Anda di halaman 1dari 16

i

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia
melalui gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes
alabovictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat
menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat (Herdiansyah, 2021).
DBD (demam berdarah dengue) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis
hemoragik. Penyakit DBD mempunyai perjalanan penyakit yang sangat cepat
dan sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat
penanganan yang terlambat. Demam berdarah dengue (DBD) disebut juga
Dengue Hemoragic Fever (DHF), dengue fever (DF), demam dengue, dan
Dengue Shock Sindrom (DSS). Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa
penyakit DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus (Arthro
Podborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes
Albopictus dan Aedes Aegepty) nyamuk aedes aegepty (Dwiyanti, 2021)
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan Patofisiologinya, DBD menurut World Health Organization dapat
diklasifikasikan menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan adalah uji torniquet.
2. Derajat II : Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala
perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena,
perdarahan gusi.
3. Derajat III : Ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lambat, tekanan nadi menurun (≤ 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit
dingin, lembab, dan pasien menjadi gelisah.
4. Derajat IV : Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak dapat diukur, anggota
gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru (Qurohman 2020).

i
C. ETIOLOGI
Diakibatkan virus dengue dari kelompok arthropod-borne virus. Ada
empat serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, yang ditularkan
melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini berkembang biak di wilayah
tropis dan bersarang pada genangan air. Semua tipe ada di Indonesia dan
DEN-3 merupakan serotipe terbanyak. Infeksi akibat satu serotip akan
menimbulkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe yang sama, sehingga
tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe yang
lain. Seseorang yang menetap di wilayah endemis dengue dapat terinfeksi oleh
3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat
ditemukan diberbagai daerah di Indonesia (Dwiyanti, 2021).
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok arbovirus B,
yaitu arthropod-born envirus atau virus yang disebarkan oleh artropoda.
Vector utama penyakit DBD adalah nyamuk aedes aegypti (didaerah
perkotaan) dan aedes albopictus (didaerah pedesaan). Sifat nyamuk senang
tinggal pada air yang jernih dan tergenang, telurnya dapat bertahan berbulan-
bulan pada suhu 20-42◦C. Bila kelembaban terlalu rendah telur ini akan
menetas dalam waktu 4 hari, kemudian untuk menjadi nyamuk dewasa ini
memerlukan waktu 9 hari. Nyamuk dewasa yang sudah menghisap darah 3
hari dapat bertelur 100 butir (Dwiyanti, 2021).
D. TANDA DAN GEJALA
Pada pasien anak bisa dijumpai dengan tanda klinis seperti:
1. Demam berlangsung lebih dari 3 hari, tidak turun setelah pemberian obat
penurun panas demam mencapai 40⁰C.
2. Demam disertai bintik-bintik merah di kulit yang tidak hilang dengan
penekanan.
3. Demam disertai perdarahan spontan dari mulut, hidung atau tempat lain
yang tidak biasa.
4. Demam yang disertai penurunan kadar trombosit, penurunan kadar
leukosit, dan peningkatan hematokrit.
5. Terdapat penderita DBD di sekitar tempat tinggal atau sekolah.
6. Anak cenderung tidur dan sulit dibangunkan, meracau, ujung – ujung jari
teraba dingin saat bebas demam (kemungkinan anak mengalami renjatan).

i
7. Demam yang disertai dengan tanda bahaya DBD seperti muntah-muntah
yang sering, sakit perut hebat atau buang air kecil yang berkurang atau
tidak ada dalam 4-6 jam terakhir.
E. PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami
keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal seluruh tubuh, hyperemia di tenggorokan, timbulnya ruam dan
kelainan yang mungkin terjadi pada system retikolo endhothelial seperti
pembesaran kelenjar- kelenjar getah bening, hati dan limpa. Reaksi yang
berbeda nampak bila seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe
virus yang berlainan. Berdasarkan itu, akan timbul the secondary
heterologous infection atau the sequential infection of hypothesis.
Re-infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik antibody, sehingga
menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus
antibody) yang tinggi. Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi
darah mengakibatkan hal sebagai berikut:
1. Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen, yang
berakibat dilepasnya anafilatoksin C3a dan C3a. C3a menyebabkan
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya
plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang sangat
berperan terjadinya renjatan.
2. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami
metamorphosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis
akan dimusnahkan oleh system retikuloendotelial dengan akibat
trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan agregasi, trombosit
akan melepaskan vasoaktif (histmin dan serotonini) yang bersifat
meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor III
yang merangsang koagulasi intravascular.
3. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor III) dengan akibat akhir
terjadinya pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi
ini, plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan
anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi fibrinogen degradation
product. Disamping itu aktivas akan merangsang sistim klinin yang

i
berperan dalam proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017).
F. PATHWAY
Virus dangue masuk

Beredar dalam aliran darah

DHF Trombositopenia

Peningkatan permeabilitas Pengangktifan komplek Fungsi trombosit


pembuluh darah imun antibody menurun

Kebocoran plasma Stress Merangsang endotaksin Koagulasi

Penurunan volume Merangsang keluarnya Menstimulasi Resiko


plasma histamin hipotalamus perdarahan

Terjadi hipotensi HCL meningkat Hipertermi

Hypovolemia Mengiritasi lambung

Resiko syok Mual/ muntah

Penurunan nafsu makan Resiko defisit


volume cairan
Input tidak adekuat

Resiko gangguan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh

i
G. KOMPLIKASI
Demam berdarah yang tidak tertangani dapat menimbulkan komplikasi
serius, seperti Dengue Shock Syndrome (DSS). Selain menampakkan gejala
demam berdarah, DSS juga memunculkan gejala seperti:
1. Tekanan darah menurun.
2. Pelebaran pupil.
3. Napas tidak beraturan.
4. Mulut kering.
5. Kulit basah dan terasa dingin.
6. Denyut nadi lemah.
7. Jumlah urine menurun.
Tingkat kematian DSS yang segera ditangani adalah sekitar 1-2%. Namun
sebaliknya, bila tidak cepat mendapat penanganan, tingkat kematian DSS bisa
mencapai 40%. Karena itu, penting untuk segera mencari pertolongan medis,
bila Anda mengalami gejala demam berdarah. Pada kondisi yang parah,
demam berdarah bisa menyebabkan kejang, kerusakan pada hati, jantung,
otak, dan paru-paru, penggumpalan darah,syok, hingga kematian (Dwiyanti,
2021).
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin yang dilakukan untuk menapis pasien tersangka
DBD adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah
trombosit dan apusan darah tepi. Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa
antara lain:
1. Leukosit: dapat normal atau turun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit
plasma biru >15% dari jumlah total leukosit yang ada pada fase syok akan
meningkat.
2. Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia hari ke 3-8.
3. Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit > 20% dari hematokrit awal, umumnya di
temukan pada hari ke-3 demam
4. Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau
FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan
pembekuan darah.

i
5. Protein/ albumin: dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma
6. SGOT/SGPT: dapat meningkat.
7. Ureum kreatinin: bila didapatkan gangguan ginjal
8. Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan (Qurohman
2020).
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan DBD ditujukan untuk mengganti trombosit yang hilang.
Pemberian paracetamol 10-15 mg/kgBB setiap 3-4 jam sekali dapat mengatasi
panas tinggi diatas 38,5°C. Cairan kristaloid dapat mengantisipasi terjadinya
syok. Adapun penatalaksanaan medis maupun keperawatan pada DBD sesuai
derajat yang telah ditentukan, berikut penatalaksanaannya:
1. Derajat I dan II
a. Obat oral
b. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 50,l/kgBB/hari disertai
minum air putih.
2. Derajat III
Berikan infus Ringer Laktat 20ml/kgBB/jam. Apabila menunjukan
perbaikan (tensi terukur >80mmHg dan nadi teraba dengan frekuensi
<120x/menit dan akral hangat lanjutkan dengan ringer laktat
10ml/kgBB/jam, jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan
jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu
24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu (24
jam dikurangi sisa waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan).
Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20ml/kgBB/jam keadaan
tensi masih terukur <80mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka
penderita tersebut memperoleh plasma ekspander sebanyak
10mk/kgBB/jam dan dapat diulang maksimal 30ml/kgBB dalam kurun
waktu 24 jam. Jika keadaan umum membaik dilanjutkan dengan cairan
RL sebanyak kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang
sudah masuk dibagi sisa waktu setelah mengatasi renjatan.
3. Derajat IV
a. Cairan
Infus NaCl 0,9% / Dextrose 5% atau Ringer Laktat. Plasma expender,
apabila shock sulit diatasi. Pemberian cairan ini dipertahankan

i
minimal 12-24 jam maksimal 48 jam setelah shock teratasi. Perlu
observasi ketat akan kemungkinan oedema paru dan gagal jantung,
serta terjadinya shock ulang. Transfusi darah segar pada penderita
dengan perdarahan massif.
b. Obat
1) Antibiotika: diberikan pada penderita shock membangkang dan
atau gejala sepsis.
2) Kortikosteroid: pemberiannya controversial hati-hati pada
penderita dengan gastritis.
3) Heparin: diberiakn pada penderita dengan DIC dosis
100mg/kgBB setiap 6 jam I.V (Akbar 2019)
J. ASKEP TEORI
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur (pada DBD sering menyerang anak dengan usia kurang
15 tahun), jenis kelamin, alamat, nama orang tua, pendidikan orang
tua, pekerjaan orang tua.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang menonjol pada pasien DBD untuk datang ke
rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah
2) Riwayat kesehatan sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7,
anak anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan
keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah anoreksia, diare
atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu
hati dan pergerakkan bola mata terasa pegal, serta adanya
manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena
hematemesis.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DBD, anak
biasanya mengalami serangan ulangan DBD dengan tipe virus
yang lain.

i
4) Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DBD dapat bervariasi. Semua
anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko,
apabila terdapat beberapa faktor predisposisinya. Anak 20 yang
menderita DBD sering mengalami keluhan mual, muntah, dan
nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak
disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka akan
dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya
menjadi kurang.
c. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju
kamar).
d. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme
Frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang.
2) Eliminasi BAB
Anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara pada DBD
grade IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi BAK
Pada anak DBD akan mengalami urine output sedikit. Pada DBD
grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirahat
Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit pada siang hari jam
10.00-12.00 dan sore hari pada jam 16.00-18.00. Anak biasanya
sering tidur pada siang hari dan pada sore hari, tidak memakai
kelambu dan tidak memakai lotion anti nyamuk.
5) Kebersihan
Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk memebersihkan tempat sarang
nyamuk aedes aegypti, dan tidak adanya keluarga melakukan 3m
plus yaitu menutup, mengubur, menguras dan menebar bubuk
abate.
2. Pemeriksaan Fisik

i
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Pemeriksaan fisik secara umum meliputi:

a. Tingkat Kesadaran
Biasanya ditemukan kesadaran menurun, terjadi pada grade III dan
grade IV karena nilai hematokrit meningkat menyebabkan darah
mengental dan oksigen ke otak berkurang.
b. Keadaan Umum
Lemah
c. Tanda- Tanda Vital (TTV)
Tekanan nadi lemah dan kecil (grade III), nadi tidak teraba (grade
IV), tekanan darah menurun (sistolik menurun sampai 80 mmHg atau
kurang), suhu tinggi (diatas 37,5⁰C)
d. Kepala
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.
e. Mata
Konjungtiva anemis.
f. Hidung
Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III,
IV.
g. Telinga
Terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV).
h. Mulut
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan mengalami
hyperemia pharing.
i. Leher
Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami
pembesaran.
j. Dada/ Thoraks
Inspeksi: Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak
Palpasi: Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama

i
Perkusi: Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun
pada paru
Auskultasi: Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade
III, dan IV.

k. Abdomen
Inspeksi: Abdomen tampak simetris dan adanya asites.
Auskultasi: Adanya penurunan bising usus
Palpasi: Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)
Perkusi: Terdengar redup
l. System Integumen
Adanya peteki pada kulit spontan dan dengan melakukan uji
tourniquet. Turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan
lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan terlebih dahulu
menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya diberikan 24 tekanan
antara sistolik dan diastolic pada alat ukur yang dipasang pada
tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan
timbulnya petekie di bagian volar lengan bawah.
m. Genetalia
Biasanya tidak ada masalah
n. Ekstermitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku
sianosis/ tidak.
3. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien demam berdarah dengue
(DBD) adalah sebagai beriukut:
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif.
b. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurangnya asupan makanan.
d. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus dengue.
4. Intervensi dan Implementasi

i
a. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif
Tujuan:
Setelah berikan asuhan keperawatan diharapkan terjadi keseimbangan
cairan.
Kriteria hasil
 Mempertahankan urine output, Ht normal
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
Intervensi:
 Mengobservasi tanda-tanda vital
 Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor
tidak elastis, ubun-ubun cekung, produksi urin menurun
 Mengobservasi dan mencatat intake dan output yang akurat
 Monitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab,
denyut nadi adekuat, dan tekanan darah)
 Dorong klien menambah asupan oral, misalnya minum
banyak, 1,5-2 liter/hari atau 1 sendok makan tiap 3-5 menit.
Minum berupa air putih, sirup, susu, sari buah, soft drink, atau
oralit
 Memonitor nilai laboratorium
 Mempertahankan intake dan output yang adekuat
 Kolaborasi pemberian cairan melalui intravena
b. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan
Tujuan:
Setelah berikan asuhan keperawatan diharapkan Capillary refill, nadi
dan tekanan darah dalam batas normal.
Kriteria hasil:
 Capillary refill pada jari-jari tangan dalam batas normal (< 2
detik)
 Capillary refill pada jari-jari kaki dalam batas normal (< 2
detik)

i
 Tekanan darah sistolik dalam batas normal (< 120 mmHg) 4.
Darah diastolic dalam batas normal (< 90 mmHg)
 Tekanan nadi dalam batas normal (60-100 x/menit)
 Tidak terjadi edema pada perifer
Intervensi:
 Mengkaji dan mencatat tanda-tanda vital (kualitas dan
frekuensi denyut nadi, tekanan darah, capillary refill)
 Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ekstremitas (suhu,
kelembaban, warna)
 Menilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada
ekstremitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan kaki).
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurangnya asupan makanan
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi
klien terpenuhi secara adekuat
Kriteria hasil:
 Klien mengalami peningkatan nafsu makan
 Adanya peningkatan berat badan
 Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
 Tidak ada tanda-tanda mallnutrisi
 Tidak terjadi penurunan berat badan
Intervensi:
 Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi
anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saaat
selera makan anak meningkat
 Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi
 Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan
dengan teknik porsi kecil tapi sering
 Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama,
dengan skala yang sama
 Membersihkan kebersihan mulut pasien

i
 Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk
kesembuhan penyakit
d. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus dengue
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan suhu tubuh klien
dalam batas normal.

Kriteria hasil:
 Suhu tubuh dalam rentang normal
 Kulit klien tidak teraba hangat
Intervensi:
 Observasi tanda-tanda vital
 Beri kompres dingin
 Anjurkan untuk minum yang banyak
 Anjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan menyerap
keringat
 Kolaborasi dalam pemberian antipiretik
5. Evaluasi
Pengumpulan data selama tindakan keperawatan, misal (tandatanda vital,
turgor kulit, asupan dan haluaran cairan, serta pengukuran berat badan) di
samping menentukan apakah kriteria hasil yang telah ditetapkan menurut
masing-masing diagnosis telah tercapai atau belum.

i
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Rakhmat Aldy. 2019. “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengue Fever Di
Ruang Dahlia Ii Rsud Ciamis Karya Tulis Ilmiah.”
Dwiyanti, Lilis (2021) Pengaruh Pemberian Jambu Biji Merah Terhadap Jumlah
Trombosit Pada Pasien Demam Berdarah Dengue. Diploma thesis,
STIKES ICME JOMBANG. http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/5919/
Herdiansyah, fadly and Ainy, Amaripa and Sari, Indah Purnama (2021) Analisis
Pelaksanaan Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD).
Undergraduate thesis, Sriwijaya University.
https://repository.unsri.ac.id/46953/
Qurohman, Taupik. 2020. “KARYA TULIS IMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu
Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep)
Di Program Studi DIII Keperawatan Universitas Bhakti Kencana
Bandung
Rinta, Crismonia. 2019. “Studi Kinetika Ekstrak Jambu Biji Terhadap Penyembuhan
Demam Berdarah.” https://doi.org/10.31227/osf.io/9fm3j
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. “Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.”
Journal of Chemical Information and Modeling 53 (9): 1689–99.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria

i
i

Anda mungkin juga menyukai