Dari kaki buaian Sampai ke tepi kuburan hamba Kuburan hamba bila mati
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan sujud Di atas sajadah yang panjang ini Diselingi sekedar interupsi
Mencari rezeki, mencari ilmu
Mengukur jalanan seharian Begitu terdengar suara azan Kembali tersungkur hamba
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan rukuk Hamba sujud dan tak lepas kening hamba Mengingat Dikau sepenuhnya. PUISI PILIHAN (PILIH SALAH SATU)
DI BAWAH SELIMUT KEDAMAIAN PALSU
(Widji Thukul)
apa guna punya ilmu
kalau hanya untuk mengibuli apa gunanya banyak baca buku kalau mulut kau bungkam melulu di mana-mana moncong senjata berdiri gagah kongkalikong dengan kaum cukong di desa-desa rakyat dipaksa menjual tanah tapi, tapi, tapi, tapi dengan harga murah apa guna banyak baca buku kalau mulut kau bungkam melulu DIPONEGORO (Chairil Anwar)
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali Dan bara kagum menjadi api Di depan sekali tuan menanti Tak genta. Lawan banyaknya seratus kali. Pedang di kanan, keris di kiri Berselempang semangat yang tak bisa mati. MAJU Ini barisan tak bergenderang-berpalu Kepercayaan tanda menyerbu Sekali berarti Sudah itu mati MAJU Bagimu Negeri Menyediakan api Punah di atas menghamba inasa di atas ditinda Sungguhpun dalam ajal baru tercapai Jika hidup harus merasai Maju. Serbu. Serang. Terjang. GUMAMKU, YA ALLAH (W.S. Rendra)
Angin dan langit dalam diriku,
gelap dan terang di alam raya, arah dan kiblat di ruang dan waktu, memesona rasa duga dan kira, adalah bayangan rahasia kehadiran-Mu, ya Allah!
Serambut atau berlaksa hasta
entah apa bedanya dalam penasaran pengertian. Musafir-musafir yang senantiasa mengembara. Umat manusia tak ada yang juara. Api rindu pada-Mu menyala di puncak yang sepi.
Semua manusia sama tidak tahu dan sama rindu.
Agama adalah kemah para pengembara. Menggema beragam doa dan puja. Arti yang sama dalam bahasa-bahasa berbeda.