IV. Preformulasi Zat Aktif
1. Parasetamol
Struktur Kimia

Data Fisikokimia
Pemerian: Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.
Kelarutan: Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1
N; mudah larut dalam etanol
(Depkes RI, 2014 : 985)
Titik lebur : 168°-172°C
pH : 5,3-6,5
pKa: 9,5 pada 25°C
Stabilitas: Dalam keadaan kering parasetamol murni stabil pada suhu
sampai 45o C. Jika produk hidrolisis parasetamol, p-aminofenol hadir
sebagai kontaminan atau sebagai akibat dari paparan kondisi lembab,
p-aminofenol dapat menurunkan oksidasi untuk quinonimine dan
produk berwarna pink, coklat, dan hitam. Parasetamol relatif stabil
terhadap oksidasi. Parasetamol menyerap jumlah signifikan dari
kelembaban pada suhu 25o C di kelembaban relatif sampai sekitar 90%.
Inkompatibilitas: Tidak bercampur dengan senyawa yang memiliki
ikatan hidrogen.
(Lund, 1994 : 987-989)
Interaksi Obat: Penggunaan bersama alkohol dapat meningkatkan
risiko
kerusakan hati.
Indikasi: Meredakan nyeri seperti sakit kepala, sakit gigi sesudah
pencabutan, nyeri otot, demam karena imunisasi
Dosis: Dosis Parasetamol untuk dewasa 300 mg-1 gram per kali
dengan
maksimum 4 gram per hari; untuk anak 6-12 tahun: 150-300 mg/kali,
dengan maksimum 1,2 g/hari. Untuk anak 1-6 tahun: 60-120 mg/kali
dan bayi dibawah 1 tahun : 60 mg/kali; pada keduanya diberikan
maksimum 6 kali sehari.
(Ganiswara, et al, 1995 : 214)
Aturan pakai: Dewasa dan anak di atas 12 tahun : 1 tablet, 3 – 4 kali
sehari. Anak-anak 6 – 12 tahun : ½ – 1, tablet 3 – 4 kali sehari.
(Ikatan Dokter Indonesia, 2015 : 159)
Efek samping: Reaksi alergi terhadap derivat para-aminofenol jarang
terjadi. Manifestasinya berupa eritem atau urtikaria dan gejala yang
lebih berat berupa demam dan lesi pada mukosa.
Kontra indikasi: Pada penderita yang hipersensitif terhadap
parasetamol
dan penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat.
Perhatian:
- Bila rasa sakit bertahan lebih dari 5 hari, dan demam tidak menurun
selama 2 hari, atau bila ada kemerahan pada kulit, segera hubungi
dokter.
- Penggunaan dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati.
- Hati-hati pemberian parasetamol pada penderita penyakit ginjal.
- Penggunaan parasetamol pada penderita yang mengkonsumsi alkohol
dapat meningkatkan resiko kerusakan fungsi hati.
- Tidak dianjurkan penggunaan bersama dengan obat lain yang
mengandung parasetamol.
(Ganiswarna, et al, 1995 : 214)
Aturan Simpan: Dalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 2014 : 986)
Kategori Obat: Obat Bebas (Ikatan Dokter Indonesia, 2015 : 159)
V. Preformulasi Zat Tambahan
1. Laktosa (Rowe, et al, 2009 : 364-366)

Data Fisikokimia
Pemerian: Serbuk putih, mengalir bebas
Kelarutan: Mudah larut dalam air secara perlahan-lahan; praktis tidak
larut dalam etanol.
Titik didih: 201-202o C
Berat jenis: 1,545 g/cm3
Stabilitas: Pertumbuhan jamur dapat terjadi pada kondisi lembab.
Laktosa dapat berubah warna menjadi cokelat pada penyimpanan,
reaksi yang dipercepat oleh panas, kondisi kelembaban, dan kemurnian
laktosa. Laktosa harus disimpan dalam wadah tertutup baik, di tempat
yang sejuk dan kering.
Inkompatibilitas: Laktosa inkompatibel dengan asam amino,
amfetamin, dan lisinopril.
Kegunaan: Diluent (pengisi)

2. Polyvinylpyrrollidone/PVP (Rowe, et al, 2009 : 581-584)


Struktur Kimia:

Data Fisikokimia
Pemerian: Serbuk berwarna putih/putih-krem, tidak berbau atau hampir
tidak berbau, bersifat higroskopis.
Kelarutan: Larut dalam asam, kloroform, etanol (95 %), keton,
metanol, dan air; praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon, dan
minyak mineral.
pH: 3,0-7,0
Titik leleh: 150o C
Stabilitas: Polyvinylpyrrolidone menggelap pada pemanasan suhu 150o
C dengan penurunan kelarutan dalam air. Larutan air rentan terhadap
pertumbuhan jamur dan akibatnya membutuhkan penambahan
pengawet yang cocok. Polyvinylpyrrolidone dapat disimpan dalam
kondisi biasa tanpa menyebabkan dekomposisi atau degradasi. Namun
karena polyvinylpyrrolidone merupakan serbuk higroskopis maka
harus disimpan dalam wadah kedap udara di tempat yang sejuk dan
kering.
Inkompatibilitas: Polyvinylpyrrolidone dapat bercampur dalam larutan
garam anorganik, resin alami dan sintetis, dan bahan kimia lainnya.
Membentuk adducts molekul dalam larutan dengan sulfathiazole,
natrium salisilat, asam salisilat, fenobarbital, tanin, dan senyawa lain.
Efikasi beberapa pengawet, misalnya thimerosal dapat terpengaruh
dengan pembentukan kompleks dengan polyvinylpyrrolidone.
Kegunaan: Bahan pengikat, bahan pengisi, bahan penyalut tablet.
Konsentrasi: 0,5-5 % (sebagai bahan pengikat)

3. Croscarmellose Sodium (Rowe, et al, 2009: 206-207)


Data Fisikokimia
Pemerian: Serbuk putih atau putih keabu-abuan dan tidak berbau.
Kelarutan: Tidak larut dalam air, meskipun Croscarmellose sodium
dapat mengembang 4-8 kali dari volume sebenarnya. Praktis tidak larut
dalam aseton, etanol dan toluen.
Stabilitas: Disimpan pada wadah tertutup baik di tempat dingin dan
kering.
Inkompatibilitas: Tidak dapat bercampur dengan asam kuat, garam
besi dan logam seperti alumunium, merkuri dan zinc.
Kegunaan: Bahan penghancur
Konsentrasi: 0,5-5% (sebagai bahan penghancur)

4. Amprotab (Rowe, et al, 2009 : 714-716)


Struktur Kimia:

Data Fisikokimia:
Pemerian: Serbuk berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan: Praktis tidak larut di etanol dingin (96%) dan di dalam air
dingin. Amylum mengembang pada air dengan konsentrasi 5-10%
pada suhu 37o C. Amylum dapat menjadi larut dalam air panas pada
suhu di atas suhu gelatinasi. Amylum praktis larut di dimetilsulfoxide
dan dimetilformamida.
pH: 4,0-8,0
Stabilitas: Pati kering stabil jika dilindungi dari kelembaban yang
tinggi. Pati secara kimia dan mikrobiologi, inert dalam kondisi
penyimpanan normal. Pati dalam bentuk larutan atau pasta tidak stabil
secara fisik dan mudah di metabolisme oleh mikroorganisme. Harus
disapkan yang baru bila digunakan untuk granulasi basah. Pati harus
disimpan dalam wadah kedap udara di tempat yang sejuk dan kering.
Inkompatibilitas: Pati tidak bercampur dengan zat pengoksidasi kuat
Kegunaan: Bahan penghancur
5. Magnesium Stearat (Rowe, et al, 2009 : 404-406)
Data Fisikokimia
Pemerian: Serbuk halus, putih dan voluminus, bau lemah khas, mudah
melekat di kulit, bebas dari butir-butiran.
Kelarutan: Tidak larut dalam air, dalam etanol dan dalam eter.
Stabilitas: Stabil pada tempat yang kering dan tertutup rapat.
Inkompatibilitas: Tidak dapat bercampur dengan asam kuat, alkalis dan
garam besi. Hindari pencampuran dengan bahan pengoksidasi kuat.
Magnesium stearat tidak dapat digunakan dalam produk yang
mengandung aspirin, beberapa vitamin dan alkaloid garam
Penyimpanan: Disimpan ditempat yang sejuk dan kering
Kegunaan: Lubrikan

6. Talk (Rowe, et al, 2009 : 728-730)


Data Fisikokimia
Pemerian: Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu.
Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran.
Kelarutan: Praktis tidak larut dalam asam encer dan alkali, organik
pelarut dan air.
Stabilitas: Talk merupakan bahan yang stabil dan dapat disterilkan
dengan pemanasan pada suhu 160ºC selama tidak kurang dari 1 jam
etilen oksida atau radiasi gamma.
Inkompatibilitas: Tidak dapat bercampur dengan senyawa amonium
kuartener.
Penyimpanan: Harus disimpan dalam wadah tertutup baik
Kegunaan: Glidan
Konsentrasi:1-10%

VI. Preformulasi Wadah Kemasan


- Granul parasetamol stabil terhadap pemanasan dan cahaya sehingga
dapat digunakan wadah kemasan yaitu botol plastik putih dengan jenis
polimer no 1 Polyethylene Terepthalate. Polimer Polyethylene
Terephalate yang digunakan sebagai kemasan botol untuk sediaan
farmasi dalam bentuk microcrystallized PET. Mikrokristal dalam botol
dapat melindungi granul terhadap gas dan sifat fisik lainnya (Bauer,
2009 : 263)
- Dalam formulasi tablet parasetamol ini terdapat PVP dan Amprotab
yang bersifat higroskopis (memiliki kecenderungan mengadsorpsi
molekul air) sehingga dapat ditambahkan adsorben seperti aerosil
(silika gel) yang dapat mencegah terbentuknya kelembaban yang
berlebihan. Silika gel yang siap digunakan berwarna biru karena ketika
ia berubah menjadi warna merah muda ia tidak bisa lagi menyerap
kelembaban.

VII. Analisis Pertimbangan Formula


- Parasetamol merupakan obat analgesik non narkotik dengan cara kerja
menghambat sintesis prostaglandin terutama di sistem saraf pusat.
Parasetamol mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, dan tidak
menyebabkan iritasi serta peradangan lambung. Parasetamol
mempunyai efek samping yang paling ringan dibandingkan analgetik
lainnya seperti asetosal atau salisilamid sehingga frekuensi
penggunaannya di masyarakat paling besar (Ganiswara, 1995 : 214)
- Parasetamol merupakan serbuk hablur yang memiliki sifat alir yang
kurang baik sehingga untuk memperbaiki sifat alir dari parasetamol,
tablet dibuat dengan metode granulasi dimana dilakukan proses
peningkatan ukuran partikel-partikel kecil menjadi partikel dengan
ukuran yang lebih besar sehingga membentuk aglomerat permanen
yang membuat granul menjadi lebih mudah mengalir.
- Parasetamol memiliki titik leleh 168°-172°C yang menunjukkan bahwa
parasetamol stabil terhadap suhu tinggi. Dan parasetamol tidak mudah
terhidrolisis dalam air (stabil dalam air) sehingga sediaan tablet
parasetamol dapat dibuat dengan metode granulasi basah.
- Pada formulasi tablet parasetamol ini komposisi fase dalam yaitu 92 %
sedangkan komposisi fase luar yaitu 8 %. Persentase fase dalam lebih
besar dibandingkan dengan fase luar karena fase dalam merupakan
komponen inti tablet yang berisi zat aktif, bahan pengisi, bahan
pengikat, dan bahan penghancur dalam. Sedangkan persentase fase luar
lebih kecil dibandingkan dengan fase dalam karena fase luar hanya
berfungsi menunjang efektifitas pencetakan tablet dan penghancuran
tablet menjadi granul.
- Laktosa digunakan sebagai diluent (pengisi) dengan konsentrasi
quantum satis untuk memperoleh bobot tablet yang diinginkan (600
mg) karena dosis obat tidak cukup untuk membuat bulk. Laktosa
memiliki kelebihan jika digunakan sebagai pengisi yaitu memiliki sifat
alir yang cukup baik, dapat mencampurkan zat aktif dengan zat
tambahan menjadi lebih baik, laju pelepasan obat lebih baik, granul
mudah dikeringkan, waktu hancurnya tidak terlalu peka terhadap
perubahan pada kekerasan tablet, dan dapat membantu waktu hancur
tablet menjadi lebih cepat (Lachman, 1994)
- Polyvinylpyrrolidone digunakan sebagai binder (pengikat) dengan
konsentrasi 5 % yang bertujuan untuk memberikan daya adhesi pada
massa serbuk pada metode granulasi serta untuk menambah daya
kohesi. Pengikat ditambahkan dengan konsentrasi 5 % karena bila
bahan pengikat yang digunakan terlalu banyak atau konsentrasinya
terlalu tinggi, maka akan menyebabkan tablet menjadi keras sehingga
waktu hancurnya lama. Sebaliknya jika bahan pengikat yang
ditambahkan konsentrasinya kurang, maka gaya pengikatan yang ada
pada massa serbuk rendah dan cenderung akan menyebabkan
terjadinya capping.
- Polyvinylpyrrolidone dipilih sebagai bahan pengikat karena memiliki
sifat alir yang baik, sudut diam minimum, dan daya kompaktibilitas
yang lebih baik. Penggunaan PVP dengan konsentrasi 5% dalam etanol
akan menghasilkan granul dengan daya kompresi yang baik.
- Penambahan bahan pengikat pada metode granulasi basah ini
dilakukan dengan cara basah dan kering. Keuntungan penambahan
bahan pengikat dengan cara basah yaitu daya ikat tablet menjadi lebih
kuat sedangkan keuntungan penambahan bahan pengikat dengan cara
kering yaitu proses nya lebih cepat dan tidak ada resiko massa granul
terlalu basah karena pelarut pengikat ditambahkan sedikit demi sedikit.
- Amprotab digunakan sebagai bahan penghancur untuk metode
penambahan pengikat dengan konsentrasi 10 %. Amprotab sebagai
bahan penghancur dapat meningkatkan kapilaritas, mengabsorbsi
kelembaban, mengembang, dan meninggikan daya pembasah tablet
atau bersifat hidrofilisasi. Aksi kapiler yang disebabkan amprotab akan
membentuk suatu cairan yang masuk ke dalam tablet, aksi ini akan
melawan aksi bahan pengikat dan aksi ini akan membantu
pengembangan dari beberapa komponen yang akan membantu
hancurnya tablet. Menurut Voight (1995), amprotab mempunyai sifat
hidrofilik yang mampu menyerap air dan membentuk pori-pori dalam
tablet. Hal tersebut akan meningkatkan penetrasi air ke dalam tablet
sehingga akan mempercepat waktu hancur tablet.
- Croscarmellosa Sodium (Acdisol) digunakan sebagai super desintegran
dengan konsentrasi masing-masing 5% yang berfungsi untuk
membantu hancurnya tablet menjadi granul dan selanjutnya menjadi
partikel-partikel penyusun ketika tablet kontak dengan cairan lambung
sehingga zat aktif (parasetamol) dapat terlepas dan diabsorpsi oleh
tubuh sehingga menghasilkan efek terapi. Croscarmellose sodium
memiliki struktur berserat yang menyebabkan sifat penyerapan air
yang baik, serta ikatan silang yang menyebabkan Croscarmellose
sodium memiliki kemampuan mengembang dengan baik (Singh et al,
2014).
- Talkum digunakan sebagai glidan (pelincir) dengan konsentrasi 2 %
yang berfungsi untuk mengurangi friksi antara serbuk atau granul
dengan permukaan hopper dan die karena talkum dapat berada diantara
ruang antar partikel dan granul serta untuk meningkatkan sifat aliran.
Talkum memiliki tiga keuntungan sebagai glidan yaitu dapat
digunakan sebagai pelicin, sebagai bahan pemisah hasil cetakan, dan
bahan pengatur aliran. Pada formulasi ini, talkum dikombinasikan
dengan Magnesium stearat yang bertujuan untuk memperbaiki sifat
aliran dari granul (Voight, 1995 : 205)
- Magnesium stearat digunakan sebagai lubrikan (pelicin) dengan
konsentrasi 1 % yang berfungsi agar tablet tidak melekat pada cetakan
dan mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan dinding die pada
saat tablet ditekan ke luar dengan membentuk lapisan tipis yang
menyelubungi partikel padat selama proses pencampuran sehingga
sudut diam granul semakin kecil dan aliran granul semakin cepat.
VIII. Formula
- Formula 1 (Cara kering)
Fase Dalam (92 %)
Parasetamol (Zat Aktif) 30 gram
Amprotab (Penghancur) 10 %
PVP (Pengikat) 5%
Laktosa qs

Fase Luar (8 %)
Magnesium Stearat (Lubrikan) 1%
Talk (Glidan) 2%
Amprotab 5%

- Formula 1 (Cara basah)


Fase Dalam (92 %)
Parasetamol (Zat Aktif) 30 gram
Acdisol (Penghancur) 5%
PVP (Pengikat) 5%
Laktosa qs

Fase Luar (8 %)
Magnesium Stearat (Lubrikan) 1%
Talk (Glidan) 2%
Amprotab 5%
IX. Perhitungan dan Penimbangan
a. Formula 1
NO FASE DALAM (92%)
Kandungan Parasetamol/tablet = 100 mg
Bobot/tablet = 600 mg
Jumlah tablet yang akan dibuat = 300 tablet
NAMA ZAT 1 TABLET 300 TABLET
92 552 mg 165,6 gram
Total FD = x 600 mg = 552
100
mg
1. Parasetamol 100 mg 30 gram
2. PVP 30 mg 9 gram
= 5 % x 600 mg = 30 mg
3. Amprotab 60 mg 18 gram
= 10 % x 600 mg = 60 mg
4. Laktosa monohidrat = 552 362 mg 108,6 gram
mg – (100 mg + 30 mg + 60
mg) = 362 mg
Bobot granul teoritis = (30 g + 9 g + 18 g + 108,6 g) = 165,6 gram
Diperoleh bobot granul nyata = 161,06 gram (Kadar air 2,38 %)
Perhitungan Fase Dalam Tanpa Melibatkan Kadar Air
Bobot granul mengandung kadar air
= x Jumlah tablet yang dibuat
Bobot granul teoritis
161,06 gram
= x 300 = 291 tablet utuh
165,6 gram
Kandungan ZA/tablet adalah:
Bobot granul nyata 161,06 gram
= x Dosis ZA = x 30 gram
Bobot granul secara teoritis 165,6 gram
= 29,17 gram/300 tablet ~ 97,25 mg/tablet

NO FASE LUAR (8%)


Bobot granul sebenarnya = 161,06 g
NAMA ZAT 1 300 TABLET
TABLET
8 46,67 mg 14 gram
Total FL = x 161,06 = 14 g
92
1. Talk 11,67 mg 3,5 gram
2
= x 161,06 g = 3,5 g
92
2. Magnesium Stearat 5,83 mg 1,75 gram
1
= x 161,06 g = 1,75 mg
92
3. 5 29,16 mg 8,75 gram
Amprotab = x 161,06 g
100
= 8,75 g
Bobot tablet :
Bobot granul sebenarnya + Fase Luar 161,06 gram+14 gram
= = =
Jumlah tablet utuh 291 tablet
0,601 gram gram/tablet = 601 mg/tablet

b. Formula 2

NO FASE DALAM (92%)


Kandungan Parasetamol/tablet = 100 mg
Bobot/tablet = 600 mg
Jumlah tablet yang akan dibuat = 300 tablet
NAMA ZAT 1 TABLET 300 TABLET
92 552 mg 165,6 gram
Total FD = x 600 mg = 552 mg
100
1. Parasetamol 100 mg 30 gram
2. PVP 30 mg 9 gram
= 5 % x 600 mg = 30 mg
3. Acdisol 30 mg 9 gram
= 5 % x 600 mg = 60 mg
4. Laktosa monohidrat = 552 mg 392 mg 117,6 gram
– (100 mg + 30 mg + 30 mg)
= 392 mg
Bobot granul teoritis = (30 g + 9 g + 9 g + 117,6 g) = 165,6 gram
Diperoleh bobot granul nyata = 159,75 gram (Kadar air 1,76 %)
Perhitungan Fase Dalam Tanpa Melibatkan Kadar Air
Bobot granul mengandung kadar air
= x Jumlah tablet yang dibuat
Bobot granul teoritis
159,75 gram
= x 300 = 289 tablet utuh
165,6 gram
Kandungan ZA/tablet adalah:
Bobot granul nyata 59,75 gram
= x Dosis ZA = x 30 gram
Bobot granul secara teoritis 165,6 gram
= 28,94 gram/300 tablet ~ 96,46 mg/tablet

NO FASE LUAR (8%)


Bobot granul sebenarnya = 1 59,75 g
NAMA ZAT 1 300 TABLET
TABLET
8 46,3 mg 13,89 gram
Total FL = x 1 59,75= 13,89 g
92
1. Talk 11,56 mg 3,47 gram
2
= x 159,75 g = 3,47 g
92
2. Magnesium Stearat 5,76 mg 1,73 gram
1
= x 159,75 g = 1,73 mg
92
3. 5 28,93 mg 8,68 gram
Acdisol = x 159,75 g =
100
8,68 g
Bobot tablet :
Bobot granul sebenarnya + Fase Luar 159,75 gram+13,89 gram
= = =
Jumlah tablet utuh 289 tablet
0,600 gram gram/tablet = 600 mg/tablet
Penimbangan

Formula 1 (Cara Kering) Formula 2 (Cara Basah)


Fase Dalam Jumlah Fase Dalam Jumlah
Parasetamol 30 gram Parasetamol 30 gram
Amprotab 18 gram Acdisol 9 gram
PVP 9 gram PVP 9 gram
Etanol 95 % 25 mL Etanol 95 % 35 mL
Laktosa 108,6 gram Laktosa 117,6 gram
Fase Luar Jumlah Fase Luar Jumlah
Magnesium 1,75 gram Magnesium 1,73 gram
stearat 3,5 gram stearat 3,47 gram
Talk 8,75 gram Talk 8,68 gram
Amprotab Acdisol
X. Prosedur Pembuatan
- Formula 1 (Metode granulasi basah dengan cara kering)
Parasetamol, Amprotab, PVP, dan Laktosa dicampur homogen

Etanol 95% ditambahkan sedikit demi sedikit dengan total sebanyak 25


mL

Campuran di aduk hingga diperoleh massa yang basah yang sesuai


untuk dibuat granul (massa harus dapat dikepal namun dapat
dipatahkan)

Massa basah di ayak dengan ayakan mesh no.14

Granul basah dikeringkan dalam oven dengan suhu 60˚C selama 15


menit

Granul kering dilakukan evaluasi kelembaban sampai kadar air kurang


dari 3%

Granul kering di ayak kembali dengan ayakan mesh no.16

Granul ditimbang dan di evaluasi yang meliputi uji kelembaban, uji


sifat alir, uji distribusi ukuran partiel, dan uji bobot jenis

- Formula 2 (Metode granulasi basah dengan cara basah)


Parasetamol, Acdisol, dan Laktosa dicampur homogeny

Larutan PVP dibuat dengan melarutkan PVP dalam 35 mL etanol 95%


Larutan PVP ditambahkan sedikit demi sedikit kedalam campuran zat
aktif dan fase dalam

Campuran di aduk hingga diperoleh massa yang basah yang sesuai


untuk dibuat granul (massa harus dapat dikepal namun dapat
dipatahkan)

Massa basah di ayak dengan ayakan mesh no.14

Granul basah dikeringkan dalam oven dengan suhu 60˚C selama 15


menit

Granul kering dilakukan evaluasi kelembaban sampai kadar air kurang


dari 3%

Granul kering di ayak kembali dengan ayakan mesh no.16

Granul ditimbang dan di evaluasi yang meliputi uji kelembaban, uji


sifat alir, uji distribusi ukuran partiel, dan uji bobot jenis
XI. Evaluasi dan Data Pengamatan
XII. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan pembuatan granul parasetamol
dengan metode granulasi basah. Prinsip dari metode granulasi basah yaitu
membasahi massa serbuk dengan larutan pengikat (etanol) yang dapat
dilakukan dengan cara kering (pengikat dicampur bersama komponen fase
dalam dan ditambahkan pelarut pengikat) atau cara basah (pengikat
dilarutkan dalam pelarut pengikat kemudian ditambahkan pada massa
serbuk) sampai diperoleh massa yang kalis (massa yang dapat dikepal
namun dapat dipatahkan) kemudian diayak dengan no mesh ukuran
tertentu sehingga menghasilkan granul dengan ukuran sesuai yang
diinginkan (Syamsuni, 2006)
Keuntungan dari metode granulasi basah yaitu meningkatkan
fluiditas dan kompaktibilitas, sesuai untuk obat dosis tinggi dengan sifat
aliran/kompaktibilitas buruk; mengurangi penjeratan udara; mengurangi
debu; pembasahan granul sesuai untuk homogenitas sediaan dosis rendah;
meningkatkan keterbasahan serbuk melalui hidrofilisasi; memungkinkan
penanganan serbuk tanpa kehilangan kualitas campuran. Sedangkan
kerugian dari metode granulasi basah yaitu sulit dikontrol dan divalidasi;
biaya lebih mahal dari cetak langsung dari segi ruangan waktu dan
persyaratan peralatan. (Agoes, 2008 : 213-214)
Tujuan dari granulasi dalam manufaktur tablet yaitu meningkatkan
sifat aliran yang berarti uniformitas massa dari sediaan/dosis; mencegah
pemisahan komponen campuran; dan meningkatkan karakteristik dari
campuran (Agoes, 2008 : 224)
Pada formulasi tablet parasetamol ini komposisi fase dalam yaitu
92 % sedangkan komposisi fase luar yaitu 8 %. Persentase fase dalam
lebih besar dibandingkan dengan fase luar karena fase dalam merupakan
komponen inti tablet yang berisi zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat,
dan bahan penghancur dalam. Sedangkan persentase fase luar lebih kecil
dibandingkan dengan fase dalam karena fase luar berfungsi menunjang
efektifitas pencetakan tablet dan penghancuran tablet menjadi granul.
Pada praktikum dilakukan pembuatan granul dengan 2 formula
yang berbeda. Dimana pada formula (1), penambahan bahan pengikat
dilakukan dengan cara kering. Dan pada formula (2) penambahan pengikat
dilakukan dengan cara basah. Perbedaan cara kering dan cara basah yaitu
pada cara kering, pelarut pengikat tidak hanya kontak dengan bahan
pengikat tetapi juga kontak dengan zat lain seperti zat aktif, bahan pengisi,
dan bahan penghancur dalam sedangkan pada cara basah pelarut pengikat
akan kontak terlebih dahulu dengan pengikatnya dimana pengikat akan
terlarut sempurna dalam pelarut pengikat (etanol) sehingga ketika
ditambahkan ke dalam massa serbuk yang berisi zat aktif, bahan pengisi,
dan bahan penghancur dapat mengikat massa serbuk tersebut menjadi
granul. Selain itu pada cara kering tidak digunakan cairan untuk
pembentukan agregat sedangkan pada cara basah digunakan cairan untuk
agregasi yang diikuti oleh proses pengeringan.
Fase dalam dari formula (1) yaitu zat aktif (parasetamol), bahan
pengisi (laktosa), bahan pengikat (PVP), dan bahan penghancur dalam
(amprotab). Sedangkan fase dalam dari formula (2) yaitu zat aktif
(parasetamol), bahan pengisi (laktosa), bahan pengikat (PVP), dan bahan
penghancur dalam (acdisol). Dan fase luar dari formula (1) dan (2) yaitu
glidan (talk), lubrikan (magnesium stearat) dan bahan penghancur luar
(amprotab). Perbedaan pada formula (1) dan formula (2) yaitu desintegran
yang digunakan dimana formula (1) menggunakan amprotab dengan
konsentrasi 10% sedangkan formula (2) menggunakan acdisol dengan
konsentrasi 5%.
Zat aktif yang digunakan yaitu Parasetamol dengan kekuatan
sediaan 100 mg/tablet. Parasetamol merupakan obat analgesik non
narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di
sistem saraf pusat (Ganiswara, 1995 : 214). Parasetamol merupakan
serbuk hablur yang memiliki sifat alir yang kurang baik sehingga untuk
memperbaiki sifat alir dari parasetamol, tablet dibuat dengan metode
granulasi dimana dilakukan proses peningkatan ukuran-ukuran partikel
kecil menjadi partikel dengan ukuran yang lebih besar sehingga
membentuk aglomerat permanen yang membuat granul menjadi lebih
mudah mengalir. Parasetamol memiliki titik leleh 168o-172o C yang
menunjukkan parasetamol stabil terhadap suhu tinggi. Dan parasetamol
tidak mudah terhidrolisis dalam air (stabil dalam air) sehingga granul
parasetamol dapat dibuat dengan metode granulasi basah.
Bahan pengisi yang digunakan pada formula (1) dan (2) yaitu
laktosa. Fungsi dari laktosa pada formula ini yaitu untuk memperoleh
bobot tablet yang diinginkan (600 mg) karena dosis obat tidak cukup
untuk membuat bulk. Laktosa memiliki kelebihan jika digunakan sebagai
pengisi yaitu memiliki sifat alir yang cukup baik, dapat mencampurkan zat
aktif dengan zat tambahan menjadi lebih baik, laju pelepasan obat lebih
baik, granul mudah dikeringkan, waktu hancurnya tidak terlalu peka
terhadap perubahan pada kekerasan tablet, dan dapat membantu waktu
hancur tablet menjadi lebih cepat (Lachman, 1994)
Bahan pengikat yang digunakan pada formula (1) dan (2) yaitu
Polyvinylpyrrolidone (PVP). Fungsi dari bahan pengikat ini yaitu
membentuk aglomerat dari zat aktif, pengisi, dan bahan penghancur dalam
untuk menggerakan/mengalirkan serbuk. Aglomerasi dari bahan aktif dan
eksipien melalui proses granulasi basah bertujuan untuk meningkatkan
sifat aliran serbuk sehingga ruahan serbuk dapat secara akurat dibagi untuk
menghantarkan takaran obat dan meningkatkan keterkempaan yang
menghasilkan tablet dengan friabilitas rendah dan kekuatan kekerasan
yang baik.
Polyvinylpyrrolidone digunakan sebagai binder (pengikat) dengan
konsentrasi 5 %. Pengikat ditambahkan dengan konsentrasi 5 % karena
bila bahan pengikat yang digunakan terlalu banyak atau konsentrasinya
terlalu tinggi, maka akan menyebabkan tablet menjadi keras sehingga
waktu hancurnya lama. Sebaliknya jika bahan pengikat yang ditambahkan
konsentrasinya kurang, maka gaya pengikatan yang ada pada massa serbuk
rendah dan cenderung akan menyebabkan terjadinya capping.
Polyvinylpyrrolidone memiliki sifat alir yang baik, sudut diam
minimum, dan daya kompaktibilitas yang lebih baik. Penggunaan PVP
dengan konsentrasi 5% dalam etanol akan menghasilkan granul dengan
daya kompresi yang baik.
Penambahan bahan pengikat pada metode granulasi basah ini
dilakukan dengan cara basah dan kering. Keuntungan penambahan bahan
pengikat dengan cara basah yaitu daya ikat tablet menjadi lebih kuat
sedangkan keuntungan penambahan bahan pengikat dengan cara kering
yaitu proses nya lebih cepat dan tidak ada resiko massa granul terlalu
basah karena pelarut pengikat ditambahkan sedikit demi sedikit.
Mekanisme PVP sebagai pengikat yaitu memfasilitasi produksi granul
basah (aglomerat) dengan cara mengganggu adhesi antarpartikel;
memodifikasi sifat internal, viskositas, dan/atau sifat lain (Agoes, 2012 :
20)
Bahan penghancur pada formula (1) yaitu amprotab sedangkan
pada formula (2) yaitu acdisol. Dalam formulasi granulasi bahan
penghancur terbagi menjadi dua yaitu bahan pengancur dalam
(ditambahkan pada fase dalam) dan bahan penghancur luar (ditambahkan
pada fase luar). Bahan penghancur dalam berfungsi untuk memecah tablet
dari granul menjadi partikel bahan aktif dan eksipien, yang beraglomerasi
dan kemudian dikempa. Mekanisme kerja dari penghancur dalam yaitu
menarik air ke dalam granul sehingga granul dapat mengembang dan
melepaskan zat aktif yang dapat memberikan efek terapi. Dan bahan
penghancur luar berfungsi untuk membantu proses penghancuran tablet
menjadi granul ketika kontak dengan saluran cerna. Mekanisme kerja dari
penghancur luar yaitu menarik air ke dalam tablet sehingga tablet
mengembang dan menyebabkan tablet menjadi pecah.
Acdisol memiliki kemampuan sebagai bahan penghancur yang
lebih baik dibandingkan dengan amprotab karena acdisol merupakan
superdesintegran yang memiliki struktur berserat yang menyebabkan sifat
penyerapan air yang baik, serta ikatan silang yang menyebabkan acdisol
memiliki kemampuan mengembang dengan baik (Singh et al, 2014).
Sehingga jika dibuat menjadi sediaan tablet maka formula (2) akan
memiliki waktu hancur yang lebih cepat dan laju disolusi yang lebih baik
dibandingkan dengan formula (1) karena adanya superdesintegran
(acdisol) pada formula (2).
Glidan yang digunakan pada formula (1) dan (2) yaitu Talk. Glidan
digunakan dalam formulasi tablet untuk meningkatkan sifat aliran. Bentuk
dan ukuran partikel glidan berperilaku sebagai pembawa (bola) untuk
meningkatkan aliran pada konsentrasi rendah. Glidan dicampurkan dalam
keadaan kering pada campuran yang akan dikempa (Agoes, 2008 : 209).
Talkum memiliki tiga keuntungan sebagai glidan yaitu dapat digunakan
sebagai pelicin, sebagai bahan pemisah hasil cetakan, dan bahan pengatur
aliran. Pada formulasi ini, talkum dikombinasikan dengan Magnesium
stearat yang bertujuan untuk memperbaiki sifat aliran dari granul (Voight,
1995 : 205). Mekanisme kerja dari talkum sebagai glidan yaitu (Agoes,
2012 : 290)
1. Dispersi muatan elektrostatik pada permukaan granul
2. Distribusi glidan dalam granul
3. Adsorpsi preferensial gas pada glidan versus granul
4. Meminimalisasi forsa van der Waals melalui pemisahan granul
5. Penurunan fraksi di antara partikel dan kekerasan permukaan karena
glidan teradhesi pada permukaan granul
Lubrikan yang digunakan pada formula (1) dan (2) yaitu
Magnesium stearat. Fungsi utama dari lubrikan dalam formulasi tablet
adalah mencegah perlengketan tablet pada permukaan “punch” dan untuk
mereduksi friksi antara dinding “die” dan tablet selama pengempaan dan
pengeluaran tablet dari “die”. Konsentrasi efektif Magnersium stearat yaitu
0,2%-2 % (Agoes, 2008 : 209) sehingga pada formulasi ini digunakan
Magnesium Stearat dengan konsentrasi 1 %. Magnesium stearat biasanya
dicampur dengan campuran granul untuk waktu yang singkat yaitu tidak
melebihi 5 menit karena pencampuran secara berlebihan (over mixing)
dapat menyebabkan penurunan karakteristik disintegrasi-disolusi dan
kehilangan ikatan pada matriks tablet. Mekanisme kerja magnesium stearat
sebagai lubrikan yaitu lubrikasi perbatasan dihasilkan dari pelekatan
bagian polar molekul dengan rantai karbon panjang terhadap dinding
permukaan logam lumpang cetak. Ujung polar dari lubrikan perbatasan
akan teradhesi secara lebih kokoh pada permukaan oksida logam dari tipe
cairan non-polar. Tipe dan kadar lubrikan yang digunakan dalam formulasi
tablet sangat dipengaruhi oleh alat yang digunakan dalam mengempa
tablet (Agoes, 2008 : 289)
Pada praktikum, pertama-tama dilakukan penimbangan zat aktif
dan komponen fase dalam. Pada formula (1) granul dibuat dengan
penambahan bahan pengikat dengan cara kering, dimana zat aktif, bahan
pengikat, bahan pengisi, dan bahan penghancur dalam dicampurkan secara
homogen. Tujuan dari tahap pencampuran ini yaitu untuk
mendapatkan/menjamin homogenitas campuran serbuk sehingga granul
yang dihasilkan merupakan campuran yang homogen. Kemudian,
ditambahkan pelarut pengikat yaitu etanol sampai terbentuk massa yang
kalis. Pada formula (2) granul dibuat dengan penambahan bahan pengikat
dengan cara basah, dimana zat aktif, bahan pengisi, dan bahan penghancur
dalam dicampurkan hingga homogen kemudian ditambahkan larutan
pengikat (PVP yang dilarutkan dalam etanol hingga larut) ke dalam massa
serbuk sampai terbentuk massa yang kalis. Penggunaan etanol sebagai
pelarut pengikat disebabkan karena PVP dapat larut dengan baik dalam
etanol. Pada formula (1) dan formula (2) kemudian diayak dengan
menggunakan mesh nomor 14. Tujuan dari pengayakan ini yaitu
meningkatkan banyaknya tempat kontak partikel dan meningkatkan luas
permukaan untuk memudahkan pengeringan. Selanjutnya, dilakukan
proses pengeringan menggunakan oven pada suhu 60o C. Proses
pengeringan ini bertujuan untuk menghilangkan keberadaan air dan etanol
dalam massa granul basah karena keberadaan air akan menimbulkan
masalah pada sifat aliran dan dapat menyebabkan ketidakstabilan secara
kimiawi. Selanjutnya dilakukan pengecekan kadar air yang terkandung
dalam granul. Setelah massa granul memenuhi persyaratan kadar air,
massa granul diayak kembali dengan menggunakan mesh nomor 16.
Tujuan dari pengayakan kembali ini yaitu agar massa yang dibentuk untuk
menjadi tablet jauh lebih mudah untuk dikempa. Massa granul kemudian
ditimbang dan dilakukan evaluasi granul.
Pembentukan granul berlangsung karena efek ikatan mobil-liquid
yang terbentuk antara partikel primer. Tahapannya yaitu deaglomerasi
bahan awal dengan penggilingan atau pengayakan; pencampuran kering
bahan awal; penambahan cairan dan pembentukan massa basah/lembab;
pengayakan masa basah untuk menghilangkan bongkahan besar;
pengeringan; dan penggilingan atau pengayakan granulasi kering untuk
mencapai ukuran granul/distribusi ukuran granul yang sesuai.
Mekanisme granulasi basah didasarkan pada kekuatan ikatan
cairan-mobil dalam aglomerat basah. Apabila serbuk dicampur dengan
cairan yang membasahi permukaan partikel yang mempunyai sudut kontak
rendah terhadap padat, sistem cenderung menurunkan energi bebas
permukaan dengan cara pembentukan jembatan cairan antara partikel. Jika
jumlah cairan meningkat, jembatan cairan berkoalesensi, dan secara
bertahap berubah menjadi keadaan cair (Agoes, 2008 : 227)
Pada praktikum ini dilakukan evaluasi pada granul yaitu uji
kelembaban, uji sifat alir, uji distribusi ukuran partikel, dan uji bobot jenis.
Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dari granul yang
dihasilkan dan dapat ditentukan apakah granul dapat diproses menjadi
tablet pada tahap selanjutnya atau tidak.
Evaluasi kelembaban atau kadar air dari suatu granul mutlak perlu
dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelembaban akan mempengaruhi
karakteristik lain seperti sifat alir, densitas/kerapatan, dan stabilitas
sediaan padatan seperti granul/kapsul/tablet. Standar nilai kelembaban
massa serbuk yang telah menjadi ketentuan adalah 2-3% yang dihitung
menggunakan alat uji Moisture Analitycal Balance. Prinsip dari uji
kelembaban yaitu menetapkan kadar air dalam kandungan massa serbuk
atau granul melalui proses pemanasan.
Pada formula (1) dengan metode penambahan pengikat cara
kering, kadar air yang diperoleh yaitu 2,38 %. Hasil ini sesuai dengan
standar nilai kelembaban massa serbuk yaitu berada dalam rentang 2-3%.
Sedangkan pada formula (2) dengan metode penambahan pengikat cara
basah didapatkan kadar kelembaban yaitu 1,76%. Nilai kadar air dari
formula (2) tidak sesuai dengan standar nilai kelembaban massa serbuk
yang ditetapkan yaitu berada dalam rentang 2-3%. Kadar air yang kurang
dari 2% ini dapat diakibatkan dari terlalu lamanya proses pengeringan.
Jika kadar air kurang dari 2% terdapat kemungkinan granul yang
dihasilkan tidak akan menjadi suatu bahan yang baik untuk dicetak,
menghasilkan tablet yang lebih higroskopis sehingga akan menghasilkan
tablet yang rapuh.
Tahapan evaluasi granul yang kedua adalah uji sifat alir. Uji sifat
alir merupakan suatu metode untuk memeriksa kualitas granul. Sifat aliran
serbuk yang baik merupakan hal penting untuk pengisian yang seragam ke
dalam lubang cetak mesin tablet dan untuk memudahkan gerakan bahan di
sekitar fasilitas produksi. Sifat aliran dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk
partikel, partikel yang lebih besar dan bulat menunjukkan aliran yang lebih
baik. Metode untuk mengevaluasi sifat aliran granul yang sering
digunakan adalah metode corong (Sari, 2010).
Uji sifat alir terdiri dari dua aspek, yaitu laju alir dan sudut diam.
Laju alir adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah granul untuk
mengalir dalam suatu alat. Sifat alir ini dapat digunakan untuk menilai
efektivitas bahan pelicin, mudah tidaknya granul mengalir dan sifat
permukaan granul (Voigt, 1995). Laju alir dapat diketahui melalui metode
corong. Metode ini paling sederhana untuk menetapkan kemampuan alir
granul secara langsung, yakni kecepatan alir granul dengan bobot tertentu
melalui corong diukur dalam detik. Suatu penutup sederhana ditempatkan
pada lubang keluar corong lalu diisi dengan granul yang telah ditimbang
terlebih dahulu. Ketika penutup dibuka, waktu yang dibutuhkan granul
untuk keluar dicatat. Dengan membagi massa serbuk dengan waktu keluar
tersebut, kecepatan alir diperoleh sehingga dapat digunakan untuk
perbandingan kuantitatif granul yang berbeda. Laju alir dinyatakan sebagai
jumlah gram massa tablet yang melalui corong perdetik (Lachman et al,
1994).
Menurut hasil evaluasi laju alir, diperoleh data yang tidak terlalu
signifikan antara formula (1) (cara kering) dan (2) (cara basah), dimana
laju alir formula 1 adalah 50 gram/3.49 detik, sedangkan pada formula 2
adalah 50 gram/3.42 detik. Data ini memenuhi penafsiran hasil yaitu
waktu yang dibutuhkan oleh 50 gram granul melewati corong kurang dari
5 detik. Sehingga granul dapat dikatakan memiliki laju alir yang baik.
Metode sudut baring telah digunakan sebagai metode tidak
langsung untuk mengukur kemampuan granul untuk mengalir karena
hubungannya dengan kohesi antar partikel atau merupakan sudut tetap
yang terjadi antara timbunan partikel bentuk kerucut dengan bidang
horizontal. Banyak metode yang berbeda untuk menetapkan sudut istirahat
dan salah satunya yang digunakan adalah metode corong. Jika sejumlah
granul atau serbuk dituang ke dalam alat pengukur, besar kecilnya sudut
diam dipengaruhi oleh bentuk ukuran dan kelembaban serbuk. Bila sudut
diam lebih kecil atau sama dengan 30° menunjukkan bahwa serbuk dapat
mengalir bebas, bila sudut lebih besar atau sama dengan 40° daya
mengalirnya kurang baik (Lachman et al, 1994).
Pada metode sudut baring, formula (1) (cara kering) memiliki
sudut baring yang lebih kecil dibandingkan sudut baring pada formula (2)
(cara basah). Sudut baring granul formula (1) (cara kering) yaitu 25˚ dan
sudut baring granul formula (2) yaitu 28,36˚.. Hasil ini menunjukan bahwa
formula (1) dan (2) dikategorikan sebagai granul yang sangat mudah
mengalir karena memiliki sudut baring yang berada dalam rentang 25-30˚.
Tetapi formula (1) memiliki sifat alir yang lebih baik karena semakin kecil
nilai sudut baring, maka produk antara tersebut baik/dapat mengalir bebas.
Sifat alir dapat dipengaruhi oleh kadar air. Kadar air pada formula
1 (cara kering) berada pada rentang 2-3% atau baik, sehingga sudut baring
yang diperoleh menunjukkan granul sangat mudah mengalir (lebih mudah
mengalir jika dibandingkan granul formula (2)). Sedangkan pada formula
2 (cara basah) kadar air dibawah 2% atau tidak memenuhi syarat, hal ini
mengakibatkan sudut baring pada formula 2 (cara basah) tidak lebih baik
dari formula 1 (cara kering). Oleh sebab itulah uji evaluasi harus sesuai
tahapannya, karena jika hasilnya memenuhi persyaratan maka massa
serbuk diloloskan untuk proses selanjutnya.
Granulometri adalah analisis ukuran dan repartisi granul
(penyebaran ukuran-ukuran granul). Dalam melakukan analisis
granulometri digunakan susunan pengayak dengan berbagai ukuran. Mesh
terbesar diletakkan paling atas dan dibawahnya disusun pengayak dengan
mesh yang makin kecil.
Tujuan granulometri adalah untuk melihat keseragaman dari
ukuran granul. Granulometri berhubungan dengan sifat aliran granul. Jika
ukuran granul berdekatan, aliran akan lebih baik. Diharapkan ukuran
granul mengikuti kurva distribusi normal. Prinsip granulometri yaitu
melihat keseragaman dan distribusi ukuran granul yang dihasilkan
Evaluasi distribusi ukuran granul dimaksudkan untuk mengetahui
penyebaran ukuran granul yang dihasilkan. Hal ini perlu diketahui karena
dapat mempengaruhi proses pencetakan tablet yang berkaitan dengan sifat
alir dan keseragaman bobot. Jika debu atau fines yang dihasilkan di bawah
10%, maka granul akan mempunyai sifat alir yang baik, dan sifat alir yang
baik diharapkan akan menghasilkan tablet dengan keseragaman bobot
yang baik pula sesuai dengan yang diinginkan.
Ukuran partikel bahan obat padat memiliki peranan penting dalam
pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek terapinya. Pengukuran
partikel didasarkan atas penimbangan residu yang tertinggal pada tiap
ayakan yaitu dengan melewatkan serbuk atau granul pada ayakan dari
nomor mesh rendah ke nomor mesh tinggi yang digerakkan oleh mesin
penggetar dengan waktu dan kecepatan tertentu. Istilah mesh adalah
nomor yang menyatakan jumlah lubang tiap inchi.
Pada formula (1) dengan menggunakan cara kering pada mesh 16
tertampung granul dengan persentase 3,68%; pada mesh 20 tertampung
granul dengan persentase 31,38%; pada mesh 40 tertampung granul
dengan persentase yang paling besar yaitu 32,84%; pada mesh 60
tertampung granul dengan persentase yang paling kecil yaitu 2%; pada
mesh 80 tertampung granul dengan persentase 13,06%; pada mesh 100
tertampung granul dengan persentase 7,56% dan pada mesh 120
tertampung granul dengan persentase 7,2 %. Granul yang tertampung
sesuai dengan penafsiran hasil yaitu granul paling banyak tertampung pada
mesh 40. Pada mesh 120 didapat persentase 7,25%. Seharusnya persentase
granul pada mesh 120 ini paling kecil karena pada metode granulasi
jumlah serbuk (fines) diminimalisir karena terjadi penggabungan partikel-
partikel kecil menjadi partikel yang lebih besar. Ketidaksesuaian ini dapat
disebabkan karena pada saat pencampuran massa serbuk (zat aktif, bahan
pengisi, dan bahan penghancur dalam) dengan bahan pengikat yang
ditambahkan pelarut pengikat etanol 95%, massa serbuk tidak
tercampurkan secara homogen sehingga zat aktif, bahan pengisi, dan
bahan penghancur tidak dapat tersatukan dan tidak dapat membentuk suatu
massa granul yang membentuk ukuran partikel yang lebih besar.
Pada formula (2) dengan menggunakan cara basah pada mesh 16
tertampung granul dengan persentase 0,24%; pada mesh 20 tertampung
granul dengan persentase 15,25%; pada mesh 40 tertampung granul
dengan presentase yang paling besar yaitu 32,89%; pada mesh 60
tertampung granul dengan presentase 5,15%; pada mesh 80 tertampung
granul dengan persentase 17,83%; pada mesh 100 tertampung granul
dengan persentase 13,11%; pada mesh 120 tertampung granul dengan
persentase 12,02 %. Granul yang tertampung sesuai dengan penafsiran
hasil yaitu granul paling banyak tertampung pada mesh 40 yaitu 32,89%.
Pada mesh 120 didapat persentase 12,02%. Seharusnya persentase granul
pada mesh 120 ini paling kecil karena pada metode granulasi jumlah
serbuk (fines) diminimalisir. Ketidaksesuaian ini dapat disebabkan karena
pada saat pencampuran massa serbuk (zat aktif, bahan pengisi, dan bahan
penghancur dalam) dengan larutan pengikat, massa serbuk tidak
tercampurkan secara homogen sehingga zat aktif, bahan pengisi, dan
bahan penghancur tidak dapat tersatukan dan membentuk suatu massa
granul yang membentuk ukuran partikel yang lebih besar.
Evaluasi terhadap granul yang berikutnya adalah penentuan uji
densitas/bobot jenis dari granul dengan menggunakan alat Tapped Density
Tester. Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku
yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam
desimal. Sedangkan kerapatan adalah massa per satuan volume, yaitu
bobot zat per satuan volume (Ansel, 2006). Tujuan dilakukan evaluasi uji
densitas/bobot jenis pada praktikum ini adalah dapat mengetahui bobot
jenis suatu zat yang akan mempermudah dalam memformulasikan suatu
obat. Prinsip dari uji densitas/bobot jenis adalah menetapkan kerapatan
massa granul per satuan volume (g/ml).
Evaluasi uji densitas/bobot jenis pada praktikum ini dilakukan pada
2 formula dengan metode yang berbeda. Pada formula (1) dengan cara
kering didapatkan nilai BJ nyata 0,41 g/mL, BJ mampat 0,48 g/mL, BJ
sejati 1,54 g/mL, kadar pemampatan 14,04 %, angka Haussner 1,17 dan %
kompresibilitas 14,58%. Hasil kadar pemampatan pada formula ini
memenuhi persyaratan dimana granul dikatakan memenuhi syarat jika Kp
≤ 20%. Angka Haussner pada formula ini memenuhi persyaratan dimana
granul dikatakan memenuhi syarat jika angka Haussner ≈ 1. Dan %
kompresibilitas pada formula ini menunjukkan granul memiliki sifat alir
yang baik dimana granul dikatakan sifat alirnya baik jika memiliki indeks
kompresibilitas antara 11-15 %.
Pada formula (2) dengan cara basah didapatkan nilai BJ nyata
0,374 g/mL, BJ mampat 0,442 g/mL, BJ sejati 1,7 g/mL, kadar
pemampatan 15,32 %, angka Haussner 1,18 dan % kompresibilitas
15,38%. Hasil kadar pemampatan pada formula ini memenuhi persyaratan
dimana granul dikatakan memenuhi syarat jika Kp ≤ 20%. Angka
Haussner pada formula ini memenuhi persyaratan dimana granul dikatakan
memenuhi syarat jika angka Haussner ≈ 1. Dan % kompresibilitas pada
formula ini menunjukkan granul memiliki sifat alir yang baik dimana
granul dikatakan sifat alirnya baik jika memiliki indeks kompresibilitas
antara 11-15 %.
Dilihat dari nilai kadar pemampatan pada formula (1) dengan cara
kering dibandingkan dengan formula (2) dengan cara basah maka dapat
disimpulkan bahwa kadar pemampatan formula (1) dengan cara kering
lebih baik dibandingkan dengan formula (2) dengan cara basah, hal ini
dapat dilihat dari hasil kadar pemampatan formula (1) 14,04% dan formula
(2) 15,32% dimana semakin kecil kadar pemampatan semakin baik sifat
granul. Dilihat dari angka Haussner pada formula (1) dengan cara kering
dibandingkan dengan formula (2) dengan cara basah maka dapat
disimpulkan bahwa angka Haussner pada formula (1) dengan cara kering
lebih baik dibandingkan dengan formula (2) dengan cara basah, hal ini
dapat dilihat dari angka Haussner pada formula (1) 1,17 dan formula (2)
1,18 dimana jika angka Haussner semakin mendekati angka 1 maka
semakin baik sifat granul. Dilihat dari nilai % kompresibilitas pada
formula (1) dengan cara kering dibandingkan dengan formula (2) dengan
cara basah maka dapat disimpulkan bahwa % kompresibilitas pada
formula (1) lebih baik dibandingkan dengan formula (2), hal ini dapat
dilihat dari nilai % kompresibilitas formula (1) 14,58% dan pada formula
(2) 15,38%, dimana semakin kecil nilai % kompresibiltas maka semakin
baik sifat alirnya. Hasil ini sesuai dengan hasil yang diperoleh pada
pengujian sifat alir bahwa sifat alir granul pada formula (1) dengan cara
kering lebih baik daripada sifat alir granul pada formula (2).
XIII. Kesimpulan
XIV. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai