Anda di halaman 1dari 20

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU) UAS TAKE

HOME EXAM (THE) SEMESTER


2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : ANDREAS PUTRA SARUMAHA


Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 041425338

Tanggal Lahir : 03/07/1996

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4440 / ADMINSTRASI PEMERINTAHAN DAERAH

Kode/Nama Program Studi : 50 / ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Kode/Nama UPBJJ : 86 / AMBON

Hari/Tanggal UAS THE : Minggu / 19 Juni 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN RISET, DAN


TEKNOLOGI UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : ANDREAS PUTRA SARUMAHA


NIM : 041425338
Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4440 / ADMINSTRASI PEMERINTAHAN DAERAH
Fakultas : HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Program Studi : ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UPBJJ-UT : AMBON

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.

3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal
ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun,
serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas
Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik
yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Dobo, 19 Juni 2022
Yang Membuat Pernyataan

ANDREAS PUTRA SARUMAHA


No. 1
Disadari bahwa terbitnya Undang-Undang No 22 tahun 1999 ialah awal mula terjadinya
perubahan paradigma dalam sistem pemerintahan daerah di Indonesia. Perubahan paradigma
pemerintahan daerah tersebut adalah perubahan dari paradigma sentralisasi menjadi
desentralisasi. Coba Saudara kemukakan pandangan saudara terkait Kekurangan dan Kelebihan
Desentralisasi dan Sentralisasi di Indonesia !

Jawaban :

Menurut Pandangan Saya :

Sentralisasi di Indonesia
Sentralisasi adalah sebuah pemusatan kekuasaan atau wewenang atas segala aspek yang terkait
di dalam masalah pemerintahan untuk kewewenangan pemerintah pusat. Istilah sentralisasi ini
sendiri tidak jarang digunakan untuk mencangkup masalah yang terjadi pada pemerintahan
metode lama di Indonesia sebelum adanya pembentukan dari otonomi daerah.

Bahkan ketika masih pada zaman kerjaan, pada zaman adanya contoh organisasi pemerintahan
yang menganut sistem kolonial dan zaman kemerdekaan istilah dari sentralisasi sendiri sangat
sering dipakai dan kaitannya sangat erat dengan adanya peranan kontrol pada dominasi dan
juga kontrol tempat yang akan bertumpu pada satu titik. Bahkan pada sekarang ini masalah
ataupun urusan yang menyangkut tentang sifat sentralisasi adalah sebagai berikut : Peradilan,
Hankam, luar negri, pemerintahan umum, moneter (mencetak uang, nilai uang dan kekayaan).

Kelebihan Asas Sentralisasi :


1. Totaliterisme dari penyelenggaraan sistem pendidikan di Indonesia
2. Adanya bentuk keseragaman dari pola pembudayaan masyarakat
3. Organisasi yang akan menjadi lebih khusu dan efisien serta seluruh aktifitas dari organisasi
tersebut menjadi semakin terpusat dan kemudahan dalam sistem pengambilan suara.
4. Pengembangan beserta perencanaan dari beragam organisasi yang akan lebih terintegrasi.
5. Pengurangan dari adanya redundancies yang menyertakan fasilitas dan aset alin yang
berpengaruh di dalam masalah aset yang bisa digunakan secara bersamaan tanpa harus
menyediakan aset yangsama walaupun untuk pekerjaan yang berbeda-beda.

Kekurangan Asas Sentralisasi :


1. Keputusan maupun kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah bisa dihasilkan oleh
beberapa kelompuk yang berada di dalam roda pemerintahan pusat sehingga untuk
memutuskan sesuatu perkara membutuhkan waktu yang lebih lama.
2. Kualitas dari manusia yang bersifat robotic, tanpa kreatifitas dan tanpa inisiatif
3. Akan melahirkan sebuah perintah yang menjadi pemerintahan ototriter yang nantinya tidak
akan mengakui hak-hak daerah
4. Adanya kekayaan nasional berupa kekayaan daerah ytang telah tereksploitasi untuk
menggenapkan segenap kepentingan segelintir pengguna elite politik
5. Dimana salah satu contoh penerapan asas sentralisasi adalah : Bagian dari lembaga
keamanan negara seperti TNI yang nantinya akan melakukan tugas dalam melindungi NKRI
dari 3 titik pusat perlindungan yaitu : darat, laut dan udara. Kemudian peranan dari bank
Indonesia yang merupakan sentral dari semua pengaturan dari kebijakan fisikal dan
kebijakan moneter.

Desentralisasi di Indonesia
Desentralisasi adalah sebuah istilah yang mengacu kepada keorganisasian yang bersifat biasa
atau secara simpel dan bisa menjadi definisi dari sebuah penyerahan yang memiliki sangkutan
dengan sebuah kekuasaan. Dimana kaitan dari desentralisasi dengan sebuah sistem yang
berlaku di Indonesia adalah dengan kaitan tentang perubahan dari paradigma pemerintahan
yang di gunakan di Indonesia seperti contoh budaya politik militan.

Sedangkan istilah desentralisasi dibidang pemerintahan sendiri adalah pelimpahan dari


wewenang yang dimiliki pemerintah pusat untuk sebuah satuan dari organisasi yang dimiliki
pemerintahan untuk menyelenggarakan sebuah kepentingan yang di gunakan pemerintahan
setempat bagi sekumpulan warga yang menempati wilayah tersebut. Dengan hal ini maka
wewenang, prakarsa, dan juga sebuah tanggung jawab tentang segenap urusan yang
diberikanpusat menjadi masalah dan tanggung jawab wilayah dan mengacu kepada prinsip-
prinsi otonomi daerah.

Tujuan dari sebuah desentralisasi adalah:


1. Penangkalan dari sebuah pemusatan keuangan
2. Sebagai sebuah usaha untuk mewujudkan pendemokrasian dari pemerintahan daerah yang
terjadi untuk tanggungan kepada rakyat yang nantinya memiliki sebuah tanggung jawab
terhadap sebuah penyelenggaraan pemerintahan.
3. Untuk penyusunan sebuah progran agar bisa memperbaiki keadaan sosial ekonomi dari
tingkatan lokal hingga tingkatan yang nantinya akan lebih maju dan realistis

Kelebihan Asas Desentralisasi :


1. Struktur dari organisasinya merupakan salah satu pendelegasian dari adanya wewenang
dan bisa menjadi peringan dari manajemen yang dimiliki oleh pemerintah pusat
2. Merupakan alternatif sebagai upaya mengurangi penumpukan pekerjaan yang dimiliki
pemerintah pusat
3. Pemerintah daerah tentunya tidak lagi harus menunggu adanya intruksi dari pemerintah
pusat untuk mengurangi masalah tertentu
4. Peningkatan hubungan kerja antara pemerintah daerah dan pemerintah daerah
5. Lebih efisien dalam beragam bidang
6. Penguranagan pengaruh buruk dari biokrasi karena keputusan dalam mengiolah masalah
segera dilaksanakan

Kekurangan Asas Desentralisasi :


1. Sebuah organ dari pemerintah yang kian membesar hingga struktur dari pemerintahan
menjadi kian kompleks.
2. Kesesuaian dan Keseimbangan akan kian terganggu antara adanya beragam kepentingan
pemerintah daerah
3. Desentralisasi dari tetorial yang akan mendorong timbulnya sebuah paham akan
kedaerahan.
4. Karena terpakai banyak untuk berunding maka waktu yang dibutuhkan kian lama

Sumber :
BMP ADPU4440
No. 2
Kerjasama dapat dikatagorikan menjadi dua bentuk, yaitu kerjasama bilateral dan kerjasama
multilateral, dalam beberapa kasus, pelaksanaan kerjasama antar daerah terkadang muncul
gejala negatif yang meresahkan. Antara lain berkembangnya sentimen primordial, konflik antar
daerah, dan munculnya sikap “ego daerah” yang berlebihan. Kabupaten atau kota cenderung
memproteksi seluruh potensinya secara ketat demi kepentingannya sendiri, dan menutup diri
terhadap kabupaten atau kota lain. Seperti kasus penduduk, lingkungan, dan keamanan DKI
Jakarta, Banjir Bandung raya dll. Coba saudara Kemukakan sudut pandang saudara bagaimana
cara menyelesaian permasalahan tersebut agar dapat dijalankan menurut amanat
Perundangundangan!

Jawaban :

UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah telah memberikan kesempatan bagi
Pemerintah Daerah untuk memberikan alternatif pemecahan-pemecahan inovatif dalam
menghadapi tantangan-tantangan yang dihadapinya. Pemerintah Daerah dituntut untuk
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kualitas penyelenggaraan pelayanan publik
dasar serta bagaimana meningkatkan kemandirian daerah dalam melaksanakan pembangunan.
Berangkat dari fakta sementara, saat ini konsep desentralisasi dan Otonomi Daerah
diartikulasikan oleh daerah hanya terfokus pada usaha menata dan mempercepat
pembangunan di wilayahnya masing-masing. Penerjemahan seperti ini ternyata belum cukup
efisien dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, karena tidak dapat dipungkiri
bahwa maju mundurnya satu daerah juga bergantung pada daerah-daerah lain, khususnya
daerah yang berdekatan.

UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah lebih tegas memberikan legalitas yang
besar untuk dilaksanakannya kerjasama pembangunan, baik dengan pihak ketiga (publik atau
swasta) maupun kerjasama antar daerah yang bertetangga. Dalam pasal 195 (1) dinyatakan
bahwa “Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapat kerja sama dengan
daerah lain yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik,
sinergi dan saling menguntungkan.” Bahkan pasal 196 (2) lebih tegas lagi berisi “perintah”
untuk membuat kerjasama antar daerah, dengan menyatakan: “Untuk menciptakan efisiensi,
daerah wajib mengelola pelayanan publik secara bersama dengan daerah sekitarnya untuk
kepentingan masyarakat.”

Kenyataan menunjukan bahwa setelah otonomi daerah ternyata telah dipersepsikan dan
disikapi secara variatif oleh beberapa Pemerintah Daerah di Indonesia. Misalnya mereka
mempersepsikan otonomi sebagai momentum untuk memenuhi keinginan-keinginan
daerahnya sendiri tanpa memperhatikan konteks yang lebih luas yaitu kepentingan negara
secara keseluruhan dan kepentingan daerah lain yang berdekatan. Akibatnya, muncul beberapa
gejala negatif yang meresahkan antara lain berkembangnya sentimen primordial, konflik antar
daerah, berkembangnya proses KKN, konflik antar penduduk, eksploitasi sumberdaya alam
secara berlebihan, dan munculnya sikap “ego daerah” yang berlebihan. Kabupaten atau kota
cenderung memproteksi seluruh potensinya secara ketat demi kepentingannya sendiri, dan
mengisolasikan dirinya terhadap kabupaten atau kota lain. Dampak negatif kegiatan ekonomi di
suatu daerah pada daerah lain, seperti externalities, juga tidak dihiraukan lagi. Bahkan
sentimen daerah mulai timbul dengan adanya kecenderungan umum mengangkat “putera
daerah” menjadi pegawai negeri sipil daerah.

Kerangka Regulasi: PP. No.50 Tahun 2007 tentang Tatacara Pelaksanaan Kerjasama
Antar Daerah :
Setelah berkembangnya berbagai bentuk kerjasama antar daerah(KAD) di Indonesia,
disahkannya PP mengenai tatacara pelaksanaan kerjasama ini memang sangat dinantikan oleh
daerah. Dalam PP ini; yang dimaksudkan dengan kerjasama daerah adalah kesepakatan antara
gubernur dengan gubernur atau gubernur dengan bupati / walikota dengan bupati/walikota
yang lain, dan atau gubernur, bupati/walikota dengan pihak ketiga yang dibuat secara tertulis
serta menimbulkan hak dan kewajiban. Adapun obyek kerjasama daerah adalah seluruh urusan
pemerintah yang telah menjadi kewenangan daerah otonom dan dapat berupa penyediaan
pelayanan public. Penyelenggaraan kerjasama antar daerah (KAD) ini hendaknya
dilaksanankan dengan memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
a) efisiensi;
b) efektifitas;
c) sinergi;
d) saling menguntungkan;
e) kesepakatan bersama;
f) itikad baik;
g) mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan wilayah NKRI;
h) persamaan kedudukan;
i) transparansi;
j) keadilan; dan
k) kepastian hukum.

Untuk tata caranya kerjasama daerah diantaranya diatur hal-hal sebagai berikut:
1. Kepala daerah atau salah satu pihak dapat memprakarsai atau menawarkan rencana
kerjasama kepada kepala daerah yang lain dan pihak ketiga mengenai obyek tertentu.
2. Apabila para pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a menerima rencana kerjasama
tersebut dapat ditingkatkan dengan membuat kesepakatan bersama dan menyiapkan
rancangan perjanjian kerjasama yang paling sedikit memuat:
3. Subjek kerjasama
4. Objek kerjasama
5. Ruang lingkup kerjasama
6. Hak dan kewajiban para pihak
7. Jangka waktu kerjasama
8. Pengakhiran kerjasama
9. Keadaan memaksa; dan
10. Penyelesaian perselisihan
11. Kepala daerah dalam menyiapkan rancangan perjanjian kerjasama melibatkan perangkat
daerah terkait dan dapat meminta pendapat dan saran dari para pakar, perangkat daerah
provinsi, Menteri dan Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen terkait.
12. Kepala daerah dapat menerbitkan surat kuasa untuk penyelesaian rancangan bentuk
kerjasama. Adapun pelaksanaan perjanjian kerjasama dapat dilakukan oleh Satuan Kerja
Perangkat Daerah(SKPD).
Pentingnya Kerjasama Antar Daerah (KAD) :
Dalam sebuah kerjasama terdapat tiga unsure pokok yaitu adanya dua pihak atau lebih yang
membangun kerjasama, adanya interaksi antara pihak-pihak yang terlibat dalam kerjasama dan
tujuan bersama. Ketiga unsure tersebut harus ada dalam sebuah kerjasama. Adanya dua pihak
atau lebih menggambarkan suatu himpunan kepentingan yang saling mempengaruhi satu sama
lain sehingga terjadi interaksi untuk mewujudkan suatu tujuan bersama. Interaksi yang tidak
bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan bersama bukanlah cirri khas dari suatu kerjasama.
Dengan demikian interaksi dari beberapa pihak yang dilakukan harus memungkinkan
terciptanya keseimbangan, artinya interaksi yang hanya menguntungkan sebelah pihak maka
tidak termasuk criteria kerjasama.

Kerjasama menempatkan pihak-pihak yang berinteraksi pada posisi seimbang, serasi dan
selaras karena interaksi bertujuan demi pemenuhan kepentingan bersama tanpa ada yang
dirugikan (Bdk. Pamudji,1983:12). Untuk mengoptimalkan potensi daerah kerjasama antar
daerah dapat menjadi salah satu alternatif inovasi atau konsep yang didasarkan pada
pertimbangan efisiensi dan efektivitas, sinergis dan saling menguntungkan terutama dalam
bidang-bidang yang menyangkut kepentingan lintas wilayah. Kebijakan desentralisasi dan
otonomi daerah, melalui berbagai payung regulasi (peraturan pemerintah) mendorong
kerjasama antar daerah. Kerjasama diharapkan menjadi satu jembatan yang dapat mengubah
potensi konflik kepentingan antardaerah menjadi sebuah potensi pembangunan yang saling
menguntungkan.

Kerjasama antar daerah hanya dapat terbentuk dan berjalan apabila didasarkan pada adanya
kesadaran bahwa daerah-daerah tersebut saling membutuhkan untuk mencapai satu tujuan.
Oleh karena itu, inisiasi kerjasama antar daerah baru dapat berjalan dengan efektif apabila
telah ditemukan kesamaan isu, kesamaan kebutuhan atau kesamaan permasalahan. Kesamaan
inilah yang dijadikan dasar dalam mempertemukan daerah-daerah yang akan dijadikan mitra.
Selain itu, yang juga perlu dipikrkan adalah masalah feasibilitas kerjasama, baik secara ekonmi
maupun politis.
Secara politis karena walau bagaimanapun, keputusan akhir mengenai komitmen untuk
bekerjasama adalah sebuah keputusan politis yang harus diambil pada level pimpinan,
sehingga diperlukan argumentasi-argumentasi untuk bekerjasama yang cukup menarik secara
politis bagi level pimpinan itu. Tentu saja, karena secara politis kerjasama ini harus menarik
bagi semua daerah yang terlibat, maka juga harus menguntungkan bagi semua daerah. Prinsip
“saling menguntungkan” inilah yang menjadi salah satu filosofi dasar kerjasama.

Solusi alternative yang mungkin dapat mendamaikan inkonsistensi antara logika konseptual
dan logika kontekstual terhadap pelaksanaan Kerjasama Antar Daerah :
1. Perlu adanya payung hukum atau regulasi yang jelas dan pasti tentang sumber anggaran
untuk membiayai inisiasi kerjasama antar daerah. UU No.32 tahun 2004 dan PP No.50 tahun
2007 atau regulasi tentang anggaran daerah lainnya belum menjamin dan memberikan
dasar bagi pemerintah local untuk menggunakan sumber dana kerjasama dari pos mana
pun. Hal ini menyebabkan “kehati-hatian” bagi pemerintah daerah dalam membangun
kerjasama antar daerah terutama berkaitan dengan aspek pendanaan.
2. Untuk mensiasati ketidakjelasan dan ketidakpastian regulasi tentang anggaran untuk
kerjasama tersebut maka pemerintah daerah perlu melakukan pengintegrasian kebutuhan
atau isu-isu obyek kerjasama yang akan dikerjasamakan ke dalam sistem perencanaan
daerah melalui RPJP. Dengan demikian masalah anggaran bisa sedikitnya teratasi dengan
dimasukannya program kerjasama tersebut ke dalam sistem perencanaan daerah.
3. Partisipasi. Partisipasi yang dimaksudkan adalah upaya melibatkan multistakeholders
termasuk tokoh-tokoh masyarakat dalam struktur organisasi, tahap perencanaan,
pengambilan keputusan, implementasi, pengawasan dan evaluasi kegiatan kerjasama antar
daerah. Hal ini lebih dimaksudkan untuk meminimalisir penyimpangan dalam melakukan
implementasi. Bagaimanapun baiknya misi yang diemban dan bagaimanapun luhurnya
tujuan sebuah kebijaksanaan, kuncinya adalah pada implementasi. Dalam implementasi
terjadi interaksi yang melibatkan berbagai macam kepentingan yang ada dalam masyarakat
yang dikenal dengan istilah stakeholders. Karena itu implementasi akan selalu melibatkan
kepentingan politik masyarakat dan hal itu menjadikan implementasi sangat rumit
(Syaukani. et.al,2009:292)
4. Membangun komitmen pimpinan daerah akan pentingnya kerjasama antar daerah.
Membangun kesepahaman dengan berpijak pada kepentingan dan keuntungan bersama
merupakan sebuah keniscayaan dalam membangun forum kerjasama antar daerah.
Pimpinan-pimpinan daerah harus bersinergi dan membangun kesepakatan bersama dalam
membangun relasi yang baik antar daerah demi kemajuan daerah masing-masing. Konflik di
masa lalu di antara suku-suku di daerah perbatasan tidak boleh dilihat sebagai faktor
penghalang untuk membangun kerjasama dalam penyamaan tingkat kemakmuran lintas
daerah.

Sumber :
BMP ADPU4440
https://pemerintahansetda.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/kerjasama-antar-
daerah-44
No. 3
Dalam penyelenggaraan pemerintahan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
merupakan salah satu faktor penting untuk mendanai pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan.
Keterbatasan anggaran yang dimiliki pemerintah bisa berakibat tidak terlaksananya fungsi
pemerintah secara optimal. Oleh karena itu, APBD merupakan instrument penting dalam
pengelolaan pemerintahan. Dalam proses pembuatan Peraturan daerah tentang APBD, adanya
tahapan-tahapan yang bersifat kontinuitas dan metodologis. Coba saudara gambarkan bagan
mekanisme urutan proses perumusan dalam menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)!

Jawaban :

Proses perencanaan dan penyusunan APBD, mengacu pada PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, secara garis besar sebagai berikut: (1) penyusunan rencana
kerja pemerintah daerah; (2) penyusunan rancangan kebijakan umum anggaran; (3) penetapan
prioritas dan plafon anggaran sementara; (4) penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD;
(5) penyusunan rancangan perda APBD; dan (6) penetapan APBD.
Dalam gambar, tahapan penyusunan rancangan APBD terlihat sebagai berikut :

Tahapan Penyusunanan Rancangan APBD

Rencana Kerja Pemerintah Daerah


(RKPD)

Kebijakan Umum APBD

Prioritas Plafon Anggaran Sementara

Rencana Kerja dan Anggaran SKPD


(RKA-SKPD)

Rancangan Perda APBD

Perda APBD
1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Rancangan Perda APBDPenyusunan APBD didasarkan pada perencanaan yang sudah
ditetapkan terlebih dahulu, mengenai program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Bila
dilihat dari perspektif waktunya, perencanaan di tingkat pemerintah daerah dibagi menjadi
tiga kategori yaitu: Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan perencanaan
pemerintah daerah untuk periode 20 tahun; Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
merupakan perencanaan pemerintah daerah untuk periode 5 tahun; dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan perencanaan tahunan daerah. Sedangkan
perencanaan di tingkat SKPD terdiri dari: Rencana Strategi (Renstra) SKPD merupakan
rencana untuk periode 5 tahun; dan Rencana Kerja (Renja) SKPD merupakan rencana kerja
tahunan SKPD.

2. Kebijakan Umum APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)
Suatu jembatan antara proses perumusan kebijakan dan penganggaran merupakan hal
penting dan mendasar agar kebijakan menjadi realitas dan bukannya hanya sekedar
harapan. Untuk tujuan ini harus ditetapkan setidaknya dua aturan yang jelas:
a. Implikasi dari perubahan kebijakan (kebijakan yang diusulkan) terhadap sumber daya
harus dapat diidentifikasi, meskipun dalam estimasi yang kasar, sebelum kebijakan
ditetapkan. Suatu entitas yang mengajukan kebijakan baru harus dapat menghitung
pengaruhnya terhadap pengeluaran publik, baik pengaruhnya terhadap pengeluaran
sendiri maupun terhadap departemen pemerintah yang lain.
b. Semua proposal harus dibicarakan/dikonsultasikan dan dikoordinasikan dengan para
pihak terkait: Ketua TAPD, Kepala Bappeda dan Kepala SKPD.

3. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD)


Menurut Pasal 89 ayat (3) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, setelah ada Nota
Kesepakatan tersebut di atas Tim Anggaran (TAPD) menyiapkan surat edaran kepala
daerah tentang Pedoman Penyusunan RKA-SKPD yang harus diterbitkan paling lambat awal
bulan Agustus tahun anggaran berjalan. Pengaturan pada aspek perencanaan diarahkan
agar seluruh proses penyusunan APBD semaksimal mungkin dapat menunjukkan latar
belakang pengambilan keputusan dalam penetapan arah kebijakan umum, skala prioritas
dan penetapan alokasi serta distribusi sumber daya dengan melibatkan partisipasi
masayarakat. Sementara itu, penyusunan anggaran dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu
pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah (KPJM), pendekatan anggaran
terpadu, dan pendekatan anggaran kinerja.

Pendekatan KPJM adalah pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan


pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari
satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi biaya keputusan yang
bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan maju. Kerangka
pengeluaran jangka menengah digunakan untuk mencapai disiplin fiskal secara
berkelanjutan. Gambaran jangka menengah diperlukan karena rentang waktu anggaran satu
tahun terlalu pendek untuk tujuan penyesuaian prioritas pengeluaran, dan ketidakpastian
terlalu besar bila perspektif anggaran dibuat dalam jangka panjang (di atas 5 tahun).
Proyeksi pengeluaran jangka menengah juga diperlukan untuk menunjukkan arah
perubahan yang diinginkan. Dengan menggambarkan implikasi dari kebijakan tahun
berjalan terhadap anggaran tahun-tahun berikutnya, proyeksi pengeluaran multi tahun
akan memungkinkan pemerintah untuk dapat mengevaluasi biaya-efektivitas (kinerja) dari
program yang dilaksanakan. Sedangkan pada pendekatan anggaran tahunan yang murni,
hubungan antara kebijakan sektoral dengan alokasi anggaran biasanya lemah, dalam arti
sumber daya yang diperlukan tidak cukup mendukung kebijakan/program yang ditetapkan.
Akan tetapi, harus dihindari perangkap dimana pendekatan pemograman multi tahun ini
dengan sendirinya membuka peluang terhadap peningkatan pengeluaran yang tidak perlu
atau tidak relevan.

4. Penyiapan Raperda APBD


RKA-SKPD yang telah disusun, dibahas, dan disepakati bersama antara Kepala SKPD dan
Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) digunakan sebagai dasar untuk penyiapan
Raperda APBD. Raperda ini disusun oleh pejabat pengelola keuangan daerah yang untuk
selanjutnya disampaikan kepada kepala daerah.
Raperda tentang APBD harus dilengkapi dengan lampiran-lampiran berikut ini:
a. Ringkasan APBD menurut urusan wajib dan urusan pilihan;
b. Ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi;
c. Rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, pendapatan, belanja,
dan pembiayaan;
d. Rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, dan
kegiatan;
e. Rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan pemerintahan
daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negara;
f. Daftar jumlah pegawai per-golongan dan per-jabatan;
g. Daftar piutang daerah; h. Daftar penyertaan modal (investasi) daerah;
h. Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerah;
i. Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset-aset lain;
j. Daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum diselesaikan dan
dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini;
k. Dafar dana cadangan daerah; dan
l. Daftar penjaman daerah.

Suatu hal penting yang harus diperhatikan adalah bahwa sebelum disampaikan dan dibahas
dengan DPRD, Raperda tersebut harus disosialisasikan terlebih dahulu kepada masyarakat
yang bersifat memberikan informasi tentang hak dan kewajiban pemerintah daerah serta
masyarakat dalam pelaksanaan APBD pada tahun anggaran yang direncanakan.
Penyebarluasan dan/atau sosialisasi tentang Raperda APBD ini dilaksanakan oleh
Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah

Sumber :
BMP ADPU4440
No. 4
Kemukakan pandangan saudara terkait pelayanan prima dalam mewujudkan kesejahteraan
rakyat, dan berikan contoh prinsip-prinsip dalam memberikan pelayanan yang baik oleh
pemerintah daerah kepada masyarakat umum!

Jawaban :

Excellent service atau disebut juga Pelayanan Prima adalah melakukan pelayanan sebaik
mungkin kepada para pelanggan, sehingga pelanggan menjadi merasa puas. Secara umum
tujuan pelayanan prima yaitu memberikan pelayanan sehingga bisa memenuhi dan memuaskan
para pelanggan sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan yang maksimal. Manfaat dari
pelayanan prima salah satunya untuk upaya meningkatkan kualitas pelayanan perusahaan
ataupun pemerintah kepada para pelanggan atau masyarakat, serta dapat menjadi acuan untuk
pengembangan penyusunan standar pelayanan. Standar pelayanan dapat diartikan sebagai
tolak ukur atau patokan yang digunakan untuk melakukan pelayanan dan juga sebagai acuan
untuk menilai kualitas suatu pelayanan. Pelayanan disebut prima jika pelanggan sudah merasa
puas dan sesuai dengan harapan pelanggan.

Konsep pelayanan prima ada 3 (tiga) macam yaitu :


a. Konsep Sikap / Attitude
Sikap yang harus dimiliki diantaranya sikap yang ramah, penuh perhatian, dan memiliki
rasa bangga terhadap perusahaan. Dan yang harus diperhatikan juga pegawai harus
berpenampilan menarik dan sopan sesuai peraturan perusahaan.
b. Konsep Perhatian / Attention
Saat melakukan pelayanan kepada konsumen, maka perlu memperhatikan dan mencermati
keinginan konsumennya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam konsep ini seperti
mengucapkan salam saat memulai pembicaraan, bertanya apa saja yang di inginkan
konsumen, memahami keinginan konsumen, melakukan pelayanan dengan ramah, tepat
dan cepat serta harus menempatkan kepentingan konsumen menjadi yang paling utama,
karena konsumen adalah raja.
c. Konsep tindakan / Action
Dalam konsep tindakan, misalnya seorang pegawai pada bagian pelayanan harus selalu
memperhatikan dan mencermati apa yang menjadi keinginan konsumen. Beberapa bentuk
pelayanan pada konsep ini misalnya seperti mencatat pesanan yang di inginkan pelanggan,
menegaskan atau mengecek kembali yang di pesan pelanggan, menyelesaikan transaksi
pesanan pelanggan, dan bisanya jika sudah melayani mengucapkan terimakasih kepada
pelanggan.

Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik yaitu setiap institusi penyelenggara Negara, korporasi,
lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan
publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.
Kegitan tersebut dilaksanakan oleh pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang yang bekerja di
dalam organisasi penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian
tindakan pelayanan publik. Dalam pelaksanaan pelayanan publik harus berdasarkan standar
pelayanan sebagai tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan
dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada
masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.

Pelayanan publik diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik,
pengaturan ini dimaksudan untuk memberikan kepastian hukum dalam hubungan antara
masyarakat dan penyelenggara dalam pelayanan publik. Selain itu, pengaturan mengenai
pelayanan publik bertujuan agar terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak,
tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan publik; agar terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan
publik yang layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik; agar
terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-
undangan; dan agar terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam
penyelengaaran pelayanan publik.
Contoh Pelayanan Publik adalah pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, pelayanan
peradilan, pelayanan navigasi laut, pelayanan keamanan jasa, pelayanan kelalulintasan, dan
pelayanan pasar.
Pelayanan publik dapat dibedakan menjadi :
A. Pelayanan yang berbasis pada orang yaitu
1. Pelayanan amatir adalah pelayanan yang belum memiliki skill atau sering kita sebut
sebagai non-skill
Contoh : penegetik komputer yang belum mengikuti latihan
2. Pelayanan professional adalah pelayanan yang sudah memiliki skill dan biasanya dapat
menanggapi kebutuhan, menyelesaikan tugas, serta keluhan tugas dengan kualitas yang
baik
Contoh : Pelayanan kesehatan manusia yang dilakukan oleh paramedis

B. Pelayanan yang berkaitan dengan kegiatan organisasi


1. Pelayanan bantuan administratif
Contoh : berupa pemberian izin, pemberian rekomendasi, dan fasilitas tertentu Contoh :
Izin menanamkan industri tambang
2. Pelayanan bantuan administratif
Contoh : pelayanan pengujian kelayakan teknis kenderaan bermotor,dan kapal laut
3. Pelayanan teknis operasional
Contoh : Pelayanan informasi dan data oleh operator
4. Pelayanan bantuan manajemen
Contoh : Pelayanan bantuan sumber daya manusia - Pelayanan yang berkaitan dengan
sarana kerja Contoh : Pelayanan instalasi air, listrik, elektronik, dan lain sebagainya

Sumber :
BMP ADPU4440

Anda mungkin juga menyukai