Anda di halaman 1dari 17

PERKEMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGI FISIKA

PADA ERA ABAD KE-21

KARYA TULIS ILMIAH

DOSEN PENGAMPUH:
NURAZIZAH LUBIS,S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

Novelia Lumban Batu (210407002)


Livenia Br Sembiring (210407014)
Theresia Aritonang (210407011)

UNIVERSITAS SAMUDRA

JUNI 2022
PENGARUH PENGGUNAAN MODUL KONTEKSTUAL
BERBASIS MULTIREPRESENTASI PADA PEMBELAJARAN
GRAVITASI NEWTON TERHADAP PEMAHAMAN
KONSEP SISWA

Dosen pengampuh: Nurazizah Lubis,S.Pd.M.Pd

Universitas samudra

Abstrak
Eksistensi ilmu pengetahuaan tidak lepas dari sejarah perkembangannya
yang merupakan sebuah proses panjang tumbuh dan berkembangnya ilmu
pengetahuan itu sendiri. pada setiap fase perkembangan ilmu pengetahuan
muncul sesuatu yang baru dan memiliki karakteristik di setiap masanya
.karakteristik tersebut adalah hasil dari sebuah perahu mula-mula yang terjadi
dalam dinamika sosial .Tentu hal itu tidak bisa lepas dari berbagai pengaruh
sosial budaya dan politik yang berkembang seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan itu sendiri dengan demikian perkembangan ilmu pengetahuan dapat
diprediksikan sesuai dengan dinamika yang ada yaitu periode Yunani kuno
periode Islam periode renaissans dan modern dan kontemporer sampai dengan
perkembangan fisika sampai abad ke-21.

Kata kunci: sejarah fisika,multirepresentasi ,hukum


newton,hukum gravitasi.
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
Karena berkat anugerah-Nyalah tulisan karya ilmiah ini dapat selesai. Penulis
menyadari bahwa penyusun karya ilmiah ini tidak semudah membalikkan
telapak tangan dan tidak secepat mengedipkan mata. Sehingga wajar jika
penulisan karya ilmiah Ini terwujud dengan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu selarik ucapan terimakasi atas penulisan haturkan kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan karya ilmia ini, yang telah
memberikan arahan dan dorongan emas yang sangat berharga selama penulisan
karya ilmiah ini. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis memohon
sumbangsi berupa kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penulisan
karya ilmiah
ini. Dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menuntun kita ke jalan yang
dikehendaki-NYA, Amin.

Langsa, juni 2022

Tim penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Fisika adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas.
Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup
ruang dan waktu. Fisikawan mempelajari perilaku dan sifat materi dalam bidang
yang sangat beragam, mulai dari partikel submikroskopis yang membentuk
segala materi (fisika partikel) hingga perilaku materi alam semesta sebagai satu
kesatuan kosmos.
Beberapa sifat yang dipelajari dalam fisika merupakan sifat yang ada
dalam semua sistem materi yang ada, seperti hukum kekekalan energi. Sifat
semacam ini sering disebut sebagai hukum fisika. Fisika sering disebut sebagai
"ilmu paling mendasar", karena setiap ilmu alam lainnya (biologi, kimia, geologi,
dan lain-lain) mempelajari jenis sistem materi tertentu yang mematuhi hukum
fisika.Misalnya, kimia adalah ilmu tentang molekul dan zat kimia yang
dibentuknya. Sifat suatu zat kimia ditentukan oleh sifat molekul yang
membentuknya, yang dapat dijelaskan oleh ilmu fisika seperti mekanika
kuantum, termodinamika, dan elektromagnetika. Fisika juga berkaitan erat
dengan matematika. Teori fisika banyak dinyatakan dalam notasi matematis, dan
matematika yang digunakan biasanya lebih rumit daripada matematika yang
digunakan dalam bidang sains lainnya. Perbedaan antara fisika dan matematika
adalah: fisika berkaitan dengan pemberian dunia material, sedangkan
matematika berkaitan dengan pola-pola abstrak yang tak selalu berhubungan
dengan dunia material.
Namun, perbedaan ini tidak selalu tampak jelas. Ada wilayah luas
penelitan yang beririsan antara fisika dan matematika, yakni fisika matematis,
yang mengembangkan struktur matematis bagi teori-teori fisika. ejak jaman
purbakala, orang telah mencoba untuk mengerti sifat dari benda:mengapa objek
yang tidak ditopang jatuh ke tanah, mengapa material yang berbeda memiliki
properti yang berbeda, dan seterusnya. Lainnya adalah sifat dari jagad raya,
seperti bentuk bumi dan sifat dari objek celestial seperti matahari dan bulan.
Sejarah fisika dimulai pada tahun sekitar 2400 SM, ketika kebudayaan Harappan
menggunakan suatu benda untuk memperkirakan dan menghitung sudut bintang
di angkasa.
1.2. RUMUSAN MASALAH

1.Bagaimana perkembangan ilmu dan teknologi fisika di era abad-21


2.Bagaimana cara mendeskribsika pengaruh penggunaan modul kontekstual
berbasis multirepresentasi pada pembelajaran hukum gravitasi newton terhadap
pemahaman konsep siswa?

1.3.TUJUAN

Ada pun tujuan dari pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah :

1.Untuk mengetahui perkembangan ilmu dan teknologi fisika di era abad-21.


2.Untuk mendeskribsikan pengaruh penggunaan modul kontekstual berbasis
multirepresentasi pada pembelajaran hukum gravitasi newton terhadap
pemahaman konsep siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
Di kalangan para ahli sejarah banyak pendapat yang beragam dalam
mendefinisikan term sejarah, namun dapat penulis simpulkan bahwa pada intinya
sejarah adalah kesinambungan atau rentetan suatu peristiwa/ kejadian antara
masa lampau, masa sekarang dan masa depan. Hal ini dapat diketahui dari segi
kronologis dan geografis, yang bisa dilihat dengan kurun waktu dimana sejarah
itu terjadi. Dalam setiap periode sejarah pekembangan ilmu pengetahuan
memiliki ciri khas atau karakteristik tertentu. Tetapi dalam pembagian
periodisasi perkembangan ilmu pengetahuan ada perbedaan dalam berbagai
literature yang ada. Maka dari itu, untuk memahami sejarah perkembangan ilmu
pengetahuan secara mudah, di sini telah dilakukan elaborasi dan klasifikasi atau
pembagian secara garis besar. Berikut adalah uraian singkat dari masing-masing
periode atau sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dari masa ke masa.

2.1 Sejarah perkembangan fisika menurut Richtmeye

Menurut Richtmeyer, Sejarah perkembangan ilmu Fisika


dibagi menjadi empat periode, yaitu :

1.Periode pertama
Dimulai dari zaman prasejarah sampai tahun 1550an. Dalam periode
pertama ini belum ada penelitian yang sistematis. Beberapa penemuan
pada periode ini diantaranya :

 2400000 SM-599 SM
Dibidang astronomi orang-orang yang hidup pada zaman tersebut
sudah menghasilkan Kalender Mesir dengan perhitungan 1 tahun =
365 hari, selain itu mereka dapat memprediksi gerhana,membuat
jam matahari dan membuat katalog bintang.

 600 SM-530 M
Pada zaman ini perkembangan ilmu dan tehnologi sangat terkait dengan
perkembangan matematika. Archimides memulai tradisi " Fisika Matematika "
untuk menjelaskan tenmtang katrol , hukum-hukum hidrostatika dan lain-
lain.Tradisi Fisika Matematika berlanjut sampai sekarang.
 530 M – 1450 M
Mundurnya tradisi sains di Eropa dan pesatnya
perkembangan sains di Timur Tengah. Dalam sains fisik ,
Aristoteles berpendapat bahwa gerak bisa terjadi jika ada yang
mendorong secara terus menerus ; kemagnetan berkembang
;eksperimen optik berkembang, ilmu kimia berkembang
(Alchemy).

 1450 M-1550 M
Ada publikasi teori Heliosentris dari Copernicus yang tercetak
dalam bukunya De Revolutionibus Orbium Caelestium. Dalam
pendapatnya yang paling terkenal yaitu Heliosentris, ia mengganti
posisi bumi sebagai pusat alam semesta dengan matahari. Dan ia
juga menggambarkan gerakan benda-benda langit. Sehingga ilmu
yang disumbangkan Copernicus menjadi titik penting dalam
revolusi saintifik, yaitu ketika ilmu mulai memikirkan gaya-gaya
yang menyebabkan gerakan benda langit.

2.Periode kedua
Dimulai dari tahun 1550an sampai tahun1800an. Pada periode
kedua ini mulai dikembangkan metoda penelitian yang sistematis
dengan galileodikenal sebagai pencetus metoda saintifik dalam
penelitian. memperbaiki teori-teori sebelumnya untuk
menghasilkan mekanika.
Dalam bukunya Discourses Concerning Two New Sciences, ia tidak
lagi mencari penyebab gerakan (dinamika), tapi menerangkan
dengan gejalanya (kinematika). Newton meneruskan kerja Galileo
terutama dalam bidang mekanika menghasilkan hukum-hukum
gerak yang sampai sekarang masih dipakai. Sehingga dari tulisan
Galileo terhubunglah benang merah langsung ke menika newton.
Dalam mekanika selain hukum-hukum Newton dihasilkan pula
persamaan Bernoulli, Teori Kinetik Gas, Vibrasi Transversal dari
batang,kekekalan Momuntum sudut, persamaan Lagrange. Dalam
fisika panas ada penemuan termometer, Azas Black, dan
Kalorimeter. Dalam gelombang cahaya ada penemuan aberasi dan
pengukuran kelajuan cahaya. Dalam kelistrikan ada klasifikasi
konduktor danonkondukror,penemuan elektroskop,
pengembangan teori arus listrik yang serupa dengan teori
penjalaran panas dan Hukum Coloumb.
3.periode ketiga
Dimulai dari Tahun 1800an sampai 1890an. Pada periode ini
diformulasikan konsep-konsep fisika yang mendasar yang sekarang
kita kenal dengan sebutan fisika klasik. Dalam periode ini fisika
berkembang dengan pesat terutama dalam mendapatkan formulasi-
formulasi umum dalam mekanika, Fisika panas, Listrik-Magnet dan
gelombang, yang masih terpakai sampai saat ini. Dalam mekanika
diformulasikan Hamiltonian (yang kemudian dipakai dalam fisika
kuantum), persamaan gerak benda tegar, teori elastisitas,
hidrodinamika. Dalam fisika panas diformulasikan hukumhukum
termodinamika, teori kinetik gas penjalaran panas dan lain-
lain.Dalam Listrik-Magnet diformulasikan Hukom Ohm, Hukum
Faraday,Teori Maxwell dan lain-lain.

4.periode keempat
Dimulai dari tahun 1890an sampai sekarang. Pada akhir abad ke-
19 ditemukan beberapa fonumena yang tidak bisa dijelaskan
melalui fisika klasik. Hal ini menentut pengembangan konsep fisika
yang lebih mendasar lagi yang sekarang disebut Fisika Modern.
Dalam periode ini
dikembangkan teori-teori yang lebih umum yang dapat mencankup
masalah yang berkaitan dengan kecepatan yang sangat tinggi
(relativitas) dan yang berkaitan dengan partikal yang sangat kecil
(teori kuantum). Teori Relativitas yang dipelapori oleh Einstein,
teori ini
menjelaskan bahwa tidakj mungkin untuk membedakan satu sistem
dari yang lain jika dua-duanya bergerak dengan kecepatan tetap.
Dari teori Relativitas itu menghasilkan beberapa hal diantaranya
adalah kesetaraan
massa dan energi E=mc2 yang dipakai sebagai salah satu prisip
dasar dalam trasformasi partikel. Teori kuantum, yang diawali oleh
karya Planck dan Bohr dan
kemudian dikembangkan oleh Schroedinger, Pauli, Heisenberg dan
lainlain, melahirkan teori-teori tentang atom, inti, partikel
subatomik,molekul, zat padat yang sangat besar perannya dalam
pengembangan ilmu dan teknologi.
2.2 Sejarah perkembangan fisika menurut Jacoub
Perkembangan sejarah fisika dibagi kedalam 5 periode [boer
Jacoub, 1968], yaitu :
 Periode pertama (Antara zaman purbakala s.d. 1500) Belum
adanya eksperimen yang sistematis dan kebebasan dalam
mengadakan percobaan. Dengan karakteristik sebagai berikut :
- Hasil perkembangan pengetahuan dalam bidang fisika tidak
memuaskan
- Sifatnya spekulasi dan metafisik (sulap dan gaib)
- Eksperimen tidak sistematis dan jauh dari ketelitian.

 Periode kedua (sekitar 1550-1800).Perkembangan fisika


berdasarkan metode eksperimen yang dapat
dipertanggungjawabkan, diakui, dan diterima sebagai persoalan
yang ilmiah. Dengan karakteristik sebagai berikut :
- Pertumbuhan penyelidikan berkembang pesat sekali dengan
percobaan yang dipelapori oleh Galileo (1564-1642)
- Galileo meletakkan pandangan modern dimana sains harus
berdasarkan pengamatan dan percobaan. Hampir 2 abad galileo
menghadapi dogma dan intoleransi kaum agama.
- Tokoh lain yang berperan

 Periode Ketiga (periode singkat, 1800-1890) Berkembangnya


fisika klasik yang meletakkan dasar fisika kuantum. Dengan
karakteristik sebagai berikut :
- Kemajuan pesat dari pertumbuhan dan perkembangan fisika
klasik yang meletakkan dasar fisika kuantum
- Periode ini singkat, tapi kemajuan pesat, hampir semua
fisikawan percaya semua hukum fisika telah ditemukan dan
selesai, sehingga penelitian dialihkan untuk memperbaiki
validitas alat ukur dan perbaikan metode pengukurannya.
- Beberapa fonomena dapat dicatat antara lain :
 Eksperimen count Rumford dan Joule yang memberi dasar
teori kinetik panas yang dikenal memberi dasar teori kinetik
panas yang dikenal sekarang
 Pengamatan dan percobaan Young telah membuktikan
interferensi dua berkas cahaya, yang mengukuhkan teori
gelombang Huygens dari teori Corpuscular Newton
 Hasil Riset Faraday yang memberikan dasar kebenaran teori
elektromagnetik maxwell. 7
Banyak teknologi hasil fisika dipakai dalam kegiatan industri.

 Periode Keempat (Tahun 1887 s.d. 1925) Adanya fenomena


mikroskopis (elektron dll). Teori klasik semi modern, teori kuantum
masih terkait fisika klasik (the old quantum mechanics). Dengan
karakteristik sebagai berikut:
- Dimulai tahun1887 dengan ditemukannya efek fotolistrik.
- Sepuluh tahun kemudian ditemukan beturut-turut :sinar X
(1895), Radioaktivitas (1896), dan elektron (1900)
- Teori kuantum yang timbul masih dihubungkan dengan teori
klasik semi modern, perkembangannya kurang pesat (the old
quantum mechanics)
- Adanya fenomena mikroskopis, yaitu fenomena yang tidak
dapat dilihat langsung, seperti elektron dan newtron dimana
fisika klasik tak dapat menerangkan fenomena tersebut sehingga
dicari ilmu dan moodel-model baru lagi.

 Periode Kelima (tahun 1925 s.d. sekarang) Fenomena


mikroskopis revolusioner, dibuat teori baru yang tidak terkait fisika
klasik (the new quantum mechanics). Dengan karakteristik sebagai
berikut :
- Dimilai perkembangan baru dengan dibuatnya teori-teori baru
yang lebih revolusioner dengan tidak mengindahkan mekanika
klasik (the new quantum mechanics)
- Teori baru ini muncul berdasarkan uraian teoritisde Broglie,
Heissenbergh, dan Schrodiger serta percobaan Davisson-Germer
dan Thompson)
- Ditemukan prinsip mekanika matriks (Heisenbergh), mekanika
gelombang (Schrodinger), dan mekanika gabungan keduanya
yang lebih umum (Dirac-Tomonaga) .
- Mekanika kuantum yang dikemukakan Dirac dinamakan
simbolic method, sifatnya sangat abstrak dan sukar dimengerti,
dikenal dengan nama Relativistic quantum mechanics.
2.3 PENGARUH PENGGUNAAN MODUL KONTEKSTUAL BERBASIS
MULTIREPRESENTASI PADA PEMBELAJARAN GRAVITASI
NEWTON TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA

Pencapaian dalam menyiapkan manusia yang memiliki daya saing yang


tinggi adalah dengan meningkatan kualitas pendidikan. Menurut Setiyawan
(2016), pendidikan merupakan sesuatu yangdinamis, sehingga tidak menutup
kemungkinan dilakukan perubahan agar menjadi lebih baik serta mampu
mengakomodasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemerintah
melakukan upaya dengan adanya kemajuan ilmu pe-ngetahuan dan teknologi,
yaitu dengan mengubah kurikulum KTSP menjadi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Standar proses yang digunakan juga mengalami perubahan dimana
pem-belajaran yang dilakukan meng-gunakan pendekatan saintifik dan juga
pembelajaran lebih mengaktifkan siswa, pemahaman, kemampuan berpikir
ktiris, logis, maupun matematis siswa (Sinambela, 2013). membuat
pembelajaran di sekolah semakin pesat, dimana pembelajaran yang digunakan
sekarang ini adalah pembelajaran kontekstual. Hasibuan (2014) mengatakan
pembelajaran kontekstual merupakan proses pembelajaran yang holistik dan
bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dan
mengaitkannya dengan konteks ke-hidupan mereka sehari-hari, sehingga siswa
memiliki pengetahuan yang dinamis dan fleksibel untuk meng-konstruksi sendiri
secara aktif pemahamannya. Menurut Depdiknas (2003: 5) pembelajaran
kontekstual melibatkan tujuh komponen utama dari pembelajaran
produktif yaitu konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),
menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modelling), refleksi (reflection) dan penilaian yang sebenarnya (authentic
assessment). Pembelajaran Fisika akan menjadi lebih mudah jika siswa mampu
memahami konsep yang ada. Fisika itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari
tentang fenomena-fenomena alam. Pemahaman konsep dalam Fisika sangat
penting, karena mempelajari Fisika kita bukan hanya menguasai pengetahuan
yang berupa fakta maupun prinsip saja, akan tetapi mempelajari proses
penemuan yang dapat dilihat dan dibuktikan dalam kehidupan seharihari.
Konsep itu sendiri adalah suatu pemikiran dari seseorang atau sekelompok orang
yang diperoleh kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan
yang nantinya akan menjadi prinsip, hukum, atau teori (Utami dkk, 2017).

Menurut Lubis (2014) pemahaman bukan hanya sekedar tahu, tetapi juga
menginginkan siswa yang belajar dapat memanfaatkan atau mengaplikasikan apa
yang telah dipahaminya. Maka dapat dikatakan bahwa pemahaman konsep
adalah kemampuan siswa dalam menguasai suatu konsep, bukan hanya
menghapal materi yang dipelajari saja tetapi juga siswa dapat menganalisis,
menerapkan, dan memahami dengan benar sehingga dapat mengungkapkan
kembali dalam bentuk yang lebih mudah dipahami. Siswa bukan hanya dituntut
untuk menggunakan pembelajaran kontekstual saja tetapi juga harus mempunyai
kemampuan multirepresentasi. Multirepresentasi berarti merepresentasi ulang
konsep yang sama dengan bentuk atau format yang berbeda termasuk verbal,
grafik, gambar, dan matematika (Waldrip dkk, 2007). Menurut Ainswort
dalam
Sunyono (2013) multirepresentasi memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai
pelengkap, pembatas inter-pretasi, dan pembangun pemahaman. Melatih
pengalaman pembelajaran siswa yang multirepresentasi dapat dilakukan dengan
menyusun bahan ajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan
dalam pelaksanaan kegiatan belajar dan mengajar di kelas. Bahan ajar dapat
digunakan oleh guru maupun siswa sehingga membantu proses pembelajaran.
Modul merupakan salah satu bahan ajar yang dimanfaatkan dalam kegiatan
belajar dan mengajar. Salah satu bahan ajar berupa modul kontekstual berbasis
multirepresentasi dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa, karena dalam
modul tersebut siswa dapat belajar dengan beberapa representasi dan komponen
pembelajaran. Modul tersebut juga mampu menarik perhatian siswa dan dapat
mendorong motivasi belajar siswa dalam menemukan hubungan materi dengan
situasi kehidupan nyata (Fatmala dkk, 2017). Maka, dapat dikatakan bahwa
bahan ajar berupa modul yang baik harus disusun secara sistematis dan variatif
dengan adanya banyak representasi atau multirepresentasi (Abdurrahman dkk,
2011). Berdasarkan pemaparan tersebut maka metode yang baik dilaksanakan
untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa, yaitu dengan pembelajaran
menggunakan modul berbasis multi-representasi. Siswa yang mengalami
miskonsepsi atau tidak tahu konsep dapat dibedakan secara sederhana dengan
cara membandingkan benar atau tidaknya jawaban dengan tinggi rendahnya
indeks kepastian jawaban Jika jawaban siswa benar dengan CRI rendah artinya
tidak tahu konsep (lucky guess) atau menebak, jika jawaban benar dengan CRI
tinggi artinya paham konsep. Setelah itu, jika jawaban siswa salah dengan CRI
rendah artinya tidak tahu konsep dan jika jawaban salah dengan CRI tinggi
artinya miskonsepsi.
Miskonsepsi masih sering terjadi pada siswa, hal ini masih dapat terjadi mungkin
karena kemampuan siswa atau cara mengajar guru. Menurut Lusiana, dkk.
(2015) kiat yang tepat untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi adalah
mencari bentuk kesalahan yang dimiliki siswa itu, mencari sebab-sebabnya dan
dengan pengertian itu menentukan cara yang sesuai. Secara umum, untuk dapat
membantu siswa mengatasi miskonsepsi, pertama-tama guru perlu mengerti
kerangka berpikir siswa maka kita dapat mengetahui tepat dimana letak
miskonsepsi siswa dan kita dapat membantunya.

Berdasarkan jurnal yang telah dibaca tentang judul yang tertera di karya tulis
ilmiah ini hasil yang didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan di SMA
NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG modul KONTEKSTUAL BERBASIS
MULTIREPRESENTASI dikatakan bahwa dapat memudahkan siswa dalam
memahami konsep hukum gravitasi newton hasil belajar siswa menggunakan
modul Fisika berbasis kontekstual dapat mencapai ketuntasan belajar siswa.
Respons siswa terhadap modul Fisika berbasisis kontekstual menunjukkan
bahwa 97% dari jumlah keseluruhan siswa memberi respons positif dan sangat
positif. Siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui proses mengalami,
sehingga dapat menumbuhkan pemahaman konsep dalam proses belajar
mengajar yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar. Hasil yang diperoleh
tersebut dikatakan bahwa modul tersebut dapat memudahkan siswa dalam
memahami konsep materi Hukum Gravitasi Newton, jadi untuk mengkonfirmasi
hasil penelitian ini maka dibandingkan dengan penelitian yang relevan.
Penelitian ini juga untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada kelas
eksperimen. tingkat pemahaman konsep dibagi menjadi 4, yaitu paham konsep,
lucky guess atau menebak, miskonsepsi, dan tidak paham konsep. Pengujian
pemahaman konsep dilakukan untuk jawaban kelas eksperimen dari hasil
posttest, diperoleh bahwa 64,66% siswa paham konsep.
Berdasarkan analisis pemahaman konsep diperoleh bahwa masih cukup
banyak siswa yang mengalami miskonsepsi. Penyebab dari miskonsepsi ini
karena faktor siswa itu sendiri dan guru, yaitu kemampuan siswa dalam menalar
soal dan cara mengajar guru. Maka, solusi dalam mengatasi miskonsepsi adalah
guru perlu mengerti kerangka berpikir siswa. Mengetahui cara berpikir, cara
mengungkap dan bagaimana gagasan siswa, maka guru dapat mengetahui tepat
dimana letak miskonsepsi siswa dan kita dapat membantunya.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka


dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan
modul kontekstual berbasis multirepresentasi pada pembelajaran Hukum
Gravitasi Newton terhadap pemahaman konsep siswa yang ditunjukkan oleh
perbedaan rata-rata nilai N-gain pada kelas eksperimen yakni 0,77 dengan
kategori peningkatan yang tinggi dan pemahaman konsep fisika siswa pada
pembelajaran menggunakan modul kontekstual berbasis multirepresentasi
ditunjukan dengan persentase, yaitu siswa yang paham konsep sebesar 64,66%,
menebak sebesar 14,10%, sedangkan miskonsepsi 7,14% dan tak paham
konsep sebesar 14,10%.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Apriliyawati, & Payudi.


2008. Limitation of Representation Mode in Learning Gravitational Concept
and Its Influence Toward student Skill Problem Solving. Proceeding Of The 2
nd International Seminar on Science Education. PHY–31: 373-377.

Abdurrahman, Liliasari, A. R., & Waldrip, B. 2011. Implementasi


Pembelajaran Berbasis Multi Representasi untuk Peningkatan Penguasaan
Konsep Fisika Kuantum. Cakrwala Pendidikan. 2 (3): 159-165.

Ardi, A., Nyeneng, I. D. P., & Ertikanto, C. 2015. Pengembangan Modul


Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuri Terbimbing pada Materi Pokok Suhu dan
Kalor. Jurnal Pembelajaran Fisika. 3 (3): 6465.

Asfiah, N., Mosik, & Purwantoyo, E. 2013. Pengembangan Modul IPA


Terpadu Kontekstual pada Tema Bunyi. Unnes Science Education Journal. 2
(1): 188-195.

Bukhori, M. A. F. 2013. Pembelajaran Fisika dengan CTL Melalui Pengalaman


Empiris: Kasus Perbedaan Pemahaman Konsep Gerak Melingkar Pada Siswa
Kelas X di SMA Negeri 4 Magelang, Jawa Tengah. Jurnal Berkala Fisika
Indonesia. 5 (1): 7-9.

Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan


Nasional.

Fatmala, Nurul Etiya, I Dewa Putu Nyeneng, & Wayan Suana. 2017.
Pengembangan Modul Pembelajaran Kontekstual Berbasis Multirepresentasi
pada Materi Hukum Newton Tentang Gravitasi. Jurnal Pembelajaran Fisika. 5
(4): 21-23.

Hakim, A., Liliasari, Kadarohman, A.


2012. Student Concept Understanding of Natural Products Chemistry in
Primary and Secondary Metabolies Using the Data Collecting Technique of
Modified CRI. International Online Journal of Education Sciences. 4 (3): 545-
546.
Hasibuan, M. I. 2014. Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and
Learning). Jurnal Ilmu-ilmu Pendidikan dan Sains. 2 (1): 2-3.

Lubis, M. I. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Listening Team


Terhadap Pemahaman Siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kuantan
Singingi. Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan. 17 (2): 266-267.

Lusiana, N., Kurniawati, L., & Mulyanto, A.B. 2015. Analisis Miskonsepsi
Siswa Pokok Bahasan Momentum dan Impuls di Kelas XII IPA 4 SMA Negeri
4 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016.

Mauke, M., Sadia, I. W., & Suastra, I.


W. 2013. Pengaruh Model Contextual Teaching and Learning terhadap
Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah dalam
Pembelajaran IPA-Fisika di MTS Negeri Negara. E-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. 3 (1): 2-4.

Pohan, J. E., Atmazaki, Agiustina. 2014. Pengembangan Modul


Berbasis Pendekatan Kontekstual pada Menulis Resensi di Kelas IX SMP 7
Padang Bolak. Jurnal Bahasa, Sastra dan
Pembelajaran. 2 (2): 1-11.

Pratama, D. R., Widiyatmoko, A., & Wusqo, I. U. 2016. Pengaruh Penggunaan


Modul Kontekstual Berpendekatan SETS terhadap Hasil Belajar dan
Kemandirian Peserta Didik Kelas VII SMP. Unnes Science Education Journal.
5 (3): 1366-1376.
Said, G. A., & Jafar, A. F. 2015. Penggunaan Modul Berbasis Kontekstual
terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik pada Pokok Bahasan Hukum
Newton Kelas VII MTS Madani Alauddin Paopao. Jurnal Pendidikan Fisika. 3
(2): 143-148.

Setiyawan, D., Indrowati, M., & Nurmiyati. 2016. Perbandingan Model


Pembelajaran Discovery Berbantu Peta Konsep dan Model Pembelajaran
Discovery terhadap Pemahaman Konsep Materi Protista Siswa Kelas X SMA
Negeri 1 Sukoharjo. Jurnal
Pendidikan. 5 (1): 51-52.

Sinambela, P. N. J. M. 2013. Kurikulum 2013 dan Implementasi dalam


Pembelajaran. Jurnal Unimed Generasi Kampus. 6 (2): 17-29.
Suhandi, A. dan Wibowo, F.C. 2012. Pendekatan Multirepresentasi
dalam Pembelajaran UsahaEnergi dan Dampak terhadap Pemahaman
Konsep Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Fisika. 8 (1): 1-2.

Sunyono. 2013.Model Pembelajaran


Berbasis Multipel Representasi (Model SiMaYang). Bandar
Lampung: AURA Publishing.

Utami, R. U., Rosidin, U., & Wahyudi, I. 2017. Pengaruh


Penggunaan Elearning dengan Schoology Materi Gravitasi Newton
terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pembelajaran Fisika. 5 (2): 81-
91 Waldrip, B. W., Prain, V., & Carolan, J. 2007. Learning Junior
Secondary Science Through Multi-Modal Representations. Electronic
Journal of Science Education (SouthwesternUniversity). 11 (1): 86-
105.

Anda mungkin juga menyukai