Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK AUDIT KEUANGAN NEGARA

PENGANTAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

OLEH:

KELOMPOK I

1. ALYA LISTARI (1402118924)


2. GRADINI DIANDRA FURI (1402111117)
3. RAHMA YENI (1402111126)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pelaksananaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara diperlukan suatu standar. Standar pemeriksaan keuangan negara adalah amanat
dari UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan. Standar Pemeriksaan diperlukan untuk menjaga kredibilitas serta
profesionalitas dalam pelaksanaan maupun pelaporan pemeriksaan baik pemeriksaan
keuangan, kinerja, serta pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara ditetapkan dengan Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007 yang
berlaku sejak 7 Maret 2007.
SPKN ini berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap
entitas, program,kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan
dan tanggung jawab Keuangan Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
SPKN berlaku bagi BPK atau akuntan publik serta pihak lain yang diberi amanat
untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
untuk dan atas nama BPK. SPKN juga dapat menjadi acuan bagi aparat pengawasan
internal pemerintah maupun pihak lain dalam penyusunan standar pengawasan sesuai
kedudukan, tugas, dan fungsinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah itu standar pemeriksaan?
2. Apa itu standar hukum Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SKPN)?
3. Apa itu kerangka institusional dalam pemeriksaan keuangan Negara?
4. Apa itu Standar Pemeriksaan Keuangan Negara?
5. Apa itu kerangka konsptual dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN)?
6. Apa itu PSP dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)?
1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui dan mengerti apa itu standar pemeriksaan.
2. Agar mahasiswa mengetahui dan mengerti apa standar hukum Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SKPN).
3. Agar mahasiswa mengetahui dan mengerti apa itu kerangka institusional
dalam pemeriksaan keuangan Negara.
4. Agar mahasiswa mengetahui dan mengerti apa itu Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara.
5. Agar mahasiswa mengetahui dan mengerti apa kerangka konsptual dalam
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
6. Agar mahasiswa mengetahui dan mengerti apa itu PSP dalam Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Standar Pemeriksaan


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004, standar pemeriksaan
merupakan patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara. Standar pemeriksaan terdiri dari standar umum, standar
pelaksanaan, dan standar pelaporan pemeriksaan yang wajib dipedomani oleh BPK
dan/atau pemeriksa.
Standar Pemeriksaan ini berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan
terhadap entitas, program, kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan
pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara. Oleh karena itu, maka Standar
Pemeriksaan ini berlaku untuk
1. BPK, dan
2. Akuntan Publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara, untuk dan atas nama
BPK.
Standar Pemeriksaan ini dapat digunakan oleh aparat pengawas intern pemerintah
termasuk satuan pengawasan intern maupun pihak lainnya sebagai acuan dalam
menyusun standar pengawasan sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsinya.
Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, BPK telah menyusun standar pemeriksaan
pertama kali pada tahun 1995 yang disebut Standar Audit Pemerintahan (SAP).
Seiring dengan perubahan konstitusi dan peraturan perundang-undangan di bidang
pemeriksaan, pada Tahun 2007 BPK menyusun standar pemeriksaan dengan nama
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
Adapun yang terdapat didalam peraturan badan pemeriksaan keuangan negara
terdapat 7 (tujuh) standar pemeriksaan:
1. Standar umum
2. Standar pelaksanaan pemeriksaan keuangan
3. Standar pelaporan pemeriksaan keuangan
4. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
5. Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja
6. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
7. Standar Pelaporan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu

Setelah hampir sepuluh tahun digunakan sebagai standar pemeriksaan, SPKN


2007 dinilai tidak sesuai lagi dengan perkembangan standar audit internasional,
nasional, maupun tuntutan kebutuhan saat ini. Oleh karena itu, SPKN 2007 perlu
disempurnakan. Perkembangan standar pemeriksaan internasional saat ini mengarah
kepada perubahan dari berbasis pengaturan detail (rule-based standards) ke
pengaturan berbasis prinsip (principle-based standards).
Pada awal 2017, saat BPK genap berusia 70 tahun, BPK berhasil
menyelesaikan penyempurnaan SPKN 2007 yang selanjutnya ditetapkan menjadi
Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2017. Sejak diundangkannya Peraturan BPK ini,
SPKN mengikat BPK maupun pihak lain yang melakukan pemeriksaan pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara. Dengan SPKN ini, diharapkan hasil
pemeriksaan keuangan negara dapat lebih berkualitas. Hasil pemeriksaan yang
berkualitas akan bermanfaat bagi pengelolaan keuangan negara yang lebih baik,
akuntabel, transparan, ekonomis, efisien, dan efektif. Dengan demikian akan
berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
2.2 Dasar Hukum Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
Berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (2) Undang- Undang Nomor 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara dan Pasal 9 ayat (1) huruf e dan Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan menyatakan bahwa
standar pemeriksaan keuangan negara disusun oleh Badan Pemeriksa Keuangan;
bahwa standar pemeriksaan keuangan negara merupakan patokan yang
wajib dipedomani dalam melakukan pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan Negara.
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara sudah tidak sesuai dengan perkembangan standar
pemeriksaan yang berlaku dan kebutuhan organisasi Badan Pemeriksa Keuangan
sehingga perlu diganti.
2.3 Kerangka Institusional
BPK adalah sebuah badan independen yang dibentuk oleh pemerintah sebagai
lembaga pemeriksa keuangan negara dan mengaudit keuangan pejabat, baik di tingkat
pusat maupun di tingkat daerah. Lembaga kontrol ini bila berjalan sesuai dengan
fungsinya yang akan memberikan efek yang yang sangat positif baik di tingkat
masyarakat intern atau masyarakat ekstern yang pada akhirnya akan menciptakan
kesejahteraan rakyat. Kontrol yang baik dan kontinue akan dapat meminimalisir
penyalahgunaan keuangan dan mencegah gejala korupsi di semua level sehingga dana
yang diproyeksikan untuk kesejahteraan rakyat dapat tersalurkan sesuai jalurnya.
Sementara di sisi lain, efektitifitas kinerja lembaga ini akan menarik minat investor
untuk melakukan investasi di Indonesia. Ketika investasi masuk, geliat ekonomi
bangkit, full employment terwujud, PDB meningkat, dan kesejahteraan rakyat akan
tercipta.
Mengingat kedudukan BPK yang sangat signifikan dalam tata kelola keuangan
negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, maka sesuai dengan isi Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Tanggung Jawab
Keuangan Negara, BPK memiliki peran dan fungsi penting, yaitu untuk melakukan
pemeriksaan atas laporan keuangan dan kinerja pemerintah (Pasal 4). BPK juga dapat
melakukan pemeriksaan secara bebas dan mandiri, meliputi penentuan obyek
pemeriksaan, perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan, penentuan waktu dan
metode pemeriksaan, serta penyusunan dan penyajian laporan pemeriksaan (pasal 6).
Kendati dalam penentuan standar pemeriksaan BPK melakukan konsultasi dengan
pemerintah, tetapi dalam pelaksanaan pemeriksaan, BPK lebih independen dan relatif
jauh dari konflik kepentingan.
Sementara Pasal 23 E ayat (1) hasil amandemen UUD 1945 memberi peran
strategis kepada BPK, yaitu memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara melalui suatu badan pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri. Sebagai
institusi resmi pemeriksa eksternal independen, keberadaan BPK diakui secara
konstitusional dan perannya direvitalisasi menjadi lembaga negara yang sejajar
dengan MPR, DPR, DPD, Presiden dan MA.
Banyak faktor pendukung penguatan peran BPK di masa yang akan datang.
UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara dan UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara merupakan landasan-landasan
yuridis produk terbaru era reformasi yang semakin memperluas dan memperkuat
kewenangan dan fungsi BPK. Kalau sebelumnya objek pemeriksaan oleh BPK lebih
ditekankan pada pemeriksaan kewajaran laporan keuangan oleh Pemerintah Daerah,
maka ke depan menyangkut seluruh obyek pemeriksaan dari pusat sampai ke daerah
yaitu Pemerintah Daerah dan BUMD. Tidak saja sisi pengelolaan keuangannya, tetapi
juga kinerja dan audit investigasi dalam rangka lebih mengakomodasi laporan-laporan
masyarakat.
Secara umum BPK bertugas untuk memeriksa seluruh unsur keuangan negara,
baik pusat maupun daerah, yang mencakup: Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Bank Indonesia (BI),
Badan Hukum Milik Negara (BHMN), Badan Layanan Umum (BLU), dan badan lain
yang ada kepentingan keuangan negara di dalamnya.
Struktur Organisasi BPK diatur berdasarkan Keputusan Ketua BPK Nomor
34/K/I-VIII.3/6/2007 tanggal 15 Juni 2007, sebagaimana pada uraian berikut:
“BPK terdiri dari 1 orang ketua merangkap anggota, 1 orang wakil ketua
merangkap anggota, dan 7 orang anggota BPK. Dalam organisasi BPK, 7 orang
anggota ini dibagi untuk melakukan pembinaan atas suatu lingkup pemeriksaan. BPK
dibantu oleh satu sekretariat Jenderal, satu Direktorat Utama Perencanaan,
Evaluasi, Pengembangan, dan pendidikan dan latihan pemeriksaan keuangan
negara, serta satu Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum
Pemeriksaan Keuangan Negara, dan 7 Auditorat Utama Keuangan Negara.”
2.4 Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) adalah patokan untuk
melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab pengelolaan negara.
Pelaksanaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
dilakukan dalam rangka menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas dari
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dalam rangka menjamin mutu hasil pemeriksaan
keuangan negara maka pelaksanaan pemeriksaan perlu dilaksanakan berdasarkan
suatu standar pemeriksaan.
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara memuat persyaratan profesional
pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan, dan persyaratan laporan pemeriksaan
yang profesional. Pelaksanaan pemeriksaan yang didasarkan pada Standar
Pemeriksaan akan meningkatkan kredibilitas informasi yang dilaporkan atau
diperoleh dari entitas yang diperiksa melalui pengumpulan dan pengujian bukti secara
obyektif. Apabila pemeriksa melaksanakan pemeriksaan dengan cara ini dan
melaporkan hasilnya sesuai dengan Standar Pemeriksaan maka hasil pemeriksaan
tersebut akan dapat mendukung peningkatan mutu pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara serta pengambilan keputusan Penyelenggara Negara.
Tujuan SPKN adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa dan
organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.Pemeriksaan Pengeloaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara dalam rangka mewujudkan akuntabilitas publik adalah bagian dari
reformasi bidang keuangan negara yang dimulai sejak tahun 2003. Pengertian
pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara mencakup akuntabilitas yang
harus diterapkan semua entitas oleh pihak yang melakukan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara. Akuntabilitas diperlukan untuk dapat mengetahui
pelaksanaan program yang dibiayai dengan keuangan negara, tingkat kepatuhannya
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta untuk
mengetahui tingkat kehematan, efisiensi, dan efektivitas dari program tersebut.
Setiap pemeriksaan dimulai dengan penetapan tujuan dan penentuan jenis
pemeriksaan yang akan dilaksanakan serta standar yang harus diikuti oleh pemeriksa.
Jenis pemeriksaan yang diuraikan dalam SPKN meliputi:
1. Pemeriksaan keuangan, adalah pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan
keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai
(reasonable assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
2. Pemeriksaan kinerja, kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan
negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta
pemeriksaan aspek efektivitas.
3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah memberikan simpulan atas suatu hal
yang diperiksa. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dapat bersifat: eksaminasi
(examination), reviu (review), atau prosedur yang disepakati (agreed-upon
procedures).

SPKN terdiri dari dua,yaitu:


1. Kerangka Konseptual Pemeriksaan
2. PSP.

2.5 Kerangka Konseptual Pemeriksaan


Kerangka Konseptual Pemeriksaan ini, yang selanjutnya disebut
Kerangka Konseptual, mendasari pengembangan SPKN. Kerangka Konseptual
bertujuan sebagai acuan dan dasar bagi:
a. BPK, Pemeriksa, Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang melaksanakan
audit kinerja dan audit dengan tujuan tertentu, serta akuntan publik yang
melaksanakan pemeriksaan keuangan negara berdasarkan ketentuan
undang-undang,
b. penyusun standar pemeriksaan, dan
c. pengguna Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK dan pihak-pihak lain yang
terkait dengan standar pemeriksaan dan/atau pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan Negara.

Kerangka Konseptual bukan merupakan standar dan/atau prosedur pemeriksaan.


Kerangka Konseptual menjadi acuan bagi pengembangan standar pemeriksaan.
Dalam hal terdapat permasalahan yang belum diatur dalam standar pemeriksaan,
maka Pemeriksaan mengacu kepada Kerangka Konseptual.

Kerangka Konseptual ini tidak menggantikan ketentuan peraturan perundang-


undangan di Indonesia. Kerangka Konseptual tidak menetapkan ketentuan dan
prosedur pemeriksaan. Ketentuan dan prosedur tersebut akan diatur dalam
standar pemeriksaan yang dikembangkan dengan mengacu pada Kerangka
Konseptual ini dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

2.6 Pernyataan Standar Pemeriksaan (PSP)


Pernyataan Standar Pemeriksaan yang selanjutnya disingkat PSP adalah
standar pemeriksaan yang diberi judul, nomor, dan tanggal efektif. SPKN dinyatakan
dalam bentuk PSP. PSP sebagaimana dimaksud, terdiri dari:
1. PSP Nomor 100 tentang Standar Umum
PSP ini mengatur standar umum untuk melaksanakan pemeriksaan
keuangan, pemeriksaan kinerja, dan PDTT. Standar umum ini berkaitan
dengan etika; independensi, integritas, dan profesionalisme; pengendalian
mutu; kompetensi; pertimbangan ketidakpatuhan, kecurangan, dan
ketidakpatutan; komunikasi pemeriksaan; dan dokumentasi pemeriksaan
dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan; hubungan dengan
standar profesi yang digunakan oleh akuntan publik; serta kewajiban Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah dan akuntan publik dalam pemeriksaan
keuangan negara.
Tujuan pemeriksa dalam melaksanakan Standar Umum adalah sebagai dasar
untuk dapat menerapkan standar pelaksanaan dan standar pelaporan secara efektif.
Dengan demikian, standar umum ini harus diikuti oleh BPK dan semua Pemeriksa
yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan.
2. PSP Nomor 200 tentang Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
PSP ini mengatur tanggung jawab Pemeriksa dalam melaksanakan
Pemeriksaan yang mencakup perencanaan, pengumpulan bukti pemeriksaan,
pengembangan temuan pemeriksaan, dan supervisi.
1.) Perencanaan berkaitan dengan tanggung jawab Pemeriksa
dalam menghubungkan topik pemeriksaan yang akan dilakukan dengan
perencanaan strategis BPK dan menyusun perencanaan untuk setiap
penugasan pemeriksaan.
2.) Pengumpulan bukti berkaitan dengan tanggung jawab Pemeriksa
dalam merancang dan melaksanakan prosedur pemeriksaan untuk
memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan tepat, mendukung
penarikan kesimpulan yang akurat, sesuai karakteristik yang harus
dimiliki oleh bukti pemeriksaan dalam suatu pemeriksaan.
3.) Pengembangan temuan pemeriksaan berkaitan dengan tanggung jawab
pemeriksa dalam mengembangkan temuan pemeriksaan berdasarkan
bukti pemeriksaan yang diperoleh.
4.) Supervisi berkaitan dengan tanggung jawab Pemeriksa dalam
memberikan arahan dan panduan kepada Pemeriksa selama pemeriksaan untuk
memastikan pencapaian tujuan pemeriksaan dan pemenuhan standar
pemeriksaan.

Tujuan Pemeriksa dalam menerapkan standar ini adalah untuk merencanakan


pemeriksaan yang berkualitas agar dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif
dan merancang dan melaksanakan prosedur pemeriksaan untuk memperoleh
bukti yang cukup dan tepat.

3. PSP Nomor 300 tentang Standar Pelaporan Pemeriksaan


PSP ini mengatur kewajiban Pemeriksa dalam menyusun LHP untuk
pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan PDTT. LHP berfungsi untuk:
1) mengomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pihak yang berwenang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2) menghindari kesalahpahaman atas hasil pemeriksaan;
3) membuat hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk melakukan tindakan
perbaikan oleh pihak yang bertanggung jawab; dan
4) memudahkan pemantauan tindak lanjut untuk menentukan pengaruh tindakan
perbaikan yang semestinya dilakukan.

Tujuan Pemeriksa dalam menerapkan standar pelaporan ini adalah untuk


merumuskan suatu kesimpulan hasil pemeriksaan berdasarkan evaluasi atas bukti
pemeriksaan yang diperoleh dan mengomunikasikan hasil pemeriksaan kepada
pihak-pihak yang terkait.

Pemeriksa harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan


standar pemeriksaan. Dalam hal Pemeriksa tidak dapat melaksanakan standar
pemeriksaan karena pembatasan lingkup yang material, hal tersebut harus
dinyatakan dalam laporan. LHP adalah laporan tertulis dari proses pemeriksaan
yang berisi hasil analisis atas pengujian bukti yang diperoleh saat pelaksanaan
pemeriksaan. Pihak-pihak yang menggunakan LHP BPK, antara lain lembaga
perwakilan, pemerintah, serta pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap
LHP.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara memuat persyaratan profesional
pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan, dan persyaratan laporan pemeriksaan
yang profesional. Pelaksanaan pemeriksaan yang didasarkan pada Standar
Pemeriksaan akan meningkatkan kredibilitas informasi yang dilaporkan atau
diperoleh dari entitas yang diperiksa melalui pengumpulan dan pengujian bukti secara
obyektif. Apabila pemeriksa melaksanakan pemeriksaan dengan cara ini dan
melaporkan hasilnya sesuai dengan Standar Pemeriksaan maka hasil pemeriksaan
tersebut akan dapat mendukung peningkatan mutu pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara serta pengambilan keputusan Penyelenggara Negara.
SPKN ini berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap
entitas, program,kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan
dan tanggung jawab Keuangan Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
SPKN berlaku bagi BPK atau akuntan publik serta pihak lain yang diberi amanat
untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
untuk dan atas nama BPK. SPKN juga dapat menjadi acuan bagi aparat pengawasan
internal pemerintah maupun pihak lain dalam penyusunan standar pengawasan sesuai
kedudukan, tugas, dan fungsinya.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara.
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2017 tentang Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara.

Anda mungkin juga menyukai