Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal
ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun,
serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas
Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik
yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Dobo, 19 Juni 2022
Yang Membuat Pernyataan
Jawaban :
Sentralisasi di Indonesia
Sentralisasi adalah sebuah pemusatan kekuasaan atau wewenang atas segala aspek yang terkait
di dalam masalah pemerintahan untuk kewewenangan pemerintah pusat. Istilah sentralisasi ini
sendiri tidak jarang digunakan untuk mencangkup masalah yang terjadi pada pemerintahan
metode lama di Indonesia sebelum adanya pembentukan dari otonomi daerah.
Bahkan ketika masih pada zaman kerjaan, pada zaman adanya contoh organisasi pemerintahan
yang menganut sistem kolonial dan zaman kemerdekaan istilah dari sentralisasi sendiri sangat
sering dipakai dan kaitannya sangat erat dengan adanya peranan kontrol pada dominasi dan
juga kontrol tempat yang akan bertumpu pada satu titik. Bahkan pada sekarang ini masalah
ataupun urusan yang menyangkut tentang sifat sentralisasi adalah sebagai berikut : Peradilan,
Hankam, luar negri, pemerintahan umum, moneter (mencetak uang, nilai uang dan kekayaan).
Desentralisasi di Indonesia
Desentralisasi adalah sebuah istilah yang mengacu kepada keorganisasian yang bersifat biasa
atau secara simpel dan bisa menjadi definisi dari sebuah penyerahan yang memiliki sangkutan
dengan sebuah kekuasaan. Dimana kaitan dari desentralisasi dengan sebuah sistem yang
berlaku di Indonesia adalah dengan kaitan tentang perubahan dari paradigma pemerintahan
yang di gunakan di Indonesia seperti contoh budaya politik militan.
Sumber :
BMP ADPU4440
No. 2
Kerjasama dapat dikatagorikan menjadi dua bentuk, yaitu kerjasama bilateral dan kerjasama
multilateral, dalam beberapa kasus, pelaksanaan kerjasama antar daerah terkadang muncul
gejala negatif yang meresahkan. Antara lain berkembangnya sentimen primordial, konflik antar
daerah, dan munculnya sikap “ego daerah” yang berlebihan. Kabupaten atau kota cenderung
memproteksi seluruh potensinya secara ketat demi kepentingannya sendiri, dan menutup diri
terhadap kabupaten atau kota lain. Seperti kasus penduduk, lingkungan, dan keamanan DKI
Jakarta, Banjir Bandung raya dll. Coba saudara Kemukakan sudut pandang saudara bagaimana
cara menyelesaian permasalahan tersebut agar dapat dijalankan menurut amanat
Perundangundangan!
Jawaban :
UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah telah memberikan kesempatan bagi
Pemerintah Daerah untuk memberikan alternatif pemecahan-pemecahan inovatif dalam
menghadapi tantangan-tantangan yang dihadapinya. Pemerintah Daerah dituntut untuk
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kualitas penyelenggaraan pelayanan publik
dasar serta bagaimana meningkatkan kemandirian daerah dalam melaksanakan pembangunan.
Berangkat dari fakta sementara, saat ini konsep desentralisasi dan Otonomi Daerah
diartikulasikan oleh daerah hanya terfokus pada usaha menata dan mempercepat
pembangunan di wilayahnya masing-masing. Penerjemahan seperti ini ternyata belum cukup
efisien dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, karena tidak dapat dipungkiri
bahwa maju mundurnya satu daerah juga bergantung pada daerah-daerah lain, khususnya
daerah yang berdekatan.
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah lebih tegas memberikan legalitas yang
besar untuk dilaksanakannya kerjasama pembangunan, baik dengan pihak ketiga (publik atau
swasta) maupun kerjasama antar daerah yang bertetangga. Dalam pasal 195 (1) dinyatakan
bahwa “Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapat kerja sama dengan
daerah lain yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik,
sinergi dan saling menguntungkan.” Bahkan pasal 196 (2) lebih tegas lagi berisi “perintah”
untuk membuat kerjasama antar daerah, dengan menyatakan: “Untuk menciptakan efisiensi,
daerah wajib mengelola pelayanan publik secara bersama dengan daerah sekitarnya untuk
kepentingan masyarakat.”
Kenyataan menunjukan bahwa setelah otonomi daerah ternyata telah dipersepsikan dan
disikapi secara variatif oleh beberapa Pemerintah Daerah di Indonesia. Misalnya mereka
mempersepsikan otonomi sebagai momentum untuk memenuhi keinginan-keinginan
daerahnya sendiri tanpa memperhatikan konteks yang lebih luas yaitu kepentingan negara
secara keseluruhan dan kepentingan daerah lain yang berdekatan. Akibatnya, muncul beberapa
gejala negatif yang meresahkan antara lain berkembangnya sentimen primordial, konflik antar
daerah, berkembangnya proses KKN, konflik antar penduduk, eksploitasi sumberdaya alam
secara berlebihan, dan munculnya sikap “ego daerah” yang berlebihan. Kabupaten atau kota
cenderung memproteksi seluruh potensinya secara ketat demi kepentingannya sendiri, dan
mengisolasikan dirinya terhadap kabupaten atau kota lain. Dampak negatif kegiatan ekonomi di
suatu daerah pada daerah lain, seperti externalities, juga tidak dihiraukan lagi. Bahkan
sentimen daerah mulai timbul dengan adanya kecenderungan umum mengangkat “putera
daerah” menjadi pegawai negeri sipil daerah.
Kerangka Regulasi: PP. No.50 Tahun 2007 tentang Tatacara Pelaksanaan Kerjasama
Antar Daerah :
Setelah berkembangnya berbagai bentuk kerjasama antar daerah(KAD) di Indonesia,
disahkannya PP mengenai tatacara pelaksanaan kerjasama ini memang sangat dinantikan oleh
daerah. Dalam PP ini; yang dimaksudkan dengan kerjasama daerah adalah kesepakatan antara
gubernur dengan gubernur atau gubernur dengan bupati / walikota dengan bupati/walikota
yang lain, dan atau gubernur, bupati/walikota dengan pihak ketiga yang dibuat secara tertulis
serta menimbulkan hak dan kewajiban. Adapun obyek kerjasama daerah adalah seluruh urusan
pemerintah yang telah menjadi kewenangan daerah otonom dan dapat berupa penyediaan
pelayanan public. Penyelenggaraan kerjasama antar daerah (KAD) ini hendaknya
dilaksanankan dengan memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
a) efisiensi;
b) efektifitas;
c) sinergi;
d) saling menguntungkan;
e) kesepakatan bersama;
f) itikad baik;
g) mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan wilayah NKRI;
h) persamaan kedudukan;
i) transparansi;
j) keadilan; dan
k) kepastian hukum.
Untuk tata caranya kerjasama daerah diantaranya diatur hal-hal sebagai berikut:
1. Kepala daerah atau salah satu pihak dapat memprakarsai atau menawarkan rencana
kerjasama kepada kepala daerah yang lain dan pihak ketiga mengenai obyek tertentu.
2. Apabila para pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a menerima rencana kerjasama
tersebut dapat ditingkatkan dengan membuat kesepakatan bersama dan menyiapkan
rancangan perjanjian kerjasama yang paling sedikit memuat:
3. Subjek kerjasama
4. Objek kerjasama
5. Ruang lingkup kerjasama
6. Hak dan kewajiban para pihak
7. Jangka waktu kerjasama
8. Pengakhiran kerjasama
9. Keadaan memaksa; dan
10. Penyelesaian perselisihan
11. Kepala daerah dalam menyiapkan rancangan perjanjian kerjasama melibatkan perangkat
daerah terkait dan dapat meminta pendapat dan saran dari para pakar, perangkat daerah
provinsi, Menteri dan Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen terkait.
12. Kepala daerah dapat menerbitkan surat kuasa untuk penyelesaian rancangan bentuk
kerjasama. Adapun pelaksanaan perjanjian kerjasama dapat dilakukan oleh Satuan Kerja
Perangkat Daerah(SKPD).
Pentingnya Kerjasama Antar Daerah (KAD) :
Dalam sebuah kerjasama terdapat tiga unsure pokok yaitu adanya dua pihak atau lebih yang
membangun kerjasama, adanya interaksi antara pihak-pihak yang terlibat dalam kerjasama dan
tujuan bersama. Ketiga unsure tersebut harus ada dalam sebuah kerjasama. Adanya dua pihak
atau lebih menggambarkan suatu himpunan kepentingan yang saling mempengaruhi satu sama
lain sehingga terjadi interaksi untuk mewujudkan suatu tujuan bersama. Interaksi yang tidak
bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan bersama bukanlah cirri khas dari suatu kerjasama.
Dengan demikian interaksi dari beberapa pihak yang dilakukan harus memungkinkan
terciptanya keseimbangan, artinya interaksi yang hanya menguntungkan sebelah pihak maka
tidak termasuk criteria kerjasama.
Kerjasama menempatkan pihak-pihak yang berinteraksi pada posisi seimbang, serasi dan
selaras karena interaksi bertujuan demi pemenuhan kepentingan bersama tanpa ada yang
dirugikan (Bdk. Pamudji,1983:12). Untuk mengoptimalkan potensi daerah kerjasama antar
daerah dapat menjadi salah satu alternatif inovasi atau konsep yang didasarkan pada
pertimbangan efisiensi dan efektivitas, sinergis dan saling menguntungkan terutama dalam
bidang-bidang yang menyangkut kepentingan lintas wilayah. Kebijakan desentralisasi dan
otonomi daerah, melalui berbagai payung regulasi (peraturan pemerintah) mendorong
kerjasama antar daerah. Kerjasama diharapkan menjadi satu jembatan yang dapat mengubah
potensi konflik kepentingan antardaerah menjadi sebuah potensi pembangunan yang saling
menguntungkan.
Kerjasama antar daerah hanya dapat terbentuk dan berjalan apabila didasarkan pada adanya
kesadaran bahwa daerah-daerah tersebut saling membutuhkan untuk mencapai satu tujuan.
Oleh karena itu, inisiasi kerjasama antar daerah baru dapat berjalan dengan efektif apabila
telah ditemukan kesamaan isu, kesamaan kebutuhan atau kesamaan permasalahan. Kesamaan
inilah yang dijadikan dasar dalam mempertemukan daerah-daerah yang akan dijadikan mitra.
Selain itu, yang juga perlu dipikrkan adalah masalah feasibilitas kerjasama, baik secara ekonmi
maupun politis.
Secara politis karena walau bagaimanapun, keputusan akhir mengenai komitmen untuk
bekerjasama adalah sebuah keputusan politis yang harus diambil pada level pimpinan,
sehingga diperlukan argumentasi-argumentasi untuk bekerjasama yang cukup menarik secara
politis bagi level pimpinan itu. Tentu saja, karena secara politis kerjasama ini harus menarik
bagi semua daerah yang terlibat, maka juga harus menguntungkan bagi semua daerah. Prinsip
“saling menguntungkan” inilah yang menjadi salah satu filosofi dasar kerjasama.
Solusi alternative yang mungkin dapat mendamaikan inkonsistensi antara logika konseptual
dan logika kontekstual terhadap pelaksanaan Kerjasama Antar Daerah :
1. Perlu adanya payung hukum atau regulasi yang jelas dan pasti tentang sumber anggaran
untuk membiayai inisiasi kerjasama antar daerah. UU No.32 tahun 2004 dan PP No.50 tahun
2007 atau regulasi tentang anggaran daerah lainnya belum menjamin dan memberikan
dasar bagi pemerintah local untuk menggunakan sumber dana kerjasama dari pos mana
pun. Hal ini menyebabkan “kehati-hatian” bagi pemerintah daerah dalam membangun
kerjasama antar daerah terutama berkaitan dengan aspek pendanaan.
2. Untuk mensiasati ketidakjelasan dan ketidakpastian regulasi tentang anggaran untuk
kerjasama tersebut maka pemerintah daerah perlu melakukan pengintegrasian kebutuhan
atau isu-isu obyek kerjasama yang akan dikerjasamakan ke dalam sistem perencanaan
daerah melalui RPJP. Dengan demikian masalah anggaran bisa sedikitnya teratasi dengan
dimasukannya program kerjasama tersebut ke dalam sistem perencanaan daerah.
3. Partisipasi. Partisipasi yang dimaksudkan adalah upaya melibatkan multistakeholders
termasuk tokoh-tokoh masyarakat dalam struktur organisasi, tahap perencanaan,
pengambilan keputusan, implementasi, pengawasan dan evaluasi kegiatan kerjasama antar
daerah. Hal ini lebih dimaksudkan untuk meminimalisir penyimpangan dalam melakukan
implementasi. Bagaimanapun baiknya misi yang diemban dan bagaimanapun luhurnya
tujuan sebuah kebijaksanaan, kuncinya adalah pada implementasi. Dalam implementasi
terjadi interaksi yang melibatkan berbagai macam kepentingan yang ada dalam masyarakat
yang dikenal dengan istilah stakeholders. Karena itu implementasi akan selalu melibatkan
kepentingan politik masyarakat dan hal itu menjadikan implementasi sangat rumit
(Syaukani. et.al,2009:292)
4. Membangun komitmen pimpinan daerah akan pentingnya kerjasama antar daerah.
Membangun kesepahaman dengan berpijak pada kepentingan dan keuntungan bersama
merupakan sebuah keniscayaan dalam membangun forum kerjasama antar daerah.
Pimpinan-pimpinan daerah harus bersinergi dan membangun kesepakatan bersama dalam
membangun relasi yang baik antar daerah demi kemajuan daerah masing-masing. Konflik di
masa lalu di antara suku-suku di daerah perbatasan tidak boleh dilihat sebagai faktor
penghalang untuk membangun kerjasama dalam penyamaan tingkat kemakmuran lintas
daerah.
Sumber :
BMP ADPU4440
https://pemerintahansetda.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/kerjasama-antar-
daerah-44
No. 3
Dalam penyelenggaraan pemerintahan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
merupakan salah satu faktor penting untuk mendanai pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan.
Keterbatasan anggaran yang dimiliki pemerintah bisa berakibat tidak terlaksananya fungsi
pemerintah secara optimal. Oleh karena itu, APBD merupakan instrument penting dalam
pengelolaan pemerintahan. Dalam proses pembuatan Peraturan daerah tentang APBD, adanya
tahapan-tahapan yang bersifat kontinuitas dan metodologis. Coba saudara gambarkan bagan
mekanisme urutan proses perumusan dalam menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)!
Jawaban :
Proses perencanaan dan penyusunan APBD, mengacu pada PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, secara garis besar sebagai berikut: (1) penyusunan rencana
kerja pemerintah daerah; (2) penyusunan rancangan kebijakan umum anggaran; (3) penetapan
prioritas dan plafon anggaran sementara; (4) penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD;
(5) penyusunan rancangan perda APBD; dan (6) penetapan APBD.
Dalam gambar, tahapan penyusunan rancangan APBD terlihat sebagai berikut :
Perda APBD
1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Rancangan Perda APBDPenyusunan APBD didasarkan pada perencanaan yang sudah
ditetapkan terlebih dahulu, mengenai program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Bila
dilihat dari perspektif waktunya, perencanaan di tingkat pemerintah daerah dibagi menjadi
tiga kategori yaitu: Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan perencanaan
pemerintah daerah untuk periode 20 tahun; Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
merupakan perencanaan pemerintah daerah untuk periode 5 tahun; dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan perencanaan tahunan daerah. Sedangkan
perencanaan di tingkat SKPD terdiri dari: Rencana Strategi (Renstra) SKPD merupakan
rencana untuk periode 5 tahun; dan Rencana Kerja (Renja) SKPD merupakan rencana kerja
tahunan SKPD.
2. Kebijakan Umum APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)
Suatu jembatan antara proses perumusan kebijakan dan penganggaran merupakan hal
penting dan mendasar agar kebijakan menjadi realitas dan bukannya hanya sekedar
harapan. Untuk tujuan ini harus ditetapkan setidaknya dua aturan yang jelas:
a. Implikasi dari perubahan kebijakan (kebijakan yang diusulkan) terhadap sumber daya
harus dapat diidentifikasi, meskipun dalam estimasi yang kasar, sebelum kebijakan
ditetapkan. Suatu entitas yang mengajukan kebijakan baru harus dapat menghitung
pengaruhnya terhadap pengeluaran publik, baik pengaruhnya terhadap pengeluaran
sendiri maupun terhadap departemen pemerintah yang lain.
b. Semua proposal harus dibicarakan/dikonsultasikan dan dikoordinasikan dengan para
pihak terkait: Ketua TAPD, Kepala Bappeda dan Kepala SKPD.
Suatu hal penting yang harus diperhatikan adalah bahwa sebelum disampaikan dan dibahas
dengan DPRD, Raperda tersebut harus disosialisasikan terlebih dahulu kepada masyarakat
yang bersifat memberikan informasi tentang hak dan kewajiban pemerintah daerah serta
masyarakat dalam pelaksanaan APBD pada tahun anggaran yang direncanakan.
Penyebarluasan dan/atau sosialisasi tentang Raperda APBD ini dilaksanakan oleh
Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah
Sumber :
BMP ADPU4440
No. 4
Kemukakan pandangan saudara terkait pelayanan prima dalam mewujudkan kesejahteraan
rakyat, dan berikan contoh prinsip-prinsip dalam memberikan pelayanan yang baik oleh
pemerintah daerah kepada masyarakat umum!
Jawaban :
Excellent service atau disebut juga Pelayanan Prima adalah melakukan pelayanan sebaik
mungkin kepada para pelanggan, sehingga pelanggan menjadi merasa puas. Secara umum
tujuan pelayanan prima yaitu memberikan pelayanan sehingga bisa memenuhi dan memuaskan
para pelanggan sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan yang maksimal. Manfaat dari
pelayanan prima salah satunya untuk upaya meningkatkan kualitas pelayanan perusahaan
ataupun pemerintah kepada para pelanggan atau masyarakat, serta dapat menjadi acuan untuk
pengembangan penyusunan standar pelayanan. Standar pelayanan dapat diartikan sebagai
tolak ukur atau patokan yang digunakan untuk melakukan pelayanan dan juga sebagai acuan
untuk menilai kualitas suatu pelayanan. Pelayanan disebut prima jika pelanggan sudah merasa
puas dan sesuai dengan harapan pelanggan.
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik yaitu setiap institusi penyelenggara Negara, korporasi,
lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan
publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.
Kegitan tersebut dilaksanakan oleh pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang yang bekerja di
dalam organisasi penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian
tindakan pelayanan publik. Dalam pelaksanaan pelayanan publik harus berdasarkan standar
pelayanan sebagai tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan
dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada
masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.
Pelayanan publik diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik,
pengaturan ini dimaksudan untuk memberikan kepastian hukum dalam hubungan antara
masyarakat dan penyelenggara dalam pelayanan publik. Selain itu, pengaturan mengenai
pelayanan publik bertujuan agar terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak,
tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan publik; agar terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan
publik yang layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik; agar
terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-
undangan; dan agar terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam
penyelengaaran pelayanan publik.
Contoh Pelayanan Publik adalah pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, pelayanan
peradilan, pelayanan navigasi laut, pelayanan keamanan jasa, pelayanan kelalulintasan, dan
pelayanan pasar.
Pelayanan publik dapat dibedakan menjadi :
A. Pelayanan yang berbasis pada orang yaitu
1. Pelayanan amatir adalah pelayanan yang belum memiliki skill atau sering kita sebut
sebagai non-skill
Contoh : penegetik komputer yang belum mengikuti latihan
2. Pelayanan professional adalah pelayanan yang sudah memiliki skill dan biasanya dapat
menanggapi kebutuhan, menyelesaikan tugas, serta keluhan tugas dengan kualitas yang
baik
Contoh : Pelayanan kesehatan manusia yang dilakukan oleh paramedis
Sumber :
BMP ADPU4440