PROGRAM ISPA
TAHUN 2021
Disusun oleh:
WAHYU DWI PRASETYO, S.KEP., NS
PUSKESMAS PUGAAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN TABALONG
PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Latar Belakang Pembangunan dibidang kesehatan sebagai bagian dari
pembangunan nasional yang ditata dalam Sistem Kesehatan Nasional diarahkan
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dan produktif sebagai perwujudan
dari kesejahteraan umum seperti yang dimaksud dalam pembukaan undang-
undang dasar 1945 dan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap penduduk, pelayanan
kesehatan harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu dalam pelayanan
kesehatan perorangan, pelayanan kesehatan keluaraga maupun pelayanan
kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2006).
Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah
mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah
kompleks, dimana penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama
pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu hamil dan ibu meneteki serta anak
bawah lima tahun (Rasmaliah, 2008: ). Sebagai upaya mewujudkan Visi Indonesia
Sehat 2010, pemerintah telah menyusun berbagai program pembangunan dalam
bidang kesehatan antara lain kegiatan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
baik yang bersifat promotif preventif, kuratif dan rehabilatif di semua aspek
lingkungan kegiatan pelayanan kesehatan (WHO, 2003).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab
kematian yang paling banyak terjadi pada anak di negara sedang berkembang.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut ini menyebabkan 4 dari 15 juta perkiraan
kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun pada setiap tahunnya sebanyak dua
pertiga kematian tersebut adalah bayi (WHO, 2003). Penyakit saluran pernapasan
pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa
dewasa. dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic
obstructive pulmonary disease (WHO, 2003). Infeksi saluran Pernapasan Atas
(ISPA) dapat menyebabkan demam, batuk, pilek dan sakit tenggorokan (Bidulh,
2002). Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan
bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu
penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang
maupun di Negara maju (WHO, 2003 ).
Di Indonesia terjadi lima kasus diantara 1000 bayi atau Balita, ISPA
mengakibatkan 150.000 bayi atau Balita meninggal tiap tahun atau 12.500 korban
perbulan atau 416 kasus perhari, atau 17 anak perjam atau seorang bayi tiap lima
2
menit (Siswono, 2007). Faktor-faktor yang bisa menjadi penyebab penyakit ISPA
yaitu antara lain: Umur, Jenis Kelamin, Keadaan Gizi, Kekebalan, Lingkungan,
Imunisasi Yang Tidak Lengkap dan Pemberian Asi Ekslusif yang tidak sesuai
(Depkes, 2002). Kurangnya pengetahuan ibu tentang Imunisasi pertussis
menyebapkan banyaknya balita terkena ISPA, Imunisasi pertusis yakni imunisasi
yang diberikan agar balita tidak rentan terkena Infeksi Saluran Pernapasan.
Diperkirakan kasus pertusis sejumlah 51 juta dengan kematian lebih dari 600.000
orang, namun hanya 1,1 juta penderita dilaporkan dari 163 negara dalam tahun
1983. Hampir 80 % anak- anak yang tidak di imunisasi menderita sakit pertusis
sebelum umur 5 tahun. Kematian karena pertusis, 50 % terjadi pada bayi (umur <
1 tahun). Anak berumur di bawah 2 tahun mempunyai risiko terserang Infeksi
Saluran Pernafasan Akut lebih besar dari pada anak di atas 2 tahun sampai 5 tahun,
keadaan ini karena pada anak di bawah umur 2 tahun imunitasnya belum sempurna
dan lumen saluran nafasnya relatif sempit (Daulay, 2008).
Program P2 Ispa bertujuan untuk menurukan angka kesakitan dan kematian
yang disebabkan oleh penyakit pneumonia.Strategi dalam penanggulangan
pneumonia adalah penemuan dini dan tatalaksana anak batuk dan atau kesukaran
bernafas yang tepat.
Sejak 1990 Departemen Kesehatan telah mengadaptasi, menggunakan dan
menyebarluaskan pedoman tatalaksana pneumonia balita yang bertujuan untuk
menurunkan angka kematian balita karena pneumonia. Saat ini pelaksanaan
program P2 Ispa dalam upaya penanggulangan pneumonia akan lebih ditingkatkan
sehingga cakupan penemuan dini dan tatalaksana pneumonia balita akan lebih
dapat berhasil mencapai sasarannya.
Puskesmas merupakan pusat pengembangan pembinaan dan pelayanan
kesehatan masyarakat dan merupakan pos terdepan dalam pembangunan kesehatan
masyarakat.
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
orang yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.
Untuk melihat sejauh mana upaya yang dilaksanakan Puskesmas dalam
memberikan pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya dan tingkat
keberhasilan program-program kegiatan puskesmas, maka diperlukan evaluasi atas
kegiatan setiap bulan.
B. TUJUAN
3
1. Tujuan Umum
Untuk memeperoleh gambaran dan mengevaluasi sejauh mana program P2
ISPA yang dilaksanakan di Puskesmas Pugaan dapat berjalan sesuai target yang
telah ditetapkan pada tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengevaluasi angka kematian pneumonia balita di Puskesmas Pugaan
b. Untuk mengevaluasi angka kesakitan pneumonia balita di Puskesmas
Pugaan
c. Untuk mengetahui faktor penghambat dan penunjang dari program ISPA
d. di Puskesmas Pugaan
e. Untuk mengetahui permasalahan yang ada di Puskesmas Pugaan tahun 2020
dan untuk perbaikan di tahun berikutnya
f. Mengetahui sasaran desa yang sudah mencapai target
g. Untuk melaksanakan pertanggung jawaban di bidang administrasi dalam
bentuk pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan
C. SASARAN
Sasaran kegiatan program ISPA ditujukan pada kelompok usia balita yaitu bayi ( 0
- <1 tahun) dan anak balita ( 1 - < 5 tahun) dengan fokus penanggulangan pada
penyakit Pneumonia
D. KEBIJAKAN
1. Melaksanakan promosi penanggulangan pneumonia balita sehingga
masyarakat, mitra kerja terkait dan penganbil keputusan mendukung
pelaksanaan penanggulangan pneumonia balita.
2. Melaksanakan penemuan penderita melalui sarana kesehatan dasar (pelayanan
kesehatan di desa, puskesmas pembantu, puskesmas dan sarana rawat jalan RS)
dibantu oleh kegiatan posyandu dan kader posyandu.
3. Melaksanakan tatalaksana standar penderita ISPA dengan deteksi dini
pengobatan yang tepat dan segera pencegahan komplikasi dan rujukan ke
sarana kesehatan yang lebih memadai.
4. Melaksanakan survelen kesakitan dan kematian pneumonia balita serta faktor
risikonya termasuk faktor risiko lingkungan dan kependudukan.
E. STRATEGI
1. Promosi penanggulangan pneumonia balita melalui advokasi bina suasana dan
gerakan masyarakat.
4
2. Penurunan angka kesakitan dilakukan dengan upaya pencegahan atau
penanggulangan faktor risiko melalui kerjasama lintas program dan lintas
sektor, seperti melalui kerja sama dengan program imunisasi program bina
kesehatan balita, program gizi dan program kesling.
3. Peningkatan penemuan melalui upaya peningkatan prilaku masyarakat dalam
pencaharian pengobatan yang tepat.
4. Malaksanakan tatalaksana kasus melalui pendekatan MTBS dan audit kasus
untuk peningkatan kualitas tatalaksana kasus ISPA
5. Peningkatan surveilen ISPA melalui kegiatan surveilen rutin, autopsi verbal dan
pengembangan informasi kesehatan serta audit manajemen program.
5
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. GEOGRAFI
Wilayah kerja UPT Puskesmas Pugaan meliputi seluruh dari wilayah
Administrasi Kecamatan Pugaan, yang merupakan bagian dari Kabupaten
Tabalong dengan luas wilayah 64,06 Km2, yang terdiri dari 7 Desa (Desa Sei
Rukam I, Sei Rukam II, Halangan, Pugaan, Tamunti, Jirak dan Pampanan). Batas
wilayah kerja UPT Puskesmas Pugaan adalah sebagai berikut :
1) Sebelah Utara : Kecamatan Kelua dan Muara Harus
2) Sebelah Timur : Kecamatan Lampihong Kab. Balangan
3) Sebelah Selatan : Kecamatan Amuntai Utara Kab. HSU
4) Sebelah Barat : Kecamatan Banua Lawas
Keadaan geografi terdiri atas tanah perkampungan, rawa-rawa dan
persawahan. Ketinggian berada 8 – 13 M dari permukaan laut.
C. KEADAAN EKONOMI
Mata pencaharian penduduk adalah pedagang, petani, Pegawai Negeri, buruh,
pensiunan dan lain-lain.
D. SARANA/TENAGA KESEHATAN.
Sarana pelayanan kesehatan di wilayah kerja UPT Puskesmas Pugaan dapat
dilihat pada tabel I.1 berikut:
Tabel II.1 Data Sarana Pelayanan Kesehatan UPT Puskesmas Pugaan Tahun 2020
No Sarana Jumlah Ket.
1 Puskesmas 1 buah
2 Puskesmas Pembantu 1 buah
3 Poskesdes 6 buah
4 Puskesmas Keliling 1 unit R4
Jumlah 9 buah/unit
6
Ketenagaan yang ada di UPT Puskesmas Pugaan berjumlah 49 orang dengan
rincian pada tabel I.2 berikut:
Tabel II.2 Data Tenaga Kesehatan di UPT Puskesmas Pugaan Tahun 2020
No Tenaga Kesehatan Jumlah (orang)
1 Pimpinan Puskesmas 1
2 Kasubag Tata Usaha 1
3 Dokter Umum (PNS: 1, PTT : 1) 2
4 Dokter Gigi (PNS: 1) 1
5 Perawat (PNS : 6, Tenaga Tugsus : 2, TKS : 9
1)
6 Bidan (PNS : 4, Tenaga Tugsus: 2, TKS: 5) 11
7 Nutrisionis (PNS: 1, Tenaga Tugsus: 2, 3
TKS : 1)
8 Sanitarian (PNS: 2, Kontrak : 2) 4
9 Analis (PNS: 1, Kontrak : 1, TKS : 1) 3
10 Apoteker (TKS : 1) 1
11 Asisten apoteker (PNS: 1, TKS : 1) 2
12 Pengadministrasi umum (PNS ; 1, TKS : 2) 3
13 Honor APBD (Sopir : 1, CS : 1, Penjaga 4
Keamanan : 1, Pramubakti ; 1)
14 Kontrak BOK : 4 4
JUMLAH 49
7
BAB III
HASIL KEGIATAN
A. PENGERTIAN ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang pernapasan mulai dari hidung hingga alveoli. Penyakit ISPA yang
menjadi masalah dan masuk dalam program penanggulangan penyakit adalah
pneumonia karena merupakan salah satu penyebab kematian anak. Pneumonia
adalah infeksi akut yang menyerang jaringan paru (alveoli). Infeksi ini bisa
disebabkan oleh bakteri, jamur, virus atau kecelakaan karena menghirup cairan
atau bahan kimia. Populasi rentan yang terserang pneumonia adalah anak umur < 2
tahun.
8
satu gejalanya adalah infeksi saluran nafas. Selain itu, perilaku hidup bersih dan
sehat merupakan modal utama bagi pencegahan ISPA, sebaliknya perilaku yang
tidak mencerminkan hidup sehat akan menimbulkan berbagai penyakit.
Selain dengan mempertahankan sistem kekebalan tubuh dari puskesmas
purabaya juga melakukan pencegahan terhadap penyakit ISPA yaitu dengan
melakukan Penyuluhan ISPA di posyandu-posyandu yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Pugaan serta melakukan sosialisasi kepada kader kesehatan tentang
penyakit Ispa.
2. Pengobatan ISPA
Pengobatan ISPA biasanya di fokuskan kepada mereka yang memiliki
sistem kekebalan tubuh yang rendah. ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan
Akut sangat rentan kepada anak-anak, itulah mengapa kasus ISPA sebagai
penyakit dengan prevalensi sangat tinggi di dunia juga menunjukkan angka
kematian anak yang sangat tinggi dibandingkan penyakit lainnya. Berdasarkan
jenisnya pengobatan ISPA dapat diklasifikasikan berdasarkan :
a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,
oksigen dan sebagainya.
b. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita
tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian
kotrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik
pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan
di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat
batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,
dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun
panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada
pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai
pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik
(penisilin) selama 10 hari.
9
Tabel III.1 Data Perkiraan Penderita Pneumonia
Jlh Penduduk
Perkiraan
No Usia Balita
Nama Desa Jlh Penduduk Pneumonia
. (10% dari jlh
Balita
Penduduk)
1 Pampanan 1.313 131 84
2 Tamunti 943 94 60
3 Pugaan 1.278 128 84
4 Halangan 1.029 103 72
5 Sei Rukam 1 907 91 60
6 Sei Rukam 2 665 67 48
7 Jirak 1.099 110 72
Jumlah 7234 724 480
Jumlah kunjungan balita batuk dan kesukaran bernapas pada tahun 2020
berjumlah 79 balita sedangkan penemuan penderita pneumonia balita desa
Pampanan 1 kasus, desa Tamunti 1 kasus, desa Pugaan nihl, desa Halangan nihil,
desa Sei Rukam 1 ditemukan nihil, desa Sei Rukam 2 nihil, desa Jirak 1 kasus,
dan dari Luar wilayah/Sumber lain nihil.
100
100 100 100
100 100
100 50 100
100 100
0
100 100
100 100
100 100
100 100
10
Grafik III.2 Capaian Kegiatan Kunjungan Rumah Penderita ISPA Berpotensi
Pneumonia
Jirak Tamunti
100 100
50
SR 100
2 100
Pugaan
100 100
SR 1 Halangan
Grafik III.3 Capaian Penemuan Kasus Pneumonia Puskesmas Pugaan Tahun 2021
N
NA
PA
M
PA TI
100.00 UN
M
TA
AS
M
ES
SK
PU
50.00
13.77
19.18
7.50
A N
GA
16.45
0.00
AK
0.00 PU
0.00
0.00
J IR
0.00
N
GA
LAN
II HA
AM I
UK AM
IR
A UK
NG A IR
SU NG
SU
Cakupan Target
PAMPANAN
1
RS/Suber Lain TAMUNTI
JIRAK 0 PUGAAN
SUNGAI RUKAM I
L P
11
RENCANA USUSLAM KEGIATAN (RUK) PUSKESMAS
PROGRAM P2 ISPA TAHUN 2023
KEBUTUHA
UPAYA TARGET KEBUTUHAN WAKTU SUMBER
PENAGGUN MITRA N INDIKATO
NO KESEHATA KEGIATAN TUJUAN SASARAN SASARA SUMBER PELAKSANAA PEMBIAYAA
G JAWAB KERJA ANGGARA R KINERJA
N N DAYA N N
N
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
UKM
ESENSIAL
Memberikan
Deteksi Dini Kasus Pemeriksaan Awal
Pneumonia pada Untuk Menekan Stetoskop
Bayi/ 17 Pengelola Januari s/d
Bayi/Balita Di Angka Kesakitan Ari Sound Bidan/ 3.400.00 Terget
1 P2 ISPA Balita di Posyand program P2 Nopember APBN (BOK)
Posyandu dan Kematian Timer dokter 0 tercapai
Posyandu u ISPA 2023
(1 org x 17 Posy x 4 kl akibat Penyakit Termometer
x Rp 50.000) Pneumonia Pada
Bayi/Balita
Keluarga
Follow Up Menekan Angka
&
Penatalaksanaan Kematian akibat Petugas
Penderita Perawa
Penderita ISPA Penyakit Pengelola Kesehatan Januari s/d
dengan t/ Terget
2 P2 ISPA berpotensi Pneumonia Pada 7 Desa Program P2 Perawat, Nopember 3.400.000 APBN (BOK)
Kasus Bidan / tercapai
Pneumonia Balita dan Menekan ISPA Bidan, atau 2023
ISPA / Dokter
(2 org x 34 kss x 1 kl x Angka Kesakitan Dokter
Pneumoni
Rp 50.000) ISPA pada Balita
a
Jumlah 6.800.000
12
Hj. Harliani, S.SiT., MM Wahyu Dwi Prasetyo, S.Kep., Ns
NIP. 19690629 199002 2 001
13
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Laporan tahunan P2 ISPA ini dirasakan sangat bermanfaat bagi Puskesmas,
khusunya dalam rangka mewujudkan “Akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah/puskesmas” kepada masyarakat, dimana laporan tahunan P2 ISPA
ini dapat dijadikan pedoman dan acuan kerja bagi puskesmas dalam
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pos terdepan dalam system pelayanan
yang prima kepada masyarakat yang dilayani.
2. Keberhasilan sesuatu kegiatan atau program tergantung dari bagaimana
perencanaan suatu kegiatan atau program itu dibuat, karena sangat terkait
dengan fungsi – fungsinya manajemen selanjutnya.
3. Tingkat kepedulian masyarakat kepada masalah kesehatan yang sangat
bervariasi antara satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lain.
4. Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan anak-
anak, penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena Pneumonia.
Klasifikasi penyakit ISPA tergantung kepada pemeriksaan dan tanda-tanda
bahaya yang diperlihatkan penderita.
B. SARAN
1. Karena yang terbanyak penyebab kematian dari ISPA adalah karena
pneumonia, maka diharapkan penyakit saluran pernapasan penanganannya
dapat diprioritaskan.
2. Disamping itu penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu
ditingkatkan dan dilaksanakan secara berkesinambungan, serta penatalaksanaan
dan pemberantasan kasus ISPA yang sudah dilaksanakan sekarang ini,
diharapkan lebih ditingkatkan lagi.
3. Perlunya kesadaran dan adanya kerjasama antar warga serta lintas sektor terkait
dalam upaya mencegah dan menanggulangi kejadian penyakit menular ISPA.
4. Dimasa yang akan datang hendaknya waktu yang digunakan atau yang
diberikan Puskesmas dalam penyusunan laporan Tahunan P2 ISPA ini lebih
banyak lagi, oleh karena mencari data dan informasi dilapangan sangat sulit dan
perlu waktu yang lama karena petugas merangkap program lain.
14