MAKALAH
RSUP PERSAHABATAN
JAKARTA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah
utama kesehatan global. Sejak 1993 World Health Organization (WHO) telah menyatakan
TB sebagai kedaruratan masalah kesehatan dunia (global public health emergency).
Mycobacterium tuberculosis menyebabkan kematian pada penyakit menular setelah
human immunodeficiency virus. Diperkirakan pada tahun 2013 ada sekitar 9,0 juta kasus
TB baru dan 1,5 juta kematian akibat TB dengan 1,1 juta diantaranya HIV-negatif dan 0,4
juta diantaranya HIV-positif. Tingginya kasus TB tidak hanya terjadi pada laki-laki tetapi
akibat dari penyakit tersebut juga tinggi pada perempuan. Angka kematian akibat TB pada
perempuan mencapai 510.000 dari perkiraan 3,3 juta kasus yang terjadi pada tahun 2013.
Pada anak-anak diperkirakan terjadi 550.000 kasus dengan kematian mencapai 80.000
(WHO, 2014).
Menurut data WHO tahun 2013, Indonesia berada di urutan kelima untuk insiden TB di
dunia setelah India, Cina, Nigeria, dan Paskistan. Jumlah klien TB di Indonesia
diperkirakan mencapai 5,8% dari total jumlah klien TB di dunia. Terdapat 429.730 kasus
baru dan 62.246 kematian akibat TB yang diperkirakan terjadi setiap tahun. Insidensi
kasus TB BTA positif sekitar 102 per 100.000 penduduk. Hasil Riskesdas tahun 2013
menunjukkan prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB oleh tenaga kesehatan
tahun 2007 dan 2013 tidak berbeda yaitu 0,4%, ini berarti prevalensi kejadian TB di
Indonesia pada tahun 2007 dan 2013 tidak mengalami penurunan. Lima provinsi dengan
TB tertinggi adalah Jawa Barat (0,7%), Papua, DKI Jakarta, Gorontalo, Banten, dan Papua
Barat. Berdasarkan karakteristik penduduk, prevalensi TB paru cenderung meningkat
dengan bertambahnya umur, pada pendidikan rendah, dan tidak bekerja (Riskesdas, 2013).
Langkah pertama dalam kegiatan tatalaksana TB adalah penemuan kasus TB. Secara
bermakna, penemuan dan penyembuhan klien TB menular dapat menurunkan kesakitan
dan kematian akibat TB, penularan di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan
pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat. Secara umum, penemuan
klien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif. Penyuluhan secara aktif, baik oleh
petugas kesehatan maupun masyarakat dilakukan untuk meningkatkan cakupan penemuan
serta penjaringan tersangka klien TB. Keterlibatan semua layanan dimaksudkan untuk
mempercepat penemuan dan mengurangi keterlambatan pengobatan. Pengobatan TB
bertujuan untuk menyembuhkan klien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan,
memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap Obat
Anti Tuberkulosis (OAT). Untuk menjamin kepatuhan klien menelan obat, dilakukan
pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO) (Kemenkes, 2011).
Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan merupakan Rumah Sakit Respirasi Rujukan
Nasional. Salah satu ruang rawat inapnya adalah ruang soka atas yang merawat pasien
paru infeksi dengan TB dan NON TB. Pada bulan Juli 2019 terdapat 70 dari 105 jumlah
pasien yang menderita penyakit TB paru. Pasien yang di rawat dengan didiagnosis TB
paru, tidak semua penderita baru melainkan penderita kambuh, sedang pengobatan
maupun yang putus pengobatan. Bahkan beberapa pasien TB disertai dengan penyakit
lainnya seperti empyema thorax, pneumothorax, diabetes mellitus, hipertensi dll.
1.4 Manfaat
1.4.1 Hasil makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pedoman dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan tuberculosis paru
bakteriologis di ruang soka atas RSUP Persahabatan.
1.4.2 Hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan sesama perawat di ruang
soka atas dalam meningkatkan pengetahuan merawat pasien dengan masalah
tuberculosis paru.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.6 Penatalaksanaan
Pengobatan tuberculosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) terdapat 2
bentuk yaitu :
a. Jenis obat utama (Lini 1) yang digunakan adalah Rifampisin, INH,
Pirazinamid, Etambutol, Streptomisin.
b. Kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination/FDC) yang terdiri dari 3
jenis. 4FDC dalam satu tablet yaitu rifampisin 150mg, isoniazid 75mg,
pirazinamid 400mg, dan etambutol 275mg. 2FDC dalam satu tablet yaitu
rifampisin 150mg dan isoniazid 150mg.
BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 Agustus 2019. Klien Tn. M yang berusia 58
tahun. Klien masuk ke RSUP Persahabatan dengan keluhan batuk berdahak warna
hijau sejak 3 bulan sebelum masuk Rumah Sakit, sesak nafas, penurunan nafsu
makan, penurunan berat badan, mual dan muntah sejak 4 hari sebelum masuk Rumah
Sakit. Klien mengatakan sudah menderita TBC selama 3 bulan dan mendapatkan
pengobatan dari RS Harapan Jayakarta. Pasien mendapatkan terapi 4FDC 1x 3 tablet
sejak 14 Mei 2019. Pasien dirujuk ke poli paru RSUP Persahabatan karena mengalami
mual muntah serta sesak nafas dan ditransfer ke ruang IGD setelah ada hasil rongent
thorax.
Tn. M saat di IGD dilakukan tindakan pemasangan WSD, undulasi ada, cairan pleura
± 300ml berwarna kehijauan. Tn. M mengatakan nyeri pada dada kiri pada tempat
pemasangan WSD. Tn. M mengatakan balutan luka basah rembesan cairan paru.
Keadaan luka baik, tidak ada kemerahan, tidak ada panas, tidak ada bengkak, terdapat
nyeri saat penekanan. Diameter luka 1x1cm terdapat 3 jahitan penyanggah selang
WSD. Tn. M tampak meringis kesakitan. Tn. M tampak bergerak dengan berhati-hati
dan melindungi area yang dirasakan nyeri Pengkajian nyeri, Provokatif : saat aktifitas,
Quality : tajam pada dada kiri, Radiation : tidak menyebar, Severity : skala nyeri 4
disertai sesak nafas, Time : kadang-kadang. Tn. M mengalami penurunan berat badan
±20kg sejak 3 bulan terakhir. Tn. M terpasang oksigen 3 liter per menit dengan nasal
kanul.
Hasil pengkajian fisik Tn. M didapatkan, berat badan 41 kg ada penurunan berat
badan 20kg selama 3 bulan. Tinggi badan 160 cm dan IMT yang diasilkan 16 (kurus).
Tekanan darah 114/70 mmHg, frekuensi pernafasan 24x/menit, frekuensi nadi
93x/menit, suhu tubuh 36,7°C. Hasil laboratorium tanggal 19 Agustus 2019 :
Hemoglobin 11,7, hematokrit = 32,3, leukosit = 11,48, trombosit = 480, sgot = 36,
sgpt = 15, ureum = 16, creatinin = 0,7, natrium = 138, kalium = 4,1, klorida = 96, gds
= 131.
Tn. M mengatakan nyeri pada dada kiri pada tempat pemasangan WSD.
Pengkajian nyeri, Provokatif : saat aktifitas, Quality : tajam pada dada kiri, Radiation :
tidak menyebar, Severity : skala nyeri 4 disertai sesak nafas, Time : kadang-kadang.
Tn. M mengalami penurunan berat badan ±20kg sejak 3 bulan terakhir. Tn. M
terpasang oksigen 3 liter per menit dengan nasal kanul. Nyeri merupakan kejadian
yang menekan (stres) dan dapat merubah gaya hidup dan psikologis seseorang. Saat
nyeri datang tanda-tanda vital akan meningkat, denyut jantung akan lebih cepat,
tekanan darah naik dan pernafasan meningkat (Smeltser & Bare, 2002). Pada kasus
Tn. M tanda-tanda vital sebagai berikut TD : 114/70 N : 93 S : 36,7 RR : 24, terdapat
peningkatan tekanan darah dan frekuensi bernafas.
Tn. M masuk rawat inap tidak hanya dengan diagnosa TB paru saja, tetapi
dengan penyakit penyerta yaitu empyema thorax. TB yang menjalani rawat inap
adalah 13 orang per bulan. Indikasi rawat inap pada penderita TB paru adalah dengan
keadaan atau komplikasi seperti batuk darah masif, keadaan umum buruk,
pneumothoraks, empiema, efusi pleura dan sesak napas berat (WHO, 2014). Tn. M
berjenis kelamin laki-laki. Pada penelitian yang dilakukan oleh Saptawati, dkk (2010)
berdasarkan jenis kelamin, responden dengan TB terbanyak pada jenis kelamin laki-
laki yaitu 33 orang dan 13 orang berjenis kelamin perempuan. Hal yang memperberat
terjadinya kasus TB lebih besar pada laki-laki karena faktor kebiasaan merokok.
Pendidikan terakhir Tn. M adalah SD. Sejalan dengan Silviani (2005) pada
penderita TB mayoritas tidak tamat SLTP (70,55%). Pendidikan yang rendah dapat
mempengaruhi pasien menerima informasi tentang pengobatan. Apabila pasien
dengan pendidikan rendah, tetap memiliki motivasi untuk sembuh dengan cara
mencari informasi atau pengetahuan yang dapat diambil dari orang-orang yang sudah
pengalaman, buku-buku atau internet. Saat ini pasien dapat dengan mudah menerima
informasi dengan menggunakan internet.
Pasien dirujuk ke poli paru RSUP Persahabatan karena mengalami mual
muntah serta sesak nafas dan ditransfer ke ruang IGD setelah ada hasil rongent
thorax.Dari rujukan dapat dilihat bahwa dari kasus penderita TB Paru BTA positif
yang ditemukan, yang diobati di BP4 sebanyak 11 orang (1%). Sedangkan yang
dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit terdekat tempat tinggal adalah sebanyak 1098
orang (99%). Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemantauan pasien dan
menghindari drop out (DO) pengobatan kalau lokasi berobat jauh dari tempat tinggal.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penyakit tuberkulosis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita
masyarakat Indonesia, penyakit tersebut dapat disebabkan oleh faktor lingkungan,
pola hidup. Penyakit ini dapat diketahui tanda-tandanya seperti batuk berdahak lebih
dari 2 minggu, penurunan berat badan, keringat di malam hari. Tuberculosis dapat
menyebabkan komplikasi seperti empyema thorax yang dialami pada Tn. M yang
harus menjalani pengobata TB dan dilakukan pemasangan WSD. Dengan kondisi
mual muntah serta sesak nafas yang semakin memberat membuat Tn. M dibawa oleh
keluarga ke IGD RS. Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. M banyak data subjektif
dan objektif yang muncul sehingga dapat 4 diagnosa keperawatan yang penulis
rumuskan yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif, nyeri, ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh dan kerusakan integritas kulit.
Intervensi keperawatan yang diberikan untuk mengatasi bersihan jalan nafas tidak
efektif yaitu anjurkan minum air hangat, mengukur tanda-tanda vital, mengajarkan
teknik nafas dalam dan batuk efektif, pemberian terapi oksigen dan inhalasi. Hasil
evaluasi dari intervensi yang telah dilakukan, menunjukkan kemajuan yang cukup
signifikan. Tn. M sudah mampu melakukan teknik nafas dalam dan batuk efektif. Tn.
M mengatakan sesak nafas dan batuk berdahaknya sudah berkurang. Rasa nyeri yang
dialami oleh Tn. M setelah dilakukannya pemasangan WSD sampai WSD dilepas
pada hari ketiga, berkurang setelah diajarkan teknik relaksasi. Tn. M tampak masih
mual dan muntah tetapi nafsu makan sudah mulai bertambah. Luka tempat
pemasangan WSD Tn. M tampak kering, tidak ada kemerahan, tidak ada panas, Tn. M
dapat pulang ke rumah dan dapat menjalankan perawatan lanjutan di poli rawat jalan.
5.2 Saran
5.2.1 Pendidikan
Hasil dari dilakukannya asuhan keperawatan pada Tn. M dengan Tuberkulosis
paru ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan pembelajaran khusunya pada
bidang keperawatan medikal bedah.
5.2.2 Pelayanan
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit fisik
tidak hanya memperhatikan fisiknya saja, tetapi juga memperhatikan masalah
bio, psiko, sosial dan spiritual. Karena masalah psikososial akan muncul
berbarengan dengan adanya keluhan fisik. Jika masalah psikososial tidak
teratasi dengan baik, maka dapat memperberat penyakit fisik.
DAFTAR PUSTAKA
Friedman M M, Bowden V R & Jones E G. (2010). Family nursing : Research, theory, & practice 5th
edition. Alih Bahasa : Hamid, dkk. (2010). Jakarta : EGC
Girsang, Y. L. (2013). Gambaran harga diri pada pasien tuberkulosis di poliklinik paru RS
Persahabatan. [Skripsi]. Fakultas Ilmu Keperawatan Program Studi Sarjana
Universitas Indonesia
Kemenkes RI. (2012). Buku pedoman penghapusan stigma & diskriminasi bagi pengelola
program, petugas layanan kesehatan dan kader. Jakarta : Direktorat Pengendalian
Penyakit Menular Langsung
Kemenkes RI. (2013). Riset kesehatan dasar riskesdas 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). (2006). Tuberkulosis pedoman diagnosis &
penatalaksanaan di Indonesia. Retrieved from
http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html
Putri, Priska Duana. (2016). Catatan Ringkas : Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi
FKUI. Jakarta
WHO. (2014). Global tuberculosis report 2014. World Health Organization. Geneva.
Retrieved from http://www.who.int/tb/publications/global_report/en/