Anda di halaman 1dari 160

MODUL

MICRO TEACHING

PENYUSUN
MARIATI, S.Pd, M.Ak
Dr. DEWI KESUMA Nst, M.Hum
Dra. SYAMSUYURNITA, M.Pd
TUA HALOMOAN, S.Pd, M.Pd
SUCI PERWITA SARI, S.Pd, M.Pd
INDAH PRATIWI, S.Pd, M.Pd
Dra. DIANI SYAHPUTRI, M.Hum
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar
Daftar Isi
PENDAHULUAN
KB-I HAKIKAT PEMBELAJARAN MIKRO 1
A Tujuan Pembelajaran 2
B Materi Pembelajaran 2
1. Konsep Pembelajaran Mikro 2
2. Fungsi Pembelajaran Mikro 6
3. Tujuan Pembelajaran Mikro 6
4. Manfaat Pembelajaran Mikro 8
5. Karakteristik Pembelajaran Mikro 10
C Latihan 12
KB-II KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR 14
A Tujuan Pembelajaran 14
B Materi Pembelajaran 15
1. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran 15
Latihan 30
2. Keterampilan Menjelaskan 32
Latihan 38
3. Keterampilan Mengadakan Variasi 40
Latihan 47
4. Keterampilan Bertanya 49
Latihan 67
5. Keterampilan Memberi Penguatan 69
Latihan 74
6. Keterampilan Mengelola Kelas 77
Latihan 83
7. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil 85
Latihan 87
8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan 90
Latihan 92
KB- III PROSEDUR PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MIKRO 95
A Tujuan Pembelajaran 95
B Materi Pembelajaran 95
1. Persiapan Pembelajaran Mikro 96
2. Mengetahui Jenis-jenis Keterampilan Dasar Mengajar 98
3. Observasi ke Sekolah (kelas) 98
4. Membuat Perencanaan Pembelajaran Mikro 99
5. Membuat Kelompok Pembelajaran Mikro 100
6. Skenario Pelaksanaan Pembelajaran Mikro 102
7. Perencanaan Pembelajaran Mikro 109
C Latihan 118

KB-IV PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MIKRO 116


A Tujuan Pembelajaran 116
B Materi Pembelajaran 117
1. Persiapan Pembelajaran Mikro 117
2. Pelaksanaan Pembelajaran Mikro 122
3. Produk Akhir Kegiatan Mikro Teaching 127
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN I
HAKIKAT PEMBELAJARAN MIKRO

A. Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses yang komplek, dalam pembelajaran
menyatukan komponen-komponen pembelajaran secara terintegrasi, antara lain
seperti: tujuan pembelajaran atau kompetensi yang harus dicapai siswa, materi
yang akan menjadi bahan ajar bagi siswa, metode, media dan sumber
pembelajaran, evaluasi, siswa, guru dan lingkungan pembelajaran lainnya. Setiap
unsur pembelajaran tersebut masing-masing memiliki karakteristik yang khusus
dan antara satu komponen dengan komponen lainnya saling terkait dan
mempengaruhi dalam suatu proses pembelajaran secara untuk mencapai tujuan
pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan.
Ketika Anda sebagai seorang guru berdiri di depan kelas melaksanakan kegiatan
pembelajaran, tidak cukup hanya dengan telah dikuasainya materi pembelajaran
yang harus disampaikan kepada siswa. Akan tetapi masih banyak tuntutan lain
yang harus dikuasai oleh setiap guru yaitu mengelola seluruh unsur pembelajaran
yang telah disebutkan di atas, agar berinetraksi dengan siswa sehingga
memudahkan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Disinilah
letaknya pembelajaran merupakan suatu proses yang komplek. Mengingat
kompleksnya proses pembelajaran, maka bagi setiap mahasiswa calon guru
maupun bagi yang telah menduduki jabatan profesi guru, kemampuan mengajar
selalu harus dilatih dan dikembangkan, sehingga dapat diperoleh kemampuan
yang maksimal dan profesional.
Salah satu upaya untuk mempersiapkan kemampuan para calon guru atau untuk
meningkatkan kemampuan para guru dalam menghadapi tugas pembelajaran
yang serba komplek itu, dapat dilakukan melalui suatu proses latihan atau
pembelajaran dengan menggunakan model atau pendekatan pembelajaran yang
lebih disederhanakan atau yang lebih populer disebut dengan pembelajaran mikro
(micro teaching). Untuk memperluas wawasan dan meningkatkan pemahaman
Anda tentang pembelajaran mikro sebagai salah satu pendekatan untuk
mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan mengajar, maka dalam bahan
ajar ini akan dibahas Hakikat Pembelajaran Mikro. Setelah mempelajari bahan

1
ajar ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. Memahami latar belakang pembelajaran mikro sebagai salah satu pendekatan


atau model pembelajaran untuk mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan
mengajar bagi para calon guru maupun para guru.

2. Memahami dan menganalisis konsep dan fungsi pembelajaran mikro sebagai


dasar untuk menunjang kelancaran proses latihan melalui pendekatan
pembelajaran mikro.

3. Memahami tujuan dan manfaat pembelajaran mikro sebagai salah satu


pendekatan atau model pembelajaran untuk mempersiapkan dan meningkatkan
kemampuan guru yang profesional.
4. Memahami karakteristik pembelajaran mikro sehingga dapat membedakan
dengan pembelajaran real-teaching.

B. Materi Pembelajaran

1. Konsep Pembelajaran Mikro


Salah satu ciri pendidikan guru berdasar kompetensi adalah berangkat dan
bermuara ke kompetensi. Artinya seorang calon guru dituntut memiliki sejumlah
kompetensi sebagai bekal dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya.
Perolehan empat kompetensi guru tersebut dilaksanakan melalui perkuliahan
microteaching.

Mengajar di kelas dengan peserta didik lebih kurang 40 orang dalam waktu 35-
45 menit (satu jam pertemuan) merupakan pekerjaan yang tidak mudah.
Latihan praktik mengajar di kelas, bagi calon guru sangat diperlukan. Latihan
praktik mengajar pada awalnya akan terasa sulit dan rumit. Dalam praktik
mengajar menurut Brown (1975) 'for the student teacher has a two fold intention,
that his pupils learn while he learn to teach", maksudnya dalam mengajar
perhatian guru tidak pada membuat siswa untuk belajar, tetapi lebih kepada
bagaimana dia belajar mengajar. Jika perhatian calon guru dalam mengajar
terutama akan tertuju pada “his pupils learn”, maka akan terabaikan tujuan
utamanya "he learn to teach". Bahkan jika praktikan mengalami kekeliruan

2
mengajar dapat berakibat langsung pada sekian banyak peserta didik. Ini
merupakan satu kelemahan mendasar yang perlu diperbaiki.

Stanford University USA adalah Perintis microteaching sebagai salah satu


usaha perbaikan peningkatan kualitas guru, khususnya dalam hal ketrampilan
mengajar (teaching skill). Microteaching juga dikembangkan di berbagai negara
lain, seperti Malaysia dan Philipina. Hal ini didasarkan pada suatu rekomendasi
"The Second Sub Regional Workshop on Teacher Education".

Mc Knight (1971) memberikan pengertian Microteaching sebagai berikut: "a


scaled-down teaching encounter designed to develop a new skill and refine old
ones". Calon guru atau guru yang sedang berlatih itu mengajar sejumlah kecil
peserta didik, dengan waktu 10 sampai 15 menit yang kadang-kadang direkam
dengan Video Tape Recorder (VTR) untuk diobservasi dan dianalisis oleh
praktikan bersama-sama dengan supervisor (Brown dalam Sundari, 1989).

Kemudian Langhlin dan Moulton (dalam Sundari, 1989) berpendapat “Micro


Teaching is performance training method designed to isolate the component
part of the teaching process, so that the trainee can master each component
one by one a simplified teaching situation" (Pembelajaran Mikro adalah metode
latihan mengajar yang didesain untuk memilahkan komponen tertentu dari
proses pembelajaran sehingga praktikan dapat menguasai setiap komponen
tersebut dalam pembelajaran yang disederhanakan).

Berdasarkan dua pengertian tersebut, dapatlah dipahami bahwa microteaching


itu merupakan latihan mengajar real teaching, tetapi dalam bentuk mikro.
Jumlah siswa sekitar 10, waktu mengajar sekitar 10-15 menit, bahan pelajaran
terbatas dan diutamakan pada ketrampilan mengajar tertentu. Ketrampilan
yang dipelajari dapat diulang dengan perbaikan-perbaikan sehingga
mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Jadi microteaching merupakan latihan
mengajar permulaan bagi calon guru dengan jalan mengisolasikan komponen-
komponen keterampilan proses belajar mengajar, sehingga calon guru
menguasai setiap komponen ditampilkan satu persatu dalam situasi yang
disederhanakan dibawah bimbingan dosen pembimbing. Setelah mahasiswa
menguasai keterampilan mengajar secara terisolasi dilanjutkan dengan
menguasai keterampilan terpadu meskipun segala sesuatunya masih sama

3
dengan microteaching. Microteaching dengan keterampilan terpadu sebagai
persiapan pelaksanaan real class di lapangan.

Dalam latihan mengajar sendiri ada beberapa peristilahan yang perlu diketahui
yaitu micro teaching, peer teaching, mini teaching, dan re teaching.

a. Micro teaching adalah bentuk pembelajaran bersifat latihan yang terfokus


pada ketrampilan tertentu.
b. Peer teaching adalah bentuk pembelajaran bersifat latihan yang siswanya
adalah teman sejawat.
c. Mini teaching adalah bentuk pembelajaran bersifat latihan yang melibatkan
seluruh ketrampilan mengajar secara terintegrasi tetapi dalam bentuk lebih
kecil.
d. Re teaching adalah bentuk pembelajaran bersifat latihan yang dilakukan
secara berulang sampai praktikan menguasai ketrampilan mengajar.

Bila dihubungkan dengan pembelajaran yang sebenarnya, maka microteaching


adalah

P PM

penyederhanaan dari pembelajaran yang sebenarnya (lihat gambar berikut):

Keterangan :
P = Pembelajaran
PM = Microteaching

Ketika microteaching hanya difokuskan pada ketrampilan mengajar tertentu


maka terlihat sebagaimana diagram berikut.

4
P
KT PM

Keterangan:
P = Pembelajaran
PM = Microteaching
KT = Ketrampilan tertentu yang dilakukan dalam PM sebagai bagian dari P

Bila microteaching kemudian dikembangkan sebagai mini teaching maka akan


terlihat sebagaimana diagram di bawah ini:

Keterangan :

P = Pembelajaran

PM = Microteaching
KT = Ketrampilan tertentu yang dilakukan dalam PM sebagai bagian dari P

5
2. Fungsi Pembelajaran Mikro

Microteaching memiliki beberapa fungsi yaitu:

a. meningkatkan kompetensi mengajar dalam proses pembelajaran bagi calon


guru atau guru. Hal ini bertalian dengan calon guru atau guru belum memenuhi
kompetensi dalam proses pembelajaran. Padahal dalam program pendekatan
berdasarkan kompetensi bagi calon guru atau guru dituntut kompetensi
tersebut. Microteaching ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi
mengajar, karena menyerupai mengajar yang sesungguhnya.
b. dalam program microteaching calon guru atau guru diberi kesempatan
menguasai ketrampilan-ketrampilan khusus dalam proses pembelajaran. Hal
ini sangat diperlukan agar mereka memiliki, menguasai, dan melaksanakan
kompetensi dengan baik dan benar.
c. dalam proses pembelajaran, ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkan calon
guru atau guru erat hubungannya dengan metode- metode mengajar, maka
Microteaching dapat berfungsi untuk penelitian metode/strategi mengajar
tertentu.
d. microteaching dapat juga berfungsi sebagai pengembangan metode/strategi
mengajar tertentu. Program microteaching merupakan bagian program bagian
peningkatan kompetensi mengajar bagi calon guru atau guru dalam
mengembangkan dan membina penampilan tertentu dalam proses
pembelajaran. Hal ini bertalian erat dengan ketrampilan khusus dan
metode/strategi mengajarnya. Ketrampilan khusus dapat dipandang sebagai
penjabaran proses pembelajaran dengan metode tertentu, sehingga
pengembangan dan pembinaan program Microteaching perlu dikembangkan
juga.

3. Tujuan Pembelajaran Mikro

Pembelajaran mikro sebagai matakuliah yang tak terpisahkan dari struktur


kurikulum program pendidikan keguruan adalah diarahkan dalam upaya
memfasilitasi mahasiswa calon guru untuk menguasai dan memiliki kompetensi
yang diharapkan, yaitu:

6
1. Mempersiapkan, membina dan meningkatkan mutu guru agar dapat
memenuhi standar kompetensi pedagogik.
2. Mempersiapkan, membina dan meningkatkan mutu guru agar dapat
memenuhi standar kompetensi kepribadian.
3. Mempersiapkan, membina dan meningkatkan mutu guru agar dapat
memenuhi standar kompetensi profesional.
4. Mempersiapkan, membina dan meningkatkan mutu guru agar dapat
memenuhi standar kompetensi sosial.

Keempat jenis kompetensi yang diamanatkan oleh Undang-undang tersebut, yaitu


kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan kompetensi sosial, secara
konsep masing-masing dapat dibedakan. Akan tetapi keempat jenis kompetensi
tersebut pada realisasinya harus merupakan suatu kesatuan yang utuh,
direfleksikan dalam seluruh perilaku guru pada setiap melaksanakan tugas
pembelajarannya.

Microteaching merupakan salah satu penunjang pengalaman lapangan bagi calon


guru, yaitu merupakan salah satu latihan terbatas mengenai ketrampilan-
ketrampilan tertentu. Secara umum tujuan microteaching adalah mempersiapkan
mahasiswa calon guru untuk menghadapi pekerjaan mengajar di muka kelas
dengan memiliki pengetahuan, ketrampilan, kecakapan dan sikap sebagai guru
yang profesonal. Microteaching juga dapat digunakan sebagai peningkatan kualitas
pembelajaran bagi guru agar lebih mantap dalam penguasaan materi, penampilan
di kelas, dan ketrampilan khusus dalam pembelajaran.

Adapun tujuan pembelajaran mikro secara operasional antara lain:

1. membantu calon guru atau guru menguasai ketrampilan-ketrampilan khusus,


agar dalam latihan pembelajaran sesungguhnya tidak mengalami kesulitan

7
2. meningkatkan taraf kompetensi pembelajaran bagi calon guru secara bertahap,
dengan penguasaan ketrampilan-ketrampilan khusus yang akhirnya dapat
diintegrasikan dalam pembelajaran yang sesungguhnya;
3. dalam in service training bagi guru atau dosen, diharapkan yang bersangkutan
bisa menemukan sendiri kekurangannya dalam pembelajaran dan usaha
memperbaikinya;
4. memberi kemungkinan dalam latihan microteaching agar calon guru atau guru
menguasai ketrampilan (khusus) mengajar, agar dalam penampilan mengajar
(dalam proses pembelajaran) mantap, trampil, dan kompeten;
5. sebagai penunjang usaha peningkatan ketrampilan, kemampuan serta
efektifitas dan efisiensi penampilan calon guru atau guru dalam proses
pembelajaran.
6. menanamkan kesadaran akan ketrampilan mengajar.
7. menanamkan rasa percaya diri dan bersifat terbuka terhadap kritik orang lain.

4. Manfaat Pembelajaran Mikro


Pembelajaran mikro sebagai salah satu bentuk inovasi atau pembaharuan untuk
mempersiapkan, membina dan meningkatkan mutu guru, tentu saja terdapat
unsur-unsur baru dalam cara membina dan meningkatkan kemampuan guru
dibandingkan dengan pendekatan yang dilakukan sebelum munculnya
pembelajaran mikro. Perbedaan yang cukup mendasar antara lain sebelum
adanya pembelajaran mikro, untuk membina dan meningkatkan keterampilan
mengajar, calon atau guru secara langsung melakukan praktek di depan kelas
yang sebenarnya. Idealnya kalau menurut pendekatan pembelajaran mikro,
sebelum calon atau guru praktek di kelas yang sebenarnya, terlebih dahulu
mereka melatih bagai- bagian keterampilan mengajar yang harus dikuasainya di
tempat tertentu atau laboratorium.
Dalam pembelajaran mikro setiap kegiatan latihan dilakukan perencanaan yang
matang, kemudian ada kontrol yang ketat dan teliti untuk mencermati setiap
keterampilan yang di latihkannya, ada diskusi umpan balik dan disampaikan solusi
perbaikan. Dikatakan oleh Allen dan Ryan “Micro teaching allows for the increased
control of practice”. Dengan pembelajaran mikro dimaksudkan untuk
meningkatkan kontrol terhadap setiap aspek yang dilatihkan, sehingga dari kontrol

8
tersebut akan diperoleh masukan yang berharga untuk meningkatkan kemampuan
profesionalismenya.

Dilihat dari hakikat pembelajaran mikro seperti telah diuraikan sebelumnya, maka
manfaat dari pembelajaran mikro terutama akan dirasakam oleh pihak- pihak
sebagai berikut:

1. Manfaat bagi mahasiswa calon guru (pendidikan pre-service)


a. Setiap mahasiswa calon guru dapat melatih bagian demi bagian dari setiap
keterampilan mengajar yang harus dikuasainya secara lebih terkendali dan
terkontrol.
b. Setiap mahasiswa calon guru dapat mengetahui tingkat kelebihan maupun
kekurangannya dari setiap jenis keterampilan mengajar yang harus
dikuasainya.
c. Setiap mahasiswa calon guru dapat menerima informasi yang lengkap,
objektif dan akurat dari proses latihan yang telah dilakukannya melewati pihak
observer.
d. Setiap mahasiswa calon guru dapat melakukan proses latihan ulang untuk
memperbaiki terhadap kekurangan maupun untuk lebih meningkatkan
kemampuan yang telah dimilikinya.
2. Manfaat bagi para guru (pendidikan in-service)
a. Para guru baik secara mandiri maupun bersama-sama dapat berlatih untuk
lebih meningkatkan kemampuan mengajar yang telah dimilikinya.
b. Mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya terkait dengan
keterampilan mengajar yang harus dikuasainya.

c. Dapat dijadikan sebagai proses uji coba terhadap hal-hal yang baru, seperti
dalam penerapan metode, media, materi baru, atau jenis-jenis keterampilan
mengajar lainnya sebelum diterapkan dalam proses pembelajaran yang
sebenarnya

9
3. Manfaat bagi supervisor

a. Dapat memperoleh data yang objektif dan komprehensif tingkat kemampuan


para calon guru maupun para guru dalam hal kemampuan mengajar yang
harus dikuasai sesuai dengan tuntutan profesinya

b. Dapat memberikan masukan, saran maupun solusi yang akurat, karena


didasarkan pada data atau informasi yang lengkap sesuai hasil pengamatan dari
pembinaan melalui pembelajaran mikro yang telah dilakukannya.

c. Sebagai bahan masukan untuk membuat kebijakan yang lebih tepat bagi
pengembangan karir setiap mahasiswa maupun para guru yang menjadi
binaannya.

d. Sebagai bahan masukan untuk membuat kebijakan dalam melakukan proses


pembinaan terhadap upaya untuk meningkatkan kualitas penampilan guru.

5. Karakteristik Pembelajaran Mikro

Pembelajaran mikro dapat dijadikan sebagai jembatan yang akan membekali siswa
dalam keterampilan mengajar. Melalui program pembelajaran yang dikembangkan
dengan memberi porsi latihan atau praktek mengajar yang lebih ditingkatkan, baik
melalui model pembelajaran di kelas sebelum praktek mengajar dan dilanjutkan
dengan kegiatan praktek di sekolah tempat latihan, maka dapat memberi
pengalaman belajar yang lebih baik dan saling melengkapi untuk meningkatkan
kemampuan mengajar para calon guru.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat memberi porsi latihan
keterampilan mengajar selain kegiatan praktek mengajar di kelas yaitu dengan
pendekatan pembelajaran mikro. Model pembelajaran mikro pada kurikulum
pendidikan keguruan tidak dimaksudkan untuk membekali para mahasiswa
menguasai konsep-konsep pembelajaran mikro, akan tetapi melalui pembelajaran
mikro para mahasiswa calon guru maupun bagi para guru secara langsung
melakukan aktivitas melatih diri yang dilakukan secara terencana dan berkelanjutan.

Melatih kemampuan mengajar melalui pendekatan pembelajaran mikro sangat


dimungkinkan, karena kehadiran pembelajaran mikro sejak awal ditujukan untuk
melatih, membina, mengembangkan dan meningkatkan kemampuan mengajar
para guru. Seperti telah dibahas pada kegiatan pembahasan modul 1 bahwa
10
pembelajaran mikro berarti program pembelajaran latihan mengajar yang
disederhanakan. Pelaksanaannya tidak dilakukan di kelas yang sebenarnya,
melainkan dilakukan di kelas latihan atau laboratorium yang sengaja dipersiapkan
untuk pembelajaran mikro. Walaupun latihan mengajar melalui pembelajaran mikro
bukan ditempat yang sebenarnya, akan tetapi skenarionya sama dengan cara atau
prosedur pembelajaran yang sebenarnya (real teaching but not real class room
teaching). Dengan kata lain pendekatan pembelajaran mikro merupakan bentuk
miniatur dari kegiatan pembelajaran di kelas, sebagai tahap awal untuk
mengkondisikan calon guru berkenalan dengan keterampilan mengajar.

Untuk lebih jelasnya bentuk penyederhanaan dalam pembelajaran mikro


dibandingkan dengan pembelajaran biasa, dapat dilihat dalam bentuk bagan
sebagai berikut:

PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN
BIASA MIKRO

Dari bagan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran mikro berbeda dari segi
ukuran dibandingkan dengan pembelajaran biasa. Ukuran pembelajaran mikro
nampak lebih kecil, yaitu untuk mengilustrasikan bahwa dalam pembelajaran mikro
bentuk pembelajarannya lebih disederhanakan. Akan tetapi walaupun bentuk
pembelajaran mikro bersifat disederhanakan “micro”, tetap sebagai bentuk
pembelajaran yang sebenarnya (real teaching), hanya saja praktek mengajar
melalui micro teaching tersebut tidak dilakukan di kelas yang sebenarnya (not real
class room teaching).

Lebih jelasnya perbandingan antara bentuk mengajar yang sebenarnya dengan


pembelajaran mikro, dapat dilihat dari perbandingan beberapa unsur pembelajaran
seperti dalam tabel sebagai berikut:

11
TABEL 1
PERBANDINGAN PEMBELAJARAN
No Pembelajaran Biasa Pembelajaran Mikro
1 Waktu pembelajaran 35 s.d 40 menit Waktu pembelajaran 10 s.d 15 menit
2 Jumlah siswa 30 s.d 35 Jumlah siswa 5 s.d 10 orang siswa
3 Materi pembelajaran luas Materi pembelajaran dibatasi
4 Keterampilan mengajar terintegrasi Katerampilan mengajar terisolasi

Tabel di atas memberikan gambaran bahwa antara pembelajaran yang sebenarnya


dengan pembelajaran mikro masing-masing memiliki kesamaan dan perbedaan.
Persamaannya, pembelajaran biasa dan pembelajaran mikro adalah mengajar yang
sebenarnya (real teaching), dan bukan pura-pura mengajar. Adapun perbedaannya
dilihat dari unsur-unsur pembelajaran yang digunakan, dimana unsur-unsur
pembelajaran mikro lebih disederhanakan terutama dilihat dari segi kuantitas.
Misalnya dari segi materi, waktu, jumlah siswa, jenis keterampilan dasar mengajar
yang diterapkan, dan lain-lainl. Penyederhanaan tersebut, bukan hanya terkait
dengan keempat unsur pembelajaran seperti tertera dalam tabel di atas, melainkan
berlaku pula untuk unsur-unsur pembelajaran lainnya.

Latihan Mandiri

Untuk meningkatkan pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari dalam
kegiatan pembelajaran di atas, selanjutnya silahkan kerjakan latihan berikut ini:

1. Setelah membaca materi pembelajaran diatas, paparkan apa fungsi, tujuan, dan
manfaat pembelajaran mikro dari perspektif anda masing-masing.

2. Jelaskan dengan terperinci perbedaan pembelajaran mikro dengan pembelajaran


biasa.

3. Untuk memahami hakikat pembelajaran mikro (pengertian dan karakteristiknya),


sebaiknya Anda harus membandingkan dengan kegiatan pembelajaran yang
sebenarnya dilakukan oleh guru. Oleh karena itu Anda harus melakukan
observasi untuk mengamati kegiatan pembelajaran di sekolah.

4. Hal-hal yang diobservasi terutama menyangkut suasana pembelajaran dalam


kelas yang sebenanrnya. Setelah itu pelajari pengertian dan karakteristik

12
pembelajaran mikro, kemudian analisis apakah setiap unsur atau kegiatan
pembelajaran dalam kelas sebenarnya bisa dilatihkan melalui model
pembelajaran mikro (yang disederhanakan).
5. Untuk mengerjakan latihan tersebut di atas Anda harus mempelajari kembali
pengertian dan karakteristik pembelajaran mikro, kemudian tentukan jenis-jenis
kegiatan apa saja dalam proses pembelajaran sebenanrnya yang masih
memungkinkan dilakukan proses latihan untuk mempersiapkan, membina dan
meningkatkan keterampilan dasar mengajar sesuai dengan karakteristik
pembelajaran mikro.

Latihan Kelompok

1. Buat kelompok belajar yang terdiri maksimal beranggotakan 4 atau 5 orang.

2. Sebagaimana telah Anda pelajari bahwa pada dasarnya pembelajaran mikro


adalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang disederhanakan untuk
mempersiapkan, membina dan meningkatkan keterampilan dasar mengajar
calon guru maupun para guru. Coba diskusikan dengan teman Anda, keuntungan
yang akan diperoleh melalui penerapan sistem atau model pembelajaran mikro
dalam mempersiapkan, membina, maupun untuk meningkatkan keterampilan
dasar mengajar para calon guru maupun bagi para guru.

3. Untuk mengerjakan tugas latihan tersebut di atas, Anda harus mempelajari


kembali latar belakang pembelajaran mikro, tujuan dan manfaat pembelajaran
mikro. Kemudia diskusi dengan teman dan minta masukan dari pembimbing
untuk menganalisis kelebihan dan kekurangan untuk melatih keterampilan dasar
mengajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran mikro dan tidak
melalui pembelajaran mikro (langsung mengajar di kelas sebenanrnya).

4. Setelah saling berdiskusi, maka hasil diskusi dibuat dalam sebuah rangkuman
yang dituliskan di kertas karton dan dipajangkan di depan kelas.

5. Masing-masing ketua kelompok memaparkan hasil diskusi kelompoknya di


depan kelas, dan kelompok lain memberi tanggapan.

13
KEGIATAN PEMBELAJARAN-II

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

A. Tujuan Pembelajaran

Pada bahan pembelajaran modul sebelumnya, saudara telah mempelajari hakikat


pembelajaran mikro. Salah satu pokok bahasan atau kegiatan pembelajaran yang
dibahas dalam bahan ajar tersebut yaitu “tahap persiapan”. Mungkin saudara
masih ingat, ...apa saja yang termasuk dalam tahap persiapan tersebut. Dari
sekian aspek yang harus dilakukan dan dikuasai oleh setiap mahasiswa dalam
tahap persiapan pembelajaran mikro yaitu menguasai “jenis-jenis keterampilan
dasar mengajar”. Sasaran dari pembelajaran mikro antara lain yaitu
mempersiapkan, membina dan meningkatkan kemampuan mengajar. Adapun
setiap keterampilan dasar mengajar adalah merupakan unsur yang diterapkan
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu jika berbicara masalah kemampuan
mengajar, berarti antara lain berbicara keterampilan dasar mengajar. Untuk
menguasai secara profesional terhadap setiap jenis keterampilan dasar mengajar,
ada dua hal sebagai prasyaratnya yaitu:

a. Menguasai dasar-dasar teori/konsep, kaidah, hukum atau karakteristik setiap


jenis keterampilan dasar mengajar;

b. Melakukan proses latihan yang dilakukan secara terencana dan sistematis,


mulai dari latihan dalam bentuk simulasi (micro teaching), latihan terbimbing
dan latihan mandiri.

Proses latihan tidak cukup hanya dengan satu atau dua kali latihan, akan tetapi
harus terus menerus mengembangkan kemampuan baik melalui program pra-
jabatan maupun dalam jabatan. Dalam bahan belajar mandiri (modul) dua ini
secara terperinci akan dibahas, dikaji dan didiskusikan delapan jenis keterampilan
dasar mengajar yaitu:

1) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran (set induction and closure


induction)

14
2) Keterampilan menjelaskan (explaining Skill)

3) Keterampilan menggunakan variasi/stimulus (Variation Skills)

4) Keterampilan bertanya. (Quetioning Skills)

5) Keterampilan Memberikan Penguatan (Reinforecement Skills)

6) Keterampilan Mengelola Kelas (Class room Management)

7) Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil (Guiding Small Discussion)

8) Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan (Small Group


Teaching and Individualizing Teaching Skill)

Setelah mempelajari, mendiskusikan dan mensimulasikan kedelapan jenis


keterampilan dasar mengajar tersebut diatas, saudara diharapkan memiliki
kemampuan sebagai berikut:

1. Menganalisis hakikat keterampilan membuka dan menutup pelajaran sebagai


salah satu unsur dari keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh
guru

2. Mengidentifikasi komponen-komponen penting dalam keterampilan membuka


dan menutup pelajaran yang harus dikuasai guru

3. Membangun strategi membuka dan menutup pelajaran yang sesuai dengan


kondisi peserta didik sesuai dengan lingkungan social, emosional dan intektual
peserta didik dalam kelas.

B. Materi Pembelajaran

1. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran (set induction and closure


induction)
Keterampilan dasar mengajar (teaching skills) pada dasarnya adalah merupakan
bentuk perilaku (kemampuan) atau keterampilan (skill) yang bersifat khusus dan
mendasar (most spesific instructional behaviours) yang harus dimiliki guru
sebagai modal dasar untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajaran secara
profesional. Ketarampilan dasar mengajar bagi guru mutlak harus dikuasai,
agar guru dapat mengimplementasikan berbagai strategi, pendekatan atau
model pembelajaran. Dengan dikuasainya setiap jenis keterampilan dasar
15
mengajar maka guru akan dapat melaksanakan perannya sebagai pengelola
pembelajaran dengan baik. Topik pertama jenis keterampilan dasar mengajar
yang akan kita pelajari dalam kegiatan pembelajaran ini yaitu ”Keterampilan
membuka dan menutup pembelajaran”. Mungkin Anda sudah sangat paham,
bahwa pembukaan dalam berbagai kegiatan adalah kegiatan yang dilakukan
diawal, yaitu untuk mengawali atau memulai kegiatan. Pembukaan yang
merupakan kegiatan untuk memulai aktivitas, biasanya hanya bersifat untuk
mengantarkan aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan pada tahap
berikutnya. Demikian pula dalam pembelajaran, kegiatan pembukaan pada
dasarnya adalah kegiatan mengawali pembelajaran untuk mengantarkan
aktivitas atau proses pembelajaran berikutnya yaitu kegiatan inti pembelajaran.
Bagaimana dengan penjelasan dan ilustrasi yang disampaikan di atas sudah
mulai tergambarkan apa sebenarnya keterampilan membuka pembelajaran
tersebut ?. Baiklah untuk mendalaminya, berikut ini secara lebih terurai akan
dijelaskan apa yang dimaksud dengan membuka pembelajaran, tujuan dan
manfaat membuka pembelajaran, dan komponen-komponen dalam membuka
pembelajaran, seperti dalam pembahasan berikut ini:
a. Keterampilan Membuka pelajaran (set induction skills)
Membuka pembelajaran (set induction), adalah aktivitas yang dilakukan guru
untuk menciptakan kondisi siap mental, menumbuhkan perhatian serta
meningkatkan motivasi siswa agar terpusat kepada kegiatan belajar yang
akan dilakukan. Kegiatan membuka pembelajaran bukanlah kegiatan basa
basi tanpa arah yang jelas. Dengan membuka pembelajaran dimaksudkan
untuk mengkondisikan siap mental bagi siswa untuk mengikuti pembelajaran.
Oleh karena itu setiap guru dituntut melatih diri agar memiliki keterampilan
membuka pembelajaran dengan baik dan tepat. Jika siswa sejak awal sudah
memiliki kesiapan untuk belajar, maka tidak terlalu sulit bagi guru untuk
mengaktipkan siswa dalam langkah pembelajaran selanjutnya (kegiatan inti
pembelajaran). Dengan demikian kesiapan mental yang tercipta sejak awal
pembelajaran bisa menjadi pra-syarat untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran pada tahap berikutnya. Oleh karena itu guru perlu mensiasati
kegiatan membuka pembelajaran secara dinamis dan bermakna, sehingga
dapat memusatkan perhatian dan menumbuhkan motivasi siswa untuk
belajar.
16
Dari pengertian yang dikemukakan oleh Soli Abimanyu, ada dua hal penting
yang perlu dicermati sasaran dari kegiatan membuka pembelajaran, yaitu:
1) Menciptakan suasana siap mental; yaitu kondisi psikologis siswa agar
sejak awal pembelajaran sudah terbangun kondisi psikologis yang siap
untuk belajar. Memiliki keyakinan yang kuat bahwa pada prinsipnya
siswa akan bisa untuk mengikuti pembelajaran. Sebagai contoh;
Guru : “ Assalamu’alaikum anak-anak…selamat pagi…!!!.
Siswa : “Wa’alaikum salam bu….!!, selamat pagi…!!!
Guru : “Apakabar semua…???...Sudah sarapan sayang…??? (dengan
wajah ceria menyapa peserta didik)
Siswa : “kabar baik bu….!!!. sudah bu…!!
Guru : “ Alhamdulillah….siap kita belajar hari ini sayang…??” dsb.
Penciptaan kondisi seperti itu penting, karena proses aktivitas berikutnya
sangat ditentukan oleh kondisi psikologis awal siswa. Sebaliknya jika
sejak awal pembelajaran, siswa sudah mempunyai sikap yang negatif
terhadap pembelajaran yang akan dijalaninya, maka akan melemahkan
dirinya sendiri terhadap proses pembelajaran yang akan diikutinya,
akhirnya hasil pembelajaran yang diperoleh akan jauh dari memuaskan.
2) Menimbulkan perhatian siswa; yaitu proses untuk mencurahkan segala
perhatian dan pikiran siswa pada pembelajaran yang akan dilakukan.
Perhatian biasanya memiliki hubungan erat dan saling mempengaruhi
dengan motivasi belajar. Misalnya jika sejak awal siswa sudah menaruh
perhatian yang cukup baik terhadap materi olah raga yang akan
dipelajarinya, maka biasanya akan timbul keinginan yang kuat (motivasi)
untuk berlatih dan mempelajarinya dengan baik.
Dua aspek penting yang menjadi sasaran dari kegiatan membuka pembelajaran
yang telah dikemukakan di atas, yaitu: a) menciptakan suasana siap mental,
dan b) memusatkan perhatian siswa. Sejalan dengan pengertian tersebut di
atas, Wina Sanjaya mengemukakan bahwa membuka pembelajaran (set
induction) adalah ”usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran untuk menciptakan pra kondisi bagi siswa agar mental maupun
perhatian terpusat pada pengalaman belajar yang akan disajikan sehingga
akan mudah mencapai kompetensi yang diharapkan” (2006). Pengertian
membuka pembelajaran yang dikemukakan di atas unsur-unsurnya hampir
17
sama dengan yang telah disampaikan sebelumnya, yaitu:
1) Menciptakan pra-kondisi belajar dengan terlebih dahulu mempersiapkan
mental siswa (kondisi psikologis) agar tercurah pada pembelajaran yang
akan dilaksanakan
2) Menumbuhkan perhatian; yaitu proses memusatkan perhatian, pikiran,
emosi, bahkan sosial untuk terlibat secara aktif pada pembelajaran yang
akan dilakukan
3) Mempermudah pencapaian kompetensi; hal ini tentu sebagai dampak
dari dua hal yang telah dilaksanakan sebelumnya, yaitu kesiapan mental,
perhatian dan motivasi sudah terpelihara, maka proses pembelajaran
akan berjalan dengan baik, sehingga tujuan atau kompetensi akan
dicapai dengan baik pula.
Secara teknis kegiatan membuka pembelajaran tidak hanya dilakukan pada
awal dari satu unit kegiatan pembelajaran saja. Hal ini perlu dipahami, bahwa
walaupun pembukaan pembelajaran diartikan sebagai suatu aktivitas atau
usaha yang dilakukan guru untuk memuluai pembelajaran, dalam
penerapannya tidak hanya dilakukan satu kali ketika mengawali
pembelajaran saja. Akan tetapi membuka pembelajaran dapat dilakukan
pada setiap penggal indikator atau kegiatan inti selama pembelajaran
berlangsung. Misalnya, jika dalam satu kegiatan pembelajaran ada tiga
tujuan atau indikator pembelajaran (kompetensi) yang harus dicapai siswa,
maka tentu saja ada tiga penggal materi pembelajaran. Pada awal
pembelajaran guru membuka pembelajaran, kemudian kegiatan inti
membahas materi untuk indikator pertama. Setelah selesai mempelajari satu
penggal materi dari satu indikator pertama dan menyimpulkannya, kemudian
untuk memasuki pada penggalan materi (indikator) berikutnya, guru memulai
dengan membuka lagi pembelajaran, yaitu mengajak siswa untuk
memusatkan kembali perhatian dan membangkitkan motivasinya untuk
mempelajari penggal materi kedua dan begitu seterusnya. Dengan demikian
secara teknis kegiatan membuka pembelajaran dapat dilakukan beberapa
kali selama proses pembelajaran berlangsung. Tentu saja teknik dan
strateginya antara kegiatan membuka yang pertama berbeda dengan yang
kedua, berbeda pula dengan yang ketiga, dan begitu seterusnya.
b. Tujuan dan Manfaat keterampilan Membuka Pelajaran
18
Seperti sudah disinggung dalam pembahasan di atas, bahwa kegiatan
membuka pembelajaran, bukan hanya sekedar kegiatan seremonial yang
bersifat administratif agar sesuai dengan tuntutan prosedur pembelajaran.
Kegiatan yang bersifat rutin ketika memulai pembelajaran, seperti mengecek
kehadiran, mengulang materi yang dan mengaitkannya dengan materi yang
akan dibahas, belum tentu akan mencapai sasaran seperti yang dimaksud
dari kegiatan membuka pembelajaran yaitu menumbuhkan kesiapan mental,
membangkitkan perhatian dan motivasi siswa. Oleh karena itu dalam
kegiatan membuka pembelajaran bentuk apapun dari apersepsi yang
dilakukan oleh guru, harus mengarah pada pencapain tujuan dari membuka
pembelajaran itu sendiri, yaitu antara lain:

1) Menciptakan kesiapan mental yaitu pembentukan kondisi psikologis siswa


agar siap untuk mengikuti pembelajaran
2) Membangkitkan perhatian dan motivasi yaitu keinginan untuk
memusatkan seluruh perhatian, emosi (fisik dan psikhis) siswa agar
tercurah pada pembelajaran yang akan dilakukan
3) Memberikan gambaran yang jelas tujuan atau kompetensi yang harus
dicapai oleh siswa dari kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya
4) Memberikan gambaran yang jelas batas-batas tugas atau kegiatan yang
harus dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung
5) Memberikan gambaran yang jelas pengalaman atau kegiatan-kegiatan
pembelajaran yang harus dilakukan siswa untuk mencapai tujuan atau
kompetensi yang diharapkan
6) Menumbuhkan kesadaran siswa tentang pentingnya mengikuti
pembelajaran dengan sungguh-sungguh, sehingga proses dan hasil
pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien.

c. Komponen-komponen dalam Membuka Pembelajaran

Sesuai dengan pengertian dan tujuan keterampilan membuka pembelajaran


yaitu sebagai pra-pembelajaran yang bertujuan antara lain untuk
menciptakan kondisi siap mental, memusatkan perhatian dan
membangkitkan motivasi belajar siswa, maka untuk mensiasatinya dapat
dilakukan melalui alternatif kegiatan sebagai berikut:

19
1. Menarik perhatian siswa

Perhatian dalam pembelajaran adalah kesanggupan untuk memusatkan


seluruh aktivitas siswa agar tertuju kepada kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan. Upaya untuk mengkondisikan perhatian siswa agar tertuju
kepada pembelajaran, antara lain dapat dilakukan dengan cara:

a) Gaya mengajar guru, misalnya memvariasikan suara, posisi guru,


gerak tubuh dan penampilan lain yang sesuai dengan tuntutan
sebagai pendidik.
b) Menggunakan multi metoda, media dan sumber pembelajaran, yaitu
penggunaan metoda, media dan sumber pembelajaran secara
bervariasi yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi, karaktersitik
siswa, kelengkapan saran dan fasilitas (visual, audio, atau gabungan
audiovisual)
c) Pola interaksi pembelajaran yang bervariasi Pembelajaran adalah
suatu proses komunikasi, komunikasi pembelajaran yang
dikembangkan secara interaktif akan menarik perhatian siswa,
sehingga tidak akan menimbulkan kejenuhan. Pariasi komunikasi
pembelajaran, misalnya kapan saat yang tepat untuk klasikal, individu,
kelompok.
d) Tempat belajar, misalnya selain belajar di dalam kelas, maka untuk
menarik perhatian siswa, guru dapat merancang kapan pembelajaran
dilakukan di luar kelas, laboratorium, perpustakaan atau ditempat
belajar lainnya yang memungkinkan pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif dan efisien.

2. Menumbuhkan motivasi belajar siswa

Motivasi adalah suatu kekuatan (energi) yang mendorong seseorang


untuk berkativitas. Motivasi sangat penting dimiliki, dipelihara serta
ditingkatkan pada setiap siswa. Guru harus berusaha membangkitkan
motivasi belajar siswa, sehingga siswa dapat berbuat, bekerja dan
melakukan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan, antara lain dengan cara:

20
a) Kehangatan dan antusias Sikap bersahabat dan mendidik yang
ditunjukkan guru terhadap siswa, akan mendorong semangat
(motivasi) belajar siswa. Kehangatan dan antusias, rasa memiliki dan
tanggung jawab terhadap profesi yang direfleksikan dalam setiap
btindakan pembelajaran, akan berdampak positif untuk
membangkitkan semangat belajar siswa.
b) Menimbulkan rasa ingin tahu
Rasa penasaran yang menghinggapi seseorang, biasanya akan
mendorong orang itu untuk melakukan aktivitas. Seorang siswa yang
memiliki rasa ingin tahu cara kerja jantung pada tubuh manusia, maka
ia akan mencari sumber-sumber pembelajaran yang dapat memenuhi
keingintahuannya itu. Oleh karena itu untuk membangkitkan motivasi
siwa, hendaknya guru banyak memberikan stimulus (ransangan)
pembelajaran yang dapat memancing rasa ingin tahu siswa.

c) Membuat ide yang bertentangan


Siswa akan terdorong untuk mengemukakan pertanyaan atau
pendapatnya terhadap sesuatu ide atau topik yang mengandung
unsur bertentangan “pro dan kontra”, apalagi terkait dengan
kehidupan nyata sehari-hari. Selama untuk kepentingan
pembelajaran, guru harus kreatif memunculkan permasalahan yang
dikemas dalam suatu ide atau topik yang mengandung unsur “pro dan
kontra” sehingga menggugah semangat belajar siswa.

d) Perbedaan individual
Setiap siswa memiliki karakteristik, minat yang berbeda antara yang satu
dengan siswa lainnya. Motivasi siswa akan muncul apabila
pembelajaran yang akan diikutinya sesuai dengan minat dan
kebutuhannya. Minat siswa selain dipengaruhi oleh faktor lingkungan
dimana ia hidup, juga oleh cita-citanya. Oleh karena itu untuk
membangkitkan motivasi belajar siswa, guru hendaknya
memperhatikan individu siswa dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
3. Membuat acuan
21
Acuan dalam pembelajaran adalah gambaran singkat atau deskripsi yang
mengiformasikan ruang lingkup materi dan kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan. Dalam membuka pembelajaran, memberikan acuan
sangat penting, karena dengan acuan yang disampaikan guru, siswa sejak
awal telah memiliki gambaran singkat mengenai apa yang akan dipelajari,
aktivitas apa yang harus dilakukan untuk mempelajarinya. Untuk
memberikan acuan pada kegiatan membuka pembelajaran dapat
dilakukan antara lain dengan cara:

a) mengemukakan tujuan atau kompetensi yang harus dicapai siswa,


b) menginformasikan tahap-tahap kegiatan yang harus dilalui siswa
dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut,
c) mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan materi yang akan
dipelajari, d) mengingatkan siswa terhadap pokok-pokok atau
substansi materi yang akan dipelajari.
4. Membuat kaitan
Kompetensi adalah kemampuan dalam pengetahuan, sikap/nilai,
keterampilan dan kebiasaan yang direfleksikan dalam kegiatan berpikir
dan bertindak. Oleh karena membuat kaitan pada saat memulai
pembelajaran tidak hanya mengaitkan antara tujuan atau materi yang
akan dipelajarinya dengan materi-materi sebelumnya yang telah dikuasai
siswa. Akan tetapi keterkaitan dengan tugas-tugas atau permasalahan
nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian materi yang akan
dipelajari siswa memiliki nilai fungsional, yaitu bermanfaat dan terkait
dengan kehidupan yang dihadapi.
Dari dua substansi pokok yang ingin dicapai dari kegiatan membuka
pembelajaran, yaitu menciptakan pra-pembelajaran untuk mempersiapkan
kondisi siap mental serta memusatkan perhatian dan membangkitkan
motivasi, Wina Sanjaya mengemukakan beberapa strategi yang dapat
dilakukan oleh guru, yaitu:

a) Menarik perhatian siswa dilakukan dengan cara:


1) meyakinkan siswa bahwa bahwa materi atau pengalaman belajar yang
akan dilakukan berguna untuk dirinya,

22
2) melakukan hal-hal yang dianggap baru, misalnya dengan
menggunakan alat bantu dan media pembelajaran,
3) melakukan interaksi yang menyenangkan.
b) Menumbuhkan motivasi belajar, dapat dilakukan dengan cara:
1) membangun suasana akrab sehingga siswa merasa dekat,
2) menimbulkan rasa ingin tahu, sehingga siswa terdorong untuk belajar,
3) mengaitkan materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan
dengan kebutuhan siswa.
c) Memberikan acuan atau rambu-rambu, dapat dilakukan dengan cara:
1) mengemukakan tujuan yang ingin dicapai berikut tugas-tugas yang
harus dikerjakan siswa,
2) menjelaskan langkah-langkah atau tahapan pembelajaran sehingga
siswa memahami apa yang harus dikerjakan,
3) menjelaskan target atau kemampuan yang harus dimiliki.

d) Prinsip penerapan setiap unsur dalam kegiatan membuka pembelajaran

1. Kebermaknaan
Setiap kegiatan membuka pembelajaran seperti menarik perhatian,
membangkitkan motivasi, memberi acuan, membuat kaitan, gaya
mengajar, penggunaan multi metoda dan media pembelajaran,
semuanya harus memenuhi unsur kebermaknaan. Bermakna artinya
setiap unsur yang digunakan sesuai dengan upaya pencapaian tujuan
atau kompetensi pembelajaran, sifat materi, memperhatikan karakteristik
siswa, maupun situasi dan kondisi pada saat berlangsungnya proses
pembelajaran.
2. Logis dan Berkesinambungan
Penerapan setiap unsur kegiatan membuka pembelajaran harus
direncanakan. Dengan perencanaan yang matang, maka penggunaan
unsur-unsur membuka pembelajaran tidak terkesan seperti dibuat-buat
atau dipaksakan. Melalui perencanaan yang matang, penerapan unsur-
unsur membuka pembelajaran akan berjalan secara logis dan sistematis,
sehingga akan mampu mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti
pembelajaran
23
e). Keterampilan Menutup Pelajaran (closure induction)
Secara prosedural setelah kegiatan membuka pembelajaran, kemudian
dilanjutkan dengan kegiatan inti, dan akhirnya kegiatan menutup
pembelajaran atau disebut dengan istilah “penutupan” (closure). Penutupan
pembelajaran adalah upaya mengakhiri dari seluruh aktivitas yang telah
dilakukan dalam setiap unit pembelajaran. Penutupan pembelajaran berarti
sebagai tanda telah berkahirnya proses pembelajaran, dan dari penutupan
pembelajaran ini sekaligus akan diketahui gambaran hasil yang dicapai dari
proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Menutup pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh
guru untuk ”mengakhiri pembelajaran dengan maksud untuk memberikan
gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa” (Wina
Sanjaya.2006).
Sebagai contoh:
Guru :“nah anak-anak…waktu kita sudah hampir habis, sebelum ibu
menutup pelajaran kita hari ini, siapa yang bisa menyimpulkan
materi yang sudah kita bahas hari ini…??, (sambal
menyebarkan pandangan ke seisi kelas)…
Siswa :”Saya bu….!! (salah satu siswa mengangkat tangannya)
kesimpulan materi kita hari ini adalah….(menyampaikan
simpulan materi yang sudah difahaminya)
Guru : “Bagus sekali sayang….yang kamu sampaikan sangat tepat,
terimakasih….(lalu guru menyampaikan kembali isi kesimpulan
materi dan pentingnya materi tersebut dipelajari dengan baik
oleh siswa),…. Nah, berdasarkan hasil tes kita tadi sebelum
mengakhiri pelajaran, ternyata semuanya bisa menjawab soal
yang sudah ibu berikan….sebagai kelanjutannya, silahkan
pelajari materi kita berikutnya dirumah untuk kita bahas minggu
depan ya…Demikian pertemuan kita hari ini, inshaa allah
bertemu lagi minggu depan, jangan lupa baca bukunya di rumah
ya…assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh….!!!”
Siswa :Siap bu….wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh…!!!

24
Ada dua unsur pentingan dari pengertian menutup pembelajaran yang telah
dikemukakan di atas, yaitu:
a. Kegiatan mengakhir pembelajaran; yaitu merupakan suatu kegiatan
yang menandakan telah selesainya kegiatan pembelajaran dari satu
unit pembelajaran tertentu atau program tertentu.
b. Memberikan gambaran tentang hasil yang dicapai; terkait dengan
pernyataan poin (a), bahwa dari kegiatan mengakhiri pembelajaran
harus mendapatkan informasi tentang hasil yang telah diperoleh dari
proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Dari dua penjabaran di atas, bahwa kegiatan menutup pembelajaran
merupakan suatu ”proses”, yaitu aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk
mengakhiri pembelajaran dan dari kegiatan mengakhirinya itu pihak yang
berkepentingan terutama guru dan siswa dapat memperoleh gambaran
tentang hasil yang dicapai. Dengan demikian ada proses yang harus
dilakukan, misalnya apakah dengan memberkan tugas yang dapat
memberikan gambaran kemampuan siswa dari hasil yang dicapainya,
memberikan tes (lisan, tulisan maupun perbutan/tindakan), mengadakan
refleksi dan lain sebagainya yang sesuai dengan maksud dari kegiatan
menutup pembelajaran.
Dengan didasarkan pada beberapa pengertian kegiatan menutup
pembelajaran seperti telah diungkapkan di atas, terutama mengandung
maksud untuk mendapatkan gambaran hasil yang dicapai siswa, maka
secara teknis menutup pembelajaran tidak selalu harus setelah berakhirnya
satu unit pembelajaran. Akan tetapi bisa dilakukan penutupan
pembelajaran pada setiap penggalan materi atau indikator pembelajaran.
Mengakhiri dalam kondisi seperti ini bisa juga sebagai tanda ”jeda” dari satu
indikator sebelum memasuki pembelajaran pada indikator / materi
berikutnya.
Dari gambaran tersebut, maka kegiatan mengakhiri (menutup) pembelajaran
bisa dilakukan seperti halnya pada kegiatan membuka pembelajaran di
atas. Misalnya jika dalam satu kegiatan pembelajaran ada tiga indikator/
tujuan pembelajaran, maka setelah dianggap cukup dikuasai satu indikator
kemudian ditutup, dilanjutkan lagi dengan kegiatan pembelajaran untuk
indikator ke dua, lalu ditutup, dan dibuka lagi untuk pembelajaran indikator
25
ketiga, dan setelah dianggap selesai dikuasi semuanya, baru ditutup untuk
seluruh kegiatan pembelajaran dari satu unit pembelajaran tersebut.
f. Tujuan dan Manfaat Menutup Pembelajaran

Kegiatan menutup pembelajaran tidak cukup hanya melalui kegiatan yang


bersifat administrasi seperti menyampaikan pengumuman, memberikan
tugas, lalu berdo’a dan salam. Menutup pembelajaran harus diarahkan
pada sasaran atau tujuan yang jelas dan memiliki makna yang lebih lebih
luas. Kegiatan menutup pembelajaran sebagai upaya mengakhiri
pembelajaran, harus diorientasikan pada upaya guru untuk memberikan
gambaran yang menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa. Dari
kegiatan menutup pembelajaran idealnya dapat diketahui tingkat
pencapaian siswa sekaligus gambaran tingkat pencapaian guru dari
pembelajaran yang telah dilakukan.

Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk tercapainya sasaran dari


kegiatan menutup pembelajaran tersebut antara lain:

1. merangkum kembali atau menugaskan siswa membuat ringkasan,


2. mengadakan evaluasi terhadap hasil belajar siswa,

Dari penjelasan singkat pengertian menutup pembelajaran seperti diuraikan


di atas, kemudin dari gambaran contoh kegiatan yang dapat dilakukan
dalam menutup pembelajaran tersebut, maka kegiatan menutup
pembelajaran antara lain bertujuan:

1. Untuk memberikan pemahaman yang utuh terhadap materi pokok atau


kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
2. Memantapkan pemahaman siswa terhadap materi pokok atau kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
3. Untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil pembelajaran yang telah
diperoleh siswa, sekaligus berfungsi sebagai umpan balik bagi guru.
4. Untuk memberikan tindak lanjut yang diperlukan sesuai dengan proses
dan hasil pembelajaran yang telah dicapai siswa.

26
g. Komponen/Unsur Menutup Pembelajaran

Sesuai dengan pengertian dan tujuan dari kegiatan menutup pembelajaran,


maka kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam menutup
pembelajaran antara lain dengan cara:

1. Meninjau Kembali (meriviu)


Meninjau kembali (reviu) pada dasarnya adalah upaya untuk melakukan
kilas balik terhadap penguasaan siswa dari pokok-pokok materi yang
telah dipelajari. Hal ini penting karena selama pembelajaran
berlangsung, guru dan siswa melakukan berbagai aktivitas pembelajaran
secara meluas, bahkan untuk memperjelas pemahaman siswa kadang-
kadang disertai oleh ilustrasi dan contoh, yang boleh jadi kalau ilustrasi
dan contoh yang digunakan itu tidak sesuai dengan tujuan dan materi
yang dibahas, maka bukan akan meningkatkan pemahaman siswa,
melainkan sebaliknya dapat membingungkan siswa. Oleh karena itu
disinilah letak pentingnya kegiatan menutup pembelajaran dengan
peninjauan kembali, diharapkandapat lebih mempertegas pemahaman
siswa terhadap konteks atau substansi materi yang dipelajarinya.
Kegiatan meninjau kembali dapat dilakukan dengan cara membuat
ringkasan, menyimpulkan intisari dari yang dibahas, meminta siswa
untuk menyampaikan pokok-pokok pikiran terkait dengan materi yang
dipelajarinya, atau kegiatan lain yang sejenis. Dengan meninjau kembali
diharapkan siswa memiliki pemahaman yang utuh terhadap materi
pembelajaran yang telah dipelajarinya.
2. Menilai (evaluasi)
Kegiatan menutup pembelajaran dapat dilakukan dengan melakukan
evaluasi atau penilaian untuk mengetahui sejauhmana siswa menguasi
materi yang telah dipelajarinya. Bentuk dan jenis evaluasi dapat
dilakukan secara bervariasi disesuaikan dengan tujuan pembelajaran,
karakteristik materi, karakteristik siswa, dan tujuan dari evaluasi itu
sendiri. Evaluasi untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi
yang telah dipelajarinya, antara lain bisa dilakukan dengan cara tanya
jawab singkat seputar materi yang telah dipelajari. Menyuruh
mendemonstrasikan keterampilan tertentu sesuai dengan materi yang

27
dipelajari, mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya kedalam
bentuk-bentuk lain (transformasi), mengemukakan ide-ide pokok dari
materi yang dipelajari, atau mengerjakan tes tertulis yang harus
dikerjakan oleh siswa.
3. Mengorganisasikan kegiatan
Mengorganisasikan kegiatan yang telah dilakukan untuk membentuk
pemahaman baru tentang materi yang telah dipelajarinya
4. Menyimpulkan
Kesimpulan adalah merumuskan pokok-pokok pikiran atau ide-ide yang
mendasar sebagai kristalisasi terhadap sesuatu yang dibahas. Biasanya
sesuatu yang disimpulkan merupakan sesuatu yang benar atau sebagai
kebenaran sementara sebelum ditemukan kebenaran lain. Dengan
membuat kesimpulan diharapkan para siswa memiliki pemahaman yang
utuh terhadap hasil pembelajaran yang telah dilakukannya. Membuat
kesimpulan sebagai salah satu bentuk kegiatan mengakhiri
pembelajaran alternatifnya:
a. dibuat oleh guru,
b. dibuat oleh siswa,
c. dirumuskan bersama oleh siswa dengan bimgingan dari guru.
5. Mengadakan konsolidasi
Mengonsolidasikan perhatian siswa terhadap hal-hal yang pokok agar
informasi yang telah diterima dapat membangkitkan minat untuk
mempelajari lebih lanjut. Dalam setiap materi pembelajaran yang
dipelajari siswa terdapat materi yang bersifat prinsip atau pokok materi
yang menjadi kuncinya. Melalui kegiatan konsolidasi tersebut diharapkan
siswa dapat menemukan unsur-unsur yang menjadi prinsip atau pokok-
pokok penting materi, sebagai bekal untuk mempelajari bahan atau
meteri yang lainnya.
6. Tindak Lanjut
Kegiatan tindak lanjut yaitu upaya menindaklanjuti terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan. Tujuan dari kegiatan tindak lanjut
antara lain untuk lebih memantapkan pemahaman siswa baik berkenaan
dengan konsep-konsep yang dipelajari maupun dalam rangka
mengaplikasikan pemahaman konsep terhadap pemecahan-pemecahan
28
masalah praktis. Jenis kegiatan tindak lanjut bisa dalam bentuk tugas
pekerjaan rumah (PR), mengerjakan tugas-tugas tertentu (proyek),
melakukan observasi atau pengamatan, wawancara sederhana atau
kegiatan lain yang sejenis. Melalui tindak lanjut diharapkan proses
pembelajaran tidak hanya dibatasi dalam ruang kelas, akan tetapi dapat
memanfaatkan lingkungan dan sumber pembelajaran yang lebih luas di
luar kelas.
h. Prinsip kegiatan menutup pembelajaran

Jenis-jenis atau unsur kegiatan yang dilakukan dalam menutup


pembelajaran seperti dibahas di atas, semuanya bersifat pilihan atau
alternatif. Diharapkan guru dapat mengemabngkan jenis-jenis kegiatan lain
yang dapat dilakukan sebagai alternatif dalam menutup pembelajaran.
Prinsipnya jenis kegiatan apapun yang dipilih untuk diterapkan dalam
kegiatan menutup pembelajaran, harus diorientasikan pada tujuan dari
menutup pembelajaran itu sendiri, yakni mengantarkan siswa dapat
memahami secara utuh tentang materi yang dipelajari serta dapat
mengetahui tingkat capaian hasil belajarnya. Penerapan setiap unsur
dalam menutup pembelajaran yang didasarkan pada prinsip atau aturan
jelas, diharapkan dapat menjadi faktor kekuatan terhadap seluruh aktivitas
pembelajaran. Oleh karena itu kegiatan menutup pembelajaran tidak
dianggap hanya sebagai aktivitas rutin tanpa tujuan yang jelas. Akan tetapi
sebaliknya menutup pembelajaran harus dilakukan secara terencana dan
logis, sehingga dapat membantu siswa untuk memahami dengan jelas,
analitis dan komprehensif terhadap hal-hal yang telah dipelajarinya.
Mengingat pentingnya kegiatan menutup pembelajaran sebagai bagin
integral dari proses pembelajaran, maka dalam memilih dan menerapkan
setiap jenis kegiatan untuk menutup pemebelajaran harus memperhatikan
prinsip antara lain:

1. Kebermaknaan; yaitu jenis-jenis kegiatan yang digunakan harus


memiliki nilai atau makna terutama bagi siswa yaitu sebagai upaya yang
dapat membantu siswa memiliki pemahaman yang lebih baik,
2. berkesinambungan; yaitu pemilihan yang tepat terhadap setiap jenis
kegiatan yang digunakan untuk menutup pembelajaran harus terus

29
menerus dilakukan, sehingga pembelajaran selamanya selalu
terkontrol dan selalu dapat memperoleh hasil secara efektif dan efisien.
Latihan Mandiri
Untuk memperdalam pemahaman Anda terhadap materi yang yelah dipelajari dalam
kegiatan belajar di atas, selanjutnya silahkan kerjakan latihan berikut ini:
1. Menurut saudara mengapa seorang guru harus menggunakan multi metode
dan media pembelajaran pada saat membuka pelajaran…??
2. Mengapa seorang guru harus menunjukkan sikap semangat, bergairah dan
menyenangkan pada saat membuka pelajaran…??. Bagaimana akibat yang
ditimbulkan jika seorang guru tidak mampu menunjukkan sikap tersebut
dihadapan siswanya…??. Jelaskan pendapat saudara
3. Mengapa setiap kali menutup pelajaran seorang guru harus memenuhi prinsip
kebermaknaan…??
4. Uraikan apa saja kegiatan yang harus dipenuhi oleh seorang guru pada saat
menutup pelajaran…??.
5. Jika pada hasil penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh guru disetiap akhir
pembelajaran ditemukan 40% siswa belum mencapai ketuntasan apakah yang
seharusnya dilakukan oleh guru tersebut pada siswanya…??.

Latihan Kelompok

1. Buat kelompok belajar untuk melatih keterampilan dasar mengajar dengan


jumlah anggota antara 4 s.d 5 orang.
2. Setiap anggota secara bergiliran mensimulasikan dan mendemonstrasikan
keterampilan ”membuka dan menutup pelajaran.
3. Pada saat salah seorang teman Anda tampil mensimulasikan dan
mendemonstrasikan keterampilan dasar mengajar, sebagian (1 s.d 2 orang)
ada yang bertindak sebagai observer untuk mengamati peserta yang sedang
tampil.
4. Setelah selesai setiap peserta tampil (mensimulasikan dan
mendemosntrasikan) keterampilan dasar mengajar, kemudian dilanjutkan
dengan diskusi untuk membahas sejauhmana setiap peserta telah mengauasai
keterampilan yang dilatihkan sesuai dengan yang diharapkan.
5. Kemukakan secara terbuka dan bertanggung jawab kelebihan dan kekurangan
dari setiap peserta, kemudian bahas (diskusikan) bagaimana solusi atau

30
rekomendasi (saran) untuk memperbaiki terhadap kekurangan yang masih ada,
sehingga akhirnya dapat memperoleh kemampuan yang optimal dan
profesional

31
2. Keterampilan Menjelaskan (explaining Skill)
Tujuan Pembelajaran:

Setelah mempelajari, mendiskusikan dan mensimulasikan keterampilan dasar


mengajar membuka dan menutup pelajaran diatas, saudara diharapkan
memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Menganalisis hakikat keterampilan menjelaskan sebagai salah satu unsur


dari keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh guru

2. Mengidentifikasi unsur-unsur penting dalam keterampilan menjelaskan yang


harus dikuasai guru

3. Membangun strategi melaksanakan keterampilan menjelaskan yang sesuai


dengan kondisi peserta didik serta lingkungan sosial, emosional dan intektual
peserta didik dalam kelas.

Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung kadang-kadang secara spontan


ada siswa mengacungkan tangan dan berkata “Pak atau Bu Guru, maap saya
belum mengerti tentang apa yang dijelaskan oleh Bapa/Ibu tadi, maaf pak/ bu
dapat menjelaskan lagi kepada kami”. Dari ilustrasi tersebut kita dapat
menyimpulkan bahwa materi yang dijelaskan belum sepenuhnya dipahami atau
dimengerti oleh siswa. Kalaupun sudah menerima penjelasan, mungkin masih
samar-samar diterima oleh siswa, sehingga menuntut guru untuk mengulangi
menjelaskannya. Dengan demikian secara sederhana dapat dikatakan bahwa
keterampilan menjelaskan adalah upaya untuk memperjelas atau membuat
sesuatu menjadi lebih jelas. Secara etimologis kata “menjelaskan” bermakna
membuat sesuatu menjadi jelas. Menurut Raflis Kosasi (1985) menjelaskan
berarti mengorganisasikan isi pelajaran dalam urutan yang terencana sehingga
dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Lebih lanjut ia mengatakan
penjelasan adalah penyajian informasi lisan yang diorganisasikan secara
sistematik yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan, sebab akibat, atau
antara yang diketahui dengan yang belum diketahui. Melalui pemaparan
pengertian “menjelaskan” baik dilihat dari segi etimologis maupun secara istilah
yang dikemukakan di atas, kita dapat menangkap inti pesan dari menjelaskan
yaitu “membuat sesuatu menjadi jelas” dengan cara:

32
a) Mengorganisasikan isi pelajaran; faktor kesulitan komunikasi pembelajaran
antara lain ditimbulkan dari isi atau bahan pembelajaran itu sendiri. Dengan
demikian untuk memudahkan siswa memahami dengan jelas materi atau
bahan yang akan disampaikan terlebih dahulu harus diorganisasikan oleh
guru, baik dari sisi ruang lingkup dan urutannya, dari yang sederhana
menuju yang komplek, dari yang mudah menuju yang sulit, dan lain
sebagainya.
b) Menunjukkan hubungan; kesulitan untuk memahami materi pembelajaran
karena kadang-kadang sisiwa dipaksa harus hapal konsep yang diberikan,
tanpa memahami apa hubungan konsep dengan konsep lain maupun
dengan kehidupan yang nyata. Oleh karena itu untuk membantu kejelasan
bagi siswa, mengadakan kaitan antara konsep/teori yang dipelajari dengan
realitas akan sangat membantu.
c) Sebab-akibat; kehidupan tidak selalu berjalan lurus (linear), ada saatnya
sesuatu yang seharusnya didapatkan, kenyataan ternyata tidak diperoleh.
Jika ditilik lebih teliti, ternyata tidak terlepas dari adanya sebab-akibat.
Kegagalan terhadap sesuatu yang direncanakan, pasti ada faktor yang
menjadi penyebab, apakah dari internal atau dari eksternal. Untuk
memahami lebih jelas alasdan-alasan ketidak berhasilan tersebut, maka
dengan menganalisis antara sebab dan akibat, akan memberikan
pencerahan dan segalanya menjadi lebih jelas.
d) Antara yang diketahui dengan yang belum diketahui; untuk memperoleh
kejelasan terhadap sesuatu yang dibahas, kadang-kadang perlu
membandingkan, atau menginformasikan apa yang sudah diketahui
dengan apa yang belum diketahui. Melalui pemisahan dengan tegas antara
yang sudah diketahui dengan yang belum, akan memberikan kemudahan
untuk mengidentifikasi terhadap sesuatu yang masih dianggap kurang
jelas, sehingga akan berubah menjadi jelas.
Dalam proses pembelajaran untuk mengetahui apakah materi yang dijelaskan telah
dipahami oleh siswa, atau membuat “menjadi jelas” bagi siswa. Ukurannya tidak
cukup hanya dengan kemampuan siswa mengungkapkan kembali secara lisan
konsep-konsep atau teori saja yang sudah dikuasainya. Perlu indikator lain di
antaranya sejauhmana siswa itu mampu menghubungkan antara teori yang
baru diketahui dengan yang sudah diketahui, memecahkan masalah dengan
33
mengkaji sebab-akibat, menghubungkan antara teori dan praktek, atau dalil-
dalil dengan contoh pemecahannya.

a. Tujuan keterampilan Menjelaskan


Salah satu indikator pembelajaran yang berkualitas yaitu adanya kemampuan
untuk melakukan “transfer”. Adapun yang dimaksud dengan transfer dalam
belajar, yaitu apabila siswa mampu menerapkan konsep-konsep yang telah
dikuasainya kedalam bentuk kegiatan lain yang terkait pada situasi lain atau
dalam kehidupan yang dihadapi sehari-hari. Untuk memungkinkan siswa
memiliki kemampuan “transfer” terlebih dahulu siswa harus memiliki
pemahaman yang jelas, utuh, dan nalar yang kuat terhadap sesuatu yang
dipelajarinya. Sehubungan dengan hal tersebut maka keterampilan menjadi
sangat penting dan memiliki peran yang strategis, yaitu sebagai upaya:
1) Untuk membimbing siswa memahami dengan jelas terhadap sesuatu yang
dipelajari
2) Untuk membimbing siswa memahami konsep, hukum, dalil dan
unsurunsur yang terkait dengan sesuatu yang dijelaskan secara objektif
dan bernalar
3) Untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa dalam memecahkan
masalah melalui penerapan cara berpikir secara kritis, analitis, logis dan
sistematis
4) Untuk membantu memenuhi rasa ingin tahu siswa (quriousity) terhadap
sesuatu permasalahan yang dipelajari/dihadapi.
5) Untuk mendapatkan balikan dari siswa tentang pemahamannya terhadap
sesuatu yang dijelaskan.

b. Manfaat Keterampilan Menjelaskan

Dengan keterampilan menjelaskan yang dikuasai oleh guru, maka proses akan
berjalan dengan efektif dan efisien. Hambatan-hambatan yang mungkin akan
muncul mempengaruhi terhadap kelancaran proses pembelajaran akan
dapat diminimalisir, dan dengan demikian akan sangat bermanfaat, terutama
dalam:

34
1) Meningkatkan efektivitas penjelasan atau pembicaraan yang dilakukan,
sehingga guru dapat memilih bentuk dan jenis penjelasan yang dapat
memperjelas permasalahan dan memiliki makna bagi pembelajaran
2) Memproyeksikan tingkat pemahaman yang telah dimiliki siswa melalui
penjelasan yang telah dilakukan
3) Memfasilitasi siswa memanfaatkan sumber pembelajaran secara luas
dan bervariasi
4) Memecahkan kekurangan sumber pembelajaran yang dimiliki siswa Ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat, akibatnya
informasi yang dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran secara
kuantitas semakin banyak, demikian pula dari segi kualitas semakin
menunjukkan kearah yang serba komplek dan rumit.
Dalam kondisi seperti itu, kemampuan untuk membuat sesuatu menjadi
sederhana, dan memudahkan bagi siswa sangat dibutuhkan dengan
beberapa alasan berikut:
1) Tidak semua siswa dapat menggali sendiri pengetahuan dari buku atau
sumber lainnya. Untuk menanggulangi hal tersebut guru harus membantu
mereka dengan menjelaskan hal-hal yang diperlukan.
2) Penjelasan yang diberikan oleh guru kadang-kadang “tidak jelas” bagi
siswa, tetapi hanya jelas bagi guru sendiri. Dalam hal ini kemampuan
mengenal tingkat pemahaman siswa amat penting dalam menyajikan
suatu penjelasan.
3) Kebiasaan yang masih mendominasi dalam pembelajaran yaitu
memberikan informasi (penjelasan) lisan atau menjelaskan. Dengan
demikian keterampilan menjelaska sangat penting dan secara terus
menerus harus dibina dan ditingkatkan
4) Kurangnya sumber yang tersedia yang dapat dimanfaatkan siswa dalam
proses belajar, mendorong guru terampil memberikan informasi lisan
memberikan penjelasan kepada siswa.
c. Komponen Keterampilan Menjelaskan
Dalam komunikasi pembelajaran ada tiga komponen utama yang harus
dipertimbangkan dalam merencanakan keterampilan menjelaskan:
a) pesan atau materi yang akan dijelaskan
Merencanakan pesan (materi) yang akan dijelaskan, terutama harus memenuhi
35
unsur: a) Validitas isi, yaitu materi yang dijelaskan sudah teruji
kebenarannya, b) Kelayakan isi, terutama dilihat dari tingkat kesulitan dan
kemudahan isi/materi yang akan disampaikan (dijelaskan), c) Menganalisis
masalah yang terdapat dalam materi yang akan dijelaskan, termasuk unsur-
unsur yang terdapat di dalamnya, d) Menetapkan jenis hubungan antara
unsur-unsur yang berkaitan, seperti perbedaan, pertentangan, atau saling
menunjang, e) Menelaah hukum, rumus, dalil, prinsip atau generalisasi yang
mungkin dapat digunakan untuk memperjelas bahan atau materi, serta
kemungkinan penerapan dalil tersebut dalam situasi yang berbeda, f)
Menarik perhatian siswa, bahwa materi diusahakan menarik sehingga dapat
menumbuhkan perhatian dan motivasi belajar siswa
b) saluran/alat atau media yang digunakan untuk menjelaskan,
Merencanakan saluran, alat/media yang akan digunakan untuk menjelaskan.
Jika dalam menjelaskan lebih memfokuskan pada penjelasan melalui lisan
(verbal), maka hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:kejelasan,
semantik, dan artikulasi.
c) karakteristik siswa sebagai penerima penjelasan.
Menganalisis karakteristik siswa sebagai sasaran penerima pesan yang
dijelaskan. Penjesan akan efektif diterima oleh siswa sebagai penerima
pesan apabila penyajian yang dilakukan memenuhi atau sesuai dengan
karakteristik siswa. Pada umumnya siswa sebagai penerima pesan dapat
digolongkan kedalam beberap tipe sebagai berikut: a) tipe visual, dengan
unsur yang dominan adalah penglihatan, b) tipe auditif, yaitu unsur yang
paling dominannya pendengarannya, c).tipe Audio Visual, yaitu merupakan
gabungan antara penglihatan dan pendengaran, dan d) tipe kinestetik, yaitu
siswa yang memiliki kelebihan dalam segi aktivitas gerak fisik (keterampilan).

d. Unsur-Unsur Penting dalam Keterampilan Menjelaskan


Adapun unsur-unsur yang memperjelas penyampaian materi antara lain:
1) kepasihan berbicara,
2) penggunaan bahasa yang baik dan benar,
3) susunan kalimat yang jelas
4) penggunaan istilah yang sesuai dengan perbendaharaan bahasa yang
dimiliki siswa.
36
5) Menghindari pengulangan kata atau suku kata yang tidak perlu seperti:
..” oh ya .... eh .., apa namanya .... apa itu, ee .... eee, dan lain sebagainya.
6) Menghindari pembicaraan yang tersendat-sendat,
7) Menghindari penggunaan istilah asing yang membingungkan siswa,

Oleh karena itu beberapa kriteria yang yang menjadi penentu ketarampilan
menjelaskan terutama adalah:

a. kejelasan,
b. contoh dan ilustrasi,
c. pemberian penekanan,
d. pemberian balikan

Selama proses pembelajaran berlangsung, guru harus memonitor apakah


penjelasan yang dilakukan dapat dipahami oleh siswa. Pemahaman bukan
hanya dibatasi pada segi kemampuan pengetahuan, akan tetapi kemampuan
merefleksikan dalam kebiasaan berpikir, bersikap dan bertindak. Dengan
menyampaikan pertanyaan kepada siswa, siswa diberi kesempatan untuk
mengungkapkan kembali pokok-pokok materi, memperhatikan ekspresi
siswa, melakukan unjuk kerja, maupun bentuk-bentuk kegiatan lain yang
sejenis, dapat dijadikan alternatif untuk mengecek tingkat pemahaman siswa.

e. Prinsip Keterampilan Menjelaskan

Keterampilan memberikan penjelasan harus dilatih dan ditingkatkan secara


terus menerus, tujuannya agar siswa memperoleh pemahaman yang jelas
terhadap materi yang dijelaskan. Untuk mencapai sasaran dimaksud, maka
dalam memberikan penjelasan harus memperhatikan beberapa prinsip
sebagai berikut:

a) keterkaitan dengan tujuan/kompetensi,

b) relevan antara penjelasan dengan materi dan karakteristik siswa,

c) kebermaknaan,

d) dinamis.

37
Latihan Mandiri
Untuk memperdalam pemahaman Anda terhadap materi yang yelah dipelajari dalam
kegiatan belajar di atas, selanjutnya silahkan kerjakan latihan berikut ini:
1. Menurut saudara mengapa seorang guru harus merencanakan terlebih dahulu
proses menjelaskan materi sebelum melakukan pertemuan dengan peserta
didiknya…??
2. Bagaimana akibat yang ditimbulkan jika seorang guru tidak mampu
menjelaskan materi yang harus disampaikannya dihadapan siswanya…??.
3. Mengapa setiap kali guru menjelaskan materi pelajaran harus menyesuaikan
proses penjelasan materinya terhadap kemampuan/kondisi peserta
didiknya..??
4. Uraikan apa saja yang harus dihindari oleh seorang guru pada saat
menjelaskan materi pelajaran dihadapan peserta didiknya…??.
5. Jika pada hasil penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh guru disetiap akhir
pembelajaran ditemukan 40% siswa belum mencapai ketuntasan apakah yang
seharusnya dilakukan oleh guru tersebut pada siswanya…??.

Latihan Kelompok

1. Buat kelompok belajar untuk melatih keterampilan dasar mengajar dengan


jumlah anggota antara 4 s.d 5 orang.
2. Setiap anggota secara bergiliran mensimulasikan dan mendemonstrasikan
keterampilan ”membuka dan menutup pelajaran.
3. Pada saat salah seorang teman Anda tampil mensimulasikan dan
mendemonstrasikan keterampilan dasar mengajar, sebagian (1 s.d 2 orang)
ada yang bertindak sebagai observer untuk mengamati peserta yang sedang
tampil.
4. Setelah selesai setiap peserta tampil (mensimulasikan dan
mendemosntrasikan) keterampilan dasar mengajar, kemudian dilanjutkan
dengan diskusi untuk membahas sejauhmana setiap peserta telah mengauasai
keterampilan yang dilatihkan sesuai dengan yang diharapkan.
5. Kemukakan secara terbuka dan bertanggung jawab kelebihan dan kekurangan
dari setiap peserta, kemudian bahas (diskusikan) bagaimana solusi atau
rekomendasi (saran) untuk memperbaiki terhadap kekurangan yang masih ada,

38
sehingga akhirnya dapat memperoleh kemampuan yang optimal dan
profesional

39
3. Keterampilan Mengadakan Variasi (Variation Stimulus)
Selain dua jenis keterampilan dasar mengajar yang telah dibahas dalam bahan
belajar mandiri sebelumnya, masih terdapat jenis-jenis keterampilan dasar
mengajar lain yang harus dikuasai oleh para calon maupun para guru yaitu;
Keterampilan variasi, keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya
lanjut. Setelah mempelajari, mendiskusikan dan berlatih ketiga jenis
keterampilan dasar mengajar tersebut, Anda diharapkan memiliki kemampuan
sebagai berikut:

1) Dapat menjelaskan hakikat variasi stimulus dan terampil menerapkan


variasi stimulus yang merupakan bagian dari keterampilan dasar mengajar
2) Dapat mengidentifikasi jenis-jenis keterampilan mengadakan variasi yang
harus dikuasai guru
3) Dapat membangun strategi melaksanakan keterampilan mengadakan
variasi yang sesuai dengan prinsip pengembangan keterampilan variasi
4) Dapat menerapkan keterampilan variasi berdasarkan kondisi peserta didik
serta lingkungan sosial, emosional dan intektual peserta didik dalam kelas

a. Pengertian Keterampilan variasi (variation stimulus)

Selama proses pembelajaran berlangsung, berbagai perasaan bisa terjadi


pada setiap siswa, misalnya senang dan susah, bosan atau jenuh, malas,
tidak punya perhatian, dan lain sebagainya. Apabila keadaan seperti itu
terjadi, guru harus segera mencari strategi untuk mengatasinya, agar siswa
menjadi semangat, bergairah dan penuh motivasi, sehingga pembelajaran
akan berjalan secara efektif dan efisien. Perasaan bosan, malas, tidak punya
perhatian dan yang sejenis, merupakan masalah yang sering terjadi dan
dialami oleh para siswa. Penyebabnya bisa bermacam-macam misalnya,
apabila seseorang selalu melihat, mendengar, merasakan atau mengalami
peristiwa yang sama secara berulang-ulang (terus menerus/rutin), maka
biasanya lama kelamaan perasaan bosan akan muncul, begitu juga
perhatian semakin berkurang. Bila seseorang terus menerus mendengarkan
jenis lagu yang sama secara berulang-ulang, atau seseorang melihat objek
tertentu yang sama atau memiliki kesamaan secara terus menerus, tanpa
ada unsur-unsur yang baru yang bisa didengar atau dilihat, maka perhatian

40
dan perasaan bosan akan menghinggapi. Munculnya perasaan bosan dan
hilangnya perhatian dalam pembelajaran bisa terjadi bila siswa duduk
dengan tenang mendengar dan melihat guru mengajar dengan cara
berceramah selama berjam-jam. Sambil terkantuk-kantuk dan perasaan
jenuh siswa memaksakan diri untuk mendengar dan melihat walaupun belum
tahu hasil pembelajaran yang dicapainya seperti apa. Jika kondisi seperti itu
terus terjadi dalam setiap proses pembelajaran, maka dapat disimpulkan
bahwa proses pembelajaran tidak akan berjalan secara efektif, demikian pula
hasil pembelajaran yang diperoleh tidak akan efektif dan efisien. Oleh karena
itu dalam pembelajaran siswa menginginkan adanya unsur-unsur yang
bersifat baru dan berbeda dari kondisi sebelumnya, baik dalam gaya
mengajar, metode dan media yang digunakan, sumber belajar, komunikasi
pembelajaran dan lain sebagainya (stimulus yang bervariasi). Dalam proses
pembelajaran upaya memunculkan strategi yang berbedabeda disebut
keterampilan “variasi stimulus atau stimulus yang bervariasi”. Melalui proses
pembelajaran yang dikembangkan secara bervariasi, akan lebih
meningkatkan apresiasi siswa untuk belajar secara lebih aktif, kreatif dan
menyenangkan sehingga akan berdampak positif terhadap peningkatan
kualitas proses dan hasil pembelajaran.

Dari penjelasan dan contoh yang telah dikemukakan di atas, secara


sederhana dapat dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan keterampilan
mengadakan variasi adalah ”upaya guru untuk memberikan stimulus
pembelajaran secara beragam (variasi), sehingga memungkinkan siswa
dapat merespon melalui alat indera dan cara yang berbeda (bervariasi) untuk
mendapatkan pengalaman belajar secara lebih luas dan mendalam”. Variasi
stimulus dalam pembelajaran dimaksudkan sebagai proses perubahan untuk
menghindari atau mengatasi dari kondisi pembelajaran yang membosankan,
yang akan menimbulkan pembelajaran tidak bergairah, sehingga tidak akan
terjadi proses pembelajaran yang berkualitas.

Adapun bentuk dan jenis variasi dalam pembelajaran secara umum dapat
diklasifikasikan kedalam tiga bentuk, yaitu;

1) variasi dalam gaya mengajar,


2) variasi dalam penggunaan alat dan media pengajaran,
41
3) variasi dalam pola interaksi pembelajaran.

b. Tujuan Keterampilan Mengadakan Variasi

Informasi atau pengetahuan setiap saat tak pernah berhenti dari


perkembangan, bahkan dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kadang-kadang apa yang dipelajari hari ini,
besok atau lusa sudah berubah lagi. Dari perkembangan yang terjadi, maka
otomatis secara kuantitas ilmu pengetahuan semakin bertambah, demikian
pula dari segi kualitas. Oleh karena itu jika sumber informasi yang dipelajari
siswa terbatas hanya pada satu jenis saja, maka pengalaman belajar siswa
akan semakin sempit dan miskin. Akibatnya siswa akan tertinggal oleh
perkembangan yang terjadi di sekitar kehidupannya. Untuk merespon
terhadap perkembangan tersebut, maka salah satu strategi yang paling tepat
untuk pembelajaran, yaitu melalui pemberian stimulus yang bervariasi,
misalnya yaitu dengan pemberian sumber pembelajaran yang beragam.
Keragaman (variasi) sumber belajar yang diberikan bukan hanya dari segi
jumlah atau banyaknya saja, akan tetapi harus ditingkatkan dari segi kualitas,
sehingga akan mendorong terciptanya pembelajaran yang berkualitas.
Menurut Wina Sanjaya (2006) bahwa “tujuan dan manfaat dari variasi
stimulus dalam pembelajaran adalah “untuk menjaga agar iklim
pembelajaran tetap menarik perhatian, tidak membosankan, sehingga siswa
menunjukkan sikap antusias dan ketekunan, penuh gairah, dan
berpartisipasi aktif dalam setiap langkah pembelajaran”.

Dari pernyataan tersebut ada beberapa poin penting yang menjadi tujuan
dan manfaat dari variasi stimulus, diantaranya yaitu:

1) Terciptanya proses pembelajaran yang menarik dan menyenagkan bagi


siswa; proses pembelajaran akan menarik dan menyenangkan sekaligus
juga menantang bagi siswa apabila dalam proses pembelajaran tersebut
terdapat beberapa aktivitas kegiatan yang dikondisikan oleh guru.
2) Mengihlangkan kejenuhan dan kebosanan sebagai akibat dari kegiatan
yang bersifat rutinitas; Dengan adanya rangsangan (stimulus) yang
beragam, maka siswa tidak dipaksa hanya memperhatikan terhadap satu
objek atau satu jenis kegiatan saja, tetapi secara dinamis siswa akan

42
mengalami proses kegiatan yang bervariasi, sehingga perasaan bosan
dan kejenuhan akan bisa diatasi.
3) Meningkatkan perhatian dan motivasi siswa; kemampuan siswa untuk
memerhatikan sesuatu objek akan terbatas, demikian pula motivasi yang
dimiliki siswa akan mengalami naik-turun. Oleh karena itu untuk menjaga
perhatian dan motivasi belajar siswa agar tetap tinggi, variasi stimulus
dapat menjadi solusi yang baik.
4) Mengembangkan sifat keingintahuan siswa terhadap hal-hal yang baru;
setiap siswa sudah dilengkapi dengan potensi yang sangat mendasar
sebagai modal untuk dikembangkan yaitu rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu
sebagai modal dasar ini, akan dapat tumbuh dan berkembang secara
maksimal jika siswa tersebut mengalami proses pembelajaran yang
bervariasi.
5) Menyesuaikan model pembelajaran dengan cara belajar siswa yang
berbeda-beda; secara umum tipe belajar siswa dapat digolongkan
kedalam beberapa tipe yaitu: 1) visual, 2) audio, 3) audio-visual, 4)
kinestetik. Dengan menerapkan strategi stimulus pembelajaran yang
bervariasi, maka keragaman tipe belajar siswa akan terakomodasi
sehingga kebutuhan dasar siswa dalam pembelajaran akan dapat
dilayani.
6) Meningkatkan kadar aktivitas belajar siswa; keaktipan belajar harus dilihat
dari segi yang luas, yaitu meliputi aktivitas fisik dan psikhis. Dengan
menyediakan sumber-sumber pembelajaran yang bervariasi, dan model
kegiatan pembelajaran yang bervariasi, maka aktivitas belajar siswa baik
secara fisik maupun psikhis akan terjaga.

c. Unsur-unsur Keterampilan Mengadakan Variasi

Setelah mempelajari pengertian variasi stimulus dan dilanjutkan dengan


tujuan dan mafaat variasi stimulus dalam pembelajaran, nampaknya Anda
akan sepakat, bahwa melalui penerapan kegiatan yang beragam, maka
proses pembelajaran akan menarik, menantang dan menyenangkan.
Masalahnya adalah bagaimana merancang dan mengembangkan proses
pembelajaran dengan menerapkan variasi stimulus tersebut. Pembahasan
berikut kita akan mengindentifikasi jenis-jenis atau model kegiatan variasi

43
stimulus tersebut. Pada garis besarnya variasi stimulus dalam pembelajaran
dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Variasi dalam gaya mengajar guru; Variasi ini dilakukan pada saat
berlangsungnya kegiatan tatap muka (face to face), antara guru dengan
siswa dan sumber belajar lainnya. Proses pembelajaran melalui tatap
muka akan menarik jika disertai dengan kegiatan yang bervariasi,
diantaranya:

a) Variasi suara (teacher voice); perhatian dan motivasi belajar siswa


akan dipengaruhi oleh suara guru ketika menjelaskan materi. Oleh
karena itu guru harus pandai mengatur suara; tinggi-rendahnya,
kejelasan maupun kecepatan;
b) Pemusatan perhatian (focusing), yaitu upaya guru untuk mengajak
atau mengkondisikan siswa untuk sesaat memusatkan (focusing)
pada bagian-bagian tertentu yang dianggap penting;
Contoh:
Guru : “ semuanya…perhatikan gambar yang ada di papan tulis
(sambal mengarahkan pandangan seisi kelas pada objek
gambar yang ditayangkan oleh guru di papan tulis)
c) Kebisuan guru (teacher silence); yaitu proses “diam sejenak” tidak
melakukan aktivitas apapun. Diam sejenak setelah terus menerus
guru berkomunikasi secara lisan menjelaskan materi pembelajaran,
termasuk pada pergantian strategi (variasi) dari berbicara ke diam
sesaat, pada saat itu siswa akan memiliki kesempatan untuk
beristirahat sesaat, atau mungkin melakukan refleksi walaupun
hanya sebentar, sebelum dilanjutkan pada stragei kegiatan
pembelajaran berikutnya.
d) Kontak pandang (eye contact); yaitu memusatkan penglihatan antara
guru dengan siswa. Selama pembelajaran berlangsung perhatian
harus terjaga, diantaranya melalui memusatkan penglihatan. Ketika
guru pada saat tertentu memusatkan penglihatan (eye contact)
dengan siswa, maka siswa akan merasa dirinya diperhatikan, dan
dengan demikian perhatian belajarnya akan dipelihara, sehingga

44
akan mengurangi kegiatan-kegiatan yang menyimpang dan
mengganggu terhadap proses pembelajaran ((in-disipliner)
e) Gerak guru (teacher movement); yaitu perpindahan dari satu cara
atau gaya ke cara atau gaya mengajar lainnya, termasuk dari satu
posisi ke posisi lainnya. Dapat dibayangkan jika guru selama proses
pembelajaran berlangsung (yang tidak berhalangan/mengalami
kesulitan), duduk terus di kursi guru, maka tidak ada variasi dari sisi
tempat. Oleh karena itu diperlukan perpindahan yang tepat, kapan
saatnya duduk, berdiri, berjalan dan lain sebagainya. Demikian pula
gerak tubuh lainnya seperti raut muka, anggota badan, termasuk
gerak tubuh yang akan menjadikan pembelajaran menjadi bervariasi.

2. Variasi penggunaan media dan alat pembelajaran; media dan alat


pembelajaran adalah dua jenis yang berbeda, namun memiliki fungsi
yang hampir sama yaitu untuk memperjelas materi dan memperlancar
proses pembelajaran. Papan tulis, alat tulis merupakan alat
pembelajaran, untuk memperlancar proses pembelajaran. Adapun ketika
guru akan menjelaskan materi alat komunikasi kepada siswa, dan guru
tersebut menggunakan berbagai gambar alat komunikasi untuk
diperhatikan oleh siswa, maka pada saat itu gambar alat komunikasi
tersebut berfungsi sebagai media pembelajaran. Sesuai dengan
karakteristik yang dimiliki siswa pada umumnya, sifat atau jenis tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, serta karakteristik materi
pembelajaran, maka variasi penggunaan alat dan media pembelajaran
dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a) alat atau media visual; yaitu alat pembelajaran dan atau media
pembelajaran yang bisa dilihat, misalnya: gambar, foto, film slide,
bagan, grafik, poster, dan lain sebagainya.
b) alat atau media auditif; yaitu alat pembelajaran dan atau media
pembelajaran yang dapat didengar, misalnya: radio, tape recorder,
slide suara, berbagai jenis suara, dan yang sejenisnya.
c) Alat atau media raba; yaitu alat pembelajaran dan atau media
pembelajaran yang dapat diraba, dimanipulasi atau digerakkan

45
(motorik), misalnya model, benda tiruan, benda aslinya, berbagai
peragaan, dan yang sejenisnya.

3. Variasi pola komunikasi pembelajaran; pembelajaran adalah proses


komunikasi, yaitu antara guru sebagai komunikator dengan siswa
sebagai komunikate. Dalam pembelajaran proses komunikasi dapat
diklasifikasikan kedalam tiga bentuk, sekaligus menjadi alternatif (variasi)
yang dapat dikembangkan oleh guru, yaitu:

a) Komunikasi satu arah (one way communication); yaitu komunikasi


yang hanya berlangsung satu arah, dari guru ke siswa. Pada bentuk
komunikasi ini guru hanya bertindak selaku komunikator yang
bertugas menyampaikan informasi, sedangkan siswa berfungsi hanya
sebagai penerima informasi.
b) Komunikasi dua arah (two way communication); yaitu proses
komunikasi pembelajaran berlangsung secara dua arah, dari guru ke
siswa atau dari siswa ke guru. Pola kedua ini lebih variatif
dibandingkan dengan model pertama, dan tentu saja proses
pembelajarn lebih hidup dibandingkan dengan yang pertama.
c) Komunikasi banyak arah (interaktif); yaitu proses komunikasi yang
melibatkan banyak arah, dari guru ke siswa, dari siswa ke guru, antar
siswa, dan siswa dengan lingkungan pembelajaran lain secara lebih
luas. Pola komunikasi ketiga lebih maju dibandingkan dengan kedua
apalagi yang pertama, dan tentu saja proses pembelajaran model
komunikasi interaktif lebih hiduap dibandingkan dengan model satu
dan dua.

d. Prinsip pengembangan Keterampilan Mengadakan Variasi

Anda telah mempelajari pengertian variasi stimulus, tujuan dan manfaat


variasi stimulus, kemudian jenis-jenis atau bentuk variasi stimulus dalam
pembelajaran. Dengan demikian tentu Anda sudah punya banyak pilihan
untuk mengembangkan variasi stimulus dalam pembelajaran, sehingga kelak
pembelajaran yang Anda laksanakan akan lebih menarik, menantang dan
menyenangkan, serta berkualitas. Dalam menerapkan dan mengembangkan
variasi stimulus dalam pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip

46
tertentu, agar variasi yang diterapkan atau dikembangkan tersebut bisa
berguna secara efektif dan efisien, antara lain yaitu:

1) Tujuan; yaitu variasi stimulus yang diterapkan dan dikembangkan


dikembangkan dalam pembelajaran harus memiliki tujuan yang jelas.
Tujuan utama penerapan dan pengembangan variasi stimulus harus
sejalan dan untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh
karena itu penerapan dan pengembangan variasi stimulus
memperhatikan kesesuaian dengan sifat materi, dan karakteristik siswa.
2) Fleksibel; yaitu variasi stimulus yang dikembangkan harus bersifat luwes
(dinamis), sehingga memungkinkan dapat diubah dan disesuaikan
dengan situasi, kondisi dan tuntutan yang terjadi pada saat terjadinya
proses pembelajaran.
3) Kelancaran dan berkesinambungan; yaitu setiap variasi yang
dikembangkan dalam pembelajaran harus memperlancar proses
pembelajaran. Perpindahan dari satu jenis stimulus ke stimulus yang
lainnya, harus merupakan suatu kesatuan yang utuh, saling mendukung
dan memperkuat terjadinya proses pembelajaran secara efektif dan
efisien.
4) Logis; variasi stimulus yang diterapkan dan dikembangkan harus logis,
wajar, efektif dan efisien, tidak dibuat-buat dan bukan sesuatu yang
dipaksakan.
5) Pengelolaan yang matang; yaitu penerapan dan pengembangan
stimulus dalam pembelajaran sebelumnya harus direncanakan secara
matang, sehingga dapat diproyeksikan efektivitas dan efisiensinya dalam
menunjang terhadap proses dan hasil pembelajaran.
Latihan Mandiri
Untuk memperdalam pemahaman Anda terhadap materi yang yelah dipelajari dalam
kegiatan belajar di atas, selanjutnya silahkan kerjakan latihan berikut ini:
1. Menurut saudara mengapa seorang guru harus menerapkan keterampilan
variasi dalam melakukan kegiatan pembelajaran di dalam kelas…??
2. Jika didalam kelas rata-rata tipe belajar peserta didik adalah dominan tipe audio
visual dan kinestetik, maka variasi pembelajaran seperti apa yang harus

47
dipersiapkan oleh seorang guru sebelum melakukan tatap muka dengan
peserta didiknya…??
3. Menurut anda, apa yang kemungkinan terjadi jika dalam mengajar guru lebih
dominan duduk dikursinya didepan kelas tanpa melakukan gerakan
perpindahan keseisi kelas…??
4. Pada saat guru menjelaskan materi didepan kelas, apakah gerakan badan guru
saat menjelaskan materi sambil menulis menghadap papan tulis dan
menjelaskan materi sambal mondar-mandir didalam kelas itu tepat atau
tidak…??. Berikan alasan saudara
5. Pada saat salah seorang siswa bertanya, bagaimana sebaiknya sikap badan
yang ditunjukkan oleh guru didalam kelas, mendekati siswa tersebut atau
menjauhinya…??. Berikan alasan anda

Latihan Kelompok

1. Buat kelompok belajar untuk melatih keterampilan dasar mengajar dengan


jumlah anggota antara 4 s.d 5 orang.
2. Setiap anggota secara bergiliran mensimulasikan dan mendemonstrasikan
keterampilan ”membuka dan menutup pelajaran.
3. Pada saat salah seorang teman Anda tampil mensimulasikan dan
mendemonstrasikan keterampilan dasar mengajar, sebagian (1 s.d 2 orang)
ada yang bertindak sebagai observer untuk mengamati peserta yang sedang
tampil.
4. Setelah selesai setiap peserta tampil (mensimulasikan dan
mendemosntrasikan) keterampilan dasar mengajar, kemudian dilanjutkan
dengan diskusi untuk membahas sejauhmana setiap peserta telah mengauasai
keterampilan yang dilatihkan sesuai dengan yang diharapkan.
5. Kemukakan secara terbuka dan bertanggung jawab kelebihan dan kekurangan
dari setiap peserta, kemudian bahas (diskusikan) bagaimana solusi atau
rekomendasi (saran) untuk memperbaiki terhadap kekurangan yang masih ada,
sehingga akhirnya dapat memperoleh kemampuan yang optimal dan
profesional

48
4. Keterampilan Bertanya
Setelah mempelajari, mendiskusikan dan berlatih keterampilan menggunakan
variasi, berikutnya anda membahas tentang keterampilan dasar mengajar untuk
keterampilan bertanya dasar dan bertanya lanjutan. Anda diharapkan memiliki
kemampuan sebagai berikut:

1) Dapat menjelaskan hakikat bertanya dasar dan terampil menerapkan jenis


keterampilan dasar bertanya dasar dalam proses pembelajaran.
2) Dapat menjelaskan hakikat bertanya lanjut dan terampil menerapkan
keterampilan bertanya lanjut dalam proses pembelajaran
3) Membangun strategi bertanya kepada peserta didik sesuai dengan
tipe/model pertanyaan dalam keterampilan bertanya dasar maupun
lanjutan
4) Menerapkan keterampilan bertanya berdasarkan kondisi peserta didik serta
lingkungan sosial, emosional dan intektual peserta didik dalam kelas

Pertanyaan yang diajukan dalam kehidupan sehari-hari biasanya dilakukan


sekedar untuk memperoleh informasi mengenai sesuatu yang ingin
diketahuinya. Misalnya seorang ibu ketika di pasar bertanya kepada penjual,
berapa harga satu kg daging sapi?; atau seorang anak ketika berjalan-jalan
dengan bapaknya ke kebuan binatang, bertanya kalau burung nuri berasal dari
mana ya pak ?, dan lain sebagainya. Melaui pertanyaan yang diajukan dari
kedua contoh di atas, penanya hanya bermaksud memperoleh informasi yang
belum diketahuinya, yaitu harga daging dan asal burung nuri. Adapun dalam
kegiatan pembelajaran pertanyaan diajukan selain untuk memperoleh
informasi, juga memiliki tujuan yang lebih luas yaitu agar terjadi proses belajar.

Dalam pengalaman sehari-hari mungkin kita pernah bertanya dan jawaban yang
didapatkan memuaskan atau tidak menjawab pertanyaan yang diajukan.
Penyebabnya bisa bermacam-macam, antara lain mungkin pertanyaan yang
diajukan tidak jelas, sehingga tidak dimengerti oleh pihak yang diberi
pertanyaan; atau orang yang ditanya tidak memiliki pengetahuan yang cukup
untuk menjawabnya sehingga jawaban yang diberikan tidak tepat atau tidak
menjawab pertanyaan yang diajukan. Oleh karena itu secara sederhana dapat
49
disimpulkan bahwa kegagalan dalam bertanya mungkin karena belum
menguasai atau belum terampil menggunakan keterampilan bertanya dasar
bertanya. Keterampilan bertanya sangat penting dikuasai oleh calon guru dan
para guru, keterampilan bertanya merupakan kunci untuk meningkatkan mutu
dan kebermaknaan pembelajaran. Dapat Anda bayangkan jika dalam satu jam
pembelajaran guru menjelaskan materi secara informatif saja, tanpa disertai
pertanyaan, apakah pertanyaan tersebut hanya sekedar pencingan agar siswa
memusatkan perhatian atau pertanyaan untuk menggali kemampuan berpikuir
siiwa. Maka rasanya proses pembelajaran akan monoton, kurang bergairah,
dan yang paling penting siswa kurang dirangsang untuk berpikir. Oleh karena
itu untuk menciptrakan pembelajaran yang bermakna dan menggugah siswa
untuk berpikir, maka guru harus terampil merencanakan, mengembangkan dan
menerapkan keterampilan bertanya dalam proses pembelajaran.

Secara etimologis keterampilan bertanya dapat dilihat maknanya dari dua suku
kata yaitu “terampil dan tanya”. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia
“Bertanya” berasal dari kata “tanya” yang berarti antara lain permintaan
keterangan. Sedangkan kata “terampil” memiliki arti “cakap dalam
menyelesaikan tugas atau mampu dan cekatan”. Berdasarkan pada arti secara
etimologis tersebut, maka secara sedarhana keterampilan bertanya dapat
dirumuskan sebagai ”kecakapan atau kemampuan seseorang dalam
mengajukan pertanyaan untuk meminta keterangan atau penjelasan dari orang
lain, atau pihak yang menjadi lawan bicara”.
Dari pengertian tersebut ada dua hal penting yang dapat dijadikan dasar atau
alasan pentingnya belajar dan berlatih mengasah kemampuan
mengembangkan pertanyaan dalam proses pembelajaran, yaitu:
a. Cakap mengajukan pertanyaan; yaitu terampil dan cekatan membuat
pertanyaan yang didasarkan pada pemahaman teori dan pengalaman
praktis, sehingga dengan keterampilannya tersebut memungkinkan yang
ditanya berpikir, mengungkapkan kemampuan terbaiknya untuk menjawab
pertanyaan tersebut.
b. Meminta keterangan atau penjelasan; yaitu jawaban atas pertanyaan yang
diajukan. Seseorang yang ditanya akan berusaha memberikan penjelasan

50
atau keterangan yang sebenar-benarnya, tergantung pada jenis, bentuk
dan kualitas pertanyaan yang diterimanya.

Kegiatan bertanya dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk mendorong


siswa belajar. Indikator dari belajar yaitu perubahan perilaku yang menyeluruh
(pengetahuan, sikap, keterampilan) pada siswa secara permenen.

Pertanyaan yang diajukan tidak selalu dalam rumusan kalimat tanya, melainkan
dalam bentuk suruhan atau pernyataan, selama itu dimaksudkan adanya
respon dari siswa, dikategorikan sebagai pertanyaan.
a. Kalimat tanya; yaitu kalimat yang memuat pertanyaan yang menuntut
respon dari siswa atau pihak yang ditanya. Misalnya; apa yang dimaksud
dengan hukum ”wajib” secara syar’i.
b. Kalimat suruhan atau pernyataan; yaitu kalimat suruhan atau menyuruh
pada siswa, dan yang menerima suruhan harus merespon atau melakukan
aktvitas, sesuai dengan bunyi atau bentuk suruhannya. Misalnya, coba buat
satu kalimat yang memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan.

Dalam perkembangannya keterampilan bertanya diklasifikasikan kedalam dua


jenis, yaitu:
1) keterampilan bertanya dasar dan,
2) keterampilan bertanya lanjut.

1). Keterampilan Bertanya Dasar


a. Pengertian Keterampilan Bertanya Dasar
Keterampilan bertanya dasar merupakan pertanyaan pertama atau sebagai
pertanyaan pembuka. Pertanyaan dasar merupakan pertanyaan, suruhan
atau pernyataan awal yang menjadi pembuka, untuk meminta penjelasan
atau keterangan (respon) dari pihak yang ditanya. Dalam praktek sehari-
hari sering dijumpai kegiatan tanya jawab, dimana penanya menyampaikan
pertanyaan kepada lawan bicara, kemudian apabila si penanya masih
belum puas dengan jawaban pertama, maka untuk menggali informasi lebih
lanjut pihak penanya mengajukan pertanyaan lain yang mengacu pada isi
pertanyaan pertama. Dari ilustrasi dan contoh di atas dapat disimpulkan
51
bahwa pertanyaan yang diajukan pada pertanyaan pertama, adalah
merupakan pertanyaan dasar, yaitu pertanyaan utama sebagai pertanyaan
awal atau pembuka. Adapun ketika penanya mengajukan pertanyaan
kedua, mungkin ketiga untuk lebih menggali informasi atas pertanyaan
pertama, maka pertanyaan berikutnya adalah merupakan pertanyaan
tindak lanjut. Apakah setiap pertanyaan dasar harus atau selalu diikuti oleh
pertanyaan lanjutan ... ? tidak selalu dan sangat tergantung tujuan dan
keinginan dari pihak penanya. Jika dengan pertanyaan pertama, pihak
penannya sudah merasa cukup puas dengan jawaban atau respon yang
diterimanya, maka tidak perlu disusul dengan pertanyaan berikutnya. Akan
tetapi sebaliknya jika respon atas pertanyaan pertama belum mendalam,
maka bisa dilanjutkan dengan pertanyaan berikutnya.
b. Tujuan, Manfaat dan Karakteristik Keterampilan Bertanya Dasar
tujuan dan manfaat bertanya dalam pembelajaran yaitu:
1) Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang suatu topik
2) Memusatkan perhatian pada masalah tertentu
3) Menggalakkan penerapan belajar aktif
4) Merangsang siswa mengajukan pertanyaan sendiri
5) Menstrukturkan tugas-tugas hingga kegiatan belajar dapat berlangsung
secara maksimal
6) Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
7) Mengkomunikasikan dan merealisasikan bahwa semua siswa harus
terlibat secara aktif dalam pembelajaran
8) Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mendemonstrasikan
pemahamannya tentang informasi yang diberikan
9) Melibatkan siswa dalam memanfaatkan kesimpulan yang dapat
mendorong mengembangkan proses berpikir
10) Mengembangkan kebiasaan menanggapi pernyataan teman atau
pernyataan guru
11) Memberi kesempatan untuk belajar berdiskusi
12) Menyatakan perasaan dan pikiran yang murni kepada siswa

Dari beberapa tujuan dan manfaat keterampilan dasar bertanya dalam proses
pembelajaran seperti dikemukakan di atas, secara umum dapat dijelaskan
52
sebagai berikut:
1) Dapat meningkatkan partisipasi siswa secara penuh dalam proses
pembelajaran yang didikuntinya
2) Dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, sebab berpikir sendiri
pada dasarnya adalah bertanya
3) Dapat membangkitkan rasa ingin tahu, sehingga dapat mendorong
siswa untuk mencari, menggali sumber-sumber pembelajaran secara
luas dan bervariasi.
4) Memusatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap masalah atau isu-
isu pokok pembelajaran
c. Tipe Pertanyaan
Tipe pertanyaan adalah berhubungan dengan bentuk atau model pertanyaan
yang yang diajukan. Penggunaan setiap tipe atau model pertanyaan yang
disampaikan tergantung pada beberapa pertimbangan, misalnya: a)
pertimbangan tujuan yang ingin dicapai, b) pertimbangan karaktersitik
materi yang sedang dipelajari, dan c) karaktersitik siswa.
Adapun tipe, model atau jenis pertanyaan tersebut pada umumnya digolongkan
kedalam beberapa tipe sebagai berikut:
1) Pertanyaan yang menuntut fakta-fakat; yaitu pertanyan, suruhan atau
pernyataan untuk mengungkap kembali ingatan siswa terhadap
pengalaman atau materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Contohnya:
Guru : “ Tahun berapakah dilaksanakan pemilihan umum yang memilih
presiden langsung oleh rakyat ... ?
2) Pertanyaan yang menuntut kemampuan membandingkan; yaitu
pertanyaan, suruhan atau pernyataan untuk mengembangkan atau
melatih daya pikir siswa, khususnya kemampuan berpikir analisis dan
sintesis.
Contohnya:
Guru : Coba kalian bandingkan kondisi ekonomi negara sebelum
reformasi dan setelah reformasi..!
3) Pertanyaan yang menutut kemampuan analisis; yaitu pertanyaan,
suruhan atau pernyataan untuk mengembangkan dan melatih
kemampuan atau daya nalar secara terurai atau analisis.
53
Contohnya:
Guru : “Apa yang menyebabkan terjadinya bencana Tsunami di
Indonesia…???
4) Pertanyaan yang menutut kemampuan memperkirakan (judgment); yaitu
pertanyaan, suruhan atau pernyataan untuk mengembangkan atau
melatih kemampuan meramalkan atau membuat perkiraan-perkiraan.
Contohnya:
Guru : (sambil menunjuk buah papaya) “ Anak-anak…Berapa kg kah
berat buah pepaya ini ?”
5) Pertanyaan yang menutut pengorganisasian; yaitu pertanyaan, suruhan
atau pernyataan untuk mengembangkan atau melatih kemampuan
berpikir secara teratur,logis, sistematis dan komprehensif.
Contohnya:
Guru : “Jelaskan bagaimana upaya untuk menyelamatkan diri dari
bencana alam gempa bumi ?”
6) Pertanyaan yang tidak perlu dikemukakan jawabannya; yaitu
pertanyaan, suruhan atau pernyataan untuk memberikan penegasan
atau meyakinkan tentang sesuatu kepada siswa. Pertanyaan, suruhan
atau pernyataan semacam ini digolongkan kedalam jenis pertanyaan
retorika yang tidak perlu mendapatkan jawaban.

Contohnya:
setelah guru menjelaskan tentang cara-cara darurat untuk menyelamatkan
diri dari bahaya gempa bumi, kemudian guru bertanya “Apakah perlu
informasi ini diketahui pula oleh teman-taman kalian yang lain ?”
d. Kriteria dan Syarat Pertanyaan
Setiap pertanyaan yang diajukan dalam proses pembelajaran adalah alat atau
instrumen pembelajaran, untuk mengkondisikan proses pembelajaran yang
aktif, kreatif dan dinamis. Agar pertanyaan yang diajukan tersebut dapat
mencapai sasaran yang diharapkan, maka guru ketika mengembangkan
jenis, model atau bentuk pertanyaan harus memperhatikan kriteria sebagai
berikut:

54
1) Bahasa yang jelas; yaitu pertanyaan, suruhan atau pernyataan
disampaikan dengan menggunakan kalimat atau bahasa yang mudah
dsimengerti oleh pihak yang ditanya
2) Waktu berpikir; yaitu pertanyaan, suruhan atau pernyataan yang
diajukan, harus memberikan waktu yang cukup untuk berpikir bagi siswa,
sehingga dapat menemukan dan menyampaikan jawabannya.
3) Pemerataan/pemindahan giliran (redirecting); yaitu pertanyaan, suruhan
atau pernyataan harus disampaikan secara adil dan merata kepada
setiap siswa, sehingga semua memiliki kesempatan yang sama.
4) Acak; yaitu pertanyaan, suruhan atau pernyataan sebaiknya diberikan
secara acak (tidak berurutan), agar perhatian siswa semuanya terpusat
pada kegiatan pembelajaran yang sedang dilaksanakan.
5) Pemberian acuan (structuring); yaitu pertanyaan, suruhan atau
pernyataan yang disampaikan harus membantu siswa dapat mengolah
informasi pembelajaran dan menemukan jawaban terhadap pertanyaan
yang diajukan. Untuk menemukan jawaban yang tepat dan akurat sesuai
dengan pertanyaan yang diajukan, kadang-kadang pertanyaannya itu
sendiri harus disertai dengan acuan, agar siswa jelas dan memahami
maksud dan tujuan dari isi pertanyaan tersebut.
6) Kehangatan dan keantusiasan. Suasana pembelajaran harus diciptakan
dalam kondisi yang kondusif dan menyenangkan, sehingga siswa
merasa aman dan betah dalam belajar. Menyampaikan pertanyaan
merupakan bagian dari startegi pembelajaran yang dikembangkan, dan
oleh karena itu ketika menyampaikan pertanyaan harus tercipta nuansa
psikologis yang hangat (antusias) dan mendorong sipirit belajar yang
tinggi.
7) Merangsang berpikir. Setiap jenis pertanyaan yang diajukan
dimaksudkan untuk mendorong terjadinya proses pembelajaran yang
aktif. Setiap pertanyaan yang diajukan harus menjadi rangsangan
(stimulus) bagis siswa, sehingga siswa merasa tertantang untuk belajar
berpikir, melakukan berbagai aktivitas pembelajaran untuk
menjawabnya.

55
e. Kebiasaan yang harus dihindari
Setiap jenis pertanyaan yang diajukan kepada siswa, bertujuan untuk
mendorong terjadinya proses pembelajaran secara efektif dan efisien, yaitu
belajar yang aktif, kreatif dan berusaha menemukan jawaban lewat mencari
sumber-sumber pembelajaran yang luas dan bervariasi. Sesuai dengan
maksud yang ingin dicapai dari kegiatan bertanya, maka setiap pertanyaan
yang diajukan harus menghindari dari kebiasaan kurang baik antara lain
seperti berikut ini:
1) Mengulangi pertanyaan sendiri.
Kebiasaan mengulang-ulang pertanyaan, pertanyaan, suruhan atau
pernyataan yang dianggap sudah jelas akan mengganggu konsentrasi
siswa untuk menjawabnya. Oleh karena itu apabila pertanyaan yang
diajukan sudah jelas sampai dan dimengerti oleh siswa, guru tidak perlu
mengulang lagi pertanyaan tersebut, melainkan langsung tinggal
menunggu jawaban dari siswa.
2) Mengulangi jawaban siswa
Memberikan penguatan terhadap jawaban siswa termasuk prinsip
pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru. Namun apabila
penguatan tersebut dilakukan dengan cara mengulangi lagi jawaban
siswa bukan terknik penguatan yang baik dan harus dihindari, karena
tidak akan mengembangkan pemikiran siswa.
3) Menjawab pertanyaan sendiri
Pertanyaan, pertanyaan, suruhan atau pernyataan yang diajukan oleh guru
dimaksudkan untuk dijawab atau direspon oleh siswa. Oleh karena itu
guru tidak perlu menjawab sendiri atas pertanyaan yang diajukannya,
walaupun siswa belum menemukan jawabannya. Lebih baik guru
menerapkan pertanyaan tuntunan terhadap pertanyaan pertama yang
diajukan sehingga siswa terdorong untuk menjawabnya.
4) Memancing jawaban serentak
Kebiasaan mengajukan pertanyaan, pertanyaan, suruhan atau pernyataan
yang secara spontan memancing siswa bersama-sama menjawabanya
(jawaban serentak) harus dihindari. Misalnya apakah kalian setuju
dengan pendapat dari teman kalian tadi ?. Pertanyaan seperti itu akan
memancing jawaban spontan dari misalnya ” setuju ... atau tidak”. Oleh
56
karena itu pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang mendorong
siswa untuk berpikir terlebih dahulu dengan baik, baru kemudian
menyampaikan jawaban atau respon.
5) Pertanyaan ganda
Siswa akan mengalami kesulitan untuk menjawab secara jelas dan analitis
terhadap pertanyaan dari guru, apabila pertanyaan yang diajukan
tersebut terdiri dari beberapa pertanyaan. Misalnya jelaskan apa yang
dimaksud dengan gempa tektonik, apa penyebabnya, bagaimana
dampaknya terhadap lingkungan, dan seterusnya. Pertanyaan demikian
akan membingungkan dan mempersulit siswa untuk mengkaji secara
lebih mendalam, sehingga tidak akan didapatkan hasil belajar yang
maksimal. Oleh karena itu pertanyaan sebaiknya disampaikan satu
persatu, sehingga siswa mempunyai kesempatan yang cukup untuk
memikirkan jawaban secara terperinci.
6) Menentukan siswa
Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa dengan pertanyaan yang diajukan
dimaksudkan untuk mengaktifkan belajar siswa, dan aktivitas belajar
ditujukan bagi seluruh siswa. Oleh karena itu sebelum pertanyaan
diajukan harus dihindari menyebut atau menentukan siswa tertentu
terlebih dahulu yang harus menjawabnya. Hal ini akan mengurangi
aktivitas belajar untuk semua siswa, karena mungkin sebagaian siswa
akan mengira bahwa yang herus memikirkan jawabannya adalah siswa
yang telah disebut namanya, sementara yang lain tidak memikirkan
jawabannya.
2). Keterampilan Bertanya Lanjutan
Informasi, keterangan atau penjelasan sebagai jawaban atas pertanyaan yang
diajukan (bertanya dasar), kadang-kadang masih belum cukup jelas atau
dapat dimengerti oleh pihak penanya. Dengan demikian agar lebih jelas
maka masih memerlukan jawaban lebih lanjut, lebih mendalam dan
komprehensif, sehingga memperoleh informasi atau keterangan yang lebih
lengkap. Strategi untuk memperoleh jawaban yang lebih luas, mendalam,
komprehensif dan memuaskan itu, dalam keterampilan bertanya tidak
cukup hanya dengan menggunakan bertanya dasar atau pembuka saja,
melainkan harus disusul atau ditindaklanjuti dengan pertanyaan berikutnya
57
yaitu yang disebut disebut dengan pertanyaan lanjut.

Dalam kehidupan sehari-hari sering mendengar, misalnya orang tua bertanya


kepada anaknya (pertanyaan dasar) ”kenapa nak cat sepeda agak lecet,
seperti bekas goresan ... ?, lalu anaknya menjawab atas pertanyaan
pertama yang diajukan oleh orang tuanya, ”mungkin iya ayah sepede itu
tergores”. Orang tua masih merasa penasaran atas jawaban atau
keterangan pertama yang diberikan oleh anaknya, sehingga orang tua
menyusul dengan pertanyaan lebih lanjut (pertanyaan lanjut) dengan tujuan
untuk meminta informasi tambahan yang lebih lebih jelas, ”tergores oleh
apa ... , dan dimana kira-kira tergoresnya itu ... ?

Dari ilustrasi di atas dengan jelas dapat dibedakan antara pertanyaan dasar
dan pertanyaan lanjut, yaitu
1) Pertanyaan dasar adalah pertanyaan awal atau pembuka untuk meminta
informasi atau keterangan terhadap sesuatu yang ditanyakan, jika
informasi dari jawaban pertama masih belum lengkap maka disusul
dengan pertanyaan,
2) Pertanyaan lanjut, yaitu pertanyaan susulan atau yang kedua dengan
menggunakan kalimat atau redaksi pertanyaan, suruhan atau
pernyataan yang berbeda tetapi masih mengacu pada isi pertanyaan
pertama, dengan maksud untuk memperdalam jawaban, informasi atau
penjelasan atas pertanyaan yang diajukan.

Dengan demikian yang dimaksud pertanyaan lanjutan yaitu pertanyaan tindak


lanjut untuk meminta penjelasan lebih dalam, luas atau komprehensif atas
permasalahan yang sama seperti yang ditanyakan pada pertanyaan
pembuka (dasar).

a. Pengertian Keterampilan Bertanya Lanjutan


Secara teknis pertanyaan lanjut adalah kelanjutan dari pertanyaan pertama
(dasar), yaitu untuk mengorek atau mengungkap kemampuan berpikir yang
lebih dalam, analitis dan komprehensif dari pihak yang diberi pertanyaan
(siswa). Keberhasilan mengembangkan kemampuan berpikir yang lebih
58
mendalam, mendetail dan komprehensif sering diperoleh melalui strategi
penyampaian bertanya lanjut. Oleh karena itu secara kualitatif, pertanyaan
lanjut harus lebih bermutu dan lebih tinggi dibandingkan dengan pertanyaan
dasar, sehingga dapat mendorong siswa untuk belajar lebih cermat, lebih
teliti dan komprehensif.

Keterampilan bertanya lanjut sebagai kelanjutan dari bertanya dasar, lebih


mengutamakan pada usaha mengembangkan kemampuan berpikir,
memperbesar partisipasi dan mendorong lawan bicara (siswa) agar lebih
aktif dan kritis mengembangkan kemampuan berpikirnya. Dari beberapa
penjelasan, ilustrasi dan contoh yang telah disampaikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pertanyaan lanjutan adalah merupakan ”pertanyaan
berikutnya atau pertanyaan susulan yang substansi isi pertanyaannya
mengacu pada pertanyaan dasar (pertama), untuk meminta penjelasan,
informasi, atau klarifikasi lebih lanjut sehingga diperoleh jawaban yang lebih
luas dan komprehensif”.

Dalam rumusan pengertian keterampilan bertanya lanjut tersebut di atas, ada


tiga dasar pemikiran yang harus diaris bawah, yaitu:
1) Pertanyaan lanjutan (susulan); yaitu pertanyaan yang diajukan adalah
merupakan pengembangan dari pertanyaan sebelumnya, yang
bertujuan untuk mendapatkan penjelasan atau informasi yang lebih
dalam, analisis serta komprehensif
2) Substansi isi sama dengan pertanyaan dasar (pertama); yaitu isi dari
pertanyaan lanjut substansinya mengacu pada isi pertanyaan
sebelumnya, dengan menggunakan rumusan kalimat pertanyaan,
suruhan atau pernyataan yang berbeda dengan kalimat seelumnya
3) Untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut; yaitu melalui pertanyaan
lanjutan dimaksudkan untuk mendapatkan penjelasan, informasi atau
jawaban yang dapat memperjelas, memperluas pembahasan dari
jawaban atau penjelasan yang telah disampaikan sebelmnya.

59
b. Tujuan, Manfaat dan Karakteristik Bertanya Lanjutan
1). Tujuan dan Manfaat Bertanya Lanjutan
Pada dasarnya tujuan dan manfaat dari pertanyaan lanjut yaitu untuk
mendorong siswa dapat mengembangkan kemampuan dalam
menganalisis dan memecahkan masalah, melalui kebiasaan berpikir
secara lebih tajam, analitis dan komprehensif. Secara lebih sprsifik
tujuan dan manfaat dari bertanya lanjut, antara lain adalah sebagai
berikut: 1) Mengembangkan kemampuan berpikir siswa untuk
menemukan, mengorganisasi, atau menilai atas informasi yang
diperoleh 2) Meningkatkan kemampuan siswa dalam membentuk dan
mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan atas
informasi yang lebih lengkap dan relavan 3) Mendorong siswa untuk
mengembangkan dan memunculkan ide-ide atau gagasan yang lebih
kreatif dan inovatif 4) Mendorong siswa untuk melakukan proses
pembelajaran dengan lebih analitis, lengkap dan komprehensif.
2) Karakteristik Bertanya Lanjutan
a) Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan.
Pertanyaan yang dikemukakan oleh guru dapat mengundang proses
mental yang berbeda-beda, misalnya menuntut proses mental
rendah, sedang dan tinggi. Oleh karena itu melalui peranyaan lanjut,
guru dapat mengubah tuntutan tingkat kognitif siswa dari rendah,
sedang kemudian tinggi.
b) Pengaturan urutan pertanyaan
Untuk mengembangkan tingkat kognitif dari rendah ketingkat yang lebih
tinggi dan kompleks, guru harus mengatur urutan pertanyaan yang
diajukan kepada siswa, misalnya dari aspek pemahaman kemudian
aspek penerapan, analisis, sintesis sampai pada aspek evaluasi.
c) Penggunaan pertanyaan pelacak
Pertanyaan pelacak digunakan untuk menindaklanjuti atas jawaban
pertama yang disampaikan siswa. Misalnya jika jawaban siswa yang
pertama sudah benar, namun masih bisa ditingkatkan atau lebih
disempurnakan lagi, maka guru bisa menindaklanjuti dengan
mengajukan pertanyaan pelacak.

60
Ada tujuh teknik yang dapat digunakan untuk pertanyaan pelacak, yaitu:
a. meminta klarifikasi,
a. Meminta siswa memberikan alasan,
b. Meminta kesepakatan pandangan,
c. Meminta ketepatan jawaban,
d. Meminta jawaban yang lebih relevan,
e. Meminta contoh,
f. Meminta jawaban yang lebih kompleks.
4) Peningkatan terjadinya interaksi
Dengan bertanya dimaksudkan untuk menciptakan proses
pembelajaran yang aktif, untuk terjadinya pembelajaran aktif
pertanyaan yang diajukan tidak hanya oleh guru kepada siswa, akan
tetapi dari siswa kepada siswa, maupun kepada guru. Dengan
demikian untuk meningkatkan keterlibatan siswa belajar secara aktif,
guru sebaiknya mengurangi peranannya sebagai penanya sentral.

c. Jenis-Jenis Bertanya Lanjutan


Sebagai penutun atau bahan rujukan bagi calon guru atau para guru dalam
mengembangkan keterampilan bertanya lanjut, dapat menggunakan
klasifikasi tingkatan pengetahuan yang disampaikan oleh Bloom, dkk
(taksonomi Bloom) yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl (2001:66-
88) yakni: mengingat (remember), memahami/mengerti (understand),
menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan
menciptakan (create)., yaitu:
1) Pertanyaan ingatan (remember)
Pertanyaan ingatan adalah jenis pertanyaan yang mengharapkan siswa
dapat mengenal atau mengingat kembali informasi yang telah dipelajari.
Siswa tidak diminta untuk memanipulasi informasi, tetapi hanya diminta
untuk mengingat informasi tersebut seperti yang mereka dapatkan dari
kegiatan belajarnya. Misalnya, dengan menggunakan kata-kata siapa,
apa, dimana, kapan, definisi, ingat, kenal dan yang sejenis lainnya.
Contoh, sebutkan nama ibu kota propinsi Kalimantan Timur ?

61
2) Pertanyaan pemahaman (understand)
Pertanyaan untuk membimbing siswa mengorganisasikan dan
menyusun materi-materi yang telah diketahui sebelumnya. Dalam
menjawab pertanyaan ini siswa harus mampu memilih fakta-fakta yang
cocok, sehingga dalam menyampaikan jawaban bukan sekedar
mengingat kembali informasi, atau fakta. Kata-kata yang sering
digunakan untuk pertanyaan pemahaman, misalnya: deskripsikan,
uraikan, bandingkan, cari perbedaannya, sederhanakan, katakan
dengan bahasamu sendiri, jelaskan ide pokok dari tulisan tersebut, dan
yang sejenisnya. Jawaban terhadap pertanyaan pemahaman seperti
dalam contoh di atas, adalah menuntut siswa merumuskan secara
deskirptif dengan menggunakan bahasa sendiri.
3) Pertanyaan penerapan (aplication)
Kemampuan mengingat, menginterpretasikan atau mendeskripsikan
terhadap pengalaman belajar yang telah dilakukan siswa, sangat
penting untuk kuasai oleh siswa karena menjadi salah satu indikator
dari hasil pembelajaran yang efektif dan efisien. Namun dengan
kemampuan itu saja masih belum cukup, siswa harus dibimbing agar
mampu menerapkan informasi atau pengetahuan yang telah dimilikinya
dalam memecahkan masalah-masalah aktual. Adapun jenis
pertanyaan untuk mendorong siswa menerapkan informasi-informasi
yang telah mereka pelajari kedalam kemampuan pemecahan masalah
praktis disebut dengan pertanyaan penerapan (aplication). Pertanyaan
penerapan menuntut siswa untuk menerapkan pengetahuan baik
berupa suatu aturan, generalisasi, aksioma, atau proses pada suatu
masalah dan menemukan jawaban yang benar terhadap masalah itu.
Adapun kata-kata kunci yang sering digunakan dalam
mengembangkan pertanyaan penerapan antara lain seperti: terapkan,
klasifikasikan, gunakan, pilih, manfaatkan, tulis suatu conoth,
pecahkan, dan lain sebagaina yang sejenis.
4) Pertanyaan analisis (analysis)
Pertanyaan analisis, dimaksudkan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir siswa secara lebih rinci, kritis dan mendalam.
Pertanyaan analsis biasanya dilakukan untuk mengidentifikasi,
62
mempertimbangkan dan menganalisis. Adapun kata-kata kunci yang
sering pakai untuk pertanyaan analisis, antara lain: identifikasi motif
atau sebab-sebab, membuat kesimpulan, menemukan kejadian,
dukungan, analisis, mengapa, dan lain sebagainya.
5) Pertanyaan evaluasi (evaluation)
Jenis pertanyaan evaluasi hampir sejenis dengan jenis pertanyaan
analisis dan sintesis, yaitu termasuk kedalam jenis pertanyaan tinggi
bahkan merupakan puncaknya. Pertanyaan evaluasi menuntut
kemampuan berpikir dan proses mental yang tinggi dari siswa.
Pertanyaan evaluasi tidak mempunyai suatu jawaban benar tunggal,
akan tetapi mendorong siswa dapat membuat keputusan atau
pertimbangan baik tidaknya suatu ide, pemecahan masalah. Adapun
kata-kata yang sering digunakan untuk mengembangkan jenis
pertanyaan evaluasi seperti: putusan, argumentasi, memutuskan,
mengevaluasi, beri pendapatmu, yang mana gambar yang paling balik,
mana pemecahan yang paling baik, apakah hal itu akan lebih baik, dan
lain sebagainya.
6) Pertanyaan menciptakan (create)
Mencipta merupakan proses kognitif yang melibatkan penyusunan
elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan yang koheren dan
fungsional. Create atau mencipta diartikan sebagai kemampuan
seseorang dalam meletakkan, mengaitkan dan menyatukan berbagai
elemen dan unsur pengetahuan dalam bentuk keseluruhan sehingga
tercipta bentuk pola baru yang lebih menyeluruh. Hasil belajar pada
klasifikasi mencipta ini merupakan penekanan pada kreativitas dengan
penekanan kepada rumusan pola-pola baru atau struktur sehingga
terbentuk suatu yang utuh atau menyeluruh. Misalnya, perencanaan
suatu kegiatan belajar mengajar atau kegiatan sosial .
Berikut Taksonomi Anderson dan Krathwohl (2001:66-88) disajikan
pada Tabel 1 dan 2 berdasarkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
(HOTS) dan kemampuan berpikir tingkat rendah (LOTS) serta
berdasarkan kategori dan proses berfikir:

63
Tabel 1. Taksonomi Anderson dan Krathwohl
Berdasarkan Kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS)
dan kemampuan berpikir tingkat rendah (LOTS)

Tingkatan Berpikir Tingkat Tinggi Komunikasi


(HOTS) (communication
spectrum)
Menciptakan Menggeneralisasikan Negosiasi
(Creating) merancang memproduksi memoderatori kolaborasi
merencanakan kembali
Mengevaluasi Mengecek Bertemu dengan
(Evaluating) mengkritisi, jaringan/mendiskusikan
hipotesa, eksperimen berkomentar
berdebat
Menganalisis Memberi atribut, Menanyakan
(Analyzing) mengorganisasikan, meninjau ulang
mengintegrasikan,
mensahihkan
Menerapkan Menjalankan prosedur Posting,
(Applying) mengimplementasikan blogging,
menyebarkan menjawab
Memahami/ Mengklasifikasikan Bercakap
mengerti membandingkan menyumbang
(Understanding) menginterpretasikan
berpendapat
Mengingat Mengenali Menulis teks
(Remembering) memanggil kembali mengirim pesan singkat,
mendeskripsikan berbicara
mengidentifikasi
Berpikir Tingkat Rendah (LOTS)

Tabel 2. Kategori Taksonomi Anderson dan Kratwohl


Berdasarkan kategori dan proses kognitif

Kategori dan
Proses Nama-Nama Lain Definisi dan Contoh
Kognitif

1. Mengingat – Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang


Menempatkan pengetahuan dalam
memori jangka
panjang yang sesuai dengan
1.1 Mengenali Mengidentifikasi pengetahuan tersebut
(misalnya, mengenali tanggal terjadinya
peristiwa
penting dalam sejarah Indonesia)

64
Mengambil pengetahuan yang relevan
dari memori
Mengingat jangka panjang (misalnya mengingat
1.2 Mengambil
kembali kembali tanggal
peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah
Indonesia)

2. Memahami – Mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa


yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru
Mengklarifikasikan Mengubah satu bentuk gambaran
(misalnya angka) jadi bentuk lain
Memparafrasekan (misalnya kata-kata), (misalnya
2.1 Menafsirkan memparafrasekan puisi menjadi karangan
Mempresentasi bebas
Menerjemahkan
Mengilustrasikan Menemukan contoh atau ilustrasi tentang
2.2 Mencontohkan konsep atau prinsip (misalnya memberi
Memberi contoh contoh tentang aliran-aliran seni lukis)
Mengategorikan, Menentukan sesuatu dalam satu
Mengklasifika- kategori (misalnya
2.3
sikan mengklasifikasikan hewan-hewan
Mengelompokkan bertulang belakang)
Mengabstraksi Mengabstraksikan tema umum atau
poin-poin pokok (misalnya menulis
2.4 Merangkum
Menggeneralisasi ringkasan pendek tentang peristiwa-
peristiwa yang ditayangkan di televisi)

Menyarikan,
Membuat kesimpulan yang logis dari
Mengesktrapolasi,
2.5 Menyimpulkan informasi yang diterima (misalnya
Menginterpolasi, alam belajar bahasa Inggris,
menyimpulkan tata bahasa berdasarkan
Memprediksi contohnya
Mengontraskan,
Menentukan hubungan antara dua ide,
Membandingk dua objek, dan semacamnya (misalnya,
2.6 Memetakan,
an membandingkan peristiwa-peristiwa
Mencocokkan sejarah dengan keadaan sekarang)
Membuat model sebab – akibat dalam
sebuah system (misalnya, menjelaskan
2.7 Menjelaskan Membuat model sebab-sebab terjadinya peristiwa-
peristiwa penting pada abad ke 18
di Indonesia

3. Mengaplikasikan – Menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan


tertentu
3.1 Mengeksekusi Melaksanakan Menerapkan gaya gravitasi dalam kehidupan sehari-hari

65
Mengimplemen- Menggunakan Menerapkan suatu prosedur pada tugas yang tidak
familier (misalnya, menggunakan Hukum Newton kedua
3.2 tasikan pada konteks yang tepat)

4. Menganalisis – Memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan


menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antara bagian-bagian
tersebut dengan keseluruhan struktur atau tujuan
Menyendirikan,
Membedakan bagian materi pelajaran yang relevan dan
4.1 Membedakan Memilah, tidak relevan, (membedakan antara bilangan prima dan
Memfokuskan, bukan bilangan prima dalam matematika)
Memilih Menentukan bagaimana elemen-elemen bekerja atau
Menemukan berfungsi dalam sebuah struktur (misalnya, menyusun
koherensi, bukti-bukti dalam cerita sejarah menjadi bukti-bukti yang
4.2 Mengorganisasi mendukung dan menentang suatu penjelasan historis)
Memadukan,
Membuat garis besar,
Mendeskripsikan
peran, Menstrukturkan
Menentukan sudut pandang, bias, nilai, atau maksud
4.3 Mengatribusikan Mendekonstruksi dibalik materi pelajaran (misalnya menunjukkan sudut
pandang penulis suatu cerita berdasarkan latar
belakang pendidikan penulis tersebut)
5. Mengevaluasi – Mengambil keputusan berdasarkan kriteria atau standar
Mengoordinasi,
Mendeteksi, Menemukan kesalahan dalam suatu proses atau
Memonitor, produk; menemukan efektivitas suatu prosedur yang
5.1 Memeriksa
Menguji sedang dipraktikkan (misalnya memeriksa apakah
kesimpulan seseorang sesuai dengan data-data
pengamatan atau tidak)
Menemukan inkonsistensi antara suatu produk dan
kriteria eksternal; menentukan apakah suatu produk
memiliki konsistensi eksternal, menemukan ketepatan
5.2 Mengkritik Menilai
suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah
(misalnya, menentukan satu metode dari dua metode
untuk menyelesaikan suatu masalah)

6. Mencipta – Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan


koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal
Membuat hipotesis-hipotesis berdasarkan kriteria
6.1 Merumuskan Membuat hipotesis (misalnya membuat hipotesis tentang sebab-sebab
terjadinya gempa bumi)
Merencanakan prosedur untuk menyelesaikan suatu
tugas (misalnya merencanakan proposal penelitian
6.2 Merencanakan Mendesain tentang topik sejarah Candi Borobudur)

Menciptakan suatu produk (misalnya membuat habitat


6.3 Memproduksi Mengonstruksi untuk spesies tertentu demi suatu tujuan)

66
Latihan Mandiri
Untuk memperdalam pemahaman Anda terhadap materi yang yelah dipelajari dalam
kegiatan belajar di atas, selanjutnya silahkan kerjakan latihan berikut ini:
1. Setiap pertanyaan yang diajukan dalam proses pembelajaran adalah alat atau
instrumen pembelajaran, untuk mengkondisikan proses pembelajaran yang
aktif, kreatif dan dinamis, bagaimanakah pertanyaan yang harus diajukan oleh
seorang guru agar dapat mencapai sasaran yang diharapkan …??
2. Jika seorang peserta didik kesulitan dalam menjawab pertanyaan guru, maka
bagaimanakah sebaiknya upaya yang dilakukan oleh guru tersebut dalam
mengarahkan siswanya agar mampu menjawab pertanyaan yang sudah
diajukan…??
3. Apakah setiap pertanyaan yang diajukan oleh guru wajib disusul dengan
pertanyaan lanjutan…??
4. Uraikan apa saja kegiatan yang harus dipenuhi oleh seorang guru pada saat
menutup pelajaran…??.
5. Dalam keterampilan bertanya, ada dua jenis tingkat pertanyaan yaitu
pertanyaan tingkat rendah (LOTS) dan pertanyaan tingkat tinggi (HOTS).
Jelaskan perbedaan kedua jenis pertanyaan tersebut…

Latihan Kelompok

1. Buat kelompok belajar untuk melatih keterampilan dasar mengajar dengan


jumlah anggota antara 4 s.d 5 orang.
2. Setiap anggota secara bergiliran mensimulasikan dan mendemonstrasikan
keterampilan ”membuka dan menutup pelajaran.
3. Pada saat salah seorang teman Anda tampil mensimulasikan dan
mendemonstrasikan keterampilan dasar mengajar, sebagian (1 s.d 2 orang)
ada yang bertindak sebagai observer untuk mengamati peserta yang sedang
tampil.
4. Setelah selesai setiap peserta tampil (mensimulasikan dan
mendemosntrasikan) keterampilan dasar mengajar, kemudian dilanjutkan
dengan diskusi untuk membahas sejauhmana setiap peserta telah mengauasai
keterampilan yang dilatihkan sesuai dengan yang diharapkan.
5. Kemukakan secara terbuka dan bertanggung jawab kelebihan dan kekurangan
dari setiap peserta, kemudian bahas (diskusikan) bagaimana solusi atau

67
rekomendasi (saran) untuk memperbaiki terhadap kekurangan yang masih ada,
sehingga akhirnya dapat memperoleh kemampuan yang optimal dan
profesional

68
5. Keterampilan Memberi Penguatan (Reinforcement Skill)

Setelah mempelajari, mendiskusikan, dan berlatih mengunakan keterampilan dasar


mengajar bertanya, baik keterampilan bertanya dasar maupun bertanya lanjut, berikut
ini Anda akan membahas keterampilam memberi penguatan. Anda diharapkan
memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Dapat menganalisis hakikat keterampilan memberi penguatan dan membuat


contoh penguatan dalam pembelajaran.
2) Dapat mengidentifikasi tujuan mengembangkan keterampilan memberi penguatan
dalam pembelajaran.
3) Mengklasifikasikan jenis-jenis penguatan yang dapat diberikan dalam
pembelajaran.
4) Dapat membuat contoh cara pemberian penguatan dalam pembelajaran.
5) Dapat mengemukakan prinsip-prinsip pemberian penguatan dalam pembelajaran.
6) Dapat mensimulasikan keterampilan memberi penguatan dalam pembelajaran..

a. Pengertian Pemberian Penguatan


Jika sesoarang telah melakukan sesuatu kegiatan terhadap orang lain, biasanya ia
akan memperoleh penghargaan, misalnya ucapan terima kasih. Dengan
menerima penghargaan tersebut orang yang melakukan kegiatan tersebut akan
merasa puas dan bagi yang menerima jasanya mengharapkan agar kegiatan
tersebut berulang kembali. Jadi penghargaan yang dimaksud berguna bagi
penguat bagi orang yang menerimanya, agar mau melakukan hal yang sama di
masa yang akan datang. Dalam kegiatan belajar mengajar, penghargaan yang
diberikan disebut dengan penguatan.
Pemberian Penguatan atau reinforcement adalah segala bentuk respons, apakah
itu bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari usaha guru
mempengaruhi tingkah laku siswa yang bertujuan untuk memberikan informasi
atau pun balikan bagi siswa atas perbuatannya sebagai suatu tindak
dorongan/penguatan (Hasibuan, 2008). Tindakan tersebut dimaksudkan untuk
memuji atau membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi
dalam interaksi belajar-mengajar. Sebagai contoh terhadap seorang peserta
didik yang berhasil menyelesaikan tugas kelompoknya di kelas, maka guru

69
memuji; “Bagus, tugasmu sungguh baik, rapi, dan diselesaikan tepat waktu”.
Atau, bisa saja guru itu mendekati pada siswa itu, kemudian ia mengelus-elus
pundaknya dan mengatakan: “Sungguh, kamu ini telah bekerja keras, bagus
sekali hasilnya”. Cara-cara yang dilakukan guru itu tentu saja akan
membesarkan hati para peserta didik untuk lebih meningkatkan lagi proses
belajarnya di masa yang akan datang.
Contoh lain dapat dikemukakan sebagai berikut:
Contoh 1
Guru : Ibu telah menjelaskan bahwa kerusakan dapat menimbulkan
penderitaan bagi warga masyarakat. Sebutkan salah satu
penderitaan yang dapat dialami oleh masyarakat. Sejenak
memperhatikan seluruh siswa, lalu menghunjuk salah seorang di
antara mereka sambil berkata ….kamu Dona!
Dona : Warga masyarakat ketakutan sehingga merasa tidak aman.
Guru : Bagus ….jawaban yang sangat tepat, Ibu bangga punya murid
seperti kamu. Masih ada yang mau menambahkan pendapat Dona.
Nah! Kamu ….Arif!
Arif : Warga masyarakat tidak bisa mencari nafkah dan beribadah
dengan aman, Bu ….
Guru : Jawabanmu tepat sekali Arif, terima kasih, Ibu senang punya siswa
yang pandai di kelas ini. Arif telah melengkapi jawaban dari Dona.

Contoh 2
Guru : Dapatkah kamu mengemukakan nama-nama binatang atau fauna
Indonesia yang dilindungi undang-undang dalam arti tidak boleh
atau dilarang ditembak, kamu Bima (sambil menunjuk murid yang
bernama Bima)
Guru : Itu betul Bima, tetapi kamu harus ingat, bahwa kuda nil bukan fauna
asli Indonesia, artinya mereka tidak hidup di alam bebas di
Indonesia, adanya di kebun binatang. Dari mana sesungguhnya
kuda nil itu berasal, Wati?

70
Contoh 3
Guru : Pak Guru sambil memperlihatkan ke seluruh kelas gambar yang
berbentuk bola kecil.
Cici : Gambar bola Bu, bola tenis.
Guru : Mengerutkan kening dan menunjukkan wajah mendung atau
gelengan kepala (menandakan gambar tersebut salah)
Cici : Gambar bola softball, sebab tampak benang jahitannya Bu.

Contoh 4
Guru : Dengarkan baik-baik! Sesudah Bapak koreksi tugas kalian, hasilnya
sangat memuaskan sekali. Bapak bangga sekali, karena itu sekarang
kalian boleh melihat pertandingan bola voli. Kepada Riska yang
mendapat nilai tertinggi Bapak menghadiahkan sebuah buku
Siswa : Secara serempak mengucapkan terima kasih, sambil bertepuk
tangan dan bersorak, mereka keluar menonton pertandingan bola voli.

Penggunaan penguatan yang tepat dalam proses belajar-mengajar dapat


menimbulkan pengaruh berupa sikap yang lebih positif dari pihak siswa
sehingga partiisipasinya dalam poses belajar mengajar akan meningkat dan
dengan demikian dapat diharapkan bahwa pencapaian prestasi belajar-
mengajar menjadi lebih tinggi.
Sebaliknya bila penguatan itu digunakan pada situasi dan waktu yang tidak
tepat bahkan akan kehilangan kekuatan serta keefektifannya, misalnya
penggunaan reinforcement yang berlebih-lebih (berulang-ulang), atau
memberikan reinforcement pada saat siswa (sedang) memecahkan suatu
persoalan, dan sebagainya.
Hal yang perlu diperhatikan adalah masing-masing siswa dalam menerima
penguatan itu berbeda-beda, misalnya ada sementara siswa lebih efektif
menerimanya apabila dilakukan dalam bentuk verbal, tetapi sebaliknya
penguatan verbal lebih ampuh khasiatnya bila dikemas pada siswa lainnya.
Memberi penguatan merupakan tindakan guru dalam memberikan tanggapan
secara positif terhadap prilaku peserta didik dalam belajar. Yang perlu diingat,
jangan memberikan penguatan yang inflasi (asal jadi) dalam memberikan
penguatan.
71
b. Tujuan Pemberian Penguatan
Menggunakan keterampilan memberi penguatan dalam pembelajaran
bertujuan untuk:
1) Membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
2) Merangsang peserta didik berpikir yang baik.
3) Menimbulkan perhatian peserta didik.
4) Menumbuhkan kemapuan berinisiatif secara pribadi.
5) Mengendalikan dan mengubah sikap negatif peserta didik dalam belajar
ke arah perilaku yang mendukung belajar.

c. Jenis-jenis Penguatan
Guru dapat emnggunakan jenis-jenis penguatan dalam proses belajar-
mengajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang berlangsung di kelasnya.
Ada pun jenis-jenis penguatan itu adalah:
1. Penguatan verbal
1. Kata-kata: “bagus”, “baik”, “betul”, “cerdas”, “hebat”, “mantap”,
“setuju”, “mengagumkan”, “ya”, paten”, dan sebagainya.
2. Kalimat: “Pekerjaanmu baik sekali Ani!”, “ Saya gembira dengan
hasil pekerjaan Anda”, “Inilah contoh siswa yang payut diteladani
oleh teman-teman sekelas!”.
2. Penguatan nonverbal, yaitu penguatan yang dinyatakan dalam bentuk
ekspresi wajah, misalnya dalam bentuk:
 senyum atau kerutan kening
 anggukan kepala atau gelengan
 wajah cerah atau wajah mendung
 sorotan mata yang sejuk atau tajam
 dan lain-lain.
3. Penguatan gestural, yaitu penguatan berupa gerak tubuh yang memberi
arti/ kesan baik kepada peserta didik. Misalnya: tepuk tangan, ancungan
jempol, anggukan kepala, gelengan kepala, dan sebagainya.
4. Penguatan dengan cara mendekati, yaitu perhatian guru kepada perilaku
peserta didik dengan cara mendekatinya. Penguatan dengan cara

72
pendekatan ini dapat dilakukan tatkala peserta didik menjawab pertanyaan
baik pertanyaan dari gurunya maupun temannya, bertanya, diskusi atau
aktivitas lainnya.
5. Penguatan dengan cara sentuhan, yaitu penguatan yang dilakukan guru
dengan cara menyentuh peserta didik, seperti, “menepuk pundak peserta
didik”, “menjabat tangan”, “mengangkat tangan peserta didik”, dan
sebagainya.
6. Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan, yaitu
memberikan penghargaan kepada kemampuan peserta didik dalam suatu
bidang tertentu seperti peserta didik yang pandai bernyanyi diberikan
kesempatan untuk melatih vokal pada temannya, yang pandai dapat
dijadikan tutur sebaya, dan sebagainya.
7. Penguatan berupa tanda atau benda, yakni adakalanya guru memberikan
penilaian kepada peserta didik yang berupa simbol-simbol atau benda-
benda. Penguatan ini dapat berupa komentar tertulis atas karya peserta
didik, hadiah berupa buku tulis, piagam, lencana, dan sebagainya.

d. Cara Penggunaan Pemberian Penguatan


1. Penguatan kepada pribadi tertentu
Penguatan harus jelas ditujukan kepada siswa tertentu dengan
menyebutkan namanya sambil memandang kepada siswa tersebut.
Penguatan ini akan kurang bernilai bagi siswa bila guru mengatakan,
Tepat jawabanmu itu” sambil melihat ke luar kelas.
2. Penguatan kepada kelompok siswa
Penguatan juga dapat diberikan kepada kelompok siswa, umpamanya,
apabila satu kelas telah menyelesaikan tugas dengan baik, maka guru
memperbolehkan siswa bekerja bebas atau istirahat, tetapi dapat juga
memberi penguatan secara verbal (dalam bentuk kata atau kalimat)
seperti: “Bapak bangga dengan kelas ini, mudah-mudahan dapat
dipertahankan untuk seterusnya. Mari kita bertepuk tangan”
3. Pemberian penguatan dengan segera
Penguatan harus diberikan begitu tingkah laku atau respons siswa yang
diharapkan muncul. “Oh, ya Bapak/Ibu mengucapkan terima kasih atas

73
karya kalian minggu yang lalu”. Ungkapan ini tidak akan efektif jika
diberikan satu minggu kemudian. Tetapi penguatan itu harus diberikan
saat itu juga.
4. Penguatan tidak penuh
Apabila seseorang siswa memberikan jawaban hanya sebagian saja yang
benar, tindak guru ialah memberi penguatan tidak penuh (partial).
Contoh: “Ya, jawabanmu sudah baik, hanya masih perlu dikembangkan
sedikit lahi”. Selanjutnya guru meminta siswa lain untuk
menyempurnakan jawaban tersebut.

Variasi penentuan jenis penguatan


Kalau setiap kali guru memberi penguatan dari kata yang dipakai adalah
“bagus” maka lama-kelamaan kata “bagus” ini tidak lagi bermakna bagi
siswa. Hal ini berlaku pula pada penguatan dengan gerakan yang bersifat
monoton, umpamanya hanya dengan mengacungkan ibu jari saja. Oleh
karena itu perlu adanya variasi dalam penggunaan dan penentuan jenis
komponen penguatan.

e. Prinsip-prinsip Penguatan
Beberapa hal yang penting dijadikan pedoman guru dalam memberikan suatu
penguatan kepada peserta didik, yaitu:
1. Dilakukan dengan hangat dan semangat
2. Memberikan kesan positif kepada peserta didik.
3. Berdampak terhadap perilaku positif.
4. Dapat bersifat pribadi atau kelompok.
5. Hindari penggunaan respons negatif.
6. Hindari penguatan yang inflasi.

Latihan Mandiri

Untuk memperdalam pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari dalam
kegiatan belajar di atas, selanjutnya silakan kerjakan latihan berikut ini.

74
1. Menurut Anda mengapa seseorang yang telah melakukan sesuatu kegiatan
terhadap orang lain harus diberi penghargaan?
2. Bagaimana keterampilan mendorong partisipasi murid (Reinforcement) itu
dilatihkan?
3. Mengapa dalam memberikan penguatan kepada siswa harus hangat dan
bersemangat? Beri alasan Anda!
4. Mengapa dalam memberikan penguatan kepada siswa guru harus menghindari
penguatan yang bersifat inflasi? Kemukakan jawan Anda!
5. Bagaimana keterampilan mendorong partisiapsi murid (reinforcement) itu
dilatihkan?

Latihan kelompok

1. Buatlah kelompok belajar untuk melatih keterampilan dasar mengajar memberi


penguatan dengan jumlah anggota antara 4 s.d. 5 orang.
2. Setiap anggota kelompok bergiliran mensimulasikan dan mendemonstrasikan
keterampilan memberi penguatan.
3. Pada saatsalah seorang teman Anda tampil (mensimulasikan dan
mendemonstrasikan) keterampilan dasar mengajar memberikan penguatan
sebagian (1 0rang atau lebih) bertindak sebagai observer untuk mengamati dan
mencatat sesuai dengan format yang ada pada lampiran.
4. Setelah selesai setiap peserta tampil (mensimulasikan dan mendemonstrasikan)
keterampilan dasar mengajar tersebut, kemudian dilanjutkan dengan diskusi untuk
memberikan umpan balik untuk membahas sejauhtelah menguasai keterampilan
yang telah dilatihkan sesuai dengan yang diharapkan.
5. Kemukakan secara objektif kelebihan dan kekurangan dari setiap peserta, lalu
bagaimana solusinya? Saran apa yang dapat diberikan untuk perbaikan terhadap
kekurangan tersebut, sehingga memperoleh hasil yang optimal!

Evaluasi

1. Simpulkan hakikat keterampilan dasar mengajar memberi penguatan dengan


bahasa Anda sendiri!

75
2. Kemukakan alasan Saudara, mengapa memberi penguatan itu penting dalam
pengajaran.
3. Klasifikasikan jenis-jenis penguatan yang bisa diberikan disertai dengan
contohnya!
4. Banyak cara penggunaan pemberian penguatan yang dilakukan guru dalam
proses pembelajaran. Kemukakan pendapat anda dan buatlah masing-masing
contoh cara penggunaan tersebut!
5. Beberapa hal yang penting yang dijadikan pedoman guru dalam memberikan
penguatan kepada peserta didik. Tentukan prinsip-prinsip penguatan tersebut!

76
6. Keterampilan Mengelola Kelas

Setelah mempelajari, mendiskusikan, dan berlatih keterampilan dasar mengajar


memberi penguatan, berikut ini Anda akan membahas tentang Keterampilan dasar
mengajar mengelola kelas. Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Dapat menganalisis hakikat keterampilan dasar mengajar mengelola kelas dan


terampil menerapkan keterampilan mengelola kelas dalam proses pembelajaran.
2. Menyimpulkan tujuan mengembangkan keterampilan dasar mengajar mengelola
kelas.
3. Mengidentifikasi komponen-komponen penting dalam keterampilan dasar
mengajar mengelola kelas.
4. Mengembangkan penanganan masalah-masalah pegelolaan kelas dalam proses
pembelajaran.
5. Menentukan hal-hal yang harus dihindari dalam mengembangkan keterampilan
mengelola kelas.
6. Mensimulasikan keterampilan mengelola kelas.

Pada dasarnya kegiatan guru, saat pelajaran berlangsung terdiri dari dua hal pokok
yakni: “mengajar dan mengelola kelas”. Kegiatan mengajar dimaksudkan secara
langsung mengingatkan siswa untuk mencapai tujuan sedangkan mengelola kelas
bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana kelas agar belajar dapat
berlangsung efektif dan efisien.

Permasalahan yang dihadapi guru di kelas pun menyangkut dua kegiatan tadi yakni
permasalahan yang berhubungan dengan kegiatan mengajar dan yang berhubungan
dengan pengelolaan kelas. Hal ini tampaknya sederhana, padahal tidak jarang terjadi
seorang guru menangani masalah yang bersifat pengajaran tetapi pemecahannya
dengan hal-hal yang bersifat pengelolaan kelas, dan sebaliknya.

Contohnya: seorang guru berusaha “menyajikan pelajaran dengan cara yang lebih
menarik agar siswa yang sering tidak masuk menghadiri pelajarannya”, padahal siswa
tersebut tidak masuk karena merasa tidak diterima oleh kawan-kawannya di dalam
kelompok teman sebaya. Membuat pelajaran lebih menarik adalah masalah

77
pengajaran sedangkan diterima/ tidak diterima teman dalam kelompok, adalah
masalah pengelolaan kelas.

Ketidakmampuan menerapkan metode pembelajaran/model pembelajaran adalah


masalah yang berhubungan dengan pengajaran sehingga pemecahannya pun harus
ditangani dengan hal-hal yang bersifat pengajaran. Kesulitan mengatur siswa,
hambatan dalam mengelompokkan siswa, beberapa siswa yang selalu menentang
ketua kelompoknya atau guru, dan lain-lain adalah masalah yang berhubungan
dengan pengelolaan kelas yang harus dipecahkan dengan yang bersifat pengelolaan.

a. Pengertian Mengelola Kelas


Dilihat dari pihak guru, keberhasilan kegiatan belajar-mengajar bukan
sekedar ditentukan oleh kemampuannya dalam menguasai bahan
pelajaran (subject-metter), tetapi juga dipengaruhi oleh kemampuannya
mengelola kelas (action-system knowlwdge). Keterampilan mengelola
kelas, merupakan kemampuan guru dalam mewujudkan dan
mempertahankan suasana belajar mengajar yang optimal.
Kemampuan ini erat kaitannya dengan kemampuan guru untuk
menciptakan kondisi yang menguntungkan, menyenangkan peserta
didik dan penciptaan disiplin belajar yang sehat
MJ. Cooper (1997) dalam Hasibuan (2008) memberikan defenisi sebagai
berikut: Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan untuk
mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi
atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, mengembangkan
hubungan interpersonal dan iklim sosio-emosional yang positif, serta,
mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif dan
produktif.
b. Tujuan Keterampilan Mengelola Kelas
Tujuan dari pengelolaan kelas adalah:

1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik


mengembangkan kemampuannya secara optimal.
2. Mempertahankan keadaan yang stabil dalam suasana kelas, sehingga
bila terjadi gangguan dalam belajar mengajar dapat dieliminir.
3. Menghilangkan berbagai hambatan hambatan dan pelanggaran disiplin
yang dapat merintangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
78
4. Mengatur semua perlengkapan dan peralatan yang memungkinkan
peserta didik belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual peserta didik dalam kelas.
5. Melayani dan membimbing perbedaan individual peserta didik.
c. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas
Dalam perannya sebagai pengelolaan kelas, guru dapat melaksanakan
tugsa-tugas pengelolaan kelas dengan memperhatikan prinsip-
prinsip sebagai berikut:
1. Kehangatan dan keantusiasan.
2. Tantangan, gunakan kata-kata, tindakan atau bahan dengan sajian yang
menantang.
3. Bervariasi, gunakan variasi dalam proses belajar mengajar.
4. Keluwesan, digunakan apabila guru mendapatkan hambatan dalam
perilaku peserta didik, sehingga guru dapat mengubah strategi
mengajarnya.
5. Tanamkan disiplin, selalu mendorong peserta didik agar memiliki disiplin
diri.
d. Komponen Mengelola Kelas
Menurut Darmadi (2012), terdapat dua komponen utama mengenai
keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar optimal guna
menghindari terjadinya situasi yang tidak menguntungkan atau merusak
proses belajar mengajar.
1. Keterampilan yang bersifat preventif, yakni keterampilan menciptakan
dan memelihara kondisi belajar optimal guna menghindari terjadinya
situasi yang tidak menguntungkan atau merusak proses belajar
mengajar.
2. Keterampilan yang bersifar represif, yakni keterampilan
mengembalikan kondisi belajar mengajar yang tidak menentukan ke
dalam kondisi belajar yang efektif.
Dalam mengembangkan keterampilan mengelola kelas yang bersifar preventif,
guru dapat menggunakan kemampuannya dengan cara

1) Menunjukkan sikap tanggap


Dalam tugas mengajarnya, guru harus terlibat secara fisik maupun mental

79
dalam arti guru selalu memiliki waktu untuk semua perilaku peserta didik,
baik peserta didik yang menunjukkan perilaku positif maupun perilaku
negatif/kondusif.
2) Membagi perhatian
Guru harus mampu membagi perhatian ke semua peserta didik. Perhatian itu
dapat bersifat visual maupun verbal.
3) Memusatkan perhatian kelompok
Mempertahankan dan meningkatkan keterlibatan peserta didik dengan cara
memusatkan kelompok kepada tugas-tugasnya dari waktu ke waktu.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan selalu menyiagakan peserta didik dan
menuntut tanggung jawab peserta didik akan tugas-tugasnya.
4) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas
Petunjuk ini dapat dilakukan untuk meteri yang disampaikan, tugas yang
diberikan dan perilaku-perilaku peserta didik lainnya yang berhubungan baik
langsung maupun tidak langsung pada pelajaran.
5) Menegur
Tegurlah peserta didik bila mereka menunjukkan perilaku yang mengganggu
atau menyimpang. Sampaikan teguran itu dengan tegas dan jelas tertuju
pada perilaku yang mengganggu, menghindari ejekan dan peringatan yang
kasar dan menyakitkan.
6) Memberi penguatan
Perilaku peserta didik baik yang positif maupun negatif perlu memperoleh
penguatan. Perilaku positif diberikan penguatan agar perilaku tersebut
muncul kembali. Perilaku negatif diberikan penguatan dengan cara
memberikan teguran atau hukuman agar perilaku tersebut tidak terjadi
kembali.
Sedangkan dalam mengembangkan keterampilan mengelola kelas yang
bersifat represif, guru dapat menggunakan kemampuannya dengan cara:

1) Modifikasi tingkah laku


Perilaku peserta didik yang mengganggu dianalisis kemudian ditentukan
langkah-langkah untuk remedial. Dalam hal ini guru dapat menempuh cara-
cara konselor.
2) Pengelolaan kelompok

80
Dalam menangani masalah pengelolaan kelas, guru dapat memanfaatkan
pendekatan pemecahan masalah kelompok. Pendekatan ini dapat dilakukan
dengan cara memperlancar tugas-tugas dan memelihara kegiatan-kegiatan
kelompok.
3) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan
masalah.
Guru dapat melaksanakan beberapa cara untuk mengendalikan tingkah laku
mengganggu yang muncul yaitu dengan cara: 1) menyadari sebab-sebab
perilaku itu muncul, 2) menemukan pemecahannya.

e. Menangani Masalah-masalah Pengelolaan Kelas


Untuk melengkapi tindakan yang bersifat preventif dan represif, guru
dapat menggunakan beberapa pendekatan:
1) Pendekatan anjuran dan dorongan (untuk guru)
 Jangan menegur siswa di hadapan kawan-kawannya.
 Jangan menggunakan nada suara yang tinggi dalam memberi peringatan.
 Bersikap tegas dan adil terhadap semua siswa.
 Jangan pilih kasih.
 Buktikan terlebih dahulu siswa itu bersalah sebelum memberikan
hukuman.
 Patuhilah aturan-aturan yang telah ditetapkan.
2) Pendekatan penguatan tingkah laku
Jika tingkah laku tertentu diberi ganjaran maka tingkah laku itu cendrung
diteruskan. Tingkah laku yang diperkuat adalah ”yang positif” dengan
ganjaran agar perbuatan itu diteruskan, sedang “yang negatif” denagn
ganjaran yang bersifat mengurangi atau meniadakan perangsang
kenegatifan itu.
3) Pendekatan iklim sosio-emosional
Pendekatan ini dibangun atas dasar pandangan bahwa pengelolaan kelas yang
efektif merupakan fungsi hubungan baik antara guru dengan siswa dan siswa
dengan siswa. Hubungan guru siswa terutama terutama sekali dipengaruhi
oleh (1) Keterbukaan/ sikap tidak berpura-pura, (2) Penerimaan dan
kepercayaan guru terhadap siswa, dan (3) Simpati guru terhadap siswa.

81
4) Pendekatan proses kelompok
Dalam pendekatan ini, peranan guru adalah mengembangkan dan
mempertahankan keeratan hubungan antarsiswa, semangat produktivitas
dan berorientasi pada tujuan kelompok. Bila guru menangani tingkah laku
yang menyimpang melalui pendekatan ini tujuannya adalah untuk membantu
kelompok itu bertanggung jawab atas perbuatan anggota-anggotanya.

f. Hal-hal yang harus dihindari


Beberapa hal harus dihindari dalam mengembangkan keterampilan
mengelola kelas, adalah:
1) Campur tangan yang berlebihan
Bila guru terlalu mencampuri peserta didik, misalnya memberi interupsi,
pertanyaan, tugas mendadak pada saat peserta didik asyik mengerjakan
tugas, akan menimbulkan kegiatan terganggu dan peserta didik merasa guru
terlalu mencampuri.
2) Kesenyapan
Saat guru menjelaskan atau memberikan instruksi lain kepada peserta didik,
kemudian tiba-tiba guru menghentikannya dalam waktu lama karena
kemungkinan guru lupa, tidak paham atau tidak menguasai materi sama
sekali. Dapat menimbulkan pikiran peserta didik mengawang-ngawang dan
hal ini harus dihindari.
3) Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan
Proses belajar mengajarnyang tidak direncanakan secara matang dapat
menimbulkan kekacauan struktur atau prosedur. Hal ini dapat
membingungkan peserta didik.
4) Penyimpangan
Adakalanya guru memberikan contoh atau konotasi padahal tidak ada
relevansinya dengan pelajaran atau guru malah asyik menceritakan
pengalaman hidupnya yang tidak ada kaitannya dengan bahan yang akan
disampaikan.
5) Bertele-tele
Adalah sikap guru yang sering mengulang-ulang suatu hal tertentu atau
memperlebar masalah kecil dapat menyebabkan peserta didik bosan
6) Pengulangan penjelasan yang tidak perlu
82
Adakalanya guru tidak efisien dalam memberi penjelasan, sering mengulang-
ulang suatu penjelasan yang dapat diberikan kepada seluruh kelas malah
disampaikan pada tiap peserta didik perorang atau pada kelompok.

Latihan Mandiri

Untuk memperdalam pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari dalam
kegiatan belajar di atas, selanjutnya silakan kerjakan latihan berikut ini.

1. Pada dasarnya kegiatan guru, saat pelajaran berlangsung terdiiri dari dua kegiatan
pokok, mengelola pengajaran dan pengelolan kelas. Bedakanlah kedua istilah
tersebut disertai dengan contohnya!
2. Dalam mengelola kegiatan guru dihadapkan kepada masalah yang berasal dari
dua sumber. Identifikasilah kedua sumber tersebut dan kemukakan alternatif
pemecahan masalahnya!
3. Mengapa seorang guru jangan menegur siswa dihadapan kawan-kawannya. Beri
alasan anda!
4. Apa yang menjadi asumsi dasar bahwa dalam kegiatan mengelola kelas
diperlukan pendekatan iklim sosio-emosional? Beri alasan Anda!
5. Identifikasi kegiatan apa saja yang yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam
mengembangkan keterampilan mengelola kelas yang bersifat preventif dan
represif disertai dengan contohnya!

Latihan kelompok

1. Buatlah kelompok belajar untuk melatih keterampilan dasar mengajar mengelola


kelas dengan jumlah anggota antara 4 s.d. 5 orang.
2. Setiap anggota kelompok bergiliran mensimulasikan dan mendemonstrasikan
keterampilan memberi penguatan.
3. Pada saat salah seorang teman Anda tampil (mensimulasikan dan
mendemonstrasikan) keterampilan dasar mengajar memberikan mengelola kelas
sebagian (1 0rang atau lebih) bertindak sebagai observer untuk mengamati dan
mencatat sesuai dengan format yang ada pada lampiran.
4. Setelah selesai setiap peserta tampil (mensimulasikan dan mendemonstrasikan)
keterampilan dasar mengajar tersebut, kemudian dilanjutkan dengan diskusi untuk

83
memberikan umpan balik untuk membahas sejauhmana setiap peserta telah
menguasai keterampilan yang telah dilatihkan sesuai dengan yang diharapkan.
5. Kemukakansecara objektif kelebihan dan kekurangan dari setiap peserta, lalu
bagaimana solusinya? Saran apa yang dapat diberikan untuk perbaikan terhadap
kekurangan tersebut, sehingga memperoleh hasil yang optimal!

Evaluasi

1. Simpulkan hakikat keterampilan dasar mengajar mengelola kelas dan mengapa


keterampilan mengelola kelas itu sangat penting. Beri alasan Anda!
2. Kemukakan alasan Saudara, mengapa mengelola kelas itu penting dalam
pengajaran.
3. Tentukan prinsip-prinsip pengelolaan kelas disertai contoh dari masing prinsip
tersebut!
4. Terdapat dua komponen utama mengenai keterampilan mengelola kelas.
Identifikasi kedua komponen tersebut, Uraikan masing-masing komponen
tersebut disertai contoh masing-masing komponen tersebut!
5. Bedakanlah penanganan masalah-masalah pengelolaan kelas baik yang
bersifat preventif maupun represif. Berikan masing-masing contoh penangan
tersebut!

84
7. Keterampilan Membimbing Diskusi kelompok Kecil (Small Group Teaching
Skill)

Setelah mempelajari, mendiskusikan, dan mensimulasikan keterampilan dasar


mengajar mengelola kelas di atas, pada kegiatan ini Anda diharapkan memiliki
kemampuan sebagai berikut:

a. Menanalisis hakikat keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil sebagai


salah satu unsur dari salah satu keterampilan dasar mengajar yang harus
dikuasai oleh guru.
b. Mengembangkan prinsip-prinsip membimbing diskusi kelompok kecil yang harus
dikuasai oleh guru.
c. Mengidentifikasi komponen-komponen penting dalam keterampilan membimbing
diskusi kelompok kecil.
d. Memberikan contoh hal-hal yang harus dihindari dalam membimbing diskusi
kelompok kecil.
e. Mensimulasikan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil.

a. Pengertian Membimbing Diskusi Kelompok Kecil


Diskusi kelompok kecil dapat dipandang sebagai variasi dari pola interaksi
yang penting dikembangkan dalam proses belajar mengajar. Diskusi
kelompok kecil adalah suatu proses belajar yang dilakukan dalam kerja
sama kelompok yang bertujuan memecahkan suatu permasalahan,
mengkaji konsep, prinsip atau keterampilan tertentu (Sundari dan
Muliyawati, 2017). Tujuan-tujuan belajar yang bersifat kompleks, tidak
tunggal; dan tujuan-tujuan belajar yang tidak hanya dimaksudkan untuk
mencapai suatu pengetahuan tertentu; atau pengajaran itu tidak hanya
mewujudkan dampak pengajaran saja. Pengajaran tersebut dimaksudkan
pula untuk mewujudkan dampak pengiring berupa pembentukan sikap-
sikap dan keterampilan hidup, maka diskusi kelompok kecil dapat tercapai
dengan baik, maka diskusi kelompok kecil menjadi bagian strategis dalam
proses belajar-mengajar di sekolah.

Keterampilan berdiskusi sangatlah penting dilatihkan kepada siswa dengan

85
iklim dan suasana yang penuh keterbukaan. Mereka sebaiknya memiliki
kebebasan atau rasa kemerdekaan yang kuat di dalam mengemukakan
suatu pendapat, sehingga suasana belajarnya atau kehidupannya kelak
akan menjadi lebih maju dan dinamis. Agar maksud penyelenggaraan
diskusi kelompok kecil dapat tercapai dengan baik, maka terdapat
sejumlah keterampilan yang harus dikuasai guru.

b. Prinsip-prinsip Membimbing Diskusi kelompok Kecil


Beberapa prinsip dalam membimbing diskusi kelompok kecil yang harus
diperhatikan adalah:
1. Laksanakan diskusi dalam suasana yang menyenangkan.
2. Berikan waktu cukup untuk merumuskan dan menjawab suatu
permasalahan.
3. Rencanakan diskusi kelompok kecil dengan sistematis.
4. Bimbinglah dan jadikanlah diri guru sebagai teman dalam diskusi.

c. Komponen Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok kecil


Komponen-komponen penting yang dapat dipelajari guru dalam
mengembangkan pembimbingan kelompok kecil, adalah:
1. Pemusatan Perhatian
Tentukan arah, tujuan, topik diskusi dan kendalikan pembicaraan agar tetap
pada topik.
2. Memperjelas permasalahan
Agar permasalahan menjadi terang, guru dapat merangkum ide-ide peserta
didik, memberi tanggapan terhadap komentar peserta didik dan juga
memberikan informasi tambahan
3. Menganalisis pandangan peserta didik
Agar perhatian peserta didik tetap berada pada konteks diskusi, guru dapat
memberikan komenatr dan meluruskan pandangan peserta didik agar
tetap pada topik diskusi.
4. Meningkatkan urutan pikiran peserta didik
Diskusi dimaksudkan agar peserta didik berpikir kritis, guru dapat membantu
mewujudkan melalui dukungan terhadap pendapat-pendaapt peserta

86
didik yang logis dan untuk merangsang pendapat-pendaapt peserta
didik, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang problematis.
5. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Peserta didik yang tidak ikut berpartisipasi harus disiasati agar turut
berpartisipasi, misalnya dengan pertanyaan yang langsung tertuju pada
peserta didik yang tidak aktif.
6. Menutup diskusi
Membuat rangkuman, menentukan langkah tindak lanjut dan menilai
bersama-sama dengan peserta didik tentang diskusi yang tealh
berlangsung merupakan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan guru
dalam menutup diskusi (Darmadi, 2012).

d. Hal-hal yang garus dihindari


Beberapa hal yang ahrus dihinadri guru dalam membimbing diskusi kelompok
kecil, adalah:
1. Membiarkan peserta didik mengemukakan pendapat yang tidak ada
kaitannya dengan topik pembicaraan.
2. Membiarkan diskusi dikuasai atau dimonopoli oleh peserta didik tertentu.
3. Membiarkan peserta didik tidak aktif.
4. Melaksanakan diskusi yang tidak sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan peserta didik.
5. Tidak memberikan kesempatan yang cukup kepada peserta didik untuk
memikirkan pemecahan masalah.
6. Tidak merumuskan hasil diskusi dan tidak memberikan tindak alnjut.

Latihan Mandiri

Untuk memperdalam pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari dalam
kegiatan belajar di atas, selanjutnya silakan kerjakan latihan berikut ini.

1. Mengapa keterampilan berdiskusi sangat penting dilatih kepada siswa? Beri


argumentasi Anda dan apa dampaknya dalam proses belajar mengajar,
disertai dengan contohnya!

87
2. Beri alasan Anda, mengapa melaksanakan diskusi dalam suasana yang
menyenangkan!
3. Mengapa guru harus menganalisis pandangan peserta didik? Dan apa
dampaknya jika guru tidak menganalisis pandangan peserta didik tersebu? Beri
alasan Anda!
4. Dalam diskusi menyebarkan kesempatan berpartisipasi sangat diperlukan.
Mengapa demikan? Beri alasan Anda!
5. Beri tanggapan Anda, Jika guru membiarkan peserta didik mengemukakan
pendapat yang tidak ada kaitannya dengan topik pembicaraan!

Latihan kelompok

1. Buatlah kelompok belajar untuk melatih keterampilan dasar mengajar


membimbing diskusi kelompok kecil dengan jumlah anggota antara 4 s.d. 5
orang.
2. Setiap anggota kelompok bergiliran mensimulasikan dan mendemonstrasikan
keterampilan mengajar membimbing diskusi kelompok kecil.
3. Pada saat salah seorang teman Anda tampil (mensimulasikan dan
mendemonstrasikan) keterampilan dasar mengajar membimbing diskusi
kelompok kecil, sebagian (1 0rang atau lebih) bertindak sebagai observer untuk
mengamati dan mencatat sesuai dengan format yang ada pada lampiran.
4. Setelah selesai setiap peserta tampil (mensimulasikan dan
mendemonstrasikan) keterampilan dasar mengajar tersebut, kemudian
dilanjutkan dengan diskusi untuk memberikan umpan balik untuk membahas
sejauhmana setiap peserta telah menguasai keterampilan yang telah dilatihkan
sesuai dengan yang diharapkan.
5. Kemukakan secara objektif kelebihan dan kekurangan dari setiap peserta, lalu
bagaimana solusinya? Saran apa yang dapat diberikan untuk perbaikan
terhadap kekurangan tersebut, sehingga memperoleh hasil yang optimal!

Evaluasi

1) Simpulkan hakikat keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dan


mengapa keterampilan berdiskusi sangat penting dilatih? Kemukakan alasan
Anda!
88
2) Uraikan prinsip-prinsip membimbing diskusi kelompok kecil, mengapa prinsip
tersebut diperlukan, beri alasan Anda!
3) Tentukan komponen-komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok
kecil dan beri penjelasan masing-masing komponen tersebut disertai
contohnya!
4) Identifikasikan hal-hal yang harus dihindari dalam membimbing diskusi
kelompok kecil, mengapa hal tersebut perlu dihindari. Kemukakan alasan Anda!
5) Buatlah perbedaan membimbing diskusi kelompok kecil dengan mengajar
kelompok kecil!

89
8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan (Small Group
Teaching and Individualizing Teaching Skill)

Setelah mempelajari, mendiskusikan, dan berlatih Keterampilan membimbing diskusi


kelompok kecil, pada kegiatan ini Anda akan membahas tentang keterampilan
mengajar kelompok kecil dan perorangan. Anda diharapkan memiliki kemampuan
sebagai berikut:

1) Menjelaskan hakikat keterampilan mengajar Kelompok Kecil dan perorangan dan


terampil menerapkannya yang merupakan bagian dari keterampilan dasar
mengajar.
2) Menyimpulkan tujuan mengembangkan keterampilan dasar mengajar kelompok
kecil dan perorangan.
3) Mengiedentifikasi komponen-komponen mengajar kelompok kecil dan perorangan
yang harus dikuasai guru dalam proses pembelajaran.
4) Mensimulasikan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan

a. Pengertian Mengajar Kelompok Kecil


Keterampilan mengajar kelompok kecil adalah kemampuan melayani
kegiatan peserta didik dalam belajar secara kelompok dengan jumlah
peserta didik berkisar antara 3 hingga 5 orang atau paling banyak 8 orang
untuk setiap kelompoknya. Sedangkan keterampilan dalam pengajaran
perorangan atau pengajaran individual adalah kemampuan guru dalam
menentukan tujuan, bahan ajar, prosedur, dan waktu yang digunakan
dalam pengajaran dengan memperhatikan tuntutan-tuntutan atau
perbedaan-perbedaan individual peserta didik (Sundari dan Muliyawati,
2017).
Kepentingan guru memiliki keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan ini tidak lain dimaksudkan guna memenuhi kebutuhan belajar
peserta didik itu sendiri. Ciri-ciri khas setiap anak itu adalah berbeda satu
sama lain, baik sebagai perorangan ataupun hidup dalam kelompoknya.
Guru sewajarnya bertindak adil dalam memberikan pelayanan
pendidikannya, bukan sekedar menyamaratakan (bersifat kalsikal) tetapi

90
harus memiliki alternatif lain di dalam upaya memperhatikan kebutuhan-
kebutuhan individu si anak.

b. Tujuan Mengajar Kelompok Kecil


Tujuan guru mengembangkan keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan ini adalah:
1. Melayani kebutuhan peserta didik berdasarkan perbedaan individualnya.
2. Menciptakan proses belajar mengajar aktif dan efektif.
3. Merangsang tumbuh-kembangnya kemampuan optimal peserta didik.

c. Komponen Keterampilan mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan


Beberapa komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan
ini, adalah:
1. Keterampilan dalam pendekatan pribadi.
Ciptakan keakraban dan kedekatan antara guru dengan peserta didik dan
tumbuhkan hubungan kasih sayang dan persahabatan sehingga peserta
didik merasa aman dan terayomi.
2. Keterampilan dalam mengorganisasi
Keterampilan dalam mengorganisasi kebutuhan-kebutuhan bagi upaya
mengajar kelompok.
3. Keterampilan dalam Membimbing Belajar
Bila segalanya telah tertata dengan baik, mulailah mengajar dan jadilah
pembimbing belajar dengan melaksanakan keterampilan yang sesuai untuk
membimbing peserta didik dalam belajar terutama yang berkaitan dengan
penanganan kesulitan peserta didik.
4. Keterampilan dalam merencanakan dan melaksanakan KBM
Kegiatan guru dalam kegiatan belajar-mengajar seperti membuka pelajaran,
menyajikan kegiatan inti, membimbing peserta didik dan mengevaluasinya,
hendaklah diatur dengan baik dan penuh kesungguhan
Kegiatan guru dalam kegiatan belajar mengajar seperti membuka pelajaran,
menyajikan kegiatan inti, membimbing peserta didik, dan mengevaluasi,
hendaklah diatur dengan baik dan penuh kesungguhan.

91
Latihan Mandiri

Untuk memperdalam pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari dalam
kegiatan belajar di atas, selanjutnya silakan kerjakan latihan berikut ini.

1. Pada dasarnya kegiatan guru dalam keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan terdiri dari dua kegiatan pokok, yaitu pengajaran kelompok kecil dan
perorangan. Bedakanlah kedua istilah tersebut disertai dengan contohnya!
2. Kemukakan pendapat anda, apa yang menjadi tujuan mengajar kelompok kecil
dan perorangan. Beri alasannya!
3. Untuk kepentingan apa guru memiliki keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan tersebut? Beri alasan Anda!
4. Untuk membuat pengajaran kelompok kecil dan perorangan berhasil dengan baik,
guru mengadakan pendekatan secara pribadi. Uraikan pendapat Anda hal apa
saja yang dapat dilakukan oleh seorang guru tersebut!
5. Temukan letak perbedaan penekanan utama dalam keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan.

Latihan kelompok

1. Buatlah kelompok belajar untuk melatih keterampilan dasar mengajar kelompok


kecil dan perorangan dengan jumlah anggota antara 4 s.d. 5 orang.
2. Setiap anggota kelompok bergiliran mensimulasikan dan mendemonstrasikan
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
3. Pada saat salah seorang teman Anda tampil (mensimulasikan dan
mendemonstrasikan) keterampilan dasar mengajar kelompok kecil dan
perorangan sebagian (1 0rang atau lebih) bertindak sebagai observer untuk
mengamati dan mencatat sesuai dengan format yang ada pada lampiran.
4. Setelah selesai setiap peserta tampil (mensimulasikan dan
mendemonstrasikan) keterampilan dasar mengajar tersebut, kemudian
dilanjutkan dengan diskusi untuk memberikan umpan balik untuk membahas
sejauhmana setiap peserta telah menguasai keterampilan yang telah dilatihkan
sesuai dengan yang diharapkan.

92
5. Kemukakan secara objektif kelebihan dan kekurangan dari setiap peserta, lalu
bagaimana solusinya? Saran apa yang dapat diberikan untuk perbaikan
terhadap kekurangan tersebut, sehingga memperoleh hasil yang optimal!
Evaluasi

1. Simpulkan hakikat keterampilan dasar mengajar kelompok kecil dan perorangan


dalam proses pembelajaran dengan bahasa Anda sendiri!
2. Kemukakan pendapat anda, apa yang menjadi tujuan mengajar kelompok kecil dan
perorangan. Beri alasannya!
3. Kemukakan alasan Anda, peran guru dalam pengajaran kelompok kecil dan
perorangan!.
4. Untuk membuat pengajaran kelompok kecil dan perorangan berhasil dengan baik,
guru mengadakan pendekatan secara pribadi. Uraikan pendapat Anda hal apa
saja yang dapat dilakukan oleh seorang guru tersebut!
5. Guru dapat menerapkan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan. Kapan
saatnya guru menerapkan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan
tersebut?. Kemukakan kelebihan dan kekurangan masing-masing!

93
KEGIATAN PEMBELAJARAN III
PROSEDUR PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MIKRO

A. Tujuan Pembelajaran
Pembahasan dalam kegiatan pembelajaran III ini yaitu “Prosedur Pelaksanaan
Pembelajaran Mikro”. Secara khusus pokok bahasan akan difokuskan pada
langkah-langkah kegiatan yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran
mikro. Apa yang harus dilakukan oleh calon atau para guru ketika melaksanakan
pembelajaran mikro, sehingga dengan mengikuti prosedur yang benar dapat
berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang memuaskan, yaitu
meningkatkan mutu guru dalam keterampilan mengajarnya.

Setelah selesai mempelajari, mendiskusikan dan mensimulasikan prosedur


pelaksanaan pembelajaran mikro, diharapkan Anda dapat:
1. Menganalisis dan memahami tahap-tahap persiapan sebagai pra-
pembelajaran mikro, yang harus dilakukan oleh para calon atau para guru yang
akan berlatih melaksanakan pembelajaran melalui pembelajaran mikro
2. menganalisis dan memahami tahap pelaksanaan pembelajaran mikro,
sebagai bagian dari pendekatan pembelajaran untuk mempersiapkan,
membina dan meningkatkan keterampilan mengajar.
3. Memahami upaya tindak lanjut yang harus dilakukan oleh setiap peserta,
sebagai tahap akhir dari rangkaian kegiatan pembelajaran mikro.

Adapun materi yang akan Anda ikuti saat ini yaitu membahas langkah-langkah atau
prosedur yang harus dilakukan ketika melaksanakan pembelajaran mikro. Materi
ini tentu saja adalah untuk membantu Anda menjawab pertanyaan “bagaimana”
melaksanakan pembelajaran melalui pendekatan atau model pembelajaran
mikro.

Untuk mencapai ketiga tujuan yang telah dirumuskan di atas, maka topik-topik
yang akan Anda pelajari dalam bahan belajar mandiri ini terdiri dari tiga sub
pokok bahasan, yaitu:
1. Persiapan pembelajaran mikro; yaitu akan mengidentifikasi dan membahas
jenis- jenis persiapan apa saja yang harus dilakukan oleh setiap peserta yang
akan melakukan proses pembelajaran melalui pendekatan pembelajaran

94
mikro.
2. Tahap pelaksanaan pembelajaran mikro; yaitu akan mengidentifikasi dan
membahas tahap kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh setiap peserta
yang melakukan proses pembelajaran melalui pendekatan pembelajaran
mikro.

3. Tahap mempersiapkan perencanaan pembelajaran mikro

B. Materi Pembelajaran

1. Persiapan Pembelajaran Mikro

Untuk memperluas wawasan Anda terhadap pengertian pembelajaran mikro dari


yang sudah disampaikan dalam bahan pembahasan sebelumnya, perlu digaris
bawah bahwa hakikat pembelajaran mikro adalah pendekatan pembelajaran
yang disederhanakan “micro”. Menurut Theo Hug (2005) tujuan penyederhanaan
tersebut untuk memupuk dan meningkatkan kecakapan keterampilan mengajar
(acquierement of skills in teaching).

Selanjutnya menurut Theo Hug, bahwa untuk diperolehnya tingkat kecakapan


yang diharapkan (standar), maka program pembelajaran mikro dirancang secara
terstruktur, sistematis dalam bentuk:
a. Micro lessons, yaitu latihan atau pembelajaran yang hanya memusatkan pada
bagian-bagian dari keseluruhan komponen dan keterampilan pembelajaran.
Maksudnya bahwa sudah menjadi pengetahuan umum bahwa pembelajaran
merupakan suatu proses yang komplek, karena mengintegrasikan beberapa
komponen dan keterampilan dalam suatu proses secara terintegrasi. Dalam
proses pembelajaran melalui pendekatan pembelajaran mikro, upaya untuk
menguasai seluruh komponen dan keterampilan yang biasa diterapkan dalam
pembelajaran sebenarnya, tidak harus dilatihkan sekaligus dan dalamwaktu
yang bersamaan. Sebab kalau seperti maka menyalahi ketentuan proses
pembelajaran mikro. Oleh karena itu melalui micro lesson, proses latihan harus
dilakukan satu demi satu atau bagian-demi bagian dari seluruh komponen
atau keterampilan mengajar yang harus dikuasainya. Melalui proses latihan
dengan hanya memfokuskan pada bgaian-bagian dari keseluruhan yang
akan dipelajari, maka pihak-pihak terkait dengan pembinaan pembelajaran
mikro akan dapat mengontrol dengan cermat, akurat, dan terperinci dari

95
setiap jenis keterampilan mengajar yang dilatihkannya.

b. Micro periods, yaitu waktu untuk melatih setiap jenis keterampilan mengajar
diperpendek dari waktu pembelajaran biasa seperti yang terjadi di kelas yang
sebenarnya. Ini juga sebagai realisasi dari hakikat pembelajaran mikro
seperti yang dijelaskan sebelumnya yaitu ”disederhanakan”. Salah satu
contoh penyederhanaan tersebut yaitu dalam penggunaan waktu. Bila dalam
pembelajaran biasa satu jam pembelajaran antara 35-40 menit, maka dalam
pembelajaran mikro untuk melatih setiap bagian-bagian keterampilan dasar
mengajar tersebut hanya berkisar antara 10 -15 menit.
c. Cyclical model, yaitu proses latihan yang dilakukan secara berulang-ulang
sampai diperoleh penguasaan yang maksimal dari setiap jenis keterampilan
yang dilatihkannya. Untuk memperoleh penguasaan yang tuntas terhadap
setiap materi pembelajaran, tidak bisa dilakukan hanya dengan sekali waktu,
atau satu kali kegiatan saja. Untuk menguasai terhadap sesuatu perlu proses,
semakin baik proses yang dilakukan semakin baik pula hasil yang akan
dicapai. Oleh karena itu melalui pembelajaran mikro, setiap peserta yang
berlatih sangat terbuka dan sangat dianjurkan untuk berlatih secara terus
menerus sesuai dengan kebutuhan. Dalam pembelajaran ada satu prinsip
yang disebut dengan prinsip pengulangan. Prinsip ini mengisyaratkan bahwa
proses pembelajaran termasuk latihan harus dilakukan berulang-ulang
(Cyclical model). Dengan pengulangan akan memperkuat daya ingat sehingga
akan lama tersimpan (relativelly permanent) dalam ingatan. Selain akan
menjadi tahan lama diingat, melalui latihan yang dilakukan berulang-ulang,
maka akan semakin meningkatkan kecakapan atau keterampilan
(acquirement) keterampilan yang dilatihkan. Misalnya Tina mahasiswa
keguruan yang berlatih keterampilan membuka, latihan ke 1 masih belum
lancar, latikan ke 2 ada peningkatan tapi masih ada kekurangan yang
mendasar, ulangi lagi latihan ke 3 ternyata lebih baik dari hasil ke 1 dan ke
2. Setiap kali melakukan pengulangan harus ditempuh dalam suatu proses
sebagai berikut: mengajar, mengkritisi/diskui, mengajar kembali,
mengkritisi/diskusi (teach-critique-re-teach-critique) sampai dianggap tuntas.

96
2. Mengetahui Jenis-Jenis Keterampilan Dasar Mengajar
Tahap kedua sebagai persiapan melaksanakan pembelajaran mikro adalah
mengidentifikasi jenis-jenis keterampilan mengajar, lalu berusaha dengan
belajar untuk memahami setiap jenis keterampilan dasar mengajar tersebut.
Dalam pembelajaran modul 1 dan 2, sudah banyak disinggung, bahwa
pembelajaran merupakan suatu proses yang komplek. Ada tujuan/kompetensi
yang harus dicapai, materi pembelajaran untuk mencapai tujuan, metode dan
media serta sumber pembelajaran, dan ada aspek evalusi. Selain itu ada siswa
dengan berbagai karakteristiknya, sarana dan lingkungan bersifat fisik maupun
sosial, dan lain sebagainya. Guru yang profesional harus memiliki kemampuan
mengelola setiap unsur pembelajaran tersebut, sehingga setiap unsur
pembelajaran tersebut secara maksimal saling mempengaruhi untuk terjadinya
proses belajar pada siswa. Tugas guru adalah memberlajarkan siswa, yaitu
bagaimana agar siswa sebagai objek dan subjek pembelajaran dapat
berinteraksi dengan lingkungan pembelajaran secara optimal, untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang berkualitas. Faktor penentu keberhasilan
pembelajaran terletak pada penampilan guru, yang salah satu unsur
penampilan tersebut adalah berkaitan dengan keterampilan dasar mengajar.

Sesuai dengan perkembangan paradigma baru dalam pembelajaran, sebagai


akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi, khususnya teknologi
informasi dan komunikasi, maka tentu saja keterampilan yang harus dimiliki
bisa berkembang sesuai dengan tuntutan yang terjadi. Adapun pembahasan
secara lebih luas dari setiap jenis keterampilan dasar mengajar tersebut, dan
bagaimana cara proses pembelajarannya melalui pembelajaran mikro, akan
disampaikan dalam pembahasan kegiatan pembelajaran berikutnya. Oleh
karena itu pelajari secara tuntas seluruh bahan belajar mandiri ini, karena dari
kegiatan pembelajaran 1 sampai dengan kegiatan pembelajaran 5 saling terkait
dan merupakan suatu kesatuan yang utuh yaitu dalam kawasan pembelajaran
mikro.

3. Observasi ke sekolah (kelas)

Setelah Anda memahami hakikat pembelajaran mikro, kemudian jenis-jenis


keterampilan dasar mengajar juga sudah dikuasai, maka langkah selanjutnya
sebagai persiapan yang harus dilakukan untuk melaksanakan pembelajaran

97
mikro, yaitu melakukan observasi atau pengamatan ke sekolah (kelas). Perlu
diingat bahwa observasi ke sekolah/kelas bukan untuk membicarakan rencana
pembelajaran mikro disekolah/kelas, tapi Anda berkunjung ke sekolah itu untuk
belajar melalui pengalaman langsung bagaimana cara guru mengajar.

Observasi dalam bahasa Inggris “to observe”, memiliki banyak makna antara lain:
mengamati, melihat, memperhatikan. Dari makna-makna tersebut, observasi
adalah kegiatan memperhatikan secara cermat terhadap sesuatu yang dilihat.
Dalam hal ini kegiatan observasi yaitu untuk mencermati dengan teliti kegiatan
guru yang sedang melakukan pembelajaran di kelas yang sesungguhnya.
Dalam melakukan pengamatan Anda tidak harus ikut campur (interpensi)
kepada guru yang sedang mengajar, anda hanya sebagai pemerhati yang aktif
merekam, mencatat setiap tingkah laku guru ketika sedang mengajar. Oleh
karena itu dalam bahasa Inggris “to observe” berarti pula menghormat, artinya
Anda hormat dan patuh pada keadaan atau kondisi pembelajaran yang sedang
dilakukan oleh guru.
Agar tidak mengganggu jalannya pembelajaran, ketika melakukan observasi
sebaiknya Anda mencari tempat yang aman, sehingga guru yang diobservasi
tidak merasa diperhatikan oleh Anda, dan dengan demikian Anda dapat melihat
penampilan guru secara wajar seperti biasa mereka lakukan sehari-hari, seperti
layaknya tanpa ada yang mengamati. Selesai melakukan observasi, Anda
kembali ketempat belajar (kampus atau tempat tugas) untuk mengkaji,
merenungkan, mendiskusikan dan membuat refleksi terhadap pengalaman atau
temuan dari hasil observasi yang telah dilakukan. Untuk memperkaya Anda
dalam berdiskusi, Anda pun buka kembali topik-topik yang membahas
pembelajaran mikro terutama topik keterampilan dasar mengajar. Hubungkan
antara teori yang Anda pelajari dengan penampilan guru ketika melaksanakan
pembelajaran di kelas. Simpulkan dimana kelebihan dan kekurangannya,
dikaitkan dengan teori yang anda baca, kemudian simpulkan bagaimana
seharusnya kalau Anda nanti melakukan latihan dalam pembelajaran mikro.

4. Membuat Perencanaan Pembelajaran Mikro


Di atas Anda telah mempelajari tiga sub bahasan sebagai bagian dari persiapan
pembelajaran mikro yaitu: apa, mengapa dan bagaimana pembelajaran mikro,

98
jenis-jenis keterampilan dasar mengajar, dan tahap kegiatan observasi kelas.
Itu semua baru sebagian dari keseluruhan persiapan yang harus dilakukan oleh
setiap yang akan melakukan proses pembelajaran melalui model pembelajaran
mikro. Adapun pembahasan berikutnya masih kelanjutan dari ketiga jenis yang
telah disebutkan tadi, yaitu membuat perencanaan pembelajaran mikro.

Untuk perencanaan pembelajaran mikro ini pada prinsipnya sama dengan


rencana pembelajaran pada umumnya, yaitu rencana pembelajaran yang
berfungsi sebagai pedoman umum bagi setiap yang akan melaksanakan
proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran mikro. Untuk
rencana pelaksanaan pembelajaran ada beberapa istilah yang dipakai dan
sering kita dengar seperti: Satuan Pembelajaran, Satuan Kegiatan Harian,
Silabus Pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran dan lain
sebagainya. Pada kesempatan ini sebaiknya Anda tidak mempertentangkan
terlalu mendalam mengenai istilah-istilah yang digunakan itu, karena semuanya
memiliki fungsi yang sama yaitu persiapan mengajar tertulis sebagai pedoman
bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran.

Sesuai dengan namanya yaitu rencana pembelajaran mikro, maka tentu saja
bentuk atau rencana pembelajaran itu harus disesuaikan dengan karakteristik
dan prinsip pembelajaran mikro itu sendiri. Ingat pembahasan sebelumnya
hakikat pembelajaran mikro adalah kegiatan yang disederhanakan. Oleh karena
itu maka model rencana pembelajaran mikro, harus mencerminkan dari hakikat
pembelajaran mikro itu sendiri.

5. Membuat Kelompok Pembelajaran Mikro


Tahap terakhir dari rangkaian persiapan untuk pelaksanaan pembelajaran
mikro adalah pembagian kelompok. Sesuai dengan karakteristik dan sifat
pembelajaran mikro, bahwa setiap peserta yang akan berlatih melalui
pembelajaran mikro dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil. Dengan
dipimpin oleh seorang pembimbing atau supervisor, setiap kelompok kurang
lebih beranggotakan antara 7-8 orang. Jika dalam satu rombel mahasiswa
keguruan semester akhir yang akan melaksanakan proses pembelajaran mikro
berjumlah sebanyak 40 orang. Maka semuanya tinggal membagi anggota
antara 7-8 orang/kelompok, sehingga akan diperoleh sebanyak 5 kelompok

99
peserta pembelajaran mikro. Demikian juga jika yang akan berlatih untuk lebih
meningkatkan keterampilan dasarnya adalah para guru (in-service training),
maka ia tinggal mencari teman agar memenuhi jumlah anggota kelompok
sebanyak antara 7-8 orang.

Adapun setiap anggota dari masing-masing kelompok sebelumnya harus


memperoleh penjelasan agar semua yang terlibat dalam proses pembelajaran
tersebut memiliki persepsi yang sama. Secara umum tugas atau peran setiap
anggota kelompok (8 orang) dalam setiap kelompok bisa diatur sebagai
beriktu:1 orang berperan sebagai guru, 5 orang berperan sebagai murid (teman
sejawat) karena sifatnya peer teaching, 2 orang berperan sebagai observer.

Jika digambarkan maka posisi setiap anggota atau peserta yang terlibat dalam
pembelajaran mikro seperti dalam bagan berikut:

Setting Pelaksanaan Pembelajaran Mikro

SISWA
SISWA
SISWA
GURU/
PRAKTIKAN SISWA

OBSERVER

Bagan di atas menggambarkan pembagian tugas yang terlibat dalam


pembelajaran mikro, yaitu: Pertama guru, yaitu seseorang yang memerankan
sebagai guru yang sedangan melakukan latihan mengajar melalui pendekatan
pembelajaran mikro; Kedua siswa, yaitu kelompok yang memerankan sebagai
siswa yang sedang mengikuti kegiatan pembelajaran; dan ketiga observer atau
supervisor, yaitu seseorang yang bertugas untuk mengamati terhadap proses
latihan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang sedang berlatih.

Secara cermat pihak observer atau supervisor mengamati dan mencatat


kejadian- kejadian penting selama proses pembelajaran berlangsung.
Sebaiknya agar dapat mendokumentasikan secara lengkap seluruh aktivitas

100
atau kejadian selama pembelajaran berlangsung, sebaiknya dilengkapi alat
perekaman vedeo. Tugas observer selain mencatat hal-hal penting, diakhir
pembelajaran adalah yang memberikan masukan, saran, dan solusi untuk lebih
meningkatkan penampilan yang sedang berlatih. Oleh karena itu seseorang
yang menjadi observer, harus yang sudah memiliki pengalaman lebih
dibidangnya, sehingga dapat memberikan masukan yang maksimal.

6. Skenario Pelaksanaan Pembelajaran Mikro

Praktek latihan mengajar yang dilakukan melalui pendekatan pembelajaran


mikro, adalah mengajar yang sebenarnya. Dengan demikian setiap unsur atau
pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran mikro harus memerankan
dirinya secara logis dan otimal layaknya seperti kegiatan pembelajaran yang
sebenarnya. Hal ini bertujuan terutama untuk mengkondisikan suasana
pembelajaran yang sebenarnya, agar calon guru atau guru yang sedang berlatih
dapat melakukan proses pembelajaran secara maksimal.

Setiap anggota kelompok, sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing


mulai melakukan aktivitas pembelajaran mikro, yaitu praktek melatih
keterampilan dasar mengajar pada tempat yang sudah direncanakan untuk
pembelajaran mikro. Adapun pihak-pihak terkait dalam pembelajaran mikro,
serta tugas dan fungsi yang harus dijalankannya, pada intinya dapat dirinci
sebagai berikut: 1) Pihak guru yang berlatih, b) Pihak siswa, c) Pihak Observer,
d) Pihak pembimbing atau dosen, dan e) Sarana dan fasilitas pendukung
Setiap unsur atau pihak yang terlibat dalam pembelajaran mikro harus mampu
memerankan fungsinya secara wajar dan diarahkan pada upaya membantu
peserta yang berlatih agar memiliki kemampuan atau kecakapan yang
diharapkan. Adapun proses kerja atau skenario dari setiap elemen dalam
pembelajaran mikro dapat dijelaskan dalam fungsi dan peran setiap unsur pada
pembahasan berikut ini.

a) Fungsi dan peran guru yang berlatih (trainee)


Calon guru atau peserta yang berlatih dalam pembelajaran mikro, pada
saat ia tampil harus memposisikan dirinya sebagai guru. Tugas guru adalah
membelajarkan siswa, walaupun suasana pembelajarannya dilakukan dalam

101
ruang atau tempat khusus untuk pembelajaran mikro, bukan di kelas yang
sebenarnya (not real classroom teaching), menghadapi teman sendiri atau
teman sejawat sebagai siswanya (peer teaching), akan tetapi tugas guru
adalah mengajar yang sebenarnya (real teaching). Seperti halnya kegiatan
pembelajaran yang sebenarnya, maka setiap tahapan kegiatan pembelajaran
yang dilakukan dalam pembelajaran mikro harus ditempuh. Kegiatan
membuka pembelajaran, kegiatan inti dan kegiatan penutup pembelajaran
secara utuh harus dilakukan. Hanya mengingat waktu pembelajaran mikro
berkisar antara 10 s.d 15 menit, maka guru yang berlatih harus menyesuaikan
dengan waktu yang tersedia. Demikian pula dengan unsur materi
pembelajaran, interaksi pembelajaran harus dilakukan sebagaimana
mestinyta. Hanya karena setiap peserta yang berlatih memfokuskan pada
jenis-jenis keterampilan tertentu saja, maka dalam pelaksanaannya ketika
memerankan sebagai guru, jenis keterampilan yang dilatihkan terus menerus
harus menjadi fokus latihan. Unsur pokok yang membedakan antara kegiatan
pembelajaran mikro dengan pembelajaran biasa terletak pada “fokus jenis
keterampilan” yang akan dilatihkan. Jika dalam pembelajaran biasa seluruh
unsur pembelajaran harus dikuasai dan dilakukan secara optimal untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Maka dalam pembelajaran mikro (sebagai
tempat berlatih) guru memusatkan perhatian dan kemampuannya kepada
jenis keterampilan spesifik yang sedang dilatihkan. Oleh karena itu unsur
pembelajaran lain walaupun dilakukan, sifatnya hanya sebagai penunjang
agar pembelajaran berlangsung secara wajar. Sedangkan yang menjadi
acuan utama tetap fokus pada latihan menerapkan jenis keterampilan yang
direncanakan. Contoh; jika dalam perencanaan pembelajaran mikro, fokus
materi latihannya adalah “Keterampilan Bertanya”, maka jenis keterampilan
itu yang mendominasi dan harus terus menerus dilatihkan dalam
pembelajarannya. Mulai membuka pembelajaran misalnya, maka apersepsi
dilakukan dengan menerapkan unsur-unsur “keterampilan bertanya”. Melalui
pertanyaan- pertanyaan yang diajukan oleh guru yang sedang berlatih,
apakah sudah dapat mengkondisikan siswa untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran, sesuai dengan hakikat dari apersepsi. Demikian pula dalam
kegiatan inti saat membimbing interaksi pembelajaran dan kegiatan akhir
untuk menutup pembelajaran, “keterampilan bertanyalah” yang lebih banyak
102
digunakan. Dengan memfokuskan kegiatan pada jenis keterampilan
bertanya sebagai keterampilan dasar mengajar yang dilatihkan, maka akan
memberikan gambaran dan informasi yang lengkap tingkat kemampuan guru
yang sedang berlatih dalam penguasaan dan keterampilan bertanya dalam
pembelajaran. Kelebihan dan kekurangan akan terlihat oleh pembimbing dan
pihak yang mengobservasi, sehingga akan diperoleh bahan untuk
melakukan diskusi pasca tampil berlatih. Jika pada tahap latihan pertama
”keterampilan bertanya” ternyata belum bisa berjalan sebagaimana yang
diharapkan, maka peserta yang berlatih melakukan persiapan ulang untuk
tampil pada sesi latihan yang kedua kalinya dengan didasarkan pada
masukan hasil diskusi dan refleksi pada penampilan pertama.

b) Fungsi dan peran siswa


Dalam proses pembelajaran, siswa diposisikan sebagai objek sekaligus
subjek pembelajaran. Siswa harus berperan aktif merespon setiap stimulus
pembelajaran agar memperoleh hasil pembelajaran yang memuaskan.
Keterlibatan siswa aktif belajar akan menentukan kualitas proses dan hasil
pembelajaran itu sendiri.

Dalam pembelajaran mikro, pihak siswa dituntut untuk memposisikan dirinya


sebagai siswa yang sedang mengikuti pembelajaran, seperti dalam kegiatan
pembelajaran biasa. Bahkan dalam pembelajaran mikro fungsi dan peran
siswa bisa bertugas ganda; pertama berfungsi sebagai siswa yang sedang
mengikuti pembelajaran; kedua, sekaligus sebagai observer. Hal ini sangat
memungkinkan, mengingat yang bertindak sebagai siswa dalam
pembelajaran mikro melalui peer teaching adalah teman sendiri, yang tentu
saja sudah memiliki wawasan dan pemahaman terkait dengan jenis
keterampilan yang dilatihkan oleh guru (temannya).

Dengan demikian pada saat berperan sebagai siswa, sekaligus ia juga aktif
untuk mencermati gerak-gerik dan perilaku guru, membuat catatan kelebihan
dan kekurangannya untuk dijadikan bahan masukan pada saat diskusi
balikan. Dijelaskan oleh Sheridian “Group members are expected to
participate actively in other’s presentations. They should write down any
comments they would like to make during the feedback period” (2005).
Menurut Sheridian, keterlibatan secara aktif dari setiap anggota dalam

103
kelompok pembelajaran mikro sangat diharapkan. Melalui aktivitas yang
tinggi dari setiap unsur yang terlibat dalam pembelajaran mikro diharapkan
dapat memberikan masukan, pengalaman dan pembelajaran yang sangat
berharga bagi pihak yang berlatih (trainee).

c) Fungsi dan peran observer


Salah satu bagian dari tugas anggota kelompok dalam pembelajarn mikro
dengan cara peer teaching yaitu pihak “observer”. Tugas observer sesuai
dengan namanya adalah melihat, memperhatikan, mengamati. Seperti telah
dijelaskan sebelumnya (baca kembali kegiatan pembelajaran 1). Bahwa
observasi dalam bahasa Inggris “to observe” memiliki banyak makna antara
lain yang dikemukakan di atas yaitu melihat, memperhatikan, mengamati dan
makna sejenis lainnya yang bisa dipakai untuk tugas observer. Pada saat
melakukan tugas observasi, pihak observer jangan sampai mengganggu
guru yang sedang berlatih. Diupayakan agar guru yang berlatih merasa tidak
ada yang mengawasi, sehingga seolah-olah tidak mengetahui bahwa ia
diobservasi (try to avoid being observed). sebagai observer ia hanya melihat
dengan seksama penampilan guru yang sedang berlatih. Oleh karena itu
secara teknis pihak observer sebaiknya menempati ruang yang aman tidak
terlihat oleh guru yang sedang berlatih, namun pihak observer dapat melihat
langsung gerak-gerik dan seluruh penampilan guru yang sedang berlatih.
Tujuan dari kegiatan observasi adalah untuk mengumpulkan data dan
informasi yang akurat dan komprehensif sesuai dengan apa yang dilihat dan
didengar pada saat guru berlatih. Data tersebut sangat diperlukan sebagai
bahan masukan pada kegiatan diskusi yang akan dilakukan setelah kegiatan
latihan selesai. Bila Anda sebagai calon guru atau bahkan sudah menjadi guru
tampil mengajar di depan kelas, biasanya yang bersangkutan akan sulit untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan saat ia tampil. Dengan demikian kita
akan mengalami kesulitan untuk mengetahui unsur mana yang harus
diperbaiki dan mana yang harus ditingkatkan atau bahkan dihilangkan sama
sekali. Kesulitan itu akan muncul karena pada saat tampil ia kekurangan data
atau informasi yang dating dari pihak luar. Oleh karena itu dengan adanya
pihak lain yang secara khusus diminta untuk mengobservasi, maka kita
(trainee) hanya fokus melaksanakan proses latihan semaksimal mungkin, dan

104
infomasi dari penampilannya akan muncul dari pihak observer atau
pembimbing.

d) Fungsi dan peran pembimbing

Dalam pembelajaran mikro yang bertindak sebagai pembimbing ialah dosen


mata kuliah pembelajaran mikro atau pihak supervisor, sesuai dengan fungsi,
tujuan dan kewenangannya. Bila tugas observer dilakukan oleh pihak
mahasiswa (peer group), maka mahasiswa tersebut sebatas pada
mengamati guru yang sedang berlatih, sedangkan tugas dosen atau pihak
supervisor lainnya adalah memonitor seluruh pelaksanaan pembelajaran
mikro itu sendiri. Pihak pembimbing atau supervisor bertugas mengelola
seluruh pelaksanaan pembelajaran mikro. Apakah semua pihak yang terlibat
dalam pembelajaran mikro seperti guru yang berlatih, pihak yang menjadi
siswa, pihak observer sudah menjalankan tugas sesuai denga fungsi dan
perannya masing-masing (on the right track). Pihak pembimbing mencatat
dan menyimpulkan seluruh aspek pembelajaran mikro yang telah dilakukan.
Hasil monitoring kemudian dijadikan dasar untuk melakukan diksusi umpan
balik dan sebagai bahan proses pembimbingan pada proses pelatihan atau
pembelajaran mikro berikutnya.

e) Fungsi dan peran sarana/fasilitas pendukung


Keberadaan sarana dan fasilitas untuk menunjang kelancaran pembelajaran
mikro, tidak kalah penting dibandingkan dengan unsur-unsur pembelajaran
mikro lainnya seperti: pihak guru, siswa, observer dan pihak pembimbing.
Tersedianya sarana dan fasilitas pendukung yang memadai baik secara
kuantitas maupun kualitas, akan menentukan tingkat kualitas yang dihasilkan
dari pembelajaran mikro itu sendiri. Idealnya sarana dan fasilitas pendukung
yang harus dimiliki untuk kelancaran pembelajaran mikro antara lain terdiri
dari:

1) Ruang khusus (laboratorium) pembelajaran mikro dengan setting ruangan


dibagi kedalam tiga bagian utama yaitu: a) Ruang kelas untuk pembelajaran,
lengkap dengan meja, kursi, papan tulis, media dan kelengkapan kelas
lainnya, b) Ruang observasi, yaitu tempat untuk observer melihat langsung
penampilan guru. Batas antara ruang observasi dengan ruang kelas

105
penampilan, sebaiknya disekat oleh kaca yang hanya tembus pandang
dari satu sisi (observer), sementara pihak guru dan siswa di ruang kelas
penampilan tidak dapat melihat ke ruang observer, c) Ruang teknisi yang
akan mengoperasikan peralatan perekam (Audio visual). Demikian halnya
ruang teknisi, sama dengan ruang observer disekat oleh kaca yang hanya
dapat dilihat dari satu arah yaitu dari pihak teknisi saja.

2) Kamera perekam; yaitu kamera yang dipasang didalam ruang kelas untuk
merekam seluruh aktivitas guru dan siswa selama beralangsungnya
pembelajaran mikro. Jenis kamera yang digunakan sebaiknya adalah
kamera otomatis (mobile). Penempatan kamera diusahakan ditempat yang
netral sehingga dapat menjangkau seluruh area aktivitas dalam ruang
kelas. Dengan demikian kamera aktif mengikuti seluruh gerak-gerik guru
ketika mengajar tanpa harus menggunakan operator (kameramen). Hal ini
penting agar tidak mengganggu situasi pembelajaran atau latihan yang
sedang dilaksanakan. Gambarnya langsung tersambung ke ruang
observer dan ruang teknisi, dan melalui TV monitor yang dipasang diruang
ruang observasi, pihak observer dapat dengan jelas melihat dan
mendengar suasana pembelajaran di tempat latihan. Demikian juga pihak
teknisi akan dengan mudah mengendalikan peralatan yang digunakannya
sehingga semua aktivitas pembelajaran akan terpantau.

3) Ruang proyeksi; yaitu suatu ruang pembelajaran yang akan digunakan


untuk memutar ulang hasil rekaman pada saat guru berlatih
mengajar.Ruang proyeksi sekaligus juga digunakan untuk diskusi umpan
balik dan melakukan pembahasan yang dianggap perlu sesuai dengan
hasil latihan yang telah dilakukan. Dalam ruang proyeksi sebaiknya
dilengkapi dengan peralatan teknologi informasi dan komunikasi, misalnya
seperangkat komputer dengan LCD yang selalu siap untuk digunakan.
Ruangan proyeksi sebaiknya juga tersambung dengan jaringan internet,
agar memudahkan untuk melakukan akses informasi untuk memperkaya
bahan pada saat kegiatan umpan balik. Letak ruang proyeksi diusahakan
berdampingan dengan ruang lab pembelajaran mikro, bahkan sebaiknya
merupakan bagian dari lab pembelajaran mikro itu sendiri. Hal ini penting
agar setiap selesai proses latihan di ruang kelas tempat berlatih (lab

106
pembelajaran mikro), pada saatitu pula bisa secara langsung dilakukan
pemutaran ulang (play back), dandiskusi umpan balik.

4) Ruang Lab Pembelajaran mikro sebagai tempat melatih keterampilan


mengajar bagi calon guru dan para guru, dalam waktu yang cepat harus
dapat memberikan data atau informasi yang diperlukan berkenaan
dengan gambaran penmpilan peserta yang berlatih. Hal ini penting agar
diskusi umpan balik bisa langsung dilakukan, tidak ditunda pada hari-hari
berikutnya. Penyampaian umpan balik yang dilakukan dengan cepat
setelah berakhirnya peserta berlatih, maka akan memberi dampak positif
terhadap peningkatan kualitas penampilan peserta yang berlatih.Hal ini
bisa dirasakan oleh Anda, ketika menerima umpan balik dari teman atas
perbuatan Anda seminggu yang lalu. Tentu kesannya akan terasa kurang
hangat dan menyenangkan dibandingkan dengan umpan balik yang
langsung diterima setelah selesainya pekerjaan. Oleh karena itu
kelengkapan sarana dan fasilitas yang dapat memberikan data secara
cepat dan akurat sangat dibutuhkan. Menurut David P. Phillips “The lab
exercises were all steps in developing a serial port controlled, multitasking,
real-time data acquisition system” (2005).

Dari beberapa unsur yang dijelaskan di atas terkait dengan kebutuhan


sarana dan fasilitas pendukung untuk kelancaran pelaksanaan
pembelajaran mikro, secara skematis dapat digambarkan dalam bagan
sebagai berikut:

SETTING RUANG PEMBELAJARAN MIKRO

SOUND SYSTEM/KAMERA VIDIO


O O
B P
S E
E TEMPAT SIMULASI R
R A
V T
E LIGHTING LIGHTING O
R R

107
7. Perencanaan Pembelajaran Mikro
Perencanaan pembelajaran mikro, yaitu membuat perencanaan atau persiapan
untuk setiap jenis keterampilan mengajar yang akan dilatihkan. Secara
keseluruhan unsur-unsur perencanaan tersebut meliputi menentukan tujuan,
materi, metode, media dan evaluasi. Perencanaan Pembelajaran yang dibuat
oleh calon guru atau guru yang berlatih melalui pembelajaran mikro, pada
dasarnya merupakan langkah awal untuk melakukan salah satu jenis
keterampilan mengajar melalui pembelajaran mikro. Berhasil tidaknya suatu
kegiatan tergantung pada perencanaannya.

Dalam membuat perencanaan pembelajaran mikro, unsur-unsur yang


digunakannya sama dengan unsur-unsur perencanaan pembelajaran secara
umum seperti yang telah dibahas di atas. Perbedaannya tentu saja desesuaikan
dengan karakteristik pembelajaran mikro, yaitu setiap unsur perencanaan
tersebut lebih disederhanakan, dan hanya memfokuskan pada jenis kegiatan
yang lebih terbatas. Dalam hubungan ini dijelaskan oleh Wardani dan A.
Suhaenah S. (1994), yang dimaksud dengan terbatas yaitu fokus latihan dan
fokus pengamatan serta penilaian bahkan fokus perbaikan ditujukan kepada
keterampilan khusus tertentu sesuai dengan jenis yang dilatihkan.

Pembelajaran adalah merupakan suatu sistem, dan sebagai suatu sistem maka
pembelajaran memiliki komponen-komponen yang saling terkait, mempengaruhi
dan ketergantungan. Adapun unsur-unsur pokok pembelajaran terdiri dari
empat unsur yaitu: a) Tujuan, b) Isi atau materi, c) Metode/proses, dan d)
evaluasi atau penilaian. Keempat unsur ini antara satu dengan yang lain saling
terkait, sehingga dikatakan sebagai suatu sistem. Oleh karena itu menyusun
atau membuat perencanaan pembelajaran pada dasarnya adalah menyusun
atau merumuskan keempat unsur tersebut kedalam suatu rencana
pembelajaran yang utuh dan terpadu sebagai pedoman pembelajaran bagi
guru.

108
a. Tujuan Pembelajaran

Apa yang disebut dengan tujuan pembelajaran itu? Mengapa tujuan ini penting
dan harus diutamakan? Tujuan pembelajaran adalah sesuatu yang ingin dicapai
dalam kegiatan pembelajaran, yaitu gambaran perubahan perilaku siswa ke
arah yang positif. Meliputi segi pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam
sistem pembelajaran tujuan ini memiliki peranan yang sangat penting sebab
akan menentukan arah proses pembelajaran dan menentukan terhadap
pengembangan komponen-komponen pembelajaran yang lain, yaitu materi,
metode dan media serta sarana atau fasilitas, dan komponen evaluasi atau
penilaian. Secara teknis operasional, tujuan pembelajaran atau tujuan
instruksional berisi rumusan pernyataan mengenai kemampuan atau kualifikasi
tingkah laku atau kompetensi yang diharapkan dimiliki/dikuasai siswa setelah ia
mengikuti proses pembelajaran. Secara lebih spesifik kualifikasi kemampuan
yang harus dimiliki siswa setelah pembelajaran berakhir yaitu yang disebut
dengan indikator pembelajaran.Tujuan khusus atau indikator pembelajaran ini
dibuat oleh guru dengan memperhatikan tiga hal pokok berikut ini :

1. Guru harus memahami kurikulum/silabus yang berlaku sebagai pedoman


dalam menjabarkan tujuan.

2. Guru harus menganalisis dan memahami rumusan standar kompetensi dan


kompetensi dasar dari mata pelajaran yang akan diajarkan.

3. Guru harus memahami tipe-tipe hasil belajar, sebab tujuan tersebut


hakikatnya merupakan hasil belajar yang ingin dicapai.

4. Guru harus memahami cara merumuskan tujuan pembelajaran sampai


tujuan tersebut jelas isinya dan dapat dicapai oleh siswa setelah setiap
proses pembelajaran berakhir.

b. Isi Pembelajaran ( Materi Pembelajaran )


Materi pembelajaran yaitu isi atau bahan yang akan dipelajari siswa. Materi
109
harus direncanakan dan dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai. Materi pembelajaran harus disusun secara sistematik
berdasarkan skuensinya dan diorientasikan pada upaya mencapai tujuan
pembelajaran. Pengembangan materi pembelajaran tidak cukup mengandalkan
pada buku teks saja, akan tetapi guru mencari sumber-sumber lain yang relevan
seperti melalui majalah, jurnal, laporan hasil penelitian, akses internet dan lain
sebagainya. Agar bahan atau materi yang dikembangkan menunjang terhadap
pencapaian tujuan yang diharapkan; Hilda Taba menjelaskan kriteria dalam
merumuskan dan mengembangkan bahan pembelajaran, yaitu:

1. Bahan harus sahih (valid) dan berarti (significant) sesuai dengan


pembangunan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

2. Bahan harus relevan dengan sosial siswa.

3. Bahan harus mengandung keseimbangan antara kedalaman dan keluasan.

4. Bahan pelajaran harus mencakup berbagai ragam tujuan, pengetahuan,


keterampilan dan sikap. (S. Nasution, 1986:69)

c. Kegiatan Pembelajaran
Dalam merumuskan kegiatan pembelajaran harus menggambarkan aktivitas siswa
yang tinggi. Dalam proses pembelajaran yang belajar itu adalah siswa,
sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Oleh karena itu untuk mendorong
aktivitas belajar siswa yang aktif, maka guru harus merancang kegiatan
pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Secara tersurat dalam
PP no. 19 tahun 2005 dijelaskan bahwa proses pembelajaran harus dilaksanakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, mengembangkan prakarsa, kreativitas, dan kemandirian.

Dengan bersumber pada ketentuan dalam PP tersebut di atas, secara operasional


dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran guru harus memperhatikan
beberapa pertimbangan sebagai berikut:

1. Kegiatan pembelajaran harus berorientasi pada pencapaian tujuan atau

110
kompetensi dan indikator pembelajaran yang ditetapkan.
2. Kegiatan pembelajaran harus direncanakan dengan menitik beratakan pada
kegiatan siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan pembelajaran
3. Kegiatan pembelajaran harus efektif dan efisien; yaitu kegiatan pembelajaran
yang akan dilaksanakan harus mempermudah pencapaian tujuan sesuai
dengan waktu yang tersedia.
4. Kegiatan pembelajaran harus fleksibel, yaitu kegiatan pembelajaran harusluwes
agar dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
ada.
5. Kegiatan pembelajaran harus disesuaikan dengan kemampuan siswa. Misalnya
apabila dalam kegiatan pembelajaran akan dilaksanakan observasi, maka siswa
harus sudah memiliki kemampuan dalam teknik observasi serta cara
melaporkan hasil observasi atau kegiatan lainnya.
6. Kegiatan pembelajaran yang dikembangkan harus memperhatikan sarana/
fasilitas yang tersedia untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran secara
maksimal.
7. Kegiatan pembelajaran harus dapat mengembangkan kemampuan siswa dari
segi pengetahuan, keterampilan dan sikap.

d. Evaluasi

Unsur keempat dalam perencanaan pembelajaran yaitu mengembangkan rencana


penilaian atau evaluasi pembelajaran. Penilaian dalam pembelajaran dimaksudkan
untuk mengetahui efektivitas proses dan hasil pembelajaran. Oleh karena itu
pengembangan evaluasi pembelajaran meliputi dua hal: 1) prosedur, dan 2) Jenis
atau bentuk penilaian.

1) Prosedur penilaian; yaitu tahap atau kegiatan penilaian selama proses


pembelajaran, meliputi a) penilaian awal (pre-tes), b) penilaian proses yaitu
penilaian selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dan c) penilaian akhir
pembelajaran (post-tes).

2) Jenis evaluasi yang dikembangkan apakah a) lisan, b) tulisan, atau c) tindakan.


Atau d) forto-folio, atau jenis penilaian lainnya.
111
Evaluasi dalam pembelajaran juga berfungsi sebagai alat diagnosis belajar siswa,
yaitu untuk mengetahui kesulitas atau hambatan yang dihadapi siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran. Dari hasil diagnosis dapat dijadikan dasar atau
masukan tindak lanjut seperti untuk kepentingan bimbingan, perbaik atau
remedial. Dalam mengembangkan penilaian atau evaluasi pembelajaran harus
memperhatikan prinsip objektivitas, validitas, dan relibilitas. Adapun seccara
khusus dan praktis dalam mengembangkan alat penilaian pembelajaran, guru
hendaknya memperhatikan sejumlah kriteria sebagai berikut:

a. Evaluasi harus berorientasi pada tujuan pembelajaran.

b. Evaluasi harus berdasarkan pada pengembangan kegiatan pembelajaran

c. Evaluasi harus memperhatikan waktu yang tersedia.

d. Evaluasi harus memungkinkan ada kegiatan tindak lanjut.

e. Evaluasi harus memberikan umpan balik.

f. Evaluasi harus berdasarkan pada bahasan materi.

Perencanaan pembelajaran pada dasarnya suatu proyeksi kegiatan yang akan


dilakukan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai suatu proyeksi,
perencanaan memiliki fungsi yang amat penting terutama sebagai pedoman
operasional pembelajaran. Kita dapat membayangkan bagaimana jadinya jika
pembelajaran tanpa direncanakan, secara proses mungkin dapat berjalan. Akan
tetapi karena tanpa ada perencanaan, maka proses tersebut berjalan tanpa target
dan hanya berjalan apa adanya saja. Sebaliknya kalau pembelajaran itu
direncanakan secara matang, maka target yang harus dicapai sudah jelas
dirumuskan, materi yang harus diberikan untuk mencapai target sudah ditetapkan,
metode dan media untuk memprosesnya sudah diproyeksikan, dan alat untuk
mengetahui tercapai atau tidaknya target atau tujuan sejak awal sudah direncanakan.
Berdasarkan pada beberapa kepentingan tersebut, tujuan dan manfaat perencanaan
pembelajaran antara lain adalah:

1. Sebagai landasan pokok bagi guru dan siswa dalam mencapai kompetensi dasar
112
dan indikator yang telah ditetapkan. Melalui perencanaan yang telah dibuat, guru
dan siswa sudah memiliki kerangka pokok kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan.
Dengan adanya bukti fisik rencana pembelajaran yang telah dibuat, selain secara
langsung berguna bagi guru dan siswa, juga bermanfaat bagi pihak-pihak lain,
seperti bagi kepala sekolah sebagai administrator, bagi supervisor dan pihak lain
yang terkait.

2. Memberi gambaran mengenai acuan kerja jangka pendek. Melalui perencanaan


pembelajaran yang telah dikembangkan, secara operasional memberi gambaran
konkrit aktivitas yang harus dilakukan, bahkan hasil yang harus direalisasikan oleh
setiap unsur yang terkait pada setiap unit atau pertemuan pembelajaran.

3. Perencanaan pembelajaran, karena disusun dengan menggunakan pendekatan


sistem, maka memberi pengaruh terhadap pengembangan individu siswa.
Pembelajaran diarahkan untuk kepentingan siswa yaitu untuk terjadinya perubahan
perilaku siswa. Dengan demikian melalui perencenaan pembelajaran akan
memberi dampak positif terhadap perkembangan setiap individu siswa.

4. Karena dirancang secara matang sebelum pembelajaran, berakibat terhadap


nurturant effect. Melalui perencanaan yang dibuat secara matang dan
komprehensif, selain akan memberikan gambaran nyata aktivitas dan sasaran atau
tujuan yang harus dicapai, juga akan berdampak pada pencapaian unsur-unsur
lain yang tidak termasuk kedalam rencana. Perubahan perilakau yang menjadi
target pencapaian dari kegiatan pembelajaran sangatbanyak dan komplek, dan hal
ini tidak mungkin semua keinginan tersebut dapat dirumuskan dalam tujuan.
Melalui perencanaan tersebut maka kadang-kadang apa yang tidak dirumuskan
secara konkrit dalam rencana pembelajaran, tapi dapat muncul dan memperkaya
pencapaian dari yang telah direncanakan (nurturant effect).

Latihan Mandiri

Untuk meningkatkan pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari dalam
kegiatan pembelajaran di atas, selanjutnya silahkan kerjakan tugas atau latihan
berikut ini:
113
1. Coba paparkan prosedur pelaksanaan pembelajaran mikro dengan kalimat anda
sendiri.

2. Buatlah skenario pembelajaran mikro sebelum anda membuat rancangan


pembelajaran mikro

3. Menurut PP no. 19 tahun 2005 perencanaan pembelajaran tersebut sekurang-


kurangnya meliputi dua jenis yaitu: silabus pembelajaran dan rencana
pelaksanaan pembelajaran. Jelaskan apa yang dimaksud dengan silabus dan
rencana pelaksnaan pembelajaran tersebut.

4. Coba bandingkan menurut Anda apa bedanya antara pembelajaran (proses dan
hasil pembelajaran) yang menggunakan rencana pembelajaran (silabus maupun
rencana pelaksanaan pembelajaran) dengan yang tidak.

5. Untuk mendapatkan gambaran konkrit dari bentuk perencanaan pembelajaran,


silahkan Anda buat satu contoh rencana pelaksanaan pembelajaran untuk tingkat
SLTA (kelas dan mata pelajaran tentukan sendiri)

Latihan Kelompok

Untuk meningkatkan pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari dalam
kegiatan pembelajaran di atas, selanjutnya silahkan kerjakan tugas atau latihan
berikut ini:

1. Sebagai langkah awal untuk melaksanakan pembelajaran mikro, buat kelompok


belajar dengan anggota setiap kelompok sebanyak 2 orang, kemudian minta izin ke
sekolah untuk melakukan kegiatan observasi untuk mengamati kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah.

2. Pada saat observasi fokus perhatian Anda ditujukan kepada perilaku atau
perbuatan guru ketika membimbing kegiatan pembelajaran dari mulai kegiatan
membuka sampai penutup.

3. Setelah selesai observasi, kemudian adakan diskusi dengan teman Anda untuk
membahas seluruh penampilan guru, kelebihan dan kekurangan diidentifikasi.

114
4. Setelah itu rumuskan bagaimana langkah konkrit yang akan Anda lakukan untuk
memperbaiki kekurangan yang dilihat dari penampilan guru jika Anda
melaksanakan proses pembelajaran.

5. Presentasikan hasil diskusi kelompok anda di depan kelas.

115
KEGIATAN PEMBELAJARAN IV
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MIKRO

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari bahan ajar ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. Menganalisis dan memahami tahap-tahap persiapan sebagai pra-pembelajaran


mikro, yang harus dilakukan oleh para calon atau para guru yang akan berlatih
melaksanakan pembelajaran melalui pembelajaran mikro
2. Menganalisis dan memahami tahap pelaksanaan pembelajaran mikro, sehingga
mampu mempersiapkan skenario pelaksanan pembelajaran mikro

3. Memahami upaya tindak lanjut yang harus dilakukan oleh setiap peserta,
sebagai tahap mempersiapkan perencanaan pembelajaran mikro

Pembahasan dalam modul atau bahan belajar mandiri tiga ini yaitu “ Pelaksanaan
Pembelajaran Mikro”. Secara khusus pokok bahasan akan difokuskan pada langkah-
langkah kegiatan yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran mikro. Apa yang
harus dilakukan oleh calon atau para guru ketika melaksanakan pembelajaran mikro,
sehingga dengan mengikuti prosedur yang benar dapat berjalan dengan lancar dan
memperoleh hasil yang memuaskan, yaitu meningkatkan mutu guru dalam
keterampilan mengajarnya.

Adapun materi yang akan Anda ikuti saat ini yaitu membahas langkah-langkah dalam
merancang pelaksanaan pembelajaran yang harus dilakukan ketika melaksanakan
pembelajaran mikro. Materi ini tentu saja adalah untuk membantu Anda menjawab
pertanyaan “bagaimana” melaksanakan pembelajaran melalui pendekatan atau model
pembelajaran mikro.

Untuk mencapai ketiga tujuan yang telah dirumuskan di atas, maka topik-topik yang
akan Anda pelajari dalam bahan belajar mandiri ini terdiri dari tiga sub pokok bahasan,
yaitu:
1. Persiapan pembelajaran mikro; yaitu akan mengidentifikasi dan membahas jenis-
jenis persiapan Pelaksanaan apa saja yang harus dilakukan oleh setiap peserta

116
yang hedak melakukan proses pembelajaran melalui pembelajaran mikro.
2. Tahap pelaksanaan pembelajaran mikro; yaitu akan mengidentifikasi dan
membahas tahap kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh setiap peserta yang
melakukan proses pembelajaran melalui pendekatan pembelajaran mikro.

B. Materi Pembelajaran
1. Persiapan Pembelajaran Mikro
Kegiatan microteaching, pada perguruan tinggi LPTK sebagai bagian integral dari
perguruan tinggi, menempati posisi vital dalam kegiatan perkuliahan, terutama
dalam membekali mahasiswa semester 6 untuk memiliki segenap kompetensi
keguruan melalui kegiatan simulasi mengajar. Simulasi mengajar adalah kegiatan
belajar mengajar mahasiswa secara berkelompok dalam ruang (microteaching)
untuk mengembangkan bakat dan kemampuan serta keterampilan mahasiswa
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sebelum terjun langsung ke dunia
nyata di sekolah. Sebelum melaksanakan kegiatan simulasi mengajar, mahasiswa
telah mendapat bekal teori melalui mata kuliah sebagai persyaratan micro teaching.

Pengajaran mikro (micro-teaching) merupakan salah satu bentuk model praktik


kependidikan atau pelatihan mengajar bagi calon guru di kampus. Sesuai dengan
konteks yang sebenarnya, mengajar mengandung banyak tindakan, baik
mencakup teknis penyampaian materi, penggunaan metode pembelajaran,
penggunaan media pembelajaran, membimbing belajar, memberi motivasi,
mengelola kelas, memberikan penilaian dan seterusnya. Mengajar itu sangatlah
kompleks, yakni terdiri dari berbagai komponen pembelajaran. Oleh karena itu,
dalam rangka penguasaan keterampilan dasar mengajar, calon guru perlu berlatih
secara parsial, artinya tiap-tiap komponen keterampilan dasar mengajar itu perlu
dikuasai secara terpisah-pisah (isolated). Selain berlatih calon guru tentu harus
mengembangkan kemampuan dirinya dalam dalam konteks memaknai tugas dan
perannya

117
Pola pengembangan diri tersebut dapat dilakukan dengan cara memaknai tugas
dan peran guru. James B. Brown (dalam Nana Sudjana, 2001: 142) mengatakan
bahwa “ tugas dan peranan guru adalah menguasai dan mengembangkan materi
pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan materi pelajaran sehari-hari,
mengontrol dan mengevakuasi kegiatan siswa”.

Moulton berpendapat bahwa; “micro teching is performance training method


designed to isolate the component part of the teaching process, so that the traince
can master each component one by one a simplified teaching situation”.
Berdasarkan pengertian tersebut dapatlah dipahami bahwa pembelajaran micro
teching ini tetap sebagai real teaching tetapi bentuknya mikro sehingga mudah
dikontrol, bentuk mikro ini mencakup semua komponen dalam pembelajaran
(jumlah murid sedikit sekitar 10 siswa, waktu 10-15 menit, materi terbatas,
ketrampilan difokuskan pada ketrampilan mengajar tertentu).

Berlatih untuk menguasai keterampilan dasar mengajar seperti demikianlah yang


disebut micro-teaching (pengajaran mikro). Pengajaran mikro (micro- teaching)
merupakan suatu situasi pengajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah
siswa yang terbatas, yaitu selama kurang lebih 15 menit dengan jumlah siswa
sebanyak kurang lebih 20 mahasiswa praktikan. Pengajaran micro menurut
Samion (2012 : 3) merupakan salah satu cara latihan mengajar atau melatih yang
diisolasikan agar keterampilan mengajar dasar yang sederhana dengan mudah
dapat dikuasai. Bentuk pengajaran yang sederhana, dimana calon guru berada
dalam suatu lingkungan kelas yang terbatas dan terkontrol baik dikontrol secara
langsung dari ruang lain maupun melalui media layar (monitor) yang direkam
secara langsung oleh operator.
Senada dengan pendapat tersebut, Syaiful Bahri Djamarah (2002 : 125)
“mengemukakan bahwa micro teaching merupakan ciri utamanya dan berusaha
untuk menyederhanakan secara sistematis keseluruhan proses belajar mengajar
yang ada”. Pendapat lain juga disebutkan oleh Sardiman AM (2005 : 191), “micro
merupakan kegiatan yang sangat vital bagi setiap mahasiswa atau calon guru,
untuk memenuhi tuntutan agar dapat menempatkan kedirinnya utuh dan

118
propesional di bidang keguruan, mereka beranggapan bahwa asal lulus pasti dapat
mengajar, karena sudah belajar dan memiliki banyak teori yang berkaitan dengan
cara-cara mengajar”. Dalam praktik simulasi mengajar ini hanya mengajarkan satu
konsep dengan menggunakan satu atau dua keterampilan dasar mengajar.
Konsep pengajaran mikro (micro-teaching) dilandasi oleh pokok-pokok pikiran
sebagai berikut :
1. Pengajaran yang nyata (dilaksanakan dalam bentuk yang sebenarnya) tetapi
berkonsep mini.
2. Latihan terpusat pada keterampilan dasar mengajar, mempergunakan
informasi dan pengetahuan tentang tingkat belajar siswa sebagai umpan balik
terhadap kemampuan calon guru.
3. Pengajaran dilaksanakan bagi para siswa dengan latar belakang yang
berbeda- beda dan berdasarkan pada kemampuan intelektual kelompok usia
tertentu.

4. Pengontrolan secara ketat terhadap lingkungan latihan yang diselenggarakan


dalam laboratorium micro – teaching.
5. Pengadaan low-threat-situation untuk memudahkan calon guru/dosen
mempelajari keterampilan mengajar.
6. Penyediaan low-risk-situation yang memungkinkan siswa berpartisipasi aktif
dalam pengajaran,
7. Penyediaan kesempatan latihan ulang dan pengaturan distribusi latihan
dalam jangka waktu tertentu.
Pertimbangan yang mendasari penggunaan program pengajaran mikro
(micro teaching) adalah :
a. Untuk mengatasi kekurangan waktu yang diperlukan dalam latihan mengajar
secara tradisional.
b. Keterampilan mengajar yang kompleks dapat diperinci menjadi keterampilan –
keterampilan mengajar yang khusus dan dapat dilatih secara berurutan.
c. Pengajaran mikro dimaksudkan untuk memperluas kesempatan latihan
mengajar mengingat banyaknya calon guru yang membutuhkannya.

119
Pelaksanaan pengajaran mikro (micro-teaching) pada prinsipnya merupakan
realisasi pola-pola pengajaran yang sesungguhnya (real teaching) yang didesain
dalam bentuk mikro. Setiap calon guru atau dosen membuat persiapan mengajar
yang kemudian dilaksanakan dalam proses pembelajaran bersama siswa atau
teman sejawat (peer teaching) dengan seting kondisi dan konteks kegiatan belajar
mengajar yang sesungguhnya.
Perlu ditekankan bahwa untuk tujuan latihan, keterampilan dasar mengajar yang
kompleks tersebut dapat dipilah-pilah menjadi 8 (delapan) komponen keterampilan
dasar mengajar terbatas, supaya masing-masing dapat dilatihkan secara terpisah
(ter-isolasi). Namun ketika dosen menggunakan/menerapkan keterampilan
tersebut di dalam kelas harus mampu menampilkan secara utuh dan terintegrasi.

Pemenuhan kebutuhan tambahan fasilitas ruang Microteaching sangat diperlukan


untuk memenuhi tujuan dilaksanakannya simulasi mengajar ini. Tujuan umum
pengajaran mikro (micro teaching) adalah untuk memberikan kesempatan kepada
mahasiswa (calon guru) untuk berlatih mempraktikan beberapa keterampilan dasar
mengajar di depan teman-temannya dalam suasana yang Constructive, supportive,
dan bersahabat. Sehingga mendukung kesiapan mental, keterampilan dan
kemampuan performance yang ter-integrasi untuk bekal praktik mengajar
sesungguhnya di sekolah/institusi pendidikan.

Pembelajaran micro teaching bertujuan antara lain: (a) membantu calon guru/guru
menguasai ketrampilan-ketrampilan khusus, agar dalam latihan mengajar
sesungguhnya tidak mengalami kesulitan (b) meningkatkan taraf kompetensi
pembelajaran bagi calon guru/guru secara bertahap (c) untuk menemukan sendiri
kekurangan bagi calon guru/guru sekaligus berbaikannya.

Melatih merupakan satu keterampilan yang sangat komplek terdiri atas berbagai
keterampilan dasar yang penguasannya dapat dilatih dan diisolasikan secara
terbatas. Dengan demikian, keterampilan dasar mengajar yang kompleks dapat
dipilah-pilah menjadi berbagai keterampilan yang sederhana, yang mudah dikontrol
120
dan mudah dikuasai oleh calon guru. Penguasaan terhadap unsur-unsur mengajar
ini dengan sendirinya membentuk sosok kemampuan keguruan secara utuh. Oleh
karena itu , unsur-unsur yang telah dikuasai harus diintegrasikan kembali kedalam
suatu keterampilan mengajar yang utuh. Disini diperlukan ketekunan dalam
berlatih, menganalisis kekurangan dan kelebihan dalam setiap latihan dan
memperhatikan dengan sungguh-sungguh petunjuk dari dosen pengasuh
pengajaran mikro. Keterampilan mengajar yang sederhana dan dapat diisolasikan
inilah yang dapat dilatihkan melalui pengajaran micro/micro teaching.
Disadari bahwa kegiatan perkuliahan micro teaching yang dilakukan secara
langsung didalam kelas akan banyak menimbulkan permasalahan baru yang tidak
mungkin dapat dipecahkan secara cepat dan pada saat di depan itu juga,
Segudang teori yang di peroleh di meja kuliah tidak akan mampu secara otomatis
menghadapi berbagai problema dan heterogenitas yang ada dalam kelas tersebut”.
Persoalan administrasi, tempat praktik dan mekanisme pengaturan waktu akan
muncul secara bersamaan melahirkan situasi baru yang belum pernah ditemui
mahasiswa pada saat kuliah.

Mahasiswa dalam melaksanakan praktik micro teaching dihadapkan pada situasi


yang kompleks dan majemuk. Betapa tidak, pada saat praktik mahasiswa langsung
melakukan kegiatan layaknya seorang dosen ataupun guru. Di dalam kelas,
dengan waktu yang disediakan 10-15 menit, maka mahasiswa yang melakukan
praktik harus dapat menerapkan 8 keterampilan dasar mengajar. Di balik semua
itu, jika mahasiswa melaksanakan kegiatan micro teaching dengan serius dan
sungguh-sungguh, maka keberhasilan suatu proses pembelajaran akan tercapai
dengan baik.

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 telah menyebutkan bahwa pada hakekatnya


pungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia. Oleh karena itu,
perwujudannya tidak hanya tergantung pada sekolah, keluarga dan masyarakat
saja, tetapi siswa sebagai subjek belajar, memiliki potensi dan karakteristik yang
121
unik, sangat menentukan keberhasilan pendidikan. Untuk menggali potensi siswa
dan menjadikan siswa sebagai subjek belajar yang baik, maka peran guru yang
baik sangatlah penting. Karena guru bukan hanya sekedar pengajar tetapi juga
sebagai pembimbing yang pada hakekatnya saling berkaitan antara satu dengan
yang lainnya.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Mikro


Seperti yang telah kita ketahui, pembelajaran mikro (Micro Teaching) merupakan
salah satu pendekatan yang dilakukan untuk melatih keterampilan mengajar dan
meningkatkan kualitas keterampilan mengajar calon pendidik maupun pendidik.
Seperti pendekatan-pendekatan yang lain, Micro Teaching juga memiliki prosedur
atau langkah-langkah yang perlu diikuti dan diketahui oleh para calon pendidik
maupun pendidik. Hal ini penting diketahui oleh calon pendidik maupun pendidik
agar kegiatan Micro Teaching dapat berjalan dengan maksimal.
Kegiatan micro teaching dapat dilakukan secara langsung di dalam laboratorium
micro teaching dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. Selain itu,
kegiatan micro teaching dapat juga dilakukan secara dalam jaringan (daring) seperti
situasi yang terjadi selama pandemic covid-19 ini.

Pelaksanaan Kegiatan micro teaching secara dalam jaringan (Daring)


Adapun Teknik pelaksanaan pembelajaran micro teaching secara daring dilakukan
sesuai dengan kebutuhan prodi masing masing. Pelaksanaan yang dilakukan dapat
melalui dua siklus baik melalui keterampilan yang telah ditetapkan oleh prodi,
tingkatan kelas dalam pembelajaran nyata, ataupun pembagian materi ajar. Adapun
pola pembelajaran micro teaching selama daring dapat dilakukan seperti berikut :

a) secara personal melalui aplikasi belajar online sesuai keterampilan dasar


mengajar
pada pola ini, langkah yang dapat dilakukan adalah :
1. Mahasiswa mendownload aplikasi belajar yang diinstruksikan oleh dosen
seperti zoom meeting atau google meeting.

122
2. Selanjutnya mahasiswa melalukan registrasi agar mendapatkan ID untuk
dapat bergabung dalam aplikasi tersebut.

3. Selanjutnya mahasiswa secara keseluruhan bergabung dalam ID dan


Password yang telah dibagi oleh dosen/ praktikan yang bertugas untuk
dapat gabung dalam kegiatan pembelajaran.

4. Dosen menginstruksikan mahasiswa untuk menampilkan performance


mengajarnya selama 15 menit sesuai dengan keterampilan yang telah
ditentukan.

5. Dalam menampilkan performance, praktikan mengupayakan untuk


menjelaskan materi yang luar agar waktu dapat tercukupi sesuai dengan
standar waktu minimal

6. Selama menjelaskan materi, praktikan tidkaperlu menyapa siswa dnegan


cara mengabsen tetapi cukup menyapa kabar dnegan berharap semua
dalam keadaan sehat wal’afiat ditengah pandemic ini.

7. Pada saat mengajar, usahakan praktikan dalam keadaan rileks sehingga


pembelajaran menjadi tidak kaku.

8. Gunakan alat bantu pembelajaran tambahan seperti papan tulis, karton


peraga, sreofoam sebagai alat peraga dan sebagainya yang memudahkan
dalam penyampaian materi.

9. Dosen dan observer lainnya mengisi lembar penilaian microteaching sesuai


dengan keterampilan yang ditampilkan mahasiswa.

10. Dosen dan observer lainnya dapat memberikan arahan dan saran atas
performance yang dilakukan mahasiswa.

11. Kegiatan dengan pola ini dapat dilakukan dengan melibatkan 4-5 orang
mahasiswa setiap minggunya.

12. Mahasiswa dapat mengupload RPP, bahan ajar, media, dan administrasi
pembelajaran lainnya ke elearning yang telah disediakan oleh dosen.

123
b) Secara Kelompok melalui Aplikasi Belajar sesuai dengan Keterampilan
Terbatas.

Pola ini dilakukan dengan membagi mahasiswa kedalam beberapa kelompok


yang terdiri dari 4-5 orang. Kemudian mahasiswa dikategorikan kembali
kedalam kategori ganjil (kelompok 1,3, 5,7,9) dan kategori genap (2,4,6,8, 10)

1. Mahasiswa telah memiliki ID di aplikasi belajar seperti zoom meeting dan


google meeting.

2. Mahasiswa bergabung pada aplikasi belajar (zoom meeting/google


meeting) sesuai dengan jadwal kelompok yang telah dibagikan sebelumnya.

3. Pembagian kelompok dapat dilakukan dengan menentukan kelompok ganjil


dan genap. Contoh teknis yang dilakukan adalah ketika pertemuan ganjil
misalnya pertemuan 5, maka seluruh kelompok ganjil 1,3, 5,7 dan 9
mengikuti pembelajaran pada pertemuan tersebut. (masing-masing
kelompok terdiri dri 4-5 orang).

4. Kemudian seluruh anggota kelompok 1 dapat menyajikan performance


mengajar selama 15 menit sesuai keterampilan yang telah ditentukan
kemudian kelompok lainnya dapat menjadi siswa di kelas tersebut.

5. Dalam menampilkan performance, praktikan mengupayakan untuk


menjelaskan materi yang luar agar waktu dapat tercukupi sesuai dengan
standar waktu minimal

6. Selama menjelaskan materi, praktikan tidkaperlu menyapa siswa dnegan


cara mengabsen tetapi cukup menyapa kabar dnegan berharap semua
dalam keadaan sehat wal’afiat ditengah pandemic ini.

7. Pada saat mengajar, usahakan praktikan dalam keadaan rileks sehingga


pembelajaran menjadi tidak kaku.

8. Gunakan alat bantu pembelajaran tambahan seperti papan tulis, karton


peraga, sreofoam sebagai alat peraga dan sebagainya yang memudahkan
dalam penyampaian materi.
124
9. Selama berlangsungnya performance, dosen dapat memberikan penilaian
terhadap performance yang dilakukan mahasiswa sesuai dengan
keterampilan yang ditampilkan.

10. Mahasiswa dapat mengupload RPP, bahan ajar, media, dan administrasi
pembelajaran lainnya ke elearning yang telah disediakan oleh dosen.

11. Pada minggu selanjutnya, pembelajaran dengan pertemuan genap akan


dihadiri dengan mahasiswa kelompok genap.

c) Melalui rekaman video atau menggunakan google drive yang diunggah


oleh mahasiswa ke dalam e- learning UMSU

Pola ini dilakukan untuk meminimalisir waktu dan penggunaan kuota selama
diadakan pertemuan secara virtual. Langkah yang dilakukan pada pola ini
adalah :

1. Mahasiswa merekam video simulasi microteaching dengan durasi 10-15


menit.

2. Dalam menampilkan performance, praktikan mengupayakan untuk


menjelaskan materi yang luar agar waktu dapat tercukupi sesuai dengan
standar waktu minimal

3. Selama menjelaskan materi, praktikan tidkaperlu menyapa siswa dnegan


cara mengabsen tetapi cukup menyapa kabar dnegan berharap semua dalam
keadaan sehat wal’afiat ditengah pandemic ini.

4. Pada saat mengajar, usahakan praktikan dalam keadaan rileks sehingga


pembelajaran menjadi tidak kaku.

5. Gunakan alat bantu pembelajaran tambahan seperti papan tulis, karton


peraga, sreofoam sebagai alat peraga dan sebagainya yang memudahkan
dalam penyampaian materi.

125
6. Diharapkan untuk melakukan editing video dengan menggabung isi
powerpoint/ video pembelajaran singkat dan sebagainya yang mendukung isi
materi dan penjelasan ringkas bersama tayangan slide.

7. Sebaiknya tidak mengirimkan video hasil pembelajaran jika rekaman yang


dilakukan masih menunjukkan adegan terputus-putus bahkan terkesan lupa
atau salah menjelaskan materi.

8. Lakukan rekaman video di tempat yang layak, terang dan menganggu


konsistensi kamera.

9. Dalam menjelaskan materi, usahakan suara santai tidak terlalu cepat dan
tidak terlalu lambat.

10. Pada saat merekam kegiatan,, disarankan agar menggunakan pakaian yang
layak dan sopan.

11. Untuk memudahkan dalam penguplod-an, video yang diunggah berkapasitas


maksimal 2MB.

12. Video yang telah selesai dapat di upload melalui elearning ataupun Whatsapp
Group agar dapat mendownload oleh observer lainnya.

13. Setelah observer mendowload video yang telah di share oleh praktikan,
selanjutnya observer membuat catatan atas hasil pelaksanaan yang
dilakukan oleh praktikan dan membagikan hasil analisisnya melalui e learning
atau penyimpanan drive online lainnya.

14. Rekaman yang sudah mendapat penilaian dan masukan dari dosen
pembimbing selanjutnya diunggah di youtube.

Referensi rekaman video pembelajaran microteaching dapat diakses pada link


https://youtu.be/0A8gGayuj_4

126
3. Produk Akhir Kegiatan Micro Teaching

Kegiatan micro teaching dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang telah


ditetapkan. Dalam mempersiapkan kegiatan micro teaching, beberapa hal yang
harus dipersiapkan peserta diantaranya adalah:

a) Format penilaian Pembelajaran Micro teaching disesuaikan Dengan


Keterampilan Mengajar
b) Perangkat Pelaksanaan Pembelajaran Micro teaching diantaranya:
1. RPP micro teaching, dalam hal ini bisa dikembangkan berdasarkan RPP Riil
Teaching atau RPP berdasarkan Surat Edaran Kemendikbud No. 14/2019.

2. Transkrip/skenario Pembelajaran Micro teaching

3. Bahan Ajar bisa berbentuk hand out, leafleat, wall chard, brosur dsb

4. Media Ajar yang relevan dengan materi pembelajaran

5. Video Pembelajaran yang diunggah ke E-learning dan ke You tube dengan


mencantumkan “ nama_prodi_tahun”

127
LAMPIRAN-1. Format Penilaian Pembelajaran Mikro Teaching

LEMBAR PENILAIAN PEER TEACHING


KETERAMPILAN 1 KETERAMPILAN BERTANYA

Program Studi : ……………………………………


Pelaksanaan : …………………………………. .
Praktikan : …………………………………….
Pukul : ……………………......................

KEGIATAN YANG MUNCUL


No. KOMPONEN KODE PESERTA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Mengungkapkan pertanyaan
secara jelas dan singkat
2. Mengungkapkan Pertanyaan
dengan cara lain
3. Memusatkan perhatian siswa
4. Memindahkan giliran
5. Menyebarkan pertanyaan kepada
siswa (individu)
6. Menyebarkan pertanyaan kepada
seluruh siswa
7. Merespon siswa
8. Memberikan waktu berpikir
9. Melatih siswa untuk bertanya

10. Mengajukan pertanyaan secara


berjenjang
11. Mendorong terjadinya interaksi
antarsiswa
JUMLAH KEGIATN YG MUNCUL

NILAI ANGKA

Penilai
Dosen Pembimbing/Pengamat,
Rumus:
N = [ F/S ] x
10

N = NilaiF = Jumlah Kegiatan yang muncul ……………………


S = Jumlah kseluruhan komponen NIP

128
LEMBAR PENILAIAN PEER TEACHING
KETERAMPILAN 2 MEMBERI PENGUATAN
Program Studi : ……………………………………
Pelaksanaan : …………………………………. .
Praktikan : …………………………………...
Pukul : …………………….....................

KEGIATAN YANG MUNCUL


No. KOMPONEN KODE MAHASISWA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Memberi Penguatan Verbal
2 Memberi Penguatan berupa mimikri
3 Memberi pengutan gerak badan
Memberi penguatan dengan cara
4
mendekati
Memeberi penguatan berupa benda
5
atau simbol
Memberi penguatan pada
6
sekelompok siswa
Memberi penguatan kepada pribadi
7
tertentu
8 Memberi penguatan dengan segera
Menunjukkan kehangatan dan
9
keantusiasan
Memberi penguatan secara
10
bermakna
11 Menghindari respon yang negatif

JUMLAH KEGIATAN YANG


MUNCUL
NILAI
ANGKA

Penilai
Dosen Pembimbing/Pengamat,
Rumus :
N = [ F/S ] x
10
N = Nilai

F = Jumlah Kegiatan yang muncul ……………………………


S = Jumlah kseluruhan komponen NIP

129
LEMBAR PENILAIAN PEER TEACHING
KETERAMPILAN 3 KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI

Program Studi : ……………………………………


Pelaksanaan : …………………………………. .
Praktikan : …………………………………....
Pukul : ……………………......................

KEGIATAN YANG MUNCUL


No. K O M P O N E N KODE MAHASISWA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Variasi dalam gaya mengajar
.
2 Menggunakan variasi intonasi
.
3 Mengadakan perubahan
. gerak /mimik
4 Memberi waktu senyap dalam
. berbicara
5 Melayangkan pandangan
. kepada seluruh
Siswa
6 Memberikan penekanan butir-
. butir penting
Pengajaran
7 Menggunakan variasi alat
. bantu
8 Menggunakan variasi pola
. interaksi dalam pembelajaran

JUMLAH KEGIATAN YANG


MUNCUL
NILAI
ANGKA

Penilai
Dosen Pembimbing/Pengamat,
Rumus : N = [
F/S ] x 10 N =
Nilai
F = Jumlah Kegiatan yang muncul ………………………………
S = Jumlah kseluruhan komponen NIP

130
LEMBAR PENILAIAN PEER TEACHING
KETERAMPILAN 4 KETERAMPILAN MENJELASKAN

Program Studi : ……………………………………


Pelaksanaan : …………………………………. .
Praktikan : …………………………………...
Pukul : …………………….....................

KEGIATAN YANG MUNCUL


No. KOMPONEN KODE MAHASISWA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Menunjukkan struktur sajian
.
2 Menggunakan Kalimat yang
. efektif
3 Memberikan contoh yang
. relevan
4 Menggunakan alat bantu
.
5 Menggunakan variasi intonasi
.
6 Mengajukan pertanyaan untuk
. menjajaki
pemahaman siswa
7 Memberikan umpan balik
.
JUMLAH KEGIATAN YANG
MUNCUL
NILAI
ANGKA

Penilai
Dosen Pembimbing/Pengamat,
Rumus : N = [
F/S ] x 10 N =
Nilai

F = Jumlah Kegiatan yang muncul ………………………………


S = Jumlah kseluruhan komponen NIP

131
LEMBAR PENILAIAN PEER TEACHING
KETERAMPILAN 5 KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP
PELAJARAN

Program Studi : ……………………………………


Pelaksanaan : …………………………………. .
Praktikan : …………………………………...
Pukul : …………………….....................

KEGIATAN YANG MUNCUL


No. KOMPONEN KODE MAHASISWA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Menarik perhatian
menimbulkan motivasi
dan rasa ingin tahu siswa
2. Memilih posisi dengan tepat
3. Memilih kegiatan
pembelajaran sesuai
dengan topik
4. Menggunakan alat bantu
dengan tepat
5. Melakukan interaksi yang
bervariasi
6. Menyampaikan indikator
pembelanjaran
7. Mengaitkan antarpelajaran
8. Meninjau rangkuman yang
dibuat siswa
9. Memberi pemantapan
(memberi PR, tugas,
rencana yang akan datang)
JUMLAH KEGIATAN YANG
MUNCUL
NILAI
ANGKA

Penilai
Rumus : Dosen Pembimbing/Pengamat,
N = [ F/S ] x 10
N = Nilai

F = Jumlah Kegiatan yang muncul ………………………………


S = Jumlah kseluruhan komponen NIP
132
LEMBAR PENILAIAN PEER TEACHING
KETERAMPILAN 6 KETERAMPILAN DISKUSI KELOMPOK
KECIL

Program Studi : ……………………………………


Pelaksanaan : …………………………………. .
Praktikan : …………………………………...
Pukul : …………………….....................

KEGIATAN YANG MUNCUL


No. KOMPONEN KODE MAHASISWA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Memusatkan Perhatian
1. Merumuskan tujuan
2. Merumuskan kembali masalah
3. Menjelaskan langkah-langkah
diskusi
4. Menandai persetujuan dan
ketidaksetujuan
5. Meneliti alasannya
6. Memotivasi siswa untuk bertanya
7. Menunggu respon siswa
8. Memberi dukungan /penguatan
Memberi kesempatan siswa
9.
untuk berpartisipasi
10. Mencegah pembicaraan berlebihan
Menutup diskusi bersama
11.
siswa merangkum
JUMLAH KEGIATAN YANG
MUNCUL
NILAI
ANGKA

Penilai
Dosen Pembimbing/Pengamat,
Rumus : N = [
F/S ] x 10 N =
Nilai
F = Jumlah Kegiatan yang muncul ………………………………
S = Jumlah kseluruhan komponen NIP

133
LEMBAR PENILAIAN PEER TEACHING
KETERAMPILAN 7 KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS DAN
DISIPLIN
Program Studi : ……………………………………
Pelaksanaan : …………………………………. .
Praktikan : …………………………………...
Pukul : …………………….....................

KEGIATAN YANG MUNCUL


No. KOMPONEN KODE MAHASISWA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Menunjukkan sikap tanggap

2 Membagi perhatian kepada


siswa
3 Memberi petunjuk yang jelas

4 Memberi teguran
5 Memberi penguatan
6 Mengelola kelompok

7 Mengatasi tingkah laku yang


menimbulkan masalah
JUMLAH KEGIATAN YANG
MUNCUL
NILAI
ANGKA

Penilai
Dosen Pembimbing/Pengamat,
Rumus : N = [
F/S ] x 10 N =
Nilai
F = Jumlah Kegiatan yang muncul ………………………………
S = Jumlah kseluruhan komponen NIP

134
LEMBAR PENILAIAN PEER TEACHING
KETERAMPILAN 8 KETERAMPILAN MENGAJAR PERORANGAN

Program Studi : ……………………………………


Pelaksanaan : …………………………………. .
Praktikan : …………………………………....
Pukul : ……………………......................

KEGIATAN YANG MUNCUL


No. KOMPONEN KODE MAHASISWA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Merespon tanggapan siswa
.
2 Memperhatikan reaksi siswa
.
3 Merencanakan kegiatan
.
4 Memberi nasehat
.
5 Meyediakan alat dan sumber
. belajar
6 Melakukan pendekatan
. yang meyenangkan
7 Menantang siswa untuk
. berpikir
8 Mendorong siswa untuk
. mengemukakan pendapat

9 Mendorong siswa untuk


. menyelesaikan
Tugasnya
JUMLAH KEGIATAN YANG
MUNCUL
NILAI
ANGKA
Penilai
Dosen Pembimbing/Pengamat,
Rumus :
N = [ F/S ] x 10
N = Nilai
F = Jumlah Kegiatan yang muncul ………………………………
S = Jumlah kseluruhan komponen NIP

135
LAMPIRAN-2: Contoh RPP dalam Pembelajaran

a. RPP versi Riil Teaching (untuk tingkat SD)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Nama Sekolah : SD ………………………
Kelas/Semester : IV (empat)/I (satu)
Tema/Subtema : 1. Indahnya Kebersamaan
2. Keberagaman Budaya Bangsaku
Pembelajaran ke- : 1 (Satu)
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (2 JP)
A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.2 Mengidentifikasi keragaman 3.2.1. Menyebutkan keragaman jenis-
sosial, ekonomi, budaya, etnis jenis alat musik suku bangsa di
dan agama di provinsi setempat provinsi setempat sebagai
sebagai identitas bangsa identitas bangsa Indonesia;
Indonesia;

4.2 Menyajikan hasil identifikasi 4.2.1. Mengklasifikasikan alat musik


mengenai keragaman sosial, sesuai dengan asal daerahnya
ekonomi, budaya, etnis dan
agama di provinsi setempat
sebagai identitas bangsa
Indonesia;
.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

3.6 Menerapkan sifat-sifat bunyi dan 3.6.1. Membedakan (mengumpulkan


keterkaitannya dengan indra data) jenis jenis bunyi berdasarkan
pendengaran mediatornya.

4.6 Menyajikan laporan hasil 4.6.1. Mengklasifikasikan kegiatan


percobaan tentang sifat-sifat bunyi. dalam kehidupan sehari-hari yang
berkaitan dengan bunyi sesuai
mediatornya

Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1 Mencermati gagasan pokok dan 3.1.1. Membedakan jenis-jenis paragraf
gagasan pendukung yang diperoleh sesuai dengan letak gagasan
dari teks lisan, tulis, atau visual pokok dan gagasan
pendukungnya

136
4.1. Menata informasi yang didapat 4.1.1. Mengklasifikasikan teks sesuai
dari teks berdasarkan dengan jenis paragrafnya
keterhubungan antargagasan ke
dalam kerangka tulisan

B. Tujuan Pembelajaran (satu sub tema)


Pembelajaran I:
1. Dengan mengamati gambar, siswa diharapkan dapat menyebutkan
keragaman jenis-jenis alat musik suku bangsa di provinsi setempat sebagai
identitas bangsa Indonesia;
2. Dengan melakukan percobaan, siswa diharapkan dapat membedakan
(mengumpulkan data) jenis jenis bunyi berdasarkan mediatornya.
3. Dengan pemahaman teks, siswa diharapkan dapat membedakan jenis-jenis
paragraf sesuai dengan letak gagasan pokok dan gagasan pendukungnya
C. Materi Pokok
1. Teks Alat Musik
2. Jenis-jenis Alat Musik
3. Benda yang Menghasilkan Bunyi
D. Metode Pembelajaran
1. Pengamatan;
2. Berdiskusi;
3. Tanya Jawab
4. Percobaan

E. Media Pembelajaran
1. Gambar keragaman alat musik budaya Indonesia;
2. Teks Alat Musik
3. Benda-benda yang merupakan sumber bunyi
F. Sumber Belajar
1. Buku tentang keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis dan agama di
Indonesia.
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Langkah kegiatan Penilaian Alokasi
waktu
Pendahuluan  Guru membuka kelas dengan salam Observasi 10 menit
kemudian berdoa menurut ajaran agama
Islam dan bertanya kabar siswa pada
hari tersebut
 Guru mengajak siswa untuk
menyanyikan lagu “Tik...Tik.. Bunyi
Hujan”
 Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran pada pembelajaran 1

137
 Guru menyampaikan bahwa Indonesia
memiliki keragaman sosial, ekonomi,
budaya, etnis, dan agama
 Guru bertanya tentang budaya dari
beberapa orang siswa dan ciri khasnya
masing-masing
 Guru membagikan siswa ke dalam
beberapa kelompok
Inti  Guru memberikan beberapa gambar Unjuk 45 menit
alat musik daerah setempat. kerja
 kepadaGuru mengajak siswa untuk
mengamati gambar tersebut.
 Kemudian, Guru menyuruh setiap
kelompok untuk menempelkan alat
musik yang mereka dapat di papan kuis
yang telah disediakan guru.
 Kemudian, guru bersama siswa
mengecek tentang hasil kerja siswa
 Selanjutnya, guru menjelaskan
mengenai paragraf pada teks.
Kemudian mengajak beberapa siswa
untuk membacakan teks kemudian
menanyakan kepada siswa jenis teks
yang mereka baca.
 Bagi kelompok yang benar dalam
menjawab, maka akan diberikan
rewards.
 Selanjutnya, dari teks mengenai bunyi
alat musik yang diberikan guru, guru
mengadakan percobaan.
 Percobaan tersebut dilakukan dengan
melempar batu kecil ke dalam baskom,
memukul meja, dan mengajak beberapa
siswa untuk memetik gitar yang telah
dibawa guru.
 \dari percobaan tersebut, guru
menjelaskan bahwa benda
menghasilkan bunyi dikarenakan
adanyagetaran.
 Selanjutnya guru memberikan soal
latihan agar siswa mampu membedakan
kegiatan yang menghasilkan bunyi dan
mediatornya.
 Kemudian, menuliskan hasil diskusi
kemudian menyampaikan di depan
kelas

Penutup  Guru membantu siswa menyimpulkan Observasi 15 menit


data perbedaan bunyi dan mediatornya.
 Guru mengajak siswa untuk mensyukuri
keberagaman budaya sebagai anugrah
Tuhan YME
 Guru membimbing siswa untuk
menyebutkan bagaimana cara

138
bersyukur atas keberagaman budaya di
Indonesia
 Guru menutup kelas dengan
menyanyikan lagu “Tik...Tik... Hujan”
kembali

H. Penilaian
Penilaian1 : Penilaian sikap: observasi dan pencatatan sikap siswa selama
kegiatan;
Penilaian 2: Saat siswa melakukan diskusi, guru menilai mereka dengan
menggunakan rubrik.

Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Perlu


(4) (3) (2) Pendampingan
(1)
Mendengarkan Selalu Mendengarkan Masih perlu Sering
mendengarkan teman yang diingatkan diingatkan untuk
teman yang berbicara, untuk mendengarkan
sedang namun mendengarka teman yang
berbicara. sesekali masih n sedang berbicara
perlu diingatkan. teman yang namun tidak
sedang mengindahkan.
berbicara.
Komunikasi non Merespon dan Merespon Sering Membutuhkan
verbal (kontak menerapkan dengan merespon bantuan dalam
mata, bahasa komunikasi non tepat terhadap kurang tepat memahami
tubuh, postur, verbal dengan komunikasi terhadap bentuk
ekspresi wajah) tepat. non verbal yang komunikasi komunikasi
ditunjukkan non verbal non verbal yang
teman. yang ditunjukkan
ditunjukkan teman.
teman.
Partisipasi Isi pembicaraan Berbicara dan Berbicara dan Jarang berbicara
(menyampaikan menginspirasi menerangkan menerangkan selama
ide, perasaan, teman. Selalu secara rinci, secara proses diksusi
pikiran) mendukung merespon rinci,namun berlangsung.
dan memimpin sesuai terkadang
teman lainnya dengan topik. merespon
saat diskusi. kurang
sesuai
dengan
topik.

Rekapitulasi nilai rubrik sikap dapat di simpulkan dalam daftar nilai sebagai berikut:

No Nama Mendengarkan Komunikasi non Partisipasi Total


siswa verbal (kontak mata, (menyampaikan nilai:
bahasa tubuh, postur, ide, perasaan,
ekspresi wajah) pikiran)
1
2
3

139
Nilai maksimal = 12
jumlah nilai
Total Nilai = x 100 = ......
12

Penilaian 3: Penilaian sikap: observasi dan pencatatan sikap siswa selama


kegiatan

Lampiran
Lembar kerja yang digunakan siswa untuk wawancara warga sekolah:
Sasaran yang di wawancarai: guru / staf/ kakak kelas /dll
No Nama yang Suku Makanan Tarian Alat Pekerjaan
diwawancarai khas daerah musik orang tua
daerah
1
2
3

Medan, ... Maret 2021

Diperiksa oleh: Disusun oleh:

Kepala Sekolah Guru

140
b. RPP versi Micro Teaching

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

Satuan Pendidikan : SMK-BM


Mata Pelajaran : Akuntansi Dasar
Kelas / Semester :X/2
Kompetensi Dasar : Neraca Saldo Pada Perusahaan Jasa
Alokasi Waktu : 1 x 15 menit
Hari / Tanggal : Rabu/….
Keterampilan yang digunakan : 1) Keterampilan Menjelaskan
2) Keterampilan Mengadakan Variasi

I. Tujuan Pembelajaran

a. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian Neraca Saldo dengan baik dan
benar.
b. Peserta didik dapat menjelaskan fungsi-fungsi Neraca Saldo dengan baik
dan benar.
c. peserta didik dapat menyusun Neraca Saldo Pada Perusahaan Jasa dengan
baik dan benar.
II. Langkah-langkah Pembelajaran

a. Motode, Media dan Sumber Belajar


1) Metode / Model : Ceramah, tanya jawab, Diskusi, Latihan /
Model pembelajaran Cooperative learning.
2) Alat / Media :
a. Laptop dan LCD Proyektor
b. Hand out (Power point)
c. Hand out (Microsoft Excel),
d. LKPD berisi tentang Neraca Saldo Pada Perusahaan Jasa.
3) Sumber belajar : 1. Mulyadi, Endang. 2011. Akuntansi 1. Jakarta :
Yudhistira
2.https://www.jurnal.id/id/blog/tag/contoh-neraca-
saldo/ Diakses pada tanggal 6 maret 2020

141
b. kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu
Pendahuluan ( fase I ) 2 menit
a. memberikan salam
b. ketua kelas memimpin doa pada
saat pembelajaran akan dimulai
c. memeriksa kehadiran siswa
d. guru memberikan Hand Out kepada
peserta didik
Inti a. Eksplorasi 11
( Fase 2) menit
1. Melakukan tanya jawab terkait dengan
Neraca Saldo Pada Perusahaan Jasa
2. Menyajikan informasi mengenai Neraca
Saldo Pada Perusahaan Jasa melalui
slide Ppt.
b. Elaborasi
( Fase 3 )
1. Guru membagi siswa dalam beberapa
kelompok masing-masing terdiri dari 3-4
orang
2. Guru memberikan latihan kepada
masing- masing kelompok
( Fase 4 )
 Guru membimbing kelompok-kelompok
saat mengerjakan tugas.
c. Konfirmas
i ( Fase 5)
1. Meminta siswa perwakilan dari
kelompok (acak) untuk
mempresentasikan / menuliskan hasil
diskusinya.
2. Mengevaluasi hasil kerja dari setiap
kelompok
Penutup ( Fase 6 ) 2 menit
1. Memberikan pujian dan penghargaan
terhadap hasil belajar individual dan
kelompok.
2. Menyimpulkan pokok-pokok
pembahasan materi.
3. Guru bersama peserta didik menutup
kegiatan pembelajaran
dengan mengucapkan rasa syukur
kepada Allah SWT. Guru menutup
pembelajaran dengan mengucapkan
salam.

142
II. Penilaian
a. Penugasan : Latihan / soal uraian
b. Instrumen penilaian : Individu : Perbuatan
Kelompok : Tes tertulis ( subjektif )

Medan, Maret 2021

Mengetahui Ketua Kelompok Guru Praktek

(Muhammad Taufik Siregar) (Rochma Yuni Trianti)

143
c. RPP versi Kemendikbud No. 14/2019 (Model-I)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : MI Al Hidayah Rawadenok


Kelas / Semester : 2 /1
Tema : Hidup Rukun (Tema 1)
Sub Tema : Hidup Rukun di Rumah (Sub Tema 1)
Pembelajaran ke : 1
Alokasi waktu : 1 Hari

A. TUJUAN F. MEDIA SUMBER BELAJAR


1. Dengan diberikan teks cerita tentang hidup • Diri anak, Lingkungan
rukun yang mengandung ungkapan, siswa keluarga, dan
dapat menyebutkan ungkapan yang terdapat Lingkungan sekolah.
pada teks cerita tersebut dengan tepat. • Buku Pedoman Guru Tema 1
2. Dengan diberikan teks percakapan tentang Kelas 2 dan Buku Siswa Tema
hidup rukun yang mengandung ungkapan, 1 Kelas 2 (Buku Tematik
siswa dapat mengucapkan ungkapan yang Terpadu Kurikulum 2013,
terdapat pada teks percakapan tersebut Jakarta: Kementerian
dengan tepat. Pendidikan dan Kebudayaan,
3. Dengan diberikan kumpulan kubus lebih dari 2013).
100, siswa dapat menyatakan kumpulan • Gambar kerukunan keluarga di
objek dengan bilangan sampai dengan 999 rumah
dengan benar.
G.KEGIATAN
PEMBELAJARAN
B. KOMPETENSI DASAR Kegiatan
B. Indonesia Pendahuluan
Merinci ungkapan, ajakan, perintah, penolakan • Salam dan do’a
yang terdapat dalam teks cerita atau lagu yang • Apersepsi
menggambarkan sikap hidup rukun Kegiatan Inti
Menirukan ungkapan, ajakan, perintah, • Guru menjelaskan sekitar
penolakan dalam cerita atau lagu anak-anak materi yang akan dijelaskan
dengan bahasa yang santun • Guru membagi siswa
Matematika menjadi beberapa
Menjelaskan makna bilangan cacah dan kelompok
menentukan lambangnya berdasarkan nilai • Siswa mengamati media
tempat dengan menggunakan model konkret pembelajaran tentang
serta cara membacanya materi yang diajarkan
Membaca dan menyajikan bilangan cacah dan • Guru mengajukan pertanyaan
lambangnya berdasarkan nilai tempat dengan sekitar materi yang diajarkan
menggunakan model konkret.

144
C. INDIKATOR • Guru mengajak siswa
3.1.1 Membedakan ungkapan, ungkapan, berdiskusi berkaitan tentang
ajakan, perintah, penolakan yang materi yang diajarkan
terdapat dalam teks cerita atau lagu • Siswa diberi waktu untuk
yang menggambarkan sikap hidup berdiskusi dengan sesama
rukun anggota kelompoknya
4.1.1 Mempraktikkan ungkapan, ajakan, • Guru berkeliling melihat dan
perintah, penolakan dalam cerita membimbing tentang materi
atau lagu anak-anak dengan bahasa yang didiskusikannya
yang santun 3.1.1 Memahami • Masing masing kelompok
makna bilangan cacah. mempresentasikan hasil
3.1.2 Menyebutkan kumpulan objek dengan kelompoknya di depan kelas
bilangan sampai dengan 999 dengan • Guru memberi penguatan
benar. tentang jawaban siswa
4.1.1 Membaca lambang bilangan sampai perwakilan kelompok
dengan 999 dengan tepat. • Bersama guru siswa
3.2.1 Mengetahui panjang pendek bunyi pada memajang hasil
lagu anak pekerjaan siswa di papan
4.2.1 Menampilkan panjang pendek bunyi pada pajangan
lagu anak dengan tepat. Kegiatan Penutup
D. MATERI ESENSI • Guru bersama siswa
• Teks bacaan yang di dalamnya terdapat menyimpulkan materi
kalimat ungkapan. pembelajaran hari ini
• Berlatih menyatakan bilangan cacah • Melakukan refleksi/ tanya
menggunakan gambar alat peraga kubus. jawab, penugasan serta
Pemahaman mengenai bilangan cacah informasi materi berikutnya
sampai 999. • Berdo’a
E. METODE : Scientific H. PENILAIAN
Pendekatan : Cooperative Learning Penilaian Sikap : Observasi
Strategi Teknik : Example Non Example selama kegiatan berlangsung
Metode : Penugasan, pengamatan, Penilaian Pengetahuan
Tanya Jawab, Diskusi dan a. Menjawab pertanyaan lisan
Ceramah tentang tata cara
memperkenalkan diri yang benar.
Penilaian Keterampilan

Mengetahui Medan, ……

Kepala Sekolah Guru Kelas 2

Rahmatullah, S.Pd.I., M.M. Nur Khoiriah,


S.Pd.

145
d. RPP versi Kemendikbud No. 14/2019 (Model-II)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : MI Al Hidayah Rawadenok


Kelas / Semester : 2 /1
Tema/Subtema : Hidup Rukun (Tema 1) Subtema 1 Hidup Rukun di Rumah
Alokasi waktu : 1 Hari
Muatan Pelajaran : B. Indonesia (3.1, 4.1), Matematika (3.1, 4.1), SBdP (3.2, 4.2)

A. Tujuan
1. Dengan diberikan teks cerita tentang hidup rukun yang mengandung ungkapan,
siswa dapat menyebutkan ungkapan yang terdapat pada teks cerita tersebut
dengan tepat.
2. Dengan diberikan teks percakapan tentang hidup rukun yang mengandung
ungkapan, siswa dapat mengucapkan ungkapan yang terdapat pada teks
percakapan tersebut dengan tepat.

B. Kegiatan Pembelajaran

Pendahuluan
1. Kelas dimulai dengan dibuka dengan salam, menanyakan kabar dan mengecek
kehadiran siswa
2. Kelas dilanjutkan dengan do’a dipimpin oleh salah seorang siswa. (Menghargai
kedisiplikan siswa/PPK).
3. Menyanyikan lagu Garuda Pancasila atau lagu nasional lainnya. Guru memberikan
penguatan tentang pentingnya menanamkan semangat Nasionalisme.
4. Pembiasaan membaca/ menulis/ mendengarkan/ berbicara selama 15-20 menit
materi non pelajaran Sebelum membacakan buku guru menjelaskan tujuan
kegiatan literasi

Inti
1. Siswa menyimak teks cerita pada Buku Siswa yang dibacakan guru.
2. Siswa menyebutkan ungkapan yang terdapat pada teks cerita. (Mandiri)
3. Siswa membaca kalimat yang terdapat pada teks percakapan.
4. Siswa bersama dengan teman di sebelahnya melanjutkan percakapan yang
terdapat pada buku.
5. Siswa diberi keleluasaan untuk menyusun kalimat berdasarkan teks cerita yang
sudah dibacanya. (Creatiivity and Innovation)

Kegiatan Penutup
1. Siswa mapu mengemukan hasil belajar hari ini kemudian Guru memberikan
penguatan dan kesimpulan
1. Menyanyikan salah satu lagu daerah untuk menumbuhkan nasionalisme siswa
2. Salam dan do’a penutup di pimpin oleh salah satu siswa.

146
C. PENILAIAN
Penilaian Sikap : Observasi selama kegiatan berlangsung
Penilaian Pengetahuan : Menjawab pertanyaan lisan tentang tata cara
memperkenalkan diri yang benar.
Penilaian Keterampilan : Unjuk Kerja

Mengetahui Medan , .. Maret


2021
Kepala Sekolah Guru Kelas 2

Rahmatullah, S.Pd.I., M.M. Nur Khoiriah, S.Pd

147
LAMPIRAN – 3: Contoh Transkrip Pembelajaran Micro teaching
Contoh-1

Keterampilan yang Dipilih : Membuka dan Menutup Pelajaran (Set Instruction


and Closure)
Mata Pelajaran : Akuntansi
Kompetensi Dasar : Akuntansi sebagai sistem informasi

Penjelasan : transkrip ini berisikan kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan
bidang studi/mata pelajaran Akuntansi, walaupun begitu diharapkan hal ini tidak
mengurangi arti dan tujuan latihan pemahaman keterampilann pada kegiatan : siasat
membuka dan menutup pemahaman keterampilan pada kegiatan : siasar membuka
dan menutup pelajaan (set introduction and closure). Sehubungan dengan hal
tersebut, sudah sewajarnya bila tiap bidang studi/mata pelajaran mengembangkan
transkrip tersebut sesuai dengan bidang garapannya masing-masing sehingga dapat
membantu kelancaran pemahaman keterampilan dimaksud.
Tujuan utama dalam melaksanakan keterampilan/siasat membuka pelajaran, adalah
untuk menimbulkan minat dan pemusatan perhatian siswa terhadap materi yang
akan dikembangkan guru dalam suatu pembelajaran.
Pada umumnya ada 3 (tiga) macam kegiatan yang dapat ditampilkan dalam melatih
keterampilan/siasat membuka pelajaran, yaitu :
1. Menggunakan gambar-gambar (media cetak) atau media lainnya yang menarik
yang ada hubungannya dengan bahan ajar.
2. Melaksanakan “apersepsi”, yaitu suatu cerita pendek, yang terkait dengan
materi yang akan diajarkan.
3. Tanya jawab, hubungan materi yang lalu dengan materi yang akan
disampaikan.

Dalam suatu kegiatan belajar mengajar (KBM = pembelajaran) di suatu ruang kelas
:
Guru : “Assalamu’alaikum Wr. Wb. Selamat siang” (murid-murid)
Siswa : “Wa’alaikum salam, selamat siang buu…(secara serempak)”
Guru : “Pada siang ahri ini, ibu akan mengajak kalian mendengarkan suatu
cerita…, maukah kalian mendengarkannya?
Siswa : “Amu buu.., sambil bertepuk tangan (karena gembira) cerita apa bu?”

148
Guru : “Dengarkan ya!!! Pada minggu terakhir ini, ibu asyik sekali menyaksikan
tayangan TV yang menyiarkan bermacam berita dan unjuk rasa
diantaranya, unjuk rasa: menentang kenaikan harga BBM, ketidakpuasan
terhadap penetapan upah minimum nasional (UMN), pembayaran segera
pesangon akibat PHK, dan berita-berita tenang data orang miskin, data
tentang jumlah pengangguran, rakyat kekurangan gizi, akyat tidak mampu
membayar biaya pengobatan, dana penerima kompensasi BBM yang
tambah mengbengkak, harga barang-barang melonjak tajam dan
sebagainya.
Sedih memang, apakah kita sependapat semua itu adalah akibat
keterpurukan ekonomi bangsa?”
Siswa : “Ya, buu diantara sekian banyak penyebabnya bu” (jawaban serempak)
Guru : “Bagus, tampaknya kalian juga merasakan ketimpangan dalam
masyarakat. Siapa tahu penyebabnya yang lain? Coba kamu, menunjuk siswa yang
bernama Fahri”.
Fahri : “KKN-Korupsi bu”.
Guru : “ Benar sekali apa yang dikatakann Fahri”
Hampir setiap hari masalah korupsi diberitakan baik oleh TVRI maupun
oleh TV swasta. Berapa banyak uang Negara yang raib pada hampir
setiap instansi pemerintah akbiat dari ulah pejabat-pejabat yang
melakukan korupsi tersebut. Tibul pertanyaan, apakah BPK (Badan
Pemeriksa Keuangan) Negara tidak berfungsi? Nah, kalau kita bicara
tentang BPK, asosiasi kita tertuju kepada suatu istilah dalam akuntansi,
yaitu akuntan pemerintah, sebab BPK adalah bagian dari akuntan
pemerintah sedangkan akuntan pemerintah temasuk salah satu golongan
dari profesi akuntan dan profesi akuntan salah satu indicator dari
“akuntansi sebagai system informasi”, yaitu topic yang akan kita
bicarakan pada pertemuan ini, jelas bukan?”
Siswa : “Jelas bu, (dan seorang siswi bernama Fira menunjuk tanga, Tanya bu?”
Fira : apa pengertian /defenisi akuntan bu?”
Guru : “Baiklah, akuntan dapat diartikan sebagai suatu profesi
(pekerjaan) dengan bobot yang dapat disamakan dengan suatu bidang
pekerjaan (keahlian). Misalnya BPK, salah satu contohnya.
Seperti yang sudah ibu singgung tadi tentang profesi akuntan, profesi

149
akuntan dapat dibagi atas 4 golongan yaitu :
1. Akuntan public
2. Akuntan Intern
3. Akuntan pemerintah, termasuk BPK
4. Akuntan pendidikan
Jadi BPK adalah suatu lembaga pemerintah yang tugasnya
mengaudit/memeriksa keuangan dalam lingkungan pemerintah, baik
diminta maupun tidak diminta. Itulah sebabnya BPK bagian dari akuntan
pemerintah. Sering kita dengan hasil audit BPK terhadap suatu instansi/
lembaga pemerintahan bermuara ke KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi)”.
“Siapa yang dapat memberi contoh, hasil penemuan KPK tersebut?”
(seorang siswi yang bernama Ika Sendrayana yang ditunjuk guru untuk
menjawabnya)”
Ika : “Sorang anggota BPK membocorkan penyuapan yang doilakukan oleh
anggota KPU (Komisi Pemilihan Umum). Kemudian hasil informasi dari
BPK ini, KPK mengintensifkan pemeriksaaan dalam KPU. Hasilnya sangat
mengagumkan, berapa orang terjaring dalam pemeriksaan tersebut
menjadi tersangka.”
Guru : “Bagus sekali”. (sambil mengacungkan jempol)
Baiklah, ibu teruskan. Ibu akan menerangkan tentang bidang-bidang
akuntansi. Menurut manfaat dan pemakaiannya akuntansi terdiri dari 7
kelompok, yaitu :
1. Akuntansi keuangan
2. Akuntansi pemeriksaan dan seterusnya s/d sampai dengan no.7
(untuk menghilangkan kejenuhan/fluktuatif dalam pembelajaaran guru
mengeluarkan dan menempelkann media di papan tulis yan berisikan
diantaranya uraian tentang bidang akuntansi tersebut dan menjelaskan
satu persatu).
Imam : (seorang siswa yang bernama Imam menunjuk tangan), “boleh bertanya
bu?”
Guru : “Ya, silahkan”!
Imam : “adakah hubungan ekonomi Indonesia yang terpuruk, dengan akuntansi
sebagai sistem informasi.”

150
Guru : “Betul, memang erat sekali hubungannya.”
(Guru menawarkan ke seluruh kelas siapa yang dapat memperjelas apa
yang diungkapkan Imam).
Nurul : “Saya bu, sesuai dengan isi cerita, ibu tadi dan jawaban Ika, salah satu
penyebab keterpurukan ekonomi Indonesia adalah merajalelanya
korupsii hampir di setiap instansi pemerintah. Malah hasilsurvey
menunjukkan bahwa Indonesia menempati Negara kedua terkorup di
dunia. Hal ini mungkinn disebabkan audit atau informasi BPK tidak akurat
atau data-data tersebut diiselewengkan untuk kepentingan
individu/kelompok.
Jadi BPK sebagai akuntan pemerintah memberikan informasi kepada
instansi yang membutuhkan, dalam hal ini kepada KPK dan informasi ini
dapat dijadikan sebagai data untuk mengusut koruptor yang melakukan
korupsi yang menyebabkan ekonomi semakin terpuruk. Jadi sesuai
dengan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah
sebagai sistem informasi.
Guru : “Bagus, apakah kalian sudah mengerti?”
Siswa : “Sudah bu” (serempak)
Guru : (Sambil melihat jam tangan). “Sebelum ibu menutup pelajaran atau
sebelum kita melaksanakan ulangan harian (postes), Ibu akan
merangkum dan menyimpulkan lebih dahulu materi-materi yang sudah ibu
sampaikan tadi secara sistematis/berurutan. Sambil menerangkan secara
garis besar, ibu guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi
tadi dan sekalian mengingatkan agar pelajaran ini diulang-ulang di rumah.
Apakah kalian betul-betul sudah mengert?”
Siswa : “Sudah bu…”
Guru : “Sekarang kita akan mengadakan ulangan harian”.
Tuliskan soalnya, pada hari ini cukup hanya satu soal saja.
Soal : Jelaskan manfaat/kegunaan dari pemakaian informasi akuntansi”
Teng…. Teng… teng… lonceng tanda beristirahat berbunyi, semua
siswa kebetulan selesai mengerjakannya, lalu berhamburan keluar
kelas.

151
Contoh 2.
TRANSKRIP KETERAMPILAN MENGGUNAKAN VARIASI

Mata Pelajaran : Matematika


Kompetensi Dasar : Bentuk persamaan dan fungsi kuadrat

Suasana kelas dalam keadaan fluktuatif (perhatian/minat dan motivasi siswa turun
naik, malah cenderung menurun dalam pembelajaran). Agar belajar siswa/kelas
tetap dalam keadaan dinamis, guru menggunakan variasi dalam mengajar, dengan
kegiatan sebagai berikut:
Guru : “Dengarkan baik-baik (dengan suara keras dan lantang). Ibu ulang sekali
lagi, tidak semua persamaan kuadrat dapat diselesaikan dengan cara
memfaktorkan, misalnya : x2 – 4x – 1 = 0, x2 – 5x – 1 = 0 (intonasi suara
menurun dan lambat). Cari contoh lain lagi, ayo semua berfikir, siapa
yang akan menjawabnya, ibu yang akan menentukannya.” (Sambil
memberi kesempatan berfikir, guru menatap mata siswa satu persatu,
kemudian menunjuk siswa yang bernama Andi).
Andi : “x2 – 5x – 1 = 0” (suara agak gugup)
Guru : “salah atau betul?”
Siswa “ “Salah buu.. sebab persamaan itu dapat difaktorkan” (jawaban serempak).
Guru : siapa yang dapat memberikan contoh yang lain?”
Siswa : Saya bu. Saya bu (hanya beberapa siswa saja yang menunjuk tangan)
Guru : (Ibu guru menunjuk salah seorang yang bernama WIta), “kamu Wita”.
Wita : “x2 – 6x – 1 = 0, bu.”
Guru : “salah atau betul, bagaimana pendapatmu Vivi?”
Vivi : (Diam saja, tidak bisa menjawab)
Mira : (Menyeloteh) “betul bu”
Guru : (tanpa bersuara – Ibu guru berjalan ke belakang sambil memperhatikan
siswa di kanan kiri kemudian berhenti dan menghadap ke depan) dan
berkata : “Keluarkan buku pelajaran Matematika, mari sama-sama kita
lihat halaman….” (berhenti berbicara = kelas menjadi senyap)
Siswa : (Sesudah lama menunggu = tidak sabar). “Halaman berapa bu…?”
Guru : “Halaman 6, kalimat kedua dari atas, perhatikan ini penting, dan baca,
kamu”, (menunjuk siswa bernama Wati).
Wati : “Persamaan kuadrat yang semacam itu dapat diselesaikan dengan cara

152
melengkapkan kuadrat sempurna, yaitu mengubah bentuk ax2 + bx + c =
0 menjadi (x + X)2 = q sehingga (x+X) = ± √𝑞 maka x = -x ± √𝑞 dan
seterusnya”.
Guru : suara kamu kurang kuat Wati, untuk lebih jelasnya , kamu Mira maju ke
depan (menunjuk siswa yang bernama Mira), dan tulis di papan yang
dibacakan oleh Wati tadi.”
Mira : (Maju ke depan dan menulis sesuai dengan apa yang dibacakan Wati
tadi).
Guru : “Bagus, sekarang ibu akan memperlihatkan media (cetak)” (dan
menyuruh seorang siswa menempelkannya di papan tulis).
“lihat dan dengarkan baik baik”.. (guru membaca sambil menunjuk kata
demi kata dengan menggunakan sebuah rotan/ rol) sebagai berikut :
“Fungsi kuadrat bukan saja dipakai dalam Matematika saja tetapi juga
dalam pelajaran lain, seperti pelajaran Ekonomi, Fisika, dan juga dalam
kehidupan sehari-hari”. (kadang-kadang rotan tersebut dipukulkan agak
kuat untuk menarik perhatian siswa).
Susi : “Bagaimana contohnya matematika (kuadrat) dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, bu?”
Guru : “Baiklah, seorang peternak ayam mempunyai pagar sepanjang 100 m
untuk memagari ternaknya. Pagar tersebut akan dibuatkan kandang
yang berbentuk persegi panjang. Pertanyaannya: Berapakah ukuran
pagar kandang itu dapat menampung ternak ayam sebanyak mungkin.
Ayo, mari kita cari jawabannya (dalam tugas kelompok) dan siswa
disuruh membentuk kelompok (kelas dibagi 5 kelompok).
Siswa : (Setiap kelompok, mengatur kursi-kursi sesuai dengan banyak anggota
dalam satu kelompok (merupakan ½ lingkaran). Mereka menetapkan juga
ketua dan sekretaris dalam setiap kelompok dan mulai bekerj. Kelas
didominasi siswa (siswa tampak aktif). Suasana kelas menjadi menjadi
hidup/ dinamis. Interaksi kelas terlihat multi interaksi sebagai berikut :
Interaksi guru – siswa
Siswa – siswa (dalam kelompok)
Siswa – siswa (antar kelompok)
Siswa – guru

153
Catatan : Mungkin tidak semua kegiatan diatas dapat dilaksanakan dalam
pengajaran mikro (microteaching), tetapi pilihlah kegiatan-kegiatan yang sesuai
dengan alokasi waktu dan karakteristik materi.

154
Contoh 3

TRANSKRIP: KETERAMPILAN BERTANYA DIGABUNGAN DENGAN


KETERAMPILAN MENGADAKAN PENGUATAN (REINFORCEMENT)

Mata Pelajaran : Bahasa Inggris


Kompetens Dasar : Quantitive Adjectives (QA)

Penjelasan : Transkript berikut ini mengajak anda untuk menyimak dan memahami
bagaimana keterampilan bertanya diterapkan/ dipraktekkan dalam situasi belajar
mengajar.
Keterampilan mengajar semacam ini biasanya dilatihkan/ dilakukan bersama
dengan pelaksanaan keterampilan memberi penguatan (reinsforcement). Sebab
salah satu teknik untuk meningkatkan kuantitas maupun kualitas jawaban dari siswa,
pada waktu mengajukan pertanyaan adalah teknik reinsforcement
Dalam menganalisis atau mensiasati transcript ini, diharapkan anda
melakukan diskusi tentang hasil kegiatan dengan sesama teman sekelompok.
Guru dan para siswa berada dalam satu ruangan dan guru melaksanakan proses
belajar mengajar (PBM) dalam suatu peristiwa pembelajaran sebagai berikut :
Guru : Assalamualaikum, Wr.Wb. Selamat pagi (murid murid) sekalian.”
Siswa : Waalaikumsalam, selamat pagi buu…” (Secara serempak)”
Guru :“Sebelum Ibu meneruskan materi baru, ibu akan mengulang sepintas lewat
materi yang sudah ibu ajarkan pada pertemuan yang berjudul Quantitative
Adjective (QA)” (dan langsung menuliskannya di papan tulis).
Apakah kalian sudah siap untuk mendengarkannya?”
Siswa : “Sudah bu…”
Guru : “Baiklah, siapa yang dapat menyebutkan pengertian QA? Tunjuk tangan!”
(Melihat hampir semua siswa mengacungkan tangan, secara acak ibu
guru menyuruh siswi yang bernama Siti untuk menjawabnya), kamu Siti!”
Siti : “Nama Siti ada 3 orang bu, ada Siti Juwairah dan ada Siti Mariah bu”.
Guru : “ya, kamu Siti Marlina bukan?”
Siti : “Ya bu, Quantitive Ajective adalah kata yang digunakan untuk menyatakan
kuantitas (jumlah) dari suatu benda, baik yang dapat dihitung maupun
yang tidak dapat dihitung.”
Guru : “Siti Juwairah, bagaimana pendapatmu, apa yang dikatakan oleh Siti
Marlina tersebut.”

155
Siti J : “Betul bu”
Guru : “Ya, tepat sekali jawaban Siti Marlina dan cukup jelas (penguatan
verbal/kalimat). Tampaknya saran ibu untuk mengulang pelajaran di
rumah sudah ditepati sesuai dengan hasil ulangan harianmu dibawah
standar.”
Syarifah : “some, many, a few, a little,….”
Guru : “Cukup, bagus (penguatan verbal). Apalagi Mila Yanti contoh kata-kata
yang termasuk dalam QA?”
Yanti : “any, a lot of, much….?
Guru : Mengangguk, (Penguatan Gestural) menandakan jawaban Yanti betul.
(Kemudian ibu guru memperlihatkan kemudian menempelkan media
(cetak) di papan tulis yang berisikan “paragraph”. Lalu guru menawarkan
kepada siswa untuk memilih contoh QA yang countable noun dan
uncountable noun yang ada dalam kalimat tersebut). “Tapi yunggu
sebentar, coba jelaskan dulu perbedaan countable noun dengan
uncountable noun, kamu Ria Puspasari.”
Ria : “Countable noun adalah kata benda yang digunakan untuk menyatakan
suatu benda yang dapat dihitung seangkan uncountable noun kata
benda yang digunakan untuk mrnyatakan suatu benda yang tidak dapat
dihitung”.
Guru : Bagus sekali, (penguatan verbal) dan kamu, coba sebutkan contoh-
contohnya”, (menunjuk siswa yang bernama Anie Suraidah).
Anie : “Much, termasuk kategori uncountable noun, bu”.
Guru : (Tersenyum/muka cerah (penguatan nonverbal) menandakan jawaban
anda betul)
Tatang : “A little termasuk kategori countable noun” ((agak gugup)
Guru : (Mengerutkan dahi) (penguatan non verbal) menandakan jawaban
Tatang meragukan, lalu guru menanyakan ke seluruh kelas. “Jawaban Tatang
tersebut betul atau salah?”
Novita : “Salah bu..” (Secarea serempak)
Guru : “Siapa yang dapat membetulkannya? Kamu Dewi!”
Dewi : “A little termasuk uncountable noun bu”
Guru : “Yes, good”. (penguatan verbal) oke..
“Tampaknya kalian sudah pahambetul tentang contoh-contoh QA, baik

156
contoh yang countable maupun uncountable noun. Nah, sekarang kita
tingkatkan dalam pembuatan kaliamt yang menggunakan countable dan
uncountable noun. Siapa dapat tunjuk tangan! Kamu Desi, contoh kalimat
yang countable dalam QA”.
Desi : “ We need a little ink to write that letter”
Guru : Mengacungkan jempol (Penguatan Gestural), (menandakan jawaban
Desi Betul). “Berikutnya lai siapa? Kamu Hakiki maju ke depan dan tulis di
papan tulis contoh kalimat yang menggunakan uncountable noun”.
Kiki : (Maju dan menulis) “They have much money and they will buy an island in
Carabia”.
Guru : “Bagaimana pendapat kamu Maya”.
Maya : “Benar Sekali (PV) bu”.
Guru : “dan kamu Siswanti”.
Wanti : “Bukan main bu. Kalimat yang mendekatu kesempurnaan” (PV/kalimat)
Juli : (Siswa yang duduk paling depan) menyeloteh, “hebat ya”
Guru : (Mendekati Kiki, sambil tertawa terbahak-bahak lalu menepuk-
menepuk bahu Kiki (Penguatan Sentuhan) menandakan kalimat yang
dibuat Kiki betul betul memenuhi harapan).
“Pada hari ini, ibu sangat gembira sekali, kalian betul-betul sudah
menerapkan prinsip belajar 10 x 2 (diulang-ulang) lebih baik dari 2 x 10
(belajar yang diporsir) dalam belajar). Nah, sesuai dengan kesepakatan
bersama tadi, maka berikutnya ibu akan lanjutkan ke materi baru, yaitu …”

Catatan : Pada praktek mengajar terbatas (simulasi) yang waktunya hanya relatif
singkat yaitu hanya 10-15 menit, tidak mungkin semua bentuk-bentuk
komponen-komponen keterampilan sesuai dengan karakteristik materi
yang diajarkan.

157

Anda mungkin juga menyukai