ASUHAN KEBIDANAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah senantiasa melimpahkan Rahmat dan
hidayahnya sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat dalam menjalankan aktifitas
sehari-hari. Penulis juga panjatkan kehadiran Allah SWT, karena hanya dengan keridhoannya
makalah Asuhan Kebidanan ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari betul sepenuhnya bahwa
tanpa adanya sumber materi pembelajaran yang baik, makalah ini tidak akan terwujud dan masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis berharap saran dan
kritik demi perbaikan-perbaikan lebih lanjut. Akhir kata penulis berharap, semoga makalah ini
Kelompok 3
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR....................................................................................….…
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.......................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perempuan kini tengah menjadi sorotan. Di era emansipasi ini masyarakat mulai
mengakui keberadaan perempuan yang makin maju dan mulai menunjukkan diri mereka.
Keadaannya tentu berbeda ketika masyarakat belum mengenal emansipasi. Perempuan
tidak bisa bebas untuk berekspresi dan bersosialisasi dengan leluasa.
Perempuan masa kini sudah berani mengekspresikan diri dan mandiri tanpa
terkekang oleh adat dan mitos dalam masyarakat. Mereka mulai meretas karir untuk
meningkatkan kualitas dan kemampuan diri demi masa depan. Masyarakat yang mulai
merasakan kekuatan emansipasi perempuan pun mulai terbuka dan mengakui sosok
perempuan yang ingin disejajarkan dengan sesama mereka, laki-laki.
Untuk menunjukkan kemampuan diri, perempuan lebih berani dan bebas memilih
pekerjaan sesuai dengan minat mereka. Bahkan perempuan tak ragu lagi terjun ke dunia
kerja yang kerap diidentikkan dengan kaum laki-laki, salah satunya menjadi seorang
jurnalis. Bukan hal yang mengejutkan lagi perempuan menjadi seorang jurnalis, karena
pada dasarnya masing-masing individu baik itu perempuan maupun laki-laki memiliki
kesempatan yang sama, meskipun bias gender.
1. Seputar penggambaran sosok perempuan di media massa yang masih kurang sensitif
gender dan cenderung menyudutkan posisi kaum perempuan. Dalam berita kriminal,
perempuan banyak disorot terkait masalah kekerasan, penganiayaan, dan pelecehan
seksual. Perempuan digambarkan sebagai objek eksploitasi, sebagai tersangka, atau
sebagai korban. Bahkan ada anggapan bahwa perempuan dianggap ‘mengundang’
(memancing) tindak kriminalitas atas diri mereka.
2. Sebagai contoh dalam berita tentang PSK (Pekerja Seks Komersial) yang identik
dengan sosok perempuan. Kondisi berbeda terjadi di berbagai negara maju, dimana
terjadi peningkatan dalam representasi perempuan di media massa sekitar 30%-40%,
bahkan di Finlandia mencapai 49%.
3. Setidaknya angka ini bisa menjadi gambaran tentang permasalahan perempuan yang
perlu mendapat perhatian bagi media massa, sebagai kontrol sosial masyarakat lewat
pemberitaan mereka. Minimnya keterlibatan perempuan juga menjadi salah satu
penyebab suramnya gambaran perempuan di media massa. Keberadaan perempuan
jurnalis baru mulai diakui dalam kurun waktu lima puluh tahun belakangan ini,
sebelumnya hanya menjadi milik kaum laki-laki.
4. Hal ini dikarenakan dominasi kaum laki-laki kadang membuat perempuan minder
untuk masuk dalam ranah media yang maskulin. Di Indonesia, jumlah perempuan
jurnalis hanya sekitar
B. Rumusan Masalah
1. Isu gender dalam kehidupan perempuan ?
2. Program pemberdayaan perempuan dalam multidimensional dan lintas sectoral ?
3. Kajian gender dalam pelayanan kebidanan dan kesehatan ?
4. Dampak ketidak setaraan sosial pada kesehatan perempuan ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Isu gender dalam kehidupan perempuan.
2. Mengetahui Program pemberdayaan perempuan dalam multidimensional dan lintas
sectoral.
3. Mengetahui Kajian gender dalam pelayanan kebidanan dan kesehatan.
4. Mengetahui Dampak ketidak setaraan sosial pada kesehatan perempuan.
BAB II
PEMBAHASAN
Kemudian pada tahun 1980, WHO juga rnendeklarasikan Health for All 2000
yang isinya rnenghimbau kepada semua anggota WHO, supaya melakukan langkah
dalarn pembangunan kesehatan sehingga derajat kesehatan setiap orang meningkat. Di
Indonesia, pengembangan komitmen global ini dilaksanakan melalui misalnya dengan
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 1982 dan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang bidang Kesehatan (RPJPK). Selanjutnya saat memasuki abad XX Indonesia telah
menetapkan "Indonesia Sehat 2010" sebagai visi pembangunan kesehatan.
Komitmen global lain yang mengaitkan kesehatan dengan isu gender adalah
Konperensi Perempuan Sedunia IV tahun 1995 di Beijing, yang menyebutkan bahwa
"Perempuan dan Kesehatan" sebagai satu dari 12 bidang kritis yang dikernukakan dalam
rencana aksi ini. Sebagai Negara yang ikut menjadi peserta dan menandatangani
deklarasi, maka sudah seharusnya Indonesia rnelaksanakan komitmen ini dengan sebaik-
baiknya. Komitmen penting lain yang disepakati Indonesia dalam bidang kesehatan
adalah upaya global pemberantasan AIDS, tuberkulosis dan malaria (Global ATM) dan
untuk melaksanakan upaya tersebut Indonesia merupakan salah satu negara yang
mendapat bantuan dana global.
Namun, hal ini oleh banyak penentu kebijakan, perencana program dan penyedia
pelayanan (health provider) tidak dianggap/dikenali sebagai masalah yang serius.
Ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender ini dijumpai dalam beberapa bentuk gender
inequality, yaitu perbedaan akses pada pelayanan kesehatan antara penduduk laki-laki
dan perempuan, perbedaan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada penduduk
laki-laki dan perempuan, dan bias gender dalam riset medis.
Selama ini kebijakan dan program pembangunan kesehatan pada umumnya sudah
dilaksanakan untuk seluruh penduduk, dengan tidak membedakan sasaran laki-laki dan
perempuan, kecuali program yang dirancang khusus untuk laki-laki atau perempuan.
Ternyata dengan kebijakan dan program yang bersifat "netral gender atau buta gender
ini,sering dijumpai adanya kesenjangan dalam pelaksanaan serta dampak yang terjadi
pada penduduk laki-laki dan perempuan. Beberapa contoh antara lain:
A. Kesimpulan
Pengertian Gender merupakan kajian tentang tingkah laku perempuan dan
hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan. Gender berbedadari seks atau jenis
kelamin laki-laki dan perempuan yang bersifat biologis.Ini disebabkan yang dianggap
maskulin dalam satu kebudayaan bisa dianggap sebagai feminim dalam budaya lain.
Dengan kata lain, ciri maskulin atau feminim itu tergantung dari konteks sosial-budaya
bukan semata-mata pada perbedaan jenis kelamin.
Termasuk dalam persoalan gender adalah pembagian peran antara laki-laki dan
perempuan (di luar peran biologis yakni hamil dan menyusui pada perempuan serta
membuahi pada laki-laki), serta kepribadian. Gender bukanlah kodrat ataupun ketentuan
Tuhan. Oleh karena itu gender berkaitan dengan proses keyakinan bagaimana seharusnya
laki-laki dan perempuan berperan dan bertindak sesuai dengan tata nilai yang terstruktur,
ketentuan sosial dan budaya ditempat mereka berada.
B. Saran
Diharapakan agar makalah ini dapat menjadi pembelajaran bagi kita sebagai mahasiswa
untuk mencegah terjadinya gender di lingkungan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Siti Isfandari,dkk. Dinamika Jender Terhadap Akses Pelayanan Kesehatan Maternal Sembilan
Etnis Di Indonesia.2018: Jakarta.
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/hsr/article/download/652/940. Akses 23
Juni 2021.