Oleh :
IRA PITRIA
(NIM : PO.71.20.1.16.083)
Oleh :
IRA PITRIA
(NIM : PO.71.20.1.16.083)
Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Implementasi Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis
Paru dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas di Rumah Sakit
Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019”
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai persyaratan kelulusan pada Program
Studi keperawatan Diploma III Poltekkes Kemenkes Palembang. Dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat saran, dorongan, bimbingan serta
keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang merupakan pengalaman yang tidak
dapat diukur secara materi, namun dapat membukakan mata penulis bahwa
sesungguhnya pengalaman dan pengetahuan tersebut adalah guru yang terbaik bagi
penulis. Oleh karena itu dengan segala hormat dan kerendahan hati perkenankanlah
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Muhammad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes, sebagai Direktur Politeknik
Kesehatan Kemenkes Palembang.
2. Ibu Devi Mediarti, S.Pd, S.Kep, M.Kes, sebagai Ketua Jurusan Keperawatan
Palembang, mencakup Ketua Prodi DIII Jurusan Keperawatan Palembang, serta
selaku pembimbing I yang telah sabar dan telah meluangkan waktunya untuk
memberikan pengarahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Ibu Ns. Sri Endriyani, S.Kep, M.Kep, selaku pembimbing II yang telah sabar
dan telah bersedia meluangkan waktu serta memberikan saran sehingga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
4. Bapak Sulaiman, S.Pd, S.Kep, M.Pd, M.Kes, selaku dosen penguji I Karya Tulis
Ilmiah.
5. Bapak Ns. Sumitro Adi P, S.Kep, M.Kes, selaku dosen penguji II Karya Tulis
Ilmiah.
6. Ibu Sri Martini, S.Kep, M.Kes, selaku dosen penguji III Karya Tulis Ilmiah.
7. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungannya selama
ini.
vi
8. Seluruh staf dosen, dan staf karyawan/wati Prodi D.III Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dan mendidik penulis sehingga mampu menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
9. Teman-teman angkatan 49 Prodi D.III Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Palembang, yang telah berjuan bersama dan saling
mendukung dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
1. Adek Okta Lega Desyawan dan Aisyah Lestari yang telah senantiasa
mencurahkan semangatnya kepada penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari masih terdapat
banyak kekurangan yang dibuat baik sengaja maupun tidak sengaja, dikarenakan
keterbatasan ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang penulis miliki.
Untuk itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan tersebut tidak menutup diri
terhadap segala saran dan kritik serta masukan yang bersifat konstruktif bagi diri
penulis.
Akhir kata semoga dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, institusi pendidikan
dan masyarakat luas.Aamiin
Wassalamu ‘alaikumWr.Wb.
Penulis
vii
ABSTRAK
Latar belakang: Tuberkulosis Paru merupakan salah satu penyakit infeksi saluran
pernapasan manusia bagian bawah yang menular yang disebabkan oleh bakteri
mikrobacterium tuberculosis. Tujuan umum dari penelitian ini untuk mendapatkan
gambaran pelaksanaan implementasi keperawatan pada pasien tuberkulosis paru
dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas menggunakan proses
keperawatan.
Metode: Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik untuk mengeksplorasi
implementasi keperawatan pada pasien Tuberkulosis Paru dengan masalah
ketidakefektifan bersihan jalan napas. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi dan dokumentasi. Metode pengumpulan data kualitatif
berupa wawancara dan studi dokumen. Subjek penelitian pada studi kasus ini adalah
2 orang pasien rawat inap tuberkulosis paru.
Hasil: Setelah dilakukan implementasi keperawatan yang sama terhadap kedua
pasien selama 3 hari kesimpulan yang didapat yaitu frekuensi napas pasien kembali
normal setelah diberikan posisi semi fowler, dan kedua pasien menunjukkan adanya
peningkatan kemampuan pengeluaran sekret dan sakit saat batuk sedikit berkurang,
di dapatkan hasil pada kedua pasien yaitu masalah teratasi sebagian dikarenakan
pasien masih bedrest dan intervensi dilanjutkan oleh pihak rumah sakit.
Kesimpulan: Melihat hasil penelitian ini, maka perlu adanya penerapan
berkelanjutan terhadap implementasi yang telah penulis lakukan terhadap pasien
tuberkulosis paru dengan masalah bersihan jalan napas tidak efektif.
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
x
2.3 Konsep Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan
Napas.......................................................................................29
2.3.1 Definisi..........................................................................29
2.3.2 Penyebab........................................................................29
2.3.3 Macam Sumbatan Jalan Napas......................................29
2.3.4 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Diagnosa
Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Napas.....................................................................30
BAB V PEMBAHASAN..............................................................................89
5.1 Memberikan Posisi Semi Fowler.............................................90
5.2 Mengajarkan Teknik Napas Dalam dan Batuk Efektif............92
5.3 Kolaborasi Pemberian Terapi Obat..........................................95
xi
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN......................................................96
6.1 Kesimpulan..............................................................................96
6.2 Saran........................................................................................96
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
LAMPIRAN
DAFTAR SKEMA
xii
Skema 2.1 Pathway Tuberkulosis Paru.......................................................... 10
Genogram....................................................................................................... 49
DAFTAR TABEL
xiii
Tabel 2.1 Efek samping ringan OAT............................................................. 35
Tabel 2.2 Efek samping berat OAT................................................................ 36
Tabel 4.1 Identitas dan Hasil Anamnesis Pasien Tuberkulosis Paru............. 45
Tabel 4.2 Pemeriksaan Fisik Pada Pasien Tuberkulosis Paru........................ 50
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Diagnostik Pasien Tuberkulosis Paru.............. 53
Tabel 4.4 Hasil Analisis Data Pasien 1.......................................................... 55
Tabel 4.5 Hasil Analisis Data Pasien 2.......................................................... 56
Tabel 4.6 Intervensi Keperawatan Pasien 1................................................... 60
Tabel 4.7 Intervensi Keperawatan Pasien 2................................................... 62
Tabel 4.8 Implementasi Keperawatan Pasien 1 hari ke-1.............................. 64
Tabel 4.9 Implementasi Keperawatan Pasien 1 hari ke-2.............................. 68
Tabel 4.10 Implementasi Keperawatan Pasien 1 hari ke-3............................ 71
Tabel 4.11 Implementasi Keperawatan Pasien 2 hari ke-1............................ 74
Tabel 4.12 Implementasi Keperawatan Pasien 2 hari ke-2............................ 78
Tabel 4.13 Implementasi Keperawatan Pasien 2 hari ke-3............................ 81
Tabel 4.14 Evaluasi Keperawatan Pasien 1.................................................... 85
Tabel 4.15 Evaluasi Keperawatan Pasien 2.................................................... 87
DAFTAR GAMBAR
xiv
Gambar 2.1 Anatomi Paru.............................................................................. 5
DAFTAR LAMPIRAN
xv
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Judul
Lampiran 2 Lembar Konsultasi Pembimbing Utama
Lampiran 3 Lembar Konsultasi Pembimbing Pendamping
Lampiran 4 Lembar Format Pengkajian
Lampiran 5 Lembar Standar Operasional Prosedur
Lampiran 6 Lembar Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 7 Leaflet
Lampiran 8 Surat Izin Studi Kasus
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
dilakukan batuk efektif selama 3 hari yaitu jalan napas efektif dan sesak napas
berkurang, dahak yang sebelumnya tidak dapat keluar setelah dilakukan batuk
efektif dahak dapat keluar, dan produksi sputum berkurang di ruang Cendana
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Menurut Wong (2008) manifestasi klinis pada Tuberkulosis Paru yaitu
terjadinya demam, malaise, anoreksia, penurunan berat badan, batuk ada atau
tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu – minggu sampai berbulan
– bulan), peningkatan frekuensi pernapasan, ekspansi buruk pada tempat yang
sakit , bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi, demam
persisten. Manifestasi gejala yang umum seperti pucat, anemia, kelemahan, dan
penurunan berat badan.
Berdasarkan data yang dikumpulkan di atas, Penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Implementasi Keperawatan Pada Pasien
Tuberkulosis Paru dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas di
Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019.
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
intrapleura diapeks, ukuran alveolus akan semakin besar. Ada 2 tipe sel alveolus.
Tipe satu berukuran besar, datar berbentuk skuamosa, bertanggung jawab untuk
pertukaran udara. Sedangkan tipe 2, yaitu pneumosit glanular, tidak ikut serta
dalam pertukaran udara, sel-sel tipe 2 ini lah yang berproduksi surfaktan, yang
melapisi alveolus dan mencegahnya kolaps alveolus.
2.1.3 Etiologi
2.1.5 Patofisiologi
Mempengaruhi hipothalamus
Terjadi proses
Mempengaruhi hipothalamus
Pengeluaran zat Tumbuh dan
berkembang di
Mempengaruhi sel Hipertermi sitoplasma makrofag
Sarang primer/afek
primer (focus ghon)
Alveolus
Batuk produktif (batuk terus menerus) mengalami
konsolidasi &
eksudasi
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Skema 2.1
Sumber : ( Nurarif & Kusuma, 2015 )
2.1.7 Komplikasi
Menurut Zulkifli Amin dan Asril bahar, dalam Sudoyo, Aru W.dkk (2014),
penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
a. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus,
Poncet’s arthropathy
Menurut Mansjoer, dkk (1999 : hal.472), dalam Nurarif dan Kusuma (2015),
pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan tuberculosis paru
adalah :
a. Laboratorium darah rutin : LED normal / meningkat, limfositosis.
Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70 % pasien yang dapat
didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
b. Tes PAP
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
c. Tes Mantoux / Tuberkulin
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
d. Tehnik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secra spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun
hanya satu mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya
resistensi.
e. Becton Dickinson diagnostic instrument sistem (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme
asam lemak oleh mikrobakterium tuberculosis.
f. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan
pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam
jumlah memadai memakai warna sisir akan berubah.
g. Pemeriksaan radiology : Rontgen thorax PA dan lateral.
2.1.9 Penatalaksanaan
a. Penyuluhan
b. Pencegahan
c. Pemberian obat-obatan, seperti :
1) OAT (Obat Anti – Tuberkulosis);
2) Bronkodilator;
3) Ekspektoran;
4) OBH; dan
5) Vitamin.
d. Fisioterapi dan rehabilitasi.
e. Konsultasi secara teratur.
Obat-obat Anti-Tuberkulosis
a. Isoniazid (INH/H)
Dosis : 5 mg/KgBB, per oral.
Efek samping : peripheral neuritis, hepatitis, dan hipersensitivitas.
b) Sistem persarapan
Bagaimana tingkat kesadaran , Glasgow Coma Scale (GCS),
reflek bicara, pupil, orientasi waktu dan tempat.
c) Sistem pernapasan
Gejala : Batuk produktif atau tidak produktif, napas pendek,
riwayat tuberculosis/terinfeksi.
Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau
fibrosis parenkim paru dan pleura). Pengembangan pernapasan
tidak simetris (efusi pleura).
Karakteristik sputum : hijau/purulen, mukoid kuning, atau
bercak darah.
d) Sistem kardiovaskuler
Nilai tekanan darah, nadi dari irama, kualitas dan frekuensi.
e) Sistem gastrointestinal
Nilai kemampuan menelan, nafsu makan/minum, pristaltik,
eliminasi.
f) Sistem integument
Nilai warna, tugor, tekstur dari kulit pasien.
g) Sistem perkemihan
Nilai frekuensi BAK, volume BAK.
a. B1 (Breathing)
1) Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan napas. Sekilas pandangan klien
dengan tuberculosis paru biasanya tampak kurus sehingga
terlihat adanya penurunan proposi bentuk dada.
2) Palpasi
Palpasi trachea. Adanya pergeseran trachea penyakit dari lobus
atas atau paru.
3) Perkusi
Pada klien dengan tuberculosis paru yang disertai komplikasi
seperti efusi pleura akan di dapatkan bunyi redup sampai pekak
pada sisi yang sakit sesuai banyaknya akumulasi cairan di rongga
pleura. Apabila disertai pneumotorak ventil yang mendorong posisi
paru ke posisi yang sehat.
b. B2 (Blood)
1) Inspeksi
Inspeksi tentang adanya parut dan keluhan keluhan kelemahan
fisik.
2) Palpasi
Denyut nadi perifer lemah.
3) Perkusi
Batas jantung mengalami pergeseran pada tuberkulosis paru
dengan efusi pleura masih mendorong ke sisi sehat.
4) Auskultasi
Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya
tidak didapatkan.
c. B3 (Brain)
Kesadaran biasanya compos mentis, ditemukan adanya sianosis
perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif,
klien tampak dengan wajah meringis, menangis,merintih,meregang dan
menggeliat. Saat dilakukan pengkajian pada kata, biasanya didapatkan
konjungtiva anemis pada tuberculosis paru dengan hemoptoemasif dan
kronis, dan sclera ikterik pada tuberculosis paru dengan gangguan fungsi
hati.
d. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan.
Oleh karena itu karena itu perawat perlu memonitor adanya oliguria
karena hal tersebut merupakan tanda awal syok.
e. B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual,muntah,penurunan nafsu makan, dan
penurunan berat badan.
f. B6 (Bone)
Akivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan tuberkulosis
paru. Gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola
hidup menetap, dan jadwal olahraga menjadi tidak teratur.
4) Kriteria hasil :
a) Mendemostrasikan batuk efektif dan suara napas yang
bersih ,tidak ada sianosis dan dsypneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah).
b) Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa
tercekik, irama napas, frekuensi pernapasan dalam
rentang normal, tidak ada suara napas abnormal).
c) Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang
dapat menghambat jalan napas.
Intervensi Mandiri :
a. Kaji fungsi pernapasan (bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman,
dan penggunaan otot bantu napas).
Rasional : penurunan bunyi napas menunjukkan atelektasis, ronkhi
menunjukkan akumulasi sekret dan ketidakefektifan pengeluaran
sekresi yang selanjutnya dapat menimbulkan penggunaan otot bantu
napas dan peningkatan kerja pernapasan.
b. Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi, catat karakter, volume
sputum, dan adanya hemoptisis.
Rasional : pengeluaran akan sulit bila sekret sangat kental (efek infeksi
dan hidrasi yang tidak adekuat). Sputum berdarah bila ada kerusakan
(kavitasi) paru atau luka bronkhial dan memerlukan intervensi lebih
lanjut.
c. Berikan posisi fowler/semi fowler tinggi dan bantu klien berlatih napas
dalam dan batuk efektif
Rasional : posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya napas. Ventilasi maksimal membuka atelektasis
dan meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas besar untuk
dikeluarkan
d. Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea, bila perlu lakukan pengisapan
(suction)
Rasional : mencegah obstruksi dan aspirasi, pengisapan diperlukan bila
klien tidak mampu mengeluarkan sekret
Kolaborasi :
a. Pemberian obat sesuai indikasi OAT
1) Mukolitik, contoh asetilsistein (mucomyst)
Rasional : Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan
perlengkapan sekret paru untuk memudahkan pembersihan.
2) Bronkodiilator, contoh okstrifillin
Rasional : Bronkolidator meningkatkan diameter lumen
percabangan trakeobronkial sehingga menurunkan tahapan
terhadap aliran udara.
3) Kortikosteroid (Prednison)
Rasional : Kortikosteroid berguna dengan keterlibatan luas pada
hipoksemia dan bila reaksi inflamasi mengancam kehidupan.
4) Kriteria hasil :
a) Mendemostrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat.
b) Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda distress
pernapasan.
c) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara Napas yang
bersih ,tidak ada sianosis dan syspneu (mampu mengeluarkan
sputum,mampu bernapas dengan mudah,tidak ada pursed lips).
d) Tanda –tanda vital dalam rentang normal.
Intervensi Mandiri :
a. Kaji dispnea, takipnea, tidak normal / menurunnya bunyi napas,
peningkatan upaya pernapasan, terbatasnya ekspansi dinding dada, dan
kelemahan.
Rasional : Tuberculosis paru menyebabkan efek luas pada paru dari
bagian kecil bronkopneumonia sampai inflamasi difus luas, nekrosis,
efusi pleura, dan fibrosis luas, efek pernapasan dapat dari ringan
sampai dispnea berat dampak distres pernapasan.
b. Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran. Catat sianosis atau
perubahan pada warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.
Rasional : Akumulasi sekret / pengaruh jalan napas dapat mengganggu
oksigenasi organ vital dan jaringan.
c. Tunjukkan / dorong bernapas bibir selama ekshalas, khususnya untuk
pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.
Kolaborasi :
a. Awasi seri AGD / nadi oksimetri.
Rasional : Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan / atau saturasi
atau peningkatan PaCO2 menunjukkan kebutuhan untuk intervensi /
perubahan program terapi.
b. Berikan oksigen tambahan yang sesuai.
Rasional : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi
sekunder terhadap penurunan ventilasi / menurunnya permukaan
alveolar paru.
4) Kriteria hasil :
a) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
b) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
c) Mampu mengidenfikasi kebutuhan nutrisi.
d) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecepan dari menelan.
e) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
Intervensi Mandiri :
a. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat
badan dan derajat kekurangan berat bandan, integritas mukosa oral,
kemampuan / ketidakmampuan menelan, adanya tonus usus, riwayat
mual / muntah atau diare.
Rasional : Berguna dalam mendefinisikan derajat / luasnya masalah
dan pilihan intervensi yang tepat.
b. Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai / tidak disukai.
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/ kekuatan
khusus. Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masukan
diet.
c. Awasi masukan / pengeluaran dan berat badan secara periodik.
Rasional : Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan
cairan. Selidiki anoreksia, mual, dan muntah dan catat kemungkinan
hubungan hubungan dengan obat.
d. Awasi frekuensi, volume,konsistensi feses.
Rasional : Dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi area
pemecahan masalah untuk meningkatkan pemasukan / penggunaan
nuttrien.
e. Dorong dan berikan periode istirahat sering.
Rasional : Membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan
metabolik meningkat saat demam.
f. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan.
Rasional : Menurunkan rasa tidak enak karean sisa sputum atau obat
untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.
g. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan
karbohidrat.
Rasional : Membuat lingkungan sosial lebih normal selama makan dan
membantu memenuhi kebutuhan personal dan kultural.
Kolaborasi :
a. Rujuk ke ahli diet untuk emnentukan komposisi diet.
Rasional : Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi
adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet.
b. Konsul dengan terapi pernapasan untuk jadwal pengobatan 1 – 2 jam
sebelum / setelah makan.
Rasional : Dapat membantu menurunkan insiden mual dan muntah
sehubungan dengan obat atau efek pengobatan pernapasan pada perut
yang penuh.
c. Berikan antipiretik tepat.
Rasional : Demam meningkatkan kebutuhan metabolik dan juga
konsumsi kalori.
(5) Merokok.
(6) Statis cairan tubuh.
(7) Trauma jaringan (misal trauma destruksi jaringan)
d) Ketidakadekuatan pertahanan sekunder.
(1) Penurunan hemoglobin
(2) Imunisupresif (misal imunitas didapat tidak adekuat, agens
farmaseutikal termasuk imunosupresan, steroid, antibodi
monoclonal, imunomodulator).
(3) Leukopenia.
(4) Supresi respons inflamasi.
e) Vaksinasi tidak adekuat.
f) Pemajanan terhadap pathogen lingkungan meningkat.
g) Malnutrisi.
3) Tujuan : Bebas tanda infeksi selama menjalani perawatan.
4) Kriteria hasil :
a) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
b) Mendeskriprikan proses penularan penyakit, faktor yang
mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya.
c) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
d) Jumlah leukosit dalam batas normal.
e) Menunjukkan perilaku hidup sehat.
Intervensi Mandiri :
a. Kaji patologi penyakit (aktif / pasif, diseminasi infeksi melalui bronkus
untuk membatasi jaringan atau melalui aliran darah / sistem limfatik)
dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk,
bersin, meludah bicara, tertawa, menyanyi.
Rasional : Membantu pasien menyadari / menerima perlunya
mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang /
komplikasi. Pemahaman bagaimana penyakit disebarkan dan
kesadaran kemungkinan transmisimembantu pasien / orang terdekat
Kolaborasi :
a. Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh hasil usap sputum.
Rasional : Pasien yang mengalami 3 usapan negatif (memerlukan 3 – 5
bulan), perlu menaati program obat, dan asimtomatik akan
dikklasifikasikan tidak menyebar
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai
sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam
mengevaluasi perawat harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk
memahami respons terhadap intervensi keperawatan, kemampuan
menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai, serta kemampuan dalam
menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Tahap evaluasi ini
terdiri atas dua kegiatan, yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses
dilakukan selama proses perawatan berlangsung atau menilai respons pasien,
sedangkan evaluasi hasil dilakukan atas target tujuan yang diharapkan (Hidayat,
2009).
2.3.2 Penyebab
Penyebab sumbatan jalan napas yang sering kita jumpai pada tuberculosis
adalah darah dan sputum. Adanya darah maupun sputum di jalan napas atas yang
tidak dapat ditelan atau dibatukkan oleh penderita dapat menyumbat jalan napas
dan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen. (Brunner &Suddarth, 2002).
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai sel, jaringan dan organ (Hidayat, 2012).
Oksigen adalah unsur terpenting tubuh manusia yang dibutuhkan setiap
menitnya kesemua proses penting seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak,
pertumbuhan sel dan jaringan serta pembiakan yang hanya berlaku apabila ada
oksigen. Maka dari itu kebutuhan oksigen sangatlah vital dalam kebutuhan tubuh
karena beberapa menit saja berkurang maka akan merusak jaringan dan akan
menyebabkan kematian (Atoilah & Kusnadi, 2013).
harus pula dikoreksi karena dapat menyebabkan kerusakan otak, sembab otak,
sembab paru, kepayahan, henti nafas dan henti jantung sekunder. (Rieja, 2010)
c. Rencana Keperawatan
Rencana tindakan pada pasien dengan gangguan bersihan jalan napas
yang pertama dengan posisikan pasien dengan nyaman seperti semi fowler
tujuanya untuk memaksimalkan ventilasi. Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction dengan tujuan membebaskan saluran pernapasan akibat
sumbatan. Latihan batuk efektif bila memungkinkan dan lakukan
fisioterapi dada sesuai indikasi: postural drainase, perkusi dan vibrasi,
selain itu juga bisa dengan anjurkan untuk minum air hangat jika sumbatan
berupa sekret kental agar mudah untuk dikeluarkan. Jelaskan penggunaan
peralatan pendukung dengan benar diperlukan (oksigen, penghisap,
spirometer, inhaler, dan intermitten pressure breathing/ IPPB) karena
dengan pendidikan kesehatan dapat memberikan pengetahuan dan
mengurangi kegelisahan pada pasien dengan bersihan jalan napas tidak
efektif (Brunner & Suddarth, 2002).
d. Evaluasi
Tujuan tindakan bersihan jalan napas tidak efektif adalah masalah
bersihan jalan napas tidak efektif teratasi. Evaluasi yang dilakukan dengan
memastikan tidak adanya sumbatan pada jalan napas dengan kriteria hasil
suara napas bersih, tidak ada sianosis, gelisah dan dyspnea (Iqbal, 2008).
2) Posisi baring yang tidak berubah – ubah untuk jangka waktu yang
lama akan menekan dada / paru - paru dan menghambat gerakan
udara yang melalui paru – paru.
3) Posisi duduk yang merosot juga menghalangi pengembangan
rongga dada, dimana isi abdomen akan mendesak difragma.
4) Nyeri dada atau nyeri abdomen, karaena klien membatasi gerakan
dadanya karena sakit.
Implementasi Keperawatan
1. Memberikan posisi
fowler/semi fowler.
37
38
HASIL PENELITIAN
4.1.2 Sejarah singkat Rumah Sakit Khusus paru Provinsi Sumatera Selatan
Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan merupakan rumah sakit
khusus yang menangani pasien dengan gangguan pernafasan. Rumah Sakit
Khusus Sumatera Selatan adalah salah satu rumah sakit tipe B khusus pelayanan
gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, tindakan dan penunjang medik (apotik,
laboratorium, radiologi, gizi) yang diselenggarakan mengikuti peraturan
perudangan yang berlaku berkaitan dengan metode profesi dan sumber daya yang
dipergunakan.
Pada tahun 2015 Rumah sakit Khusus Paru Sumatera Selatan sudah
melaksanakan BLUD yang berpedoman pada peraturan Kementrian Dalam Negeri
Nomor 61 Tahun 2007 tengtang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD
dan keputusan Gubernur Sumatera Selatan dan Keputusan Gubernur Sumatera
Selatan Nomor 842/KPTS/BPAD/2013, tanggal 09 Desember 2013 tentang
Penerapan Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Selatan menjadi Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD berhadap) dan pada tahun 2016 pedoman pengelolaan
BLUD RS. Khusus Paru Provinsi Sumsel Mengacu pada peraturan Gubernur
41
42
a. Visi
Visi adalah tujuan jangka panjang yang akan dicapai oleh sebuah
organisasi, yang berisi tentang pernyataan. Apalagi sebuah instansi pemerintah
yang melakukan pelayanan seperti rumah sakit yang kelak akan dikelola
dengan mengacu pada pola- pola pengelolaan organisasi bisnis, keberadaan
misi menjadi sangat penting dan strategis. Adapun visi Rs. Khusus Paru
Provinsi Sumatera Selatan isi : “ Terwujudnya Rumah Sakit Khusus Paru
Provinsi Sumatera Selatan menjadi pusat rujukan kesehatan penyakit Paru
terbaik se- sumatera”.
b. Misi
1) Meningkatkan mutu pelayanan.
2) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
3) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana.
4) Meningkatkan mutu pelayanan.
5) Meningkatkan informasi dibidang kesehatan paru.
g. Poliklinik Anak
h. Poliklinik Penyuluhan
i. Unit Gawat Darurat 24 jam
j. Apotik
k. Laboratorium
l. Radiologi
m. Ambulance
n. Pelayanan
360 m2, dibangun pada tahun 2005 dan telah direnovasi terakhir pada tahun
2015, dengan jumlah tempat tidur ruang perawatan 29 buah dan tempat tidur
Berdasarkan data unit rawat inap RSKP Tahun 2018, jenis pasien rawat inap
anggota BPJS Kesehatan menempati angka tertinggi sebanyak 312 orang, yang
terdiri dari 247 pasien baru dan 65 pasien lama. Selanjutnya diurutan kedua yaitu
kategori pasien rawat inap umum sebanyak 70 orang, terdiri dari 67 pasien lama
dan 3 pasien baru. Sedangkan angka terendah terdapat pada pasien jamsoskes,
yaitu sebanyak 26 orang, terdiri dari 22 pasien lama dan 4 orang pasien baru.
Menurut data unit rawat inap RSKP Tahun 2018, jumlah pasien yag masuk hidup
sebanyak 408 orang, sedangkan pasien yang meninggal ketika dirawat ada 36
orang, dan pasien keluar hidup ada 37 orang. Terdapat 3 penyakit terbesar rawat
inap Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2018 yaitu,
sebanyak 46 kasus.
4.3.1 Pengkajian
Badan Genogram
Pasien 1
Pasien 2
Keterangan :
: Meninggal : Pasien
Pada tabel pemeriksaan fisik diatas Tn. T dan Tn.K dalam keadaan
lemah dengan kesadaran composmentis. Dari pemeriksaan head to toe yang
dikaji dari kedua pasien diatas dapat disimpulkan bahwa keadaan fisik pasien
maih dalam kategori normal, seperti kepala normal tidak ada kelainan maupun
oedema, konjungtiva anemis. Tetapi ada bagian tertentu yang bermasalah
seperti pada bagian dada dan paru mengalami retraksi dan terdengar suara napas
ronchi.
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Diagnostik Pasien 1 dan Pasien 2 Penderita Tuberkulosis Paru
Jenis
Pemeriksaan
Pasien 1 Pasien 2
Monosit 3 % 2-6
Lekosit Segmen 94 % 50-70
Hematologi Lekosit Limfosit 3 % 20-40
Lekosit Eosinofil 0 % 2-4
Lekosit Basofil 0 % 0-1
Berdasarkan tabel 4.3 hasil pemeriksaan diagnostik pada pasien jumlah leukosit dalam batas normal sedangkan Tn. K nilai
leukosit nya tinggi yaitu 18.600 mm3. Kemudian hemoglobin kedua pasien juga dalam batas normal. Jumlah trombosit Tn. T kurang
dari batas normal yaitu lebih dari 150 ribu tetapi jumlah trombosit Tn. T hanya 90 ribu dimana keadaan trombosit dibawah batas
normal ini biasa disebut trombositopenia. Selanjutnya laju endap darah Tn. T dalam batas normal, pada hasil pemeriksaan
laboratorium Tn. K tidak terdapat keterangan laju endap darah Tn. K.Berikutnya ada jumlah glukosa darah sewaktu, dimana kadar
glukosa darah sewaktu pada Tn. T dibawah batas normal, keadaan ini sering disebut hipoglikemi, sedangkan kadar glukosa darah
Analisis Data
Tabel 4.4 Hasil Analisis Data Pada Pasien 1 Penderita Tuberkulosis Paru
Masalah
Analisis Data Etiologi Keperawatan
DS : Mycobacterium Ketidakefektifan
Pasien mengatakan batuk bersihan jalan napas
berdahak dan sulit Tuberkulosa di udara
dikeluarkan.
Tuberkulosa di udara
DO :
Pasien tampak lemah Terhirup oleh individu
Terdengar suara napas dan masuk ke jalan napas
ronchi
Bentuk dada mengalami Alveoli paru
retraksi
Tanda-tanda vital Terakumulasi dan
TD : 90/70 mmHg bermultiplikasi
Nadi : 100 x/m
RR : 28 x/m Reaksi Inflamasi
Suhu : 36.7 °c
Pertahanan primer tidak
adekuat
Kerusakan membran
alveolar
Pembentukan sputum
berlebihan
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas.
TD : 90/70 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 36,7° C
RR : 27 x/m
BB : 47 kg
TB : 165 cm
Tabel 4.5 Hasil Analisis Data Pada Pasien 2 Penderita Tuberkulosis Paru
Masalah
Analisis Data Etiologi Keperawatan
DS : Mycobacterium Ketidakefektifan
Pasien mengatakan sesak bersihan jalan napas
napas, batuk berdahak, Tuberkulosa di udara
terasa sakit saat batuk.
Tuberkulosa di udara
DO :
Keadaan umum lemah Terhirup oleh individu
Kesadaran dan masuk ke jalan napas
composmentis
Terdengar suara napas Alveoli paru
ronchi
Bentuk dada mengalami Terakumulasi dan
retraksi bermultiplikasi
Tanda-tanda vital
TD : 140/70 mmHg Reaksi Inflamasi
Nadi : 96 x/m
RR : 27 x/m Pertahanan primer tidak
Suhu : 36.3 °c adekuat
Kerusakan membran
alveolar
Pembentukan sputum
berlebihan
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas.
TB : 155 cm
Berdasarkan tabel 4.5 dan tabel 4.6 analisa data bahwa Tn.T dan Tn.K
memiliki tiga masalah keperawatan yang hampir sama yaitu ketidakefektifan
bersihan jalan napas, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
intoleransi aktifitas, serta resiko infeksi.
Tabel 4.6 Intervensi Keperawatan Pada Tn T Dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Di Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019
Tabel 4.7 Intervensi Keperawatan Pada Tn K Dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Di Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019
Berdasarkan table 4.7 dan table 4.8 peneliti hanya mengambil intervensi dengan masalah keperawatan yaitu ketidakefektifan
bersihan jalan napas sesuai dengan studi kasus yang diteliti dan dapat disimpulkan bahwa kedua pasien yaitu Tn.T dan Tn. K
memiliki masalah keperawatan yang sama yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas.
Tabel 4.8 Hasil Implementasi Keperawatan Pada Tn. T di hari ke-1 Dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Di Rumah
Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019
Tabel 4.9 Hasil Implementasi Keperawatan Pada Tn. T di hari ke-2 Dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Di Rumah
Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019
2. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam dan batuk efektif. 1. Pasien menjawab
Setelah dilakukan pemberian posisi semi fowler, penulis salam
2. 12 April 2019 melakukan tindakan mengajarkan teknik relaksasi napas dalam 2. Pasien mampu
dam batuk efektif. Teknik batuk efektif merupakan teknik yang melakukan teknik
09.45 wib napas dalam dan
benar untuk mengeluarkan sekret atau dahak yang menumpuk
batuk efektif secara
dengan maksimal, sedangkan latihan napas dalam merupakan mandiri dan sedikit
teknik untuk meningkatkan efisiensi batuk tersebut. bantuan dari penulis.
Hal pertama yang harus dipersiapkan penulis dalam
melakukan implementasi mengajarkan teknik relaksasi napas
dalam dam batuk efektif yaitu pot sputum, tissue, handuk
kecil, dan bantal. Sebelum melakukan tindakan, penulis
mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan dan
menggunakan masker.
Selanjutnya penulis masuk kembali keruangan dan
mengucapkan salam, kemudian penulis mengevaluasi latihan
teknik napas dalam dan batuk efektif yang kemarin telah
Tabel 4.10 Hasil Implementasi Keperawatan Pada Tn. T di hari ke-3 Dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Di Rumah
Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019
melakukan teknik
13 April 2019 dam batuk efektif. Teknik batuk efektif merupakan teknik yang napas dalam dan
benar untuk mengeluarkan sekret atau dahak yang menumpuk batuk efektif secara
09.45 wib dengan maksimal, sedangkan latihan napas dalam merupakan mandiri.
teknik untuk meningkatkan efisiensi batuk tersebut.
Hal pertama yang harus dipersiapkan penulis dalam
melakukan implementasi mengajarkan teknik relaksasi napas
dalam dam batuk efektif yaitu pot sputum, tissue, handuk
kecil, dan bantal. Sebelum melakukan tindakan, penulis
mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan dan
menggunakan masker.
Selanjutnya penulis masuk kembali keruangan dan
mengucapkan salam, kemudian penulis mengevaluasi latihan
teknik napas dalam dan batuk efektif yang kemarin telah
diajarkan. Selanjutnya penulis mempersilahkan pasien untuk
melakukan teknik napas dalam dan batuk efektif.
Setelah dilakukan tindakan mengajarkan teknik relaksasi
napas dalam dam batuk efektif, penulis mencuci tangan dan
menanyakan respon pasien. Penulis mendokumentasikan
tindakan yang telah dilakukan
Tabel 4.11 Hasil Implementasi Keperawatan Pada Tn. K di hari ke-1 Dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Di Rumah
Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019
2. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam dan batuk efektif. 1. Pasien sedikit kurang
Setelah dilakukan pemberian posisi semi fowler, penulias kooperatif
2. 11 April 2019 melakukan tindakan mengajarkan teknik relaksasi napas dalam dikarenakan kondisi
dam batuk efektif. Teknik batuk efektif merupakan teknik yang fisik yang lemah,
11.00 wib tetapi terdapat
benar untuk mengeluarkan sekret atau dahak yang menumpuk
keluarga pasien
dengan maksimal, sedangkan latihan napas dalam merupakan disana yang
teknik untuk meningkatkan efisiensi batuk tersebut.
menjawab salam.
Hal pertama yang harus dipersiapkan penulis dalam 2. Pasien sedikit kurang
melakukan implementasi mengajarkan teknik relaksasi napas kooperatif saat diajak
dalam dam batuk efektif yaitu pot sputum, tissue, handuk berinteraksi.
3. Pasien tidak bertanya
kecil, dan bantal. Sebelum melakukan tindakan, penulis
dan hanya
mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan dan menganggukkan
menggunakan masker. kepala saja setelah
Selanjutnya penulis masuk kembali keruangan dan diberi penjelasan .
mengucapkan salam, kemudian penulis menjelaskan tujuan 4. Pasien
dan prosedur tindakan yang akan dilakukan dan memberikan memperhatikan
kesempatan pasien untuk bertanya jika ada yang ingin penulis saat
mempraktikkan
ditanyakan. Selanjutnya penulis mempraktikkan teknik napas
teknik napas dalam
dalam dan batuk efektif. Kemudian barulah penulis dan batuk efektif.
mengaplikasikan kepada pasien. Penulis mengatur posisi yang 5. Pasien mengalami
nyaman untuk pasien dan meletakkan handuk kecil di dada kesulitan saat
pasien. Kemudian anjurkan pasien untuk menarik napas diajarkan teknik napas
beberapa detik melalui hidung dengan mulut tertutup dan tahan dalam dan batuk
sampai hitungan ke 3. Kemudian mengeluarkan napas pelan- efektif.
pelan melalui mulut dengan posisi seperti bersiul. Setelah
pasien sudah mengerti dilanjutkan mengajarkan teknik batuk
efektif yaitu tarik napas dalam 4-5 kali. Pada tarikan napas
dalam yang terakhir, napas ditahan selama 1-2 detik. Angkat
bahu dan dada serta batukkan dengan kuat dan spontan.
Keluarkan dahak dengan bunyi ha.. ha.. atau huf.. huf.. huf... .
Lakukan berulang sesuai kebutuhan.
Setelah dilakukan tindakan mengajarkan teknik relaksasi
Tabel 4.12 Hasil Implementasi Keperawatan Pada Tn. K di hari ke-2 Dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Napas Di Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019
2. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam dan batuk efektif. 1. Pasien menjawab
Setelah dilakukan pemberian posisi semi fowler, penulis salam
2. 12 April 2019 melakukan tindakan mengajarkan teknik relaksasi napas dalam 2. Pasien tidak
dam batuk efektif. Teknik batuk efektif merupakan teknik yang mengalami kesulitan
11.00 wib saat diajarkan teknik
benar untuk mengeluarkan sekret atau dahak yang menumpuk
napas dalam dan
dengan maksimal, sedangkan latihan napas dalam merupakan batuk efektif dan
teknik untuk meningkatkan efisiensi batuk tersebut. pasien merasa cukup
Hal pertama yang harus dipersiapkan penulis dalam nyaman.
melakukan implementasi mengajarkan teknik relaksasi napas
dalam dam batuk efektif yaitu pot sputum, tissue, handuk
kecil, dan bantal. Sebelum melakukan tindakan, penulis
mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan dan
menggunakan masker.
Selanjutnya penulis masuk kembali keruangan dan
mengucapkan salam, kemudian penulis mengevaluasi latihan
teknik napas dalam dan batuk efektif yang kemarin telah
diajarkan. Selanjutnya penulis meminta pasien untuk
melakukan teknik napas dalam dan batuk efektif.
Setelah dilakukan tindakan mengajarkan teknik relaksasi
napas dalam dam batuk efektif, penulis mencuci tangan dan
Tabel 4.13 Hasil Implementasi Keperawatan Pada Tn. K di hari ke-3 Dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Di Rumah
Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019
2. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam dan batuk efektif. 1. Pasien menjawab
Setelah dilakukan pemberian posisi semi fowler, penulis salam
2. 12 April 2019 melakukan tindakan mengajarkan teknik relaksasi napas dalam 2. Pasien mampu
dam batuk efektif. Teknik batuk efektif merupakan teknik yang melakukan teknik
mengencerkan dahak.
Hal pertama yang harus dipersiapkan penulis dalam
melakukan implementasi pemberian obat oral yaitu ambroxol
1x30mg, gelas air minum dan baki. Sebelum melakukan
tindakan, penulis mencuci tangan dan menggunakan sarung
tangan dan menggunakan masker. Selanjutnya penulis masuk
keruangan dan mengucapkan salam, sebelum nya penulis
menyiapkan obat yang diperlukan, penulis mengevaluasi
pemberian obat kemarin. Penulis memeriksa kembali obat lalu
diberikan kepada pasien dan menunggu sampai semua obat
habis ditelan.
Setelah dilakukan tindakan pemberian obat ambroxol
1x30mg, penulis mencuci tangan dan menanyakan respon
pasien. Penulis mendokumentasikan tindakan yang telah
dilakukan.
Berdasarkan table 4.9 dan table 4.10 implementasi keperawatan pada kedua pasien dilakukan selama 3 hari.Implementasi
dilakukan sesuai dengan batas dan kemampuan peneliti. Selama melakukan implementasi pasien dan keluarga sangat kooperatif.
1.3.5 Evaluasi
Tabel 4.14 Evaluasi Keperawatan Pada Tn T Dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Dari Kebutuhan Tubuh Di Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019
P : Intervensi dilanjutkan
S : Pasien mengatakan batuk berkurang dan sedikit lebih
mudah mengeluarkan dahak.
O : Tanda-tanda vital
TD : 90/70 mmHg
13 April 2019 13.30
Nadi : 96x/m
RR : 22 x/m
Suhu : 36.4°C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dihentikan
Tabel 4.15 Evaluasi Keperawatan Pada Tn K Dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Di Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.11 dan tabel 4.12 setelah dilakukan implementasi keperawatan selama tiga hari pasien menunjukkan
evaluasi lebih baik dari sebelumnya dan masalah keperawatan pada kedua pasien teratasi sebagian.
86
87
yang bertabrakan dengan praktik klinik yang sedang penulis laksanakan pada
waktu itu. Penulis melakukan kolaborasi dengan perawat ruangan untuk
mengatasi hambatan tersebut hal ini ditujukan untuk memastikan agar pasien 1
dan pasien 2 mendapatkan perawatan yang optimal dan berkesinambungan. Sesuai
dengan fokus masalah keperawatan yang penulis teliti pada pasien 1 dan pasien 2
yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan
sputum maka, implementasi keperawatan yang dilakukan oleh peneliti berupa
tindakan mandiri seperti, memberikan posisi semi fowler, mengajarkan teknik
napas dalam dan batuk efektif serta tindakan kolaborasi yaitu pemberian terapi
obat mukolitik.
Pada tanggal 11 April hingga 13 April 2019, selama 3 hari berturut dilakuan
tindakan keperawatan yaitu pemberian posisi semi fowler kepada Tn. T dan Tn.
K, dimana tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan pertukaran gas pasien
sebagai cara untuk mengatasi keluhan sesak napas pada pasien. Posisi semi fowler
adalah posisi setengah duduk dimana kepala ditinggikan paling sedikit 45º.
Metode yang paling sederhana dan efektif untuk mengurangi resiko
penurunan pengembangan dinding dada yaitu dengan pengaturan posisi saat
istirahat. Posisi yang paling efektif bagi pasien dengan penyakit kardiopulmonari
adalah diberikannya posisi semi fowler dengan derajat kemiringan 30 - 45º
(Yulia, 2008). Posisi semi fowler pada pasien Tuberkulosis Paru telah dilakukan
sebagai salah satu cara untuk membantu mengurangi sesak napas. (Bare,2010).
Berdasarkan penelitian Aneci Boki Majamoh, dkk (2013) membuktikan bahwa
posisi semi fowler efektif dalam mengembalikan frekuensi napas yang
sebelumnya termasuk dalam frekuensi sesak napas setelah dibeerikan posisi semi
fowler termasuk frekuensi pernapasan normal.
Pada kasus tuberkulosis paru dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan
napas yang ditemukan penulis diruangan Balido Rumah Sakit Khusus Paru
Sumatera Selatan, hal yang pertama kali dilakukan penulis adalah melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital seperti mengukur tekanan darah, mengukur suhu
tubuh, mengukur nadi dan menghitung frekuensi pernapasan dan hasil yang
didapatkan untuk pasien 1 Tn. T Tanda-tanda vital : TD 90/70 mmHg, N :
100x/menit, RR : 28x/menit, T : 36,7 ºc, BB : 47 kg, TB : 165 cm sedangkan
untuk pasien 2 Tn. K Tanda-tanda vital : TD 140/70 mmHg, N : 96x/menit, RR :
27x/menit, T : 36.3 ºc, BB : 40 kg, TB : 155 cm. Dari hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital yang telah dilakukan, penulis menemukan masalah pada kedua pasien
yaitu pola napas yang tidak efektif ditandai dengan frekuensi pernapasan yang
tidak normal. Maka penulis memberikan posisi semi fowler guna meningkatkan
pertukaran udara serta memberikan kenyamanan posisi pasien saat bernapas. Pada
pasien 1 Tn. T dan pasien 2 Tn. K penulis melakukan pengkajian pada tanggal 10
April 2019, sedangkan implementasi baru dilaksanakan keesokan harinya pada
tanggal 11 April 2019 hingga 13 April 2019. Pada saat pengkajian yaitu tanggal
10 April 2019 didapatkan identitas pasien, identitas penanggung jawab, tanda-
tanda vital pasien dan masalah yang ada pada pasien yaitu ketidakefektifan
bersihan jalan napas. Pada saat penulis melakukan pengkajian terhadap pasien 1
dan 2 yaitu Tn. T dan Tn. K yang memiliki masalah yang sama, mengatakan
batuk-batuk dan susah untuk mengeluarkan dahak serta terasa sakit saat batuk,
napas terasa sesak dikarenakan susah untuk mengeluarkan dahak dan pasien
merasa tidak nyaman dengan posisinya yang terlentang ditempat tidur, aktifitas
pun menjadi sedikit terganggu karena batuk yang terus menerus. Maka dari hasil
pengkajian penulis menerapkan implementasi memberikan posisi semi fowler
pada pasien 1 yaitu Tn. T dengan cara menjelaskan terlebih dahulu pengertian dari
posisi semi fowler kemudian tujuan dari pemberian posisi semi fowler itu sendiri,
hal ini ditujukan agara nantinya pasien mampu melakukan posisi semi fowler ini
dengan mandiri. Setelah penulis melakukan implementasi dihari ke 2 berupa
pemberian posisi semi fowler pada pasien Tn. T, respon yang didapat yaitu
pasien tidak mengalami kesulitan saat perawat memberikan posisi semi fowler
dan merasa cukup nyaman dengan posisi yang diberikan penulis dan tampak
mengerti. Kemudian di hari ke 3 pasien Tn. T sudah tampak menerapkan posisi
yang sudah diberikan oleh penulis, hal ini dilihat pada saat penulis memasuki
ruang rawat pasien di hari kunjungan yang ke 3, pasien tampak sudah berada pada
posisi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pasien sudah mampu menerapkan
posisi semi fowler secara mandiri. Sehingga di hari ke 4 respon pasien sudah
cukup baik dengan posisi yang telah diberikan pasien merasa sangat nyaman
dengan posisi yang telah diajarkan penulis dan frekuensi napas baik.
Sedangkan pada pasien 2 yaitu Tn. K implementasi yang diberikan penulis
sama dengan pasien 1 yaitu memberikan posisi semi fowler. Terdapat perbedaan
pada pasien 2 dikarenakan pasien sedikit tidak kooperatif saat diajak berinteraksi
dikarenakan badan pasien yang sedikit lemas, tetapi disana terdapat keluarga yang
dapat membantu proses interaksi, penulis pun berusaha semaksimal mungkin
dalam pemberian penjelasan mengenai pengertian dari posisi semi fowler serta
maksud dan tujuan diberikan nya posisi tersebut kepada pasien. Respon yang
didapat yaitu pasien belum cukup mampu untuk mengubah posisi dan masih
membutuhkan bantuan keluarga. Di hari berikutnya pasien tampak lebih baik dari
kemarin dan ingin mengubah posisi menjadi semi fowler seperti yang diajarkan
kemarin, respon yang didapat yaitu pasien mengatakan merasa nyaman dengan
posisi yang diberikan dibandingkan posisi sebelumnya. Selanjutnya di hari ke 4,
penulis melihat pasien sudah mampu mengubah posisi tetapi masih dengan
bantuan keluarga, dan pasien mengatakan sangat nyaman dengan posisi yang telah
diajarkan. Setelah dilakukannya implementasi pemberian posisi semi fowler yang
diajarkan penulis kepada kedua pasien yaitu Tn. T dan Tn. K dalam kurun waktu
tiga hari, penulis dapat membandingkan bahwa antara pasien 1 Tn. T dan pasien 2
Tn. K terdapat sedikit perbedaan dari segi kesehatan fisik meski sama-sama
mempunyai masalah yang sama yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas, tetapi
Tn. K sedikit mengalami kesulitan di hari pertama saat penulis memberikan posisi
semi fowler tetapi dihari berikutnya pasien tampak cukup kooperatif dari hari
sebelumnya. Sedangkan dari segi teori pemberian posisi semi fowler yang
dilakukan penulis terhada pasien 1 dan pasien 2 tidak terdapat kesenjangan antara
teori dan hasil pada saat dilakukan penelitian, dikarenakan dapat memberikan rasa
nyaman pada kedua pasien yaitu Tn. T dan Tn. K.
11 April 2019 hingga 13 April 2019 respon yang didapat pasien 1 Tn. T setelah
pasien diajarkan teknik napas dalam dan batuk efektif adalah dapat diterima
dengan baik dan pasien tampak kooperatif dan pasien mampu mengikuti teknik
yang diajarkan penulis serta implementasi yang dilakukan oleh penulis tidak luput
juga dibantu keluarga sehingga keluarga pun mengerti teknik yang diajarkan
penulis. Tetapi beda halnya dengan pasien 2 Tn. K tampak tidak kooperatif karena
kondisi fisik pasien yang sangat lemas di hari pertama pasien mengalami kesulitan
saat diajarkan teknik napas dalam dan batuk efektif . Di hari kedua pasien 1 Tn. T
tampak sudah bisa menerapkan teknik napas dalam dengan sendirinya dan masih
dibimbing penulis, respon pasien tampak lebih baik dan jumlah sputum yang
dikeluarkan cukup banyak, pasien merasa sputum yang ada pada tenggorokan
pasien berkurang. Sedangkan pasien 2 Tn. K sudah sedikit mampu mengikuti
teknik yang diajarkan penulis dan masih butuh bimbingan penulis dan keluarga,
respon pasien masih merasakan batuk-batuk dan sulit mengeluarkan sekret tetapi
di hari ke dua sekret mulai keluar dengan teknik yang diajarkan penulis. Pada hari
ke tiga kedua pasien Tn. T dan Tn. K sudah bisa melakukan teknik napas dalam
dan batuk efektif secara mandiri dan sekret yang ada pada tenggerokan pasien
sudah berkurang dan respon kedua pasien memperoleh rasa nyaman dan merasa
lebih baik. Pada implementasi pemberian teknik napas dalam dan batuk efektif
yang diajarkan penulis kepada kedua pasien yaitu Tn. T dan Tn. K dalam kurun
waktu 3 hari, penulis mendapatkan perbandingan antara pasien 1 Tn. T dan pasien
2 Tn. K yaitu terdapat perbedaan dari segi kesehatan fisiknya dimana Tn, K
mengeluhkan tubuhnya lemas dihari pertama, sehingga penulis harus lebih
berusaha untuk berinteraksi dan mengajarkan kembali teknik napas dalam dan
batuk efektif. Beda halnya dengan pasien 1 Tn. T yang sangat kooperatif. Dari
segi teori penerapan teknik napas dalam dan batuk efektif yang telah dilakukan
penulis kepada kedua pasien tidak terdapat kesenjangan antara teori dan hasil
yang didapatkan pada saat dilakukan penelitian. Dikarenakan teknik napas dalam
dan batuk efektif dapat memberikan rasa nyaman serta efektif dalam membantu
efisiensi pengeluaran sputum pada kedua pasien yaitu Tn. T dan Tn. K
6.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan implementasi keperawatan pada Tn. T dan
Tn. K dengan fokus masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan
napas di Ruang Balido Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2019 selama 3 hari mulai dari tanggal 11 April hingga 13
April 2019, maka penulis menarik simpulan sebagai berikut :
a.Dalam melakukan tindakan keperawatan yaitu memberikan posisi
semi fowler kepada pasien tuberkulosis paru dengan masalah
ketidakefektifan bersihan jalan napas disimpulkan bahwa, kedua
pasien dapat mengikuti posisi yang telah diajarkan penulis, dan
merasa nyaman dengan posisi tersebut.
b.Dalam melakukan tindakan keperawatan yaitu latihan teknik napas
dalam dan batuk efektif kepada pasien tuberkulosis paru dengan
masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas disimpulkan bahwa,
kedua pasien dapat menerapkan sendiri latihan napas dalam dan
batuk efektif untuk pengeluaran sputum yang lebih maksimal.
c.Dalam melakukan tindakan kolaborasi pemberian terapi obat
mukolitik bertujuan untuk mengencerkan dahak. Dari
implementasi ke 3 ini dapat disimpulkan bahwa pada kedua pasien
mendapatkan terapi obat ambroxol 1x 30 diminum setelah makan.
6.2 Saran
Berdasarkan simpulan diatas maka saran yang dapat penulis berikan
untuk perbaikan dan peningkatan mutu asuhan keperawatan adalah :
a. Bagi Pasien dan Keluarga
Abdullah. (2014). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta Timur : CV. Trans Info
Media.
Andarmoyo, S. (2012). Kebutuhan dasar Manusia (Oksigenasi). Tangerang :
Graha Ilmu
Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan. Jakarta: EGC
Atoilah, Elang M. Kusnadi, Engkus. (2013). Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut : In Media.
Bararah, T., & Jauhar, M. (2013). Asuhan keperawatan : Panduan Lengkap
Menjadi Perawat Profesional. Jakarta: Pretasi Pustakarya.
Dinas Kesehatan Kota Palembang.(2015).Profil Kesehatan Kota Palembang
tahun 2015, http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL
_KAB_KOTA_ 2015 /1671_Sumsel_Kota_Palembang_2015.pdf, diunduh
tanggal 28/10/2018
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., & Geissler. A. C. (2012). Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedome Untuk Perencaan Dan Pendokementasian
Perawatan pasien (I. M. Sumarwati, Trans. 3 ed.). Jakarta: EGC.
Muttaqin, A. (2014 ). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta : Selemba Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Media Action
Profil Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan (2016).
Profil Kesehatan Sumatera Selatan (2015).
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G.(2002).Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh
Agung Waluyo…(dkk), EGC, Jakarta
Somantri, I. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Selemba Medika.
Sudoyo A W, Setyohadi B, Alwi I dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid.
I Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit.
Dalam.
Setianto, OD.(2017). Asuhan Keperawatan pada Ny.N dengan Gangguan
Tuberkulosis Paru Di Ruang Kenanga RSUD dr.R. Goeteng
TaroenadibrataPurbalingga,http://repository.ump.ac.id/3975/3/Oka
%20Dwi%20Setianto%20BAB%20II.pdf, diunduh tanggal 12/19/2018
Wijaya., A. S & Putri., Y. M (2013) Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan
Dewasa). Yogyakarta : Nuha Medika
Wilkinson., J. M. (2016). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
LAMPIRAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PALEMBANG
FORMAT PENGKAJIAN
I. Identitas klien
Alamat : …………………………………………………………………………………
…………………………….
Agama : …………………...
Suku : …………………...
Nama : …………………...
(lengkap/panggilan)
Alamat : ……………………………………………………..
……………………………………………………..
Sendiri
: .............................................................................
Orang lain .
:
.............................................................................
.
a. Kanak-kanak
: .............................................................................
b. Kecelakaan .
:
c. Pernah dirawat .............................................................................
:
.
d. Operasi
:
Penyakit :
....................Waktu/lama: .........../.......
.............................................................................
.
2. Alergi : .............................................................................
.............................................................................
..
3. Imunisasi : .............................................................................
.............................................................................
.............................................................................
...
5. Obat-obatan
6. Pola nutrisi
f. Perubahan BB : Tetap
Berkurang ................... kg
7. Pola Eliminasi
a. Buang Air Besar
Latihan
c. Kegiatan dalam :
waktu luang
: Jenis,
d. Kesulitan/keluhan sebutkan ........................frekuensi: ............
dalam hal
.............................................................................
:
.............................................................................
..
Pergerakan tubuh
Bersolek
Berhajat
V. Riwayat Lingkungan
1. Kebersihan : .............................................................................
.............................................................................
2. Bahaya :
.............................................................................
3. Polusi : ...
Membaca/menulis
2. Persepsi diri
Mampu mengekspresikan
Hubungan perkawinan
5. Kebiasaan Seksual
.......................................................................................................................
.
6. Pertahanan Koping
a. Pengambilan : Sendiri
Tidur
Makan obat
Cari pertolongan
sebutkan .........................................................
Kepercayaan Tidak
.............. .................................................
.............. .................................................
.............. .................................................
.............. .................................................
Reaksi terhadap
cahaya : .....................................
Akomodasi : ........................................................
Bentuk : ...............................................................
Konjungtiva : .......................................................
Tanda-tanda
radang : ...........................................
Pemeriksaan mata
terakhir : ................................
Operasi : ..............................................................
Pernah mengalami
flu : ........................................
Perdarahan : ........................................................
.
Kesulitan/gg
berbicara : .......................................
Pola
napas: ...........................................................
Batuk : Ya Tidak
Dispnea : Ya Tidak
.............................................................................
.
Sianosis : .............................................................
.............................................................................
.
Suara jantung
tambahan : ....................................
Irama jantung
(monitor) : ....................................
Clubbing : ............................................................
Keadaan ekstrimitas :..........................................
Synkop : ...............................................................
7. Nutrisi : Jenis
diet : ............................................................
Muntah : Ya Tidak
8. Eliminasi
Colostomy : .........................................................
Ileostomy : ..........................................................
.
Konstipasi : ..........................................................
Diare : ..................................................................
Buang Air Kecil :
Inkontinensia : Ya Tidak
Infeksi : ...........................................................
Hamaturia : Ya Tidak
Buah
dada : ..........................................................
Perdarahan : ........................................................
.
Hasil ..............................................................
Keputihan ............................................................
Prostat : ...............................................................
.
Penggunaan
kateter : ...........................................
Orientasi : ............................................................
Ya Tidak
Reflek : ................................................................
Pergerakan
ekstrimitas : ......................................
Integritas : ...........................................................
.
Turgor : ................................................................
IX. Pengobatan
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
......
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
......
XIII. Kesimpulan
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
......
Palembang, ………………….2019
Praktikan,
Lampiran SOP 1
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit, diharapkan pasien dan
keluarga memahami dan memperagakan teknik latihan napas dalam
dan teknik batuk efektif.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, sasaran mampu:
a. Menjelaskan pengertian napas dalam dan batuk efektif
b. Menjelaskan tujuan napas dalam dan batuk efektif
c. Menjelaskan teknik napas dalam dan batuk efektif
d. Mampu memperagakan teknik napas dalam dan batuk efektif
2. 35 menit Kegiatan
Menjelaskan pengertian batuk Memperhatikan dan
efektif dan napas dalam, mendengarkan
Menjelaskan tujuan napas Memperhatikan dan
dalam dan batuk efektif mendengarkan
Menjelaskan teknik napas dalam Memperhatikan dan
dan batuk efektif mendengarkan
Mendemonstrasikan teknik Memperhatikan dan
napas dalam dan batuk efektif mendengarkan
Mendemonstrasikan bersama Mendemontrasikan
batuk efektif
Memberi kesempatan audien Mendemontrasikan
untuk mempraktikkan sendiri batuk efektif secara
teknik napas dalam dan batuk mandiri
efektif
3 5 menit Penutup
Evaluasi validasi, memberikan Memberikan
kesempatan kepada audien untuk penjelasan tentang
menjelaskan kembali pengertian, materi yang telah
tujuan serta teknik napas dalam disampaikan
dan batuk efektif.
Menyimpulkan bersama-sama Memperhatikan dan
mendengarkan
Mengucapkan terima kasih Memperhatikan dan
mendengarkan
Mengucapkan salam penutup Menjawab salam
G. Pengorganisasian
Penyaji : Ira Pitria
H. Evaluasi
Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit peserta mampu :
1. Menjelaskan pengertian batuk efektif dan napas dalam
2. Menjelaskan tujuan batuk efektif dan napas dalam
3. Menjelaskan teknik batuk efektif dan napas dalam
4. Mampu mendemonstrasikan batuk efektif dan napas dalam
Lampiran Materi
NAFAS DALAM DAN BATUK EFEKTIF
A. Pengertian
1. Napas dalam
Latihan napas dalam adalah bernapas dengan perlahan dan menggunakan
diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada
mengembang penuh (Parsudi, dkk., 2002)2.
2. Batuk efeketif
Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar dimana dapat
energi dapat dihemat sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan
dahak secara maksimal (Smeltzer, 2001).