Keluarga
PUBLIC RELATIONS
Bentuk fenomena sosial yang kami pilih adalah disorganisasi keluarga. Disorganisasi
keluarga adalah perpecahan keluarga sebagai suatu unit karena anggota-anggotanya gagal
memenuhi kewajiban-kewajibannya yang sesuai dengan peranan sosialnya. Banyak
masyarakat yang mengalami disorganisasi keluarga hal ini disebabkan karena kurangnya
pemahaman dasar-dasar kesadaran agama, faktor ekonomi, faktor lingkungan, faktor
perselingkuhan, dan faktor kerukunan rumah tangga. Terdapat tiga jenis keluarga yaitu:
Pertama, keluarga inti yang berisikan ayah ibu dan anak ini merupakan skub terkecil dari
keluarga, Kedua, keluarga Konjugal merupakan perluasan dari keluarga inti yaitu adanya
anak istri ayah dan keluarga dari keduanya. Ketiga, keluarga Luas ini merupakan
cangkupan keluarga besar yang sudah adanya paman, bibi, sepupu dan lain sebagainya.
Keluarga menjadi unit terkecil didalam sebuah masyarakat, dan memerankan fungsi
utama baik dalam pertumbuhan maupun perkembangan fisik, mental serta kepribadian
anak. Menurut pakar ilmu jiwa yaitu Hurlok menyatakan bahwa keberhasilah dalam
kehidupan berkeluarga termasuk didalamnya anak ditentukan oleh sejauh mana suami dan
istri mampu menjalankan tugas-tugas sebagaimana mestinya. Artinya didalam suatu
keluarga suami dan istilah yang harus menjalankan fungsi-fungsi sebagaimana mestinya
guna untuk mencegah terjadinya disorganisasi dan itu menjadi salah satu problem sosial
yang terjadi dimasyarakat.
Disorganisasi keluarga bisa diartikan sebagai sebuah keluarga yang memiliki banyak
konflik internal, seperti persaingan antar saudara kandung, kekerasan dalam rumah tangga,
konflik antara anak dan orangtua, gangguan mental, orang tua tunggal (single parent),
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), masalah penyalahgunaan zat terlarang (alkohol
atau narkoba), hingga perselingkuhan yang mempengaruhi kebutuhan dasar dari sebuah
keluarga.
4. Siapa saja pihak yang diuntungkan maupun dirugikan dari fenomena tersebut?
Pihak yang dirugikan biasanya adalah keluarga inti yang berisikan ayah ibu dan anak.
Dalam fenomena disorganisasi keluarga ini menurut saya tidak ada pihak yang diuntungkan
karena disorganisasi keluarga adalah perpecahan keluraga sebagai suatu unit yang lengkap
yang disebabkan oleh gagalnya suami dan istri dalam memenuhi kewajiban serta perannya.
➢ Konteks Budaya
Dampak budaya merupakan dampak yang berpengaruh pada cara hidup seseorang.
Emosi seorang anak tidak dapat dikontrol, sehingga sewaktu-waktu mampu
menyebabkan adanya perubahan sikap, seperti misalkan merasa kebingungan,
perilaku agresif anak yang meningkat, dan juga perasaan superior yang terkadang
dikompensasikan kedalam bentuk-bentuk tindakan yang cenderung negatif, seperti
misalnya apatis terhadap segala hal, memiliki kepribadian yang tertutup, agresif
baik secara fisik maupun secara verbal, dan lain sebagainya. Hal ini kemudian juga
akan membuat anak mencari pelarian dari problematika tersebut,seperti melarikan
diri dari realita dengan merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, narkoba dan
obat-obatan terlarang lainnya, dan juga kemudian melakukan segala tindakan
kriminalitas, atau juga kemudian masuk kedalam sebuah sub-kebudayaan yang
menyimpang.
➢ Konteks Ekonomi
➢ Konteks Politik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti dampak politik adalah akibat
suatu keputusan, tindakan, ataupun peristiwa terhadap pendapat umum atau sikap
masyarakat. Adanya disorganisasi keluarga sebagai suatu peristiwa juga memiliki
dampak terhadap pendapat umum atau sikap masyarakat. Keluarga yang mengalami
disorganisasi akan dipandang sebagai keluarga yang tidak harmonis dan dipandang
sebagai keluarga yang bermasalah. Dengan adanya pandangan tersebut maka akan
menyebabkan suatu keluarga yang mengalami disorganisasi akan di jauhi, karena
masyarakat akan merasa enggan untuk mendekati suatu keluarga yang mengalami
disorganisasi. Selain hal tersebut, karena ketidaksukaan beberapa oknum
masyarakat akan keluarga yang mengalami disorgansiasi maka biasanya akan ada
oknum masyarakat yang berusaha menggiring opini bahwa keluarga yang
mengalami disorganisasi merupakan keluarga bermasalah yang jika didekati hanya
akan memberi masalah juga. Dalam aspek politik hal ini biasa disebut juga dengan
framing. Dampakanya terhadap anak-anak mereka akan dijauhi oleh teman-temanya
atau bahkan dibully oleh teman-temanya di lingkungan masyarakat dimana anak
tersebut tinggal. Oleh karena itu karena kesulitan untuk bergaul dan seringnya
dibully tidak jarang anak-anak meminta pindah temapat tinggal karena merasa tidak
nyaman tinggal dilingkunganya. Hal ini tentunya dapat mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan anak.
6. Siapa saja pihak yang terlibat dan bertanggung jawab atas fenomena tersebut?
Ikatan yang mempertalikan suami dan istri dalam perkawinan terkadang bisa rapuh dan
bahkan putus sehingga terjadinya perpisahan atau perceraian. Dengan terjadinya perceraian
maka dengan sendirinya fungsi keluarga akan mengalami gangguan dan pihak yang
bercerai maupun anak-anak harus menyesuaikan diri dengan situasi yang baru. Peningkatan
angka perceraian dalam masyarakat pun membawa gaya hidup khas keluarga bercerai
misalnya hidup sendiri menjada atau menduda, adanya anak yang harus hidup dengan salah
satu orang tua saja, dan bahkan mungkin hidup terpisah dengan saudara kandung sendiri.
Kasus perceraian sering dianggap sebagai suatu peristiwa tersendiri dan menegangkan
dalam kehidupan keluarga, tetapi yang perlu direnungkan dalam kasus ini adalah akibat dan
pengaruh yang ditimbulkan pada diri anak khususnya dalam hal penyesuaian diri.
Banyak analisis sosial menunjukan adanya persamaan antara penyesuaian diri baik
cerai yang sebabkan oleh kematian maupun perceraian hidup. Menurut penulis, pihak yang
terlibat dan yang bertanggung jawab dimulai dari ruang lingkup yang kecil dahulu, seperti
anggota keluarga yaitu ibu, ayah, anak, bahkan kakek, dan nenek. Dalam mengatasinya
orang tua terutama ayah harus memberikan respon dengan sikap hormat tanpa melangkahi
Batasan pribadi anak, terutama pada saat remaja. Dengan car aini, anak cenderung lebih
berkembang menjadi pribadi mandiri dan bertanggung jawab. Lalu, Orang tua mesti
berusaha untuk mengurangi sikap overfocusing pada anak-anaknya. Fokus pada anak
memang tak bisa ditinggalkan.
Namun, orang tua perlu membagi perhatiannya pada relasi antara suami-istri supaya
keintiman dan keharmonisan tetap terjaga. Hindari sikap menghakimi dan menyalahkan.
Begitu juga dengan kebiasaan selalu ingin menyelamatkan, mengorbankan diri, maupun
rela disalahkan. Lalu pada kondisi kekerasan dalam rumah tangga yang termasuk ke dalam
disorganisasi keluarga, Kepolisian lah yang bertanggung jawab memiliki wewenang untuk
mengadili pelaku, biasanya pelaku rata-rata berjenis kelamin laki-laki. Dan bisa juga
Komnas Perempuan terlibat dalam hal ini dikarenakan biasanya korban rata-rata berjenis
kelamin perempuan.
Penerapan komunikasi persuasif kini tidak hanya sebagai sebuah sarana untuk pesan
semata tetapi juga sudah berkembang menjadi hal penting dalam mengelola hubungan antar
manusia. Permasalahan ada yang diselesaikan secara baik-baik atau kekeluargaan.
Permasalahan juga ada yang diselesaikan melalui jalur hukum.
Dalam mengatasi disorganisasi keluarga yang dampaknya tidak hanya pada individual
tetapi juga mempengaruhi tatanan masyarakat secara menyeluruh. Tindakan ini harus
dimulai dari menumbuhkan kesadaran dan empati.
Caranya yaitu dengan memperkenalkan atau memahami kondisi dan contoh disorganisasi
keluarga pada lingkungan sekitarnya. Untuk mengatasi kondisi tersebut dengan melakukan
aksi peduli secara terorganisir dengan memanfaatkan lembaga masyarakat yang sudah ada.
Contohnya memanfaatkan komunitas RT dan RW untuk bergerak.
Fungsi dari komunitas tersebut adalah bisa menjadi wadah bagi para penyandang
masalah sosial ini agar tetap bisa sehat dan bertahan menghadapi tantangan-tantangan
hidupnya. Bagi keluarga yang sedang bertikai bisa mendapatkan mediasi. Untuk anak-anak
yang terdampak, bisa memiliki tempat nyaman untuk meluapkan segala emosinya bahkan
mendapatkan bimbingan untuk mengontrol emosinya. Dengan demikian berbagai hal
seperti kenakalan remaja atau tindakan vandalisme bisa diminimalkan.
Upaya lain dilakukan dengan menugaskan KUA untuk melakukan Bimwin secara
terbatas, sebelum menikahkan Calon pengantin. Materinya sama dengan materi Bimwin
yang diperingkas menjadi sekitar 30 menit. Program-program ini dipublikasikan secara
luas hingga di tiap kantor KUA sehingga dapat diikuti oleh siapapun yang berminat dengan
gratis.
Program Pusaka Sakinah untuk catin dan pasangan suami-istri difokuskan pada
pembahasan tentang kualitas keluarga, pespektif gender, pencegahan perceraian dan
kekerasan dalam rumah tangga, moderasi beragama, stunting, dan kesehatan reproduksi dan
penurunan kemiskinan. Untuk Bimwin sudah berlangsung dalam beberapa tahun terakhir.
Program Pusaka Sakinah baru dimulai sejak 2019 dan telah tersebar pada 100 KUA se-
Indonesia. Tahun depan, Pusaka Sakinah akan diperbanyak pada 120 titik KUA lainnya.
Jumlahnya relatif masih kecil, karena ada 5.945 KUA di seluruh Indonesia.
9. Solusi seperti apa yang anda tawarkan untuk menangani fenomena ini?
Tidak banyak orang yang mengetahui apa itu disorganisasi keluarga. Pengertian
disorganisasi keluarga adalah kondisi dalam keluarga yang tidak bisa berfungsi
sebagaimana mestinya.
Biasanya, fungsi keluarga gagal tercapai atau keluarga terpecah karena beragam hal. Mulai
dari ketegangan dan konflik antara suami dengan istri, hingga orang tua dengan
anak.Dampak ketidakharmonisan dalam rumah tangga tersebut kemudian akan
mempengaruhi perkembangan anak dan akan terbawa hingga ia dewasa.
Solusi yang dapat kami tawarkan adalah :
➢ https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/14023-Full_Text.pdf
➢ https://media.neliti.com/media/publications/114514-ID-keluarga-dalam-kajian-
sosiologi.pdf