Anda di halaman 1dari 8

Buah Naga I. PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Buah naga atau lazim juga disebut dengan pitaya, akhir-akhir ini menjadi salah satu buah yang populer dikalangan masyarakat. Buah yang termasuk kelompok kaktus atau family cactaceae ini sangat digemari oleh masyarakat untuk dikonsumsi. Karena, selain memiliki rasa manis segar, buah ini juga memiliki berbagai khasiat obat yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Menurut Mahadianto (2007) buah naga memiliki cukup banyak khasiat bagi kesehatan diantaranya sebagai penyeimbang kadar gula darah, membersihkan darah, menguatkan ginjal, menyehatkan lever, perawatan kecantikan, menguatkan daya kerja otak, meningkatkan ketajaman mata, mengurangi keluhan panas dalam dan sariawan, menstabilkan tekanan darah, menguragi keluhan keputihan, mengurangi kolesterol, mencegah kanker usus serta mencegah sembelit dan memperlancar feses. Sedangkan menurut Simatupang (2007) buah naga mengandung 80% air, selain kandungan vitamin C yang tinggi. Zat nutrisi lain yang terkandung di dalam buah naga ialah serat, kalsium, zat besi, fosfor yang cukup bermanfaat untuk mengatasi penyakit darah tinggi. Buah naga yang berdaging merah juga baik untuk memperbaiki penglihatan mata karena mengandung karotenoidnya yang tinggi. Fitokimia di dalam buahnya juga diketahui dapat menurunkan resiko kanker. Oleh karena itu, buah naga memilki nilai ekonomi yang cukup tinggijika dibandingkan dengan buah yang lain. Hal ini menjadi peluang usaha bagi investor domestik untuk melakukan pembudidayaan buah naga dengan skala yang cukup besar. Buah naga mulai dikembangkan di tanah air serta memiliki peluang besar untuk disebarluaskan. Beberapa sentra agribisnis buah naga mulai berkembang antara lain malang, delanggu, kulonprogo, dan DI Yogyakarta (Purba, 2007). Kondisi iklim dan keadaan tekstur tanah di Indonesia mendukung untuk pengembangan agribisnis buah naga. Komoditas ini mempunyai prospek yang cerah untuk peluang komoditas ekspor dan pasarnya masih terbuka lebar serta memiliki potensi yang sangat baik dikembangkan di Indonesia (Deptan, 2005).

Terdapat empat jenis buah naga yang dikembangkan yaitu buah naga daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus), buah naga daging super merah (Hylocereus costaricensis) dan buah naga kulit kuning daging putih (Selenicereus megalanthus). Masing-masing buah naga memiliki karakteristiknya sendiri. Dari buah naga yang dikembangkan tersebut buah nagaHylocereus polyrhizus lebih sering dibudidayakan karena memilki kelebihan tersendiri yaitu ukuran buah buah lebih besar dan warna daging lebih menrik. Sedangkan buah naga yang jarang dibudidayakan adalah bauah naga Selenicereus megalanthuskarena ukuran buah yang relatif kecil walaupun rasanya paling manis diantara jenis yang lain. Persilangan diantara kedua jenis buah naga tersebut kemungkinan bisa dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan nilai ekonomis buah naga. Persilangan merupakan cara paling populer untuk meningkatkan variasi genetik karena relatif mudah, murah dan efektif untuk dilakukan ( Anonim, 2007). Saat ini persilangan buah naga jenisHylocereus polyrhizus dan Selenicereus megalanthus masih jarang dilakukan, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui adanya kompatibilitas persilangan buah naga tersebut. C. Perumusan Masalah Salah satu buah naga yang jarang berada dipasaran adalah buah naga kulit kuning karena ukuran buahnya yang relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan buah naga kulit merah. Namun demikian, buah naga kulit kuning ini memliki rasa manis yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan buah naga kulit merah. Keunggulan yang berbeda diantara kedua jenis buah naga ini kemungkinan dapat disatukan dengan cara mempersilangkan keduanya. Namun dibutuhkan suatu pengujian untuk membuktikan hal tersebut karena buah naga kulit kuning dan buah naga kulit merah memiliki marga yang berbeda. Sedangkan persilangan antar marga buah naga belum banyak dilakukan, oleh karena itu perlu diketahuidan dipelajari persilangan antar marga buah naga. Adapun permasalahan yang ingin diketahui dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah kemampuan silang antara buah naga merah dengan buah naga kuning sebaliknya serta penyerbukan sendiri. 2. bagaimanakah pengaruh persilangan terhadap morfologi buah.

D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari kemampuan persilangan antar marga buah naga (Hylocereus Polyrhizus x Selenicereus megalanthus) dan sebaliknya serta penyerbukan sendiri. E. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui kemampuan silang antar marga buah naga (Hylocereus Polyrhizus x Selenicereus megalanthus) dan sebaliknya serta penyerbukan sendiri. F. Hipotesis Diduga terdapat perbedaan kemampuan persilangan antar marga buah naga(Hylocereus polyrhizus x Selenicereus megalanthus) dan sebaliknya serta penyerbukan sendiri. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Buah Naga Buah naga termasuk dalam kelompok tanaman kaktus atau famili Cactaceae dan subfamili Hylocereanea. Dalam subfamili ini terdapat beberapa genus, sedangkan buah naga termasuk dalam genus Hylocereus. Genus ini juga terdiri dari beberapa spesies, salah satu buah yang memiliki nilai komersial yaitu Hylocereus polyrhizus(berdaging merah). Adapun klasifikasi buah naga sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua) Ordo : Cactales Famili : Cactaceae Subfamili : Hylocereanea Genus : Hylocereus Spesies : Hylocereus polyrhizus (daging merah) (Kristanto, 2003). Tanaman buah naga mulai berbuah umur 1,5-2 tahun. Buah yang telah masak dapat dipanen. Pemanenan pada tanaman buah naga dilakukan pada buah yang memiliki ciri - ciri warna kulit merah mengkilap, jumbai atau sisik berubah warna dari hijau menjadi kemerahan. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan gunting, buah dapat dipanen saat buah mencapai umur 50 hari terhitung sejak bunga mekar. Dalam 2 tahun pertama. setiap tiang penyangga

mampu menghasilkan buah 8 samapai dengan 10 buah naga dengan bobot sekitar antara 400 - 650 gram. Musim panen terbesar buah naga terjadi pada bulan September hingga Maret. Umur produktif tanaman buah naga ini berkisar antara 15 - 20 tahun (Dinas Pertanian Jawa Timur, 2007). Buah naga memiliki kulit berwarna merah dan sangat kontras dengan daging putih yang ada di dalamnya. Di dalam daging terdapat biji-biji hitam. Jenis ini banyak dijumpai di pasar lokal maupun mancanegara, bobot rata-rata 400-500 gram. Buah jenis ini bercitarasa manis bercampur masam segar, mempunyai sisik atau jumbai kehijauan di sisi luar, serta kadar kemanisannya tergolong rendah dibandingkan buah naga jenis lain, yakni 10-13 briks (Andipati, 2006). B. Persilangan Persilangan buatan merupakan kegiatan persarian secara terarah, yaitu mempertemukan tepung sari dengan kepala putik. Tujuan persilangan buatan yaitu untuk memperoleh gabungan gen yang baik dari induk yang disilangkan, yang pada akhirnya diperoleh tanaman yang memiliki daya hasil tinggi, mutu biji baik, dan daya adaptasi luas (Kartono, 2005). Kastrasi adalah pengambilan kotak sari (bunga jantan) dengan sengaja agar tidak terjadi persilangan sendiri. Kastrasidilakukan pada saat bunga jantan muncul tetapi belum pecah. Kastrasi dilakukan setiap hari sesuai dengan kemunculan bunga jantan (matangnya bunga). Ada beberapa cara untuk melakukan kastrasi yaitu : (1) menggunakan pompa pengisap , (2) dengan perlakuan alkohol, dan (3) secara manual dengan pinset (Lukman, 2002). Kuncup bunga tanaman buah naga yang sudah berukuran 30 cm akan mulai mekar pada sore hari. Hal ini terjadi karena pada siang hari kuncup bunga dirangsang untuk mekar oleh sinar matahari dan perubahan perubahan suhu yang agak tajam antara siang dan malam hari. Mekarnya bunga dimulai pada pukul 21.00 dari mahkota bunga bagian luar yang berwarna krem, kemudian disusul mahkota bunga bagian dalam. Setelah mekar akan tampak sejumlah benang sari berwarna kuning. Bunga ini akan mekar penuh pada tengah malam (Kristanto, 2003). Perlakuan penyerbukan berpengaruh terhadap semua karakter kualitatif yang diamati, karakter tersebut seperti warna biji, bentuk biji dan kekerasan biji. Pengaruh ini ditunjukan dengan karakter biji dari setiap perlakuan berbedabeda baik pada warna biji, kekerasan biji, dan bentuk biji. Hal ini disebabkan oleh pengaruh polen dari setiap masing-masing tetua yang menyerbuki (Wijaya et.all, 2007).

Cara perkembangbiakan tanaman secara seksual dibagi menjadi dua yaitu penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang. Penyerbukan sendiri yaitu penyatuan sel telur dan sel sperma yang berasal dari satu tanaman. Penyerbukan sendiri terjadi karena sifat genetik dan susunan morfologi bunga. Sifat genetik yang dimaksud yaitu kemampuan sel kelamin tanaman tersebut untuk dapat bergabung sendiri. Sedangkan morfologi bunga dikaitkan dengan susunan bunga yang dapat menghalangi masuknya tepungsari tanaman lain ke sel telur. Sementara itu, penyerbukan silang adalah penyerbukan yang terjadi oleh penyatuan sel telur suatu tanaman dengan sel sperma tanaman lain. Penyerbukan ini terjadi karena terhalangnya tepungsari sendiri untuk dapat membuahi sel telur. Penyerbukan umumnya terjadi karena bantuan angin atau serangga (Poespodarsono, 1986). Hasil penelitian menunjukkan persilangan Hylocereus polyrhizus x Hylocereus undatusdapat meningkatkan hasil buah naga jenis merah meliputi diameter buah, panjang buah, berat buah, dan kadar gula. Persilangan dalam satu bunga Hylocereus polyrhizus tidak menunjukkan beda nyata terhadap kontrol. Persilangan antar bungaHylocereus polyrhizus meskipun berbeda nyata dibandingkan kontrol, namun tidak lebih baik dibandingkan persilangan antar varietas Hylocereus polyrhizus x Hylocereus undatus. Persilangan Hylocereus polyrhizus x Hylocereus undatusmenunjukkan kemampuan silang tinggi (kompatibel), sedangkan persilangan dalam satu bunga Hylocereus polyrhizus, persilangan antar bunga Hylocereus polyrhizus, dan penyerbukan alami menunjukkan kemampuan silang rendah (inkompatibel) (Aini, 2007). II. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai Bulan Desember 2009 sampai selesai di Gatak Sukoharjo. B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga tanaman buah naga spesies kulit kuning (Selenicereus megalanthus) dan spesies kulit merah (Hylocerus polyrhizus). Alat yang digunakan yaitu kuas kecil, plastik penutup kepala putik, kertas tebal untuk menampung serbuk sari, benang, label, lampu senter, meteran, penggaris, timbangan, hand refraktometer. C. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang dengan satu faktor yaitu macam persilangan dengan : Buah Naga Merah X Buah Naga Kuning Buah Naga Kuning X Buah Naga Merah Buah Naga Merah X Buah Naga Merah Buah Naga Kuning X Buah Naga Kuning Dengan ulangan 10 kali untuk masing-masing macam persilangan atau disesuaikan dengan kondisi bunga lapangan. 2. Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Persiapan yang dilakukan sebelum penelitian dimulai yaitu persiapan alat dan bahan penelitian. Alat yang digunakan dalam persilangan yaitu kuas kecil, plastik penutup kepala putik, kertas tebal untuk menampung serbuk sari, benang, label, dan lampu senter. b. Pelaksanaan persilangan - Menentukan bunga yang akan disilangkan dipilih bunga yang sudah cukup, berukuran 30 cm dan buah naga mulai mekar skitar pukul 19.00 WIB. Bunga buah naga mulai mekar penuh sekitar pukul 23.00 WIB. - Menutup putik dengan plastik sekitar 19.00 WIB. Melakukan persilangan dengan mengoleskan serbuk yang telah masak dan segar dengan menggunakan kuas dan ditampung kertas tebal. Kemudian serbuk sari yang terkumpul pada kertas tebal tersebut disilangkan dan dioleskan langsung kekepala putik dengan cara mengoleskan serbuk sari pada permukaan kepala putik - Melakukan kastrasi yaitu dengan menghilangkan serbuk sari bunga yang telah disilangkan agar tidak terjadi pembuahan sendiri. - Menutup bunga dengan plastik penutup bunga lalu diberi label untuk menandai jenis persilangan yang dilakukan pada bunga tersebut. c. Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi pemupukan, penyiraman air, dan pemangkasan.

d. Pemanenan Umur buah naga daging merah saat bunga mekar hingga saat panen yaitu sekitar 50 hari. Buah naga yang telalh masak ditandai dengan perubahan warna kulit dari hijau menjadi merah (Hylocerus polyrhizus ) atau dari hijau menjadi kuning (Selenicereus megalanthus) pada seluruh permukaan kulit. Pemetikan buah dilakukan dengan cara memotong buah pada tangkai dapat melalui samping dengan gunting. 3. Variabel Pengamatan a. Morfologi bunga Morfologi bunga diamati pada saat bunga mekar. b. Prosentase keberhasilan (kemampuan silang) prosentase keberhasilan menunjukkan kemampuan silang bunga. Prosentase silang diukur dengan menggunakan rumus

x 100% c. Bentuk buah Bentuk buah diamati dengan mengukur diameter dan panjang dari buah yang berhasil terbentuk. d. Berat buah berat buah dihitung dengan melakukan penimbangan buah hasil persilangan dengan menggunakan timbangan e. Jumlah buah yang gugur jumlah buah yang gugur dihitung dengan mencatat waktu gugurnya buah dan menghitung bunga yang berhasil dibuahi terkadang gugur pada saat proses pembesaran buah. Prosentase jumlah buah yang gugur dihitung dengan menggunakan rumus : x 100% f. Umur buah Umur buah dihitung pada saat penyerbukan bunga hingga buah dipanen. g. Jumlah biji Jumlah biji dihitung dengan membuka buah naga dan menghitung biji yang ada di setiap buah.

h. Kadar gula buah Kadar gula buah diukur dengan menggunakan alat Hand Refraktometer. i. Warna daging buah Warna daging buah diamati pada saat buah dipanen. j. Warna kulit buah Warna kulit buah diamati pada saat buah mulai terbentuk hingga buah dipanen. 4. Analisis Data Data kualitatif dianalisis dengan menggunakan uji statistik diskriptif sedangkan data kuantitatif diuji dengan uji F taraf 5% dan apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda duncan taraf 5%

Anda mungkin juga menyukai