Anda di halaman 1dari 4

1.

CONGKLAK

Ini jenis permainan tradisonal yang masih banyak dimainkan. Alat yang dikenal juga dengan
sebutan “dakon” ini masih banyak dijual di pasaran. Konon Ibu Bapak guru, ini adalah salah
satu permainan tertua di dunia. Permainannya, bukan alatnya. Jika benar kita perlu berbangga
telah mewarisi salah satu permainan yang legendaris.

Cara bermainnya adalah dengan mengambil biji-bijian yang ada di lubang bagian sisi milik
kita kemudian mengisi biji-bijian tersebut satu-persatu ke lubang yang dilalui termasuk
lubang induk milik kita (lubang induk sebelah kiri) kecuali lubang induk milik lawan. Jika
biji terakhir jatuh di lubang yang terdapat biji-bijian lain maka biji-bijian tersebut diambil
lagi untuk diteruskan mengisi lubang-lubang selanjutnya. Begitu seterusnya sampai biji
terakhir jatuh kelubang yang kosong. Jika biji terakhir tadi jatuh pada lubang yang kosong
maka giliran pemain lawan yang melakukan permainan. Permainan ini berakhir jika biji-
bijian yang terdapat pada lubang yang kecil telah habis dikumpulkan. Pemenangnya adalah
yang paling banyak mengumpulkan biji-bijian kelubang induk miliknya.

Permainan ini melatih strategi, ketelitian, dan kesabaran. Motoric Intelligence!

materi yang cocok diajarkan memakai media congklak adalah materi pada bidang studi
matematika. Semua materi pada ranah “bilangan” bisa diajarkan memakai media ini. Salah
satunya kita bisa menggunakannya untuk mengenalkan konsep dasar KPK dan FPB.

Satu hal yang penting diperhatikan, permainan yang didesain untuk kepentingan
pembelajaran tidak harus sama persis dengan cara memainkan aslinya. Bila perlu inovasi, itu
lebih baik. Termasuk untuk materi KPK dan FPB ini. Langkahnya sebagai berikut:

1. Kita siapkan congklak, beri nomor 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya pada setiap lubang
secara berurutan.

2. Siapkan biji-bijian yang terdiri dari dua warna, misal hijau dan biru.

3. Berikan permasalahan mudah terlebih dulu, misal mencari KPK 2 dan 3.

4. Masukkan biji hijau untuk kelipatan dari 2 yakni letakkan pada lubang nomor 2, 4, 6,
8, 10, 12, dan seterusnya.

5. Lalu masukkan biji biru untuk kelipatan dari 3 yakni letakkan pada lubang nomor 3,
6, 9, 12, 15, dan seterusnya.
6. Maka akan kita temukan 2 biji pada lubang yang sama, yakni nomor 6, 12 dan
kelipatannya. Disini kita bisa menjelaskan bahwa 6, 12, … adalah kelipatan
persekutuan dari 2 dan 3.  Dan dari kelipatan persekutuan tersebut, bilangan yang
terkecil adalah 6. Jadi KPK dari 2 dan 3 adalah 6.

7. Kita lanjutkan dengan konsep mencari FPB. Kita berikan soal yang mudah, yakni
mencari FPB dari 6 dan 8.

8. Masukkan biji warna hijau untuk faktor dari 6 ke dalam lubang berlabel nomor 1, 2, 3,
6. Kemudian masukkan biji warna biru untuk faktor dari 8 (1, 2, 4, 8).

9. Maka lubang yang berisi 2 biji adalah pada nomor 1 dan 2. Disini kita bisa
menjelaskan bahwa 1 dan 2 merupakan faktor persekutuan dari 6 dan 8. Dan dari
faktor persekutuan tersebut, bilangan yang terbesar adalah 2. Jadi FPB dari 6 dan 8
adalah 2.

2.ENGKLEK

Permainan ini dapat digunakan dalam semua materi ajar! Kenapa? Karena kita akan
menggunakannya sebagai alat bantu mengingat dan menghafal konsep. Caranya, kita bisa
meletakkan kartu soal pada masing-masing petak, lalu setiap siswa yang masuk ke petak
harus menjawab soal yang ada pada petak itu. Jadi, jika dalam permainan engklek aslinya
pemain yang melempar gaco keluar batas petak dinyatakan gugur, dalam pembelajaran ini
pemain yang salah menjawab pertanyaanlah yang gugur.

Unsur tantangan berupa keinginan melompati petak demi petak agar bisa sampai di gunungan
(petak paling ujung), bisa memicu daya pikir siswa untuk menjawab pertanyaan dengan
benar.

3. PETAK UMPET

Ini adalah permainan murah meriah yang bisa menumbuhkan rasa kesetiakawanan. Modalnya
hanya satu: punya teman.

Namun kalau kita bawa permainan ini ke dalam pembelajaran, agak sulit memang meraba
materi apa yang sekiranya pas. Artinya dibutuhkan kejelian mencari poin-poin penting dari
permainan ini.

Diantara beberapa poin itu adalah:


1. Di dalam permainan ini ada hitungannya, yakni dilakukan oleh anak yang bertindak
sebagai “Kucing”. Nah disini guru bisa meminta siswa menghitung menggunakan
bahasa asing yang dipelajari di kelasnya (untuk kelas bawah). Atau bisa juga
menghitung menggunakan beberapa kosakata bahasa asing. Berapa jumlahnya, bisa
disepakati terlebih dulu oleh siswa.

2. Si “Kucing” harus menyebutkan nama saat menemukan teman yang bersembunyi.


Satu demi satu sampai semuanya ketemu. Tentu ini mudah karena ia sudah hafal
dengan nama teman-temannya. Untuk itu, guru bisa mengganti nama siswa-siswa
yang bersembunyi dengan istilah-istilah dalam materi. Jika sedang mempelajari organ
pernafasan, guru bisa mengganti nama siswa dengan trakhea, bronkus, alveolus, dan
sebagainya. Atau jika mempelajari materi zaman pergerakan nasional, guru bisa
menggantinya dengan nama tokoh-tokoh pergerakan nasional.

4. GASING

Gasing merupakan permainan yang sederhana. Saat dimainkan secara berkelompok, maka
gasing harus diputar dalam waktu bersamaan. Siapa yang gasingnya berhenti paling akhir,
dialah pemenangnya. Sangat sederhana!

Sekilas seperti tak mungkin kita menemukan celah untuk membawa permainan ini dalam
pembelajaran. Tapi tunggu dulu. Jika kita kreatif, maka akan kita temukan banyak sekali
materi ajar yang bisa dipahami dengan alat yang satu ini.

Salah satunya adalah pengenalan konsep pengukuran waktu.

Kok bisa? Untuk konsep pengukuran waktu siswa kelas bawah, kita bisa menggunakan media
ini. Caranya sederhana. Siswa diminta memutar beberapa gasing secara bergantian. Untuk
setiap putara, kita mengajak mereka mencatat lama berputarnya gasing. Dari sini mereka
waktu putar yang terlihat sama pada kenyataannya berbeda.

Lalu guru bisa melanjutkan dengan memutar dua gasing bersamaan. Siswa diminta
membandingkan waktu putaran masing-masing gasing. Dari perbedaan waktu putaran, guru
mulai mengasah daya pikir siswa untuk menyebutkan faktor apa yang menentukan lamanya
putaran. Mungkin siswa menyebutkan kuat lemahnya tenaga waktu memutar, adanya angin,
atau halus kasarnya lantai.

Inilah keberhasilan pembelajaran ini.


Belajar pengukuran waktu sangat penting bagi siswa kelas rendah, sehingga kedepannya
mereka tidak melakukan kesalahan dalam melakukan perhitungan hasil pengukuran waktu.

5. ULAR NAGA

penggunaan permainan tradisional ular naga sebagai media pembelajaran matematika sangat
membantu guru menjelaskan materi himpunan, disamping dapat mengajarkan siswa tentang
nilai-nilai kearifan lokal, siswa juga langsung dapat mengalami keadaan nyata bagaimana
konsep dari himpunan dan sekaligus sebagai upaya melestarikan budaya bangsa.

Anda mungkin juga menyukai