Anda di halaman 1dari 12

Tulisan Kritis Fenomena Disorganisasi

Keluarga

TB 1 Critical and Creative Thinking

Disusun oleh Kelompok 3 :

1. BEATRIS PATTIASINA (44221010123)


2. SALSABILLA PUTRI ANDRINI (44220010124)
3. MELLYANI INDAH AGUSTINNA (44220010126)
4. REGHITA AINA PRASTIWI (44220010127)
5. HILDA AIRA SURYANI (44221010126)
6. KHANSA AZZAHRA HIDAYAT (44221010125)
7. CHRISTIAN DAMAR ADJI (44221010120)

PUBLIC RELATIONS

UNIVERSITAS MERCU BUANA


Jawaban soal TB 1 Critical and Creative Thinking Kelompok 3 :

1. Bentuk Fenomena Sosial yang dipilih

Bentuk fenomena sosial yang kami pilih adalah disorganisasi keluarga. Disorganisasi
keluarga adalah perpecahan keluarga sebagai suatu unit karena anggota-anggotanya gagal
memenuhi kewajiban-kewajibannya yang sesuai dengan peranan sosialnya. Banyak
masyarakat yang mengalami disorganisasi keluarga hal ini disebabkan karena kurangnya
pemahaman dasar-dasar kesadaran agama, faktor ekonomi, faktor lingkungan, faktor
perselingkuhan, dan faktor kerukunan rumah tangga. Terdapat tiga jenis keluarga yaitu:
Pertama, keluarga inti yang berisikan ayah ibu dan anak ini merupakan skub terkecil dari
keluarga, Kedua, keluarga Konjugal merupakan perluasan dari keluarga inti yaitu adanya
anak istri ayah dan keluarga dari keduanya. Ketiga, keluarga Luas ini merupakan
cangkupan keluarga besar yang sudah adanya paman, bibi, sepupu dan lain sebagainya.

Keluarga menjadi unit terkecil didalam sebuah masyarakat, dan memerankan fungsi
utama baik dalam pertumbuhan maupun perkembangan fisik, mental serta kepribadian
anak. Menurut pakar ilmu jiwa yaitu Hurlok menyatakan bahwa keberhasilah dalam
kehidupan berkeluarga termasuk didalamnya anak ditentukan oleh sejauh mana suami dan
istri mampu menjalankan tugas-tugas sebagaimana mestinya. Artinya didalam suatu
keluarga suami dan istilah yang harus menjalankan fungsi-fungsi sebagaimana mestinya
guna untuk mencegah terjadinya disorganisasi dan itu menjadi salah satu problem sosial
yang terjadi dimasyarakat.

2. Gambaran atau deskripsi mengenai fenomena sosial tersebut

Disorganisasi keluarga merupakan pencampuran antara dua istilah kata. Yakni


disorganisasi yang bermakna rusaknya tatanan sosial akibat adanya problema sehingga
menjadikan kahancuran atau keretakan dalam fungsi sosial, sedangkan pengertian keluarga
adalah lingkungan sosial yang mempunyai ikatan kuat karena adanya hubungan darah yang
mengalir.

Disorganisasi keluarga bisa diartikan sebagai sebuah keluarga yang memiliki banyak
konflik internal, seperti persaingan antar saudara kandung, kekerasan dalam rumah tangga,
konflik antara anak dan orangtua, gangguan mental, orang tua tunggal (single parent),
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), masalah penyalahgunaan zat terlarang (alkohol
atau narkoba), hingga perselingkuhan yang mempengaruhi kebutuhan dasar dari sebuah
keluarga.

Dalam zaman modern in banyak terjadi disorganisasi keluarga dikarenakan konflik


peranan sosial atas dasar perbedaan ras, agama atau factor sosial-ekonomis serta
ketidakseimbangan dari perubahan unsur-unsur warisan sosial (social heritage), contohnya
pada jaman dulu suami / ayah yang bekerja mencari nafkah, tetapi dalam jaman
industrialisasi sekarang ini, istri / ibu juga ikut bekerja. Contoh lainnya adalah pola
pendidikan anak jaman sekarang sebagian diserahkan kepada lembaga-lembaga pendidikan
diluar rumah misalnya sekolah. Pada hakikatnya, disorganisasi keluarga pada masyarakat
yang sedang dalam keadaan transisi menuju masyarakat yang modern dan kompleks
disebabkan karena keterlambatan penyesuaian diri dengan situasi sosial-ekonomis yang
baru.

3. Faktor apa saja yang menyebabkan fenomena sosial tersebut terjadi?

Faktor-faktor penyebab disorganisasi keluarga antara lain :

➢ Unit keluarga yang tidak lengkap karena hubungan diluar nikah.


➢ Disorganisasi keluarga karena putusnya perkawinan sebab perceraian, perpisahan meja
dan tempat tidur, dan seterusnya.
➢ Krisis keluarga, karena salah satu bertindak sebagai kepala keluarga, di luar
kemampuannya sendiri meniggalkan rumah tangga, mungkin karena meninggal dunia,
dihukum, atau karena peperangan.
➢ Krisis keluarga yang disebabkan oleh karena faktor-faktor intern.
➢ Orang tua yang memiliki masalah kecanduan
Faktor ini sangat berpengaruh kepada anak, jika orang tua yang memiliki kecanduan
terhadap minuman keras, obat-obatan terlarang dan judi dilihat terus-terusan oleh
anaknya.
➢ Kekerasan fisik
Orang tua yang yang berperilaku kasar kepada anaknya dan melakukan KDRT akan
mempengaruhi mental dari anak tersebut.
➢ Eksploitasi anak
Terkadang banyak orang tua yang terlalu mengeksploitasi anaknya atau membuat anak
harus bisa mengerti kebutuhan orang tuanya.
➢ Masalah finansial
Faktor ini dapat terjadi apabila orang tua tersebut tidak dapat mencukupi kebutuhan
finansial dari keluarganya.
➢ Pola asuh yang otoriter
Pola asuh yang otoriter akan mengganggu mental seorang anak, karena orang tua
menuntut anaknya untuk patuh pada semua aturan yang dibuat, sehingga anak tidak
dapat berkembang dan bahkan bisa membuat anak tersebut memberontak.
➢ Sikap perfeksionis
Sikap perfeksionis dari orang tua harus menuntut anaknya menjadi sesuai yang dimau
oleh orang tua, sehingga sang anak akan mengalami penurunan rasa percaya diri dan
tidak semangat.
➢ Komunikasi yang buruk
Disorganisasi keluarga dapat terjadi apabila dalam sebuah keluarga memiliki
komunikasi yang buruk seperti komunikasi yang tertutup dan ketidak jujuran.

4. Siapa saja pihak yang diuntungkan maupun dirugikan dari fenomena tersebut?

Pihak yang dirugikan:

Pihak yang dirugikan biasanya adalah keluarga inti yang berisikan ayah ibu dan anak.

Pihak yang di untungkan:

Dalam fenomena disorganisasi keluarga ini menurut saya tidak ada pihak yang diuntungkan
karena disorganisasi keluarga adalah perpecahan keluraga sebagai suatu unit yang lengkap
yang disebabkan oleh gagalnya suami dan istri dalam memenuhi kewajiban serta perannya.

5. Apa dampak signifikan (baik/buruk) dari fenomena disorganisasi masyarakat


terhadap masyarakat baik secara politik, sosial, ekonomi maupun budaya?
Salah satu hal yang menjadi contoh disorganisasi diantaranya yaitu adanya masalah-
masalah
sosial yang membuat perpecahan atau keretakan suatu hubungan. Bahkan permasalahan ini
tidak hanya mencakup hubungan sosial saja akan tetapi bisa sampai pada bidang lain
seperti
politik, ekonomi, sosial maupun budaya karena melemahnya nilai-nilai sosial.

➢ Konteks Budaya
Dampak budaya merupakan dampak yang berpengaruh pada cara hidup seseorang.
Emosi seorang anak tidak dapat dikontrol, sehingga sewaktu-waktu mampu
menyebabkan adanya perubahan sikap, seperti misalkan merasa kebingungan,
perilaku agresif anak yang meningkat, dan juga perasaan superior yang terkadang
dikompensasikan kedalam bentuk-bentuk tindakan yang cenderung negatif, seperti
misalnya apatis terhadap segala hal, memiliki kepribadian yang tertutup, agresif
baik secara fisik maupun secara verbal, dan lain sebagainya. Hal ini kemudian juga
akan membuat anak mencari pelarian dari problematika tersebut,seperti melarikan
diri dari realita dengan merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, narkoba dan
obat-obatan terlarang lainnya, dan juga kemudian melakukan segala tindakan
kriminalitas, atau juga kemudian masuk kedalam sebuah sub-kebudayaan yang
menyimpang.

➢ Konteks Ekonomi

Kebutuhan ekonomi adalah segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk


mempertahankan hidup & memperoleh kesejahteraan & kenyamanan. Adanya
disorganisasi keluarga akan berdampak pada kurang terpenuhinya kebutuhan anak
sehingga anak tidak emmeproleh kesejahteraan dan kenyamanan dalam hidupnya.
Kondisi psikologis seorang anak yang selalu tertekan secara terus menerus akan
memicu anak untuk melakukan hal-hal yang terkadang diluar batas normal, yang
dalam pengertian lainnya, adalah juga berpotensi melakukan kejahatan. Karena
kurang mendapatkan atensi dari institusi keluarga, juga karena fasilitas-fasilitas
yang seharusnya diperoleh anak dari keluarga tidak dapat terpenuhi, akan memicu
seorang anak untuk mengambil langkahnya sendiri, seperti misalnya mencuri atau
hal yang serupa dengan hal tersebut.
➢ Konteks Sosial
Karena disharmonisasi yang ada dalam keluarganya, secara tidak langsung
karena keadaannya yang tertekan, dia kemudian akan merasa canggung dalam
memulai maupun masuk ke dalam sebuah interaksi komunikatif dalam sebuah
komunitas diluar organisasi keluarganya, karena merasa malu atau tidak mampu
berbaur dalam lingkungan tersebut. Disorganisasi keluarga juga turut
menghambat proses berkembangnya EQ (Emotional Quality) anak yang
menyebabkan dia akan merasa kesepian. Karena buruknya interaksi dan
komunikasi yang terjalin dalam keluarga tersebut pula lah yang membuat anak
menjadi menutup diri terhadap lingkungan interaksi sosialnya, karena adanya
rasa takut akan penolakan dalam masyarakat tersebut.

➢ Konteks Politik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti dampak politik adalah akibat
suatu keputusan, tindakan, ataupun peristiwa terhadap pendapat umum atau sikap
masyarakat. Adanya disorganisasi keluarga sebagai suatu peristiwa juga memiliki
dampak terhadap pendapat umum atau sikap masyarakat. Keluarga yang mengalami
disorganisasi akan dipandang sebagai keluarga yang tidak harmonis dan dipandang
sebagai keluarga yang bermasalah. Dengan adanya pandangan tersebut maka akan
menyebabkan suatu keluarga yang mengalami disorganisasi akan di jauhi, karena
masyarakat akan merasa enggan untuk mendekati suatu keluarga yang mengalami
disorganisasi. Selain hal tersebut, karena ketidaksukaan beberapa oknum
masyarakat akan keluarga yang mengalami disorgansiasi maka biasanya akan ada
oknum masyarakat yang berusaha menggiring opini bahwa keluarga yang
mengalami disorganisasi merupakan keluarga bermasalah yang jika didekati hanya
akan memberi masalah juga. Dalam aspek politik hal ini biasa disebut juga dengan
framing. Dampakanya terhadap anak-anak mereka akan dijauhi oleh teman-temanya
atau bahkan dibully oleh teman-temanya di lingkungan masyarakat dimana anak
tersebut tinggal. Oleh karena itu karena kesulitan untuk bergaul dan seringnya
dibully tidak jarang anak-anak meminta pindah temapat tinggal karena merasa tidak
nyaman tinggal dilingkunganya. Hal ini tentunya dapat mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan anak.

6. Siapa saja pihak yang terlibat dan bertanggung jawab atas fenomena tersebut?
Ikatan yang mempertalikan suami dan istri dalam perkawinan terkadang bisa rapuh dan
bahkan putus sehingga terjadinya perpisahan atau perceraian. Dengan terjadinya perceraian
maka dengan sendirinya fungsi keluarga akan mengalami gangguan dan pihak yang
bercerai maupun anak-anak harus menyesuaikan diri dengan situasi yang baru. Peningkatan
angka perceraian dalam masyarakat pun membawa gaya hidup khas keluarga bercerai
misalnya hidup sendiri menjada atau menduda, adanya anak yang harus hidup dengan salah
satu orang tua saja, dan bahkan mungkin hidup terpisah dengan saudara kandung sendiri.
Kasus perceraian sering dianggap sebagai suatu peristiwa tersendiri dan menegangkan
dalam kehidupan keluarga, tetapi yang perlu direnungkan dalam kasus ini adalah akibat dan
pengaruh yang ditimbulkan pada diri anak khususnya dalam hal penyesuaian diri.

Banyak analisis sosial menunjukan adanya persamaan antara penyesuaian diri baik
cerai yang sebabkan oleh kematian maupun perceraian hidup. Menurut penulis, pihak yang
terlibat dan yang bertanggung jawab dimulai dari ruang lingkup yang kecil dahulu, seperti
anggota keluarga yaitu ibu, ayah, anak, bahkan kakek, dan nenek. Dalam mengatasinya
orang tua terutama ayah harus memberikan respon dengan sikap hormat tanpa melangkahi
Batasan pribadi anak, terutama pada saat remaja. Dengan car aini, anak cenderung lebih
berkembang menjadi pribadi mandiri dan bertanggung jawab. Lalu, Orang tua mesti
berusaha untuk mengurangi sikap overfocusing pada anak-anaknya. Fokus pada anak
memang tak bisa ditinggalkan.

Namun, orang tua perlu membagi perhatiannya pada relasi antara suami-istri supaya
keintiman dan keharmonisan tetap terjaga. Hindari sikap menghakimi dan menyalahkan.
Begitu juga dengan kebiasaan selalu ingin menyelamatkan, mengorbankan diri, maupun
rela disalahkan. Lalu pada kondisi kekerasan dalam rumah tangga yang termasuk ke dalam
disorganisasi keluarga, Kepolisian lah yang bertanggung jawab memiliki wewenang untuk
mengadili pelaku, biasanya pelaku rata-rata berjenis kelamin laki-laki. Dan bisa juga
Komnas Perempuan terlibat dalam hal ini dikarenakan biasanya korban rata-rata berjenis
kelamin perempuan.

7. Bagaimana peranan komunikasi dalam mengatasi fenomena tersebut?


Peranan komunikasi dalam mengatasi disorganisasi keluarga atau perceraian adalah
dengan meggunakan komunikasi persuasife yaitu Metode komunikasi yang bertujuan untuk
mengubah atau mempengaruhi prilaku sesuai yang diharapkan komunikator. Komunikator
disini bisa seperti keluarga dari pasangan suami istri tersebut atau bisa Ketua Pengadilan
Agama.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pengadilan Agama yaitu dengan mediasi, dimana
dalam mediasi ini hakim sebagai mediator diharapkan untuk mendamaikan pasangan
suami-istri yang sedang dalam proses perceraian. Suami istri yang sudah mengajukan
perceraian ke Pengadilan Agama tetapi demi mempertahankan pernikahan mereka berupaya
mencegah terjadinya perceraian maka usaha perdamaian dilakukan oleh Pengadilan Agama
yaitu mediasi. Penerapan mediasi ini diharapkan dapat memperkuat keterlibatan para pihak
dalam proses penyelesaian sengketa, sehingga tidak ada istilah kalah ataupun menang
dalam sidang karena mediasi bertujuan untuk mendamaikan para pihak yang bersengketa.

Penerapan komunikasi persuasif kini tidak hanya sebagai sebuah sarana untuk pesan
semata tetapi juga sudah berkembang menjadi hal penting dalam mengelola hubungan antar
manusia. Permasalahan ada yang diselesaikan secara baik-baik atau kekeluargaan.
Permasalahan juga ada yang diselesaikan melalui jalur hukum.

8. Sudahkah ada langkah dari pemerintah dalam menangani fenomena tersebut?


Dengan cara apa? Dan apa yang kurang dari langkah tersebut?

Dalam mengatasi disorganisasi keluarga yang dampaknya tidak hanya pada individual
tetapi juga mempengaruhi tatanan masyarakat secara menyeluruh. Tindakan ini harus
dimulai dari menumbuhkan kesadaran dan empati.

Caranya yaitu dengan memperkenalkan atau memahami kondisi dan contoh disorganisasi
keluarga pada lingkungan sekitarnya. Untuk mengatasi kondisi tersebut dengan melakukan
aksi peduli secara terorganisir dengan memanfaatkan lembaga masyarakat yang sudah ada.
Contohnya memanfaatkan komunitas RT dan RW untuk bergerak.

Fungsi dari komunitas tersebut adalah bisa menjadi wadah bagi para penyandang
masalah sosial ini agar tetap bisa sehat dan bertahan menghadapi tantangan-tantangan
hidupnya. Bagi keluarga yang sedang bertikai bisa mendapatkan mediasi. Untuk anak-anak
yang terdampak, bisa memiliki tempat nyaman untuk meluapkan segala emosinya bahkan
mendapatkan bimbingan untuk mengontrol emosinya. Dengan demikian berbagai hal
seperti kenakalan remaja atau tindakan vandalisme bisa diminimalkan.

Guna mengatasi disorganisasi keluarga ini pemerintah terkhusus Kemenag tengah


mengembangkan metode bimbingan virtual. Inovasi ini diharapkan dapat meningkatkan
target sekitar 40% Calon pengantin dan target jangka panjangnya akan menarget seluruh
calon pengantin.

Upaya lain dilakukan dengan menugaskan KUA untuk melakukan Bimwin secara
terbatas, sebelum menikahkan Calon pengantin. Materinya sama dengan materi Bimwin
yang diperingkas menjadi sekitar 30 menit. Program-program ini dipublikasikan secara
luas hingga di tiap kantor KUA sehingga dapat diikuti oleh siapapun yang berminat dengan
gratis.

Program Pusaka Sakinah untuk catin dan pasangan suami-istri difokuskan pada
pembahasan tentang kualitas keluarga, pespektif gender, pencegahan perceraian dan
kekerasan dalam rumah tangga, moderasi beragama, stunting, dan kesehatan reproduksi dan
penurunan kemiskinan. Untuk Bimwin sudah berlangsung dalam beberapa tahun terakhir.
Program Pusaka Sakinah baru dimulai sejak 2019 dan telah tersebar pada 100 KUA se-
Indonesia. Tahun depan, Pusaka Sakinah akan diperbanyak pada 120 titik KUA lainnya.
Jumlahnya relatif masih kecil, karena ada 5.945 KUA di seluruh Indonesia.

9. Solusi seperti apa yang anda tawarkan untuk menangani fenomena ini?

Tidak banyak orang yang mengetahui apa itu disorganisasi keluarga. Pengertian
disorganisasi keluarga adalah kondisi dalam keluarga yang tidak bisa berfungsi
sebagaimana mestinya.

Biasanya, fungsi keluarga gagal tercapai atau keluarga terpecah karena beragam hal. Mulai
dari ketegangan dan konflik antara suami dengan istri, hingga orang tua dengan
anak.Dampak ketidakharmonisan dalam rumah tangga tersebut kemudian akan
mempengaruhi perkembangan anak dan akan terbawa hingga ia dewasa.
Solusi yang dapat kami tawarkan adalah :

1. Melakukan bimbingan sebelum menikah yang difokuskan pada pembahasan tentang


kualitas keluarga, pespektif gender, pencegahan perceraian dan kekerasan dalam
rumah tangga, moderasi beragama, stunting, dan kesehatan reproduksi dan penurunan
kemiskinan.
2. Mulai dengan berhenti mengomeli dan mengkritik anggota keluarga lain.
3. Orangtua perlu memberikan respons dengan sikap hormat tanpa melangkahi batasan
pribadi anak, terutama pada remaja. Dengan ini, anak akan cenderung berkembang
menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab.
4. Orang tua mesti berusaha untuk mengurangi sikap overfocusing pada anak-anaknya.
Fokus pada anak memang tak bisa ditinggalkan. Namun, orang tua perlu membagi
perhatiannya pada relasi antara suami-istri supaya keintiman dan keharmonisan tetap
terjaga.
5. Hindari sikap menghakimi dan menyalahkan. Begitu juga dengan kebiasaan selalu
ingin menyelamatkan, mengorbankan diri, maupun rela disalahkan.
6. Tetapkan batasan dalam relasi antara anggota keluarga.
7. Hormati batasan dari anggota keluarga lainnya supaya tidak terlalu ikut campur dalam
urusan mereka.
Referensi

➢ https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/14023-Full_Text.pdf
➢ https://media.neliti.com/media/publications/114514-ID-keluarga-dalam-kajian-
sosiologi.pdf

Anda mungkin juga menyukai