Anda di halaman 1dari 13

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DI PT.

KAI

Mata Kuliah Asas-Asas Manajemen


Dosen Pengampu :
Dra. Dyah Hariani, M.M.

Disusun oleh :
1. Fadhil Muzhaffar Maulana (14020121140205)
2. Fahad Mursyid Jannata (14020119140173)
3. Rendy Gilang Permana (14020118130143)
4. Silvy Annada Wahyudhi (14020121120018)
5. Tatik Nur Azizah (14020118120002)
6. Tracy Margaretha (14020121140146)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
A. PENDAHULUAN
PT. KAI merupakan Badan Usaha Milik Negara. Transportasi kereta api ini
merupakan transportasi yang sering digunakan masyarakat Indonesia karena
pertimbangan jarak, waktu, dan juga biaya yang dikeluarkan cenderung lebih efektif.
Dari aspek penggunaan layanan, jumlah pengguna kereta api tergolong cukup tinggi.
Dapat dilihat dari kenaikan jumlah penumpang dari tahun ke tahun.
PT. KAI merupakan perusahaan yang memonopoli penyelenggaraan pelayanan
transportasi kereta api, dengan alat transportasi yang ramah lingkungan dan banyaknya
pengguna transportasi kereta api sangat disayangkan bahwa PT. KAI pernah menjadi
BUMN yang merugikan negara serta dengan predikat yang buruk. PT. KAI tetap
berusaha untuk meningkatkan pelayanan serta tidak merugikan negara dengan inovasi-
inovasi yang diberikan pemerintah atau pegawai PT. KAI yang pasti inovasi-inovasi
tersebut ditampung dan dibuat keputusan terbaik yang akan digunakan. Dapat dibuktikan
pada tahun 2013, PT. KAI berhasil memperoleh penghargaan dalam BUMN Innovation
Award. Inovasi pelayanan yang dilakukan PT. KAI ini adalah reaksi atas pergeseran dari
paradigma pelayanan publik yang sebelumnya Old Publik Administration menjadi New
Public Service.
Dengan adanya peningkatan kualitas pelayanan dari PT.KAI, maka terdapat
pengambilan keputusan atas inovasi-inovasi yang diterapkan ataupun yang akan
diterapkan. Selain itu, terdapat pula karakteristik dari pengambilan keputusan itu sendiri
seperti harus mendukung seluruh kegiatan organisasi, mendukung keputusan yang saling
berinteraksi, dapat digunakan berulang kali dan bersifat konstan dan memiliki dampak
positif lebih dominan. Oleh karena itu makalah ini bertujuan untuk mengetahui lebih
dalam mengenai metode pengambilan keputusan apa yang digunakan PT.KAI dalam
meningkatkan pelayanannya.
B. PERUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah metode pengambilan keputusan yang digunakan PT. KAI dalam
meningkatkan pelayanan transportasi kereta api?
2. Apa sajakah langkah-langkah konkrit PT. KAI untuk meminimalisir isu pelayanan
perkeretaapian sebagai bentuk pelayanan prima bagi masyarakat?
C. TEORI YANG DIGUNAKAN (TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN)
1. Pengertian Pengambilan Keputusan
Menurut George R. Terry pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif
perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada. Menurut Sondang
P. Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap
hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling cepat.
Definisi pengambilan keputusan menurut Baron dan Byrne (2008) ialah suatu proses
melalui kombinasi individu atau kelompok dan mengintegrasikan informasi yang ada
dengan tujuan memilih satu dari berbagai kemungkinan tindakan. Dapat disimpulkan
bahwa pengambilan keputusan merupakan proses pemecahan masalah dengan
menentukan beberapa alternatif sebagai solusi dari pemecahan suatu masalah.
2. Teori Pengambilan Keputusan
a. Menurut W. Usman (2014), ada empat teori keputusan :
1) Pengambilan keputusan di bawah kondisi kepastian. Dalam hal ini pengambil
keputusan mengetahui dengan pasti konsekuensi atau hasil dari setiap
alternatif keputusan yang dipilih.
2) Pengambilan keputusan dibawah risiko. Pengambil keputusan mengetahui
kemungkinan (probabilitas) akan terjadinya suatu kejadian atau konsekuensi
dari tiap pilihan.
3) Pengambilan keputusan di bawah ketidakpastian. Pengambil keputusan tidak
mengetahui probabilitas kejadian yang akan terjadi untuk setiap alternatif.
4) Pengambilan keputusan dengan hierarki (Analytical Hierarchy Process dari
THOMAS SAATY) Pengambilan keputusan dengan hierarki disini didasarkan
atas prioritas, dimana penyusunan prioritas itu memuat tiga prinsip yaitu
prinsip menyusun hierarki, prinsip menetapkan prioritas dan prinsip
konsistensi lojik.
b. Teori Rasional Komprehensif
Menurut Charles Lindblom, 1965 (Ahli Ekonomi dan Matematika) dalam
(Fitri & Mulyono, 2015) yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan itu
sebenarnya tidak berhadapan dengan masalah-masalah yang konkrit akan tetapi
mereka seringkali mengambil keputusan yang kurang tepat terhadap akar
permasalahan.
Teori ini menuntut hal-hal yang tidak rasional atau tidak masuk akal
dalam mengambil keputusan. Asumsinya adalah dalam mengambil keputusan
seseorang perlu mengumpulkan berbagai informasi untuk menentukan mana yang
lebih kecil resiko dan permasalahan apa yang perlu diselesaikan. Tanpa adanya
data dan informasi yang konkret sebuah masalah belum tentu mendapat solusi
atau keputusan yang tepat. Ada beberapa unsur teori komprehensif :
1) Jika dihadapkan dengan suatu masalah tertentu, pembuat keputusan dapat
membedakan masalah lainnya dan membandingkan masalah lain dengan
mengurutkan menurut prioritas masalahnya.
2) Asas biaya manfaat atau sebab-akibat digunakan untuk menentukan
prioritas.
3) Setiap alternatif dan implikasi yang ada digunakan untuk membandingkan
dengan alternatif lain.
4) Alternatif terbaik akan dipilih oleh pembuat keputusan agar mencapai
tujuan, nilai dan sasaran yang telah ditetapkan.
c. Teori Inkremental
Menurut (Sari, 2018) teori ini dalam mengambil keputusan dengan cara
menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan dan merupakan model
yang sering ditempuh oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam mengambail
keputusan. Teori ini memiliki pokok-pokok pikiran sebagai berikut:
1) Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang
diperlukan untuk mencapainya merupakan hal yang saling terkait.
2) Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa
alternatif yang berhubungan dengan pokok masalah, dan alternatif-
alternatif ini hanya dipandang berbeda secara inkremental.
3) Setiap alternatif hanya sebagian kecil saja yang dievaluasi mengenai sebab
dan akibatnya.
4) Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan didefinisikan dengan
teratur kemudian kemungkinannya digunakan untuk mempertimbangkan
dan menyesuaikan tujuan dan sarana sehingga dampak dari masalah lebih
dapat ditanggulangi.
5) Tidak ada keputusan atau cara pemecahan masalah yang tepat bagi setiap
masalah. Sehingga keputusan yang baik terletak pada berbagai analisis
yang mendasari kesepakatan guna mengambil keputusan.
6) Pembuatan keputusan inkremental ini sifatnya dalam memperbaiki atau
melengkapi keputusan yang telah dibuat sebelumnya guna mendapatkan
penyempurnaan.

Ada beberapa kelemahan dalam teori inkremental ini :

1) Keputusan–keputusan yang diambil akan lebih mewakili atau mencerminkan


kepentingan dari kelompok yang kuat dan mapan sehingga kepentingan
kelompok lemah terabaikan.
2) Keputusan diambil lebih ditekankan kepada keputusan jangka pendek dan
tidak memperhatikan berbagai macam kebijakan lain
3) Di negara berkembang teori ini tidak cocok karena perubahan yang
inkremental tidak tepat karena negara berkembang lebih membutuhkan
perubahan yang besar dan mendasar.
4) Menurut (Dror, 1988) gaya inkremental dalam membuat keputusan cenderung
menghasilkan kelambanan dan terpeliharanya status quo.
d. Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scaning Theory)
Menurut Aitai Etzioni (ahli sosiologi) dalam (Fitri & Mulyono, 2015)
yaitu pengamatan terpadu (Mixid Scaning) sebagai suatu pendektan untuk
mengambil keputusan baik yang bersifat fundamental maupun inkremental.
Keputusan- keputusan inkremental memberikan arahan dasar dan melapangkan
jalan bagi keputusan-keputusan fundamental sesudah keputusan-keputusan itu
tercapai.
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi dalam Pengambilan Keputusan
a. Faktor eksternal
1) Kedudukan
Jabatan atau kedudukan seseorang dapat dilihat berdasarkan pangkatnya
apakah sebagai pimpinan atau bawahan, sehingga dapat ditentukan pantas
atau tidaknya mengambil suatu keputusan. Karena jika pimpinan yang
mengambil tentu ia telah berpengalaman dalam mengambil suatu
keputusan jika sebaliknya seperti bawahan tentu mereka belum
berpengalaman dan belum lihai dalam mengambil suatu keputusan
sehingga jabatan atau kedudukan ini sangat berperan penting dalam
mengambil suatu keputusan.
2) Masalah
Adalah hal yang menjadi penghalang untuk tercapainya tujuan yang
merupakan penyimpangan dari hal hal yang diharapkan atau direncanakan.
3) Situasi
Adalah keseluruhan faktor dalam keadaan yang berkaitan satu sama lain
dan secara bersama sama memancarkan pengaruh terhadap kita dan apa
yang akan hendak kita perbuat.
4) Pengaruh dari kelompok lain
Kelompok lain juga dapat berpengaruh terhadap suatu keputusan
dikarenakan kelompok lain atau organisasi mempunyai keputusan yang
dapat dipertimbangkan oleh pemimpin organisasi lain dalam menyikapi
masalah dan pengaruh kelompok lain ini juga dapat menjatuhkan
organisasi serta mementingkan kelompok tersebut.
b. Faktor internal
1) Kepribadian
Tingkah laku atau karakter seseorang dalam pengambilan suatu keputusan
juga sangat mempengaruhi dimana sifat manusia ini beragam ada yang
tergesa gesa dan dan juga yang berhati hati dalam menetapka suatu pilihan
sehingga kepribadian ini juga sangat berpengaruh terhadap pemgambilan
suatu keputusan. Dan juga dalam hal ini yang dibutuhkan adalah
kebijaksanaan dan ketegassan seseorang dalam mengambil suatu
keputusan.
2) Faktor pengalaman
Semakin banyak seseorang tersebut mengambil keputusan maka ia akan
berani dalam mengambil keputusan dan hal ini juga berkaitan dengan
keahlian yang dimiliki oleh pemimpin atau skill yang ia miliki karena
pengalaman yang pernah dialaminya.
4. Jenis Keputusan
Teori pengambilan keputusan diklasifikasikan menjadi keputusan terprogram dan
tidak terprogram, setiap keputusan tersebut memiliki perbedaannya masing-masing,
yaitu :
a. Keputusan Terprogram
Dianggap suatu keputusan yang dijalankan secara rutin saja, tanpa
ada persoalan-persoalan yang bersifat krusial. Karena setiap pengambilan
keputusan yang dilakukan hanya berusaha membuat pekerjaan yang
dikerjakan berlangsung secara baik dan stabil. Keputusan terprogram
mampu diselesaikan di tingkat lini paling rendah tanpa harus
membutuhkan masukan dari pihak middle dan top management. Jika
dibutuhkan keterlibatan middle management hanya pada pelurusan
beberapa bagian teknis.
Pada dasarnya suatu keputusan yang terprogram akan dapat terlaksana
dengan baik jika memenuhi beberapa syarat, yaitu:
1) Memiliki sumber daya manusia yang memenuhi syarat sesuai
standar yang diinginkan.
2) Sumber informasi baik yang bersifat kualitatif dan kuantitatif
lengkap tersedia, serta informasi yang diterima adalah dapat
dipercaya.
3) Pihak organisasi menjamin dari segi ketersediaan dana selama
keputusan yang terprogram tersebut dilaksanakan
4) Aturan dan kondisi eksternal organisasi mendukung terlaksananya
keputusan terprogram ini hingga tuntas. Seperti peraturan dan
berbagai ketentuan lainnya tidak ikut menghalangi, bahkan
sebaliknya turut mendukung.
b. Keputusan yang tidak terprogram
Keputusan yang diambil dalam usaha memecahkan masalah-
masalah baru yang belum pernah dialami sebelumnya, tidak bersifat
pengulangan, tidak terstruktur dan sukar mengenali bentuk, hakikat dan
dampaknya (Siagian dalam Fahmi, 2013). Karena itu Griffin
mendefinisikan keputusan tidak terprogram adalah keputusan yang secara
relatif tidak terstruktur dan muncul lebih jarang daripada suatu keputusan
terprogram. Pengambilan keputusan ini lebih bersifat rumit dan
membutuhkan kompetensi khusus untuk menyelesaikannya, seperti top
management dan para konsultan dengan tingkat skill yang tinggi.
5. Tahap-tahap Pengambilan Keputusan
Guna memudahkan pengambilan keputusan maka perlu dibuat tahap-tahap yang
bisa mendorong kepada terciptanya keputusan yang diinginkan. Adapun tahap-tahap
tersebut adalah :
a. Mendefinisikan masalah tersebut secara jelas dan gamblang atau mudah
dimengerti
b. Membuat daftar masalah yang akan dimunculkan dan menyusunnya secara
prioritas dengan maksud agar adanya sistematika yang lebih terarah dan terkendali
c. Melakukan identifikasi dari setiap masalah tersebut dengan tujuan untuk lebih
memberikan gambaran secara lebih tajam dan terarah secara lebih spesifik.
d. Memetakan setiap masalah tersebut berdasarkan kelompoknya masing-masing
yang kemudian selanjutnya dibarengi dengan menggunakan model atau alat uji
yang akan dipakai
e. Memastikan kembali bahwa alat uji yang dipergunakan tersebut telah sesuai
dengan prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah yang berlaku pada umumnya.
D. PEMBAHASAN YANG DIKAITKAN STUDI KASUS PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DI SATU ORGANISASI
PT. KAI sebagai perusahaan yang menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan
umum, memberikan pelayanan jasa angkutan dalam rangka memperlancar arus
perpindahan orang atau barang secara massal, dan menjadi perusahaan monopoli kereta
api diharapkan dapat memberikan pelayanan yang optimal bagi masyarakat Untuk dapat
meningkatkan kualitas pelayanan tentunya PT. KAI memiliki strategi yang disusun
berdasarkan situasi dan kondisi. Hal ini sesuai dengan visi dan misi dari PT. KAI yaitu:
Visi Perusahaan: “Menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada
pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders”
Misi Perusahaan: “Menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha
penunjangnya, melalui praktek bisnis dan model organisasi terbaik untuk memberikan
nilai tambah yang tinggi bagi stakeholders dan kelestarian lingkungan berdasarkan 4 pilar
utama yaitu keselamatan, ketepatan waktu, pelayanan dan kenyamanan”
Tujuan dari PT. KAI adalah melaksanakan serta mendukung kebijaksanaan
program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional, khususnya di bidang
transportasi, dengan menyediakan barang-jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing
kuat untuk dapat melakukan ekspansi baik di pasar domestik maupun internasional di
bidang perkeretaapian, yang meliputi usaha pengangkutan orang dan barang dengan KA,
kegiatan perawatan dan pengusahaan prasarana perkeretaapian, pengusahaan bisnis
penunjang prasarana dan saran KA secara efektif untuk kemanfaatan umum.
Sebagai sebuah organisasi yang bertujuan menyediakan layanan bagi masyarakat,
tentunya PT. KAI harus mempunyai strategi yang tepat dan efisien dalam setiap
pengambilan keputusan terhadap kebijakan yang akan diterapkan. Pengambilan
keputusan tersebut akan mempengaruhi jalannya organisasi dalam PT. KAI yang juga
mencakup pegawai-pegawainya dan bahkan pengguna layanan yang disediakan oleh PT.
KAI. Proses pengambilan keputusan atau strategi yang tepat menjadi kunci dalam
kemajuan sebuah organisasi kedepannya. Selain itu, analisis SWOT juga perlu dilakukan
guna memperlancar proses pengambilan keputusan tersebut.
Analisis SWOT merupakan salah satu langkah yang paling penting dalam
memformulasikan strategi. Menurut Graffin (2004:228), analisis SWOT adalah evaluasi
atas kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) internal suatu organisasi yang
dilakukan secara berhati-hati, dan juga evaluasi atas peluang (opportunities) dan ancaman
(threats) dari lingkungan. Dengan mengukur kekuatan dan kelemahan internal
(kompetensi unggulan), serta kesempatan dan ancaman eksternal maka dapat
memberikan informasi berkaitan kondisi dan situasi perusahaan tersebut, sehingga
perusahaan dapat menyusun strategi secara efektif. Hal ini sebagaimana yang
dikemukakan oleh Rangkuti (1997:31) bahwa agar strategi perusahaan atau organisasi
disusun secara efektif, maka diperlukan adanya informasi/daftar tentang kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang berkaitan dengan kondisi dan situasi perusahaan
atau organisasi tersebut. Daftar tersebut harus dibahas, dianalisis, dibandingkan dan
dipertentangkan secara cermat.
Strategi PT. KAI dalam meningkatkan kualitas transportasi telah mampu
dilakukan dengan baik. Hal ini mengandung implikasi bahwa strategi memiliki peranan
yang sangat penting bagi pencapaian tujuan, karena strategi memberikan arah tindakan,
dan cara bagaimana tindakan tersebut harus dilakukan agar tujuan yang diinginkan
tercapai. Melalui strategi yang tepat, maka diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan publik yang sesuai dengan keinginan masyarakat. Penyusunan strategi harus
memperhatikan tujuan dan sasaran yang akan dicapai di waktu yang akan datang, selain
itu suatu organisasi harus senantiasa berinteraksi dengan lingkungan dimana strategi
tersebut akan dilaksanakan, sehingga strategi tersebut tidak bertentangan melainkan
searah dan sesuai dengan kondisi lingkungan dan melihat kemampuan internal dan
eksternal yang meliputi kekuatan dan kelemahan organisasinya. Oleh karena itu, strategi
merupakan perluasan misi guna menjembatani organisasi dengan lingkungannya. Strategi
itu sendiri biasanya dikembangkan untuk mengatasi isu strategis, dimana strategi
menjelaskan respon organisasi terhadap pilihan kebijakan pokok. Strategi secara umum
akan gagal, pada saat organisasi tidak memiliki konsisten antara apa yang dikatakan, apa
yang diusahakan dan apa yang dilakukan.
Sebagai contoh, dalam menanggapi isu pelayanan perkeretaapian seperti
banyaknya kecelakaan kereta api, kelalaian SDM, kurang adanya kedisiplinan pegawai,
percaloan, dan keterlambatan datangnya kereta api, PT KAI sudah melakukan langkah-
langkah yang konkrit untuk meminimalisir keadaan sebagai bentuk pelayanan prima bagi
masyarakat. Langkah-langkah tersebut meliputi:
a. Memberikan pembinaan untuk sumber daya manusia seperti mengadakan pelatihan-
pelatihan,
b. Dilakukan sidang penentuan sanksi yang tepat dengan didampingi SPKA (Serikat
Pekerja Kereta Api),
c. Mengenai percaloan melibatkan kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan,
d. Untuk keterlambatan datangnya KA dengan adanya sistem boarding passenger dan
potongan harga bagi TNI polri dan lansia.
Namun isu tentang perlintasan KA yang tidak terjaga yang berpotensi terjadinya
kecelakaan, di PT. KAI belum ada kebijakan tentang penjagaan perlintasan, karena fungsi
palang kereta api untuk mengamankan kereta bukan pengguna jalan. Namun demikian
pihak manajemen melakukan upaya untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan KA
dengan memasang spanduk dan rambu-rambu.
E. PENUTUP (KESIMPULAN & SARAN)
a. Kesimpulan
Kereta api merupakan transportasi yang sangat diminati oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia karena melihat pertimbangan jarak, waktu, serta biaya yang
lebih efektif. Dalam pelayanan transportasi kereta api PT. KAI merupakan
perusahaan yang bertanggung jawab penuh terhadap penyelenggaraan pelayanannya.
PT. KAI terus berusaha untuk meningkatkan pelayanan serta tidak merugikan negara
dengan melakukan inovasi-inovasi yang diberikan pemerintah ataupun dari PT. KAI
itu sendiri. Inovasi-inovasi tersebut nantinya akan ditampung untuk menciptakan
keputusan terbaik yang akan diterapkan. Terbukti pada tahun 2013 PT. KAI
mendapatkan penghargaan dalam BUMN Innovation Award. Inovasi tersebut
merupakan reaksi atas pergeseran paradigma Old Public Administration menjadi New
Public Service. Dapat disimpulkan bahwa dalam peningkatan pelayanan dari PT. KAI
tentunya terdapat penngambilan keputusan atas inovasi-inovasi yang diterapkan
ataupun yang akan diterapkan.
Dalam pengambilan keputusan tentunya terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhinya, baik itu eksternal maupun internal. Seperti kedudukan pengambil
keputusan, permasalahan yang timbul, situasi, pengaruh kelompok lain, kepribadian
pengambil keputusan, serta pengalaman. Terdapat dua jenis keputusan yakni
keputusan terprogram dan tidak terprogram. Dalam memudahkan pengambilan
keputusan terdapat langkah-langkah yang dapat mendorong terciptanya keputusan
yang sesuai. PT. KAI mempunyai strategi yang telah disusun berdasarkan situasi dan
kondisi untuk dapat menciptakan keputusan yang sesuai dengan visi dan misi. Tujuan
dari PT. KAI adalah melaksanakan serta mendukung kebijaksanaan program
pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional, khususnya di bidang
transportasi perkeretaapian. Proses pengambilan keputusan atau strategi yang tepat
merupakan strategi dalam kemajuan sebuah organisasi kedepannya, serta diperlukan
analisis SWOT dalam memperlancar proses pengambilan keputusan tersebut. Strategi
PT KAI dalam meningkatkan kualitas transportasi telah mampu dilakukan dengan
baik. Hal ini mengandung implikasi bahwa strategi memiliki peranan yang sangat
penting bagi pencapaian tujuan. Melalui strategi yang tepat, maka diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pelayanan publik yang sesuai dengan keinginan masyarakat.
Namun masih terdapat permasalahan isu tentang perlintasan kereta api yang tidak
terjaga sehingga berpotensi terjadi kecelakaan, PT. KAI sendiri belum mengeluarkan
kebijakan tentang penjagaan pelinntasan karena fungsi palang kereta api merupakan
pengaman kereta bukan pengguna jalan. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut
PT. KAI memasang spanduk serta rambu-rambu.
b. Saran
Kereta api merupakan transportasi yang memiliki minat sangat tinggi dikalangan
masyarakat sehingga kedepannya pasti dituntut untuk terus memberikan pelayanan
dengan sangat baik sehingga diharapkan inovasi-inovasi dari PT. KAI akan terus
bermunculan. Dan tentunya diharapkan dari inovasi-inovasi tersebut akan terus
memunculkan keputusan-keputusan terbaik untuk meningkatkan pelayanan
perkeretaapian. Serta dalam beberapa taun kedepan diharapkan PT. KAI dapat
mengatasi permasalahan penjagaan perlintasan kereta api.
F. DAFTAR PUSTAKA
Fahmi, I. 2013. Manajemen Pengambilan Keputusan, Alfabeta, Bandung.
Febriansyah, R.E. dan Meiliza, D.R. 2020. Teori Pengambilan Keputusan. Edisi ke-1,
UMSIDA Press. Sidoarjo.
Fitri, A.W.G. & Mulyono, S.E. (2015). Journal of Non Formal Education and
Community Empowerment. Jurnal of Nonformal Education and Community
Empowerment.
Hafizhudin, R. dan Afriansyah, H. 2019. Konsep Dasar Pengambilan Keputusan.
Administrasi Pendidikan. Padang.
Kurnia, E. dan Afriansyah, H. 2019. Teori-Teori Pengambilan Keputusan. Judul Artikel.
1-3.
Prastyawan, A. dan Lestari, Y. 2020. Pengambilan Keputusan. Edisi ke-8. UNESA
UNIVERSITY PRESS. Surabaya.
Rahmawati, H. Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan. Universitas Negeri
Padang.

Anda mungkin juga menyukai