Anda di halaman 1dari 10

Asuransi Syariah

Nama : Inayah Narulita P.H

NIM : 1934021255

Kelas : R.206 siang

Matkul : Lembaga Keuangan Syariah

Universitas Krisnadwipayana

Fakultas Ekonomi

Manajemen 2019
A. Konsep Dasar Asuransi Syariah
Dalam asuransi syariah, diberlakukan sebuah sistem, di mana para peserta akan
menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk membayar
klaim jika ada peserta yang mengalami musibah. Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa,
di dalam asuransi syariah, peranan dari perusahaan asuransi hanyalah sebatas pengelolaan
operasional dan investasi dari sejumlah dana yang diterima saja. Inilah beberapa konsep
dasar dalam asuransi syariah:
o Asuransi Syariah mengutamakan konsep adanya saling tolong menolong dan tanggung
jawab secara bersama. Dalam bahasa arab hal ini disebut ÒTafakulÓ yang berarti saling
tolong menolong dan menjamin antara sesama kelompok.

o Akad asuransi syariah adalah berbeda dengan kesepakatan atau kontrak jual beli di mana
pihak yang satu menawarkan dan pihak lain setuju dan bersedia membeli produk atau
layanan dengan jumlah harga yang telah ditentukan sebelumnya.

o Akad asuransi syariah ini adalah kesepakatan antara pihak yang mengajukan permohonan
asuransi dengan pihak dari perusahaan asuransi untuk bersama-sama menjamin dan
menolong semuanya dari masalah yang membuat kemalangan dan kesusahan.
Kesepakatan ini dilakukan dengan jalan mengumpulkan dana secara bersama.

o Sesuai dengan ketentuan asuransi syariah yang bertujuan untuk saling tolong menolong
sesama anggotanya, maka jika ada satu orang anggota yang menderita kerugian karena
hal apapun maka anggota tersebut akan menerima dana yang jumlahnya atas kesepakatan
bersama. Kerugian yang dimaksud bukan seperti yang ada pada asuransi konvensional di
mana kerugian tersebut merupakan pemindahan tanggung jawab ke pihak lain atau pihak
perantara.

o Dalam sebuah perjanjian atau akad, para pesertanya yaitu pihak tertanggung dan juga
pihak penanggung. Semua peserta diwajibkan membayar sejumlah dana sebagai
kontribusi ke dalam dana bersama yang biasa disebut ÒDana TafakulÓ. Kisaran besar
dana kontribusi tersebut haruslah sesuai dengan tingkat risiko dan dapat dihitung dengan
mudah menggunakan prinsip-prinsip ilmiah.

o Setiap peserta asuransi syariah ini juga diwajibkan menyetorkan atau menyisihkan dana
sumbangan ÒTabarruÓ yang disesuaikan dengan biaya risiko. Ini dimaksudkan untuk
memberikan dana bantuan atau santunan kepada anggota yang mengalami masalah
keuangan seperti musibah dan sebagainya.

o Semua peserta asuransi ini juga berhak mendapatkan dana surplus atau keuntungan yang
diambil setelah pembayaran klaim reasuransi cadangan teknis dan juga termasuk biaya di
dalamnya. Pembagian dana surplus ini memakai sistem yang telah disepakati ketika akad
dilakukan. Namun jika terjadi kekurangan dana, para peserta juga ikut bertanggung jawab
secara kolektif untuk menutupi kekurangan tersebut dimana kisaran beban biayanya
diambil dari proporsi masing-masing.

o Perusahaan asuransi yang menawarkan produk asuransi ini merupakan pengelola dana
takaful semua anggota yang dipilih melalui kontrak perwakilan atau ÒWakalahÓ.
Perusahaan asuransi sebagai pengelola juga mendapatkan keuntungan yang berupa fee
seperti management fee dan performace fee jika terjadi keuntungan setiap pengelolaan
dana yang dilakukan perusahaan asuransi tersebut.

o Perusahaan asuransi yang bertindak sebagai pengelola juga ikut bertanggung jawab untuk
meminjamkan modal jika terjadi kerugian atau defisit untuk menutupi kekurangan atas
kerugian tersebut. Pinjaman tersebut akan dikembalikan jika di tahun berikutnya terjadi
surplus. Modal yang dimiliki oleh sebuah perusahaan asuransi juga ikut menentukan
kapasitas dana takaful tersebut.Ê

Memilih asuransi jiwa secara online seperti asuransi syariah merupakan pilihan yang tepat bagi
kaum muslim yang menginginkan alternatif produk jaminan yang tentunya sesuai dengan hukum
dan ajaran Islam namun peserta produk asuransi syariah tidak hanya untuk umat Islam saja,
pemeluk agama lainnya pun boleh mengikuti program asuransi syariah asalkan mereka
memandang konsep syariah sifatnya adil bagi mereka.

A. Asuransi Syariah vs Asuransi Konvesional


1.  Prinsip Dasar
Prinsip dasar atau cara kerja asuransi syariah dan konvensional cukup berbeda yaitu:
 Pada asuransi syariah, pertanggungan risiko adalah antara perusahaan asuransi dengan
peserta (risk sharing). Peserta saling membantu dan tolong menolong. Pengumpulan dana
dikelola dengan cara membagi risiko kepada perusahaan dan peserta asuransi itu sendiri.
 Pada asuransi konvensional, pemindahan risiko dari peserta ke perusahaan adalah bersifat
penuh (risk transfer). Secara sepenuhnya, asuransi akan menanggung risiko atas nama
tertanggung, baik untuk aset, kesehatan, jiwa. Ini tentunya menyesuaikan dengan catatan
yang berlaku.
 
2.  Akad atau Perjanjian
 Untuk asuransi syariah, akad yang menjadi landasan adalah akad takaful yaitu tolong
menolong. Jika terjadi masalah atau musibah pada salah satu peserta, peserta lain akan
membantu dengan dana tabarru’ (dana sosial).
 Pada asuransi konvensional, prinsipnya adalah akad tabaduli yaitu akad jual-beli. Akad
ini dijalankan menurut syara’ yaitu harus ada kejelasan hal-hal seperti pembeli, penjual,
objek yang diperjualbelikan, harga, dan ijab qabul. Dalam hal ini, setiap pihak saling
memahami dan menyetujui transaksi yang terjadi.
 
3.  Kepemilikan Dana & Pengelolaan
 Pada asuransi syariah, dana dimiliki semua peserta asuransi sehingga perusahaan hanya
berperan sebagai pengelola dana tanpa hak memiliki. Dana ini lalu akan dikelola
semaksimal mungkin untuk keuntungan peserta asuransi dengan sistem transparan.
 Pada pengelolaan dana asuransi syariah, bisa melibatkan objek-objek yang halal dan tidak
boleh mengandung ketidakjelasan/kesamaran (syubhat) baik secara hukum, sifat, maupun
faktanya. instrumen investasi yang dipilih harus sesuai syariat Islam.
 Pada asuransi konvensional, dana premi harus dibayarkan nasabah/tertanggung sama
seperti transaksi jual-beli pada umumnya. Dana ini akan dikelola sesuai perjanjian,
misalnya dialihkan sebagian ke biaya dan investasi, atau pertimbangan lain sesuai jenis
produk asuransi yang dipilih demi mendapatkan keuntungan maksimal.
 
4.  Pengawasan Dana
Pengawasan dana asuransi sangat penting sifatnya, berikut perbedaan antara kedua jenis
asuransi ini:
 Pada asuransi syariah, ada melibatkan pihak ketiga sebagai pengawas kegiatan asuransi
yaitu Dewan Pengawas Syariah (DPS). DPS bertugas mengawasi proses transaksi
perusahaan agar tetap memegang prinsip syariah. DPS bertanggung jawab kepada
Majelis Ulama Indonesia (MUI).
 Dalam asuransi konvensional, tidak ada badan pengawas khusus tertentu untuk kegiatan
dan transaksi perusahaan. Namun prinsipnya, setiap perusahaan asuransi resmi dan
terdaftar harus menurut pada peraturan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
 
5.  Dana Hangus
Istilah dana hangus terjadi ketika tidak ada klaim dalam jangka periode asuransi yang
disepakati, misalnya dana hangus pada asuransi perjalanan ketika trip telah digenapi, atau
dana asuransi properti hangus ketika masa polis berakhir.
 Asuransi syariah tidak memberlakukan istilah dana hangus. Dana tetap akan bisa diambil
meskipun nantinya ada sebagian kecil yang diikhlaskan sebagai dana tabarru. Ketika
seseorang tidak sanggup melanjutkan asuransi syariah, dana tetap dapat ditarik
sepenuhnya sesuai yang sudah pernah dibayarkan kepada perusahaan asuransi syariah.
 Berbeda dengan asuransi konvensional. Status dana langsung hangus ketika periode polis
berakhir, tidak sanggup membayar premi berjalan, dan ketentuan lainnya.
 

6.  Surplus Underwriting


Ini adalah dana yang diberikan kepada peserta jika terdapat kelebihan dari rekening sosial
(tabarru’), termasuk dari pendapatan lain setelah dikurangi dengan pembayaran
klaim/santunan dan utang jika ada.
 Pada asuransi syariah, ada sistem surplus underwriting bagi semua peserta asuransi.
Pembagian keuntungan bersifat prorata.
 Pada asuransi konvensional, tidak ada pembagian keuntungan tetapi ada istilah no-claim
bonus pada beberapa produk asuransi. Ini adalah pemberian kompensasi kepada
nasabah/tertanggung jika tidak pernah melakukan klaim dalam jangka waktu tertentu.
 
7.  Wakaf & Zakat
Pada asuransi syariah, berlaku istilah wakaf dan zakat yang tidak eksis pada asuransi
konvensional:
 Wakaf adalah penyerahan hak milik atau harta benda yang tahan lama kepada penerima
wakaf atau nazhir, dengan tujuan demi kemaslahatan umat. Karena wakaf memiliki
manfaat perlindungan, peserta asuransi atau nasabah dapat mewakafkan manfaat asuransi
berupa santunan asuransi meninggal dunia dan nilai tunai polis.
 Zakat adalah harga tertentu yang wajib diberikan oleh umat Islam kepada golongan yang
berhak menerima, misalnya fakir miskin. Zakat bersifat wajib pada asuransi syariah dan
diambil dari besarnya keuntungan perusahaan.
Aturan wakaf dan zakat tidak ada pada asuransi konvensional. Pembayaran polis bisa
diberikan kepada ahli waris sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

8.  Pembayaran Klaim Polis


 Asuransi syariah akan mencairkan dana tabungan bersama untuk membayar klaim
nasabah. Pada asuransi syariah, sebuah polis bisa diatasnamakan per keluarga inti (ayah,
ibu, dan anak). Seluruh keluarga akan mendapatkan perlindungan rawat inap rumah sakit.
Klaim juga biasa dibayarkan dengan sistem cashless atas semua tagihan yang timbul,
tanpa menutup kemungkinan double claim terhadap asuransi lain.
 Asuransi konvensional akan menanggung klaim asuransi nasabah dari dana perusahaan,
sesuai ketentuan polis yang berlaku tentunya. Dikarenakan polis bersifat individu, hanya
boleh diatasnamakan 1 orang saja, terkecuali memang ada manfaat polis tertentu yang
punya fasilitas keluarga.

B. Jenis – jenis produk asuransi syariah

Saat ini sudah sangat beragam produk dari asuransi syariah, berikut ini produk asuransi
syariah yang beredar pada umumnya :

1.    Asuransi Jiwa Syariah


Perusahaan asuransi akan memberikan manfaat berupa uang pertanggungan kepada ahli
waris apabila peserta asuransi meninggal dunia.
2.    Asuransi Pendidikan Syariah
Dengan asuransi ini dana pendidikan akan telah disepakati akan diberikan kepada
penerima hibah (Anak) sesuai dengan jenjang pendidikan. Ahli waris juga tetap akan
mendapatkan manfaat dana pendidikan apabila peserta asuransi meninggal dunia.
3.    Asuransi Kesehatan Syariah
Asuransi yang akan memberikan santunan atau penggantian jika peserta asuransi sakit,
atau kecelakaan.
4.    Asuransi dengan Investasi (unit link) Syariah
Produk yang memberikan manfaat asuransi dan manfaat hasil investasi. Sebagian premi
yang dibayar dalam investasi ini dialokasikan untuk dana tabarru’ dan sebagian
dialokasikan sebagai investasi peserta.
5.    Asuransi Kerugian Syariah
Asuransi yang memberikan ganti rugi kepada tertanggung atas kerugian harta benda yang
dipertanggungjawabkan.
6.    Asuransi Syariah Berkelompok
Asuransi ini dirancang khusus untuk peserta kumpulan seperti perusahaan, organisasi,
maupun komunitas. Dengan jumlah peserta yang lebih banyak asuransi ini lebih murah
bila dibandingakan dengan asuransi syariah individu.
7.    Asuransi Haji dan Umroh
Asuransi ini memberikan perlindungan finansial bagi jama’ah haji/umroh atas musibah
yang terjadi selama menjalankan ibadah haji/umroh. Khusus asuransi haji telah diatur
melalui fatwa MUI nomor 39/DSN-MUI/X/2002 tentang asuransi haji agar para jamaah
mendapatkan ketenangan selama menjalankan ibadah haji.

C. Kendala dan pengembangan asuransi syariah

 Dalam perkembangannya, asuransi syariah menghadapi beberapa kendala, di antaranya: 


1. Rendahnya tingkat perhatian masyarakat terhadap keberadaan asuransi syariah yang relatif baru
disbanding dengan asuransi konvensional yang telah lama dikenal oleh masyarakat baik nama
dan operasinya. Keadaan ini kadang kala menurunkan motivasi pengelola dan pegawai asuransi
syariah untuk tetap mempertahankan idealismenya.
2. Asuransi bukanlah bank yang banyak berpeluag untuk bisa berhubungan dengan masyarakat
dalam hal pendanaan atau pembiayaan. Artinya dengan produknya, bank lebih banyak
berpeluang untuk bisa selalu berhubungan dalam masyarakat. Di lain pihak masyarakat memiliki
sedikit peluang untuk berhubungan dengan asuransi syariah, berkenaan dengan rendahnya
kepentingan masyarakat terhadap produk asuransi syariah.
3. Asuransi syariah sebagaimana bank dan lembaga keuangan syariah lain, masih dalam proses
mencari bentuk. Oleh karenanya diperlukan langkah-langkah sosialisasi baik utnuk mendapatkan
perhatian masyarakat maupun sebagai upaya mencari masukan demi perbaikan sistem yang ada.
4. Rendahnya profesionalisme sumber daya manusia (SDM) menghambat lajunya pertumbuhan
asuransi syariah. Pengabdian sumber daya manusia dapat dilakukan dengan cara bekerja sama
dengan berbagai pihak terutama lembaga-lembaga pendidikan untuk membuka dan
memperkenalkan pendidikan asuransi syariah.
5. Berkaitan dengan point tersebut, sumber daya manusia dalam bidang asuransi syariah masih
sangat rendah. Masih sedikitnya minat masyarakat untuk mengkaji masalah-masalah yang
berhubungan dengan asuransi syariah, dibandingkan dengan kajian bank syariah.
6. Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang keberadaan asuransisyariah sehingga
kurangnya perhatian masyarakat tentang arti pentingnya keberadaan asuransi syariah. Masih
banyak masuarakat yang belum mengerti apa tu asuransiyariah baik dari nama maupun
operasionalnya.
7. Masih terbatasnya produk-produk yang ditawarkan oleh asuransi syariah.

Agar asuransi syariah bisa berkembang, maka diperlukan beberapa hal sebagai berikut: 
1. Perlu strategi pemasaran yang lebih terfokus kepada upaya untuk memahami pemahaman
masyarakat tentang asuransi syariah. Maka asuransi syariah perlu meningkatkan kualitas
pelayanan pada pemenuhan pemahaman masyarakat ini, misalnya mengenai apa itu asuransi,
bagaimana operasi asuransi syariah dan keuntungan apa yang didapat dari asuransi syariah.
2. Sebagai lembaga keuangan yang menggunakan sistem syariah tentunya aspek syiar Islam
merupakan bagian dari operasi asuransi tersebut. Syiar Islam tidak hanya dalam bentuk normatif
kajian kitab misalnya, tetapi juuga hubungan antara perusahaan asuransi dengan masyarakat.
Dalam hal ini asuransi syariah sebagai perusahaan yang berhubungan dengan masalah
kemanusiaan (kematian, kecelakaan, kerusakan) setidaknya dalam masalah yang berhubungan
dengan klaim nasabah asuransi bisa memberikan pelayanan yang lebih baik dibandingkan
dengan konvensional.
3. Dukungan dari berbagai pihak terutama pemerintah, ulama, akademisi dan masyarakat
diperlukan untuk memberikan masukan dalam penyelenggaraan operasional asuransi syariah.
Hal ini diperlukan selain memberikan kontrol bagi asuransi syariah untuk berjalan pada sistem
yang berlaku, juga meningkatkan kemampuan asuransi syariah dalam menangkap kebutuhan dan
keinginan masyarakat.
4. Perlunya upaya sosialisasi yang lebih baik dan serius kepada masyarakat, sehingga mereka
benar-benar mengenal apa itu asuransi syariah.
5. Meningkatkan produk-produk asuransi syariah sehingga lebih beragam dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
6. Perlu meningkatkan profesionalisme SDM dalam bidang asuransi syariah, sehingga dapat
memberikan sumbangan bagi pengembangan asuransi syariah saat ini dan masa yang akan
datang.
Daftar Pustaka

https://www.futuready.com/artikel/asuransi/mengenal-konsep-dasar-asuransi-syariah/
#:~:text=Asuransi%20syariah%20adalah%20sebuah%20usaha,perikatan)%20yang
%20sesuai%20dengan%20syariah.

https://www.pfimegalife.co.id/literasi-keuangan/proteksi/read/perbedaan-asuransi-syariah-
dan-asuransi-konvensional#:~:text=Asuransi%20konvensional%20adalah%20produk
%20asuransi%20dengan%20prinsip%20jual%20beli%20risiko.&text=Asuransi
%20syariah%20memiliki%20prinsip%20sesuai,risiko%20di%20antara%20peserta
%20asuransi.

https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/20564

https://www.pa-amuntai.go.id/artikel-pengadilan/521-asuransi-syariah.html
Pertanyaan !

1. Apa tujuan dari Asuransi syariah ?


2. Apa prinsip dasar Asuransi syariah ?
3. Apa yang dimaksud dengan produk Asuransi pendidikan syariah ?
4. Sebutkan kendala dalam pengembangan Asuransi syariah !
5. Sebutkan strateegi perkembangan Asuransi syariah !

Jawaban :

1. Asuransi syariah yang bertujuan untuk saling tolong menolong sesama


anggotanya, maka jika ada satu orang anggota yang menderita kerugian karena
hal apapun maka anggota tersebut akan menerima dana yang jumlahnya atas
kesepakatan bersama.
2. Pada asuransi syariah, pertanggungan risiko adalah antara perusahaan asuransi
dengan peserta (risk sharing). Peserta saling membantu dan tolong menolong.
Pengumpulan dana dikelola dengan cara membagi risiko kepada perusahaan dan
peserta asuransi itu sendiri.
3. Asuransi Pendidikan Syariah
Dengan asuransi ini dana pendidikan akan telah disepakati akan diberikan kepada
penerima hibah (Anak) sesuai dengan jenjang pendidikan. Ahli waris juga tetap
akan mendapatkan manfaat dana pendidikan apabila peserta asuransi meninggal
dunia.
4. ▪ Rendahnya tingkat perhatian masyarakat terhadap keberadaan asuransi syariah
yang relatif baru disbanding dengan asuransi konvensional yang telah lama
dikenal oleh masyarakat baik nama dan operasinya. Keadaan ini kadang kala
menurunkan motivasi pengelola dan pegawai asuransi syariah untuk tetap
mempertahankan idealismenya.
▪ Asuransi bukanlah bank yang banyak berpeluag untuk bisa berhubungan dengan
masyarakat dalam hal pendanaan atau pembiayaan. Artinya dengan produknya,
bank lebih banyak berpeluang untuk bisa selalu berhubungan dalam masyarakat.
Di lain pihak masyarakat memiliki sedikit peluang untuk berhubungan dengan
asuransi syariah, berkenaan dengan rendahnya kepentingan masyarakat terhadap
produk asuransi syariah.
▪ Asuransi syariah sebagaimana bank dan lembaga keuangan syariah lain, masih
dalam proses mencari bentuk. Oleh karenanya diperlukan langkah-langkah
sosialisasi baik utnuk mendapatkan perhatian masyarakat maupun sebagai upaya
mencari masukan demi perbaikan sistem yang ada.
5. ● Perlu strategi pemasaran yang lebih terfokus kepada upaya untuk memahami
pemahaman masyarakat tentang asuransi syariah. Maka asuransi syariah perlu
meningkatkan kualitas pelayanan pada pemenuhan pemahaman masyarakat ini,
misalnya mengenai apa itu asuransi, bagaimana operasi asuransi syariah dan
keuntungan apa yang didapat dari asuransi syariah.
● Sebagai lembaga keuangan yang menggunakan sistem syariah tentunya aspek
syiar Islam merupakan bagian dari operasi asuransi tersebut. Syiar Islam tidak
hanya dalam bentuk normatif kajian kitab misalnya, tetapi juuga hubungan antara
perusahaan asuransi dengan masyarakat. Dalam hal ini asuransi syariah sebagai
perusahaan yang berhubungan dengan masalah kemanusiaan (kematian,
kecelakaan, kerusakan) setidaknya dalam masalah yang berhubungan dengan
klaim nasabah asuransi bisa memberikan pelayanan yang lebih baik dibandingkan
dengan konvensional.
● Dukungan dari berbagai pihak terutama pemerintah, ulama, akademisi dan
masyarakat diperlukan untuk memberikan masukan dalam penyelenggaraan
operasional asuransi syariah. Hal ini diperlukan selain memberikan kontrol bagi
asuransi syariah untuk berjalan pada sistem yang berlaku, juga meningkatkan
kemampuan asuransi syariah dalam menangkap kebutuhan dan keinginan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai