Anda di halaman 1dari 9

Media Farmasi p.issn 0216-2083 e.issn 2622-0962 Vol. XVII No.

1, April 2021

STANDARISASI EKSTRAK ETANOL DAUN BUAS-BUAS (Premna serratifolia Linn.) DAN


KAYU SECANG (Caesalpinia sappan Linn.).

Standardization Of Buas Buas Leaf (Premna serrativeolia Linn.) Ethanol Extract And Secang Wood
(Caesalpinia sappan Linn.).

Tara Kamita Riduana, Isnindar*, Sri Luliana

Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura

*Koresponden E-mail : isnindar@yahoo.com

DOI: https://doi.org/10.32382/mf.v17i1.2045

ABSTRACT

Extract standardization is a parameter used to ensure the safety and quality of extracts before being
developed into pharmaceutical preparations. Meanwhile, Buas buas leaves (Premna serrativeolia Linn.)
are useful for treating gastric disorders, carminatives, hemorrhoids, diuretics, fever, constipation,
shortness of breath, and also as anti-inflammatory expectorants, antioxidants, antimicrobials, and
anticoagulants. Furthermore, secang wood (Caesalpinia sappan Linn.) is widely known as a nutritious
herbal drink. This research aims to determine extracts standardization including specific parameters
(organoleptic and phytochemical screening) and non-specific (drying losses). The multilevel maceration
with n-hexane and ethanol solvents extraction method was used. The results showed that the percentage
of drying shrinkage in the ethanol extract of buas-buas leaves and secang wood was 18.99% ± 0.60 and
15.27% ± 1.46 respectively. Moreover, the ethanol extract of buas-buas leaves has a thick shape,
blackish-brown in color, has a distinctive aromatic odor, while secang wood has a thick, brownish-red
color, as well as a distinctive aromatic odor. The Buas buas leaves extract contains flavonoids, phenolics,
tannins, saponins, and terpenoids, while secang wood contains only flavonoids, tannins, and terpenoids.
Keywords : Extract standardization, Graded maceration, Buas buas leaves, Secang wood.

ABSTRAK

Standarisasi ekstrak merupakan parameter untuk menjamin keamanan dan kualitas ekstrak
sebelum dikembangkan menjadi sediaan farmasi. Daun buas-buas (Premna serratifolia Linn.) berkhasiat
sebagai mengobati gangguan lambung, karminatif, diuretik, demam, sesak nafas, ekspektoran
antiinflamasi, antioksidan, antimikroba, sembelit, ambeien, dan antikoagulan. Kayu secang (Caesalpinia
sappan Linn.) dikenal sebagai minuman herbal yang berkhasiat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui standarisasi ekstrak meliputi parameter spesifik (organoleptis dan skrining fitokimia) dan
non-spesifik (susut pengeringan). Metode ekstraksi pada penelitian ini menggunakan maserasi bertingkat
dengan pelarut n-heksan dan etanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase susut pengeringan
ekstrak etanol daun buas-buas sebesar 18,99% ± 0,60 dan ekstrak etanol kayu secang sebesar 15,27% ±
1,46. Ekstrak etanol daun buas-buas memiliki bentuk yang kental, berwarna coklat kehitaman, berbau
aromatik khas, sedangkan ekstrak etanol kayu secang memiliki bentuk yang kental, berwarna merah
kecoklatan, berbau aromatik khas. Ekstrak etanol daun buas-buas mengandung senyawa flavonoid,
fenolik, tanin, saponin, terpenoid. Sementara itu, ekstrak etanol kayu secang mengandung flavonoid,
tanin, dan terpenoid.
Kata kunci : Standarisasi ekstrak, Maserasi bertingkat, Daun buas-buas, Kayu secang.

PENDAHULUAN keamanan dan kualitas ekstrak sebelum


Obat tradisional di Indonesia telah dikembangkan menjadi sediaan farmasi.
banyak dikembangkan dalam bentuk jamu, obat Standarisasi ekstrak meliputi parameter spesifik
herbal terstandar, maupun fitofarmaka. Obat dan parameter non-spesifik. Parameter non
tradisional dibuat dari ekstrak tanaman dalam spesifik merupakan parameter untuk
bentuk ekstrak kering, ekstrak kental, ataupun menentukan kualitas atau mutu, aspek
ekstrak cair (Anam et al., 2013). Standarisasi keamanan, dan stabilitas ekstrak, sedangkan
ekstrak merupakan parameter untuk menjamin parameter spesifik merupakan parameter yang

16
menentukan identitas tanaman yang digunakan pendingin (Aqua), oven (Reveriberi), timbangan
serta kandungan kimia yang bertanggung jawab analitik (Ohauss® ), blender (Miyako), grinder
terhadap aktivitas farmakologi ekstrak simplisia, perangkat buchner (Buchi), penangas
(Saifudin et al., 2011). air (Schott Instrument), alat-alat gelas (Pyrex
Metabolit sekunder merupakan Iwaki), gunting, pisau, dan sendok penyu.
senyawa khas yang terkandung dalam setiap
tanaman. Metabolit sekunder umumnya Bahan
digunakan sebagai pertahanan diri dari Bahan yang digunakan dalam
serangan makhluk hidup lain serta menarik penelitian ini adalah daun buas-buas (Limbung,
serangga untuk membantuk penyerbukkan. Kubu Raya), kayu secang (Pasar Parit Besar,
Metabolit sekunder pada tanaman memberikan Pontianak), etanol teknis, n-heksana teknis,
khasiat farmakologis seperti antibakteri, aquadest, larutan gelatin, besi (III) klorida (JT.
antioksidan, dan antiinflamasi (Julianto, 2019). Baker), larutan natrium klorida (Merck), asam
Salah satu tanaman yang memiliki banyak klorida pekat (Merck), kloroform (Merck),
khasiat farmakologis yaitu daun buas-buas amonia (Merck), asam sulfat pekat (Merck),
(Premna serratifolia Linn.) dan kayu secang serbuk magnesium (Pudak Scientific), kalium
(Caesalpinia sappan Linn.). iodida (Merck), bismut subnitrat (Merck),
Tanaman buas-buas terutama bagian iodium (Merck), dan merkuri klorida (Merck).
daun yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Kalimantan Barat sebagai makanan olahan, Preparasi Sampel
lalapan, dan bahan pembuatan cincau hijau. Sampel yang digunakan adalah daun
Tanaman buas-buas digunakan dalam buas-buas dan kayu secang. Sampel daun buas-
pengobatan herbal untuk mengatasi gangguan buas diambil dari Limbung, Sungai Raya,
lambung, karminatif, diuretik, demam, sesak Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan
nafas, ekspektoran, antiinflamasi, antioksidan, Barat dan kayu secang diambil dari Pasar Parit
antimikroba, sembelit, ambeien, dan Besar, Pontianak Kota, Kota Pontianak,
antikoagulan (Vadivu et al., 2008; Timotius et Provinsi Kalimantan Barat. Sampel buas-buas
al., 2018). Sementara itu, tanaman secang dilakukan determinasi di Laboratorium Biologi
sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan
dalam pembuatan minuman herbal (Ramdana Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
dan Suhartati, 2016). Tanaman secang memiliki Tanjungpura. Sampel kayu secang dilakukan
manfaat sebagai antioksidan, antimikroba, determinasi secara mikroskopis di Laboratorium
antiinflamasi, mengobati jerawat, dan Biologi Farmasi, Fakultas Kedokteran,
pengobatan komplikasi diabetes (Nirmal et al., Universitas Tanjungpura. Daun buas-buas segar
2015). Ekstrak etanol daun buas-buas yang telah dikumpulkan, dibersihkan dari
dilaporkan memiliki kandungan senyawa yaitu pengotor dan ditiriskan. Daun buas-buas
flavonoid, fenol, alkaloid, dan saponin kemudian dirajang dan dikeringkan
(Tohomi, 2014). Ekstrak etanol kayu secang menggunakan oven suhu 40°C. Selanjutnya
mengandung senyawa kimia flavonoid, dihaluskan menggunakan blender, dan
terpenoid, fenolik, dan tanin (Prahasti dan disimpan. Kayu secang yang telah diperoleh
Hidajati, 2019). dalam bentuk kering di sortasi basah terlebih
Penelusuran mengenai ekstrak etanol dahulu kemudian dihaluskan menggunakan
daun buas-buas (Premna serratifolia Linn.) dan blender.
ekstrak etanol kayu secang (Caesalpinia
sappan Linn.), terutama standarisasi ekstrak
masih terbatas secara ilmiah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui standarisasi
ekstrak meliputi parameter spesifik dan non-
spesifik etanol daun buas-buas dan ekstrak
etanol kayu secang. Hasil penelitian ini
diharapkan memberikan informasi mengenai
kualitas dan kandungan senyawa yang terdapat
didalam daun buas-buas dan kayu secang.

METODE
Alat
Alat yang digunakan pada penelitian
ini adalah rotary evaporator (Buchi), lemari

17
Parameter Spesifik
Organoleptis
Uji organoleptik merupakan parameter
dilakukan untuk memberikan pengenalan awal
yang seobjektif mungkin. Uji organoleptik
dilakukan dengan pengamatan terhadap bentuk,
warna, dan bau (Najib et al., 2017).

Skrining Fitokimia
Gambar 1. Sampel daun buas-buas dan kayu secang Pemeriksaan Flavonoid
Ekstrak etanol daun buas-buas dan
Ekstraksi ekstrak etanol kayu secang dilarutkan dengan
Masing-masing simplisia daun buas- pelarut etanol dalam tabung reaksi yang berbeda
buas dan kayu secang diekstraksi menggunakan kemudian ditambahkan sedikit serbuk
maserasi bertingkat pelarut n-heksana dan magnesium dan asam klorida pekat. Hasil
etanol selama 3x24 jam dan sambil dilakukan positif ditunjukkan dengan terjadinya perubahan
pengadukan sesekali. Setelah didiamkan selama warna larutan menjadi warna merah (Sarker et
1x24 jam kemudian diambil maseratnya dengan al., 2006).
penyaringan menggunakan buchner dan lakukan Pemeriksaan Fenol
hingga 3x penggantian pelarut baru. Setelah Masing-masing ekstrak etanol daun
semua pelarut diuapkan menggunakan rotary buas-buas dan ekstrak etanol kayu secang
evaporator maka akan terbentuk ekstrak yang dilarutkan terlebih dahulu dengan etanol
pekat (Nomer et al., 2019). Kemudian rendemen didalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 3
ekstrak dihitung menggunakan rumus (Wijaya tetes larutan besi (III) klorida 1%. Hasil positif
et al., 2018) : ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru
% Rendemen = kehitaman (Sarker et al., 2006).
!"#$%& ()*%+ ),-+*%, .%/0 123)*4$)& (0*%#)
x100 Pemeriksaan Saponin
!"#$%& ()*%+ -2#3$2-2% -)()$"# 12),-+*%,-2 (0*%#)
% Masing-masing ekstrak etanol daun
buas-buas dan ekstrak etanol kayu secang
Standarisasi Ekstrak dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian
Parameter Non Spesifik ditambahkan air dan dikocok selama 10 detik
Susut Pengeringan kemudian dibiarkan selama 10 detik. Hasil
Langkah kerja susut pengeringan dimulai positif ditunjukkan dengan terjadinya
dari krus porselin yang kosong dipanaskan pada pembentukan busa setinggi 1-10 cm selama
suhu 105°C terlebih dahulu sebelum tidak kurang dari 10 menit. Kemudian
dimasukkan ekstrak selama 30 menit hingga ditambahkan dengan 1 tetes asam klorida pekat
bobot antara penimbangannya tetap atau busanya tidak hilang (Sarker et al., 2006).
selisihnya tidak lebih dari 0,50 mg. Setelah Pemeriksaan Tanin
bobotnya tetap kemudian dimasukkan masing- Ekstrak etanol daun buas-buas dan
masing ekstrak sebanyak 1-2 gram ke dalam ekstrak etanol kayu secang dilarutkan dalam
krus porselin yang telah dipanaskan. Langkah aquadest panas kedalam tabung reaksi yang
selanjutnya krus porselin berisi ekstrak berbeda kemudian ditambahkan sebanyak 1 mL
dipanaskan dalam oven pada suhu 105°C larutan gelatin 1% dan larutan natrium klorida.
selama 30 menit. Setelah dipanaskan, krus Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya
porselin berisi ekstrak dimasukkan ke dalam endapan putih (Sarker et al., 2006).
desikator selama 15 menit kemudian ditimbang Pemeriksaan Terpenoid dan Steroid
bobotnya. Ulangi langkah susut pengeringan Ekstrak etanol daun buas-buas dan
hingga diperoleh perbedaan antara penimbangan ekstrak etanol kayu secang dimasukkan
tidak lebih dari 0,50 mg tiap krus porselin atau kedalam tabung reaksi yang berbeda kemudian
bobotnya tetap dan direplikasi sebanyak 3 kali. dilarutkan dengan n-heksan. Setelah itu,
% Susut pengeringan = ditambahkan sebanyak 1 mL pereaksi
((4(4+ %7%$8(4(4+ %,&2*) Liebermann-Burchard. Hasil positif
(4(4+ %,&2*
x100% ditunjukkan dengan terjadinya perubahan
Syarat dari standarisasi non spesifik warna menjadi merah untuk senyawa terpenoid,
susut pengeringan yaitu tidak ada syarat atau dan perubahan warna menjadi biru untuk
rentang nilai yang diperbolehkan (Najib et al., senyawa steroid (Sarker et al., 2006).
2017).

18
Pemeriksaan Alkaloid bertujuan untuk mengurangi kadar air pada
Masing-masing ekstrak etanol daun sampel sehingga sampel tidak mudah rusak
buas-buas dan ekstrak etanol kayu secang akibat mikroba dan dapat disimpan dalam waktu
dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian yang lama. Pengeringan sampel daun buas-buas
ditambahkan sebanyak 1 mL kloroform dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu
beramonia. Setelah itu, ditambahkan dengan 1 45-50°C. Hal ini bertujuan untuk senyawa yang
mL asam sulfat pekat lalu dikocok hingga terkandung dalam daun buas-buas tidak rusak.
terbentuk 2 lapisan. Larutan bagian atas diambil Daun buas-buas selanjutnya disortasi kembali
menggunakan pipet tetes ammonia. Kemudian untuk memisahkan sisa-sisa kotoran yang masih
larutan tersebut dibagi menjadi tiga tabung, tertinggal pada sampel seperti kerikil, tanah, dan
tabung A ditambahkan dengan 3 tetes pereaksi serangga. Daun buas-buas yang telah kering
Dragendroff, tabung B ditambahkan dengan 3 dihaluskan menggunakan blender (Midian,
tetes pereaksi Mayer, dan tabung C 1985). Kayu secang diperoleh dalam bentuk
ditambahkan sebanyak 3 tetes pereaksi Wagner. kering kemudian dilakukan sortasi basah sambil
Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya dipotong kecil untuk memudahkan proses
endapan warna jingga pada tabung A, endapan penghalusan. Setelah itu, kayu secang tersebut
warna putih pada tabung B, dan endapan warna dihaluskan menggunakan blender. Penghalusan
coklat pada tabung C (Sarker et al., 2006). bertujuan untuk memperluas permukaan
simplisia. Semakin luas permukaan simplisia
HASIL DAN PEMBAHASAN maka semakin mudah pelarut untuk menembus
Preparasi Sampel sel tanaman sehingga dapat menarik senyawa
Sampel yang digunakan dalam penelitian aktif (Voight, 1994).
ini adalah daun buas-buas dan kayu secang. Ekstraksi
Daun buas-buas yang diperoleh dari Limbung, Serbuk simplisia daun buas-buas dan
Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu kayu secang selanjutnya dimaserasi bertingkat
Raya, Provinsi Kalimantan Barat dan kayu dengan pelarut n-heksan dan etanol. Maserasi
secang yang diperoleh dari pasar parit besar, bertingkat ini bertujuan untuk menarik senyawa
Kecamatan Pontianak Kota, Kota Pontianak, non polar terlebih dahulu menggunakan pelarut
Kalimantan Barat. Hasil dari determinasi n-heksan kemudian ditarik senyawa polar
tanaman menunjukkan bahwa sampel yang dengan pelarut etanol. Ekstrak yang digunakan
digunakan adalah Premna serratifolia Linn dan pada penelitian ini yaitu ekstrak etanol daun
Caesalpinia sappan Linn. Pengolahan simplisia buas-buas dan ekstrak etanol kayu secang. Nilai
daun buas-buas dilakukan secara bertahap persentase rendemen ekstrak etanol daun buas-
dimulai dari sortasi basah, pencucian, buas dan ekstrak etanol kayu secang diperoleh
perajangan, pengeringan, sortasi kering, dari proses ekstraksi maserasi dapat dilihat pada
penghalusan, dan pengayakan. Tahapan Tabel 1.
pengeringan pada proses pembuatan simplisia

Tabel 1. Rendemen ekstrak etanol daun buas-buas dan ekstrak etanol kayu secang
Keterangan Daun buas-buas Kayu secang
Bobot simplisia 1133 gram 3500 gram
Bobot ekstrak 46,5 gram 61,3 gram
Persen rendemen 4,10% 1,75%

Nilai persen rendemen yang semakin sampel dan pelarut lebih intensif hingga titik
besar dapat menunjukkan bahwa semakin jenuh larutan (Prasetya et al., 2020) Semakin
banyak kandungan senyawa dalam ekstrak
(Dewatisari et al., 2018; Reo et al., 2017). Nilai banyak pelarut yang digunakan selama proses
persen rendemen dipengaruhi oleh beberapa ekstraksi maka semakin optimal pelarut
faktor antara lain waktu maserasi, intensitas menembus ke dalam dinding sel sehingga
pengadukan, dan jumlah pelarut yang senyawa dapat tertarik dan persen rendemen
digunakan. Semakin banyak pengadukan dan akan semakin tinggi (Rifai et al., 2020). Namun,
lama waktu ekstraksi maka semakin besar titik tertentu penambahan jumlah pelarut akan
rendemen yang dihasilkan. Hal ini dapat terjadi menghasilkan persen rendemen yang konstan
karena semakin sering pengadukan (Ahmad et al., 2008).
mengakibatkan semakin banyak desakan antara Standarisasi Ekstrak
sampel dan pelarut. Begitu pula, semakin lama Standarisasi ekstrak meliputi parameter
waktu ekstraksi mengakibatkan kontak antara non-spesifik dan spesifik. Parameter spesifik

19
yang dilakukan yaitu determinasi tanaman, pengeringan yaitu ekstrak etanol daun buas-buas
organoleptis, dan skrining fitokimia. Sedangkan sebesar 18,996% ± 0,60 dan ekstrak etanol kayu
parameter non-spesifik yang dilakukan adalah secang sebesar 15,270% ± 1,46. Hasil susut
susut pengeringan. pengeringan ekstrak etanol daun buas-buas dan
ekstrak etanol kayu secang menunjukkan bahwa
Parameter Non-Spesifik ekstrak yang digunakan termasuk kategori
Susut Pengeringan ekstrak kental. Ekstrak kental berada pada
Ekstrak etanol daun buas-buas dan rentang 5-30% (Voight, 1994). Hasil % susut
ekstrak etanol kayu secang selanjutnya diuji pengeringan dapat dilihat pada Tabel 2.
susut pengeringan. Hasil dari penetapan susut

Tabel 2. Hasil % Susut Pengeringan Ekstrak Etanol Daun Buas-buas dan Ekstrak Etanol Kayu
Secang.
Ekstrak Replikasi % Susut Rata-rata % Susut
Pengeringan Pengeringan ± SD
EEB 1 19,144
2 18,334 18,996 ± 0,60
3 19,512
EEKS 1 14,048
2 14,873 15,270 ± 1,46
3 16.890

Parameter Spesifik berbau khas, dan berwarna hijau gelap


Organoleptis sedangkan ekstrak etanol kayu secang memiliki
bentuk yang kental, berbau khas, dan berwarna
Pengamatan organoleptis meliputi bau, kemerahan. Hasil organoleptis ekstrak etanol
bentuk, dan warna dari ekstrak yang di uji daun buas-buas dan ekstrak etanol kayu secang
secara panca indra. Tujuan dari pengamatan dapat dilihat pada Tabel 3. Sampel ekstrak
organoleptis yaitu pengenalan awal secara etanol daun buas-buas dan ekstrak etanol kayu
objektif (Depkes RI, 2000). Hasil dari secang dapat dilihat pada Gambar 1.
pengamatan organoleptis dari ekstrak etanol
daun buas-buas memiliki bentuk yang kental,

Tabel 3. Hasil Organoleptis Ekstrak Etanol Daun Buas-buas dan Ekstrak Etanol Kayu Secang
Organoleptis Ekstrak Etanol Ekstrak Etanol
Daun Buas-buas Kayu Secang
Bentuk Kental Kental

Warna Coklat Merah


kehitaman kecoklatan

Bau Aromatik Aromatik


khas khas

20
Gambar 2. Ekstrak etanol daun buas-buas dan ekstrak etanol kayu secang

secang meliputi flavonoid, fenolik,saponin,


Skrining Fitokimia tanin, alkaloid, dan terpenoid. Hasil skrining
fitokimia ekstrak etanol daun buas-buas dan
Pengujian skrining fitokimia ekstrak kayu secang dapat dilihat pada Tabel 4.
etanol daun buas-buas dan ekstrak etanol kayu

Tabel 4. Skrining fitokimia ekstrak etanol daun buas-buas dan ekstrak etanol kayu secang.
Metabolit sekunder Ekstrak Etanol Ekstrak Etanol
Daun Buas-buas Kayu Secang
Flavonoid + +
Fenolik + +
Tanin + -
Saponin + -
Alkaloid - -
Terpenoid + +

Pengujian skrining fitokimia flavonoid kehitaman akibat senyawa fenol mereduksi besi
menggunakan pereaksi sinoda tes. Sinoda tes (III) klorida (Agustina et al.,2017). Hasil yang
menggunakan logam magnesium dan asam diperoleh yaitu positif fenol pada ekstrak etanol
klorida pekat (Sarker et al., 2006). Hasil yang daun buas-buas dan ekstrak etanol kayu secang.
diperoleh pada pengujian flavonoid pada ekstrak Hasil positif pengujian ekstrak eranol daun
etanol daun buas-buas dan ekstrak etanol kayu buas-buas didukung dengan penelitian lain
secang yaitu positif. Perubahan warna yang (Hasanah et al., 2015; Kurniati, 2013; Tohomi,
terjadi pada ekstrak etanol daun buas-buas 2014; Rajendran, 2010). Hasil positif uji fenol
tampak samar hal ini diduga kadar flavonoid ekstrak etanol kayu secang sejalan dengan
tidak begitu dominan. Senyawa mayor penelitian lain (Setiawan et al., 2018; Prahasti
terkandung dalam ekstrak etanol daun buas-buas dan Hidajati, 2019; Widowati, 2011; Sufiana
diduga adalah polifenol. Menurut penelitian dan Harlia, 2014). Senyawa mayor dalam
sebelumnya, ekstrak daun buas-buas dan ekstrak ekstrak etanol kayu secang diduga adalah
metanol akar buas-buas mengandung senyawa brazilin yang termasuk golongan senyawa
isoacteosida dan acteosida termasuk golongan flavonoid. Flavonoid merupakan bagian dari
polifenol (Bose et al., 2013; Simamora et al., senyawa fenol sehingga saat diujikan akan
2020). Hasil penelitian ini sesuai dengan memberikan hasil positif (Ramdana dan
laporan oleh penelitian lain (Hasanah et al., Suhartati, 2016).
2015; Rajendran, 2010; Tohomi, 2014; Kurniati, Saponin merupakan senyawa yang
2013). Sementara itu, hasil pengujian ekstrak memiliki gugus polar dan non polar, sehingga
etanol kayu secang didukung oleh penelitian saat dikocok dengan air akan membentuk misel
lain (Setiawan et al., 2018; Prahasti dan yang secara visual mirip seperti buih setinggi 1
Hidajati, 2019, Widowati, 2011; Sufiana dan cm, yang stabil dalam waktu 15 menit
Harlia, 2014). (Harborne, 1987). Saponin merupakan senyawa
Prinsip dari pengujian fenol ditandai triterpenoid dan memiliki gugus glikosida
dengan perubahan warna menjadi biru (Sarker et al., 2006). Berdasarkan skrining

2
fitokimia yang diperoleh, ekstrak etanol daun terjadi hasil negatif palsu dan atau senyawa
buas-buas menunjukkan hasil positif pengujian alkaloid pada daun buas-buas dan kayu secang
skrining fitokimia saponin. Hal ini sejalan terlarut sempurna dalam pelarut n-heksan.
dengan penelitian lain (Rajendran, 2010; Senyawa alkaloid bersifat basa terlarut dalam
Tohomi, 2014; Kurniati, 2013; Hasanah, et al., pelarut non polar. Problematika pada pengujian
2015). Berdasarkan skrining fitokimia yang alkaloid yaitu memberikan hasil negatif palsu
diperoleh, ekstrak etanol kayu secang atau positif palsu, hal ini disebabkan karena
menunjukkan hasil negatif, terbentuk busa alkaloid mempunyai beragam struktur (Sarker et
kurang dari 1 cm, namun hilang selama waktu al, 2006).
pengamatan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Pengujian skrining fitokimia terpenoid
lain (Setiawan et al., 2018; Prahasti dan dengan menggunakan pereaksi spesifik
Hidajati, 2019). Liebermann-Burchard akan memberikan warna
Tanin merupakan bagian dari polifenol setelah berikatan dengan sampel uji. Senyawa
yang kemampuan untuk bereaksi dengan terpenoid merupakan senyawa non polar,
protein, sehingga akan membentuk ko-polimer sehingga akan terlarut dalam pelarut non polar.
yang tidak larut dalam air, ditandai dengan Hasil yang diperoleh pada ekstrak etanol daun
terbentuknya endapan putih dalam larutan. buas-buas dan ekstrak etanol kayu secang
Berdasarkan hasil skrining fitokimia adalah positif berwarna merah kecoklatan.
menunjukkan hasil positif pada ekstrak etanol Pelarut etanol memiliki nilai koefisien dielektrik
daun buas-buas ditunjukkan dengan terbentuk yaitu 24,3 (semipolar). Semakin rendah nilai
kabut ketika diteteskan dengan gelatin. Hal ini koefisien dielekrik maka sifat kepolaran pelarut
diduga senyawa tanin terkandung dalam ekstrak semakin rendah sehingga pelarut etanol dapat
etanol daun buas-buas tidak dominan. Hasil ini menarik senyawa polar dan non polar (Sa’adah
sejalan dengan penelitian lain (Rajendran, 2010; dan Nurhasnawati, 2015; Sirwutubun et al.,
Hasanah et al., 2015). Pengujian skrining 2016). Hasil positif terpenoid pada ekstrak
fitokimia tanin ekstrak etanol kayu secang etanol daun buas-buas sejalan dengan
menunjukkan hasil negatif dan sejalan dengan penelitian lain (Rajendran, 2010; Kurniati,
penelitian lain (Widowati, 2011; Setiawan et al., 2013). Hasil positif pada ekstrak etanol kayu
2018; Sufiana dan Harlia, 2014). secang sejalan dengan penelitian lain (Prahasti
Senyawa alkaloid yang terdapat pada dan Hidajati, 2019; Widowati, 2011; Sufiana
tanaman umumnya bersifat basa, sehingga dan Harlia, 2014).
dengan penambahan kloroform beramonia dan
asam sulfat pekat akan membentuk garam Kesimpulan
(Harborne, 1987). Garam yang terbentuk Kesimpulan yang dapat diambil dari
selanjutnya ditambahkan dengan reagen mayer, penelitian ini, yaitu hasil persentase susut
wagner, dan dragendrof sehingga akan pengeringan ekstrak etanol daun buas-buas
membentuk endapan. Hal ini dapat terjadi sebesar 18,99% ± 0,60. Sementara itu, ekstrak
karena gugus nitrogen berikatan dengan ion etanol daun buas-buas memiliki bentuk yang
logam dari reagen (Sarker et al., 2006). Hasil kental, berbau aromatik khas, berwarna coklat
yang diperoleh pada ekstrak etanol daun buas- kehitaman dan mengandung senyawa metabolit
buas dan ekstrak etanol kayu secang adalah sekunder yaitu flavonoid, fenolik, saponin,
negatif, yang mana tidak terdapat endapan putih tanin, terpenoid. Hasil persentase susut
dengan reagen mayer, endapan jingga dengan pengeringan ekstrak etanol kayu secang sebesar
penambahan pereaksi dragendrof, dan endapan 15,27% ± 1,46. Ekstrak etanol kayu secang
coklat dengan pereaksi wagner. Hasil yang memiliki bentuk yang kental, berbau aromatik
diperoleh pada pengujian ekstrak etanol daun khas, berwarna merah kecoklatan dan
buas-buas sejalan dengan penelitian lain mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu
(Hasanah et al., 2015). Akan tetapi, hasil flavonoid, fenolik, terpenoid.
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
lain (Rajendran, 2010; Kurniati, 2013; Tohomi, DAFTAR PUSTAKA
2014). Hasil yang diperoleh pada pengujian Agustina W, Nurhamidah, Handayani D. 2017.
ekstrak etanol kayu secang sejalan dengan Skrining Fitokimia dan Aktivitas beberapa
penelitian (Prahasti dan Hidajati, 2019). Akan Fraksi dari Kulit Batang Jarak (Ricinus
tetapi, beberapa hasil penelitian lain tidak communis L.). Alotrop, 1(2):117-122.
sejalan dengan penelitian ini (Widowati, 2011; Ahmad AL, Chan CY, Shukor SRA, Mashitah
Sufiana dan Harlia, 2014; Setiawan et al., MD. 2008. Recovery of Oil and Carotenes
2018). Perbedaan dari hasil yang diperoleh pada from Palm Oil Mill Effluent (POME).
penelitian ini dengan penelitian lain diduga Chemical Engineering Journal,

22
141(1):383-386. Prahasti E, Hidajati N. 2017. Uji Aktivitas
Anam S, Yusran M, Trisakti A, Ibrahim N, Antioksidan Kombinasi Ekstrak Etanol
Khumaidi A, Ramadanil, Zubair MS. Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) dan
2013. Standarisasi Ekstrak Etil Asetat Kayu Manis (Cinnamomum burmanni
Kayu Sanrego (Lunasia amara Blanco). Nees ex BI.). Unesa Journal of Chemistry,
Online Jurnal of Natural Science, 2(3):1-8. 17(1):49-53.
Bose L, Varghese G, Habtemariam S. 2013. Prasetya I, Putra G, Wrasiati L. 2020. Pengaruh
Identification of Acteoside as The Active Perbandingan Bahan dengan Pelarut dan
Antioxidant Principle of Premna Waktu Maserasi terhadap Ekstrak Kulit
serratifolia Root Wood Tissues. Biji Kakao (Theobroma cacao L.) sebagai
Phytopharmacology, 4(2):228-236. Sumber Antioksidan. Jurnal Rekayasa dan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Manajemen Agroindustri, 8(2):150-159.
2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Rajendran R, Krishnakumar E. 2010. Anti-
Tanaman Obat. Jakarta. Departemen Arthitic Activity of Premna serratifolia
Kesehatan Republik Indonesia. Linn, Wood against Adjuvant Induced
Dewatisari W, Rumiyanti L, Rakhmawati I. Arthritis. Avicenna Journal Medicine
2018. Rendemen dan Skrining fitokimia Biotechonolgy, 2(2):101-106.
pada Ekstrak Daun Sanseviera sp. Jurnal Ramdana S, Suhartati. 2016. Secang
Penelitian Pertanian Terapan, 17(3):197- (Caesalpinia sappan L.) : Tumbuhan
202. Herbal Kaya Antioksidan. Info Teknis
Harborne J. 1987. Metode Fitokimia. Bandung. Eboni, 15(1):57-67.
Institut Teknologi Bandung. Reo AR, Berhipon S, Montolalu R. 2017.
Hasanah S, Wibowo M, Idiawati N. 2015. Metabolit Sekunder Gorgonia
Toksisitas Lygodium microphyllum, (Paramuricea clavata). Jurnal Ilmiah
Premna serratifolia L. dan Vitex pinnata Platax, 5(1):42-48.
asal Desa Kuala Mandor B. Jurnal Kimia Rifai G, Widarta I, Nocianitri K. 2018.
Khatulistiwa, 4(4): 101-105. Pengaruh Jenis Pelarut dan Rasio Bahan
Julianto T. 2019. Fitokimia. Yogyakarta. dengan Pelarut terhadap Kandungan
Universitas Islam Indonesia. Senyawa Fenolik dan Aktivitas
Kurniati R. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan Antioksidan Ekstrak Biji Alpukat (Persea
Fraksi Etanol Daun Buas-buas (Premna Americana Mill.). Jurnal Ilmu dan
cordifolia Linn.) dengan metode DPPH Teknologi Pangan, 7(2):22-32.
(2,2-difenil-pikrilhidrazil). Jurnal Farmasi Sa’adah H, Nurhasnawati H. 2015.
Kalbar, 53(9). Perbandingan Pelarut Etanol dan Air pada
Saifudin A, Rahayu V, Teruna HY. 2011. Pembuatan Ekstrak Umbi Bawang Tiwai
Standarisasi Bahan Obat Alam. (Eleutherine Americana Merr)
Yogyakarta. Graha Ilmu. menggunakan Metode Maserasi. Jurnal
Midian S. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Ilmiah Manuntung, 1(2):149-153.
Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Sarker S, Latif Z, Gray A. 2008. Natural
Indonesia. Product Isolation. Totowa. Humana Press.
Najib A, Malik A, Ahmad A, Handayani V, Setiawan F, Yunita O, Kurniawan A. 2018. Uji
Syarif R, Waris R. 2017. Standarisasi Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
Ekstrak Air Daun Jati Belanda dan Teh Kayu Secang (Caesalpinia sappan)
Hijau. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, menggunakan metode DPPH, ABTS, dan
4(2):241-245. FRAP. Jurnal Media Pharmaceutica
Nirmal N, Rajput M, Prasad R, Ahmad M. Indonesia, 2(2):82-89.
2015. Brazilin from Caesalpinia sappan Simamora A, Santoso A, Timotius K, Rahayu I.
Heartwoood and its Pharmacological 2020 Antioxidant Activity, Enzyme
Activities: A Review. Asian Pacific Inhibition Potentials, and Phytochemical
Journal of Tropical Medicine, 8(6):421- Profiling of Premna Serratifolia L. Leaf
430. Extract. International Journal Food
Nomer N, Duniaji A, Nocianitri K. 2019. Science, 2020(1):1-11.
Kandungan Senyawa Flavonoid dan Sirwutubun M, Ludong M, Rawung D. 2015.
Antioksidan Ekstrak Kayu Secang Karakteristik Ekstrak Pewarna Alami Buah
(Caesalpinia sappan L.) serta Aktivitas Merah (Pandanus conoideus Lamk.) dan
Antibakteri terhadap Vibrio cholerae. Aplikasinya pada Produk Pangan. Jurnal
Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, Teknologi Pertanian, 7(5).
8(2):216-285. Sufiana, Harlia. 2014. Uji Aktivitas Antioksidan

23
dan Sitotoksisitas Campuran Ekstrak Vadivu R, Suresh A, Girinath K, Kannan P,
Metanol Kayu Sepang (Caesalpinia Vimala R, Kumar N. 2008. Evaluation of
sappan L.) dan Kulit Kayu Manis Hepatoprotective and In-vitro Cytotoxic
(Cinnamomum burmanii B.). Jurnal Kimia Activity of Leaves of Premna serratifolia
Khatulistiwa, 3(2):50-55. Linn. Journal of Scientific Research,
Tohomi K, Iswahyudi I, Wahdaningsih S. 2014. 1(1):145-152.
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Voight R. 1994. Pengantar Teknologi Farmasi.
Daun Buas-buas (Premna cordifolia Linn.) Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.
terhadap Gambaran Histopalogi Paru Widowati W. 2011. Uji Fitokimia dan Potensi
Tikus (Rattus norvegicus) Wistar Jantan Antioksidan Ekstrak Etanol Kayu Secang
Pasca Paparan Asap Rokok. Jurnal (Caesalpinia sappan L.) Jurnal Kedokteran
Farmasi Kalbar, 2(4):212-214. Maranatha, 11(65):23-31
Timotius K, Simamora A, Santoso A. 2018. Wijaya H, Novitasari, Jubaidah S. 2018.
Chemical Characteristics and in Vitro Perbandingan Metode Ekstraksi terhadap
Antidiabetic and Antioxidant Activities of Rendemen Ekstrak Daun Rambut Laut
Premna serratifolia L. Leaf Infusion and (Sonneratia caseolaris L. Engl). Jurnal
Decoction. Pharmacognosy Journal, Ilmiah Manuntung, 4(1):79-83.
10(6):114–118.

24

Anda mungkin juga menyukai