Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TUGAS KELOMPOK

PATOFISIOLOGI KASUS KEBIDANAN


“Patofisiologi Kelainan Katub Jantung Dalam Kehamilan,
Persalinan dan Nifas ”

Disusun Oleh Kelompok 3 :

1. Nanda Dwi Sapitri P0 0340421013


2. Okta Savitri P0 0340421014
3. Putri Fadjriyah P0 0340421015
4. Raras Dwi Astuti P0 0340421016

Dosen Pembimbing
Yenni Puspita,SKM,MPH

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI D4 ALIH JENJANG
KEBIDANAN CURUP
2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Patofisiologi Kelainan Katub Jantung Dalam Kehamilan,Persalinan dan Nifas”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat,
menambah ilmu dan inspirasi terhadap pembaca.

Curup, Juni 2022

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………..i

DAFTAR ISI………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………….. 2
C. Tujuan………………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN

A. Definis................................................................................................3
B. Etiologi ..............................................................................................3
C. Patofisiologi .......................................................................................4
D. Kelainan Jantung Pada Kehamilan.....................................................5
E. Langkah Penaipisan awal/Screening ………..................................... 6
F. Stabilisasi dan Tatalaksana Terhadap Komplikasi yang Timbul....... 8
G. Upaya Tindakan Kolaborasi dan Memberikan Asuhan Lanjut..........10
H. Hasil Penelitian dan Jurnal yang Terkait............................................14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……..…………………………………………………...15
B. Saran……………...…………………………………………………15

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kematian maternal atau kematian ibu menurut batasan dari The Tenth
Revision of International Cassification of Diseases (ICD-10) adalah kematian
wanita yang terjadi pada saat kehamilan atau dalam 42 hari setelah kehamilan,
tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun
yang berhubungan dengan kehamilan, atau yang diperberat oleh kehamilan
tersebut, atau penanganannya, akan tetapi bukan kematian yang disebabkan
oleh kecelakaan atau kebetulan (WHO, 2015).
Wanita normal yang mengalami kehamilan akan mengalami perubahan
fisiologik dan anatomik pada berbagai sistem organ yang berhubungan dengan
kehamilan akibat terjadi perubahan hormonal di dalam tubuhnya. Perubahan
yang terjadi dapat mencakup sistem gastrointestinal, respirasi, kardiovaskuler,
urogenital, muskuloskeletal dan saraf. Perubahan yang terjadi pada satu sistem
dapat saling memberi pengaruh pada sistem lainnya dan dalam
menanggulangi kelainan yang terjadi harus mempertimbangkan perubahan
yang terjadi pada masing-masing sistem. Perubahan ini terjadi akibat
kebutuhan metabolik yang disebabkan kebutuhan janin, plasenta dan rahim.
Penyakit jantung masih merupakan salah satu penyebab kesakitan dan
kematian nonobstetrik yang tinggi pada kehamilan/persalinan, dapat terjadi
pada 0,4-4% dari kehamilan. Dilaporkan angka rata-rata mortalitas wanita
hamil dengan klasifikasi New York Heart Association kelas I dan II sebesar
0,4 hingga 6,8 % dan lebih tinggi lagi pada penderita yang tingkat
keparahannya kelas III dan IV. Dilaporkan bahwa penyakit jantung
merupakan penyebab kematian sebesar 5,6 % dari 1459 kehamilan di Amerika
Serikat sejak tahun 1987 hingga 1990. Hal itu disebabkan oleh peningkatan
beban hemodinamik pada saat hamil, bersalin dan melahirkan yang dapat
meperburuk gejala dan mencetuskan berbagai macam komplikasi pada wanita
yang sebelumnya sudah menderita penyakit jantung.
Deteksi dini serta follow up yang teliti serta penatalaksanaan yang agresif
sangat membantu untuk menurunkan angka mortalitas bagi wanita yang hamil
dengan penyakit jantung. Dibutuhkan pengetahuan tentang perubahan
fisiologis pada system kardiovaskuler selama kehamilan dan puerpurium,
gejala dan tanda yang menyerupai penyakit jantung pada kehamilan yang
normal, efek dari perubahan fisiologis pada kehamilan pada kelainan
kardiovaskuler, dan diagnosis serta penatalaksanaan pada penyakit
kardiovaskuler yang sudah ada.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas rumusan masalahnya adalah :
Apa patofisiologi kelainan katub jantung daalam kehamilan, persalinan dan
nifas?
C. Tujuan
Untuk mengetahui patofisiologi kelainan katub jantung daalam kehamilan,
persalinan dan nifas.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Kehamilan dengan penyakit jantung selalu saling mempengaruhi karena
kehamilan dapat memberatkan penyakit jantung yang dideritanya. Dan
penyakit jantung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim. Penyakit jantung dalam kehamilan merupakan salah satu
penyebab kesakitan dan kematian yang tinggi pada kehamilan atau persalinan.
Pasien dengan penyakit jantung biasanya dibagi dalam 4 golongan. Klasifikasi
fungsional yang diajukan oleh New York Heart Association adalah:
1. Klas I : aktivitas tidak terganggu (tidak perlu membatasi kegiatan fisik)
2. Klas II : aktivitas fisik terbatas, namun tak ada gejala saat istirahat (bila
melakukan aktifitas fisik maka terasa lelah, jantung berdebar-debar, sesak
nafas atau terjadi angina pektoris).
3. Klas III : aktivitas ringan sehari-hari terbatas (kalau bekerja sedikit saja
merasa lelah, sesak nafas, jantung berdebar).
4. Klas IV : waktu istirahat sudah menimbulkan keluhan (memperlihatkan
gejala-gejala dekompensasio walaupun dalam istirahat).

Penyakit jantung yang berat dapat menyebabkan partus prematurus atau


kematian intrauterin karena oksigenasi janin terganggu. Dengan kehamilan
pekerjaan jantung menjadi sangat berat sehingga klas I dan II dalam
kehamilan dapat masuk ke dalam klas III atau IV.

B. Etiologi
Etiologi kelainan jantung dapat primer maupun sekunder. Kelainan
primer akibat kelainan kongenital, katup, iskemik dan kardiomiopati.
Sedangkan sekunder akibat penyakit lain seperti hipertensi, anemia berat, dan
lain-lain.
C. Patofisiologi
Keperluan janin yang sedang bertumbuh akan oksigen dan zat-zat
makanan bertambah dalam berlangsungnya kehamilan, yang harus dipenuhi
melalui darah ibu. Untuk itu banyaknya darah yang beredar bertambah,
sehingga jantung harus bekerja lebih berat. Karena itu dalam kehamilan selalu
terjadi perubahan dalam sistem kardiovaskuler yang baisanya masih dalam
batas-batas fisiologik. Perubahan-perubahan itu terutama disebabkan karena :
1. Hidrenia (Hipervolemia), dimulai sejak umur kehamilan 10 minggu dan
puncaknya pada UK 32-36 minggu.
2. Uterus gravidus yang makin lama makin besar mendorong diafragma ke
atas, ke kiri, dan ke depan sehingga pembuluh-pembuluh darah besar
dekat jantung mengalami lekukan dan putaran.

Volume plasma bertambah juga sebesar 22 %. Besar dan saat terjadinya


peningkatan volume plasma berbeda dengan peningkatan volume sel darah
merah ; hal ini mengakibatkan terjadinya anemia delusional (pencairan darah).
12-24 jam pasca persalinan terjadi peningkatan volume plasma akibat imbibisi
cairan dari ekstra vascular ke dalam pembuluah darah, kemudian di ikuti
periode deuresis pasca persalinan yang mengakibatkan hemokonsentrasi
(penurunan volume plasa). 2 minggu pasca persalinan merupakan penyesuaian
nilai volume plasma seperti sebelum hamil.

Jantung yang normal dapat menyesuaikan diri, tetapi jantung yang sakit
tidak. Oleh karena itu dalam kehamilan frekuensi denyut jantung meningkat
dan nadi rata-rata 88x/menit dalam kehamilan 34-36 minggu. Dalam
kehamilan lanjut prekordium mengalami pergeseran ke kiri dan sering
terdengar bising sistolik di daerah apeks dan katup pulmonal. Penyakit
jantung akan menjadi lebih berat pada pasien yang hamil dan melahirkan,
bahkan dapat terjadi decompensasi cordis.
D. Kelainan Katup Jantung pada Kehamilan
Kelainan katup jantung adalah salah satu penyakit jantung yang sering
ditemukan pada saat kehamilan. Gangguan ini dapat meningkatkan kejadian
gagal jantung, morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin yang dikandung.
Jenis-jenis kelainan ini meliputi mitral stenosis yang disebabkan penyakit
jantung rematik, mitral dan aorta regurgitasi, kelainan katup tricuspid serta
katup jantung prostetik.
Sudah diketahui bahwa pada kehamilan terjadi peningkatan volume darah
mencapai 30 hingga 50 % yang diikuti dengan meningkatnya curah jantung
(cadiac output). Hal ini muncul pada trimester pertama dan mencapai
puncaknya pada 20-24 minggu usia kehamilan. Setelah itu akan bertahan dan
mulai menurun 3 hari setelah melahirkan. Suara murmur dapat terdengar
sebagai hal yang normal pada kehamilan. Biasanya lemah, middiastolik dan
terdengar sepanjang garis sternalis kiri. Intensitasnya meningkat seiring
dengan meningkatnya curah jantung, namun bila terdengar sangat keras serta
berupa murmur diastolik, murmur kontinus atau murmur sistolik yang kuat
maka pemeriksaan ekokardiografi sangat diperlukan.
Risiko terjadinya komplikasi jantung pada ibu hamil akan meningkat
pada kasus dengan stenosis katup yang berat serta menurunkan fungsi sistolik
ventrikel kiri (stenosis aorta dengan area katup < 2 cm2 ), seperti stenosis
mitral dengan hipertensi pulmonal, regurgitasi berat dengan gangguan fungsi
ventrikel kiri dan sindrom Marfan’s dengan aneurisma pada ascending aorta.
Risiko juga akan meningkat pada ibu yang memiliki riwayat penyakit jantung
seperti: aritmia, gagal jantung dengan kelas NYHA III-IV. Untuk itu peran
konseling sebelum konsepsi sangat diperlukan. Semua kejadian kelainan
katup diharapkan dapat ditemukan sebelum kehamilan terjadi. Untuk
mendapatkan adanya kelainan katup diperlukan pemeriksaan fisik jantung
yang tepat. Auskultasi jantung yang benar tentu sangat membantu untuk
menemukan kecurigaan terjadinya kelaina katup jantung. Pemeriksaan
penunjang utama adalah ekokardiografi untuk memastikan adanya kelainan
katup jantung tersebut. Pemeriksaan ekokardiografi meliputi jenis murmur,
gradiennya, anatomi katup mitral, ukuran anatomi aorta descending, dimensi
ventrikel kiri dan Fraksi Ejeksi (EF). Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
persiapan menjalani kehamilan pada ibu yang menggunakan katup jantung
prostetik.
Untuk memprediksi komplikasi pada nenonatal yang perlu diperhatikan
adalah adanya gangguan pada fungsi jantung (NYHA II ke atas) dan obstruksi
jantung kiri. Komplikasi yang dapat terjadi adalah lahir premature,
intrauterine growth retardation, respiratory distress syndrome, hemoragik
intraventrikel dan kematian. Pada beberapa kasus kehamilan dengan kelainan
katup jantung, penggunaan antibiotika diperlukan untuk menghindari
terjadinya (profilaksis) endocarditis.
E. Langkah penapisan/Screening awal
1. Anamnesa
Pada pasien dengan penyakit jantung yang telah terdiagnosis sebelum
kehamilannya, harus dicari data-data mengenai: usia saat pertama kali
diagnosis ditegakkan, gejala-gejala sebelumnya dan komplikasi yang ada,
prosedur diagnostik sebelumnya termasuk kateterisasi jantung, excercise
test (treadmill) atau ekokardiografi, riwayat pengobatan sebelumnya,
riwayat operasi, derajat kesembuhan, gejala sisa, obat-obat yang dipakai,
diet, pembatasan-pembatasan aktifitas, serta sedapat mungkin didapatkan
catatan medis mengenai perawatan rumah sakit, prosedur diagnostik dan
pengobatan sebelumnya.
Pada pasien tanpa riwayat penyakit jantung sebelumnya, harus
ditanyakan mengenai riwayat demam rematik atau penyakit-penyakit
lainnya yang berhubungan dengan penyakit jantung seperti demam scarlet,
sistemik lupus eritematosus, penyakit paru-paru, penyakit ginjal, difteri
atau pneumonia, riwayat perawatan di Rumah sakit dan riwayat operasi
besar sebelumnya.
Perlu ditanyakan juga mengenai tanda-tanda dan gejala penyakit
jantung seperti sianosis pada waktu lahir atau waktu aktivitas, “squatting”
pada masa kanak-kanak, infeksi saluran napas berulang, gangguan irama
jantung, dispnu pada saat istirahat atau aktifitas, batuk-batuk lama,
hemoptisis, asma, nyeri dada, riwayat keluarga dengan penyakit jantung
dan kelainan-kelainan kongenital.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu dievaluasi mengenai berat badan dan
tinggi badan, kelainan pada wajah, jari-jari dan tubuh yang menunjukkan
kelainan kongenital dan perubahan-perubahan pada kulit seperti sianosis,
pucat, angioma, xantelasma, dan xanthoma. Tekanan darah harus diukur
secara hati-hati dengan cuff yang sesuai, kalau perlu pada kedua lengan
dan pada beberapa posisi. Denyut nadi radial harus dinilai dengan cermat,
pada Aorta Insufisiensi dapat dijumpai denyut yang kolaps (Collapsing
pulse), denyut yang lemah pada cadiac output yang rendah, pulsus
alternans atau pulsus paradoksus.
Inspeksi pada kepala dan wajah untuk mencari adanya tanda-tanda
kelainan kongenital, pengukuran JVP dan penilaian denyut karotid dan
kelenjar thyroid. Inspeksi dan palpasi pada dada untuk mencari adanya
kelainan bentuk dinding toraks seperti pectus excavatum, precordial
bulging, denyut apeks kordis, thrill. Pada auskultasi perlu dinilai bunyi
jantung I, II, III, IV, murmur jantung, opening snap, gallop dsb.
Selanjutnya juga perlu dilakukan pemeriksaan pada paru-paru, abdomen
dan ekstremitas serta sistim-sistim organ tubuh lainnya.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium rutin, seperti hematologis, kimia darah, gula darah.
b. EKG, bila perlu dapat dilakukan monitor 24 jam.
c. Phonokardiogram, untuk menilai bunyi jantung dan murmur.
d. Ekokardiografi.
e. Lain-lain, seperti kultur tenggorok (throat culture), C-reactive protein,
ASTO, kultur darah.
4. Diagnosis
Diagnosis biasanya dapat ditegakkan bila ditemukan adanya satu
diantara gejala-gejala berikut :
a. Bising diastolik, presistolik, atau bising jantung terus-menerus;
b. Bising jantung yang nyaring, terutama bila disertai thrill;
c. Pembesaran jantung yang jelas pada gambaran foto toraks;
d. Aritmia yang berat.
Kadang-kadang penyakit jantung dalam kehamilan baru diketahui
kalau sudah terjadi dekompensasio seperti adanya sesak nafas,
sianosis, edema atau ascites.
F. Stabilisasi dan Tatalaksana Terhadap Komplikasi yang Timbul
Penyakit jantung rematik adalah penyebab utama kelainan katup ini. Pada
stenosis mitral terjadi tahanan pada ventrikel kiri yang menyebabkan tekanan
pada atrium kiri dan vena pulmonal meningkat. Hal ini dapat menimbulkan
kongesti pulomal dan edema. Selain itu, stenosis mitral dapat diikuti dengan
aritmia atrial selama kehamilan dan saat melahirkan. Karena selama
kehamilan terjadi peningkatan volume dan curah jantung maka dapat terjadi
sesak nafas dan menurunnya kemampuan aktivitas fisik. Bila frekuensi detak
jantung meningkat maka pengisian saat diastolik turun maka tekanan atrial
yang meningkat dapat menimbulkan kongesti paru dan edema. Risiko
maternal pada ibu dengan mitral stenosis yang lain adalah tromboemboli.
Terapi yang diberikan untuk mengatasi gejala antara lain adalah :
diuretik, mengurangi asupan garam dan mengurangi aktivitas fisik. Untuk
mengatasi peningkatan frekuensi detak jantung dan perbaikan pengisian
diastolik digunakan Beta Blocker. Bila terjadi fibrilasi atrial yang dapat
menambah risiko terjadinya tromboemboli maka dapat dilakukan kardioversi.
Pengguanan Beta Blocker dan digoxin dimaksudkan untuk mengontrol
frekuensi detak jantung. Jika diperlukan maka prokainamid dan quinidine
dapat dipakai sebagai antiaritmia. Guna mencegah tromboemboli,
antikoagulan digunakan jika diperlukan. Selain itu, digunakan pula antibiotic
sebagai profilaksis endokarditis selama masa melahirkan
Pada mitral stenosis dengan area katup mitral yang ketat ( area katup < 1
cm2 ) dan disertai gejala yang signifikan ( NYHA III-IV), maka dapat
dilakukan valvuloplasti mitral dengan balon atau pembedahan. Percutaneous
ballon mitral valvulopasty biasa dikerjakan pada trimester kedua dan selama
pelaksanaan maka dibutuhkan pelindung pelvis untuk pencegahan radiasi
pada janin. Terkadang hal ini dapat dikerjakan dengan bantuan transesofageal
ekokardiografi (TEE). Bila tidak ada yang ahli dalam melakukan valvuloplasti
maka pembedahan untuk dilakukan commisurotomy dapat diupayakan.
Melahirkan pervaginam dapat dilakukan dengan bantuan anestesi pada
epidural. Sectio caesarea dikerjakan jika memang ada indikasi dari gangguan
jalan lahir. Saat melahirkan dapat terjadi peningkatan tekanan 8-10 mmHg
pada atrium kiri dan vena pulmonal. Unutk mengetahui gejala dan gangguan
hemodinamik selama proses melahirkan dianjurkan menggunakan SwanGanz
kateter.
G. Upaya Tindakan Kolaborasi dan Memberikan Asuhan Lanjut (Follow
Up Care)
Pada penderita penyakit jantung diusahakan untuk membatasi
penambahan berat badan yang berlebihan, anemia secepat mungkin diatasi,
infeksi saluran pernafasan atas dan preeklampsia sedapat-dapatnya dijauhkan
karena sangat memberatkan pekerjaan jantung. Saat-saat berbahaya adalah
pada kehamilan 28 – 32 minggu karena merupakan puncak hemodilusi, partus
kala II karena venous return yang meningkat saat mengedan, dan masa
postpartum sebagai akibat kembalinya cairan tubuh ke dalam sistim sirkulasi
sehingga beban jantung bertambah berat.
Penanganan ibu hamil dengan penyakit jantung membutuhkan kerja sama
tim yang kompak dan terpadu dari berbagai disiplin ilmu seperti obstetri
ginekologi, kardiologi, ilmu penyakit dalam, dan anestesi.
1. Kelas I dan II
Umumnya penderita dapat meneruskan kehamilan sampai cukup
bulan dan melahirkan pervaginam. Namun tetap harus diwaspadai
terjadinya gagal jantung pada kehamilan, persalinan dan nifas. Faktor
pencetus utama terjadinya gagal jantung adalah endokarditis, oleh karena
itu semua wanita hamil dengan penyakit jantung harus sedapat mungkin
dicegah terjadinya infeksi terutama infeksi saluran napas atas .
Dalam penanganan penyakit jantung selama kehamilan terdapat 4 hal
yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. cukup istirahat ( 10 jam istirahat malam, ½ jam setiap kali setelah
makan ) dan hanya pekerjaan ringan yang diizinkan.
b. harus dilakukan pencegahan terhadap kontak dengan orang-orang yang
dapat menularkan infeksi saluran nafas atas, merokok, penggunaan
obat-obat yang memberatkan pekerjaan jantung.
c. tanda-tanda dini dekompensasio harus cepat diketahui, seperti adanya
batuk, ronki basal, dispnoe dan hemoptoe.
d. sebaiknya pasien masuk rumah sakit 2 minggu sebelum persalinan
untuk istirahat.

Persalinan biasanya pervaginam, kecuali ada indikasi obstetri untuk


seksio sesarea. Penggunaan teknik analgesia untuk menghilangkan nyeri
persalinan sangat dianjurkan, yang umum dipakai adalah analgesia
epidural. Apabila akan dilakukan seksio sesarea, kebanyakan klinikus
menyukai analgesia epidural namun penggunaan harus hati-hati pada
hipertensi pulmonar. Anestesi umum dengan tiopental, suksinil kolin,
N2O dan 30 % O2 juga memberikan hasil yang memuaskan.

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan pada persalinan


pervaginam adalah :

a. ibu harus dalam posisi setengah duduk (kepala dan dada ditinggikan)
dan miring ke kiri.
b. Penolong persalinan harus memberikan pendekatan psikologis supaya
ibu tetap tenang dan merasa aman.
c. Untuk mencegah timbulnya dekompensasio kordis sebaiknya dibuat
daftar pengawasan khusus untuk mencatat nadi dan pernapasan secara
berkala (tanda-tanda vital harus dimonitor diantara tiap his, dalam kala
I setiap 10-15 menit dan dalam kala II setiap 10 menit. Apabila
terdapat peningkatan denyut nadi lebih dari 115 x/mt atau peningkatan
respirasi lebih dari 28 x/mt dan disertai dispnu merupakan tanda-tanda
dini kegagalan ventrikel, dan pasien perlu diberikan morfin, digitalis,
oksigen dan diuretik).
d. Bila dibutuhkan oksitosin, berikan dalam konsentrasi tinggi (20 U/ltr)
dengan tetesan rendah dan pengawasan keseimbangan cairan.
e. Nyeri persalinan dapat diatasi dengan pemberian obat seperti
Tramadol 100 mg supositoria, pethidin 50 mg IM, atau morphin 10-15
mg IM.
f. Persalinan kala II biasanya diakhiri dengan ekstraksi forseps atau
ekstraksi vakum dan sedapat mungkin ibu dilarang mengedan.
g. Penanganan kala III dilakukan secara aktif, namun pemakaian preparat
ergometrin merupakan kontraindikasi, karena kontraksi uterus yang
dihasilkan bersifat tonik dengan akibat terjadi pengembalian darah ke
dalam sirkulasi sistemik kurang lebih 1 liter.
h. Setelah kala III selesai, harus dilakukan pengawasan yang ketat untuk
mengetahui kemungkinan terjadinya gagal jantung atau edema paru,
karena saat tersebut merupakan saat yang paling kritis selama hamil,
pemasangan gurita dengan kantong pasir di dinding perut dapat
dilakukan untuk mencegah perubahan mendadak sirkulasi (kolaps
postpartum).

Dalam kondisi sehari-hari, apabila ditemukan pasien dengan


kegagalan jantung maka penanganan awal harus mencakup langkah-
langkah standar resusitasi, termasuk diantaranya:

a. Perhatikan airway, breathing dan circulation.


b. Bagi ibu hamil, posisi yang dianjurkan adalah setengah duduk miring
ke kiri, untuk mencegah efek hipotensi akibat penekanan vena cava
inferior oleh uterus gravidarum.
c. Pemberian Morfin / petidin, β Bloker atau diuretik.
d. Digitalisasi.
e. Antibiotika untuk profilaksis terhadap endokarditis.
2. Kelas III dan IV
Bila seorang ibu hamil dengan kelainan jantung kelas III dan IV ada
dua kemungkinan penatalaksanaan yaitu : terminasi kehamilan atau
meneruskan kehamilan dengan tirah baring total dan pengawasan ketat,
dan ibu dalam posisi setengah duduk.
Kelas III sebaiknya tidak hamil, kalau hamil pasien harus dirawat di
Rumah Sakit selama kehamilan, persalinan dan nifas, dibawah
pengawasan ahli penyakit dalam dan ahli kebidanan, atau dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan abortus terapeutikus. Persalinan
hendaknya pervaginam dan dianjurkan untuk sterilisasi.
Kelas IV tidak boleh hamil. Kalau hamil juga, pimpinan yang terbaik
ialah mengusahakan persalinan pervaginam.
Kedua kelas ini, yaitu kelas III dan IV tidak boleh hamil karena resiko
terlalu berat. Pertimbangkan abortus terapeutik pada kehamilan kurang
dari 12 minggu. Jika kehamilan dipertahankan pasien harus terus
berbaring selama hamil dan nifas. Bila terjadi gagal jantung mutlak harus
dirawat dan berbaring terus sampai anak lahir. Dengan tirah baring,
digitalis, dan diuretic biasanya gejala gagal jantung akan cepat hilang.
Pemberian oksitosin cukup aman. Umumnya persalinan pervaginam
lebih aman namun kala II harus diakhiri dengan cunam atau vacuum.
Setelah kala III selesai, awasi dengan ketat, untuk menilai terjadinya
decompensasi atau edema paru. Laktasi dilarang bagi pasien kelas III dan
IV.
Operasi pada jantung untuk memperbaiki fungsi sebaiknya dilakukan
sebelum hamil. Pada wanita hamil saat yang paling baik adalah trimester
II namun berbahaya bagi bayinya karena setelah operasi harus diberikan
obat anti pembekuan terus menerus dan akan menyebabkan bahaya
perdarahan pada persalinannya. Obat terpilih adalah heparin secara SC,
hati-hati memberikan obat tokolitik pada pasien dengan penyakit jantung
karena dapat menyebabkan edema paru atau iskemia miocard terutama
pada kasus stenosis aorta atau mitral.
H. Hasil Penelitian dan Jurnal yang Terkait

Nama Judul metode Hasil


PS Wiyati, Luaran Penelitian ini Terdapat perbedaan
B Wibowo Maternal merupakan penelitian komplikasi
Tahun 2020 dan observasional, potong kardiovaskuler maternal
Perinatal lintang pada hamil antara hamil dengan
pada Hamil dengan penyakit penyakit jantung risiko
dengan jantung di RSUP rendah dibandingkan
Penyakit Dr.kariadi Semarang. risiko tinggi dengan
Jantung di Sampel penelitian nilai p sebesar 0,000.
RSUP Dr. adalah persalinan ibu Terdapat perbedaan
Kariadi hamil dengan penyakit bermakna pada edema
Semarang jantung di RSUP Dr. paru dan impending
Kariadi Semarang gagal napas dengan
mulai 1 Januari 2005 nilai p 0,000.
hingga 31 Desember Komplikasi perinatal
2009. Kriteria inklusi berupa IUGR pada
adalah ibu hamil kelompok risiko tinggi
dengan penyakit sebesar 8,3% sedangkan
jantung yang risiko rendah 11,4%.
mengalami gagal Kejadian prematur lebih
jantung, umur tinggi pada kelompok
kehamilan lebih dari risiko 62,5%
sama dengan 20 dibandingkan pada
minggu, dan terdapat kelompok risiko rendah
data ekokardiografi. yaitu 17,1%.
Kriteria eksklusi Kesimpulan, hasil
adalah ibu hamil penelitian menunjukkan
dengan gagal jantung terdapat 59 kasus (66%)
disebabkan hamil dengan penyakit
preeklampsia berat, jantung yang disertai
penyakit paru, gagal jantung.
penyakit tiroid, Sebanyak 35,6% terjadi
anemia, dan sebab komplikasi
yang belum diketahui, kardiovaskuler
tidak terdapat data maternal. Angka
ekokardiografi, kematian ibu sebanyak
penderita meninggal 8,5%. Luaran perinatal
sebelum persalinan, meliputi 57 bayi lahir
penderita pindah hidup (90,5%);
rumah sakit lain atau komplikasi perinatal
persalinan di luar prematur 24 bayi (38,1),
RSUP Dr. Kariadi. sisanya masa kehamilan
Besar sampel adalah 16 bayi (25,4%) dan
seluruh kasus ibu IUGR 7 bayi (11,1),
hamil dengan penyakit IUFD 6 kasus (9,5%)
jantung selama dan kematian dalam 7
periode 2005-2009 hari 5 kasus (7,9%)
yang memenuhi syarat
penelitian.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kehamilan pada ibu dengan kelainan jantung kongenital berisiko terkait
penurunan kemampuan kompensasi jantung dalam menghadapi perubahan
hemodinamik selama masa kehamilan yang mungkin timbu akibat kelainan
tersebut. Ibu berisiko mengalami perburukan tingkat keparahan penyakit
jantung bawaan, aritma, gagal jantung menetap, perdarahan/tromboemboli,
stroke, hingga kematian. Janin pun berisiko mengalami premature, berat
badan lahir rendah, abortus, risiko rekurensi menderita penyakit jantung
bawaan maupun menderita kelainan akibat obat-obatan yang dikonsumsi ibu.
B. Saran
1. Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah
diatas dengan sumbersumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Semoga dapat menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan kebidanan
yang berkualitas penuh tanggung jawab dengan tindakan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Semoga yang kami tuliskan ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan bidan
sekaligus dapat memberika pencerahan dalam pelaksanaan tugas-tugas
pengabdian dalam memberikan pelayanan yang berkualitas dan
bermartabat.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar TB. Wanita Kehamilan dan Penyakit Jantung. Bagian Kardiologi dan
Kedokteran Vaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara; 2017.
Laksmi PW, Alwi I, Setiati S, Manajoer AM, Ranita R. Penyakit-Penyakit Pada
Kehamilan Peran Seorang Internis. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.
Kusmarjadi D. Hamil Dengan Kelainan Jantung. 2008. Available from :
http://www.drdidispog.com/2008/11/hamil-dengan-kelainan-
jantung.html Diakses pada : Agustus 2016.

Anda mungkin juga menyukai