PSIKOLOGI ISLAM
PONTIANAK
2022
1. REVIEW I
Halaman
Tahun Terbit Desember 2014
Penulis Endah Wulandari & H. Fuad Nashori
Reviewer Syarifah Tri Rahmah Fitriyana
Tanggal Review 13 Juni 2022
Latar Belakang Proses menua atau aging adalah proses alami pada semua
makhluk hidup. Begitu juga yang terjadi pada manusia yang
terus melewati proses tumbuh kembang secara terus
menerus dari fase anak, fase remaja, fase dewasa dan fase
lansia. Laslett (Suardiman, 2011) menyatakan bahwa
menjadi tua (aging) merupakan proses perubahan biologis
secara terusmenerus yang dialami manusia pada semua
tingkatan umur dan waktu, sedangkan usia lanjut (old age)
adalah istilah untuk tahap akhir dari proses penuaan tersebut.
Di Indonesia, hal-hal yang terkait dengan usia lanjut diatur
dalam undangundang yaitu UU RI No.13 Tahun 1998
Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Dalam undang-undang
tersebut tertulis bahwa lanjut usia adalah orang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas (DPR RI, 2013). Sedangkan
menurut WHO seseorang dapat dikatakan sebagai lanjut usia
setelah mencapai usia 65 tahun ke atas (Saragih, 2012).
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi
zikir terhadap kesejahteraan psikologis pada lansia.
Subjek Penelitian Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah lansia
yang merupakan anggota lansia “Griya Sanggar Asri”
Yogyakarta. Adapun karakteristik subjek penelitian yang
digunakan peneliti untuk mencapai tujuan penelitian ini
adalah: Pria dan wanita berusia 60 – 75 tahun, beragama
Islam, pendidikan minimal SD, memiliki pendengaran dan
penglihatan yang cukup baik.
Halaman
Tahun Terbit Juni 2014
Penulis Widuri Nur Anggraieni & Subandi
Reviewer Syarifah Tri Rahmah Fitriyana
Tanggal Review 13 Juni 2022
Latar Belakang Stres adalah ketidakmampuan dalam menghadapi tuntutan-
tuntutan yang luar biasa yang dirasa mengancam
kesejahteraan, baik dari dalam maupun dari luar diri individu
(Schrafer, 2007). Tuntutan-tuntutan yang berasal dari dalam
diri maupun luar diri individu yang dianggap sebagai suatu
yang mengancam, membahayakan, dan menantang
kesejahteraan hidupnya akan menimbulkan perasaan tegang.
Kejadian dan peristiwa yang dirasakan sebagai suatu kondisi
yang menekan dianggap sebagai sebuah stressor. Stressor
adalah peristiwa atau keadaan yang dianggap sebagai sesuatu
yang berbahaya atau menantang, sehingga menimbulkan
perasaan tegang atau stres (Sarafino, 2000).
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh terapi
relaksasi zikir untuk menurunkan stres pada penderita
hipertensi esensial.
Metode Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen atau
Penelitian ekperimen semu, yaitu desain eksperimen yang
pengendaliannya terhadap variabel-variabel
noneksperimental tidak begitu ketat, dan penentuan
sampelnya dilakukan tidak dengan randomisasi seperti pada
penelitian eksperimen murni (Latipun, 2010). Menurut Harris
(2006), penelitian kuasi eksperimen dapat dilakukan dengan
alasan pertimbangan etika, menemui kesulitan untuk
melakukan randomisasi subjek, lokasi yang sulit, jumlah
sampel yang sangat sedikit.
Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini mempunyai kriteria sebagai
berikut: (1) Penderita hipertensi esensial dengan memiliki
gangguan pada kesehatan fisik, (2) Memiliki tekanan darah
dengan kategori hipertensi tingkat 1 (tekanan sistolik 140-159
mmHg dan atau tekanan diastolik 90-99 mmhg mmhg),
sampai dengan kategori hipertensi tingkat II (tekanan sistolik
> 160 mmHg dan atau tekanan diastolik 100 mmHg ), (3) Usia
40-60 tahun (Dewasa Madya), (4) Lakilaki dan perempuan,
(5) Memiliki kecenderungan tingkat stres sedang hingga
tinggi, (6) Beragama Islam, (7) Memiliki kemauan dan
bersedia mengikuti terapi relaksasi zikir.
Metode Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
Pengumpulan beberapa teknik, yaitu (1) Lembar Persetujuan Subjek
Data (informed consent), (2) Pemantauan Diri dilakukan dengan
cara catatan harian pelaksanaan relaksasi di rumah, (3) Alat
pengukur tekanan darah (sphygmomanometer) air raksa, (4)
Alat Ukur Skala Stres.
Metode Analisis Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Data analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis data kuantitatif
yang digunakan adalah non parametrik dengan Mann-
Whitney U (uji beda) dari data asli hasil prates dan pascates
terhadap gain-score untuk mengetahui pengaruh terapi
relaksasi zikir terhadap tingkat stres subjek, baik pada
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Mann-
Whitney U adalah alternatif cara analisis nonparametrik untuk
menguji perbedaan skor pada dua sampel yang tidak
memenuhi asumsi-asumsi pada analisis parametrik (Diekhoff,
1992).
Hasil Penelitian Berdasarkan analisis kualitatif dilakukan pada kelompok
eksperimen dari hasil observasi dan wawancara selama subjek
mengikuti terapi kelompok, dengan tujuan analisis kualitatif
adalah untuk mengetahui pengalaman dan perilaku peserta
selama mengikuti terapi kelompok. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa keenam subjek tersebut mengalami
beberapa permasalahan sebagai berikut: (1) Permasalahan
ekonomi dan pekerjaan, (2) Permasalahan keluarga, (3)
Permasalahan pola makan, (4) Kebiasa- an merokok, (5)
Keluhan-keluhan fisik dan psikis yang menyertai tekanan
darah tinggi, (6) Kekhawatiran terhadap dampak tekanan
darah tinggi.
Pembahasan dan Penelitian ini memiliki beberapa kekurangan seperti :
Kesimpulan a) penilaian kemajuan dalam penurunan tingkat stres dan
tekanan darah kurang bisa dianalisis perkembangan skornya,
karena peneliti tidak melakukan pengetesan pada tiap sesi,
sehingga penurunan stres hanya bisa dilihat prates dan pascates
saja, b) peneliti tidak melakukan monitoring terhadap
pelaksanaan relaksasi secara mandiri karena keterbatasan
waktu, c). peneliti tidak mendalami efek makna setiap bacaan
– bacaan zikir pada setiap subjek, yaitu bacaan
“Laillahaillallah”, “Astagfirul lahaladzim”, “Subhanallah”,
“Alhamdulillah” dan “Allahuakbar”. Kekurangan dalam
penelitian ini diharapkan dapat disempurnakan oleh peneliti
selanjutnya.
Halaman
Tahun Terbit Februari 2022
Penulis Mada Kartikasari, Fuad Nashori.
Reviewer Syarifah Tri Rahmah Fitriyana
Tanggal Review 13 Juni 2022
Latar Belakang Pernikahan adalah suatu hal yang penting untuk memperoleh
keseimbangan hidup. Selain itu, terwujudnya kebahagiaan
juga merupakan harapan utama yang diinginkan oleh suami
dan istri yang terikat dalam pernikahan. Kebahagiaan
pernikahan akan terwujud apabila masingmasing anggota
keluarga saling mengerti, menghormati, dan menghargai.
Akan tetapi, perjalanan pernikahan belum tentu semudah
seperti yang diharapkan. Salah satunya disebabkan adanya
kekerasan (Manumpahi et al., 2016). Pada 2019, Komnas
Perempuan (2020) menyebutkan, dari jenis kekerasan
terhadap perempuan lainnya, kekerasan dalam rumah tangga
tercatat memiliki jumlah kasus terbanyak, yaitu 75% atau
sejumlah 11.105 kasus.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas terapi zikir
istighfar dalam menurunkan gejala gangguan stres
pascatrauma pada istri yang mengalami kekerasan dalam
rumah tangga.
Metode Partisipan pada penelitian ini adalah istri yang menjadi
Penelitian korban kekerasan dalam rumah tangga yang didapatkan dari
beberapa lembaga atau instansi penanganan kasus kekerasan
dalam rumah tangga.
Subjek Penelitian Pemilihan partisipan dilakukan secara purposive sampling
dengan menyesuaikan karakteristik partisipan yang
dibutuhkan. Adapun karakteristik tersebut, yaitu terindikasi
gejala gangguan stres pascatrauma pada alat ukur The PTSD
Checklist for DSM-5 (PCL-5) dengan skor 31-33, berusia
antara 24-50 tahun dan beragama Islam. Jumlah partisipan
pada penelitian ini sebanyak 10 orang yang dibagi ke dalam
dua kelompok, yaitu lima orang dalam kelompok perlakuan
dan lima orang dalam kelompok kontrol.
Metode Penelitian ini menggunakan metode campuran, yaitu dengan
Pengumpulan menggabungkan unsur dari pendekatan kuantitatif dan
Data kualitatif. Desain yang digunakan pada metode ini adalah
QUAN+qual, yaitu mengutamakan hasil dari pendekatan
kuantitatif dan menjadikan pendekatan kualitatif sebagai
komponen pelengkapnya (Morse & Linda, dalam
Schoonenboom & Johnson, 2017). Pada pendekatan
kuantitatif, peneliti menggunakan desain quasi experimental
nonrandomized pretest-posttest control group design. Desain
penelitian ini menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok
perlakuan yang diberikan intervensi dan kelompok kontrol
yang tidak mendapatkan perlakuan sama sekali.
Hasil Penelitian Partisipan pada penelitian ini terdiri atas sepuluh orang wanita
yang mengalami kekerasan dari suami. Partisipan tersebut
dibagi kedalam dua kelompok, yaitu lima orang pada
kelompok perlakuan dan lima orang lainnya pada kelompok
kontrol.
Kesimpulan Terapi zikir istighfar memiliki pengaruh pada penurunan
gejala gangguan stres pascatrauma bagi istri yang menjadi
korban kekerasan dalam rumah tangga. Hasil menunjukkan
adanya perubahan pada kondisi yang dirasakan pada masing-
masing peserta setelah melaksanakan terapi zikir istighfar,
terutama setelah pemberian psikoedukasi dan saat praktik
membaca istighfar secara bersama-sama maupun secara
mandiri dalam penugasan. Melalui terapi zikir partisipan
mendapatkan manfaat ketenangan hati, menyadari atas
kesalahan yang pernah dibuat di masa lalu, meyakini bahwa
permasalahan yang dialami merupakan takdir dari Allah dan
berkurangnya gejala pada gangguan stres pascatrauma serta
memiliki coping yang baik dalam mengatasi gejala yang
muncul.
Melalui penelitian ini Partisipan diharapkan mampu
berkomitmen untuk melaksanakan terapi zikir istighfar secara
konsisten di dalam kesehariannya. Hal ini bertujuan agar
partisipan semakin merasakan manfaat dan mampu untuk
meningkatkan kemampuan coping yang baik dalam mengatasi
gejala gangguan stres pascatrauma yang muncul. Kemudian
penelitian selanjutnya diharapkan mampu untuk mengontrol
secara optimal validitas internal. Hal ini dapat diupayakan agar
perlakuan yang diberikan menjadi lebih efektif. Penelitian
selanjutnya juga diharapkan dapat membuat system pencatatan
zikir yang lebih efisien agar memudahkan partisipan dalam
mencatat zikir yang dilakukan dalam kesehariannya.
4. DISKUSI
Hasil penelitian ini mendukung pandangan Muslaini dan Sofia (2020) bahwa
aktivitas spiritual yang dilakukan dengan berzikir secara terus menerus dan penuh
kekhusyukan, dapat menentramkan dan menimbulkan efek relaksasi bagi individu
yang sedang dalam masa penyembuhan trauma. (Pajević et al., 2017) juga
menjelaskan bahwa penggunaan aktivitas keislaman yang dilakukan secara rutin
dapat memudahkan proses penyembuhan kesehatan jiwa, seperti gangguan stres
pascatrauma ataupun psikotrauma lainnya. Zikir dengan bacaan istighfar dapat
digunakan sebagai kesembuhan jiwa. Hal ini dikarenakan istighfar dapat dimaknai
sebagai permohonan ampun agar Allah menutupi dosa ataupun aib seseorang.
Selain itu, bacaan istighfar juga dapat bermakna sebagai penyesalan atas dosa-dosa.
Sehingga kesembuhan jiwa akan dirasakan ketika Allah telah menghapus dosa-dosa
tersebut (Shihab, 2018).
PENGARUH TERAPI ZIKIR TERHADAP KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA
Endah Wulandari
H. Fuad Nashori
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
Email: endahwulandariri@gmail.com
fuadnashori@yahoo.com
ABSTRACT
This study has purposed to know about effect zikr therapy for psychological well-being (PWB) in elderly.
Researcher take data in elderly community “Griya Sanggar Asri” at Purwomartani, Kalasan, Sleman. The
participants consist of 9 elderly and classified into two groups : the experimental group and the control
group. The experimental group was given the zikr therapy while the control group did not get the treatment,
but stand as a waiting list. The effectiveness of the interventions was evaluated by using a quasi
experimental design with pretest analysis consist of posttest and follow up. Before administrating the therapy
both of the two group was given RPWBS (ryff’s psychological well-being scale). The data from the two
groups were analyzed using U Mann Whitney Test. The result of this study was gathered from the pre test
and post test that have the value of Z = 0,369 and p = 0,730 (p > 0,05) this show that there is no different
in the level of psychological well-being between experimental group and the control group. Based on this
result it can be concluded that the zikr therapy has no significant effect in psychological well-being, this is
caused by interference in internal and external validity that can’t be controlled by the researcher like
diffusion and history.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi zikir terhadap kesejahteraan psikologis pada
lansia. Peneliti mengambil data di paguyuban lansia “Griya Sanggar Asri” di Purwomartani, Kalasan, Sleman.
Para peserta terdiri atas 9 orang lansia yang dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapatkan terapi zikir, sedangkan kelompok kontrol tidak
mendapatkan terapi tetaapi hanya sebagai waiting list. Pengaruh intervensi dievaluasi dengan menggunakan
desain kuasi-eksperimen dengan analisis prates - pascates dan tindak lanjut. Sebelum terapi, kedua kelompok
diberikan skala kesejahteraan psikologis, yaitu RPBWS (Ryff’s psychological well-being scale). Data dari
kedua kelompok dianalisis dengan U Mann Whitney Test. Penelitian memperoleh hasil dari prates dan
pascates yaitu memiliki nilai Z = 0,369 dan p = 0,730 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan tingkat kesejahteraan psikologis antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terapi zikir tidak memiliki pengaruh dalam
meningkatkan kesejahteraan psikologis pada lansia. Hal ini disebabkan adanya gangguan pada validitas
internal dan eksternal yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti seperti difusi dan historis.
Proses menua atau aging adalah negara Indonesia sudah mulai masuk ke
proses alami pada semua makhluk hidup. kelompok negara berstruktur tua yang
Begitu juga yang terjadi pada manusia merupakan salah satu indikator keberha-
yang terus melewati proses tumbuh kem- silan pencapaian pembangunan nasional,
bang secara terus menerus dari fase anak, khususnya semakin panjangnya rata-rata
fase remaja, fase dewasa dan fase lansia. usia penduduk Indonesia. Jika dilihat
Laslett (Suardiman, 2011) menyatakan menurut propinsi, lima propinsi yang
bahwa menjadi tua (aging) merupakan memiliki persentase lansia terbanyak
proses perubahan biologis secara terus- adalah DI Yogyakarta (12.99 persen),
menerus yang dialami manusia pada Jawa Timur (10.37 persen), Jawa Tengah
semua tingkatan umur dan waktu, sedang- (10.35 persen), Bali (9.97 persen), Sula-
kan usia lanjut (old age) adalah istilah wesi Utara (8.47 persen).
untuk tahap akhir dari proses penuaan Menurut Roosheroe (www.kompas.
tersebut. com), jumlah lansia di tahun 2025 diper-
Di Indonesia, hal-hal yang terkait kirakan sekitar 32 sampai 36 juta orang
dengan usia lanjut diatur dalam undang- atau 11.34 persen dari populasi pendu-
undang yaitu UU RI No.13 Tahun 1998 duk. Hal ini terjadi akibat meningkatnya
Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Da- usia harapan hidup di Indonesia. Menurut
lam undang-undang tersebut tertulis bah- Suardiman (2011), meningkatnya usia
wa lanjut usia adalah orang yang telah harapan hidup disebabkan oleh beberapa
mencapai usia 60 tahun ke atas (DPR RI, hal, di antaranya adalah kondisi gizi
2013). Sedangkan menurut WHO sese- penduduk yang semakin baik, layanan
orang dapat dikatakan sebagai lanjut usia kesehatan yang semakin menjangkau
setelah mencapai usia 65 tahun ke atas masyarakat, meningkatnya tingkat pen-
(Saragih, 2012). Batasan usia lansia yang didikan penduduk yang berdampak pada
ditetapkan oleh WHO cenderung diguna- tingkat kesehatan dan kemampuan men-
kan oleh negara-negara maju seperti Ame- jaga kesehatan penduduk.
rika Serikat, Kanada, Australia dan bebera- Saat memasuki fase lansia, seorang
pa Negara Eropa yang angka harapan individu mengalami berbagai perubahan.
hidup penduduknya cenderung lebih Perubahan yang dialami oleh lansia anta-
tinggi dibanding negara berkembang ra lain perubahan fisiologis, psikologis
seperti Indonesia. dan status sosial ekonomi. Perubahan
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) fisiologis pada lansia seperti penurunan
Republik Indonesia, pada tahun 2012 fungsi motorik, kesehatan dan kognitif,
jumlah penduduk lanjut usia (lansia) tidak jarang menimbulkan permasalahan
sekitar 18.555 juta orang atau 7.78 persen bagi lansia. Menurut Murray dan Lopez
dari total jumlah penduduk Indonesia. (Sunberg, Winebarger & Taplin, 2007),
Persentase penduduk lanjut usia yang tahun-tahun terakhir kehidupan lansia
telah mencapai angka di atas 7 persen seringkali disertai dengan peningkatan
jumlah penduduk menunjukkan bahwa disabilitas dan penyakit. Lansia sendiri
tidak hanya mengalami permasalahan otak yang tidak dapat dipulihkan sebagai
fisik namun juga mengalami permasalah- akibat perkembangan perubahan struk-
an psikologis. Akibatnya lansia yang seha- tural atau kematian akibat stroke.
rusnya merasa sejahtera di tahun-tahun Adanya perubahan yang dialami
terakhir kehidupannya menjadi kurang oleh lansia, menuntut lansia agar mampu
sejahtera. Menurut Suardiman (2011), beradaptasi dengan perubahan-perubahan
empat masalah yang sering dihadapi oleh yang dialaminya. Diharapkan lansia yang
lansia adalah masalah ekonomi yang ter- mampu beradaptasi dengan perubahan-
kait dengan menurunnya produktivitas nya, dapat merasakan kesejahteraan di
kerja yang berdampak pada menurunnya hari tuanya. Namun pada kenyataannya,
pendapatan pada lansia. Masalah sosial banyak lansia yang kurang dapat menye-
budaya yang terkait dengan menurunnya suaikan diri dengan perubahan yang
kontak sosial lansia baik dengan anggota dialaminya. Dampak dari ketidakberhasil-
keluarga, teman, maupun masyarakat an lansia menyesuaikan diri dengan peru-
akibat terputusnya hubungan kerja karena bahannya adalah munculnya emosi-emosi
pensiun. Masalah kesehatan yang terkait negatif yang dapat membuat lansia kurang
dengan proses penuaan pada lansia yang merasa sejahtera secara psikologis. Menu-
berdampak pada melemahnya organ, ke- rut Febriani (2012), ketidakberhasilan lan-
munduran fisik serta munculnya berbagai sia dalam menyesuaikan diri dengan peru-
penyakit. Masalah terakhir yaitu masalah bahan akan memunculkan emosi-emosi
psikologis yang pada umumnya meliputi negatif seperti mudah marah, sering ngam-
kesepian, terasing dari lingkungan, keti- bek, suka bertengkar, cemas berlebihan,
dakberdayaan, perasaan tidak berguna, dan merasa tidak puas atau kecewa.
kurang percaya diri, ketergantungan, Sebaliknya lansia yang mampu menye-
keterlantaran dan post power syndrome. suaikan diri terhadap perubahan dan ke-
Sunberg, Winebarger dan Taplin munduran yang dialaminya akan memun-
(2007) menjelaskan bahwa gangguan culkan perasaan positif, seperti merasa
psikologis yang sering dialami oleh lansia bahagia, merasa berguna, semangat
ada tiga macam, yaitu depresi, kecemas- menjalani hidup, dan tetap berusaha
an, dan demensia. Munculnya gangguan memanfaatkan waktu seefektif mungkin
depresi pada lansia lebih diakibatkan oleh dengan terlibat dalam aktivitas yang
penurunan fungsi fisik seperti tidak mam- disenanginya.
pu mengurus kebutuhan dasar, tidak Keberadaan lansia yang meningkat
mampu melakukan kegiatan yang diang- di suatu negara merupakan indikasi dari
gap penting oleh lansia dan peristiwa keberhasilan pemerintah dalam mening-
kematian orang terdekat. Kecemasan yang katkan pelayanan kesehatan dan pemba-
dialami oleh lansia terkait dengan kekha- ngunan untuk masyarakat. Hal serupa
watiran akan masalah kesehatannya, dinyatakan oleh Suardiman (2011), yaitu
sedangkan demensia yang dialami oleh meningkatnya jumlah penduduk lansia
lansia disebabkan oleh perubahan dalam merupakan dampak positif dari pemba-
penuh dari potensi individu di mana indi- Kesejahteraan psikologis sendiri da-
vidu dapat menerima segala kekurangan pat diperoleh dari berbagai cara. Dalam
dan kelebihan dirinya, mandiri, mampu penelitian Lutfiana dan Surjaningrum
membina hubungan positif dengan orang (2010) yang memberikan support group
lain, dapat menguasai lingkungannya pada penderita HIV/AIDS didapatkan
dalam arti memodifikasi lingkungan agar hasil bahwa kelompok yang diberikan
sesuai dengan keinginannya, memiliki support group mempunyai kesejahteraan
tujuan dalam hidup, serta mengembang- psikologis yang lebih baik dibandingkan
kan pribadinya. kelompok yang tidak diberikan support
WHO (Hawari, 1997) telah me- group. Beberapa terapi psikologis terbukti
nyempurnakan batasan sehat dengan me- dapat meningkatkan kesejahteraan psiko-
nambahkan satu elemen spiritual (agama) logis. Penelitian yang dilakukan oleh
sehingga yang dimaksud sehat adalah Wardiyah (2013) yang memberikan group
tidak hanya sehat secara fisik, psikologis positive psychoteraphy pada remaja yang
dan sosial, tetapi juga sehat dalam arti spi- memiliki orang tua bekerja sebagai TKI
ritual atau agama. Empat dimensi kesehat- menunjukkan hasil bahwa group positive
an tersebut disebut juga sebagai bio- psychoteraphy dapat meningkatkan kese-
psiko-sosio-spiritual. Dengan adanya ba- jahteraan psikologis pada remaja. Peneli-
tasan sehat dari WHO tersebut diharap- tian yang dilakukan oleh Ferrer dkk
kan seseorang tidak hanya memperhati- (2014) memberikan teknik relaksasi untuk
kan kesehatannya secara fisik namun juga meningkatkan kesejahteraan psikologis
memperhatikan tiga dimensi kesehatan pada lansia di panti jompo, dari hasil pe-
lainnya, yaitu kesehatan psikologis, kese- nelitian yang dilakukan didapatkan hasil
hatan sosial dan kesehatan spiritual. bahwa teknik relaksasi dapat mening-
Hawari (1997) menyatakan bahwa zikir katkan kesejahteraan psikologis pada
dan do’a menurut sudut pandang ilmu lansia. Sedangkan penelitian Bohlmeijer
kedokteran jiwa atau kesehatan mental (2007), dilakukan dengan memberikan
merupakan terapi psikiatrik, setingkat terapi menulis kenangan atau memori
lebih tinggi daripada psikoterapi biasa. pada lansia. Hasil dari penelitian ini
Hal ini karena zikir dan do’a mengandung adalah menulis kenangan atau memori
unsur spiritual, keruhanian, keagamaan, dapat meningkatkan kesejahteraan psiko-
yang dapat membangkitkan harapan dan logis pada lansia baik yang tinggal di
percaya diri pada klien, yang mana ke- rumah pribadi maupun lansia yang tinggal
kuatan psikis dan kekebalan tubuh akan di panti jompo. Kesejahteraan psikologis
meningkat sehingga mempercepat proses juga bisa didapatkan dengan sikap me-
penyembuhan. Menurut Sunberg, Wine- maafkan. Dalam penelitian Karremans,
barger dan Taplin (2007), peran agama Lange dan Ouwerkerk (2003) ditemukan
dan spiritualitas merupakan aspek yang bahwa memaafkan dapat meningkatkan
penting dalam penuaan. kesejah-teraan psikologis pada seseorang.
Cara lain untuk meningkatkan kese- kan bagian dari zikir yang mengandung
jahteraan psikologis adalah dengan mela- permohonan pada Allah, sedangkan zikir
kukan ritual keagamaan. Hasil penelitian sendiri tidak mengandung permohonan
Aranda (2008) menunjukkan bahwa lan- walaupun dalam pelaksanaannya orang
sia yang melakukan ritual keagamaan yang berzikir membutuhkan kerendahan
lebih merasa sejahtera secara psikologis hati dan rasa butuh kepada Allah yang
yang ditandai dengan minimnya simptom membuat zikir tersebut mengandung doa.
depresi dan stres yang dirasakan pada lan- Saat berzikir, orang tersebut melakukan
sia. Selain itu dalam penelitian Rachma- salah satu upaya untuk mendekatkan diri
wati dan Nashori (2013) pada lansia yang kepada Allah yang juga mengandung doa.
tinggal di panti jompo menemukan bah- Ketika seseorang berdoa, orang tersebut
wa aspek koping religius menjadi predik- berdoa dengan tulus, mengingat serta
tor utama yang berpengaruh pada kese- berzikir pada Allah.
jahteraan psikologis pada lanjut usia yang Perintah untuk melakukan zikir
tinggal di panti jompo. oleh Allah banyak tercantum dalam ayat
Hampir dalam setiap agama memi- Al-Qur’an maupun hadist. Antara lain
liki ritual keagamaan. Begitu juga dalam yang tercantum di dalam Al-Quran di
agama Islam. Ritual agama dalam agama surat Al-Ahzab ayat 41: “Wahai orang-
Islam telah banyak dicontohkan oleh orang yang beriman, berzikirlah (sebut-
Nabi Muhammad SAW seperti sholat, sebutlah nama Allah dan renungkanlah
zikir, dan membaca Al-Qur’an. Ritual kebesaranNya) dengan zikir yang banyak”
dalam agama Islam seperti zikir tidak (QS: Al-Ahzab 33 :41). Dalam hadist yang
hanya bermanfaat untuk mendekatkan diri diriwayatkan Ahmad, Tarmidzi, dan Ibnu
kepada Allah SWT namun juga memiliki Majah, ditunjukkan:
efek penyembuh. Penelitian Sumantri dan “Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah
Riyanto (2000) yang memberikan terapi bersabda: “Maukah kuberitahukan kepa-
agama islam yang berisi kalimat zikir pa- damu suatu amalan yang paling baik dan
da penderita gangguan mental mendapat- paling suci di sisi Tuhanmu, dan yang
kan hasil bahwa subjek yang diberikan paling menaikan derajatmu, dan yang
terapi agama islam merasa lebih tenang. lebih baik bagimu daripada mengin-
Menurut Abdurrahman (2010), zikir da- fakkan emas dan perak, serta lebih baik
lam arti sempit memiliki makna menyebut bagimu daripada berjuang melawan
asma-asma Allah. Sedangkan dalam arti musuh, kamu membunuh musuh atau
luas zikir adalah mengingat segala ke- musuh membunuhmu“, para sahabat
agungan dan kasih sayang Allah dengan menjawab “Ya” sabda beliau “Zikrullah”
menaati segala perintah-Nya dan men- (HR. Ahmad, Tarmidzi, Ibnu Majah)
jauhi segala larangan-Nya. Zikir dalam agama Islam selain se-
Menurut Shihab (2006), zikir dan bagai bentuk ritual agama juga mempu-
doa merupakan dua hal yang berbeda na- nyai aspek terapeutik, yaitu mendatangkan
mun tidak dapat dipisahkan. Doa merupa- kedamaian bagi orang yang melakukan-
nya. Hal tersebut seperti yang tercantum Islam, sebagai salah satu metode untuk
di dalam Al-Qur’an di surat Ar-Ra’d ayat meningkatkan kesejahteraan psikologis
28: “(yaitu) orang-orang yang beriman pada lansia. Hipotesis yang diajukan
dan hati mereka manjadi tenteram adalah ada perbedaan kesejahteraan
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya psikologis antara sebelum dan sesudah
dengan mengingati Allah-lah hati menjadi diberikan pelatihan zikir.
ten-tram” ( QS: Ar-Ra’d 13 : 28 )
Najati (2005) menyatakan zikir pa- METODE PENELITIAN
da Allah dapat memperkuat harapan un-
tuk mendapatkan ampunan dan ridha-Nya Desain Penelitian
serta mampu membangkitkan perasaan Penelitian ini merupakan penelitian
bahagia dan tentram. Trimingham (Suban- quasi-eksperimen dengan model rancang-
di, 2009) menyatakan bahwa zikir meru- an nonequivalent control group design
pakan salah satu cara untuk membersih- dengan menggunakan kelompok eksperi-
kan jiwa yang dan menyembuhkan pe- men dan kelompok kontrol. Penelitian
nyakit-penyakit di dalamnya. Abdurah- eksperimen dilakukan untuk meneliti
man (2012) menyatakan bahwa zikir kemungkinan adanya hubungan sebab
dapat mengembalikan kesadaran sese- akibat di antara variabel-variabel dengan
orang yang hilang, sebab aktivitas zikir cara menghadapkan kelompok eksperi-
mendorong seseorang untuk mengingat, mental kepada beberapa macam kondisi
menyebut dan mereduksi kembali hal-hal perlakuan dan membandingkan akibat
yang tersembunyi dalam hati. Selain itu akibat atau hasilnya dengan satu atau
melakukan zikir sama nilainya dengan lebih kelompok kontrol yang tidak
terapi relaksasi, yaitu suatu bentuk terapi dikenai perlakuan (Azwar, 2000).
dengan menekankan upaya untuk meng- Subjek dipilih berdasarkan kriteria
antarkan pasien bagaimana cara ia harus yang telah ditentukan oleh peneliti. Sete-
beristirahat, bersantai, melalui pengurang- lah subjek terkumpul sesuai karakteristik,
an ketegangan atau tekanan psikologis. subjek diberikan skala kesejahteraan psi-
Uraian di atas menunjukkan bahwa kologis dari Ryff (Abbot dkk., 2006) se-
di fase akhir kehidupannya sebaiknya bagai skrining awal untuk melihat tingkat
lansia mencapai kesejahteraan psikologis kesejahteraan psikologis pada subjek
seperti memiliki hubungan positif dengn sekaligus melakukan prates pada subjek.
orang lain, bisa berperan di keluarga mau- Kemudian subjek dibagi dalam dua ke-
pun lingkungan sosialnya, serta dapat lompok dengan menggunakan metode
hidup dengan tenang. Salah satu faktor purposive sampling yaitu teknik pengam-
yang memengaruhi kesejahteraan psiko- bilan sampel secara sengaja sesuai deng-
logis seseorang adalah faktor spiritual. an persyaratan yang diperlukan, yaitu sub-
Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk jek yang tingkat kesejahteraan psikogisnya
untuk membahas zikir sebagai salah satu berada dalam level sedang dan rendah.
aspek spiritual, khususnya dalam agama
Pada kelompok eksperimen diberi- akan berikan tindak lanjut dengan mem-
kan tritmen berupa terapi zikir sedangkan berikan skala yang sama untuk melihat
pada kelompok kontrol tidak diberikan efektivitas tritmen lebih lanjut. Setelah
tritmen terapi zikir. Setelah terapi diberi- kegiatan tindak lanjut dilakukan, untuk
kan pada kelompok eksperimen, kedua kelompok kontrol diberikan tritmen se-
kelompok diberikan pascates dengan suai dengan modul yang telah disusun,
menggunakan skala yang sama sebagai namun disingkat menjadi 1 kali
evaluasi hasil tritmen. Dua minggu sete- pertemuan.
lah pascates kedua kelompok penelitian
80
60
eks 1
40 eks 2
20 eks 3
eks 4
0
pre post follow
80
60 kon 1
kon 2
40
kon 3
20
kon 4
0 kon 5
pre post follow
Tabel 1.
Data perbandingan hasil uji hipotesis kesejahteraan psikologis
Variabel Uji hipotesis independent sample Mann-Whitney
penelitian U-Test
Z Sig. (p)
PWB pre-post 0,369 0,730
PWB pre- 0,369 0,730
follow
subjek penelitian (Latipun, 2006; lama terjadinya masalah dan berat atau
Neuman, 2003; Gravetter & Forzano, ringannya permasalahan yang dialami
2012) Kejadian-kejadian yang dialami lansia.
oleh subjek penelitian bisa saja ikut Ketiga: Kondisi kesehatan. Kondisi
memengaruhi tingkat kesejahteraan psiko- kesehatan pada lansia juga kurang
logisnya dan hal tersebut tidak dapat diperhatikan oleh peneliti. Bisa saja lansia
dikontrol oleh peneliti. Dalam kelompok yang tampak terlihat sehat memiliki
eksperimen yaitu pada bapak Hd terjadi penyakit bawaan seperti ibu Sw yang
konflik dengan orang kepercayaannya memiliki penyakit asma. Padahal kondisi
yang berimbas pada menurunnya kemam- kesehatan pada lansia ikut memengaruhi
puan finansial. Sedangkan pada kelompok kondisi kesejahteraan psikologis pada
kontrol yaitu bapak Hr menyatakan pada lansia.
bulan November baru saja berhasil Ketiga: Perilaku zikir. Dalam hal ini
melakukan operasi mata dan membuat peneliti kurang memperhatikan apakah
subjek merasa sangat bersyukur. Hal ini sebelum memasukkan subjek dalam ke-
sesuai dengan temuan Ayuningtyas (2013) lompok kontrol dan kelompok eksperi-
pada penelitiannya yaitu semakin tinggi men subjek sudah sering melakukan zikir
tingkat kebersyukuran, maka semakin atau belum. Peneliti tidak memberikan
tinggi pula kesejahteraan psikologis pada pengukuran terhadap perilaku zikir yang
seseorang. dilakukan oleh subjek penelitian sehingga
Faktor lain yang dirasa peneliti turut dimungkinkan adanya ketidaksamaan
memengaruhi hasil dari penelitian ini baseline perilaku zikir yang dilakukan
adalah baseline dari subjek yang tidak oleh subjek.
sama seperti lama menjadi lansia, dasar Pada wawancara yang dilakukan
masalah yang dialami lansia, kondisi pada tiga orang kelompok kontrol, yaitu
kesehatan, dan perilaku zikir. Pertama: pada bapak Hr, ibu Sk dan bapak Mc
Lama menjadi lansia. Saat menentukan didapatkan data: Pada bapak Hr menya-
subjek untuk kelompok kontrol dan eks- takan sering mengucapkan kalimat zikir
perimen peneliti menyamaratakan ta- walaupun tidak terus-terusan mengucap-
hapan usia lansia tanpa melihat seberapa kannya. Hal tersebut dimotivasi oleh letak
lama subjek menjadi lansia. Hal tersebut rumah subjek yang berada di depan
dapat menyebabkan perbedaan penerima- masjid sehingga subjek selalu berusaha
an diri dan adaptasi lansia dalam meng- untuk sholat di masjid dan mengikuti
hadapi permasalahan hidup. kegiatan masjid yang secara tidak lang-
Kedua: Dasar masalah yang dialami sung berpengaruh pada perilaku zikirnya.
lansia. Peneliti kurang melihat dasar Sedangkan bapak Mc mengaku selalu
permasalahan lansia yang memengaruhi berusaha untuk zikir terutama setelah
kesejahteraan psikologisnya. Masalah sholat Maghrib dan menunggu waktu
yang dialami oleh lansia satu dengan sholat Isya datang. Subjek mengaku
yang lainnya bisa saja berbeda kasus, merasa lebih khusuk berzikir di waktu
tersebut karena masih aktif bekerja eksperimen. Setting ini dapat meminima-
sebagai supir dari jam 08.00 sampai jam lisir hal yang dapat mengganggu validitas
05.00. Pada ibu Sk mengaku bahwa penelitian. (c) Peneliti menyusun alat ukur
hanya melakukan zikir setelah sholat yang sesuai dengan karakteristik subjek,
wajib dan saat subjek teringat saja. Hal sehingga dapat lebih dipahami oleh
tersebut dikarenakan aktivitas subjek yang subjek penelitian. (d) Mengembangkan
cukup tinggi. Subjek mengaku sering terapi zikir yang telah diterapkan oleh
menjadi rebutan kedua anaknya agar peneliti. (e) Memastikan ruangan lebih
menunggui cucunya, sehingga subjek sesuai dengan karakter subjek penelitian.
sering pulang-pergi ke Jakarta. Dari (f) Mencari waktu intervensi yang lebih
wawancara yang dilakukan pada tiga sesuai dengan karakter subjek penelitian
orang kelompok kontrol disimpulkan Saran berikutnya adalah saran bagi
bahwa subjek pada kelompok kontrol subjek penelitian. Beberapa di antaranya
tidak memiliki baseline perilaku zikir adalah (a) Subjek penelitian dapat
yang sama bahkan dua orang subjek pada menerapkan pengetahuan dan keteram-
kelompok kontrol sebelumnya sudah pilan yang didapatkan dari intervensi
rutin melakukan zikir. yang dilakukan. (b) Tetap melanjutkan
kegiatan-kegiatan di dalam paguyuban
PENUTUP lansia, sebagai sarana berkumpul dan
bertukar informasi mengenai lansia
Simpulan dengan lansia lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, maka dapat disimpulkan DAFTAR PUSTAKA
bahwa tidak ada perbedaan kondisi
kesejahteraan psikologis antara kelompok
yang diberikan terapi zikir dan kelompok Abbott, R.A.,Ploubidis, G.B., Huppert,
yang tidak diberikan terapi zikir. F.A., Kuh, D., Wadsworth, M.E.J. &
Croudace, T.J. (2006). Psychometric
Saran Evaluation and Predictive Validity
Berdasarkan pelaksanaan dan per- of Ryff’s Psychological Well-Being
timbangan, peneliti menyampaikan bebe- Item in Uk Birth Cohort Sample of
rapa saran, yaitu bagi peneliti selanjutnya. Women. Health and Quality of Life
Adapun saran untuk penelitian selan- Outcomes,4 (76).
jutnya adalah sebagai berikut: (a)
Aranda, M. P. (2008). Relationship
diharapkan dapat lebih memperhatikan
Between Religious Involvement and
latar belakang kese-hatan, usia dan
Psychological well-being: A Sosial
permasalahan yang dialami oleh subjek
Justice Perspective. Health and
yang mengikuti terapi zikir. (b) Setting
sosial work, 33 (1).
laboratorium untuk para subjek, baik
untuk kelompok kontrol dan kelompok
Bohlmeijer, E. dkk. (2007). The Effects of Karremans, J.C., Lange, P.A.M.V., &
Reminiscence on Psychological Ouwerkerk, J.W. (2003). When
Well-Being in Older Adults: A Meta Forgiving Enhances Psychological
Analysis. Aging and Mental Health, Well-Being : The Role of Interper-
11 (3), 291-300 sonal Commitment. Journal of
Personality and Social Psychology,
Bradburn, N. M. (1969). The Structure of
84 (5),1011-1026.
Psychological well-being. Chicago:
Aldine Publishing Company. Khairiyah, U. (2013). Pengaruh Terapi
Zikir Terhadap Peningkatan Resi-
DPR RI. (1998). Undang-Undang
liensi Pada Penderita Low Back
Republik Indonesia Nomor 13
Pain. Tesis ,tidak diterbitkan.
Tahun 1998. Diakses Pada Tanggal
Universitas Islam Indonesia.
20 Desember 2013.
http://www.dpr.go.id/uu/uu1998 Latipun. (2006). Psikologi Eksperimen.
/UU_1998_13.pdf. Malang: UMM Press.
Febriani, A. (2012). Menjadi Tua, Sehat, Lutfiana, I. & Surjaningrum, E.R. (2010).
dan Bahagia. Faturochman, M. A. Pengaruh Support Grup Terhadap
2012. Psikologi untuk Kesejahtera- Psychological well-being Penderita
an Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka HIV/AIDS. Jurnal Intervensi
Pelajar. Psikologi, 2, (2), 191-204.
Subandi
Fakultas Psikologi Universitas Islam Gadjah Mada Yogyakarta
ABSTRACT
This study aimed to examine the effect of dhikr relaxation therapy to reduce stress on essential hypertension
patients. Subjects in this study were patients with essential hypertension with grade 1 hypertension category
to with 2 degrees of hypertension, aged 40-60 years, men and women, muslim moderate tendency and
have a high levels of stress. Stress scales from Tajudin (2011) was used to collect data. The study was a
quasi-experimental design with pre-post control group design. Analysis of the data using different test
techniques Mann-Whitney Nonparametik by looking Gained score in pre-test and post-test, which showed
that the dhikr effectively lower stress relaxation in patients with essential hypertension Z = -2722 p =
0.006 (p <0, 05). The results of this study showed that the dhikr relaxation has a significant effect on the
level of stress in patients with essential hypertension. Qualitatively found several factors that can affect the
level of stress in patients with essential hypertension, namely economic and employment problems, family
problems, problems of diet, smoking habits, physical complaints and psychological accompanying high
blood pressure, as well as concerns over the impact of high blood pressure.
Keywords: dhikr relaxation therapy, stress, essential hypertension
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh terapi relaksasi zikir untuk menurunkan stres pada
penderita hipertensi esensial. Subjek dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi esensial dengan
kategori hipertensi derajat 1 sampai dengan hipertensi derajat 2, usia 40-60 tahun, laki-laki dan perempuan,
beragama islam dan memiliki kecenderungan tingkat stres sedang hingga tinggi. Alat ukur menggunakan
skala stres milik Tajudin (2011). Penelitian ini adalah kuasi-eksperimen dengan rancangan pre-post control
group design. Analisis data menggunakan teknik uji beda Nonparametik Mann-Whitney dengan melihat
gained score pada pre-test dan post-test, yang menunjukkan bahwa relaksasi zikir efektif menurunkan stres
pada penderita hipertensi esensial, dengan nilai Z = -2.722 p = 0,006 (p < 0,05). Hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa relaksasi zikir memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat stres pada penderita
hipertensi esensial. Secara kualitatif ditemukan beberapa faktor yang dapat memengaruhi tingkat stres pada
penderita hipertensi esensial yaitu permasalahan ekonomi dan pekerjaan, permasalahan keluarga,
permasalahan pola makan, kebiasaan merokok, keluhan-keluhan fisik dan psikis yang menyertai tekanan
darah tinggi, serta kekhawatiran terhadap dampak tekanan darah tinggi.
Kata kunci: terapi relaksasi zikir, stres, hipertensi esensial
Stres adalah ketidakmampuan da- dengan salah satu anggota keluarga dapat
lam menghadapi tuntutan-tuntutan yang menyebabkan distres pada individu. Ke-
luar biasa yang dirasa mengancam kese- luhan fisik seperti sakit kepala, migraine,
jahteraan, baik dari dalam maupun dari nyeri lambung, dan hipertensi adalah
luar diri individu (Schrafer, 2007). manifestasi dari distres. Manifestasi distres
Tuntutan-tuntutan yang berasal dari dalam pada keluhan psikis dapat berupa kurang
diri maupun luar diri individu yang bersemangat, penerimaan diri rendah,
dianggap sebagai suatu yang mengancam, merasa tidak berguna hingga depresi.
membahayakan, dan menantang kesejah- Ketika sebuah keluarga dengan individu
teraan hidupnya akan menimbulkan pera- yang mengalami distres dapat menyebab-
saan tegang. Kejadian dan peristiwa yang kan hubungan keluarga menjadi kurang
dirasakan sebagai suatu kondisi yang me- harmonis, kondisi tersebut ketika dibiar-
nekan dianggap sebagai sebuah stressor. kan terlalu lama akan menimbulkan gang-
Stressor adalah peristiwa atau keadaan guan pada fisik dan psikis pada individu
yang dianggap sebagai sesuatu yang yang bersangkutan. Sering terlibat konflik
berbahaya atau menantang, sehingga dengan keluarga ataupun lingkungan
menimbulkan perasaan tegang atau stres sekitar maupun mengalami keluhan fisik
(Sarafino, 2000). Perubahan besar atau- yang parah seperti hipertensi merupakan
pun kecil, atau pengalaman sehari-hari se- reaksi yang dialami oleh individu yang
perti beban pekerjaan, pendidikan, keada- mengalami distres (Schrafer, 2007;
an berduka, masalah keluarga, masalah Chrousos, 2009).
keuangan hingga masalah kesehatan Secara klinis stres digerakkan oleh
merupakan stressor bagi individu (Ogden, sistem saraf simpatis dan sistem endokrin
2001). Persepsi seseorang terhadap situasi dalam tubuh. Sistem saraf simpatis men-
yang menimbulkan stres memegang pe- stimulasi kelenjar adrenal dari sistem
ranan penting terhadap bagaimana stres endokrin yang kemudian melepaskan
dapat berpengaruh pada kesehatan, kare- epinefrin, kondisi stres termanifestasikan
na stres yang muncul adalah stres yang dalam respon fisiologis seperti sistem
dianggap negatif. adrenomedullari simpatis (SAM) dan
Pengertian stres dalam penelitian ini kelenjar hipotalamus-pituitari-adrenokor-
mengarah kepada stres negatif, biasa dise- tikol (HPA). Kelenjar hipotalamus meng-
but distres. Istilah distres sendiri mengacu aktifkan pituitary yang kemudian menge-
pada penderitaan fisik atau mental luarkan hormon adrenokortikotropik
(Nevid, Rathus & Greene, 2005). Bebera- (ACTH) yang selanjutnya menstimulasi
pa kejadian yang direspon negatif oleh kelenjar adrenal yang akan mengeluarkan
individu di antaranya kehilangan anggota hormon stres, yaitu epinephrine, norepi-
keluarga yang dicintai, musibah, mengala- nefrin dan kortisol (Taylor, 2006).
mi suatu penyakit dan terlibat konflik Hormon-hormon tersebut bergerak cepat
ke pembuluh darah, disebabkan kerja stres pada cara hidup manusia dewasa ini.
jantung meningkat sehingga tekanan Situasi stres dijumpai di berbagai tempat,
darah meningkat. Meningkatnya kerja dapat hadir dalam bentuk masalah di
jantung dan naiknya tekanan darah tempat kerja, krisis keuangan, masalah
disebabkan adanya aktivitas pada sistem keluarga, dan sebagainya. Semua hal
saraf simpatis dan apabila menetap dapat tersebut dapat menyebabkan perkem-
merusak kemampuan individu untuk bangan tekanan darah tinggi. (http://
berfungsi secara optimal dan kemungkin- www.purtierplacenta.com, 21 maret
an meningkatnya risiko penyakit yang 2013).
berhubungan dengan stres (Guyton, Hipertensi merupakan salah satu
dalam Rice, 1999; Nevid, Rathus & masalah kesehatan masyarakat yang se-
Greene, 2005). makin serius terjadi baik di negara maju
Dasar pemikiran mengenai hubung- maupun di negara berkembang, tidak ter-
an antara stres dan penyakit pertama kali kecuali Indonesia. Penyakit ini memenga-
dikemukakan oleh Walter Cannon yang ruhi kira-kira 1 milyar orang di dunia.
menyatakan bahwa stimulasi sistem saraf Kematian akibat gangguan penyakit ini
otonom, utamanya saraf simpatik, mem- meningkat sebesar 30% di negara-negara
buat seseorang bersiap untuk ”menyerang berkembang dengan rata-rata persentase
atau lari” yang ditandai oleh hipertensi, penderita dewasa sekitar 30%. Menurut
tachycardia, dan meningkatnya curah Wolf (2008), 1 dari setiap 5 orang mende-
jantung. Hal ini berguna bagi binatang rita tekanan darah tinggi, dan sepertiga-
namun bagi manusia yang memiliki nya tidak menyadarinya. Padahal, sekitar
kebiasaan sosial. Hal tersebut tidak selalu 40% kematian pada usia < 65 tahun
bisa dilakukan sehingga menyebabkan bermula dari tekanan darah tinggi.
stres yang bisa menimbulkan penyakit Menurut Chobanian, Barris, Black,
(Sadock & Sadock, 2007). Pola umum Chusman, Green dan Izzo (2004), hiper-
respon fisiologis individu terhadap stres tensi adalah salah satu penyakit kardio-
menurut Selye disebut General Adapta- vaskuler yang ditandai penderita menga-
tion Syndrome. Hal ini terdiri atas tiga lami tekanan darah sistolik > 140 mmhg
fase, yakni reaksi tanda bahaya, tahap dan tekanan darah diastolik > 90 mmhg.
resistensi, dan tahap keletihan (Sadock & Bukti klinis menunjukkan bahwa pasien
Sadock, 2007). penderita tekanan darah tinggi (>180/
Stres tidak diragukan lagi merupa- 100mmhg), memiliki resiko terkena pe-
kan salah satu faktor utama penyebab nyakit jantung koroner sekitar 5 kali lebih
penyakit jantung dan kardiovaskular, tinggi dibandingkan dengan orang-orang
seperti hipertensi. Faktor stres sekarang ini dengan tekanan darah kurang dari 120/80
berperan dominan menyebabkan hiper- mmhg. Selain resiko di atas, Larkin
tensi, seiring dengan kenaikan tingkat menerangkan bahwa apabila terjadi
yang biasa disebut dengan pernafasan manusia yang memenuhi empat pilar
perut (Davis, 1995). kesehatan tersebut. Dalam perkembangan
Dari sudut ilmu kesehatan jiwa, kepribadiannya, manusia memiliki 4
diketahui zikir merupakan terapi psikiatrik dimensi holistik, yaitu organo-biologis,
setingkat lebih tinggi daripada psikoterapi psikoedukatif, sosial-budaya, dan spiritual.
biasa. Zikir merupakan suatu upaya untuk Witmer dan Sweeny (Burke, Chauvin, &
mendekatkan diri kepada Allah dengan Miranti, 2005) menyatakan bahwa elemen
cara mengingat-Nya. Dalam Islam zikir spiritual dalam diri manusia, mengintegra-
bukanlah hal yang asing, tetapi sudah sikan dan mempersatukan elemen kebu-
merupakan hal yang biasa dilakukan tuhan fisik, emosi, dan intelektual di dalam
setiap muslim. Zikir di sini lebih berfungsi tubuh manusia dalam pertumbuhan dan
sebagai metode psikoterapi, karena dengan perkembangannya. Oleh karena itu, pena-
banyak melakukan zikir akan menjadikan nganan kesehatan manusia termasuk
hati tentram, tenang dan damai, serta penderita hipertensi harus memenuhi ke-
tidak mudah diombang-ambingkan oleh empat dimensi tersebut. Hal di atas
pengaruh lingkungan dan budaya global. menunjukkan pentingnya unsur spiritual
Seperti yang dikemukakan oleh Clinibel dan religius dalam penanganan stres,
(Darokah & Safaria, 2005) bahwa pada khususnya penanganan stres pada
setiap individu terdapat kebutuhan dasar penderita hipertensi.
spiritual (basic spiritual needs) yang harus Salah satu usaha untuk mendekatkan
dipenuhinya. Seperti yang tercantum diri kepada sang pencipta adalah melalui
dalam surat Az-Zumar ayat 23 berikut: zikir. Zikir memiliki daya relaksasi yang
“Gemetar karenanya kulit orang-orang dapat mengurangi ketegangan (stres) dan
yang takut kepada Tuhannya. Kemudian mendatangkan ketenangan jiwa. Setiap
menjadi tenang kulit dan hati mereka bacaan zikir mengandung makna yang
diwaktu mengingat Allah.” sangat dalam yang dapat mencegah
Hal-hal seperti faktor spiritual men- timbulnya stres. Bacaan yang pertama
jadi menarik untuk diteliti karena faktor yaitu Laillahhailallah memiliki arti tiada
tersebut merupakan faktor penting yang tuhan yang pantas disembah kecuali Allah
juga memengaruhi proses penyembuhan SWT, adanya pengakuan bertuhan hanya
dan intervensi psikologis. WHO pada kepada Allah dalam sebuah keyakinan.
tahun 1984 (Hawari, 2005) menyatakan Individu yang memiliki kemampuan
bahwa kesehatan manusia seutuhnya spiritualitas yang tinggi memiliki keyakin-
ditunjukan oleh empat hal, yaitu sehat an yang kuat akan tuhannya. Keyakinan
secara jasmani (biologis), sehat secara ini menimbulkan kontrol yang kuat, dapat
mental (psikologis), sehat secara sosial, memaknai dan menerima setiap peristiwa
dan sehat secara kerohanian (spiritual). yang tidak menyenangkan ke arah yang
Manusia yang sehat seutuhnya adalah lebih positif dan yakin bahwa ada yang
mengatur setiap peristiwa yang terjadi di optimis. Sikap optimisme, sumber energi
alam semesta. Dengan begitu individu baru dalam semangat hidup dan mengha-
dapat mengurangi ketegangan (stres), pus rasa keputusasaan ketika seseorang
mengatasi masalah kesehatan dan menghadapi keadaan atau persoalan yang
meningkatkan kekuatan mental dengan mengganggu jiwanya, seperti sakit, kega-
cepat (Bogar & Killacky, 2006). galan, depresi, dan gangguan psikologis
Bacaan yang kedua, yaitu lainnya, seperti stres (Az-Zumaro, 2011).
Astagfirullahaladzim, menurut Yurisaldi Penelitian lainnya yang dilakukan
(2010) bahwa proses zikir dengan meng- oleh Lulu (2002) menyebutkan saat zikir
ucapkan kalimat yang mengandung huruf telah menembus seluruh bagian tubuh
jahr, seperti kalimat tauhid dan istighfar, bahkan ke setiap sel-sel dari tubuh itu
akan meningkatkan pembuangan CO2 sendiri. Hal ini akan berpengaruh terha-
dalam paru-paru. Bacaan ketiga yaitu dap tubuh (fisik) dengan merasakan
Subhanallah maha suci Allah, di mana getaran rasa yang lemas dan menembus
Allah itu maha suci dari segala sifat yang serta menelusupnya zikir ke seluruh
tercela, suci dari kelemahan. Maha suci tubuh. Pada saat inilah tubuh manusia
Allah ini bisa juga merasa kagum kepada merasakan relaksasi atau pengendoran
ciptaan allah. Allah itu suci dari kejam, saraf sehingga ketegangan-ketegangan
tidak mungkin dia kejam karena dia jiwa (stres) akibat dari tidak terpenuhinya
sangat penyayang. Allah itu maha suci kebutuhan baik kebutuhan jasmani
dari bakhil, tidak mungkin Dia bakhil maupun kebutuhan rohani akan terkurang
karena Dia maha pemurah. Maka oleh bahkan bisa saja hilang sama sekali.
sebab itu, selalu berpikiran positif karena Hal serupa dilakukan oleh dua
munculnya respon emosi positif dapat orang peneliti, yaitu Levin dan Vander-
menghindarkan diri dari reaksi stres pool (Hawari, 2005) terhadap para pasien
(Sholeh, 2005). yang menderita penyakit jantung dan
Bacaan keempat, yaitu Alham- pembuluh darah. Dari hasil penelitiannya
dulillah, merupakan sikap bersyukur atas itu diperoleh kesimpulan bahwa kegiatan
rejeki yang telah Allah berikan. Efek keagamaan (peribadatan), yaitu berupa
kebersyukuran pada kesehatan, salah berdoa dan berzikir, memperkecil resiko
satunya telah diteliti oleh Krouse (2006), seseorang untuk menderita penyakit
yang membuktikan bahwa efek stres pada jantung dan pembuluh darah (hipertensi).
kesehatan dapat dikurangi dengan me- Oleh karena itu, terapi relaksasi
ningkatkan kebersyukuran kepada Tuhan. zikir digunakan untuk mengurangi stres
Bacaan kelima yaitu Allahu Akbar, secara fisik, emosi, kognitif dan perilaku
di mana sungguh besarnya kekuasaan yang mengakibatkan tekanan darah yang
Allah. besar kekayaan Allah, besar ciptaan meningkat atau hipertensi esensial. Salah
Allah, sehingga menimbulkan sikap yang satu bentuk upaya meredakan ketegangan
Relaksasi Zikir
1. La ila ha ilallah
2. Astagfirullah alladziim
3. Subhanallah
4. Alhamdulillah
5. Allahu Akbar
Gejala Fisik:
tekanan darah menurun, mudah tidur, badan terasa segar, dll
Gejala Psikologis (emosi, pikiran dan perilaku):
Tidak mudah marah, perasaan tenang dan
rileks/santai,merasakan emosi positif
tinggi, (6) Beragama Islam, (7) Memiliki lisis parametrik (Diekhoff, 1992). Peng-
kemauan dan bersedia mengikuti terapi gunaan gain-score didasarkan pada peng-
relaksasi zikir. gunaan kelompok kontrol dan eksperimen
yang tidak setara (nonekuivalen). Perhi-
Metode Pengumpulan Data tungan selengkapnya menggunakan ana-
Pengumpulan data dalam penelitian lisis data SPSS for window 16.00.
ini menggunakan beberapa teknik, yaitu Dalam penelitian ini tidak dilaku-
(1) Lembar Persetujuan Subjek (informed kan uji asumsi karena jumlah subjek
consent), (2) Pemantauan Diri dilakukan sedikit, sehingga tidak memenuhi syarat
dengan cara catatan harian pelaksanaan untuk melakukan uji asumsi (normalitas
relaksasi di rumah, (3) Alat pengukur dan homogenitas harus terpenuhi),
tekanan darah (sphygmomanometer) air sehingga hanya dilakukan uji realibilitas
raksa, (4) Alat Ukur Skala Stres. dan dilanjutkan dengan uji hipotesis
Dalam penelitian ini skala stres dengan menggunakan metode analisis
yang digunakan adalah skala stres dari non parametrik test dengan Mann-
Tajudin (2011). Skala simtom stres telah Whitney U.
diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dari Analisis data kualitatif dilakukan
distress symptom scale yang disusun oleh secara individual dan bertujuan untuk
Schrafer (2007) untuk mengukur stres menjelaskan proses-proses stres melalui
secara umum berdasarkan simtom stres terapi relaksasi zikir pada masing-masing
baik secara emosi, kognisi, fisik, dan individu. Proses analisis data kualitatif
perilaku. (5) Wawancara dan observasi. dilakukan dengan analisis deskriptif de-
ngan menolah data yang diperoleh dari
Metode Analisis Data observasi dan wawancara selama proses
Analisis data yang digunakan dalam terapi berlangsung sampai dengan tindak
penelitian ini adalah analisis kuantitatif lanjut kepada peserta eksperimen.
dan kualitatif. Analisis data kuantitatif
yang digunakan adalah non parametrik HASIL PENELITIAN
dengan Mann-Whitney U (uji beda) dari
data asli hasil prates dan pascates Hasil Analisis Deskriptif
terhadap gain-score untuk mengetahui Penelitian ini bertujuan untuk
pengaruh terapi relaksasi zikir terhadap mengetahui pengaruh terapi relaksasi
tingkat stres subjek, baik pada kelompok zikir untuk menurunkan stres pada
eksperimen maupun kelompok kontrol. penderita hipertensi esensial. Secara
Mann-Whitney U adalah alternatif cara kuantitatif dapat diketahui bahwa ada
analisis nonparametrik untuk menguji perbedaan nilai rerata antara kelompok
perbedaan skor pada dua sampel yang eksperimen dan kelompok kontrol. Nilai
tidak memenuhi asumsi-asumsi pada ana- rerata (mean) kelompok eksperimen pada
saat prates sebesar 129,67 dan mengalami kelompok kontrol dan kelompok eksperi-
sedikit penurunan pada saat pascates, men sebelum dan sesudah terapi relaksasi
yaitu sebesar 96,67. Hal ini menunjukkan zikir. Ternyata terapi relaksasi zikir memi-
terjadi penurunan tingkat stres kelompok liki pengaruh yang signifikan terhadap
eksperimen dari prates ke pascates. penurunan tingkat stres hipertensi subjek
Sedangkan pada saat tindak lanjut, nilai penelitian setelah dilakukannya terapi.
rerata turun menjadi 87. Hal ini menun- Pada saat pascates dan tindak lanjut, hasil
jukkan bahwa adanya penurunan tingkat uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa
stres pada kelompok eksperimen dari tidak terdapat perbedaan tingkat stres
pascates ke tindak lanjut. pada kelompok kontrol dan kelompok
Pada kelompok kontrol, nilai rera- eksperimen saat sesudah terapi hingga
ta pada saat prates sebesar 117,17 dan masa tindak lanjut (Z = -1,848, p =
pada saat pascates turun menjadi 114,33. 0,065 > p = 0,05). Hal ini menjelaskan
Perbedaan nilai rerata pada kolompok bahwa baik kelompok eksperimen mau-
kontrol pada saat prates dan pascates pun kelompok kontrol memiliki kondisi
menunjukkan adanya penurunan tingkat stres yang cenderung ajeg dari saat
stres dari prates ke pascates. Begitu juga pascates hingga masa tindak lanjut
pada saat tindak lanjut, nilai rerata turun berakhir.
menjadi 112,17. Hal ini menunjukkan Pada saat prates dan masa tindak
bahwa tingkat stres pada kelompok lanjut, hasil uji Mann-Whitney menunjuk-
kontrol turun pada saat tindak lanjut. kan bahwa terdapat perbedaan tingkat
stres pada kelompok kontrol dan
Hasil Uji Hipotesis kelompok eksperimen saat sebelum terapi
Berdasarkan hasil uji Mann- dengan saat tindak lanjut berakhir (Z = -
Whitney, pada perubahan nilai stres 2,892, p = 0,004 < p = 0,05). Hasil ini
hipertensi kelompok eksperimen dan menunjukkan bahwa terapi relaksasi zikir
kelompok kontrol pada prates dan tetap memiliki pengaruh yang signifikan
pascates adalah Z = -2,722, p = 0,006 (p terhadap tingkat stres hipertensi subjek
< 0,05). Hasil menunjukkan bahwa penelitian hingga masa tindak lanjut
terdapat perbedaan tingkat stres pada berakhir.
Berdasarkan uji hipotesis di atas, pok dapat dilihat pada grafik berikut.
dapat disimpulkan bahwa terapi relaksasi Grafik perbandingan skor stres hipertensi
zikir memengaruhi tingkat stres pada masing-masing subjek di kelompok ekspe-
penderita hipertensi esensial, sehingga rimen selengkapnya dapat dilihat pada
hipotesis yang berbunyi ada pengaruh deskripsi dan pembahasan hasil pelatihan
terapi relaksasi zikir untuk menurunkan persubjek. Grafik perbandingan perubah-
stres pada penderita hipertensi esensial an tekanan darah masing-masing subjek
diterima. di kelompok eksperimen juga dapat
Selain itu, perbandingan skor prates dilihat pada bagian tersebut.
dan pascates pada masing-masing kelom-
KELOMPOK EKSPERIMEN
KELOMPOK EKSPERIMEN
129,67
96,67 87
KELOMPOK KONTROL
KELOMPOK KONTROL
117,17
114,33
112,17
Pada kelompok eksperimen, terjadi setelah terapi berakhir. Skor prates, pasca-
perubahan rerata skor tingkat stres hiper- tes, dan tindak lanjut pada kelompok
tensi, yaitu dari 129.67 pada saat prates eksperimen mengalami penurunan hingga
menjadi 96.67 pada saat pascates (gambar masa tindak lanjut berakhir seperti yang
1). Skor rerata prates (129.67) dalam tergambar pada grafik. Rerata skor stres
kategorisasi skala stres hipertensi terma- hipertensi bergerak turun dari 96.67
suk dalam kategori stres sedang. Skor (pascates) menjadi 87.00 (tindak lanjut).
rerata pascates (96.67) termasuk kategori Skor ini menunjukkan bahwa efek terapi
tingkat stres rendah. Pada kelompok masih ada dalam kurun waktu 2 minggu
kontrol, terjadi perubahan skor stres setelah terapi selesai. Skor prates, pasca-
hipertensi, yaitu dari 117.17 pada saat tes, dan tindak lanjut pada kelompok
prates menjadi 114.33 pada saat pascates kontrol tidak mengalami penurunan yang
(gambar 2). Skor rerata prates dan berarti hingga masa tindak lanjut berakhir
pascates masuk dalam kategori sedang seperti yang tergambar pada grafik. Rerata
pada skala stres hipertensi. Kedua grafik skor stres hipertensi bergerak dari angka
di atas menunjukkan bahwa setelah diberi 117.17 (prates), menurun menjadi 114.33
terapi relaksasi zikir, penderita hipertensi (pascates) dan menurun kembali menjadi
esensial pada kelompok eksperimen 112.17 (tindak lanjut). Skor ini menun-
mengalami penurunan rerata skor stres jukkan bahwa pada kelompok kontrol
hipertensi, sedangkan pada kelompok tidak terjadi perubahan yang berarti
kontrol yang tidak mendapatkan perlaku- dalam skor stres hipertensi.
an, meskipun terjadi penurunan skor Selain mengukur tingkat stres yang
namun tetap berada dalam kategori dialami subjek, perubahan tekanan darah
sedang. subjek juga diukur sebelum dan setelah
Setelah melewati serangkaian pela- rangkaian pelatihan berakhir. Perbanding-
tihan, kelompok eksperimen diberi peng- an hasil pengukuran tekanan darah baik
ukuran lanjutan untuk melihat sejauh pada prates dan pascates pada masing-
mana subjek pada kelompok tersebut masing kelompok dapat dilihat pada
menerapkan relaksasi zikir yang telah grafik berikut:
dilatihkan dalam kehidupan sehari-hari
KELOMPOK EKSPERIMEN
RERATA DIASTOLIK RERATA SISTOLIK
157
146 145
94 91 91
lillah” dan “Allahuakbar”. Kekurangan lainnya. Manfaat dalam penelitian ini juga
dalam penelitian ini diharapkan dapat dapat menjadi masukan bagi setiap pusat
disempurnakan oleh peneliti selanjutnya. layanan kesehatan bahwa terapi relaksasi
zikir dapat menangani pasien/klien yang
SIMPULAN DAN SARAN mengalami stres pada penderita hipertensi
esensial. Poli psikologi juga dapat
Simpulan memberikan terapi relaksasi zikir ini
Berdasarkan hasil penelitian yang dalam bentuk kelompok karena dengan
telah dilakukan, maka dapat disimpulkan terapi relaksasi zikir ini dapat mem-
berikut ini. Pertama: Secara kuantitatif bangun hubungan interpersonal dengan
dengan menggunakan analisis uji baik.
mann-whitney gained score yang me- Kedua: Subjek penelitian. Kepada
nunjukkan adanya perbedaan stres antara penderita hipertensi esensial, diharapkan
kelompok eksperimen yang diberikan dapat menerapkan terapi relaksasi zikir
perlakuan terapi relaksasi zikir dengan dirumah untuk mengurangi stres. Hal-hal
kelompok kontrol yang tidak diberikan yang telah didapatkan dalam proses
perlakuan terapi relaksasi zikir pada terapi, jika dapat diterapkan dalam
penderita hipertensi esensial. kehidupan sehari-hari maka stres yang
Kedua: Secara kualitatif diketahui dialami akan dapat berkurang, sehingga
bahwa seluruh subjek menyempatkan dapat memengaruhi kesehatan khususnya
diri untuk melakukan terapi relaksasi dalam mengontrol tekanan darah.
zikir karena manfaat yang di dapat Ketiga: Para peneliti dalam bidang
baik untuk subjek. Selain itu ditemu- sejenis. (1) Peneliti selanjutnya dapat
kan pula beberapa faktor yang diduga meneliti lebih lanjut penelitian ini dengan
meme-ngaruhi tingkatan stres pada pen- menggunakan beberapa kelompok yang
derita hipertensi esensial yaitu permasa- dibedakan berdasarkan bacaan-bacaan
lahan ekonomi dan pekerjaan, permasa- zikir yaitu bacaan “Laillahaillallah”,
lahan keluarga, permasalahan pola “Astagfirullahaladzim”, “Subhanallah”,
makan, kebiasaan merokok, keluhan- “Alhamdulillah” dan “Allahuakbar”,
keluhan fisik dan psikis yang menyertai untuk melihat pengaruhnya tiap perkata
tekanan darah tinggi, serta kekhawatiran dari bacaan zikir. (2) Peneliti selanjutnya
terhadap dampak tekanan darah tinggi. juga dapat meneliti efektivitas terapi
relaksasi zikir tidak hanya untuk penderita
Saran tekanan darah di atas normal, namun juga
Berdasarkan pelaksanaan dan per- dapat dilakukan pada tahap perkem-
timbangan, peneliti menyampaikan bebe- bangan lainnya atau dengan penyakit-
rapa saran, yaitu sebagai berikut. Pertama: penyakit dan gangguan lain yang dapat
Pihak puskesmas dan layanan kesehatan berhubungan dengan stres. (3) Setiap
Fu, C.F. (2008). Music therapy and (2001). Kapita selekta kedokteran.
women’s health : effects of music Edisi Ke Tiga. Jilid 1. Fakultas
assisted relaxation on women Kedokteran Universitas Indonesia.
graduate students’ stress and Penerbit: Media Aesculapius.
anxiety levels. Michigan: Michigan
state university. Nevid, J.S., Rathus, S.A., & Greene, B.
(2005). Psikologi abnormal Jilid 1.
Harris, A., Mcgregor, J., Furuno, P., Zhu, Jakarta: Penerbit Erlangga.
J., Peterson, D & Finkelstein, J.
(2006). The use and interpretation Ogden, 2000. Stres yang melibatkan
of quasi-experimental studies in stresor. Yogyakarta: Rineka Cipta.
medical informatics. Journal of the Panti Rapih. Hipertensi Essensial Primer.
American medical informatics Diunduh pada 21 Maret 2013, dari
association : 13,1 http://www.pantirapih.or.id/index.p
Hawari, D. (2005). Al Qur’an : Ilmu hp?option=com_content&view=ar
kedokteran jiwa dan kesehatan ticle&id=136:hipertensi-essensial-
jiwa. Yogyakarta : PT. Dana Bhakti primer&catid=51:umum&Itemid=
Prima Yasa. 97.
Krouse, N. (2006). Gratitude toward god, Penzien, D.B., Rains, J.C., & Andrasik, F.
stress, and health in late life. (2002). Behavioral management of
Research on aging journal, recurrent headache: three decades
28: 163. of experience and empiricism.
Applied psychophysiology and
Latipun. (2010). Psikologi eksperimen. biofeedback.
Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang. Purnomo. (2010). Peran optimism,
representasi sakit dan kepatuhan
Linden, W., Lenz, J.W., & Con, A. H. terhadap kualitas hidup orang
(2001). Individualized stress dengan hipertensi. Jurnal
management for primary proceeding konferensi nasional II
hypertension. Arch intern Med. ikatan psikoligi klinis-Himpsi.
Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Lulu. (2002). Dzikir dan ketenangan jiwa
: studi pada majelis dzikrul ghofilin, Purtier Placenta. Penyebab Hipertensi.
cilandak, ampera raya, Jakarta. Diunduh pada 21 Maret 2013, dari
Jurnal Tazkiya, Volume 2. http://www.purtierplacenta.com/pe
nyebab-hipertensi.
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R.,
wardhani, W.I., setowulan, W.
Reiff, M., Schwartz, s., & Northridge, M. Tajudin, I. (2011). Pelatihan relaksasi
(2001). Relationships of depressive autogenik untuk menurunkan ting-
symtomps to hypertension in a kat stress pada penderita hipertensi.
household survey in harlem. Tesis. Yogyakarta: Fakultas Psiko-
Psychosomatic Medicine. logi Universitas Gadjah Mada.
Rice, L.P. (1999). Stress and health. Taylor, S.E. (2006). Health psychology.
California: Brooks/cole Publishing Singapore: McGraw Hill.
Company.
Vocks, S., Ockenfels, M., Jurgensen, R.,
Sadock, B.J & Sadock, V.A. (2007). Mussgay, L., & Ruddel, H. (2004).
Kaplan & Sadock’s : Synopsis of Blood pressure reactivity can be
psychiatry, bahvioral sciences/ reduced by a cognitive behavioral
clinical psychiatry. Philoadephia: stress management program.
Lippincott Williams & Williams. International Journal of Behavioral
Medicine.
Saleh, A. Y. (2010). Berdzikir untuk
kesehatan syaraf. Jakarta: Penerbit Wisny, A. (2008). Pelatihan manajemen
Zaman. stress untuk meningkatkan mana-
jemen diri pada penderita diabetes
Sarafino, EP.(2000). Health psychology mellitus tipe 2. Tesis. (tidak
biopsychosocial interaction. New diterbitkan). Universitas Gadjah
York: John Wiley and Sons. Mada.
Schrafer, W. (2007). Stress management Wolf, C., Blencher, A., Thomas, A.,
for wellness, 4 th ed. California: Zimmerman, F., & Weber, C.
Wadesworth. (2008). Cardiovascular reactivity
Sholeh, M. & Musbikin, I. (2005). Agama in patients with essential or renal
sebagai terapi : Telaah menuju ilmu hypertension understandardized
kedokteran holistik. Yogyakarta : mental stress. Clinical and
Pustaka Pelajar. Experimental Hypertension, 29,
301-310.
Suryati, A. (2005). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan terjadinya Yurisaldi. (2010). Berdzikir untuk kese-
hipertensi essential di rumah sakit hatan saraf. Jakarta: Zaman.
islam Jakarta tahun 2005. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan. 2. 183-
193.
Abstrak
Kekerasan yang dialami oleh istri dapat menyebabkan munculnya gejala gangguan stres pascatrauma. Intervensi
untuk mengatasi gangguan stres pascatrauma telah banyak dipublikasi. Namun masih sedikit penelitian yang
menggunakan terapi spiritual islami. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas terapi zikir istighfar dalam
menurunkan gejala gangguan stres pascatrauma pada istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
Partisipan pada penelitian ini adalah 10 orang istri yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga yang
dibagi ke dalam kelompok perlakuan (n=5) dan kelompok kontrol (n=5). Penelitian ini menggunakan metode
campuran dengan desain QUAN+qual. Pengumpulan data dilakukan dengan skala The PTSD Checklist for DSM-
5 (PCL-5) yang memiliki 4 aspek dalam penilaian gangguan stres pascatrauma, observasi dan wawancara. Hasil
dari analisis Wilcoxon Sign Rank Test menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan terapi zikir istighfar efektif
dalam menurunkan gangguan stress pascatrauma setelah ada waktu untuk menghayati dan mempraktikkan secara
mandiri. Hal ini didukung dengan hasil analisis kualitatif yaitu munculnya ketenangan hati dan kesadaran diri
akan kesalahan yang dilakukan di masa lalu pada masing-masing partisipan.
Kata kunci: kekerasan dalam rumah tangga; gangguan stres pascatrauma; zikir; terapi; istighfar
Abstract
Violence experienced by women can cause the emergence of symptoms of post-traumatic stress disorder.
Interventions to treat post-traumatic stress disorder have been widely published. However, only few studies use
Islamic spiritual healing. This study aimed to identify the effectiveness of zikir istighfar therapy to reduce the
symptoms of post-traumatic stress disorder in women who had experienced domestic violence. The participants
in this study were 10 women who became victims of domestic violence, divided into the treatment group (n=5)
and control group (n=5). This research used mixed methods with QUAN+qual design. Data was collected using
the PTSD Checklist for DSM-5 (PCL-5) scale with 4 assessment aspects, observation, and interviews. The results
of the Wilcoxon Sign Rank Test analysis showed that in the treatment group, zikir istighfar therapy was effective
to reduce post-traumatic stress disorder after there was time to live and practice independently. This was
supported by the results of qualitative analysis with the emergence of a peace of mind and self-awareness of the
past mistakes of each participant.
PENDAHULUAN
Pernikahan adalah suatu hal yang penting untuk memperoleh keseimbangan hidup. Selain
itu, terwujudnya kebahagiaan juga merupakan harapan utama yang diinginkan oleh suami dan
istri yang terikat dalam pernikahan. Kebahagiaan pernikahan akan terwujud apabila masing-
masing anggota keluarga saling mengerti, menghormati, dan menghargai. Akan tetapi,
perjalanan pernikahan belum tentu semudah seperti yang diharapkan. Salah satunya disebabkan
adanya kekerasan (Manumpahi et al., 2016). Pada 2019, Komnas Perempuan (2020)
menyebutkan, dari jenis kekerasan terhadap perempuan lainnya, kekerasan dalam rumah tangga
tercatat memiliki jumlah kasus terbanyak, yaitu 75% atau sejumlah 11.105 kasus.
Kekerasan dalam rumah tangga merupakan tindakan kekerasan yang bisa dilakukan oleh
siapapun, seperti ibu, bapak, anak atau bahkan asisten rumah tangga (Manumpahi et al., 2016)
(Manumpahi dkk, 2016). Jika dikaji satu persatu mengenai jumlah kasus kekerasan pada
masing-masing anggota keluarga tersebut, maka diketahui bahwa kekerasan yang dialami oleh
istri menempati peringkat pertama dengan jumlah sebesar 6.555 kasus. Jumlah tersebut
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 5.114 kasus (Komnas Perempuan,
2019; Komnas Perempuan, 2020). Data ini menunjukkan bahwa masih banyak istri yang
mendapatkan kekerasan dalam ranah rumah tangga.
Adapun beberapa jenis kekerasan yang dapat dialami oleh istri meliputi kekerasan fisik,
kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan kekerasan ekonomi. Komnas Perempuan (2020)
menjabarkan pada tahun 2020 jumlah kasus dari masing-masing jenis kekerasan tersebut, yaitu
kekerasan secara fisik sebesar 43%, seksual sebesar 25%, psikis sebesar 19%, dan ekonomi
sebesar 13%. Kekerasan yang dialami oleh istri tidak terjadi secara spontan, melainkan
memiliki sebab tertentu yang mendorong munculnya kejadian tersebut. Pada dasarnya tidak ada
faktor tunggal yang menyebabkan kekerasan pada pasangan (Hayati, 2013). Namun jika dikaji
secara ekologi sosial, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seperti sejarah hidup di
masa lalu, kepribadian yang dimiliki oleh suami maupun istri serta beberapa situasi tertentu
yang mempengaruhi kehidupan rumah tangga (Heise, 2011). Kekerasan terhadap istri juga
dapat disebabkan faktor gender dan patriarki, yaitu laki-laki adalah superior dan perempuan
adalah inferior (Muhajarah, 2016).
Namun, jika dikaji secara ideologi agama, sebuah masalah khususnya mengenai kekerasan
yang dialami oleh perempuan dalam ranah rumah tangga dapat disebabkan perbuatan atau
kesalahan manusia itu sendiri di masa lalu (Muzayanah, 2016). Hal ini diperkuat oleh pendapat
Nirwana (2013), bahwa sesungguhnya musibah yang datang dalam kehidupan, disebabkan oleh
manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana dijelaskan firman Allah dalam QS. Ali Imran (165):
“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah
menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar),
kamu berkata: "Dari mana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan)
dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Kekerasan yang dialami oleh istri tentu akan mempengaruhi kondisi psikis para istri yang
menjadi korban kekerasan tersebut. Dampak secara psikis yang dialami juga tentunya akan
menyebabkan luka batin yang tersimpan dalam waktu yang lama (Mardiyati, 2015). Adapun
dampak psikis secara nyata yang dapat terjadi akibat kekerasan tersebut adalah munculnya
perasaan cemas, ketakutan, selalu waspada, murung, sering melamun, mengurung diri bahkan
hingga mengalami kesulitan tidur (Maisah & Yenti, 2016). Istri yang menjadi korban kekerasan
dalam rumah tangga ini juga berpotensi mengalami trauma akibat peristiwa kekerasan yang
dialaminya. Kondisi trauma tersebut disebabkan oleh sejumlah serangan emosional ekstrem
yang didapatkan dari suami, sehingga istri merasa sangat takut dan tertekan terhadap keadaan
di rumah (Deborah et al., 2018). Foa dan Rothbaum (dalam Solichah, 2013) menyatakan bahwa
bagi sebagian orang, kondisi trauma akan dapat teratasi dengan berjalannya waktu, namun
sebagian yang lain tidak. Kondisi trauma yang dapat terjadi selama enam bulan setelah
peristiwa traumatis dikenal dengan istilah gangguan stres pascatrauma (Maslim, 2001).
Menurut DeJonghe, Bogat, Levendosky, dan Eye (2008), kekerasan pascatrauma
merupakan salah satu gangguan mental yang memiliki keterkaitan dengan kekerasan terhadap
pasangan intim (suami dan istri). Penelitian Varma, Chandra, Thomas, dan Carey (2007)
menemukan adanya gejala gangguan stres pascatrauma yang lebih tinggi pada perempuan yang
melaporkan riwayat kekerasan dari pasangan intim dibandingkan perempuan lain yang tidak
mengalaminya. Nathanson, Shorey, Tirone, dan Rhatigan (2012) juga menambahkan bahwa
kekerasan yang dialami oleh perempuan dari pasangan intim, dapat menjadi prediktor yang
84 Mada Kartikasari – Terapi Zikir Istighfar untuk Mengurangi Gejala PTSD
Psychopolytan : Jurnal Psikologi ISSN CETAK : 2614-5227
VOL. 5 No. 2, Februari 2022 ISSN ONLINE : 2654-3672
tersebut, terdapat salah satu ibadah yang efektif untuk dilakukan oleh istri yang memiliki gejala
gangguan stres pascatrauma, yaitu dengan melakukan zikir. Muslaini dan Sofia (2020)
menjelaskan bahwa zikir terbukti dapat menurunkan tingkat gangguan stres pascatrauma.
(Najati, 2004) juga menjelaskan bahwa salah satu jalan keluar dari munculnya tekanan jiwa
yang mengarah pada psikoneurotik adalah melakukan zikrullah, karena menurutnya hal ini
dapat membuat jiwa menjadi bersih dan bening serta perasaan yang tenang dan tentram.
Zikir merupakan tradisi ibadah terbaik dan juga paling mudah untuk dilakukan karena tidak
memiliki syarat atau aturan tertentu dalam melaksanakannya (Anuar et al., 2017). Selain itu,
zikir juga dimaknai sebagai kegiatan spiritual yang efektif untuk membantu proses pengubahan
perilaku dan sifat negatif pada seorang Muslim (Mohd Rozali & Muhammad Nubli, 2013). Saat
ini kegiatan zikir telah banyak digunakan dalam berbagai proses terapi dalam bidang psikologi.
Hal ini dikarenakan, proses terapi memiliki tujuan untuk penyembuhan dengan cara
menghilangkan atau mengubah suatu gejala psikologis tertentu serta meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian yang positif (Karni, 2014).
Mengacu pada penyebab kekerasan yang dialami istri melalui ideologi agama seperti yang
telah disebutkan oleh Muzayanah (2016) dan Nirwana (2019) sebelumnya, maka pernyataan
menurut Nashori (2005) mengenai kualitas zikir akan menjadikan jalan keluar dari kondisi
tersebut. Zikir yang dilakukan dengan penuh penghayatan akan membawa individu pada
kesadaran diri bahwa kejadian yang tidak menyenangkan merupakan ujian dari Allah akibat
dari dosa-dosa yang telah diperbuat. Oleh karena itu, dengan kesadaran tersebut, individu akan
memiliki dorongan untuk memohon ampunan kepada Allah agar masalah yang dihadapi terasa
lebih ringan.
Mulyanti dan Massuhartono (2018) menganjurkan beberapa bacaan zikir yang dapat
digunakan dalam proses terapi, yaitu tasbih, tahmid, tauhid, takbir, tahlil, hauqalah, tarji’,
sholawat dan istighfar. Masing-masing bacaan tersebut tentunya memiliki manfaat yang
berbeda-beda. Dari beberapa bacaan tersebut, istighfar merupakan bacaan zikir yang sangat
sesuai untuk digunakan untuk interveksi gangguan stres pascatrauma ini. Menurut Shihab
(2018), bacaan istighfar dapat digunakan sebagai kesembuhan jiwa dengan adanya pertaubatan
sehingga dapat menghapus dosa-dosa tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efektivitas terapi zikir istighfar dalam mengurangi gejala gangguan stres pascatrauma pada istri
yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Berdasarkan hal tersebut, peneliti
mengajukan hipotesis bahwa ada pengaruh terapi zikir istighfar terhadap penurunan gejala
gangguan stres pascatrauma. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan skor pada gejala
gangguan stres pascatrauma di dalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol antara
sebelum dan sesudah maupun setelah dua minggu diberikan terapi zikir istighfar.
METODE
Partisipan pada penelitian ini adalah istri yang menjadi korban kekerasan dalam rumah
tangga yang didapatkan dari beberapa lembaga atau instansi penanganan kasus kekerasan dalam
rumah tangga. Pemilihan partisipan dilakukan secara purposive sampling dengan
menyesuaikan karakteristik partisipan yang dibutuhkan. Adapun karakteristik tersebut, yaitu
terindikasi gejala gangguan stres pascatrauma pada alat ukur The PTSD Checklist for DSM-5
(PCL-5) dengan skor 31-33, berusia antara 24-50 tahun dan beragama Islam. Jumlah partisipan
pada penelitian ini sebanyak 10 orang yang dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu lima orang
dalam kelompok perlakuan dan lima orang dalam kelompok kontrol.
Penelitian ini menggunakan metode campuran, yaitu dengan menggabungkan unsur dari
pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Desain yang digunakan pada metode ini adalah
QUAN+qual, yaitu mengutamakan hasil dari pendekatan kuantitatif dan menjadikan
pendekatan kualitatif sebagai komponen pelengkapnya (Morse & Linda, dalam Schoonenboom
& Johnson, 2017). Pada pendekatan kuantitatif, peneliti menggunakan desain quasi
experimental nonrandomized pretest-posttest control group design. Desain penelitian ini
menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan yang diberikan intervensi dan
kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan sama sekali. Kemudian kedua kelompok
tersebut diberikan pengukuran yaitu prates dan pascates untuk mengetahui perbedaan kondisi
antara kelompok yang diberikan perlakuan dan yang tidak (Levy & Ellis, 2011). Sedangkan
pada pendekatan kualitatif, peneliti menggunakan teknik observasi dan wawancara dengan
setting alamiah dan sumber data primer, yaitu menjadikan partisipan secara langsung sebagai
sumber data utama (Sugiyono, 2010).
Tabel 1.
Rancangan Eksperimen Penelitian
Kelompok Prates Intervensi Pascates Tindak lanjut
KP O1 X O2 O3
KK O1 - O2 O3
Keterangan:
KP : Kelompok Perlakuan
KK : Kelompok Kontrol
O1 : Hasil pengukuran prates
O2 : Hasil pengukuran pascates
X : Intervensi
O3 : Hasil pengukuran tindak lanjut
Selanjutnya untuk pengelompokan pada sampel yang telah terpilih dilakukan dengan
random assignment to groups dengan menggunakan pengacakan terkomputerisasi. Teknik ini
dilakukan sebagai sebuah usaha untuk mengendalikan variabel luar atau extraneous variable.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu skala, observasi
dan wawancara. Skala yang digunakan adalah The PTSD Checklist for DSM-5 (PCL-5) yang
dikembangkan oleh F. W. Weathers et al., (2013). Skala ini memiliki tujuan untuk melihat ada
dan beratnya gejala gangguan stres pacatrauma pada individu yang telah terpapar peristiwa
traumatis. Total soal pada PCL-5 ini sebanyak 20 item yang terbagi dalam 4 aspek. Adapun
aspek-aspek tersebut, yaitu kilas balik atau intrusi yang diwakili oleh 5 item, penghindaran yang
diwakili oleh 2 item, perubahan negatif dalam kognisi dan suasana hati yang diwakili oleh 7
item serta gairah dan reaktivitas yang diwakili oleh 6 item. Seseorang dapat diindikasi
mengalami gejala gangguan stres pascatrauma jika minimal skor yang didapatkan sebesar 31-
33.
PCL-5 ini telah diadaptasi ke bahasa Indonesia dengan menggunakan metode translasi
forward-backward sesuai dengan pedoman dari International Test Commission (ITC)
Guidelines for Translating and Adapting Tests (2017). Hasil dari adaptasi tersebut ini
didapatkan koefisien validitas item yang bergerak dari angka 0,301-0,748 (r>0,30) dan
koefisien alpha cronbach sebesar 0,919.
Intervensi dilakukan dengan menggunakan panduan modul yang disusun oleh tim peneliti
dengan melakukan modifikasi dari modul Wulandari dan Nashori (2014) serta Kumala, Rusdi,
dan Rumiani (2019) yang telah disesuaikan dengan tahapan terapi zikir menurut Subandi
(2019). Beberapa hal yang dimodifikasi dari kedua modul tersebut adalah penyesuaian konteks
penggunaan modul, penggunaan bacaan zikir serta penambahan materi mengenai pemahaman
dari gejala gangguan psikologis yang dimiliki oleh partisipan. Pelaksanaan terapi zikir istighfar
pada modul ini terdiri atas 12 sesi yang terbagi dalam tiga kali pertemuan dengan durasi waktu
HASIL
Partisipan pada penelitian ini terdiri atas sepuluh orang wanita yang mengalami kekerasan
dari suami. Partisipan tersebut dibagi kedalam dua kelompok, yaitu lima orang pada kelompok
perlakuan dan lima orang lainnya pada kelompok kontrol. Rincian deskripsi data pada masing-
masing partisipan tersebut tercantum pada Tabel 2.
Tabel 2.
Deskripsi Partisipan Penelitian (N=10)
Jenis Skor
Kelompok Nama Usia Status Pernikahan
KDRT PCL-5
MY 46 Menikah Psikologis 48
AM 24 Proses Cerai Psikologis 36
Perlakuan AT 52 Menikah Psikologis 35
LL 37 Menikah Psikologis 47
WL 39 Cerai Hidup Psikologis 69
NN 23 Cerai Hidup Psikologis 55
FR 34 Proses Cerai Psikologis 37
Kontrol RS 41 Menikah Psikologis 50
ID 42 Menikah Psikologis 33
ZA 30 Menikah Fisik 31
Seluruh partisipan diukur dengan menggunakan PCL-5 yang dilakukan sebanyak tiga kali,
yaitu sebelum diberikan terapi, setelah diberikan terapi dan ditindaklanjuti setelah dua minggu
dari berakhirnya rangkaian terapi. Adapun perubahan skor PCL-5 pada kelompok perlakuan
maupun kelompok kontrol dalam setiap pengukuran adalah sebagai berikut:
Tabel 3.
Deskripsi Analisis Data Skor PCL-5 Kelompok Perlakuan
Gained Gained Score Gained Score
Tindak
Nama Prates Pascates Score (Pasca-Tindak (Pra-Tindak
Lanjut
(Pra-Pasca) Lanjut) Lanjut)
MY 48 48 29 0 -19 -19
AM 36 26 11 -10 -15 -25
AT 35 34 34 -1 0 -1
LL 47 18 24 -29 6 -23
WL 69 59 66 -10 7 -3
Tabel 3 menunjukkan bahwa adanya perubahan skor pada kelompok perlakuan sebelum
dan sesudah bahkan hingga pengukuran tindak lanjut setelah diberikan terapi zikir istighfar.
Hal ini dapat dilihat dari pengukuran prates hingga pascates, yaitu terdapat beberapa partisipan
yang mengalami penurunan skor dari -29 hingga - 1. Namun juga terdapat partisipan lainnya
yang tidak mengalami perubahan skor. Selanjutnya, jika dilihat dari hasil pengukuran pascates
ke tindak lanjut, terdapat dua partisipan yang mengalami penurunan skor secara signifikan,
yaitu dari -19 hingga -15. Akan tetapi, satu partisipan lainnya tidak mengalami perubahan skor
dan dua partisipan selanjutnya justru mengalami peningkatan yaitu dari skor 6 hingga 7. Jika
dilihat secara keseluruhan, semua partisipan mengalami penurunan skor dari pengukuran prates
ke tindak lanjut.
Tabel 4.
Deskripsi Analisis Data Skor PCL-5 Kelompok Kontrol
Gained Gained Score Gained Score
Tindak
Nama Prates Pascates Score (Pasca-Tindak (Pra-Tindak
Lanjut
(Pra-Pasca) Lanjut) Lanjut)
NN 55 67 58 12 -9 3
FR 37 52 47 15 -5 10
RS 50 50 56 0 6 6
ID 33 35 20 2 -15 -13
ZA 31 30 28 -1 -2 -3
Tabel 4, memperlihatkan adanya perubahan skor yang dialami oleh partisipan didalam
kelompok kontrol. Pada pengukuran prates ke pascates menunjukkan adanya beberapa
partisipan yang mengalami peningkatan skor, yaitu dari 2 sampai 15. Sedangkan satu partisipan
lainnya memiliki skor yang sama dengan sebelumnya dan satu partisipan lagi mengalami
penurunan skor sebesar 1 poin. Kemudian pada pengukuran pascates ke tindak lanjut, hampir
semua partisipan mengalami penurunan, yaitu dari skor -2 hingga -15. Namun, terdapat satu
partisipan yang mengalami peningkatan skor sebesar 6 poin. Jika dilihat secara keseluruhan
dari pengukuran prates hingga tindak lanjut, terdapat tiga partisipan yang mengalami
peningkatan skor, yaitu dari skor 3 hingga 6. Sedangkan dua partisipan lainnya mengalami
penurunan skor, yaitu dari -3 sampai -13.
Tabel 5.
Deskripsi Data Statistik
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
Min Max Mean SD Min Max Mean SD
Prates 35 69 47.00 13.69 31 55 41.20 10.67
Pascates 18 59 37.00 16.55 30 67 46.80 14.72
Tindak
11 66 32.80 20.44 20 58 41.80 17.00
Lanjut
50
40
30
20
10
0
Prates Pascates Tindak Lanjut
Perlakuan Kontrol
Berdasarkan perolehan data skor PCL-5 pada setiap pengukuran terhadap istri yang
mengalami kekerasan di kelompok perlakuan, diketahui bahwa ada penurunan nilai rata-rata
setelah diberikan terapi zikir istighfar. Adapun perubahan tersebut dapat dilihat dari
pengukuran prates (Mean=47.00; SD=13.69) ke pascates (Mean=37.00; SD=16.55) hingga
tindak lanjut (Mean=32.80; SD=20.44). Sedangkan nilai rata-rata pada kelompok kontrol
mengalami peningkatan dari pengukuran prates (Mean=41.20; SD=10.67) hingga pascates
(Mean=46.80; SD=14.72). Walaupun setelahnya nilai tersebut mengalami penurunan pada
pengukuran tindak lanjut (Mean=41.80; SD=17.00), namun pada dasarnya nilai rata-rata pada
kelompok kontrol mengalami sedikit peningkatan jika dilihat dari pengukuran prates hingga
tindak lanjut. Hal ini diperkuat oleh Gambar 1 yang menunjukkan bahwa adanya penurunan
skor yang signifikan pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol.
Tabel 6.
Hasil Uji Hipotesis
Pengukuran Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
Z p Z p
Prates-Pascates -1.841 0.066 -1.461 0.144
Pascates – Tindak Lanjut -0.730 0.465 -1.241 0.225
Prates-Tindak Lanjut -2.023 0.043 -0.271 0.786
Pada Pada penelitian ini, uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode analisis
Wilcoxon Sign Rank Test yang tercantum pada Tabel 6. Hasil pengukuran prates ke pascates
(Z=-1.841 dan p=0.066; p>0.05) dan pascates ke tindak lanjut (Z=-0.730 dan p=0.465; p>0.05)
di dalam kelompok perlakuan menunjukkan tidak ada perbedaan pada tingkat gejala gangguan
stres pascatrauma di antara waktu pengukuran tersebut. Namun jika dilihat pada pengukuran
90 Mada Kartikasari – Terapi Zikir Istighfar untuk Mengurangi Gejala PTSD
Psychopolytan : Jurnal Psikologi ISSN CETAK : 2614-5227
VOL. 5 No. 2, Februari 2022 ISSN ONLINE : 2654-3672
prates ke tindak lanjut (Z=-2.023 dan p=0.043; p>0.05) terlihat bahwa adanya perbedaan yang
signifikan pada gejala gangguan stres pascatrauma di antara waktu pengukuran tersebut. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan terapi zikir istighfar efektif dalam
menurunkan gangguan stress pascatrauma pada istri korban kekerasan dalam rumah tangga
setelah ada waktu untuk menghayati dan mempraktikkan secara mandiri.
Sedangkan hasil uji beda pada kelompok kontrol menunjukkan tidak adanya perbedaan
yang signifikan secara keseluruhan di antara masing-masing waktu pengukuran. Hal ini
ditunjukkan dari hasil pengukuran prates ke pascates (Z=-1.241 dan p=0.225; p>0.05), pascates
ke tindak lanjut (Z=-2.023 dan p=0.043; p>0.05), maupun prates ke tindak lanjut (Z=-0.271 dan
p=0.786; p>0.05). Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa perbedaan tingkat gejala
gangguan stres pascatrauma hanya terjadi di dalam kelompok perlakuan sebelum diberikan
terapi zikir istighfar serta saat pengukuran tindak lanjut.
Penelitian ini juga didukung dengan hasil analisis kualitatif yang dilakukan melalui
wawancara dan observasi terhadap partisipan di dalam kelompok perlakuan. Adapun beberapa
pertanyaan yang menjadi pedoman dalam wawancara adalah konsistensi pelaksanaan zikir
istighfar dalam keseharian; perasaan, perbedaan serta manfaat yang dirasakan setelah mengikuti
terapi; perubahan aspek-aspek gangguan stres pascatrauma yang dimiliki serta pelaksanaan
langkah perbaikan yang telah disusun. Sedangkan beberapa hal yang diobservasi pada
partisipan yaitu terdiri dari kesan umum yang meliputi kondisi fisik dan penampilan; hubungan
partisipan dengan orang disekitarnya; sikap atau respon dan keaktifan partisipan selama
mengikuti terapi.
Hasil yang didapatkan dari analisis kualitatif menyebutkan bahwa MY merasa adanya
perubahan dalam dirinya setelah melakukan aktivitas zikir istighfar dan ditambah dengan
informasi yang didapatkan dari sosial media mengenai cara berpikir positif. Perubahan yang
dirasakan yaitu, MY merasa lebih mampu untuk mengendalikan diri maupun perasaan sedih
yang muncul dibanding sebelumnya. MY juga merasa lebih tenang, sehingga MY tidak
memikirkan permasalahan yang dialami hingga berlarut-larut. Selain itu, MY juga merasa
semakin ikhlas dan menerima takdir yang diberikan oleh Allah terhadap kehidupan rumah
tangga. MY mampu mendapatkan manfaat dari proses tersebut walaupun MY selalu terlambat
datang saat terapi dilaksanakan.
AM juga merasa lebih tenang dan bersyukur setelah rutin beristighfar, meskipun AM
tampak tidak begitu aktif dan lebih banyak diam saat proses terapi dilaksanakan. Selain itu, AM
juga merasa bahwa banyak kemudahan yang diterima setelah AM sering membaca zikir
istighfar dalam kesehariannya. Bahkan AM juga tidak lagi menyalahkan dirinya, karena bagi
AM, permasalahan yang sedang AM alami merupakan takdir dari Allah, sehingga AM yakin
bahwa Allah akan membantu AM untuk menyelesaikannya. Sedangkan AT menjadi yakin
bahwa Allah akan memberikan kemudahan. AT juga meyakini bahwa permasalahan yang
menimpa rumah tangga AT merupakan teguran dari Allah atas kesalahan yang secara sengaja
atau tidak sengaja AT lakukan di masa lalu. AT seringkali menangis saat proses terapi
dilaksanakan, terutama saat membaca istighfar bersama.
Kemudian partisipan lain, yaitu LL dapat menyadari bahwa permasalahan yang terjadi di
rumah tangganya juga terdapat kontribusi kesalahan yang telah dilakukan oleh dirinya.
Walaupun LL juga mengaku bahwa mimpi buruk terkait perselingkuhan suaminya masih sering
muncul, namun LL tidak terbebani lagi pada mimpi buruk tersebut. Kondisi tersebut terjadi
karena LL selalu membaca zikir istighfar dalam setiap aktivitasnya. Walaupun, selama proses
terapi, LL tampak lebih banyak diam. Selain itu, WL juga berhasil untuk tidak mengkonsumsi
obat tidur kembali karena WL selalu membaca zikir istighfar sebelum tidur. WL merasa zikir
istighfar yang dilakukannya tersebut mampu membuat WL lebih tenang dan lebih mudah untuk
91 Mada Kartikasari – Terapi Zikir Istighfar untuk Mengurangi Gejala PTSD
Psychopolytan : Jurnal Psikologi ISSN CETAK : 2614-5227
VOL. 5 No. 2, Februari 2022 ISSN ONLINE : 2654-3672
kehidupan manusia, yaitu untuk menuju kesempurnaan hidup dan ketenangan jiwa manusia itu
sendiri (Ilyas, 2017). Salah satu zikir yang dapat digunakan adalah istighfar, karena dengan
beristighfar seseorang akan memohon ampunan atas kesalahan yang dilakukan dan hal ini
merupakan proses penyembuhan jiwa agar tercipta ketenangan hati (Uyun et al., 2020).
Istighfar juga dapat digunakan sebagai proses membersihkan diri sehingga hal tersebut dapat
membawa kedamaian batin dan menghasilkan solusi dari keadaan sulit yang dialami. Allah
mendorong setiap manusia untuk beristighfar agar manusia dapat menemukan kebahagiaan dan
ketenangan dalam kehidupannya (Karakaş & Geçimli, 2017).
Selain ketenangan hati, beberapa partisipan juga menyadari bahwa permasalahan yang
dihadapinya saat ini merupakan dampak dari kesalahan atau dosa yang pernah dilakukan di
masa lalu. Konflik yang terjadi di dalam suatu hubungan juga dapat dikategorikan sebagai
perbuatan dosa. Perbuatan dosa tersebut dapat memicu tekanan psikologis yang mempengaruhi
buruknya kesejahteraan mental seseorang. Permohonan ampun dan bertaubat kepada Allah
dapat membantu seseorang dalam menyucikan jiwa sehingga penyakit jiwa yang dimiliki dapat
teratasi (Uyun et al., 2019). Permohonan ampun tersebut dapat dilakukan dengan membaca
istighfar, karena dengan beristighfar seseorang akan selalu mengingat Allah dan percaya bahwa
Allah juga yang memberikan ujian dalam kehidupannya (Uyun et al, 2020). Dengan kesadaran
tersebut individu harus berusaha untuk menyelesaikan masalahnya dengan menyertakan Allah.
Hal ini dikarenakan apabila seseorang meyakini bahwa ujian yang datang berasal dari Allah,
maka ia akan lebih mudah untuk berlapang dada (Nashori, 2005).
Beberapa peserta juga menyatakan bahwa gejala dari gangguan stres pascatrauma yang
dimilikinya semakin berkurang atau jika gejala tersebut masih muncul, para partisipan dapat
mengontrol kondisi dirinya agar tetap stabil. Magezi dan Manda (2016) menjelaskan bahwa
dengan pendekatan spiritualitas dan campur tangan Tuhan dapat membantu seseorang
mengatasi situasi trauma yang dialaminya. Upaya mengatasi dan/atau sebagai upaya
pencegahan timbulnya gejala dari gangguan stres pascatrauma dapat dilakukan dengan berzikir
(Muslaini & Sofia, 2020). Hal ini dikarenakan zikir merupakan teknik meditasi dalam Islam,
yaitu dengan melakukan perenungan terhadap dosa yang dimiliki dan sebagai cara untuk
mendekatkan diri serta memohon ampunan kepada Allah. Aktivitas tersebut memberikan efek
yang baik untuk mengurangi gejala dari gangguan stres pascatrauma (Sasmita et al., 2021).
Salah satu pengurangan gejala gangguan stres pascatrauma yang dirasakan oleh peserta,
yaitu pola tidur yang lebih teratur. Hal ini dikarenakan terapi dengan memberikan bacaan zikir
merupakan salah satu terapi non-farmakologis yang memiliki potensi untuk memperbaiki
kualitas tidur seseorang(Reflio et al., 2016). Kondisi ini disebabkan aktivitas zikir yang
dilakukan secara berulang dapat menimbulkan pengaruh secara fisiologis, yaitu menurunnya
kecepatan detak jantung, kecepatan nafas, tekanan darah dan kecepatan metabolisme. Kondisi
ini membawa efek tenang yang membantu seseorang untuk dapat tertidur (Riyadi, 2020).
Bahkan terdapat salah satu peserta yang berhasil untuk tidak mengkonsumsi obat tidur kembali.
Kondisi ini terjadi karena adanya kegiatan spiritual yang salah satunya adalah berzikir. Hal ini
dikarenakan dengan berzikir dapat meningkatkan spiritual yang mempengaruhi cara seseorang
dalam mengendalikan diri dan emosi serta menjadi lebih tenang (Komarudin & Halim, 2021).
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu terkait dengan kontrol terhadap
validitas internal. Menurut Hastjarjo (2016), terdapat sejumlah ancaman validitas yang dapat
mempengaruhi kesimpulan dari suatu penelitian. Salah satu ancaman yang paling mendekati
dengan kondisi penelitian ini adalah ancaman pada validitas internal yang disebabkan oleh
sejarah atau adanya suatu kejadian yang berlangsung secara bersamaan dengan perlakuan yang
diberikan. Flannelly, Flannelly, dan Jankowski (2018) menambahkan bahwa ancaman pada
validitas internal ini tidak akan terjadi apabila penelitian dilakukan dalam durasi waktu yang
93 Mada Kartikasari – Terapi Zikir Istighfar untuk Mengurangi Gejala PTSD
Psychopolytan : Jurnal Psikologi ISSN CETAK : 2614-5227
VOL. 5 No. 2, Februari 2022 ISSN ONLINE : 2654-3672
singkat. Namun, jika penelitian dilakukan selama berhari-hari atau berminggu-minggu maka
pengalaman yang dialami dalam keseharian partisipan dapat menjadi variabel luar atau
extraneous variable.
Ancaman validitas internal yang disebabkan oleh sejarah tersebut dipengaruhi oleh
ancaman validitas internal lainnya yaitu terkait dengan seleksi partisipan yang efeknya dapat
teramati pada hasil penelitian (Hastjarjo, 2016). Kondisi ini disebabkan adanya ketidaksetaraan
atau perbedaan secara sistematik pada status pernikahan dari masing-masing partisipan.
Perbedaan status pernikahan tersebut menimbulkan adanya perbedaan stressor yang dialami
dari masing-masing partisipan. Selain itu, ancaman validitas internal yang disebabkan oleh
sejarah juga terjadi karena adanya materi atau informasi lain yang diterima oleh partisipan dari
sosial media selama rangkaian proses terapi dilaksanakan. Sehingga informasi tersebut juga
dapat menjadi variabel luar atau extraneous variable.
Keterbatasan selanjutnya yaitu terkait dengan ketepatan waktu dari kehadiran partisipan
selama terapi dilaksanakan. Ketepatan waktu hadir tersebut dapat mempengaruhi pemahaman
secara utuh pada materi yang diberikan. Kemudian kurang dijelaskannya secara rinci dan
mendalam mengenai materi gejala gangguan stres pascatrauma dan hubungan antara gejala
tersebut dengan terapi zikir istighfar membuat partisipan kurang optimal dalam memahaminya
secara keseluruhan. Selain itu, penggunaan aplikasi zikir yang bertujuan untuk mengontrol
aktivitas zikir pada masing-masing partisipan juga menjadi tidak optimal. Hal ini dikarenakan
aplikasi tersebut hanya dapat digunakan melalui Handphone dan proses zikir yang dilakukan
oleh partisipan tidak selalu dalam kondisi yang memungkinkan untuk menggunakan
Handphone, seperti saat di jalan atau saat sedang memasak dan mengasuh anak.
KESIMPULAN
Terapi zikir istighfar memiliki pengaruh pada penurunan gejala gangguan stres
pascatrauma bagi istri yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Hasil menunjukkan
adanya perubahan pada kondisi yang dirasakan pada masing-masing peserta setelah
melaksanakan terapi zikir istighfar, terutama setelah pemberian psikoedukasi dan saat praktik
membaca istighfar secara bersama-sama maupun secara mandiri dalam penugasan. Melalui
terapi zikir partisipan mendapatkan manfaat ketenangan hati, menyadari atas kesalahan yang
pernah dibuat di masa lalu, meyakini bahwa permasalahan yang dialami merupakan takdir dari
Allah dan berkurangnya gejala pada gangguan stres pascatrauma serta memiliki coping yang
baik dalam mengatasi gejala yang muncul.
Melalui penelitian ini Partisipan diharapkan mampu berkomitmen untuk melaksanakan
terapi zikir istighfar secara konsisten di dalam kesehariannya. Hal ini bertujuan agar partisipan
semakin merasakan manfaat dan mampu untuk meningkatkan kemampuan coping yang baik
dalam mengatasi gejala gangguan stres pascatrauma yang muncul. Kemudian penelitian
selanjutnya diharapkan mampu untuk mengontrol secara optimal validitas internal. Hal ini
dapat diupayakan agar perlakuan yang diberikan menjadi lebih efektif. Penelitian selanjutnya
juga diharapkan dapat membuat system pencatatan zikir yang lebih efisien agar memudahkan
partisipan dalam mencatat zikir yang dilakukan dalam kesehariannya.
DAFTAR PUSTAKA
Aida Mehrad. (2020). Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) Effect of Coronavirus (COVID-
19) Pandemic and Role of Emotional Intelligence. Journal of Social Science Research,
15(May), 185–190. https://doi.org/10.24297/jssr.v15i.8750
Anaene Oyeka, I. C., & Ebuh, G. U. (2012). Modified Wilcoxon Signed-Rank Test. Open
Journal of Statistics, 02(02), 172–176. https://doi.org/10.4236/ojs.2012.22019
Anuar, A. I. M., Nubli, A. W. M., & Yusma, M. Y. N. (2017). The Significant Effect of Wudu’
and Zikr in the Controlling of Emotional Pressure Using Biofeedback Emwave Technique.
International Journal of Social, Behavioral, Educational, Economic, Business and
Industrial Engineering, 1(4), 828–834.
Burhanuddin, B. (2020). Zikir Dan Ketenangan Jiwa (Solusi Islam Mengatasi Kegelisahan dan
Kegalauan Jiwa). Jurnal Mimbar: Media Intelektual Muslim Dan Bimbingan Rohani, 6(1),
1–25. https://doi.org/10.47435/mimbar.v6i1.371
Connor, K. M., & Butterfield, M. I. (2003). Posttraumatic Stress Disorder. I(3).
Currier, J. M., Drescher, K. D., & Irene Harris, J. (2014). Spiritual functioning among veterans
seeking residential treatment for PTSD: A Matched Control Group Study. Spirituality in
Clinical Practice, 1(1), 3–15. https://doi.org/10.1037/scp0000004
Deborah, S., Muthmainnah, A., Herlinda, L., & Tanawi, S. S. (2018). Trauma dan Resiliensi
pada Wanita Penyintas Kekerasan dalam Rumah Tangga. Jurnal Ilmiah Psikologi
MANASA, 7(2), 121–130.
DeJonghe, E., Bogat, G., Levendosky, A., & Eye, A. (2008). Women survivors of intimate
partner violence and post-traumatic stress disorder: Prediction and prevention. Journal of
Postgraduate Medicine, 54(4), 294–300. https://doi.org/10.4103/0022-3859.41435
Dwi Kumala, O., Rusdi, A., & Rumiani, R. (2019). Terapi Dzikir Untuk Meningkatkan
Ketenangan Hati Pada Pengguna Napza. Jurnal Intervensi Psikologi (JIP), 11(1), 43–54.
https://doi.org/10.20885/intervensipsikologi.vol11.iss1.art4
Flannelly, K. J., Flannelly, L. T., & Jankowski, K. R. B. (2018). Threats to the internal validity
of experimental and quasi-experimental research in healthcare. Journal of Health Care
Chaplaincy, 24(3), 107–130. https://doi.org/10.1080/08854726.2017.1421019
Hastjarjo, T. D. (2016). Validitas Eksperimen. Buletin Psikologi, 19(2), 70–80.
https://doi.org/10.22146/bpsi.11558
Hayati, E. N. (2013). Domestic violence against women in rural Indonesia Searching for
multilevel prevention. In Umeå University Medical Dissertations (Issue 1617).
Heise, L. (2011). What Works to Prevent Partner Violence? An Evidence Overview. December.
Ilyas, R. (2017). Zikir dan Ketenangan Jiwa: Telaah atas Pemikiran Al-Ghazali. Mawaizh:
Jurnal Dakwah Dan Pengembangan Sosial Dan Kemanusiaan, 8(1), 90–106.
Imam, A., Mohammed, U., & Moses Abanyam, C. (2014). On Consistency and Limitation of
paired t-test, Sign and Wilcoxon Sign Rank Test. IOSR Journal of Mathematics, 10(1),
01–06. https://doi.org/10.9790/5728-10140106
John P. Wilson, & Moran, T. A. (1998). Psychological Trauma : Posttraumatic Stress Disorder
and Spirituality. Journal of Psychology and Theology, 26(2), 168–178.
KARAKAŞ, A. C., & Geçimli, G. (2017). The Effect of Istighfar on State and Trait Anxiety.
International Journal of Psychology and Educational Studies, 4(3), 73–79.
https://doi.org/10.17220/ijpes.2017.03.008
Karni, A. (2014). Konseling dan Psikoterapi. Jurnal Ilmiah Syiar, 14(1), 225.
Komarudin, D., & Halim, I. A. (2021). Peranan Terapi Spiritual Terhadap Penyembuhan Adiksi
Narkoba. Syifa Al-Qulub, 5(2), 155–168.
Komnas Perempuan. (2019). Korban Bersuara, Data Bicara Sahkan RUU Penghapusan
Kekerasan Seksual sebagai Wujud Komitmen Negara: Catatan Kekerasan terhadap
Perempuan. Catatan Tahunan Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan, 123.
Komnas Perempuan. (2020). Kekerasan meningkat: Kebijakan penghapusan kekerasan seksual
untuk membangun ruang aman bagi perempuan dan anak perempuan. Catahu: Catatan
95 Mada Kartikasari – Terapi Zikir Istighfar untuk Mengurangi Gejala PTSD
Psychopolytan : Jurnal Psikologi ISSN CETAK : 2614-5227
VOL. 5 No. 2, Februari 2022 ISSN ONLINE : 2654-3672
16. https://doi.org/10.3390/rel12030182
Nirwana, A., & Surakarta, U. M. (2019). MUSIBAH DALAM PERSPEKTIF AL-QUR ’ AN.
November.
Pajević, I., Sinanović, O., & Hasanović, M. (2017). Association of Islamic Prayer with
Psychological Stability in Bosnian War Veterans. Journal of Religion and Health, 56(6),
2317–2329. https://doi.org/10.1007/s10943-017-0431-z
Rahmania, A. R., & Moordiningsih, M. (2012). Pengaruh Eye Movement Desensitization and
Reprocessing (Emdr) Dengan Teknik Stabilisasi Untuk Menurunkan Posttraumatic Stress
Disorder (Ptsd). Jurnal Intervensi Psikologi (JIP), 4(2), 161–172.
https://doi.org/10.20885/intervensipsikologi.vol4.iss2.art2
Razak, A. (2013). Terapi Spiritual Islami. Jurnal Dakwah Tabligh, 14(1), 141–151.
Reflio, R., Dewi, A. P., & Utomo, W. (2016). Pengaruh Terapi Al Zikir terhadap Kualitas Tidur
Lansia. Jurnal Online Mahasiswa, 70(4), 921–946.
Riyadi, S. (2020). PENINGKATAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DENGAN TERAPI
DZIKIR : LITERATURE REVIEW The Improvement of Sleep Quality in Elderly With
Dzikir Therapy : Literature Review. 11(02), 218–225.
Sasmita, H., Yanti, N., Hendri, K., & Astuti, V. W. (2021). Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu
Kesehatan Progressive Muscle Relaxation and Dhikr on Reducing Post- Traumatic Stress
Disorder in Earthquake Victims Progressive Muscle Relaxation dan Dzikir Terhadap.
6(2), 385–391. https://doi.org/10.30604/jika.v6i2.494
Schoonenboom, J., & Johnson, R. B. (2017). Wie man ein Mixed Methods-Forschungs-Design
konstruiert. Kolner Zeitschrift Fur Soziologie Und Sozialpsychologie, 69, 107–131.
https://doi.org/10.1007/s11577-017-0454-1
Shihab, M. . (2018). Wawasan Al-Quran tentang Doa dan Zikir. PT Lentera.
Slater, C. L., Bordenave, J., & Boyer, B. A. (2016). Comprehensive Guide to Post-Traumatic
Stress Disorders. Comprehensive Guide to Post-Traumatic Stress Disorders.
https://doi.org/10.1007/978-3-319-08359-9
Solichah, M. (2013). Asesment Post Traumatic Stress Disorder (Ptsd) Pada Perempuan Korban
Perkosaan (Acquaintance Rape). HUMANITAS: Indonesian Psychological Journal, 10(1),
87. https://doi.org/10.26555/humanitas.v10i1.331
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Alfabeta.
Taylor, S., Thordarson, D. S., Fedoroff, I. C., Maxfield, L., Lovell, K., & Ogrodniczuk, J.
(2003). Comparative efficacy, speed, and adverse effects of three PTSD treatments:
Exposure therapy, EMDR, and relaxation training. Journal of Consulting and Clinical
Psychology, 71(2), 330–338. https://doi.org/10.1037/0022-006X.71.2.330
Uyun, Q., Jaufalaily, N., Witruk, E., & Kurniawan, I. N. (2020). Effect of Islamic-based
repentance therapy on the prevention of post-traumatic stress disorder (PTSD).
Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi, 5(2), 125–138.
https://doi.org/10.21580/pjpp.v5i2.6505
Uyun, Q., Kurniawan, I. N., & Jaufalaily, N. (2019). Repentance and seeking forgiveness: the
effects of spiritual therapy based on Islamic tenets to improve mental health. Mental
Health, Religion and Culture, 22(2), 185–194.
https://doi.org/10.1080/13674676.2018.1514593
Varma, D., Chandra, P. S., Thomas, T., & Carey, M. P. (2007). Intimate partner violence and
sexual coercion among pregnant women in India: Relationship with depression and post-
traumatic stress disorder. Journal of Affective Disorders, 102(1–3), 227–235.
https://doi.org/10.1016/j.jad.2006.09.026
Watkins, L. E., Sprang, K. R., & Rothbaum, B. O. (2018). Treating PTSD: A review of
97 Mada Kartikasari – Terapi Zikir Istighfar untuk Mengurangi Gejala PTSD
Psychopolytan : Jurnal Psikologi ISSN CETAK : 2614-5227
VOL. 5 No. 2, Februari 2022 ISSN ONLINE : 2654-3672