BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia Tahun 1945 diatur bahwa : Negara Indonesia adalah negara hukum.
adalah negara yang berdasarkan atas hukum, hukum ditempatkan sebagai satu-
(supremacy of law).
Setiap orang sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak-hak
asasi sesuai dengan kemuliaan harkat dan martabatnya yang dilindungi oleh
dengan harkat dan martabat manusia dan melanggar hak asasi manusia,
atau moral dan melawan hukum. Dalam praktiknya, prostitusi tersebar luas,
ditoleransi, dan diatur. Pelacuran adalah praktik prostitusi yang paling tampak,
sering kali diwujudkan dalam kompleks pelacuran Indonesia yang juga dikenal
1
Dalam Konsideran huruf a dan b Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang
2
angka, serta penutupan tempat lokalisasi terlihat tidak efektif dalam rangka
membasmi praktik prostitusi karena banyak sebab yang melatar belakangi nya,
Mereka bisa berpraktik secara terbuka, atau dengan kedok berbagai usaha salah
remang dan tempat hiburan malam banyak yang terjadi di Indonesia, karena
2
Diakses dari http://digilib.uinsby.ac.id/1006/4/Bab%201.pdf, pada tanggal 10 November
2015.
3
maka jumlahnya akan terus bertambah banyak. Apalagi di kawasan itu banyak
dari kebisingan musik tiap malam, dan juga banyak orang mabuk minuman
terselubung yang ada di Desa Selebar ini. Kami warga sudah resah melihat
negatif bagi keluarga bila melihat perbuatan yang tidak senonoh itu, kami
dari masyakarat kabupaten Seluma ini maka perlu mendapat perhatian yang
tinggi nilai-nilai adat dan norma-norma yang hidup dalam masyarakat, maka
pemerintah daerah mempunyai peran yang sangat penting salah satu nya,
3
Hasil wawancara dengan Herman, warga desa Sendawar kecamatan
Semidang Alas Kabupaten Seluma.
4
Hasil wawancara dengan Rina Gustiana, warga desa Selebar
Kecamatan Seluma timur Kabupaten Seluma
4
Pasal 2;
Setiap orang dilarang melakukan praktik prostitusi di wilayah daerah.
Pasal 3;
Setiap orang dilarang menyediakan sarana atau tempat usaha untuk
melakukan praktik prostitusi di wilayah daerah.
Berdasarkan penjelasan pasal di atas, bahwa praktek prostitusi di
Kabupaten Seluma di antara nya yakni Desa Sendawar, Desa Suka Bulan, Desa
Talang Durian, Desa Selebar, Desa Bunut Tinggi, Desa Tebat Sibun dan Desa
5
Wawancara dengan Kepala Bidang Penegakan Perundang-undangan Daerah
Satpol PP Seluma, Bapak Saiful Pahran S.E. M.ling., tanggal 5 Agustus 2020
5
Sendawar, Desa Suka Bulan, Desa Talang Durian, Desa Selebar, Desa Bunut
Tinggi, Desa Tebat Sibun dan Desa Taba di Kabupaten Seluma merupakan
B. Identifikasi Masalah
1. Tujuan Penelitian
Seluma.
2. Manfaat Penelitian
Prostitusi.
D. Kerangka Pemikiran
1. Penegakan Hukum
6
Teguh Sulistia & Aria Zurnetti, Hukum Pidana Baru Pasca Reformasi, Rajawali Pers,
Jakarta, 2011, Hlm. 197.
7
tugas dari para penegak hukum yang sudah dikenal secara konvensional,
tetapi menjadi tugas dari setiap orang. Meskipun demikian, dalam kaitannya
hukum represif yaitu segala tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak
1. Non Penal
dilakukan sebelum kejahatan itu terjadi, sehingga upaya ini lebih dikenal
hukum oleh masyarakat dan tugas ini pada umumnya diberikan pada
2. Penal
juga terdapat pelanggaran hukum. Dalam hal ini, upaya yang dilakukan
adalah secara represif oleh aparat penega hukum yang diberi tugas
terpisah satu dengan yang lainnya, namun tetap berada dalam kerangka
penegakan hukum.9
2. Efektivitas Hukum
9
Barda Nawawi Arief. Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Hukum dan
Pengembangan Hukum Pidana, PT. Citra Adtya Bakti, Bandung, 2005, hlm. 22
9
hukum “Salah satu fungsi hukum baik sebagai kaidah maupun sebagai
atau kepatuhan pada hukum tapi mencakup efek total dari hukum terhadap
sikap tindak atau perilaku baik yang bersifat positif maupun negatif”.13
hukum. Agar hukum itu efektif, maka diperlukan aparat penegak hukum
efektif.
dasar ilmu yang dimiliki walaupun tujuan akhir dari efektivitas adalah
efisien walaupun artinya tidak sama, sesuatu yang dilakukan secara efisien
Prodjodikoro bahwa:
15
Diakses dari http://digilib.unila.ac.id/291/9/BAB%20II.pdf, Pada tanggal 8 Agustus
2020, Pukul 20.30 WIB.
16
Soedjono. D, 1977, Ilmu Jiwa Kejahatan Dalam Studi Kejahatan, Karya nusantara,
Bandung, Hal. 48.
17
Wirjono Prodjodikoro, 2012, Tindak –Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Refika
Aditama, Bandung, Hal 124.
12
Pasal 2 bahwa;
Pasal 3 bahwa:
Pasal 4 bahwa:
kebijakan kriminal ini pun tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas
program serta kegiatan yang telah dilakukan sambil terus mencari cara
yang paling tepat dan efektif dalam mengatasi masalah tersebut. Upaya
a. Upaya preventif
Penanggulangan kejahatan secara preventif dilakukan untuk
mencegah terjadinya atau timbulnya kejahatan yang pertama kali .
Mencegah kejahatan lebih baik dari pada mencoba untuk
mendidik penjahat menjadi lebih baik kembali, sebagaimana
semboyan dalam kriminologi yaitu usaha-usaha memperbaiki
penjahat perlu diperhatikan dan diarahkan agar tidak terjadi lagi
kejahatan ulangan.
b. Upaya represif
Upaya represif adalah suatu upaya penanggulangan kejahatan
secara konsepsional yang ditempuh setelah terjadinya kejahatan.
Penanggulangan dengan upaya represif dimaksudkan untuk
menindak para pelaku kejahatan sesuai dengan perbuatannya serta
memperbaikinya kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan
yang dilakukannya merupakan perbuatan yang melanggar hukum
dan merugikan masyarakat, sehingga tidak akan mengulanginya
dan orang lain juga tidak akan melakukannya mengingat sanksi
yang akan ditanggungnya sangat berat.19
E. Keaslian Penelitian
18
Barda Nawawi Arief, 2007, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana
Dalam penanggulangan Kajahatan, Kencana, jakarta, Hal.77
19
Ray Pratama Siadari, Upata Penanggulangan Kejahatan, diunduh tanggal 10
November 2020 Pukul 21.00 WIB.dari: http://raypratama.blogspot.com,-upaya-
penanggulangan-kejahatan.html,
14
Sumber-sumber, baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah penulis nyatakan
dengan benar. Berdasarkan hasil pencarian yang berasal dari internet maupun
hasil penelitian lain dalam bentuk jurnal, karya ilmiah, atau pun skripsi
Seluma, dan apa yang menjadi hambatan penegakan hukum Peraturan Daerah
Apabila terdapat kesamaan dengan penelitian karya penulis lain maka dapat
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
yang dapat diamati dalam kehidupan nyata, dalam hal ini hukum tidak
sebagai Ius constituendum dan ius constitutum, tetapi secara empiris ius
operatum yaitu hukum sebagai apa yang ada dalam masyarakat. 20 Oleh
sebab itu pendekatan penelitian hukum empiris ini tergolong pada penelitian
20
Herawan Sauni, (et, al), Panduan Penulisan Tugas Akhir Untuk Sarjana Hukum (S1),
Fakultas Hukum UNIB, Bengkulu, 2020, Hlm. 41.
21
Ade Saptomo, 2009, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian Hukum Empiris Murni,
Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta, Hal. 42.
16
2. Pendekatan Penelitian
hukum. Oleh karena itu penelitian ini bertitik tolak dari data primer/dasar,
wawancara.23
a. Populasi
22
Soerjono Soekanto, Metode Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2010, Hal.10.
23
Herawan Sauni, (et, al Op. Cit, hal. 42-43.
17
sama. Populasi dapat berupa himpunan orang, benda (hidup atau mati),
kejadian, kasus-kasus, waktu, atau tempat, dengan sifat atau ciri yang
b. Sampel
sampling, yaitu sampel yang sengaja dipilih karena ada maksud dan
Kabupaten Seluma.
4. Sumber Data
24
Bambang Sunggono, 2012, Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, Hal. 118.
18
Ada dua sumber yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu
a. Data Primer
b. Data Sekunder
25
SoerjonoSoekanto, Op.cit.Hal.12.
26
Herawan Sauni, (et, al, Op.Cit. Hal. 45.
27
Ibid.
28
Ibid, Hal. 47.
19
tanpa kesalahan.
7. Analisis Data
dengan cara menarik kesimpulan dari data yang bersifat umum kedalam
data yang bersifat khusus dan data yang diperoleh melalui responden
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
20
tugas dari para penegak hukum yang sudah dikenal secara konvensional,
tetapi menjadi tugas dari setiap orang. Meskipun demikian, dalam kaitannya
29
Teguh Sulistia & Aria Zurnetti, Hukum Pidana Baru Pasca Reformasi, Rajawali Pers,
Jakarta, 2011, Hlm. 197.
30
Satjipto Rahardjo, 2009. Masalah Penegakan Hukum Suatu Tinjauan
Sosiologis, Bandung, CV. Sinar Baru. Hal. 24
21
hukum represif yaitu segala tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak
1. Non Penal
dimana dilakukan sebelum kejahatan itu terjadi, sehingga upaya ini lebih
dikenal dengan upaya yang sifatnya preventif atau pencegahan. Hal ini
masyarakat dan tugas ini pada umumnya diberikan pada badan eksekutif
dan kepolisian.
2.Penal
juga terdapat pelanggaran hukum. Dalam hal ini, upaya yang dilakukan
adalah secara represif oleh aparat penega hukum yang diberi tugas
terpisah satu dengan yang lainnya, namun tetap berada dalam kerangka
penegakan hukum.31
B. Peraturan Daerah
31
Barda Nawawi Arief. Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Hukum dan
Pengembangan Hukum Pidana, PT. Citra Adtya Bakti, Bandung, 2005, hlm. 22
23
pemerintah daerah.33
32
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
33
Maria Farida Indrati S 2007. Ilmu Perundang-undangan Cet. Ke-7. Yogyakarta,
Kanisius. Hlm. 202
24
ketenteraman dan ketertiban umum, seperti yang disebutkan pada Pasal 255
yakni Kepala Daerah dan DPRD. Sesuai Pasal 18 Ayat (6) UUD 1945,
Daerah dan DPRD. Rancangan Peraturan Daerah dapat berasal dari DPRD
Gubernur atau Walikota/Bupati yang tertuang pada Pasal 140 Ayat (1) UU
dalam jangka waktu paling lama 7 hari, terhitung sejak tanggal persetujuan
bersama yang tertera dalam Pasal 144 ayat (1), (2), dan (3) UU Nomor 23
mencantumkan tanggal sahnya yang diatur pada Pasal 145 ayat (1).
34
Dasar Konstitusional Peraturan Daerah, dinduh dari :
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/16017/f.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y .
26
sebagai berikut:
Peraturan Daerah. Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong Praja
35
Maria Farida Indrati S 2007. Op.Cit. Hlm 323.
36
Tentang Peraturan Daerah, diunduh dari:
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/10733/6.BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
27
Menurut tata bahasa Pamong Praja berasal dari kata Pamong dan
Praja, Pamong artinya pengasuh yang berasal dari kata Among yang juga
mempunyai arti sendiri yaitu mengasuh. Mengasuh / merawat anak kecil itu
Daerah dan termasuk bagian dari pegawai negeri sipil dan memiliki tugas
37
pengertian-pamong-praja/ di unduh dari
https://www.satpolpp.bone.go.id/2019/07/27
38
Pengertian , Sejarah , Tugas dan Wewenang Satpol PP, Diunduh dari:
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/26022/6.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
28
tanggal 3 Maret 1950, disebut dengan nama Kesatuan Polisi Pamong Praja,
pada tahun 1962 sesuai Peraturan Pemerintah Umum dan Peraturan Daerah
nomor : 10 Tahun 1962 nama Kesatuan Polisi Pamong Praja diubah menjadi
Praja.
255 ayat (1) disebutkan bahwa, Satuan Polisi Pamong Praja dibentuk untuk
2014 adalah sebagai aparat daerah yang bertanggung jawab kepada Kepala
Daerah (Pasal 148 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang
daerah ( PAD ) (Pasal 148 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
dengan keberadaan Hansip, Kamra dan Wanra (yang dibentuk dalam rangka
Indonesia tahun 1945, pada waktu itu Polisi Pamong Praja tidak di bentuk
2011 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong
Pamong Praja.
Tahun 2018 Satuan Polisi Pamong Praja yang disebut Satpol PP merupakan
daerah kota yang dipimpin oleh seorang kepala, berada di bawah dan
staf maupun sebagai unit lain. Lingkup fungsi dan tugas Polisi Pamong
cukup luas, sehingga dituntut kesiapan aparat baik jumlah anggota, kualitas
kinerja Polisi Pamong Praja akan bertumpu pada kegiatan yang lebih
pengadilan yang berada di daerah provinsi atau kabupaten atau kota dalam
sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) dan kode etik. Berikut
diantaranya yaitu ;
umum dan ketentraman masyarakat memiliki dampak sosial yang luas dan
resiko yang tinggi maka Satpol PP dapat meminta bantuan personel dan
32
terhadap masyarakat.
program serta kegiatan yang telah dilakukan sambil terus mencari cara yang
39
Badra Nawawi Arief. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. PT Citra Aditya Bakti,
Bandung. 2002, Hlm 42.
33
40
Diakses dari: http://raypratama.blogspot.com/2012/02/upaya-penanggulangan-
kejahatan.html, Tanggal 20 Desember 2020, Pukul 20:00 WIB.
34
BAB III
maka penting untuk memastikan bahwa seluruh lapisan masyarakat menaati dan
mematuhinya. Namun faktanya, masih ada sebagian pihak yang tidak mau tunduk
dan patuh terhadap perda-perda yang ada, salah satunya Peraturan Daerah Nomor
dan Pasal 3 Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 2018 Tentang Larangan Prostitusi
Pasal 2;
Setiap orang dilarang melakukan praktik prostitusi di wilayah daerah.
Pasal 3;
Setiap orang dilarang menyediakan sarana atau tempat usaha untuk
melakukan praktik prostitusi di wilayah daerah.
Terhadap pelanggaran atas perda, peraturan perundang-undangan
mengamanatkan kepada satuan polisi pamong praja (Satpol PP) untuk melakukan
Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Seluma jumlah kasus prostitusi yang
35
terjadi di Kabupaten Seluma dari Tahun 2018-Tahun 2019 dapat di lihat pada
dengan Arzan Sayuti pemilik tempat Karaoke Desa Selebar Kec. Seluma Timur
41
Hasil penelitian di kantor Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) Kabupaten Seluma
pada tanggal 25 November 2020.
36
penegak hukum yakni Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Seluma, Polres
Kabupaten Seluma serta Dinas Sosial Kabupaten Seluma. Namun wanita tuna
keseluruhan hal yang terdiri dari bermacam-macam kondisi serta persoalan yang
pembiayaan hidup. Keinginan cepat kaya, keinginan untuk hidup lebih layak
tetapi dengan kemampuan yang minim dan kurang mengetahui informasi pasar
Hasil wawancara penulis dengan Herlina pemilik warung manisan dan PSK
Desa Bunut Tinggi Kec. Talo di Kabupaten Seluma bahwa, Penegakan Peraturan
dilakukan oleh Satpol PP dan aparat Kepolisian Resor Kabupaten Seluma serta
pembinaan oleh Dinas Sosial Kabupaten Seluma. Sebagai wanita tuna susila yang
yaitu disebabkan oleh kurangnya biaya untuk memenuhi fasilitas hidupkan sehari-
hari mereka di Kabupaten Seluma. Tarif sekali kencan yang mereka berikan
kepada laki-laki tersebut berkisaran Rp. 150.000 s/d Rp 500.000 untuk sekali
42
Hasil wawancara dengan Arzan Sayuti, pemilik tempat Karaoke Desa Selebar Kec.
Seluma Timur di Kabupaten Seluma. Pada 15 Desember 2020.
37
kencan, ada dua cara yang biasa dilakukan dalam mencari konsumen atau laki-laki
tersebut bisa melalui penghubung atau mucikari, bisa juga dengan mencari sendiri
penghubung antara mereka dan para pelanggan. Para mucikari ini tak lain adalah
pemilik tempat hiburan malam, yang selama ini membantu mencarikan konsumen.
43
larangan prostitusi satpol menggunakan dua cara yaitu secara preventif dan
represif.
A. Secara Preventif
Seluma lebih kepada wanita tuna susila yang melakukan praktek prostitusi
43
Hasil wawancara dengan Herlina pemilik warung manisan dan PSK Desa Bunut Tinggi
Kec. Talo di Kabupaten Seluma, Pada 15 Desember 2020.
38
PP) Kabupaten Seluma tiap 6 bulan sekali, dan sanksi hukum terhadap
Seluma dari Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) Kabupaten Seluma
B. Secara Represif
Seluma lebih kepada wanita tuna susila yang melakukan praktek prostitusi
malam, warung karokean remang dan lainnya, hal ini dikarenakan tidak
terlepas dari orang-orang yang ikut terlibat antara lain dilakukan oleh
44
Hasil wawancara dengan Saiful Pahran Kabid Penegakan Perundang-undangan Satpol
PP Kabupaten Seluma, pada 25 November 2020.
39
yang dilakukan oleh pihak Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
mereka menduga bahwa pihak Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP)
terjaring akan didata secara ketat dengan menanyakan KTP atau identitas
Selain itu wanita tuna susila yang melakukan praktek prostitusi juga
45
Hasil wawancara dengan Henry Siburian Kasi Penyelidikan dan Penyidikan Satpol PP
Kabupaten Seluma, pada 25 November 2020.
40
kerjasama dengan para alim ulama guna memberikan kasadaran bahwa apa
Seluma dilakukan juga dalam bentuk upaya refresif kepada wanita tuna
sebagai berikut:
46
Hasil penelitian di kantor Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) Kabupaten Seluma
pada tanggal 28 Januari 2021.
42
warung manisan dan wanita malam Desa Tebat Sibun Kec. Talo Kecil di
temannya yang status sebagai mucikari. Setelah terjaring razia oleh Satpol
diproses dan didata, setelah ia diproses dan didata para pelaku yang
dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja dan Polisi Resor Kabupaten Seluma serta
47
Hasil wawancara dengan Pepen Sandri, pemilik warung manisan dan wanita malam Desa
Tebat Sibun Kec. Talo Kecil di Kabupaten Seluma, Pada 15 Desember 2020.
43
sepenuhnya terlaksana dengan baik, karena terlihat masih wanita tuna susila yang
sanksi hukuman yang diberikan terhadap orang atau tempat yang melakukan
tugas semua pihak untuk memikirkan dan mengambil langkah kongkrit sebagai
sudah terjadi. Tidak hanya penegak hukum yang memiliki kewenangan dalam hal
memiliki tanggung jawab. Inilah masalah sosial yang sudah biasa terjadi dalam
kehidupan bermasyarakat namun harus mendapat perhatian lebih Jika tidak, akan
BAB IV
dalam menerapkan hukuman yang diberikan terhadap orang atau tempat yang
beberapa hambatan yang dialami oleh satuan polisi pamong praja dalam
dengan beberapa sampel guna untuk mengetahui apa yang menjadi hambatan
A. Sanksi Hukum
Sanksi hukum yang diberikan kepada pelaku praktek prostitusi
Pasal 11;
tempat yang akan dirazia kepada para wanita tuna susila dan pelaku
Desa Bunut Tinggi Kec. Talo di Kabupaten Seluma, bahwa masih ada
membocorkan jadwal razia dan tempat yang akan dirazia kepada para
dengan aman. 49
48
Hasil wawancara dengan Henry Siburian Kasi Penyelidikan dan Penyidikan Satpol PP
Kabupaten Seluma, , pada 25 November 2020.
49
Hasil wawancara dengan HR pemilik warung manisan dan PSK Desa Bunut Tinggi Kec.
Talo di Kabupaten Seluma, Pada 15 Desember 2020.
47
tenteram, tertib, dan teratur. Selain itu juga yang menjadi hambatan
wilayah praktek prostitusi jalan nya sulit ditempuh atau jarang dilewati
setelah didata dan diberikan sanksi denda serta pembinaan dari Dinas
50
Hasil wawancara dengan Saiful Pahran Kabid Penegakan Perundang-undangan Satpol
PP Kabupaten Seluma, pada 25 November 2020.
49
51
Hasil wawancara dengan Henry Siburian Kasi Penyelidikan dan Penyidikan Satpol PP
Kabupaten Seluma, , pada 25 November 2020.
50
52
Hasil wawancara dengan AS, pemilik tempat Karaoke Desa Selebar Kec. Seluma Timur
di Kabupaten Seluma. Pada 15 Desember 2020.
51
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
PP).
kembali.
B. Saran
dilakukan oleh wanita tuna susila sebagai penyebaran penyakit HIV dan dapat
dalam penegakan perda ini, Dan selain itu juga untuk masyarakat Kabupaten
Seluma yang terlibat dalm praktek prostitusi di tempat karoke dan warung
prostitusi di tempat karoke dan warung remang-remang oleh Polisi dan Satpol
Kabupaten Seluma.
53
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Herawan Sauni, (et, al), Panduan Penulisan Tugas Akhir Untuk Sarjana
Hukum (S1), Fakultas Hukum UNIB, Bengkulu, 2020.
Teguh Sulistia & Aria Zurnetti, Hukum Pidana Baru Pasca Reformasi,
Rajawali Pers, Jakarta, 2011.
Wirjono Prodjodikoro, Tindak –Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Refika
Aditama, 2012, Bandung.
Zaeni Asyhadie & Arief Rahman, Pengatar Ilmu Hukum, PT Rajawali Pers,
2014, Jakarta.
B. Peraturan Perundang-Undangan
C. Media Internet.
http://dwitakum.blogspot.com//penegakan-hukum-terhadap-praktek-
prostitusi.html,
http://ediunisba.multiply.com/journal/item/2
https://feelinbali.blogspot.co.id/2013/04/negara-indonesia-sebagai-
negara-hukum.html
http://raypratama.blogspot.com/2012/02/upaya-penanggulangan-
kejahatan.html,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/Chapter%20I.pdf,
55
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/16017/f.
%20BAB%20II.pdf?sequence=6&isAllowed=y Dasar Konstitusional
Peraturan Daerah .
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/10733/6.BAB
%20II.pdf?sequence=6&isAllowed=y tentang peraturan daerah
https://www.satpolpp.bone.go.id/2019/07/27pengertian
pamong-praja/
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/
123456789/26022/6.%20BAB%20II.pdf?sequence=6&isAllowed=y
Pengertian , Sejarah , Tugas dan Wewenang Satpol PP,
http://bengkuluekspress.com/satpol-pp-siap-tertibkan-prostitusi-terselubung/,
http://edijeggejeg.blogspot.com/2012/06/efektifitas-efektifikasi-dan-
evaluasi.html,
http://e-journal.uajy.ac.id/4241/3/2MH01723.pdf,
http://repository.unhas.ac.id//SKRIPSI%20LENGKAP%20378.pdf?
sequence=1
http://www.negarahukum.com/hukum/efektivitas hukum.html
http://digilib.unila.ac.id/291/9/BAB%20II.pdf
https://daerah.sindonews.com/berita/1368335/29/sejarah-prostitusi-di-
indonesia-dari-masa-ke-masa
56
LAMPIRAN