Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ANALISIS WARUNG MAKAN (PENGUSAHA PRIBADI)

Kelompok 8

Di Susun Oleh :

1. Dwi Khotimah (2020041014134)


2. Delvia Wetipo (2020041014206)
3. Ikhwan Fadli Kahfi (2020041014111)
4. Magdalena Gobay (2020041014020)
5. Lin Giban (20200410114113)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYARUPA

PAPUA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas kasih dan sayangnya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
tema dari makalah ini adalah “ANALISIS WARUNG MAKAN (PENGUSAHA BADAN)“.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Perpajakan yang telah
memberi kesempatan dan kepercayaannya kepada kami untuk membuat dan menyelesaikan
makalah ini. Sehingga kami memperoleh banyak ilmu, informasi dan pengetahuan selama kami
membuat dan menyelesaikan makalah ini dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya.

Akhir kata kami meminta maaf sebesar-besarnya kepada pihak pembaca maupun pengoreksi jika
terdapat kesalahan dalam penulisan, penyusunan maupun kesalahan lain yang tidak berkenan di
hati pembaca maupun pengoreksi, karena hingga saat ini kami masih dalam proses belajar. Oleh
karena itu kami memohon kritik dan sarannya demi kemajauan bersama.
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan Pembahasan.................................................................................................
D. Manfaat....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak memiliki peranan yang penting sebagai salah satu sumber penerimaan Negara dan
ditujukan untuk melaksanakan fungsi Negara. Sebagai fungsi penerimaam, pajak menjadi hal
pokok dalam mengisi kas Negara. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan fungsi Negara, sebagai
komponen penerimaan Negara yang penting, pajak dapat dikatakan sebagai energy utama dalam
menjalankan fungsi Negara. Ketika penerimaan dari sektor pajak sudah baik, akan lebih mudah
bagi Negara dalam mengelola segala kegiatannya baik dalam pembangunan fisik maupun non
fisik.

Menurut subjek pemungutnya, pajak penghasilan orang Pribadi ini terbagi menjadi 2 yakni orang
Pribadi yang bekerja sebagai karyawan, dan orang pribadi yang melakukan pekerjaan atau usaha
(pengusaha).

Pajak penghasilan orang Pribadi atau PPh orang pribadi (PPh OP) adalah pajak yang dikenakan
terhadap subjek pajak orang pribadi (OP) atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam
tahun pajak maupun bagian tahun pajak. Orang pribadi adalah subjek pajak penghasilan yang
mencakup orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia maupun di luar Indonesia.

Rumah makan adalah istilah umum untuk menyebut usaha gastronomi yang menyajikan
hidangankepada masyarakat dan menyediakan tempat untuk menikmati hidangan tersebut serta
menetapkan tarif tertentu untuk makanan dan pelayanannya. Meski pada umumnya rumah makan
menyajikan makanan di tempat, tetapi ada juga beberapa yang menyediakan layanan take-out
dining dan delivery service sebagai salah satu bentuk pelayanan kepada konsumennya.

Rumah makan biasanya memiliki spesialisasi dalam jenis makanan yang dihidangkannya,
sebagai contoh yaitu rumah makan chinese food, rumah makan padang, rumah makan cepat
saji(restaurant fast food) dan sebagainya. Di Indonesia, rumah makan juga biasa disebut dengan
istilah restoran. Bisnis kuliner merupakan bisnis yang sedang berkembang di Indonesia pada saat
ini. Munculnya berbagai makanan yang unik, adanya wisata kuliner, dan tren kuliner sebagai
gaya hidup masyarakat, menjadi bukti bahwa bisnis ini berkembang dengan pesat. Kuliner
termasuk yang menjadi pilihan banyak orang, karena dianggap jenis bisnis yang lebih mudah
dilakukan daripada bisnis lainnya. Namun, bisnis kuliner termasuk bisnis yang tergolong rumit
karena membutuhkan banyak inovasi dan kreativitas yang berkelanjutan. Oleh karena itu,
strategi berperan penting untuk dapat terus bersaing dalam industri ini, meski dalam lingkup
usaha kecil.
Hampir seluruh masakan Indonesia kaya dengan bumbu berasal dari rempah-rempah seperti
kemiri, cabai, temu kunci, lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa dan gula aren dengan diikuti
penggunaan teknik-teknik memasak menurut bahan, dan tradisi adat yang terdapat pula pengaruh
melalui perdagangan yang berasal seperti dari India, Tiongkok, Timur Tengah, dan Eropa.

Tinggi rendahnya kepatuhan pajak juga dipengaruhi oleh kualitas pelayanan. Semakin baik
kualitas pelayanan akan menyebabkan semakin tingginya tingkat kepatuhan wajib pajak.
Penelitian yang dilakukan oleh Utami (2012), menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif
dan signifikan dari kualitas pelayanan terhadap tingkat kepatuhan pajak.

Berbagai macam kemudahan dalam pembayaran pajak juga sudah diupayakan oleh Direktorat
Jendral Pajak.

Kemudahan itu meliputi pembayaran pajak yang bisa dilakukan dikantor pos maupun bank-bank
instansi yang terkait, banyak aplikasi-aplikasi online yang memudahkan wajib pajak untuk
melakukan akses pembayaran kapanpun, dan meningkatkan kualitas pelayanan dari petugas
pajak. Kualitas pelayanan pajak merupakan salah satu hal yang meningkatkan minat wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakan dan diharapkan petugas pelayanan pajak harus memiliki
kompetensi yang baik terkait segala hal yang berhubungan dengan perpajakan di Indonesia.
Pelayanan pajak termasuk dalam pelayanan publik karena dijalankan oleh instansi pemerintah,
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan undang-
undang dan tidak berorientasi pada profit atau laba.

Selain pelayanan yang terkait oleh petugas pajak diperlukan juga adanya sanksi yang menjadi
alat kontrol bagi wajib pajak. Semua peraturan perpajakan telah diatur dalam Undang-Undang
No. 28 Tahun 2007 Tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang No.6 Tahun 1983 mengenai
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat (2) menjelaskan bahwa wajib
pajak merupakan orang pribadi atau badan, meliputi membayar pajak, pemotongan pajak, dan
pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Perpajakan termasuk masalah terkait sanksi pajak.
Pelaksanaan sanksi pajak yang tegas sangat diperlukan untuk mengontrol kepatuhan wajib pajak,
wajib pajak cenderung akan patuh apabila wajib pajak berpikir bahwa sanksi pajak sangat
merugikan. Sanksi perpajakan adalah hukuman negatif kepada orang yang melanggar peraturan
dengan cara membayar uang. Undang-undang dan peraturan secara garis besar berisikan hak dan
kewajiban, tindakan yang diperkenankan dan tidak

diperkenankan oleh masyarakat. Agar undang-undang dan peraturan tersebut dipatuhi, maka
harus ada sanksi bagi pelanggarnya, demikian halnya untuk hukum pajak. Dalam undang-undang
perpajakan dikenal dua macam sanksi, yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi
administrasi dapat berupa bunga, denda, dan kenaikan sanksi perpajakan.

Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna dan atau pengaruh
tertentu kepada individu. Dari definisi ini lingkungan masyarakat dapat dikaitkan dengan teori
pembelajaran sosial menurut Bandara (1997) dalam Robbins (1996), proses dalam pembelajaran
meliputi : proses perhatian (attentional) yaitu orang hanya belajar dari seseorang atau model,
proses penahanan (retention) yaitu proses mengingat tindakan suatu model, proses reproduksi
motorik yaitu proses mengubah pengamatan menjadi perbuatan, proses penguatan
(reinforcement) yaitu proses yang mana individu-individu disediakan rangsangan positif.

Berdasarkan teori tersebut dapat dikatakan bahwa teori lingkungan wajib pajak berada Karena
seseorang akan tatat membayar pajak tepat pada waktunya, jika lewat pengamatan dan
pengalaman langsungnya, hasil pumungutan pajak itu telah memberikan kontribusi nyata pada
pembangunan dan wilayah

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka yang menjadi permasalahan pada penelitian ini
adalah:
1. Apa pengertian dasar mengenai pajak?
2. Apa saja jenis-jenis pajak?
3. Bagaimana sistem perpajakan diIndonesia?
4. Bagaimana peran, fungsi serta azas pajak?
5. Bagaimana konsep perpajakan Indonesia?

C. Tujuan Pembahasan

Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan dari penelitian ini adalah:
Tujuan penulisan makalah ini untuk perluasan wawasan pembaca tentang masalah
Perpajakan. Selain itu, jadi ada kesadaran pada diri penulis maupun pembaca untuk tertib
membayar pajak.

D. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan
mengenai pokok-pokok bahasan yang diangkat dari penelitian ini, yaitu :
.
1. Manfaat pajak bagi Negara
 Untuk membiayai anggaran belanja Negara
 Untuk membiayai pengeluaran yang bersifat tidak self-liquiditing.
Misalnya objek rekreasi
 Untuk membiayai pengeluaran tidak produktif seperti infrastruktur,
lingkungan hidup, keamanan Negara.
2. Manfaat pajak bagi masyarakat
 Masyarakat memiliki peluang yang besar untuk berkembang melalui
pendidikan dan ketersediaan lapangan kerja dan usaha.
 Masyarakat dapat menikmati kebijakan pemerintah dalam kondisi genting.
Misalnya subsidi atau bantuan sosial.
 Masyarakat mampu menikmati kemudahan dalam berusaha. Prongram
pembangunan usaha yang dilakukan pemerintah melalui pajak juga hanya
bisa dinikmati oleh pengusaha yang membayar pajak.

3. Manfaat pajak bagi wajib pajak


 Memberikan informasi perpajakan kepada masyarakat untuk lebih mengetahui
tentang pajak, sehingga dapat meningkatkan kepatuahan wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban membayar pajak.

4. Manfaat pajak bagi diri sendiri


 Melatih untuk menerapkan ilmu yang didapat dari bangku kuliah dan untuk
menambah wawasan dalam hal perpajakan.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Apa pengertian dasar mengenai pajak?

Pengertian Pajak – Membayar pajak merupakan salah satu kewajiban untuk warga negara. Pajak
merupakan salah satu sumber bagi negara untuk melakukan pembangunan. Dengan membayar
pajak diharapkan dana tersebut bisa digunakan untuk kepentingan seluruh masyarakat, bukan
hanya untuk para pejabat atau petinggi lainnya. Membayar pajak bahkan diatur dalam Undang-
Undang Dasar 1945 Pasal 23 A yang berbunyi “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa
untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang.”

Membayar pajak ini bersifat memaksa karena hal ini sudah diatur dalam Undang-Undang Dasar
1945. Jika warga negara tidak ada yang membayar pajak maka pembangunan negara atau
pembangunan infrastruktur negara tersebut akan terhambat. Dengan membayar pajak masyarakat
juga akan merasakan manfaat dari pajak itu sendiri seperti pembangunan fasilitas umum,
jembatan, jalan tol atau jalan raya dan lain-lain.

Jika seorang individu tidak mau membayar pajak, maka akan mendapatkan konsekuensinya
tersendiri karena kembali lagi bahwa membayar pajak sudah diatur dalam Undang-Undang
Dasar 1945. Sebagai warga negara yang taat dan ingin membayar pajak, warga negara tersebut
harus tau apa itu pajak, manfaat dan apa saja fungsinya beserta cara membayar pajak. Maka dari
itu, simak tulisan berikut mengenai pajak.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 Pasal 1 Nomor 1, Pajak adalah kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Sedangkan orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut
pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan merupakan arti dari Wajib Pajak menurut Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 Nomor 2. Pajak menjadi salah satu sarana dalam pemerataan
pendapatan sumber dana pembangunan negara atau pendapatan warga negara.

Untuk lebih memahami apa itu pajak, hukum pajak, dan masih banyak lagi. Grameds dapat
membaca buku Pengantar Ilmu Hukum Pajak oleh Alexander Hery, S.E., MSi.
2. Apa saja jenis-jenis pajak ?

Pajak Penghasilan (PPh)

Dilansir dari buku Perpajakan (2022) karya Desak Nyoman Sri Werastuti, dkk, pajak
penghasilan adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan yang diperoleh wajib pajak dalam
suatu tahun pajak.

Wajib pajak bisa berupa orang pribadi atau badan, yang memiliki hak serta kewajiban perpajakan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Dikutip dari situs Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu), pajak pertambahan
nilai adalah pajak yang dikenakan atas tiap pertambahan nilai dari barang atau jasa, dalam
peredarannya dari produsen ke konsumen.

PPN termasuk pajak tidak langsung. Sebab, pajaknya tidak disetorkan langsung oleh konsumen
sebagai penanggung pajak, melainkan pihak lain yang bukan penanggung pajak, dalam hal ini
pedagang atau produsen.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Adalah jenis pajak yang dikenakan atas kepemilikan, pemanfaatan, dan atau penguasaan tanah
dan atau bangunan.

Bumi merupakan permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan. Sementara bangunan
adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah, dan atau perairan
pedalaman, dan atau laut.

Bea Meterai

Merupakan pajak atas dokumen yang terutang, sejak dokumen tersebut ditandatangani oleh pihak
berkepentingan, atau setelah dokumen tersebut selesai atau diserahkan kepada pihak lain jika
dokumennya hanya dibuat satu pihak.

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Adalah jenis pajak yang dikenakan pada barang yang tergolong mewah. Pajak ini ditujukan
kepada produsen, khususnya mereka yang menghasilkan atau mengimpor barang dalam kegiatan
usaha atau pekerjaannya.

PPnBM hanya dikenakan satu kali pada saat penyerahan barang kepada produsen. Kriteria
barang yang tergolong mewah adalah:

 Bukan barang kebutuhan pokok


 Barang yang dikonsumsi masyarakat tertentu
 Barang yang umumnya dikonsumsi masyarakat berpenghasilan tinggi
 Barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status.

3. Bagaimana sistem perpajakan di Indonesia?

Self Assessment System

Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan penentuan
besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak yang bersangkutan.

Dengan kata lain, wajib pajak merupakan pihak yang berperan aktif dalam menghitung,
membayar, dan melaporkan besaran pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui
sistem administrasi online yang sudah dibuat oleh pemerintah.

Peran pemerintah dalam sistem pemungutan pajak ini adalah sebagai pengawas dari para wajib
pajak. Self assessment system diterapkan pada jenis pajak pusat.

Contohnya adalah jenis pajak PPN dan PPh. Sistem pemungutan pajak yang satu ini mulai
diberlakukan di Indonesia setelah masa reformasi pajak pada 1983 dan masih berlaku hingga
saat ini.

Namun, terdapat konskuensi dalam sistem pemungutan pajak ini. Karena wajib pajak memiliki
wewenang menghitung sendiri besaran pajak terutang yang perlu dibayarkan, maka wajib pajak
biasanya akan mengusahakan untuk menyetorkan pajak sekecil mungkin.

Official Assessment System

Official Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan


wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus atau aparat perpajakan sebagai
pemungut pajak.

Dalam sistem pemungutan pajak Official Assessment, wajib pajak bersifat pasif dan pajak
terutang baru ada setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus.

Sistem pemungutan pajak ini bisa diterapkan dalam pelunasan Pajak Bumi Bangunan (PBB) atau
jenis pajak daerah lainnya.

Dalam pembayaran PBB, KPP merupakan pihak yang mengeluarkan surat ketetapan pajak berisi
besaran PBB terutang setiap tahunnya.

Jadi, wajib pajak tidak perlu lagi menghitung pajak terutang melainkan cukup membayar PBB
berdasarkan Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang dikeluarkan oleh KPP tempat objek
pajak terdaftar.
Withholding System

Pada Withholding System, besarnya pajak dihitung oleh pihak ketiga yang bukan wajib pajak
dan bukan juga aparat pajak/fiskus.

Contoh Witholding System adalah pemotongan penghasilan karyawan yang dilakukan oleh
bendahara instansi terkait. Jadi, karyawan tidak perlu lagi pergi ke KPP untuk membayarkan
pajak tersebut.

Jenis pajak yang menggunakan withholding system di Indonesia adalah PPh Pasal 21, PPh Pasal
22, PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN.

4. Bagaimana peran, fungsi serta azas pajak?

 Asas tempat tinggal. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan domisili atau tempat
tinggal seseorang.
 Asas kebangsaan. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan kebangsaan seseorang.
Sebagai contoh, meskipun ada orang Amerika yang tinggal di Jepang, orang tersebut
tidak bisa diwajibkan untuk membayar pajak karena kebangsaannya bukan Jepang.
 Asas sumber. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan sumber atau tempat penghasilan
berada.

5. Bagaimana konsep perpajakan di Indonesia?

 Meningkatkan efisiensi pemungutan pajak dalam rangka Mendukung penerimaan negara,


 Meningkatkan pelayanan, kepastian hukum dan keadilan Bagi masyarakat guna
meningkatkan daya saing dalam Bidang penanaman modal, dengan tetap mendukung
Pengembangan usaha kecil dan menengah,
 Menyelesaikan tuntutan perkembangan sosial ekonomi Masyarakat serta perkembangan
di bidang teknologi Informasi,
 Meningkatkan keseimbangan antara hak dan kewajiban,
 Menyederhanakan prosedur administrasi perpajakan,
 Meningkatkan penerapan prinsip self assessment secara Akuntabel dan konsisten, dan
 iklim usaha ke arah yang lebih kondusif dan Kompetitif.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang di sampaikan pada bab-bab sebelumnya yang berhubungan


dengan analisis warung makan,kini penulis dapat menarik kesimpulan sebagai barikut:

1.Kepatuhann wajib pajak dalam membayar pajak penghasilan jika diliihat dari kepemilikan
rumah makan pelapor pemasukan serta menyelesaikan masalah tunggakan.

2.Dari responden yang pernah menunggak pajak hanya 23,53% yang pernah mendapatkan
teguran atau sansi dari pihak berwajib.Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar
wajib pajak rumah makan sudah baik dalam hal pelunasan sanksi pajaknya.

3.Sebagian besar rumah makan sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai perpajakan dari
responden yang memiliki rumah makan paham apa yang harus dilakukan setelah memiliki rumah
makan dan paham denngan manfaat,yaitu untuk kemudahan perolehan modal di bank dan
kelancaran berusaha dengan manfaat tersebut responden sudah merasakan puas.

4.Sebagian bessar responden memahami jika sanksi atau denda pajak di perlukan untuk
menciptakan kedispilinan membayar pajak.

5.Sebagian besar rumah makan membayar pajak penghasilan tidak menemukan kendalah saat
proses pembayaran pajak.Adapun responden yang tidak paham di bantu oleh konsultanpajak
dalam usaha perpajakan usahanya.

Keterbatasan Penelitian

Dalam penelittian ini terdapat beberapa keterbatasan yang dapat diajukan sebagai acuan untuk
peneliti selanjutnya:

1.Ruang lingkup penelitian ini hanya menggunakan sampel yang ada di beberapa kawasan rumah
makan tidak mencangkup usaha yang lain .Selain itu pemiohan sampel yang acak tidak
berdasarkan asas keterwakilan dari masing-masing jenis usaha atau masing-masing rumah makan
sehingga tidak mampu menujukan kepatuhan wajib pajak di rumah makan secara keseluruan dan
tidak mampu menggambarkan kepatuhan wajib pajak berdasarkan masing-masing jenis usaha.
Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan,dapat di berikan beberapa sara sebagai berikut:

1.Bagi pemilik rumah makan

Pemilik perlu meningkatkan sosialisasi dan pembinaan tentang perpajakan sendiri yang
berpotensi terdapat kemajuan sehingga nantinya penerima pajak menjadi meningkat.Selain itu di
sarankan agar lebih mempertimbangkan pengenaan pajak yang mengacu pada prinsip dan asas
pemungutan pajak sehingga keadilan,kepastian hukum,efisiensi,kemudahan
administrasi,kesederhanaan pemungutan dan peraturan,kesenangan dalam pembayaran,atas
penerapan pajak penghasilan yang bersifat final terhadap usaha rumah makan dapat terpenuhi.

2.Bagi pelaku usaha

Disarankan agar menimbulkan perasaan optimis dan kepedulian pada hal yang terkait dengan
pajak.Usaha peningkatan kepatuhan wajib pajak tidak akan berjalan secara efektif jika tidak
didukung oleh pihak berwajib.

3.Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebaiknya menambah jumlah sampel peneliti dari objek penelitian di beberapat temoat rumah
makan agar memperoleh gambaran yang lebih luas mengenai kepatuhan wajib pajak,selain itu
peneliti selanjutnya dapat meneliti pelaku usaha lainnya yang sekiranya belum diteliti atau
menambahkan variable penelitian yang dapat menggambarkan kepatuhan wajib pajak.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Pengantar Ilmu Hukum Pajak oleh Alexander Hery, S.E., MSi.

Buku perpajakan Edisi 3 oleh Abdul Halim, Icuk Rangga Bawono, Amin Dara

Anda mungkin juga menyukai