Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
penyakit yang masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi
salah satu penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang
terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus dimengerti. Justru
yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh
atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare. Misalnya, pada
itu secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua. sehingga
nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala
umur. Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia
Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria,
162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira 460 balita setiap harinya
akibat diare. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang tertinggi, di mana
2
kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di bawah 5 tahun.
Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan
memutus rantai penularan tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010,
ditemukan salah satu pemicu diare baru, yaitu bakteri Clostridium difficile
ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di makanan.
(lifestyle.okezone.com).
ini masih tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun
atau sekitar 460 balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah
pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap
anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun
angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per
Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini
kebanyakan disebabkan oleh Virus atau bakteri yang masuk ke makanan atau
dan bahkan perubahan emosi juga dapat menyebabkan diare, begitu pula
1.2 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari
Berikut ini adalah beberapa pengertian diare menurut para ahli, yaitu
(Susan, 2005).
b) Defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau
terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga
didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila
5
sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan
diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar (Dewi, 2010).
diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair yang dapat disertai lendir atau darah dengan frekuensi
defekasi lebih dari 3 kali sehari dimana diare akut berlangsung kurang dari
dua minggu dan diare kronik berlangsung lebih dari dua minggu.
B. Etiologi
1) Faktor infeksi
dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan
2) Faktor malabsorbsi
laktosa.
b) Malabsorbsi lemak
c) Malabsorbsi protein
3) Faktor makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan
4) Faktor psikologis
dan cemas.
C. Patofisiologi
faktor diantaranya pertama faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya
kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus dan dapat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat
makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap
Menurut Widjaja (2006), tanda dan gejala penyakit diare pada anak
yaitu:
e. Anusnya lecet.
i. Dehidrasi
E. Pemeriksaan Penunjang
(kausal) yang tepat, sehingga dapat memnerikan terapi yang tepat pula
diare, yaitu:
dengan kultur
F. Komplikasi
berikut:
b. Syok hipovolemik.
enzim laktose.
lama)
G. Pencegahan Diare
1. Perilaku Sehat
a. Pemberian ASI
dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup
makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. ASI bersifat steril,
berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan
dengan susu botol. Flora normal usus bayi yang disusui mencegah
gizi buruk.
diberikan.
12
kepada anak.
mandi anak-anak
d. Mencuci Tangan
sebesar 47%).
14
e. Menggunakan Jamban
berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula
Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah
di jangkau olehnya.
2. Penyehatan Lingkungan
b. Pengelolaan Sampah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus
perindukan nyamuk.
A. Pengkajian
a. Identitas
umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang
b. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair
timbul diare.
2. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.
3. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan
gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam
d. Riwayat Kesehatan
diare.
e. Riwayat Nutrisi
dan diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak
3. Perasaan haus, anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus
merasa haus dan banyak minum. Pada dehidrasi berat anak malas
f. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
2. Berat badan
keadaan anak.
3. Kulit
4. Kepala
5. Mata
sangat cekung.
7. Abdomen
o Kemungkinan distensi.
o Mengalami kram.
8. Anus
menigkat.
21
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diare b.d factor psikologis (tingkat stress dan cemas tinggi), faktor
medikasi
mekanisme pengaturan.
menyenangkan.
suplai oksigen
22
C. Rencana Keperawatan
N
DIAGNOSA KEP NOC / TUJUAN NIC / INTERVENSI
1. Diare b.d faktor psikologis Setelah dilakukan tindakan perawatan Manajemen Diare (0460)
(stress, cemas), faktor selama … X 24 jam pasien tidak me- 1) Identifikasi faktor yang mungkin me-
situasional (kera-cunan, ngalami diare / diare berkurang, dengan nyebabkan diare (bakteri, obat, makanan,
penyalahgunaan laksatif, efek Bowel Elemination (0501) 3) Ajari pasien menggunakan obat diare
samping obat, travelling, o Frekuensi bab normal < 3 kali / hari dengan tepat (smekta diberikan 1-2 jam
malab-sorbsi, proses infeksi, o Konsistensi feses normal (lunak dan setelah minum obat yang lain)
o Gerakan usus tidak me-ningkat (terjadi warna, volume, frekuensi, bau, konsistensi
o Bab > 3 x/hari o Tidak ada nyeri 6) Anjurkan klien menghindari makanan yang
diare menetap.
suara usus
diare menetap.
menyebabkan diare.
dilakukan tindakan.
keluaran feses
aseptik
tepat
2. Hipertermi b.d dehidrasi, Setelah dilakukan tindakan perawatan Pengaturan Panas (3900)
peningkatan metabolik, selama … X 24 jam suhu badan klien 1) Monitor suhu sesuai kebutuhan
inflamasi usus normal, dengan criteria : 2) Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
Batasan karakteristik : Termoregulasi (0800) 4) Monitor dan laporkan tanda dan gejala
o Kejang o Suhu badan 35,9˚C- 37,3˚C 5) Anjurkan intake cairan dan nutrisi yang
o Respirasi meningkat o Tidak ada nyeri otot 6) Ajarkan klien bagaimana mencegah panas
yang tinggi
o Diraba hangat o Tidak ada perubahan war-na kulit
Berikan obat antipiretik
o Kulit memerah o Nadi, respirasi dalam ba-tas normal
7) Berikan obat untuk mencegah atau
o Hidrasi adekuat
mengontrol menggigil
o Pasien menyatakan nya-man
o Tidak menggigil
Pengobatan Panas (3740)
o Tidak iritabel / gragapan / kejang
1) Monitor suhu sesuai kebutuhan
2) Monitor IWL
angin
penyebab demam
selimut
3) Batasi pengunjung
31
sebelum makan
dengan SOP
aseptik
advis dokter
3. Defisit volume cairan b.d Setelah dilakukan tindakan perawatan Monitor Cairan (4130)
kering o Berat badan stabil dan dalam batas 6) Periksa serum, elektrolit dan membatasi
nadi menurun o Kelopak mata tidak ce-kung 7) Jaga keakuratan catatan intake dan output
o Penurunan pengisian o Fontanela tidak cekung 8) Monitor membrane mukosa, turgor kulit
o Penurunan urin out-put 10) Monitor distensi vena leher, krakles, odem
o Tidak ada rasa haus yang sangat
o Tidak ada suara napas tambahan 3) Pertahankan keakuratan catatan intake dan
o BB stabil output
perlu
elektrolit
kelebihan cairan
diare)
cairan
nadi lemah.
waktu makan)
perlu
seimbangan elektrolit
tis, coma)
elektrolit
neuromuskuler
imbangan elektrolit
elektrolit
elektrolit.
glukonas, Kcl).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa
darah atau lendir dalam tinja. Diare juga dapat diartikan sebagai suatu
yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak
normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat
disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya
3.2 Saran
Diare ini diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami, mengetahui dan
mengalami Diare.
42
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Komite Medis RS. Dr. Sardjito. 2005. Standar Pelayanan Medis RS DR. Sardjito.
Yogyakarta: MEDIKA Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Mattingly, David., Seward,Charles. 2006. Bedside Diagnosis 13th Edition.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mubarak, W. I., B.A. Santoso., K. Rozikin., and S.Patonah. 2006. Ilmu
Keperawatan komunitas 2: Teori & Aplikasi dalam Praktik dengan
Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, dan Keluarga.
Jakarta: Sagung Seto.
Purwo Sudarmo S., Gama H., Hadinegoro S. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak: Infeksi dan Penyakit Tropis. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Sudoyo, Aru, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
Tjaniadi, Periska, dkk. 2003. ANTIMICROBIAL RESISTANCE OF
BACTERIAL PATHOGENS ASSOCIATED WITH DIARRHEAL
PATIENTS IN INDONESIA. Am. J. Trop. Med. Hyg., 68(6) pp. 666–
670.
The Ohio State University Medical Center. 2006. Diarrhea. Diakses pada
www.healthinfotranslations.com