Anda di halaman 1dari 6

PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA

BLUD RSUD PALABUHANRATU


TAHUN 2019

Disusun Oleh :
Komite PPRA

PEMERINTAH
PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI
BLUD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALABUHANRATU
Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 2 Telepon (0266) 432081
Faksimil : (0266) 432082 E-mail : rsud_palabuhanratu@y7mail.com
rsud_palabuhanratu@y7mail.com
Palabuhanratu –  Kode
 Kode Pos : 43364

CONTOH DOKUMEN PPRA INI DISUSUN OLEH PERDALIN


KOTAPRAJA
BAB I

PENDAHULUAN

Resistensi mikroba terhadap antimikroba (disingkat: resistensi antimikroba,


antimicrobial resistance, AMR) telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia,
dengan berbagai dampak merugikan dapat menurunkan mutu pela yanan kesehatan.
Muncul dan berkembangnya resistensi antimikroba terjadi karena tekanan seleksi
( selection pressure) yang sangat berhubungan dengan penggunaan, sedangkan
 proses penyebaran dapat dihambat dengan cara mengendalikan infeksi secara
optimal.
Resistensi antimikroba yang dimaksud adalah resistensi terhadap antimikroba
yang efektif untuk terapi infeksi yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, dan
 parasit. Bakteri adalah penyebab infeksi terbanyak maka penggunaan antibakteri
yang dimakasud adalah penggunaan antibiotik. Intensitas penggunaan antibiotik
yang relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan global bagi kesehatan
terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik.Selain berdampak pada morbiditas
dan mortalitas, juga memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial yang
sangat tinggi.Pada awalnya resistensi terjadi di tingkat rumah sakit, tetapi lambat
laun juga berkembang di lingkungan masyarakat, khususnya Streptococus
 pneumoniae (SP), Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli.
Melalui penggunaan antibiotik yang rasional dan bijak merupakan salah satu
upaya peningkatan mutu pelayanan dalam program pencegahan pengendalian
infeksi dan program pengendalian resistensi antimikroba.

I. LATAR BELAKANG
Beberapa kuman resisten antibiotik sudah banyak ditemukan di seluruh dunia,
yaitu Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA), Vancomycin-Resistant
 Enterococci (VRE), Penicillin-ResistantPneumococci, Klabsiella pneumoniae yang
menghasilkan Extended-Spectrum Beta-Laktamase (ESBL), Carbapenem-Resistant
 Acinetobacterbaumannii dan  Multiresistant Mycobacterium tuberculosis
(Guzman-Blanco et al.2000; Stevenson et al. 2005). Kuman resisten antibiotik

CONTOH DOKUMEN PPRA INI DISUSUN OLEH PERDALIN


KOTAPRAJA
tersebut terjadi akibat penggunaan antibiotik yang tidak bijak dan penerapan
kewaspadaan standar ( standard precaution) yang tidak benar di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Hasil penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN-Study) terbukti
dari 2494 individu di masyarakat, 43% Escherechia coli resisten terhadap berbagai
 jenis antibiotik atara lain: ampisilin (34%), kotrimoksazol (29%) dan
klorampenikol (25%).Hasil penelitihan 781 pasien yang di rawat di di dapatkan
81% Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik, yaitu ampisilin
(73%), kotrimoksazol (56%), kloramfenikol (43%), ciprofloxacin (22%), dan
gentamisin (18%).
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Idonesia No. 40 tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional, pada bagian kedua perihal Jaminan kesehatan
maka di butuhkan suatu pedoman pengobatan Antibotik sebagai pedoman
 pendukung Formularium Nasional yang dapat di gunakan sebagai acuan pada dan
fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Pedoman berupa formularium nasional
untuk menjamin ketersediaan dan akses terhadap obat serta menjamin kerasionalan
 penggunaan obat yang aman, bermanfaat dan bermutu bagi masyarakat.
Maka dari itu untuk penggunaaan antibiotika secara bijak dan peningkatan mutu
seoptimal mungkin perlu adanya program pengendalian resistensi antimikroba di
secara continue oleh Komite PPRA dan Komite PPI

II. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menurunkan, meminimalkan, mencegah kejadian resistensi terhadap
antimikroba dan meningkatkan penggunaan antibiotik yang bijak pada pasien di
BLUD RSUD Palabuhanratu.

2. Tujuan Khusus
a. Mendapatkan data dasar penggunaan antibiotik pada pasien di BLUD
RSUD Palabuhanratu.
 b. Menurunkan terjadinya resistensi antimikroba di BLUD RSUD
Palabuhanratu
CONTOH DOKUMEN PPRA INI DISUSUN OLEH PERDALIN
KOTAPRAJA
c. Mengidentifikasi secara dini kejadian luar biasa (KLB) kuman infeksi di
BLUD RSUD Palabuhanratu
d. Terwujudnya penggunaan antibiotik secara bijak di BLUD RSUD
Palabuhanratu
e. Mengukur dan menilai keberhasilan suatu program pengendalian resistensi
antimikroba dan program pencegahan pengendalian infeksi di BLUD RSUD
Palabuhanratu
f. Memenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperawatan di BLUD RSUD
Palabuhanratu

III. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Program pengendalian resistensi antimikroba di RSUD PELABUHAN
RATU, meliputi:
1. Penyusunan program pengendalian resistensi antimikroba tahun 2018 oleh
Komite PPRA
2. Melakukan evaluasi program pengendalian resistensi anti mikroba
( PPRA )
3. Inventarisasi kebutuhan sarana prasarana yang di butuhkan di tahun 2018
untuk PPRA
4. Persiapan SDM dengan mengirim pelatihan / workshop / seminar / inhouse
training  tentang PPRA
5. Menetapkan pilot project pelaksanaan PPRA dan penanggung jawab tim
 pelaksana pilot project
6. Menentukan batasan atau kriteria pasien yang akan dilakukan pemeriksaan
kultur 
7. Pengumpulan data penggunaan antibiotika pada tahun 2018
8. Mengumpulkan hasil kultur pasien pada tahun 2018 dan pemeriksaan swab
 peralatan di ruangan untuk mengetahui kuman yang ada di ruangan
tersebut
9. Sosialisasi program pengendalian resistensi antimikroba RSUD
PELABUHAN RATU

CONTOH DOKUMEN PPRA INI DISUSUN OLEH PERDALIN


KOTAPRAJA
10. Melakukan evaluasi hasil pengumpulan peta kuman dan penggunaan
antibiotika secara berkala
11. Penyusunan pedoman / panduan, SPO dan kebijakan yang berkaitan
dengan pengendalian resistensi antimikroba antara lain:
a. Panduan praktek klinik penyakit infeksi
 b. Panduan penggunaan antibiotik profilaksis dan terapi
c. Panduan pengelolaan spesimen mikrobiologi
d. Panduan pemeriksaan dan pelaporan hasil mikrobiologi
e. Panduan/pedoman PPI,KLB danSurveilan
12. Membuat indikator mutu program pengendalian resistensi antimikroba
13. Sosialisasi dan pemberlakuan pedoman/panduan/SPO penggunaan
antibiotik 
14. Melakukan monitoring dan Evaluasi secara berkala terhadap:
a. Laporan pola mikroba dan kepekaannya
 b. Pola penggunaan antibiotik secara kuantitas dan kualitas
c. Kepatuhan penggunaan antibiotik terhadap kebijakan dan panduan di
d. Penerapan kewaspadaan standar 
e. Surveilans kasus infeksi yang disebabkan mikroba multiresisten
f. Cohorting /isolasi bagi pasien infeksi yang disebabkan mikroba
multiresisten
15. Membuat lapooran kepada Direktur RSUD PELABUHAN RATU,
untuk perbaikan kebijakan, pedoman/panduan, SPO, dan rekomendasi
 perluasan penerapan PPRA
16. Mengajukan rencana kegiatan dan anggaran tahunan PPRA kepada
Direktur

IV. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


1. Melakukan rapat Tim PPRA RS RSUD PELABUHAN RATU
2. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait dalam pelaksanankan program
 pengendalian resistensi antimikroba
3. Mengirim pelatihan / workshop / seminar PPRA bagi semua anggota
komite PPRA
CONTOH DOKUMEN PPRA INI DISUSUN OLEH PERDALIN
KOTAPRAJA
CONTOH DOKUMEN PPRA INI DISUSUN OLEH PERDALIN KOTAPRAJA
(KOTA PerifeR Area Jawa tengAh)
www.perdalinkotapraja.or.id

Anda mungkin juga menyukai