ANESTESI
PPK DEFIBRILASI..................................................................................................... 71
2
PPK PEMASANGAN PIPA OROFARING .................................................................. 74
3
PANDUAN PRAKTIK
KLINIS SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
ANESTESIA UMUM
Pengertian Anesthesia umum adalah suatu prosedur tindakan dalam anesthesia untuk
memenuhi keadaan amnesia, analgesia dan penekanan reflex pada pasien.
Anesthesia umum dapat dilakukan secara inhalasi, intravena, atau kombinasi
keduanya (Anestesia balans). Langkah-lamgkah dalam anesthesia umum meliputi :
premedikasi, induksi, pemeliharaaan anesthesia, dan pengakhirananesthesia.
Tujuan Mempertahankan kondisi dan keselamatan pasien selama tindakan operasi atau
tindakan lain yang menyebabkan pasien memerlukan anesthesia umu.
Membantu menciptakan kondisi yang optimal untuk prosedur yang akan dijalani
Prosedur Premedikasi
Ringan Diazepam 5-10 mg po, 1 hari pre op
Lorazepam 1-2 mg Po, 1 hari pre op
Sedang Midazolam 1-2 mg Iv, sebelum induksi (saat pasien
± Petidin 1-2 mg/kgBB pada ruang persiapan atau
Atau Fentanil 1-2 µ/kgBB kamar operasi), perlu monitoring
Atau Morfin 0.1 mg/kgBB tanda tanda depresi nafas.
Berat Deiazepam 10 mg po 2 hari pre op
Midazolam 5 mg
+ Petidin 1-2 mg/kgBB Iv, sebelum induksi (saat pasien
Atau Fentanil 1-2 µg/kgBB pada ruang persiapan atau
kamar
Atau Morfin 0,1 mg/kgBB operasi), perlu monitoring tanda
tanda depresi nafas.
4
Prosedur
Induksi
Preinduksi :
Pemeliharaan Anestesia
Anestesia Inhalasi 30-100% O2
+ 0-70% N2O
+ Kalotan (MAC = 0,75%) titrasi
atau Enfluran (MAC = 1,76%) titrasi
atau Isofluran (MAC = 1,1%) titrasi
atau Sevofluran (MAC = 2,0%) titrasi
5
atau Desfluran (MAC = 6,0%) titrasi
Anestesia Balans 30-100% O2
+ 0-70%% N2O
+ Petidin Petidin 0,5-1,5 mg/kgBB/3-4 jam
(bolus intermiten)
atau Fentanil 1-10µg/kgBB sesuai kebutuhan
+ Halotan atau anestitik inhalasi lainnya (titrasi)
atau Propofol 50-200µg/kgBB/mntg/kgBB/mnt
Anestesia 30-100% O2
Intravena
Total + Petidin Bolus awal : 1-2 mg/kgBB
Pemeliharaan : 0,5-1,5 mg/kgBB/3-4 jam
(bolus intermitten)
atau Fentanil Bolus awal : 1-2µg/ kgBB
Pemeliharaan : 1-10 µg/kgBB/sesuai
kebutuhan
+ Propofol Induksi : 1-2 Mg/Kgbb
Pemeliharaan : 50-200 µg/Kgbb/Bolus
(Infus dihentikan 5 menit sebelum
operasi selesai)
atau Ketamin Induksi : 1-2 mg/kgBB
Pemeliharaan : 1-2 mg/kgBB/mnt
Intermiten tiap 15-20 mnt atau sesuai
kebutuhan.
Jika diperlukan pelum puh otot selama operasi maka beberapa pilihan yang dapat
digunakan adalah seb agai berikut :
6
Pengakhiran Anestesia
Pemulihan dari : Jika diperlukan dapat diberikan obat reversal sebagai
pelumpuhan otot berikut :
Neostigmin 0.05-0,07 (dosis maksimum) mg/kgBB+
Sulfas atropine 0,015 mg/kgBB iv
7
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
Tujuan Tujuan anesthesia epidural adalah menghilangkan sensasi pada daerah yang
teranestesia (terblok sensorik, motorik, dan otonomnya) sehingga dapat
dilakukan tindakan pembedahan di daerah tersebut.
Kebijakan Indikasi
Operasi di ekstrimitas bawah :
1. Ortopedi / bedah tulang
2. Bedah plastik
3. Bedah tumor
Bedah urologi
1. TUR
2. Seksio alta
8
3. Orkidektomi
4. BW Plasti
5. Vasektomi
6. Vesiulolitotomi
Kontra indikasi
Absolut
1. Persiapan menolak
2. Terdapat lesi di tempat penyuntikan
3. Sepsis
4. Koagulopati
5. Peningkatan tekanan intra kranial
Relatif
1. Infeksi di sekitar penyuntikan
2. Hipovolemia
3. Penyakit sususna saraf pusat
4. Nyeri punggung kronik
Komplikasi Hipotensi
Total blok
Perdarahan subarachnoid
Trauma serabut saraf
Pemeriksaan DPL
penunjang BT / CT
Pemeriksaan lain atas indikasi
9
Daftar Clinical Anesthesia Prosedur Of Massachussets General Hospital
Pustaka Clinical Anesthesia
10
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
Tujuan Tujuan anesthesia spinal adalah menghilangkan sensasi pada daerah yang
teranestesia (terblok sensorik, motorik, dan otonomnya) sehingga dapat
dilakukan tindakan pembedahan di daerah tersebut.
Kebijakan Indikasi
Operasi di ekstrimitas bawah :
1. Ortopedi / bedah tulang
4. Bedah plastik
5. Bedah tumor
Bedah urologi
1. TUR
2. Seksio alta
11
3. Orkidektomi
4. BW Plasti
5. Vasektomi
6. Vesiulolitotomi
Kontra indikasi
Absolut
1. Persiapan menolak
2. Terdapat lesi di tempat penyuntikan
3. Sepsis
4. Koagulopati
5. Peningkatan tekanan intra kranial
Relatif
1. Infeksi di sekitar penyuntikan
2. Hipovolemia
3. Penyakit sususna saraf pusat
4. Nyeri punggung kronik
Komplikasi Hipotensi
Total blok
Perdarahan subarachnoid
Trauma serabut saraf
Pemeriksaan DPL
penunjang BT / CT
Pemeriksaan lain atas indikasi
Daftar Clinical Anesthesia Prosedur Of Massachussets General Hospital
Pustaka Clinical Anesthesia
12
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
Kebijakan 1. Sebagai bagian dari standard dasar pengelolaan anesthesia dimana ahli
anesthesia bertanggung jawab untuk :
Menentukan status medis pasien
Menbuat rencana pengelolaan anesthesia
Memberi informasi kepada pasien dan atau keluarganya.
2. Standard ini berlaku bagi semua pasien dan atau kelurganya. Pelayanan
anesthesia atau pemantauan selama tindakan. Pada kondisi khusus
misalnya kedaruratan atau RS Pendidikan, standard ini dapat dimodifikasi
sesuai kondisi.
3. Pembuantan rencana pengelolaan anesthesia meliputi :
Mempelajari rekam medis
Melakukan wawancara dan pemeriksaan khusus untuk :
Membahas riwayat penyakit, kebiasaan, pengalaman anesthesia
sebelumnya dan pengobatan yang sedang dijalani.
Menilai aspek kondisi fisik yang mungkin merubah keputusan dalam
hal risiko dan pengelolaan anesthesia.
Meminta dan mempelajari hasil0hasil pemeriksaan dan konsultasi yang
diperlukan untuk tindakan anesthesia.
Menetukan obat-obat atau medikasi pra-anestesia yang diperlukan untuk
tindakan anesthesia.
Ahli anestesiologi yang bertanggung jawab memriksa kembali bahwa
hal-hal tesebut diatas sudah dilakukan secara benar dan dicatat dalam
13
rekam medis pasien.
4. Kunjungan pra-anestesia dapat dilakukan di ruang rawat. Poliklinik
anesthesia, tempat lain bila kondisi mangharuskan.
5. Setiap hasil kunjungan pra-anestesia yang dilakukan oleh residen/peserta
PPDS harus dilaporkan kepada konsulen dengan sepengetahuan residen
senior atau Chef Rseiden.
14
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
Prosedur Penjelasan kepada pasien dan atau keluarganya tentang prosedur yang
akan dilakukan.
Pressure monitoring kit dihubungkan dengan NaCl berheparin yang
dimasukkan dalam kantung bertekanan.
Pastikan tidak ada udara di sepanjang selang kit.
Pompa kantung hingga tekanan 300 mmHg
Daerah yang akan dipunksi diekspos dengan cara mengganjal
A dan antiseptis
Infiltrasi lidokain pada tempat punksi
15
Punksi pada arteri yang dimaksud menggunakan kanul intravena yang
sesuai
Seusai kanul terinsersi dengan baik, sambungkan dengan threeway
panjang.
Tutup threeway kearah proksimal, biarkan darah mengalir keluar melalui port
pada threeway.
Tutup threeway kearah distal (arah pasien)
Bilas (flush) cairan NaCl berheparin kearah luar, pastikan tidak ada udara
lagi sepanjang selang.
Tutup threeway kea rah port, bilas NaCl berheparin kearah pasien.
Kalibrasi nilain tekanan
Fiksasi dengan plester, tutup tempat punksi dengan kassa steril setelah
diberi antiseptik
Prosedur selesai
16
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
17
Dokter anestesi atau residen anestesi yang bertanggung jawab dalam
melakukan tindakan anestesi melakukan serah terima pasien dengan staf
ruang pulih atau dokter anestesi atau residen anestesi yang bertugas di
ruang pulih :
Status atau keadaan umum pasien sewaktu tiba di ruang pulih di cata
pada rekam medis anestesi pasien.
Informasi kondisi preoperastive, perjalanan operasi dan anestesi
dibeitahu pasa staf / dokter anestesi / residen anestesi yang
bertanggung jawab di ruang pulih.
Anggota tim anestesi harus tetap di ruang pulih sampai staf / dokter
anestesi / residen anestesi ruang pulih bersedia menerima tanggung
jawab penatalaksanaan pasien.
Selama di ruang pulih, kondisi pasien dievaluasi dan dipantau :
Monitor jalan nafas, oksigenasi, ventilasi, sirkulasi dan temperature
pasien
Pada rekan medis anestesi dicatat:
Hasil pemantauan selama di ruang pulih.
Skor ruang pulih (Aldrette) pada pasien masuk dan keluar ruang
pulih.
Pangawasan dan koordinasi penatalaksanaan medis pasien di ruang pulih
merupakan tanggung jawab dokter atau residen anestesi yang bertugas di
ruang pulih.
Selama di ruang pulih pasien juga mendapat penatalaksanaan nyeri dan
mual muntah yang efektif dan efisien bila diperlukan.
Pasien dapat dikeluarkan dari ruang pulih ke unit rawat bila :
Jalan nafas, ventilasi, oksigenasi, sirkulasi dan temperature dalam
kondisi baik dan stabil.
Tidak membutuhkan penatalaksanaan dan pemantauan intensif pasca
bedah.
Skor Aldrette > 8
Disetujui oleh dokter anestesi da ditandatangani pada rekam medis
anestesi pasien.
18
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
19
Obat anesthesia lokal dimasukkan setelah dipastikan jarum masuk ke
ruang epidural
Sebelum obat dosis penuh dimasukkan, dilakukan test dose dahulu, yaitu
obat dimasukkan sebanyak 3 cc, ditunggu selama 3 menit. Bila tidak ada
telinga berdengung, sesak nafas, laju nadi cepat, kesadaran terganggu,
kejang-kejang, obat bisa dilanjutakn ke dosis penuh. Bila ada, maka
siapkan alat-alat RJP.
Posisi pasien terlentang kembali, dilakukan pengawasan terhadap tensi,
nadi kesadaran dan pernafasan. Bila tensi turun < 30%, percepat infuse,
masukkan efedrin 10 mg IV, bila perlu ulang setiap menit.
Nilai ketinggian hambatan sensorik dan motorik dengan uji Pin Prick dan
Skala Bromage.
20
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
EKSTUBASI
Pengertian Ekstubasi adalah tindakan pencabutan pipa endotrakea. Ekstubasi dilakukan
pada saat yang tepat bagi pasoen untuk menghindari terjadinya reinturbasi dan
komplikasi lain.
Tujuan Minimalisasi komplikasi yang mungkin timbul
Pemantauan dini komplikasi dan penatalaksanaan segera dari komplikasi
yang timbul.
Keamanan dan kenyamanan pasien terjamin selama pelaksanaan prosedur
Kebijakan Tindakan Ekstubasi membutuhkan tenaga terlatih, asisten, obat-obatan dan
monitoring yang sama dengan stansard intubasi endotrakea terdahulu.
Sebaiknya dilakukan pada pagi atau sdiang hari.
Keputusan Ekstubasi dilakukan oleh konsultan ICU atau residen ICU yang
telah dinyatakan mampu untuk mengambil keputusan.
Kriteria Ekstubasi :
Kesadaran yang adekuat untuk mempertahankan reflex protektif jalan
nafas dan reflex batuk untuk mempertahankan jalan nafas.
Cadangan paru yang adekuat :
Laju nafas < 30 kali / menit
FVC > 15 ml / kg
PaO2 ? FiO2 > 200
Pada psien pasca pembedahan jalan nafas atau edema jalan nafas atas,
edema jalan nafas telah minimal atau ditandai dengan adanya kebocoran
udara yang adekuat setelah cuff pipa endotrakea dikosongkan.
Pasien bedah plstik atau THT bila memungkinkan dibicarakan terlebuih
dahulu dengan dokter bedah plastik atau THT sebelum Ekstubasi.
Pasien dengan intermaxillary fixation yang masih terpasang
membutuhkan dokter bedah plastik dan pemotong kawat bila akan
diekturbasi
Pasien-pasien khusus seperti pasien PPOK, pasien dengan kesadaran
yang tidak baik, mmebutuhkan diskusi dengan konsultan ICU yang
bertugas untuk dilakukan Ekstubasi.
21
Semua pasien pasca Ekstubasi mendapat oksigen
Prosedur Suctioning dab bersihkan jalan nafas pasien
Pipa endotrakea dikosongkan
Lakukan Ekstubasi
Suctioning dan bersihkan kembali jalan nafas pasien.
Cata rekam medis ICU pasien
Keadaan pasien selama Ekstubasi
Obat-obat yang dibrikan
Komplikasi yang terjadi selama dan pasca Ekstubasi
22
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
23
Lepaskan luar lock pada ujung kateter vena sentral dan letakkan ujung jalur
infuse pada alas steril
Tarik 5 ml darah dari ujung kateter vena senteral dan letakkan ujung jalur
infuse pada alas steril.
Kateter vena sentral diflush dengan 5 ml larutan heparin flush yang telah
disediakan
Lanjutkan dengan pemberian Sodium Heparin 5000 U/ml dengan syringe 1
ml sesuai dengan table dibawah.
Jaga jangan ada udara yang masuk ke kateter vena sentral selama
pelaksanaan prosedur
Sambung kembali luar lock
Sesudah prosedur, observasi ada tidaknya aliran darah balik dari kateter
vena sentral.
Dokumen Catat tanggal dan waktu pemberian Heparin Lock pada status harian pasien
terkait ICU.
24
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
25
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
26
Povidon iodine
Syringe 5 ml
Jarum 23 G dan 19 G
Fenestrated drape
Surgical mask
Sarung tangan steril
2 buah insite canulla 20 G
Arm board dengan kabel monitor dan modul
Disposable pressure monitoring kit
NaCl 0.9% 25 cc
Kasa steril
Hubungkan pressure monitoring kit dengan NaCl 0.9% yang telah diberi
heparin. Sebelumnya, pastikan semua koneksi Luer Lock pada monitoring
Kit terkoneksi baik.
Letakkan NaCl 0,9% yang telah diberi heparin didalam pressure bag dan
infilasikan sampai 300 mmHg.
Prime pressure monitoring kit dengan larutan NaCl 0,9% dan dari botol infus,
termasuk sampel port juga diflush.
Pastikan threeway tap untuk sampel port dalam posisi off, dan tutup merah di
tempatnya.
Pertahankan sterilitas ujung pressure monitoring kit dengan membirkan tutup
steril tetap ditempatkan di ujung pressure monitoring kit.
Hubungkan kabel monitor ke pressure monitoring kit dan ke monitor bedside.
Nol-kan pressure monitoring kit dengan tekanan atmosfir dengan jalan
menekan tombol zero (nol) pada monitor bedside.
Pada lapangan yang steril, siapkan insyte canulla 20 G, syringe 5 ml 2 buah,
basic dressing pack, benang silk 2/0 dengan jarum cutting, fenestrated
drape, jarum 23 G dan 19 G alcohol, povidon, iodine, sarung tangan steril.
Siapkan juga di luar lapangan steril Lidokain injeksi.
Tentukan tempat pemasangan jalur arteri (dengan urutan aretri radialis, arteri
femoralis, atau arteri brachialis) dan konfirmasikan adanya sirkulasi kolateral
yang adekuat (allen test). Posisikan ekstermitas yang akan do punksi pada
posisi yang baik(dorsofleksi pergelangan tangan)
Cuci tangan dan pakai sarung tangan steril
27
Preparasi tempat yang dipilih dengan teknik a dan antisepsis
Isi syringe dengan NaCl 0.9% yang telah diberi heparin hubungkan stopcock
dengan syringe.
Berikan anestesi lokal dengan Lidokain bila perlu
Punksi insyte canulla pada kulit dengan sudut 45º dengan aksis arteri. Bila
perlu punksi kulit terlebih dahulu dengan jarum 19 G
Insyte canulla diteruskan sampai menembus arteri yang ditandai dengan
adanya aliran balik darah arterial pada jarum, pangkal ditahan dan kanula
diteruskan masuk ke arteri.
Berikan tekanan pada daerah arteri di ujung kanula untuk control perdarahan
Cabut jarum, hubungkan stopcock pada syringe yang berisi NaCl 0.9% dan
heparin dengan ujung kanula. Aspirasi untuk memastikan adanya aliran daah
yang balik. Flush untuk mencegah terbentuknya bekuan. Tutup stopcock ke
kanula.
Fiksasi , jait dengan benang silk dan tutup dengan kassa steril dan povidon
iodine atau opsite®
Hubungkan pressure monitoring kit dengan stopcock. Pastikan koneksi
dalam keadaan baik. Flish dengan NaCl 0,9% dan heparin dapi pressure
monitoring kit.
Observasi. Bedside monitor untuk memastikan adanya gambaran
gelombang tekanan arteri yang benar pada monitor.
Periksa sirkulasi distal dan kolateral pada ekstremitas tersebut.
Prosedur Catat tanggal dan waktu pemasangan pada status harian pasien di ICU
Catat komplikasi yang mungkin timbul (iskemi jari, perdarahan pada tempat
punksi dan jalur arteri, emboli arterial) pada status harian di ICU
28
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
INTUBASI ENDOTRAKEA
Pengertian Intubasi endotrakea adalah tindakan pemasangan pipa endotrakea ke dalam
trakea. Intubasi endotrakea adalah tindakan penting dengan risiko tinggi.
Indikasi Pemberian ventilasi mekanik
Mempertahankan jalan nafas
Obstruksi jalan nafas atas
Potensil : luka bakar dini
Nyata : epiglotitis, trauma.
Transportasi pasien
Melindungi jalan nafas
Pasien dengan resiko aspirasi
Gangguan kesadaran
Hilangnya reflex glottis
Tracheal toilet
Jalur masuk obat melalui pipa endotrakea
Tujuan Minimalisasi komplikasi yang mungkin timbul akibat intubasi edotrakea
Pemantauan dini komplikasi akibat intubasi endotrakea dan
penatalaksanaan segera dari komplikasi timbul
Keamanan dan kenyamanan pasien tejamin selama pelaksanaan prosedur
Didapatnya keuntungan klinis yang jelas dengan intubasi endotrakea
Kebijakan Intubasi endotrakea dilakukan oleh dokter anestesi atau residen anestesi
yang telah dinyatakan terlatih dan mampu oleh konsultan anestesi untuk
melakukan intubasi endotrakea. Resoden yang belum terlatih dapat
melakukan prosedur tersebut dengan supervises dokter konsultan anestesi
atau residen anesthesia yang telah terlatih.
Dibutuhkan asisten yang telah terlatih selama prosedur.
Bila temukan kesulitan intubasi, segera minta bantuan dari yang ahli.
Intubasi orotrakea adalah teknik intubasi standar di IGD RSCM
Intubasi nasotrakea dapat dilakukan bila ada indikasi untuk itu.
Metode intubasi :
Visualisasi langsung dengan rapid sequence intubation
29
Bronkoskopi serat optic (awake intubation)
Intubation laryngeal mask (Fastrac)
Pipa endotrakea standar adalah pipa orotrakea PVC high volume, low
pressure
Sebelum melaksanakan prosedur dijelaskan terlebih dahulu pada pasien bila
mungkin dan pada keluarga pasien, kecuali pada keadaan emergensi atau
pada tindakan resusitasi. Ijin tindakan tertulis dilengkapi dan ditandatangani
pasien atau keluarga pasien, kecuali pada keadaan emergensi atau pada
tindakan resusitasi.
Komplikasi
Selamatindakan intubasi
Aspirasi
Kerusakan gigi
Perforasi oropharing dan atau laring
Epistaxis
Hipoksemia
Iskemik miokard
Edema paru
Intubasi endobronkial
Stimulasi vegal : bradikardia dan hipotensi
Laringosperm
Pasien dengan fraktur cervical dapat mengalami paralisis
Intubasi lama
Ulserasi mukosa trakea
Pipa endotrakea tersumbat atau kinking
Intubasi endobronkhial
Pasca Ekstubasi
Nyeri tenggorokan
Kerusakan pipa suara
Saura serak
Stridor
Stenosis trakea
Laringosparm
Prosedur Intubator merupakan coordinator tindakan intubasi, dibantu beberapa asisten
yang bertugas :
30
Memasukkan obat
Memberikan tekanan krikoid bila dibutuhkan
Melakukan in line cervical immobilisation bila diperlukan
Pastikan akses intravena yang adekuat telah terpasang dengan baik
Alat-alat yang dibutuhkan
Oropharyngeal airway
Suction unit yang bekerja baik dengan kateter suction yang sesuai
Bag valve mask yang sesuai
Oksigenasi 100% dengan flowmeter pada 15 liter/men
2 set laryngoskop yang bekerja baik
Forsep Magill
Introducer
2 ukuran pipa endotrakea (ukuran normal dan 1 ukuran lebih kecil).
Pastikan cuff pipa endotrakea baik.
Plester
Syringe untuk cuff
Stetoskop
Akses bila terjadi kesulitan intubasi
Sesuai protokol kesulitan intubasi
Alat-alat krikotirotomi /krikotiroidotomi
Pada pasien terpasang monitor :
Saturasi denyut oksigen
Tekanan darah
EKG
Bila ada : kapnografi, tekanan darah invasif
Obat-obatan yang disediakan :
Obat induksi : triopental, fentanyl, midazolam, ketamin dsb
Pelumpuh otot : suksinilkolin, rokuronuim dsb
Sulfas atropine
Adrenalin
Obat-obat resusitasi lain
Intubasi orotrakea dengan rapid sequence induction :
Preoksigenasi dengan oksigen 100% selama 3-4 menit
Perload dengan cara kristaloid 250-500 ml bila tidak terdapat kontra
indikasi
31
Berikan obat induksi dan pelumpuh otot sesuai keadaan pasien bila tidak
terdapat kontra indikasi
Asisten menberikan tekanan pada krikoid
Visualisasi langsung pita suara dengan laringoskop dan intubasi trakea
Pasien dengan dugaan trauma cervical delakukan pada posisi netral
dengan in line axial stabilization.
Konfirmasi letak ujung ppa endotrakea :
Auskultasi dada kiri dan kanan pada saat nentilasi manual
End tidal CO2 bila tersedia
Lepaskan pipa endotrakea
Beri ventilasi tekanan positif engan bag valve mask atau dengan
ventilator
Pastikan sedasi dan pelumpuh otot yang adekuat
Pertimbangkam pemasangan langsung pipa nesogastrik karena
dibutuhkan oleh mayoritas pasien dan tidak dibutuhkan pengulangan foto
thorax lagi.
Lakukan foto thorax
Analisa gas darah, bila pasien dengan ventilator sesuaikan FiO2
Catat pada rekam medis
Panjang pipa endotrakea di gigi pasien
Keadaan pasien selama intubasi endotrakea
Obat-obatan yang diberikan
Komplikasi yang terjadi selama pemasangan pipa endotrakea
Hasil pemeriksaan pemeriksaan foto thorax dan analisa gas darah.
32
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
33
Menggunakan baju khusus selama melaksanakan tindakan jika
memungkinkan terkontaminasi darah, secret ke tubuh petugas.
Tidak membengkokkan jarum atau mematahkan jarum suntik dengan
tangan, tidak melepaskan jarum suntik dari tutupnya, atau jangan
melakukan apapun pada jarum suntik dengan menggunakan tangan.
Melakukan desinfeksi disetiap akan melakukan tindakan diantara kedua
tindakan. Dalam wakyu yang bersamaan.
Pisahkan sampah infeksius dan non infeksius pada tempat yang telah
disediakan.
Angkat sampah infeksius jika ⅔ kantong terisi, kemudian di ikat rapat.
34
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
35
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
36
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
37
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
38
Pemberian infus dimulai, bila aliaran cairan infus lancer, maka kanula
berhasil dilakukan. Bila terjadi pembengkakan atau hematom, kateter
intravena dicabut, diberikan tekanan lokal pada hematom, kateter intravena
dicabut, diberikan tekanan lokal pada tempat punksi. Cari lagi tempat punksi
yang lain.
Tutup dengan kasa steril dan plester setelah pemberian povidon iodine atau
dengan oklusif adhesive yang lain (Opsite)
Dokumen Tanggal dan waktu pemasangan dicatat pada status pasien.
terkait Komplikasi yang timbul (infeksi, thrombosis) dicatat pada status harian
pasien diICU.
39
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
40
Infeksi berat, gangguan fungsi paru dan kardiak
Reaksi alergi
Pemilihan tempat punksi disesuaikan dengan hasil evaluasi status
pasien
Selama dan setelah pemasangan trolley resusitasi harus tersedia
dekat pasien.
Selama pelaksanaan prosedur dimonitor tekanan darah noninvasive,
laju nadi dan EKG pasien. Bunyi kompleks QRS pada monitor arus
dihidupkan selama pelaksanaan prosedur.
Tempat tidur pasien harus dapat dimiringkan untuk mendapat posisi
trendelenburg
Sebelum melaksanakan prosedur, dijelaskan terlebih dahulu pada
pasien bila mungkin dan keluarga pasien. Izin tindakan tertulis
dilengkapi dan ditandatangani pasien atau keluarga pasien.
Keamanan dan kenyamanan pasien diperhatikan selama
pelaksanaan prosedur
Prosedur dilakukan dengan teknik a dan antiseptic dengan
memperhatikan prinsip Universal Precaution.
Foto thorax harus sesegera mungkin didapat hasilnya setelah
pemasangan kateter vena sentral.
Standard kateter vena sentral di ICU di RS dr Tadjuddin Chalid
Makassar adalah kateter sentral tripel lumen 20 cm yang dipasang
dengan teknik Sehlinger.
Bila mungkin dan sesuai dengan indikasi klinis yang ada, kateter vena
sentral yang dipasang sebelum pasien masuk ICU yang tidak sesuai
dengan spesifikasi di atas dapat diganti.
Dalam keadaan resusitasi cairan akut dalam jumlah besar, kateter
vena sentral tripel lumen mungkin tidak cukup, pertimbangkan
penggunaan sheath kateter arteri pulmonalis.
Komplikasi yang timbul mungkin akibat pemasangan kateter vena
sentral:
Pada saat punksi :
Punksi arteri :
Hematom dengan mass effect
Trombosis / emboli arteri.
Pneumotoraks, hematothoraks, chyclothoraks.
41
Cedera syaraf ( syaraf phrenikus, brakhialis, femoralis )
Pasase wire / kateter
Aritmia
Perforasi vena cava superior, atrium kanan, tamponaden
jantung.
Pasca pemasangan kateter vena sentral
Infeksi
Trombosis
Emboli
Obstruksi
Akibat pemakaian heparin.
Prosedur Alat-alat yang dibutuhkan :
Set kateter vena sentral yang sesuai.
Set infus
Larutan antiseptic : povidon.
Masker dengan baju panjang dan sarung tangan steril.
Handuk steril.
Kain tutup steril.
Kasa steril.
Syringe 5 ml dan 3 ml.
Pisau bedah.
Heparin.
Lidokain injeksi.
Benang silk 3-0.
Set minor.
Transparent dressing.
Vena sublakvia pendekatan intrakalvukula
Pertimbangkan pemasangan kateter vena sentral via vena
sublakvia bila dijumpai status koagulasi sebagai berikut:
Jumlah trombosit < 50.000 / mm3
Fibrinogen < 1,20 g/l
PTT > 50 detik.
INR < 0,5
Bila dijumpai gangguan koagulasi, petimbangkan pemasangan
kateter vena sentral perifer (PICC) atau via vena femoralis.
Posisi pasien Trendelenburg 15-25 derajat dengan kepala
42
berpaling 45 derajat ke sisi berlawanan.
Cuci tangan.
Pakai baju panjang steril dan sarung tangan steril.
Tempat punksi 1 cm di bawah pertengahan clavicula.
Preparasi tempat punksi dan sekitarnya dengan povidon iodine
dan alcohol.
Tututp daerah punksi dengan kain tutup steril.
Injeksikan anestesi lokal pada tempat punksi.
Sambungkan syringe dengan jarum punksi yang ada pada set
kateter vena sentral. Punksi dengan sudut 15 derajat dari
permukaan kulit ke arah atas hingga menyentuh clavicula. Jarum
diteruskan pelan di bawah clavicula ke arah takik suprasternal
hingga mencapai 3-5 cm dibawah kulit sambil membuat tekanan
negative pada syringe. Vena sublakvia telah dicapai bila dijumpai
adanya aliran balik darah pada syringe.
Bila aliran darah tidak berwarna merah segar dan tidak berdenyut
sesuai denyut jantung, guidewire dapat dimasukkan ke jarum.
Pastikan sambungan antara jarum dan unit dispenser guidewire
dalam keadaan baik.
Masukkan gudewirw sedalam 5-6 cm, cabut jarum punksi dengan
tetap memegang guidewire supaya posisi giudewire tidak berubah
dan guidewire tidak terlepas masuk mengikuti aliran darah. Kulit
sekitar guidewire dapat dilebarkan dengan pisau bedah (dengan
hati-hati supaya tidak merusak guidewire).
Dilator dimasukkan melalui guidewire, diteruskan sampai
mencapai vena. Setelah itu dicabut dilator.
Kateter vena sentral dimasukkan ke vena sentral melalui
guidewire. Tanda pada kateter vena sentral menunjukkan
kedalaman vena sentral yang dimasukkan. Masukkan kateter
sedalam 10-15 cm. Pada jenis kateter yang dihubungkan dengan
monitor EKG, masukkan kateter sampai dijumpai adanya
gelombang P pada monitor EKG.
Cabut guidewire dan periksa semua lumen kateter vena sentral
untuk kemungkinan obstruksi dengan larutan NaCl fisiologis.
Lumen kateter yang tidak terpakai diisi dengan heparin lock
solution.
43
Sayap fiksasi dipasang pada kateter vena sentral. Pastikan klip
sayap terpasang baik untuk minimalisasi keluarnya kateter vena
sentral dari vena sentral.
Sayap fiksasi dijahit pada kulit.
Besihkan tempat punksi dan ditutup dengan transparent dressing.
Hasil pemeriksaan foto thoraks pasca pemasangan kateter vena
sentral diusahakan sesegera mungkin didapat.
Monitor tanda vital pasien pasca pemasangan kateter vena
sentral dengan trolley resusitasi tersedia dekat pasien.
Catat waktu, tempat pemasangan dan komplikasi yang dijumpai
pada pemasangan kateter vena sentral pada status harian pasien
di ICU.
44
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
45
Bila ujung kateter akan dikultur siapkan peralatan kultur.
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien bila mungkin.
Posisi pasien supine atau trendelenburg.
Klem jalur infus yang ada.
Preparasi kulit dengan larutan povidon iodine.
Cuci tangan dan pakai sarung tangan steril.
Lepaskan jahitan yang menahan kateter vena sentral.
Tarik kateter dengan sudut 90 derajat terhadap kulit. Selama
penarikan kateter, pasien diminta menarik nafas atau valsava
manuver.
Segera tutup dengan kasa steril dan berikan tekanan pada kulit
tempat insersi.
Plester oklusif sambil pasien masih menahan nafas.
Pasien bernafas normal kembali dan reposisi pasien.
Dokumen terkait Pada status harian pasien di ICU dicatat : tanggal, waktu, jenis kateter
yang dicabut, dan keadaan kulit pasien (pembengkakan, hematom,
critema, pus)
46
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
47
Monitor dasar yang sesuai untuk pasien : Saturasi oksigen, EKG,
arterial line, kateter, vena sentral.
Instruksi penting yang harus ditulis di status pasien :
Pola ventilasi.
Sedasi / analgesia.
Obat-obatan, infus.
Cairan.
Lakukan pemeriksaan dasar :
Darah rutin, kimia darah, kalau perlu profil koagulasi.
Pemeriksaan mikrobiologi kalau perlu.
Analisa gas darah.
Foto thoraks (setelah terpasangnya jalur kateter vena sentral
atau arteri pulmonalis).
EKG.
Jelaskan rencana penatalaksanaan pasien pada staf perawat.
Informasikan pada konsultan harian ICU yang bertugas.
Pemeriksaan tambahan lain kalau perlu.
Monitor tambahan bias dilakukan bila ada indikasi (kateter arteri
pulmonalis, tekanan intracranial dan sebagainya)
Semua hasil pemeriksaan dan instruksi harus ditulis di status harian
pasien di ICU.
48
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
49
selanjutnya lepas kabel monitor yang menempel pada pasien.
Matikan alat monitor (switch off). Kabel monitor dapat ditinggalkan
terpasang pada alat monitor atau dilepaskan guna pemeliharaan /
penyimpanan, tergantung kebutuhan.
50
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
51
Untuk pasien rujukan dari rumah sakit luar, dokter pengirim
menyampaikan kronologis kondisi pasien dan hasil laboratorium dan
alasan merujuk pasien. Untuk ini dokter ICU segera melakukan
konsultasi dengan kepala ICU atau staf medik tetap dan nourse
tentang kemungkinan rawat ICU.
Transportasi pasien dari rumah sakit luar merupakan tanggung
jawab rumah sakit yang merujuk / mengirim pasien.
Untuk konsultasi dari unit pearwatan, dokter ICU sesegera mungkin
datang untuk melakukan penilaian pasien.
Dokter konsulen ICU memutuskan pasien masuk atau tidak,
memberikan jawaban secara tertulis.
Pasien indikasi masuk ICU berdasarkan prioritas (lihat atas).
Pasien atau keluarga harus menandatangani setuju rawat ICU dan
memenuhi peraturan-peraturan yang berlaku di ICU.
Pasien selama dalam transportasi pindah ke ICU harus diawasi oleh
dokter ICU sesuai standar transportasi pasien kritikal.
Dilakukan serah terima pasien antara petugas unit rawat dengan
perawat dengan atau tanpa bersama dokter ICU.
Dokter ICU melakukan penatalaksanaan pasien sesuai standar
penerimaan pasien baru di ICU.
Pada pasien pasca bedah berencana yang akan dimasukkan ICU,
bila keadaan pasien memungkinkan pasien dan kelurga orientasi ke
ICU menjelang hari operasi.
52
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
53
score) dicatat dalam lembar khusus yang lain.
Daily chart disimpan di ICU.
Resume disimpan di ICU sebagai arsip.
Salinan resume disertakan dalam rekam medik rumah sakit.
Resume pasien saat pasien keluar diserah-terimakan kepada
dokter yang menerima.
54
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
55
ventilator atau layar monitor mudah dan jelas terlihat. (pada
ventilator dengan layar monitor digital).
Pilih mode of ventilation : controlled. Pilih single mode : Volume
atau Pressure.
Tentukan volume tidal atau minute volume bila menggunakan mode
volume dan tentukan level / tinggi pressure (cmH2O) bila
menggunakan mode pressure.
Tentukan RR (Respiration Rate).
Tentukan Inspiratory : Expiration (I : E) ratio.
Tentukan fraksi oksigen inspirasi (FiO2).
Jalankan mesin ventilator.
Perhatikan gerakan pada test-lung (kembang / kempis)
Periksa apakah humidifikasi berfungsi baik, hangat dan beruap air.
Atur dan periksa alarm untuk :
Alarm pressure bila menggunakan mode volume.
Alarm volume bila menggunakan mode pressure.
Alarm untuk obstruksi dan kebocoran.
Alarm high dan low pressure.
Alarm untuk FiO2.
Alarm untuk apnea.
Pertimbangkan penggunaan mode tambahan bilamana perlu seperti
PEEP ( Positive End Expiratory Pressure ).
Hubungkan ventilator dengan pasien.
56
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
57
Pemantauan adekuat tidaknya oksigenasi selama anestesia :
Pemantauan perubahan warna kulit pasien bila terjadi
desaturasi dengan penerangan cahaya yang baik.
Bila tersedia, pemantauan oksimetri denyut ( pulse oximetri ).
Selama anestesia umum dengan menggunakan mesin anestesi,
bila tersedia, gunakan oxygen analyzer untuk memantau
konsentrasi oksigen pada sistem pernafasan pasien dan
hidupkan aliran low oxygen saturation.
Pemantauan adekuat tidaknya fungsi sirkulasi pasien :
Pemantauan tekanan darah arterial dan denyut jantung, bila
memungkinkan setiap 5 menit.
Pemantauan EKG secara kontinu mulai dari sebelum induksi
anestesia.
Setiap pasien yang mendapat anestesi, selain dari metode
pemantauan dengan perabaan denyutt nadi atau auskultasi
bunyi jantung.
Pemantauan suhu tubuh selama anestesia :
Bila perubahan suhu tubuh pasien diperlukan, atau diantisipasi
akan terjadi, suhu tubuh pasien sebaiknya dipantau selama
anestesia.
Bila diperlukan, tersedia alat yang dapat memantau suhu tubuh
pasien.
Hasil pemantauan diatas dicatat pada rekam medis anestesia
pasien.
Unit Terkait IBP.
IGD.
Radioterapi / radiodiagnostik.
Kamar Bedah Plastik.
ODC.
58
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
59
Alta drainage pleural (optinal)
Laryngeal mask, combi-tube (optinal)
Alat-alat untuk sirkulasi :
Monitoring tekanan darah
Pulse-oksimeter (SpO2)
Monitor EKG, heart rate (HR)
Defribrilator
External pecemaker (optinal)
Alat untuk memberikan infuse intravena
Syringe / Infusin pump (salah satu)
Alat-alat lain :
Kateter urine an bag (+ pengukur)
Pipa nasogastrik dan bag (+ pengukur)
Alat bedah minor
Cervical Colar, alat immobilisasi spinal)
Obat-obatan : untuk penanggulangan nyeri, anafilaktik, aritmia jantung,
cardiac arrest, edema paru, hipotensi, spasme bronkus, obat-obatan
tersebut : Amonifilin (Adenosine), atropine (bretilium), Ca-chloride,
dexamethason, dextrose, dextrostick, norepinephrine, fu rosemide,
hepain, isoproterenol, lodicain, manitol, nalexone, NGT IV, NGT tablet,
nitroprusside (n), aline, phenytoin, KCL, propranolol, NA bicarbonate,
steril water verapamil. Nercotics, sedatives, neuromuscular blockers.
Persiapan pasien sebelum transportasi
Sedapat mungkin kondisi stabil, kecuali pasien memerlukan
internesi segera di rumah sakit tujuan.
Jalan nafas pasien harus aman, sendiri atau dengan intubasi dan
bantuan ventilasi manual / mekanik.
Pasien harus sudah dalam keadaan terjamin di stretcher da
terpasang monitor.
Selama transportasi terapi, monitoring dan dokumentasi harus terus
dilakukan.
Serah terima tentang kondisi pasien, terapi yang telah dan sedang
dilakukan dokumen resume rekam medik diserah terimakan pada
petugas ditempat tujuan.
60
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
61
Prosedur
62
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
DEFIBRILASI
Pengertian Defibrilasi adalah terapi syok listrik dalam energy tertentu yang diberikan
secara langsung atau tidak langsung pada aritmia jantung
63
dilakukan (atau yang sejenis dengan di bawah ini) :
“Shock on three, On I’m clear” (periksa untuk memastikan bahwa
operator tidak kontak dengan pasien, tempat tidur pasien dan
alat-alat)
“Two you are clear”. (periksa secara visual untuk memastikan
bahwa tidak ada yang kontak dengan pasien atau temapt tidur
pasien. Pastikan bahwa pemberi ventilasi tidak menyentuk alat-
alat ventilasi, termasuk endotracheal tube)
Berikan tekanan sebesar lebih kurang 10 kg pada kedua paddle
Tekan tombol “discharge” bersamaan
Cek monitor. Bila VT/VT menetap, segera recharge defibrillator.
Syok kembali pada 200-300 j, kemudian pada 360 j, dengan mengulang
langkah-langkah di atas.
64
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
65
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
66
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
67
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
PEMBERIAN DIGOKSIN
Pengertian Digoksin adalah salah satu obat penting dalam kegawatdaruratan kardiak
Tujuan Pemebrian obat yang sesuai indikasi, dosis yang sesuai dan dengan
cara pemberian yang tepat.
Semua obat, jumlah dan cara pemberian dicatat pada rekam medik
pasien.
Kebijakan Indikasi untuk memperlambat respon ventrikel pada fibrikasi atrium atau
flutter atrium
Obat alternative untuk PSVT
Toksisitas dapat terjadi di tandai dengan timbulnya atitmia.
Hindari kardioversi pada pasien yang mendapat terapi digoxin kecuali
mengancam jiwa, dengan menggunakan arus listrik rendah (10 sampai
20 joule)
Prosedur Diberikan intravena atau infus pelan 0.25 mg atau 10 sampai 16 µg/kg
ideal sampai didapat efek terapeutik, dengan toksisitas rendah.
Dosis pemeliharaan tergantung pada berat badab dab fungsi ginjal.
68
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
69
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
PEMBERIAN DOBUTAMIN
Pengertian Dobutamin adalah satu obat penting dalam kegawatdaruratan
Tujuan Pemberian obat yang sesuai indikasi, dosis yang sesuai dan dengan
cara pemebrian yang tepat.
Semua obat, jumlah dan cara pemberian dicatat pada rekam medis
pasien.
Kebijakan Indikasi
Kegagalan pompa jantung (gagal jantung kongestif, edema paru)
dengan tekanan darah sistolik 70-100 mmHg dan tidak ada gejala syok.
Hindari pemberiannya pada tekanan darah < 100 mmHg dengan gejala
syok.
Efek samping : takiaritmia, fluktuasi tekanan darah, sakit kepala, mual.
Pemberiannya tidak dicampurkan dengan bikarbonat.
Prosedur 250 mg Dobutamin dicampurkan dengan NaCl 0.9% atau Dekstrose 5%
sesuai kebutuhan.
Diberikan secara infus intravena dengan kecepatan 2 sampai 20
µg/kg/men.
Titrasi sesuai kebutuhan selama pemakaian dobutamin.
Monitoring hemodinamik selama pemakaian dobutamin.
70
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
PEMBERIAN DOPAMIN
Pengertian Dopamin adalah salah satu obat penting dalam kegawatdaruratan.
Tujuan Pemberian obat yang sesuai indikasi, dosis yang sesuai dan dengan
cara pemebrian yang tepat.
Semua obat, jumlah dan cara pemberian dicatat pada rekam medis
paisen.
Kebijakan Indiakasi :
Obat kedua setelah atropine untuk bradikardi simptomatik
Hopitensi (sistolik < 70-100 mmHg) dengan tanda an gejala dan
garis syok.
Dapat digunakan pada pasien hipovolemik setelah pemberian cairan
adekuat
Pemberiannya tidak dicampur dengan natrium bikarbonat
Efek samping : takikardia, vasokontriksi hebat.
Prosedur Dopamine 400-800 mg dicampurkan dalam NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat, atau Dekstrose 5%.
Diberikan dengan infus kontinu, dititrasi sesuai respon pasien.
Dosis rendah : 1-5 µg/kg/men
Dosis sedang : 5-10 µg/kg/men (dosis kardiak)
Dosis tinggi : 10-20 µg/kg/men (dosis vasopresor)
71
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
PEMBERIAN HEPARIN
Pengertian Heparin adalah salah satu antikoagulan yang peting dipakai.
Tujuan Pemberian obat yang sesuai indikasi, dosis yang sesuai dan dengan
cara pemebrian yang tepat.
Semua obat, jumlah dan cara pemberian dicatat pada rekam medis
paisen
Kebijakan Terapi ajuvan pada infark miokard akut, didahului pemberian fibrin-
spesifik lytic (misalnya alteplase)
Kantra indikasi :
Dosis dan target laboratorium disesuaikan bila bersamaan dengan
terapi fibrinolitik.
Reversal efek heparin : protamin 25 mg, diberikan secara infus pelan
selama 10 menit atau lebih.
Tidak digunakan bila jumlah trombosit < 100.000 atau pada pasien
dengan riwayat heparin-induced-thrombocytopenia.
Prosedur Bolus intravena awal 60 IU/kg
Teruskan infus 12 IU/kg/jam
Sesuaikan sampai didapat activated partial thromboplastin time (aPTT)
1,5 sampai 2 kali nilai normal.
aPTT dicek setiap 6 jam
dosis dapat diubah sesuai keadaan pasien.
72
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
PEMBERIAN ISOPRENALIN
Pengertian Isoprenalin adalah salah satu obat penting dalam resusitasi jantung paru
Tujuan Pemberian obat yang sesuai indikasi, dosis yang sesuai dan dengan
cara pemebrian yang tepat.
Semua obat, jumlah dan cara pemberian dicatat pada rekam medis
paisen
Kebijakan Indikasi
Synrom Adam Stokes, heart block
Bronkospasme yang terjadi selama anestesi
Kontra indikasi
Takikardia, takiaritmia akibat intoksikasi digitalis
Angina pectoris.
Efek samping
Prosedur Pada sindrom Adam Stokes dan heart block
Bolus awal 0,02-0,06 mg selanjutnya 0,01-0,02 mg bolus bila
dibutuhkan
Infus 5 µg/men
Bronkospasme :
Awal 0,01-0,02 mg bolus iv. Dapat diulang bila dibutuhkan.
73
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
74
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
PEMBERIAN NOREPINEPHRINE
Pengertian Norepinephrine adalah salah satu obat penting dalam kegawatdaruratan
kardiak.
Tujuan Pemberian obat yang sesuai indikasi, dosis yang sesuai dan dengan
cara pemebrian yang tepat.
Semua obat, jumlah dan cara pemberian dicatat pada rekam medis
paisen
Kebijakan Indikasi pemberiannya pada syok kardiogenik berat atau hipotensi
signifikan (tekanan darah sistolik < 70 mmHg) dengan resistensi perifer
total rendah.
Ekstravasasi dapat menimbulkan nekrosis jaringan.
Prosedur larutan 4 mg norepinephrine dalam Dektrose 5% atau Dektose 5%
NaCl 0,9%
Hindari pengenceran dengan menggunakan NaCl 0,9% saja
Diberikan melalui infus intravena 0,5 sampai 1,5 µg/menit dititrasi
samapai didapat perbaikan tekanan darah (sampai 30 µg/menit)
Tidak boleh diberikan dalam satu jalur dengan larutan basa.
75
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
PEMBERIAN OKSIGEN
Pengertian Terapi oksigen adalah terapi penting dalam kegawatdaruratan
kardiopulmoner
Tujuan Pemberian obat yang sesuai indikasi, dosis yang sesuai dan dengan cara
pemebrian yang tepat.
Semua obat, jumlah dan cara pemberian dicatat pada rekam medis
paisen
Kebijakan Oksigen diberikan berasal dari tabung oksigen atau sumber oksigen yang
telah diinstal melalui pipa dinding ruangan, dan dihantarkan ke pasien
melalui alat penghantar khusus.
Oksigen diindikasikan untuk :
Setiap dugaan kegawatdaruratan kardiopulmoner, terutama (tapi tidak
terbatas) pada keluhan sesak nafas atau dugaan nyeri dada iskemik.
Oksimetri denyut, bila tersedia merupakan salah satu cara memantau
dan mentitrasi pemberian oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen fisiologis tubuh.
Observasi ketat harus dilakukan bila oksigen diberikan pada pasien
yang tegantung pada hypoxic respiratory drive untuk bernafas.
Oksimetri denyut mungkin tidak akurat pada pasien curah jantung
rendah atau pasien dengan vasokontriksi.
Prosedur
76
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
77
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
78
Segera dilakukan visualisasi langsung dengan laringoskop, meskipun
fiksasi terlihat pada panjang pipa endotrakea yang benar.
Pastikan tidak terjadi herniasi cuff di atas pita suara.
Kenali pasien dengan resiko tinggi kebocoran pipa endotrakea :
Panjang pipa endotrakea yang tidak sesuai (pipa endotrakea
tidak boleh dipotong < 26 cm)
Pasien facial swelling (luka bakar, trauma wajah)
Pasien dengan tekanan jalan nafas yang tinggi selama
ventilasi
Suctioning pipa endotrakea secara teratur (setiap 2 jam) atau lebih sering
bila dijumpai adanya sekret jalan nafas yang banyak.
Humidifikasi yang adekuat.
79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
PEMBERIAN VERAPAMIL
Pengertian Verapamil adalah salah satu obat penting dalam kegawatdaruratan kardiak
Tujuan Pemberian obat yang sesuai indikasi, dosis yang sesuai dan dengan
cara pemebrian yang tepat.
Semua obat, jumlah dan cara pemberian dicatat pada rekam medis
paisen
Kebijakan Verapamil adalah pilihan kedua setelah adenosine untuk mengatasi
PSVT dengan kompleks QRS yang sempit dan tekanan darah yang
adekuat serta fungsi ventrikel kiri jantung baik.
Dapat juga mengendalikan respon ventrikel pada pasien dengan fibrilasi
atrium, flutter atrium atau takikardi atrium mulitifokal.
Tidak digunakan pada tachycardia dengan QRS lebar, sindrom Wolf
Parkonson White dan fibrilasi atrium, sindrom sick sinus, atau blok AV
derajat II dan III tanpa pacu jantung.
Tekanan darah dapat turun setelah pemberian verapamil karena
vasodilatasi perifer. Calcium intravena merupakan antagonis.
Dapat menurunkan kontraktilitas miokard dan menimbulkan penyakit
jantung kongensif pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri.
Gunakan dengan hati-hati pada pasien yang memakai beta bloker
karena dapat menyebabkan hipotensi berat.
Prosedur 2,5 mg sampai 5 mg bolus intravena diberikan pelan selama 2 menit.
Dosis kedua 5 sampai 10 mg, bila diperlukan, diberikan pelan selama 15
sampai 30 menit kemudian, dengan dosis maksimal 20 mg.
Alternatif pemberian lain : 5 mg bolus intravena pelan diberikan setiap 15
menit sampai dosis total 30 mg.
Pada pasien usia lanjut, diberikan dengan kecepatan lebih lambat,
selama dari 3 menit.
80
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
81
Prosedur
Survei ABCD primer
82
Survei ABCD sekunder Epinephrine 1 mg iv
bolus, ulangi setiap 3-
Tujuan : penilaian dan
tatalaksana lanjut
Defibrilasi ulang 1 x
A : Airway, pemasangan alat
bantu jalan nafas secepat
Pertimbangkan
mungkin.
pemberian aminodarone,
lidokain, magnesium
B : Breathing, pastikan
procainamide
penempatan alat bantu jalan
nafas.
Defibrilasi ulang
B : Breathing, fiksasi alat jalan
nafas
B : Breathing, konfirmasi
ventrikel & oksigenasi
83
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF : ANESTESI
RS SENTRA MEDIKA CISALAK
84
Prosedur Dilakukan serah terima yang baik dengan dokter yang merujuk untuk
perawatan di ICU, usahakan mendapatkan informasi yang penting
selengkap mungkin.
Survei primer :
Pastikan jalan nafas dan pernafasan adekuat dan berikan pada
pasien oksigen dengan fraksi tertinggi (100%) sampai pemeriksaan
analisa gas darah dilakukan.
Periksa sirkulasi dan akses vena.
Survei sekunder : pemeriksaan pasien secara menyeluruh
Monitor dasar yang sesuai untuk pasien : Saturasi Oksigen, EKG, Arterial
Line, Katetet Vena Sentral.
Instruksi penting yang harus ditulis di status pasien :
Pola ventilasi
Sedasi / analgesia
Obat – obatan, infus
Cairan
Lakukan pemeriksaan dasar :
Darah rutin, Kimia darah, kalau perlu profil koagulasi
Pemeriksaan mikrobiologi kalau perlu
Analisa gas darah
Foto thorax (setelah terpasangnya jalur kateter vena sentral atau
arteri pulmonalis)
EKG
Jelaskan rencana petalaksanaan pasien pada staf perawat
Informasikan pada konsultan yang bertugas
Pemeriksaan tambahan lain kalau perlu bias ditambahkan (CT scan,
anginografi, MRI, dan segalanya)
Monitor tambahan bisa dilakukan bila ada indikasi (kateter arteri
pulmonalis, tekanan intakranial dan sebagainya)
Semua hasil pemeriksaan dan instruksi harus ditulis di status harian
pasien ICU.
85