Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN

RISIKO KREDIT
ATAU PEMBIAYAAN
OLEH:
AYUK WAHDANFIARI ADIBAH, M.H.
Konsep Dasar Risiko Pembiayaan
Risiko pembiayaan pada umumnya dikaitkan dengan
risiko gagal bayar dari nasabah. Risiko ini mengacu
pada potensi kerugian yang dihadapi bank ketika
pembiayaan yang diberikannya mengalami macet atau
gagal bayar, artinya debitur tidak mampu memenuhi
kewajiban dalam mengembalikan dana pembiayaan
yang telah diterima kepada pihak bank. Selain risiko
gagal bayar, risiko pembiayaan kadang-kadang merujuk
pada risiko kredit apabila menggunakan istilah yang
digunakan oleh Bank Indonesia dalam Peraturan Bank
Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011. Istilah risiko kredit
lebih tepat digunakan untuk perbankan konvensional.
Hal ini didasarkan pada skema pembiayaan yang
menggunakan konsep kredit.
2
Lanjutan…
Lima masalah ketika bank syariah menyalurkan dana dalam proses bisnis, yaitu
sebagai berikut:
1. Masalah ketidakpastin kondisi pasar yang akan mempengaruhi kemampuan
debitur dalam mengembalikan dana (risk ability to pay).
2. Adanya kemungkinan perbedaan nilai jual agunan ketika kontrak dan terminasi.
Hal ini mengarah pada risiko tidak kembalinya modal jika debitur mengalami
gagal bayar.
3. Masalah kredibilitas informasi yang diberikan debitur ketika pengajuan proposal
pembiayaan. Kondisi ini dapat menyebabkan bank mengalami salah pilih debitur
dan/atau kesalahan dalam menetapkan perjanjian pembiayaan, seperti jangka
waktu, platform pinjaman atau bahkan marginnya.
4. Masalah granularity akibat banyaknya debitur yang dibiayai, tetapi nilainya kecil
karena lebih 70% debitur bank syariah adalah sector UKM.
5. Masalah ketidakmampuan bank dalam membedakan sebab terjadinya gagal bayar
oleh debitur. Kegagalan bayar dapat disebabkan oleh faktor kemampuan
keuangan dan/atau ketiadaan itikad baik dari debitur untuk membayar.

3
Analisis Risiko Pembiayaan Pada
Portofolio Pembiayaan dan Aset

Pengelolaan risiko portofolio pembiayaan merupakan fungsi


turunan dari filosofi manajemen risiko yang dibangun oleh top
management. Portofolio pembiayaan bank syariah terdiri atas
berbagai akad pembiayaan yang memiliki karakteristik dan
proses bisnis yang berbeda-beda. Oleh karena itu bank perlu
membuat suatu profil portofolio yang mencantumkan tentang
imbal hasil, tingkat risiko dan pola arus kas yang diharapkan.
Kompetensi dan ketelitian sumber daya manusia sangat
dibutuhkan pada tahap ini karena akan menentukan berbagai
kebijakan seperti limit akad pembiayaan, besar dan periode
cicilan untuk memenuhi profil arus kas, tingkat risiko per akad
yang dibolehkan dan tingkat margin atau bagi hasil yang
diharapkan.

4
Lanjutan…
Pihak-pihak yang terlibat dalam risiko pembiayaan adalah sebagai berikut:
1. Debitur, risiko yang disebabkan oleh debitur berkaitan dengan ketidakmampuan
atau ketidakmauan debitur dalam melaksanakan kewajibannya kepada bank,
diantaranya:
a. Obligor risk, risiko yang berkaitan dengan kemampuan atau kemauan
debitur dalam melaksanakan kewajibannya kepada bank.
b. Collateral risk, risiko yang berkaitan dengan pemenuhan jaminan oleh
debitur kepada bank.
c. Legal risk, risiko yang berkaitan dengan aspek dokumentasi dan
administrasi pembiayaan.
2. Bank, risiko yang terjadi karena bank dalam melakukan analisis pembiayaan
mengalami kesalahan sehingga fasilitas yang diberikan tidak sesuai dengan
peruntukannya, jangka waktu yang tidak tepat dan fasilitas yang diberikan
sebenarnya tidak layak untuk dibiayai.
3. Negara, risiko yang terjadi akibat ketidakmampuan debitur memenuhi
kewajibannya karena beroperasi di suatu Negara yang kebijakannya tidak
mendukung aktivitas usaha debitur.
5
Lanjutan…
Risiko yang perlu menjadi perhatian bank dalam penyaluran pembiayaan antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Risiko politik, kebijakan politik yang tidak kondusif di suatu Negara dapat
mempengaruhi aktivitas bisnis debitur.
2. Risiko sifat usaha, bank harus memahami aktivitas bisnis debitur yang memiliki
jenis dan tingkat risiko berbeda sehingga dapat melakukan mitigasi risiko untuk
menjamin fasilitas pembiayaan yang diberikan kepada debitur dapat berjalan
dengan lancar.
3. Risiko Geografis, bank harus dapat menganalisis lokasi usaha debitur seperti
keamanan lokasi usaha atau akses terhadap sumber daya dan lainnya.
4. Risiko persaingan, bank harus memperhatikan tingkat persaingan usaha debitur
dalam pangsa pasar yang dimasukinya, yang berkaitan dengan persaingan bank
dalam penyaluran pembiayaannya.
5. Risiko ketidakpastian usaha, kecermatan dalam melakukan analisis proyeksi
terhadap kondisi bisnis debitur.
6. Risiko inflasi, akibat dari nilai uang yang diperhitungkan dalam aktivitas
penyaluran pembiayaan.
6
Lanjutan…
 Risiko pembiayaan mengandung tiga komponen, yaitu:
1. Peluang gagal bayar (probability of default), yaitu ketidakmampuan
debitur dalam memenuhi kewajibannya kepada bank.
2. Eksposur pembiayaan (enposure of financing), yaitu berkaitan dengan
potensi jumlah kerugian jika debitur gagal bayar.
3. Tingkat pemulihan (recovery rate), yaitu tingkat pengembalian
pembiayaan yang telah gagal bayar sebagai upaya pemulihan kinerja
bank.
 Risiko pembiayaan bisa berasal dari:
1. Risiko keuangan, terdiri atas fundamental dan karakter industri dan
keuangan industri.
2. Risiko bisnis, terdiri atas posisi pasar dan efisiensi operasional.
3. Risiko industri, terdiri atas rekam jejak dan kredibilitas.
4. Risiko kualitas manajemen, terdiri atas posisi keuangan saat ini, posisi
keuangan masa depan, fleksibilitas keuangan dan kualitas akuntansi.
7
Lanjutan…
 Bank dapat melakukan beberapa kegiatan berikut ini dalam pengelolaan
risiko pembiayaan:
1. Aktivitas penyaringan, dengan menekankan pencegahan agar bank
terhindar dari potensi gagal bayar oleh debitur.
2. Pembatasan pembiayaan, membatasi jumlah pembiayaan yang diterima
oleh satu nasabah atau satu grup nasabah (BMPK).
3. Diversivikasi pembiayaan, melakukan sebaran pembiayaan berdasarkan
jenis perusahaan, jenis industri tertentu, sektor ekonomi dan
sebagainya.

8
Lanjutan…
 Risiko pembiayaan dari sisi perbankan dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut ini:
1. Kepentingan pribadi pejabat bank berkaitan dengan pemberian pembiayaan kepada debitur.
2. Orientasi terhadap laba tetapi kurang mengupayakan sumber pengembalian.
3. Kompromi terhadap prinsip pemberian pembiayaan yang sehat.
4. Kebijakan/prosedur pembiayaan tidak memadahi.
5. Informasi pembiayaan untuk pengambilan keputusan tidak lengkap.
6. Lambat mengambil tindakan likuidasi sesuai perjanjian.
7. Monitoring pembiayaan yang tidak konsisten dan terlalu meremehkan permasalahan yang
terjadi.
8. Kemampuan teknis yang kurang memadahi, termasuk melakukan seleksi terhadap risiko yang
kurang handal.
9. Tekanan persaingan usaha.
10. Tidak adanya standart kebijakan pembiayaan.
11. Pelanggaran terhadap batas maksimum pemberian pembiayaan kepada satu debitur.
12. Konsentrasi kepada pembiayaan segmen usaha yang tergolong berisiko tinggi dan spekulatif.
13. Ketidaklengkapan dokumen pembiayaan.
14. Tidak ada standar formal tentang prosedur penetapan pembiayaan.
15. Lemahnya analisis, review dan pengawasan pembiayaan.
9
Pilar dalam Mengevaluasi Risiko
Pembiayaan
Risiko harus diidentifikasi terlebih dahulu agar dapat dikelola dengan baik. Lima
pilar yang harus dianalisis dalam melakukan identifikasi risiko yaitu sebagai
berikut:
1. Pilar agunan, jaminan merupakan jalan keluar alternatif untuk
menyelamatkan pembiayaan yang diberikan kepada nasabah apabila nasabah
tidak dapat melunasi kewajibannya.
2. Pilar manajemen, manajemen perusahaan merupakan salah satu faktor kunci
keberhasilan suatu perusahaan yang berarti menentukan tinggi rendaknya
risiko perusahaan yang diberi pembiayaan oleh bank.
3. Pilar keuangan, memiliki tiga area risiko yaitu kinerja usaha, likuiditas dan
kewajiban.
4. Pilar sumber daya alam, kesinambungan sumber daya alam memegang
peranan penting dalam kehidupan nasabah yang menentukan kelangsungan
pembiayaan yang diberikan oleh bank.
5. Pilar lingkungan bisnis, adalah lingkungan yang melingkupi bisnis nasabah
dan menentukan suatu perusahaan. Area risiko tersebut terdiri dari pasar,
produksi, peraturan, persaingan dan strategi perusahaan.

10
Evaluasi Risiko Pembiayaan
1. Metode kualitatif – sistem para ahli, lembaga keuangan
melakukan evaluasi terhadap kredibilitas pihak peminjam
dana yang bersepakat atas kontrak keuangan Islam yang
didasarkan pada metode kualitatif. Metode kualitatif
merupakan sistem yang didasarkan pada penilaian para
ahli yang terlibat dalam proses pemberian persetujuan atas
suatu kredit atau pembiayaan.
2. Metode kuantitatif, pokok utama metode ini didasarkan
pada model kuantitatif statistik. Dengan membuat model
kuantitatif, analis risiko mungkin harus memiliki sejumlah
asumsi sehingga ada tingkat ketidakpastian yang dapat
mempengaruhi hasil yang dicapai model tersebut.
3. Model hybrid, kombinasi model empiris dan model
kuantitatif menghasilkan bentuk hybrid dari model
evaluasi risiko kredit atau pembiayaan.

11
Mitigasi Risiko Pembiayaan
Mitigasi risiko pembiayaan adalah sejumlah teknik dan
kebijakan dalam mengelola risiko pembiayaan untuk
meminimalkan kemungkinan terjadinya atau dampak dari
kerugian pembiayaan. Teknik yang dapat digunakan antara
lain sebagai berikut:
1. Model pemeringkatan untuk pembiayaan perseorangan
2. Model portofolio pembiayaan
3. Agunan
4. Pengawasan arus kas
5. Manajemen pemulihan
6. Asuransi

12
Thanks!

Any questions?

13

Anda mungkin juga menyukai