Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI -I Herbarium Kering

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu famakognosi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bahan

alam khususnya tumbuhan, hewan dan mineral yang berkhasiat sebagai obat.

Agar suatu tumbuhan dapat terus dilihat keberadaannya, maka tumbuhan

menjadi alternatif cara untuk melindungi keberadan tumbuhan. Salah satu

pengawetan tumbuhan adalah dengan herbarium. Herbarium adalah koleksi

spesimen yang telah dikeringkan atau di awetkan biasanya di susun

berdasarkan klasifikasinya. Herbarium berfungsi sebagai pusat referensi,

sebagai pusat tembaga dan dokumentasi, dan sebagai pusat penyimpanan data.

Ada 2 jenis herbarium yaitu herbarium kering dan herbarium basah.

Herbarium kering adalah pengoleksian herbarium ketika kadar air dalam

herbarium rendah sedangkan herbarium basa adalah pengoleksian herbarium

ketika kadar air tinggi. Herbarium banyak terdapat dilingkungan dan untuk

mendapatkannya dapat dilakukan dengan pengumpulan herbarium

dilingkungan sekitar kita. Banyak herbarium disekitar kita yang sangat

bermanfaat dalam kehidupan kita dan tanpa diketahui juga bermanfaat dalam

pengobatan. Herbarium sangat berhubungan erat dengan ilmu farmasi. Dengan

adanya herbarium ini seorang farmasis dapat mengambil senyawa yang

terkandung dalan tanaman tersebut untuk diracik dan akan berkhasiat menjadi

bahan obat.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 1


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI -I Herbarium Kering

B. Maksud Praktikum

Adapun maksud dari percobaan ini yaitu:

Untuk mengetahui dan memahami tentang herbarium dalam hal ini tanaman

yang berkhasiat obat.

C. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :

1) Untuk mengetahui tanaman yang dapat dijadikan herbarium kering.

2) Untuk mengetahui tanaman yang berkhasiat obat.

3) Untuk mengetahui pembuatan herbarium kering.

D. Prinsip Praktikum

Adapun prinsip dari percobaan ini yaitu pengambilan dan

pengumpulan tanaman yang ada dilingkungan sekitar untuk dilakukan

dijadikan herbarium kering.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 2


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI -I Herbarium Kering

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun

botani yang dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah

koleksi spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistim

klasifikasi (Onrizal, 2005).

Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang

telah dimatikan dan diawetkan melalui metoda tertentu dan dilengkapi dengan

data-data mengenai tumbuhan tersebut. Membuat herbarium yaitu

pengumpulan tanaman kering untuk keperluan studi maupun pengertian, tidak

boleh diabaikan yaitu melalui pengumpulan, pengeringan, pengawetan, dan

dilakukan pembuatan herbarium (Stacey.2004).

Herbarium merupakan karya referensi tiga dimensi, herbarium bukan

hanya untuk mendefinisikan suatu pohon, namun segala sesuatu dari pohon.

Mereka memegang bagian yang sebenarnya dari bagian mereka itu. Nama

latin untuk koleksi ini ataupun herbarium adalah Siccus Hortus, yang secara

harfiah berarti taman kering, dan setiap spesimen menekan yang terpasang

pada selembar kertas yang diulisi dengan apa tanaman yang dikumpulkan itu,

kapan dan dimana ditemukannya (Stacey.2004).

Herbarium merupakan tempat penyimpanan contoh koleksi spesiemen

tanaman atau tumbuhan yaitu herbarium kering dan herbarium basah.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 3


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI -I Herbarium Kering

Herbarium yang baik selalu disertai identitas, pengumpul (nama pengumpul

atau kolektor dan nomor koleksi) (Moenandir.1996).

Pada masa sekarang herbarium tidak hanya merupakan suatu

spesimen yag diawetkan tetapi juga mempunyai suatu lingkup kegiatan botani

tertentu, sebagai sumber informai dasar untuk para ahli taksonomi dan

sekaligus berperan sebagai pusat penelitian dan pengajaran , juga pusat

informasi bagi masyarakat umum. Herbarium diartikan juga sebagai bank

data dengan sejumlah data mentah yang belum diolah. Masing-masing

specimen dapat memberikan bermacam-macam informasi, tergantung

kelengkapan spesimen, data dan asalusul materialnya (Balai Taman Nasional

Baluran, 2004).

Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan pangan sangat beranekaragam,

antara lain sebagai sumber karbohidrat, buah-buahan, kacang-kacangan, biji-

bijian, sayuran dan sebagainya. Banyak jenis tumbuhan hutan memiliki

kandungan gizi tinggi seperti vitamin A, vitamin C, zat besi dan kandungan

mineral lainnya yang merupakan unsur penting bagi kesehatan sehingga

tumbuhan hutan dapat sebagai persediaan sumber pangan pada saat kondisi

darurat atau situasi perang (Ramadhan, 2003).

Keanekaragaman dan potensi tumbuhan hutan sebagai sumber

penyedia bahan pangan masih banyak belum terungkap, sementara itu luasan

hutan semakin berkurang mengemukakan bahwa untuk mengungkap

keanekaragaman tumbuhan hutan perlu dilakukan survei eksplorasi ke

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 4


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI -I Herbarium Kering

beberapa tipe hutan dan dalam setiap kali survei penelitian selalu akan

mendapatkan catatan baru (Ramadhani, 2003).

Herbarium basah, setelah material herbarium diberi label gantung dan

dirapikan,kemudian dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Satu lipatan

kertas koran untuk satu spesimen. Tidak benar digabungkan beberapa

spesimen di dalam satu lipatan kertas. Selanjutnya, lipatan kertas koran berisi

material herbarium tersebut ditumpuk satu diataslainnya. Tebal tumpukan

disesuaikan dengan dengan daya muat kantong plastik (40 × 60) yang akan

digunakan. Tumpukkan tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik dan

disiram alkohol 70 % atau spiritus hingga seluruh bagian tumbukan tersiram

secara merata, kemudian kantong plastik ditutup rapat dengan isolatip atau

hekter supaya alkohol atau spiritus tidak menguap keluar dari kantong plastic.

(Setyawa, 2005).

Herbarium kering, cara kering menggunakan dua macam proses yaitu:

(Setyawan, 2005).

a. Pengeringan langsung

Pengeringan langsung yaitu tumpukan material herbarium yang

tidak terlalu tebaldi pres di dalam sasak, untuk mendpatkan hasil yng

optimum sebaiknya di pres dalam waktu dua minggu kemudian

dikeringkan diatas tungku pengeringan dengan panas yang diatur di dalam

oven. Pengeringan harus segera dilakukan karena jika terlambat akan

mengakibatkan material herbarium rontok daunnya dan cepat menjadi

busuk.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 5


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI -I Herbarium Kering

b. Pengeringan bertahap

Pengeringan bertahap yakni material herbarium dicelup terlebih

dahulu di dalamair mendidih selama 3 menit, kemudian dirapikan lalu

dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Selanjutnya, ditempuk dan

dipres, dijemur atau dikeringkan di atas tungku pengeringan. Selama

proses pengeringan material herbarium itu harus sering diperiksa dan

diupayakan agar pengeringan nya merata. Setelah kering, material

herbarium dirapikan kembali dan kertas koran bekas pengeringan tadi

diganti dengan kertas baru. Kemudian material herbarium dapat dikemas

untuk diidentifikasi.

B. Klasifikasi

Klasifikasi Cabai Rawit

Kerajaan : Plantarum

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone

Ordo : Tubiflorae

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum Annum L

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 6


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI -I Herbarium Kering

BAB III

METODE KERJA

A. Alat Dan Bahan yang Digunakan

a. Alat yang Digunakan

a) Cutter

b) Gunting

c) Kantong plastik

d) Kardus

b. Bahan yang Digunakan

a) Etanol 70%

b) Tanaman cabai rawit.

B. Prosedur Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Diambil bahan baku suatu tanaman yang akan dijadikan sebagi herbarium.

3. Disortasi basah sampel.

4. Dicuci tanaman tersebut dengan etanol 70% untuk menghindari

pertumbuhan jamur.

5. Dibaringkan diatas kardus sampel sambil diangin-anginkan, lalu semua sisi

di tempel kemudian ditutup kembali dengan kardus diatasnya sampai

semua sisi tertutup rapat.

6. Disimpan ditempat gelap selama kurang lebih 2 minggu.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 7


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI -I Herbarium Kering

7. Setelah 2 minggu dan dipastikan herbarium benar-benar kering kemudian

herbarium dipindahkan diatas kertas karton dan diberi keterangan lalu

dibingkai.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 8


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI -I Herbarium Kering

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A. Gambar Tanaman Asli

B. Gambar herbarium kering

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 9


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI -I Herbarium Kering

BAB V

PEMBAHASAN

Herbarium adalah koleksi spesimen yang telah dikeringkan atau diawetkan

biasanya disusun berdasarkan sistem klasifikasi. Biasanya herbarium yang dibuat

untuk tumbuhan yang berukuran kecil hingga besar. Kegunaan hebarium yaitu:

sebagai alat peraga dalam kegiatan pembelajaran, sebagai media peneliti, sebagai

alat bantu identifikasi, sebagai bukti adanya keanekaragaman, sebagai spesimen

acuan untuk mempublikasikan spesimen baru. Dalam praktikum herbarium, aspek

penting yang diperhatikan adalah persiapan pengoleksian. Suatu koleksi

tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan harus ada keterangan

yang memberikan seluruh infomasi yang tidak nampak pada herbarium.

Agar suatu tumbuhan dapat dilihat keberadaannya, maka pengawetan

tumbuhan menjadi alternatif cara untuk melindungi keberadaan tumbuhan dengan

menggunakan etanol 70%. Pembuatan herbarium pada percobaan ini yaitu

hebarium kering. Hebarium kering ialah pengawetan yang dibuat dengan cara

pengeringan, namun tetap terlihat ciri-ciri morfologinya sehingga masih bisa

diamati dan dijadikan perbandingan pada saat determinasi selanjutnya.

Hal-hal yang diperhatikan dalam pembuatan herbarium ialah

perlengkapan, pengumpulan tanaman, cara mengeringkan, pengawetan,

pembuatan herbarium atau penyelesaian. Pada pembuatan herbarium kering kali

ini digunakan etanol sebagai pengawet, hal ini dikarenakan tanaman yang kering

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 10


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI -I Herbarium Kering

merupakan tanaman yang higroskopis sehingga mudah untuk ditumbuhi oleh

jamur.

Sampel yang diambil untuk pembuatan herbarium kering kali ini yaitu

tanaman cabai rawit. Cabai rawit mengandung zat gizi antara lain, lemak, protein,

kabohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, B2, C, dan senyawa alkaloid

seperti capsaicin, oleoresin, flavanoid dan minyak esenssial. Kandungan tersebut

banyak dimanfaatkan sebagai bahan bumbu masak, ramuan obat tradisional,

industry pangan, dan pakan unggas. Cabai rawit dapat digunakan untuk mengobati

penyakit rematik, obat batuk berdahak, sakit gigi, masuk angin, asma serta

mencegah infeksi sistem pencernaan.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 11


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI -I Herbarium Kering

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang di peroleh dari percobaan ini adalah:

1. Herbarium adalah koleksi spesimen yang telah dikeringkan atau diawetkan

biasanya disusun berdasarkan sitem klasifikasi.

2. Fungsi herbarium adalah pusat refrensi, dokumentasi dan pengolahan data.

3. Pembuatan herbarium kering yaitu mengawetkan sampel atau tanaman

dengan cara dikeringkan atau disimpan ditempat yang rata lalu ditindis

dengan benda berat.

B. Saran

Diharapkan kepada para asisten dan dosen agar terus mendampingi

dan membimbing praktikan agar praktikum dapat berjalan dengan baik.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 12


LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI -I Herbarium Kering

DAFTAR PUSTAKA

Onrizal. 2005. “Teknik Pembuatan Herbarium”. http://ocw.usu.ac.id.diakses pada

tanggal 14 Juni 2012.

Stacey, Robyn and Ashley Hay. 2004. “Herbarium”. CambridgeUniversity Press:

New York (P: 36)

Moenandir, J. 1996. “Ilmu Gulma dalam Sistem Pertanian”. PT.RajaGrafindo

Persada; Jakarta (P: 121)

Balai Taman Nasional Baluran. 2004. “Pembuatan Herbarium”

http;//balurannationapar.web.id/Wpcontent/uploads/201104/Pembuatan

Herbarium Flora Di Taman NasionalBaluran04FIX.pdf.diaksespada tanggal 14

Juni2012

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 13

Anda mungkin juga menyukai