2. GRADINI DIANDRA FURI (1402111117) 3. RAHMA YENI (1402111126)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2017 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pelaksananaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara diperlukan suatu standar. Standar pemeriksaan keuangan negara adalah amanat dari UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Standar Pemeriksaan diperlukan untuk menjaga kredibilitas serta profesionalitas dalam pelaksanaan maupun pelaporan pemeriksaan baik pemeriksaan keuangan, kinerja, serta pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ditetapkan dengan Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007 yang berlaku sejak 7 Maret 2007. SPKN ini berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap entitas, program,kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan. SPKN berlaku bagi BPK atau akuntan publik serta pihak lain yang diberi amanat untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK. SPKN juga dapat menjadi acuan bagi aparat pengawasan internal pemerintah maupun pihak lain dalam penyusunan standar pengawasan sesuai kedudukan, tugas, dan fungsinya. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah itu standar pemeriksaan? 2. Apa itu standar hukum Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SKPN)? 3. Apa itu kerangka institusional dalam pemeriksaan keuangan Negara? 4. Apa itu Standar Pemeriksaan Keuangan Negara? 5. Apa itu kerangka konsptual dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)? 6. Apa itu PSP dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)? 1.3 Tujuan 1. Agar mahasiswa mengetahui dan mengerti apa itu standar pemeriksaan. 2. Agar mahasiswa mengetahui dan mengerti apa standar hukum Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SKPN). 3. Agar mahasiswa mengetahui dan mengerti apa itu kerangka institusional dalam pemeriksaan keuangan Negara. 4. Agar mahasiswa mengetahui dan mengerti apa itu Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. 5. Agar mahasiswa mengetahui dan mengerti apa kerangka konsptual dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). 6. Agar mahasiswa mengetahui dan mengerti apa itu PSP dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Standar Pemeriksaan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004, standar pemeriksaan merupakan patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Standar pemeriksaan terdiri dari standar umum, standar pelaksanaan, dan standar pelaporan pemeriksaan yang wajib dipedomani oleh BPK dan/atau pemeriksa. Standar Pemeriksaan ini berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap entitas, program, kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara. Oleh karena itu, maka Standar Pemeriksaan ini berlaku untuk 1. BPK, dan 2. Akuntan Publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara, untuk dan atas nama BPK. Standar Pemeriksaan ini dapat digunakan oleh aparat pengawas intern pemerintah termasuk satuan pengawasan intern maupun pihak lainnya sebagai acuan dalam menyusun standar pengawasan sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsinya. Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, BPK telah menyusun standar pemeriksaan pertama kali pada tahun 1995 yang disebut Standar Audit Pemerintahan (SAP). Seiring dengan perubahan konstitusi dan peraturan perundang-undangan di bidang pemeriksaan, pada Tahun 2007 BPK menyusun standar pemeriksaan dengan nama Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Adapun yang terdapat didalam peraturan badan pemeriksaan keuangan negara terdapat 7 (tujuh) standar pemeriksaan: 1. Standar umum 2. Standar pelaksanaan pemeriksaan keuangan 3. Standar pelaporan pemeriksaan keuangan 4. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja 5. Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja 6. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu 7. Standar Pelaporan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
Setelah hampir sepuluh tahun digunakan sebagai standar pemeriksaan, SPKN
2007 dinilai tidak sesuai lagi dengan perkembangan standar audit internasional, nasional, maupun tuntutan kebutuhan saat ini. Oleh karena itu, SPKN 2007 perlu disempurnakan. Perkembangan standar pemeriksaan internasional saat ini mengarah kepada perubahan dari berbasis pengaturan detail (rule-based standards) ke pengaturan berbasis prinsip (principle-based standards). Pada awal 2017, saat BPK genap berusia 70 tahun, BPK berhasil menyelesaikan penyempurnaan SPKN 2007 yang selanjutnya ditetapkan menjadi Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2017. Sejak diundangkannya Peraturan BPK ini, SPKN mengikat BPK maupun pihak lain yang melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Dengan SPKN ini, diharapkan hasil pemeriksaan keuangan negara dapat lebih berkualitas. Hasil pemeriksaan yang berkualitas akan bermanfaat bagi pengelolaan keuangan negara yang lebih baik, akuntabel, transparan, ekonomis, efisien, dan efektif. Dengan demikian akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. 2.2 Dasar Hukum Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) Berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (2) Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Pasal 9 ayat (1) huruf e dan Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan menyatakan bahwa standar pemeriksaan keuangan negara disusun oleh Badan Pemeriksa Keuangan; bahwa standar pemeriksaan keuangan negara merupakan patokan yang wajib dipedomani dalam melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara sudah tidak sesuai dengan perkembangan standar pemeriksaan yang berlaku dan kebutuhan organisasi Badan Pemeriksa Keuangan sehingga perlu diganti. 2.3 Kerangka Institusional BPK adalah sebuah badan independen yang dibentuk oleh pemerintah sebagai lembaga pemeriksa keuangan negara dan mengaudit keuangan pejabat, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Lembaga kontrol ini bila berjalan sesuai dengan fungsinya yang akan memberikan efek yang yang sangat positif baik di tingkat masyarakat intern atau masyarakat ekstern yang pada akhirnya akan menciptakan kesejahteraan rakyat. Kontrol yang baik dan kontinue akan dapat meminimalisir penyalahgunaan keuangan dan mencegah gejala korupsi di semua level sehingga dana yang diproyeksikan untuk kesejahteraan rakyat dapat tersalurkan sesuai jalurnya. Sementara di sisi lain, efektitifitas kinerja lembaga ini akan menarik minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia. Ketika investasi masuk, geliat ekonomi bangkit, full employment terwujud, PDB meningkat, dan kesejahteraan rakyat akan tercipta. Mengingat kedudukan BPK yang sangat signifikan dalam tata kelola keuangan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, maka sesuai dengan isi Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK memiliki peran dan fungsi penting, yaitu untuk melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan dan kinerja pemerintah (Pasal 4). BPK juga dapat melakukan pemeriksaan secara bebas dan mandiri, meliputi penentuan obyek pemeriksaan, perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan, penentuan waktu dan metode pemeriksaan, serta penyusunan dan penyajian laporan pemeriksaan (pasal 6). Kendati dalam penentuan standar pemeriksaan BPK melakukan konsultasi dengan pemerintah, tetapi dalam pelaksanaan pemeriksaan, BPK lebih independen dan relatif jauh dari konflik kepentingan. Sementara Pasal 23 E ayat (1) hasil amandemen UUD 1945 memberi peran strategis kepada BPK, yaitu memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara melalui suatu badan pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri. Sebagai institusi resmi pemeriksa eksternal independen, keberadaan BPK diakui secara konstitusional dan perannya direvitalisasi menjadi lembaga negara yang sejajar dengan MPR, DPR, DPD, Presiden dan MA. Banyak faktor pendukung penguatan peran BPK di masa yang akan datang. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara merupakan landasan-landasan yuridis produk terbaru era reformasi yang semakin memperluas dan memperkuat kewenangan dan fungsi BPK. Kalau sebelumnya objek pemeriksaan oleh BPK lebih ditekankan pada pemeriksaan kewajaran laporan keuangan oleh Pemerintah Daerah, maka ke depan menyangkut seluruh obyek pemeriksaan dari pusat sampai ke daerah yaitu Pemerintah Daerah dan BUMD. Tidak saja sisi pengelolaan keuangannya, tetapi juga kinerja dan audit investigasi dalam rangka lebih mengakomodasi laporan-laporan masyarakat. Secara umum BPK bertugas untuk memeriksa seluruh unsur keuangan negara, baik pusat maupun daerah, yang mencakup: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Bank Indonesia (BI), Badan Hukum Milik Negara (BHMN), Badan Layanan Umum (BLU), dan badan lain yang ada kepentingan keuangan negara di dalamnya. Struktur Organisasi BPK diatur berdasarkan Keputusan Ketua BPK Nomor 34/K/I-VIII.3/6/2007 tanggal 15 Juni 2007, sebagaimana pada uraian berikut: “BPK terdiri dari 1 orang ketua merangkap anggota, 1 orang wakil ketua merangkap anggota, dan 7 orang anggota BPK. Dalam organisasi BPK, 7 orang anggota ini dibagi untuk melakukan pembinaan atas suatu lingkup pemeriksaan. BPK dibantu oleh satu sekretariat Jenderal, satu Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, Pengembangan, dan pendidikan dan latihan pemeriksaan keuangan negara, serta satu Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara, dan 7 Auditorat Utama Keuangan Negara.” 2.4 Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab pengelolaan negara. Pelaksanaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dilakukan dalam rangka menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dalam rangka menjamin mutu hasil pemeriksaan keuangan negara maka pelaksanaan pemeriksaan perlu dilaksanakan berdasarkan suatu standar pemeriksaan. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara memuat persyaratan profesional pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan, dan persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional. Pelaksanaan pemeriksaan yang didasarkan pada Standar Pemeriksaan akan meningkatkan kredibilitas informasi yang dilaporkan atau diperoleh dari entitas yang diperiksa melalui pengumpulan dan pengujian bukti secara obyektif. Apabila pemeriksa melaksanakan pemeriksaan dengan cara ini dan melaporkan hasilnya sesuai dengan Standar Pemeriksaan maka hasil pemeriksaan tersebut akan dapat mendukung peningkatan mutu pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara serta pengambilan keputusan Penyelenggara Negara. Tujuan SPKN adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.Pemeriksaan Pengeloaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dalam rangka mewujudkan akuntabilitas publik adalah bagian dari reformasi bidang keuangan negara yang dimulai sejak tahun 2003. Pengertian pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara mencakup akuntabilitas yang harus diterapkan semua entitas oleh pihak yang melakukan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Akuntabilitas diperlukan untuk dapat mengetahui pelaksanaan program yang dibiayai dengan keuangan negara, tingkat kepatuhannya terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta untuk mengetahui tingkat kehematan, efisiensi, dan efektivitas dari program tersebut. Setiap pemeriksaan dimulai dengan penetapan tujuan dan penentuan jenis pemeriksaan yang akan dilaksanakan serta standar yang harus diikuti oleh pemeriksa. Jenis pemeriksaan yang diuraikan dalam SPKN meliputi: 1. Pemeriksaan keuangan, adalah pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 2. Pemeriksaan kinerja, kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas. 3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah memberikan simpulan atas suatu hal yang diperiksa. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dapat bersifat: eksaminasi (examination), reviu (review), atau prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures).
SPKN terdiri dari dua,yaitu:
1. Kerangka Konseptual Pemeriksaan 2. PSP.
2.5 Kerangka Konseptual Pemeriksaan
Kerangka Konseptual Pemeriksaan ini, yang selanjutnya disebut Kerangka Konseptual, mendasari pengembangan SPKN. Kerangka Konseptual bertujuan sebagai acuan dan dasar bagi: a. BPK, Pemeriksa, Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang melaksanakan audit kinerja dan audit dengan tujuan tertentu, serta akuntan publik yang melaksanakan pemeriksaan keuangan negara berdasarkan ketentuan undang-undang, b. penyusun standar pemeriksaan, dan c. pengguna Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK dan pihak-pihak lain yang terkait dengan standar pemeriksaan dan/atau pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara.
Kerangka Konseptual bukan merupakan standar dan/atau prosedur pemeriksaan.
Kerangka Konseptual menjadi acuan bagi pengembangan standar pemeriksaan. Dalam hal terdapat permasalahan yang belum diatur dalam standar pemeriksaan, maka Pemeriksaan mengacu kepada Kerangka Konseptual.
Kerangka Konseptual ini tidak menggantikan ketentuan peraturan perundang-
undangan di Indonesia. Kerangka Konseptual tidak menetapkan ketentuan dan prosedur pemeriksaan. Ketentuan dan prosedur tersebut akan diatur dalam standar pemeriksaan yang dikembangkan dengan mengacu pada Kerangka Konseptual ini dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
2.6 Pernyataan Standar Pemeriksaan (PSP)
Pernyataan Standar Pemeriksaan yang selanjutnya disingkat PSP adalah standar pemeriksaan yang diberi judul, nomor, dan tanggal efektif. SPKN dinyatakan dalam bentuk PSP. PSP sebagaimana dimaksud, terdiri dari: 1. PSP Nomor 100 tentang Standar Umum PSP ini mengatur standar umum untuk melaksanakan pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan PDTT. Standar umum ini berkaitan dengan etika; independensi, integritas, dan profesionalisme; pengendalian mutu; kompetensi; pertimbangan ketidakpatuhan, kecurangan, dan ketidakpatutan; komunikasi pemeriksaan; dan dokumentasi pemeriksaan dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan; hubungan dengan standar profesi yang digunakan oleh akuntan publik; serta kewajiban Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dan akuntan publik dalam pemeriksaan keuangan negara. Tujuan pemeriksa dalam melaksanakan Standar Umum adalah sebagai dasar untuk dapat menerapkan standar pelaksanaan dan standar pelaporan secara efektif. Dengan demikian, standar umum ini harus diikuti oleh BPK dan semua Pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan. 2. PSP Nomor 200 tentang Standar Pelaksanaan Pemeriksaan PSP ini mengatur tanggung jawab Pemeriksa dalam melaksanakan Pemeriksaan yang mencakup perencanaan, pengumpulan bukti pemeriksaan, pengembangan temuan pemeriksaan, dan supervisi. 1.) Perencanaan berkaitan dengan tanggung jawab Pemeriksa dalam menghubungkan topik pemeriksaan yang akan dilakukan dengan perencanaan strategis BPK dan menyusun perencanaan untuk setiap penugasan pemeriksaan. 2.) Pengumpulan bukti berkaitan dengan tanggung jawab Pemeriksa dalam merancang dan melaksanakan prosedur pemeriksaan untuk memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan tepat, mendukung penarikan kesimpulan yang akurat, sesuai karakteristik yang harus dimiliki oleh bukti pemeriksaan dalam suatu pemeriksaan. 3.) Pengembangan temuan pemeriksaan berkaitan dengan tanggung jawab pemeriksa dalam mengembangkan temuan pemeriksaan berdasarkan bukti pemeriksaan yang diperoleh. 4.) Supervisi berkaitan dengan tanggung jawab Pemeriksa dalam memberikan arahan dan panduan kepada Pemeriksa selama pemeriksaan untuk memastikan pencapaian tujuan pemeriksaan dan pemenuhan standar pemeriksaan.
Tujuan Pemeriksa dalam menerapkan standar ini adalah untuk merencanakan
pemeriksaan yang berkualitas agar dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif dan merancang dan melaksanakan prosedur pemeriksaan untuk memperoleh bukti yang cukup dan tepat.
3. PSP Nomor 300 tentang Standar Pelaporan Pemeriksaan
PSP ini mengatur kewajiban Pemeriksa dalam menyusun LHP untuk pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan PDTT. LHP berfungsi untuk: 1) mengomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pihak yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 2) menghindari kesalahpahaman atas hasil pemeriksaan; 3) membuat hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk melakukan tindakan perbaikan oleh pihak yang bertanggung jawab; dan 4) memudahkan pemantauan tindak lanjut untuk menentukan pengaruh tindakan perbaikan yang semestinya dilakukan.
Tujuan Pemeriksa dalam menerapkan standar pelaporan ini adalah untuk
merumuskan suatu kesimpulan hasil pemeriksaan berdasarkan evaluasi atas bukti pemeriksaan yang diperoleh dan mengomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pihak-pihak yang terkait.
Pemeriksa harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan
standar pemeriksaan. Dalam hal Pemeriksa tidak dapat melaksanakan standar pemeriksaan karena pembatasan lingkup yang material, hal tersebut harus dinyatakan dalam laporan. LHP adalah laporan tertulis dari proses pemeriksaan yang berisi hasil analisis atas pengujian bukti yang diperoleh saat pelaksanaan pemeriksaan. Pihak-pihak yang menggunakan LHP BPK, antara lain lembaga perwakilan, pemerintah, serta pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap LHP. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara memuat persyaratan profesional pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan, dan persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional. Pelaksanaan pemeriksaan yang didasarkan pada Standar Pemeriksaan akan meningkatkan kredibilitas informasi yang dilaporkan atau diperoleh dari entitas yang diperiksa melalui pengumpulan dan pengujian bukti secara obyektif. Apabila pemeriksa melaksanakan pemeriksaan dengan cara ini dan melaporkan hasilnya sesuai dengan Standar Pemeriksaan maka hasil pemeriksaan tersebut akan dapat mendukung peningkatan mutu pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara serta pengambilan keputusan Penyelenggara Negara. SPKN ini berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap entitas, program,kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan. SPKN berlaku bagi BPK atau akuntan publik serta pihak lain yang diberi amanat untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK. SPKN juga dapat menjadi acuan bagi aparat pengawasan internal pemerintah maupun pihak lain dalam penyusunan standar pengawasan sesuai kedudukan, tugas, dan fungsinya. DAFTAR PUSTAKA Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2017 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.