Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ETIKA BISNIS

“Hubungan Produsen dan Konsumen”

Oleh :
Siti Ulvi Ulvia Sugitno
Nurlaela Hayati
Popon

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DR.KHEZ MUTTAQIEN


PURWAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Konsumen merupakan sasaran utama yang perlu diperhatikan oleh


produsen atau perusahaan karena setiap konsumen mempunyai persepsi dan
sikap yang berbeda-beda atas suatu produk. Perusahaan harus dapat
memposisikan produknya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar
sasarannya, sehingga produknya dapat memberikan keputusan bagi konsumen
dan begitu pula bagi produsen dapat menawarkan produk agar diterima oleh
konsumen.
Perbedaan persepsi konsumen harus disikapi dengan baik oleh
perusahaan, salah satunya adalah dengan menciptakan citra perusahaan yang
baik dimata konsumen. Kepercayaan pada sebuah perusahaan juga merupakan
variabel yang mempengaruhi kepercayaan terhadap produk. Untuk
meningkatkan kepercayaan terhadap perusahaan dapat dilakukan dengan
memperkuat komunikasi yang berkaitan dalam sebuah Company’s Image.
Untuk suatu produk tertentu yang termasuk baru dalam pasar, loyalitas
terhadap merek tersebut dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan citra
perusahaan merek tersebut.
Pengaruh globalisasi dalam dunia industri saat ini telah menyebabkan
persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat dan kompetitif.
Berdasarkan hal itu, maka perusahaan dituntut untuk dapat terus berkembang
sehingga mampu menghadapi persaingan yang ada.
Dalam persaingan, kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kebutuhan pelanggan merupakan satu hal yang sangat penting. Kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan itu sendiri sangat
dipengaruhi oleh tingkat mutu yang diberikan oleh perusahaan kepada
pelanggan yang meliputi kualitas produk, harga serta ketepatan waktu
pengiriman. Semakin tinggi tingkat mutu yang diberikan perusahaan kepada
pelanggan, maka akan semakin tinggi tingkat terpenuhinya kebutuhan
pelanggan yang biasa dinyatakan oleh tingkat kepuasan pelanggan. Tetapi
apabila terdapat kesenjangan antara tingkat mutu yang diberikan perusahaan
dengan kebutuhan aktual pelanggan, maka akan timbul masalah ketidakpuasan
pelanggan yang merupakan masalah mutu yang harus diselesaikan oleh
perusahaan sebab dapat mengakibatkan hilangnya pelanggan yang dimiliki
oleh perusahaan. Berdasarkan hal itu, maka perusahaan diharuskan untuk
dapat meningkatkan secara terus menerus kemampuan produksinya dalam
menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hubungan Produsen dan Konsumen ?
2. Bagaimana Gerakan Konsumen ?
3. Konsumen adalah raja.

C. Tujuan
1. Mengetahui tentang hubungan produsen dan konsumen.
2. Mengetahui gerakan konsumen.
3. Memahami tentang konsumen adalah raja.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Hubungan Produsen dan Konsumen

Definisi konsumen menurut Undang-undang Perlindungan Konsumen (UUPK) adalah


sebagai berikut: “Konsumen adalah setiap orang yang meinakai barang dan atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.” 
Pengertian konsumen, juga dapat dilihat dalam UU No. 20/2002 tentang Ketenaga
listrikan – UU ini oleh Mahkamah Konstitusi telah dibatalkan karena bertentangan
dengan Konstitusi. Definisi konsumen tenaga listrik, yakni: “setiap orang atau badan yang
membeli tenaga listrik dari pemegang Ijin Usaha Ketenaga listrikan untuk digunakan
sebagai pemanfaat akhir dan tidak untuk diperdagangkan”.
Produsen ialah orang yang menghasilkan barang atau jasa untuk keperluan konsumen.
Barang atau jasa yang dihasilkan produsen disebut produksi, sedangkan yang memakai
barang dan jasa disebut konsumen. Dalam ilmu ekonomi dapat dikelompokkan pada
golongan besar suatu rumah tangga yaitu golongan Rumah Tangga Konsumsi (RTK), dan
golongan Rumah Tangga Produksi (RTP).
Rumah Tangga Konsumsi ialah kelompok masyarakat yang memakai barang dan jasa,
baik secara perorangan, atau keluarga atau organisasi masyarakat. Tetapi kelompok
rumah tangga konsumsi ini juga merupakan kelompok yang memberikan beberapa faktor
produksi:
 Orang yang menyewakan tanah untuk keperluan perusahaan, pabrik, dan tempat
kedudukan perusahaan.
 Orang yang menyerahkan tenaga kerja untuk bekerja pada suatu perusahaan atau
pabrik.
 Orang yang menyertakan modal usaha untuk diusahakan.
 Tenaga ahli dari masyarakat untuk perusahaan. 
Sedangkan Rumah Tangga Produksi yang menerima faktor produksi (tanah, tenaga kerja,
modal, keahlian) dari masyarakat kemudian di olah dan diorganisir agar menghasilkan
barang dan jasa. Produksi (barang dan jasa) itu dijual pada masyarakat sehingga
memperoleh uang yang banyak dari hasil penjualan itu.
Akibatnya, antara konsumen dan produsen tidak bisa dipisahkan, artinya saling
mempengaruhi dan saling membutuhkan. Jika perusahaan menghasilkan suatu barang dan
jasa harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kalau tidak, maka produksinya tidak
akan laku dijual. Namun, jika produsennya cukup pintar, mereka bahkan bisa
menciptakan kebutuhan konsumen tersebut dengan cara promosi dan iklan yang gencar.
Sehingga kebutuhan konsumen yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Cara tersebut
disebut
dengan inovasi, yaitu menciptakan sesuatu yang belum ada atau menyempurnakan yang
sudah ada sehingga mempunyai fungsi yang lebih hebat lagi.

A. Hubungan Secara Langsung 


 Hubungan antara produsen dengan konsumen dilaksanakan dalam rangka jual beli. Jual
beli sesuai Pasal 1457 KUH Perdata adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk
membayar harga yang telah dijanjikan. Dari pengertian ini, maka terdapat unsur-unsur :
 Perjanjian
 Penjual dan pembeli
 Harga
 Barang
 Suatu perjanjian sesuai Pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan mana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Untuk
sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat, sesuai Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu :
 sepakat mereka yang mengikatkan diri.
 kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
 suatu hal tertentu.
 suatu sebab yang halal.
 Tiap-tiap perikatan dilahirkan, baik karena persetujuan, baik karena undang-undang
(Pasal 1233 KUH Perdata). Pasal 1234 KUH Perdata menyatakan bahwa tiap-tiap
perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak
berbuat sesuatu.
 Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya (Pasal 1338). Kata semua perjan-jian mencerminkan asas kebebasan
berkontrak (freedom of contsesuat).
 Kebebasan berkontrak terdapat pembatasan-pembatasannya. Pembatasan itu antara lain
bahwa sutau perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik (Pasal 1338(3)).
Suatu perjanjian tidak boleh melanggar undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum
(Pasal 1337), dan harus dilaksanakan menurut kepatutan, kebiasaan dan undang-undang
(Pasal 1339).
 
B. Hubungan Tidak Langsung 
Pada awal sejarah manusia, transaksi bisnis terjadi secara langsung antara produsen dan
konsumen. Seiring dengan revolusi industri, transaksi usaha berkembang ke arah
hubungan yang tidak langsung melalui suatu mata rantai distribusi, dari pelaku usaha,
disalurkan atau di distribusikan kepada agen, lalu ke pengecer baru sampai konsumen.
Dalam hubungan ini tidak terdapat hubungan kontraktual (perjanjian) antara produsen dan
konsumen.
 

C. Hak Pekerja 
Penghargaan dan jaminan terhadap hak pekerja merupakan salah satu penerapan dari
prinsip keadilan dalam bisnis. Dalam hal ini, keadilan menuntut agar semua pekerja
diperlakukan sesuai dengan haknya masing-masing. Baik sebagai pekerja maupun sebagai
manusia, mereka tidak boleh dirugikan, dan perlu diperlakukan secara sama tanpa
diskriminasi yang tidak rasional.
Dalam bisnis modern yang penuh dengan persaingan ketat, para pengusaha semakin
menyadari bahwa pengakuan, penghargaan, dan jaminan atas hak-hak pekerja dalam
jangka panjang akan sangat menentukan sehat tidaknya kinerja suatu perusahaan. Ini
disebabkan karena jaminan atas hak-hak pekerja pada akhirnya berpengaruh langsung
secara positif atas sikap, komitmen, loyalitas, produktivitas, dan akhirnya kinerja setiap
pekerja. Suka atau tidak suka, hal ini berpengaruh langsung terhadap kinerja perusahaan
secara keseluruhan.
Secara umum ada beberapa hak pekerja yang dianggap mendasar dan harus dijamin,
kendati dalam penerapannya bisa sangat ditentukan oleh perkembangan ekonomi dan
sosial-budaya dari masyarakat atau negara dimana suatu perusahaan beroperasi.

2. Gerakan konsumen
Gerakan konsumen merupakan hal sangat penting dalam upaya riil mewujudkan
perlindungan konsumen dan keadilan dalam pasar. Pada prinsipnya sebuah gerakan
konsumen diawali dari kesadaran akan hak dan kewajiban konsumen. Pelanggaran dan
tidak terpenuhinya hak konsumen menjadi sumber utama bagi terjadinya
permasalahan/sengketa konsumen. Ketidakadilan bagi konsumen muncul dalam sengketa
konsumen. Kesadaran akan kondisi ketidakadilan tersebut menjadi salah satu penggerak
bagi sebuah gerakan konsumen guna mewujudkan keadilan pasar. Gerakan konsumen
sendiri akan terwujud jika terbangun solidaritas diantara konsumen. Untuk menuju
sebuah kesadaran kritis dan tumbuhnya rasa solidaritas tersebut memerlukan proses
pendidikan yang terus menerus.
Untuk memperkenalkan gerakan konsumen tersebut, peserta diharapkan mampu
memahami makna dan tujuan dari gerakan konsumen. Beberapa cara untuk mengetahui
dan memahami gerakan konsumen antara lain dengan memahami istilah-istilah yang
seringkali rancu dan salah kaprah dalam penggunaannya (konsumerisme dengan
konsumtivisme) dan mengetahui sejarah gerakan konsumen di berbagai belahan dunia.
Bahwa perlu dipahami juga bagaimana gerakan konsumen telah pula dilakukan di negara
lain mulai beberapa ratus tahun yang lalu. Peserta diajak untuk semakin memiliki
solidaritas dengan memahami pentingnya sebuah pengorganisasian masyarakat.

 
3. Konsumen adalah Raja
Dengan adanya presepsi “konsumen adalah Raja” bagi sebagian masyarakat atau konsumen
sebenrnya tidaklah benar karena konsumen atau masyarakat lebih banyak mengutarakan keluhan
tentang kekecewaan baik pada janji atau pelayanan yang tidak memuaskan dari berbagai
perusahaan atau produsen. Kenyataan ini sesungguhnya memberikan isyarat paling kurang 2 hal,
yaitu: 

 Pasar yang bebas dan terbuka pada ahkirnya menempatkan konsumen benar-benar sebagai
raja
 Prinsip-prinsip etika seperti kejujuran , tanggung jawab dan kewajiban untuk melayani
konsumen secara baik dan memuaskan, mempunyai tempat pijakan yang nyata dalam bisnis
global yang bebas dan terbuka. 
Itu berarti pada akhirnya etika bisnis semakin dianggap serius oleh para pelaku bisnis modern
yang kompetitif. Dengan kata lain, kenyataan bahwa dalam pasar yang bebas dan terbuka hanya
mereka yang unggul, termasuk unggul dalam melayani konsumen secara baik dan memuaskan,
akan benar-benar keluar sebagai pemenang. Maka kalau pasar benar-benar adalah sebuah medan
pertempuran, pertempuran pasar adalah pertempuran keunggulan yang fair, termasuk keunggulan
nilai yang menguntungkan banyak pihak termasuk konsumen.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Sebagai pelaku usaha atau produsen bukan hanya keuntungan saja yang harus dikejar tetapi
juga harus mempertimbangkan hak dan kewajiban konsumen pula serta mempertimbangkan
halal dan haramnya usaha yang dijalani.
Menjadikan konsumen adalah raja,mengambil tanggung jawab sepenuhnya atas kepuasan
konsumen dan wajib menghargai, mendengarkan, melakukan upaya inisiatif perbaikan
sebagai hasil setiap umpan balik dari konsumen serta memberikan pelayanan yang terbaik
adalah trik terbaik untuk kelangsungan panjang usaha atau bisnis.

Anda mungkin juga menyukai