Anda di halaman 1dari 1

Syaikh Salim bin Sumayr menuliskan pada kitabnya yang populer, yang berjudul Safiinatun Najah,

dalam bab puasa beliau menuliskan:

Arkanuhu tsalasah. Niyyatun laylan likulli yaumin fil fardi

Niat menjadi satu rukun yang penting dalam berpuasa. Bukan hanya berpuasa, niat juga wajib untuk
amalan-amalan lain. Imam Abu Zakaria Muhyiddin Yahya bin Syaraf An Nawawi dalam kitab Al
Arbauna fi Mabanil Islam wa Qawaidil Ahkam atau yang lebih kita kenal dengan Arbain Nawawi,
beliau menuliskan hadits pertama tentang niat:

Hadits innamal a’malu bin niyat

Hadits ini adalah hadits yang luar biasa. Imam Syafii ra mengatakan, “yadkhulu hadzal haditsu fii
sabiina baban minal fiqhi”. Ulama lainnya ada yang mengatakan, “hadzal haditsu tsulutsul islam”.

Dalam hadits ini terdapat 4 pernyataan. Pernyataan 1 merupakan pernyataan inti yang menyatakan
bahwa setiap amal tergantung pada niatnya. Sementara itu, pernyataan kedua menguatkan pernyataan
pertama bahwa orang akan dibalas sesuai dengan apa yang diniatkan. Kedua pernyataan inilah yang
menjadi dasar dalam kaidah fiqih, “Al-umuru bimaqashidiha”. Setiap urusan didasarkan kepada
tujuannya, maksudnya, atau niatannya. Rasul pun memberikan contoh pada kaidah ini pada pernyataan
selanjutnya tentang hijrah: “fa man kana hijratuhu …”.

Niat sendiri ada 2 macam, yang pertama adala niyatul amal. Niat ini memiliki fungsi pembeda: yang
pertama adalah membedakan antara ibadah dan kebiasaan. Misal, orang meninggalkan makan dan
minum. Bisa jadi niatnya adalah untuk diet, bisa jadi niatnya untuk menjalankan ibadah puasa. Fungsi
kedua adalah membedakan antara ibadah yang satu dengan yang lainnya. Misal, sama-sama ibadah
shalat, tetapi ada yang fardhu dan sunnah. Semua itu dibedakan dengan niatnya.

Niat yang kedua adalah niat a’ma’mul lahu. Kepada siapa niat tersebut ditujukan. Tentunya yang
terbaik niat itu kita tujukan kepada Allah SWT. Maka kita mengenal yang dimaksud dengan istilah
Ikhlashun Niyyah, artinya pemurnian niat yang hanya ditujukan kepada Allah.

Mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan. Mudah-mudahan di sisa Ramadhan ini kita mampu untuk
menjaga, memperbaiki, atau meluruskan niat kita. Karena dengan niat yang salah, amalan puasa kita
menjadi sia-sia. Rasul bersabda, “rubba shaimin hazzhuhu min siyamihi alju wal athosy”.

Anda mungkin juga menyukai