Anda di halaman 1dari 16

Tgl mulai kegiatan : Tgl akhir kegiatan :

F.1 UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT  

1. Peserta hadir : 

1. Dokter pedamping
2. Peserta PIDI
3. Masyarakat

Judul laporan

PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN OBESITAS DAN DAMPAKNYA TERHADAP


PERMASALAHAN KESEHATAN. 

Latar belakang

Pergeseran epidemiologi penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular telah
terjadi beberapa dekade ini. Penyakit tidak menular merupakan penyebab kematian terbesar di
Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah pola makan yang tidak teratur, sehingga menyebabkan
timbulnya masalah gizi, contohnya obesitas. Obesitas merupakan penumpukan lemak yang
berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi (intake) dengan energi yang digunakan
(expenditure) dalam waktu yang lama. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi
obesitas pada dewasa usia diatas 18 tahun mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun
sebelumnya. Prevalensi obesitas usia diatas 18 tahun di Indonesia pada tahun 2018 sebesar
21,8%, angka ini meningkat 7% dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu 14,8%.

Obesitas disebabkan oleh jumlah asupan energi yang berlebih. Jenis makanan dengan kepadatan
energi yang tinggi (tinggi lemak, gula, serta kurang serat) menyebabkan ketidakseimbangan
energi. Jika terus berlanjut akan terjadi penumpukan lemak yang berlebihan sehingga dapat
timbul obesitas. Selain itu pola aktivitas sedentari (kurang aktif) juga menyebabkan energi yang
dikeluarkan tidak maksimal sehingga meningkatkan risiko obesitas. Genetik juga berperan dalam
munculnya obesitas. Penyakit yang dapat timbul jika kondisi tidak ditangani adalah diabetes,
tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan stroke. Oleh karena itu, masyarakat perlu mengetahui
bagaimana cara mencegah timbulnya obesitas dan apa saja bahaya yang dapat terjadi akibat
obesitas sehingga angka penderita obesitas dapat menurun.

Permasalahan

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahayanya komplikasi yang dapat


dtimbulkan oleh obesitas  
2. Terjadinya peningkatan kasus obesitas pada dewasa usia diatas 18 tahun

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Penyuluhan tentang Pencegahan Obesitas dan Dampaknya Terhadap Permasalahan Kesehatan di
kampung Dara 

Pelaksana

Penyuluhan tentang Pencegahan Obesitas dan Dampaknya Terhadap Permasalahan Kesehatan di 
Kampung Dara wilayah kerja PKM PARUGA dengan jumlah peserta 39 orang

Monitoring dan evaluasi

elama penyuluhan berlangsung, peserta menyimak dengan antusias. Penyampaian materi juga
dilakukan secara 2 arah agar masyarakat dapat lebih menyimak materi yang ingin disampaikan
dan agar mengetahui sejauh mana pemahaman peserta mengenai obesitas. Setelah diberikan
penyuluhan dilanjutkan diskusi tanya jawab. Keterbatasan dari kegiatan ini adalah tidak
disediakan media penyuluhan seperti leaflet atau powerpoint. Diharapkan kedepannya
penyuluhan ini bisa disertai dengan persiapan yang lebih baik dan media penyuluhan visual yang
lebih menarik agar masyarakat bisa menyerap informasi lebih banyak dari materi yang
disampaikan.

Tgl mulai kegiatan : Tgl akhir kegiatan :


F.1 UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT  

1. Peserta hadir : 

4. Dokter pedamping
5. Peserta PIDI
6. Masyarakat

Judul laporan

PENYULUHAN TENTANG MPASI GUNA MENCEGAH GANGGUAN GIZI. 

Latar belakang

Kondisi balita pendek atau disebut juga dengan stunting merupakan salah satu masalah gizi pada
balita yang terjadi sekarang. Pada tahun 2017, sekitar 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di
dunia mengalami stunting. Setengah dari jumlah tersebut berasal dari Asia (55%). Stunting
adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan
dengan umur. Kondisi tersebut diukur dengan panjang atau tinggi badan lebih dari minus dua
standar deviasi median dari kurva standar pertumbuhan anak WHO. Permasalahan ini merupakan
masalah kesehatan kronis yang disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah pemberian
asupan makanan pada 1.000 hari pertama kehidupan.

Pemberian makanan yang benar pada awal kehidupan sangat berperan penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain itu, perkembangan kognitif, imunitas, pencegahan
obesitas, serta perlindungan masalah alergi juga dipengaruhi oleh hal tersebut. Salah satu
pemberian asupan yang tepat pada awal kehidupan adalah ASI ekslusif selama 6 bulan disertai
dengan makanan pendamping ASI hingga usia 2 tahun. Makanan pendamping ASI diberikan
guna mencukupi kebutuhan energi dan nutrisi bagi anak. Pemberian makanan pendamping ASI
dimulai dari usia 6 bulan hingga 2 tahun. Pemberian makanan pendamping ASI sangat
bergantung kepada keluarga. Pengetahuan orang tua mengenai makanan pendamping ASI sangat
dibutuhkan, karena jika diberikan dengan jumlah, komposisi, dan waktu yang tidak tepat dapat
menyebabkan anak mengalami permasalahan pada gizi yang berakibat gangguan pada
pertumbuhan dan perkembangan.
Permasalahan

3. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahayanya gangguan gizi terhadap


pertumbuhan anak  
4. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang MPASI dapat mencegah gangguan gizi
Perencanaan dan pemilihan intervensi
Penyuluhan tentang MPASI guna mencegah gangguan gizi di kampung Dara 

Pelaksana

Penyuluhan tentang MPASI guna mencegah gangguan gizi di  Kampung Dara wilayah kerja
PKM PARUGA dengan jumlah peserta 50 orang

Monitoring dan evaluasi

Selama penyuluhan berlangsung, peserta menyimak dengan antusias. Penyampaian materi juga
dilakukan secara 2 arah agar masyarakat dapat lebih menyimak materi yang ingin disampaikan
dan agar mengetahui sejauh mana pemahaman peserta mengenai MPASI. Setelah diberikan
penyuluhan dilanjutkan diskusi tanya jawab. Keterbatasan dari kegiatan ini adalah kondisi yang
kurang kondusif.

Tgl mulai kegiatan : Tgl akhir kegiatan :

F.1 UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT  

1. Peserta hadir : 

7. Dokter pedamping
8. Peserta PIDI
9. Masyarakat
Judul laporan

PENYULUHAN TENTANG AKIBAT DARI STUNTING TERHADAP ANAK. 

Latar belakang

Stunting merupakan permasalahan yang semakin banyak ditemukan dinegara berkembang,


termasuk Indonesia. Menurut United Nations InternationalChildren’s Emergency Fund
(UNICEF) satu dari tiga anak mengalamistunting. Sekitar 40% anak di daerah pedesaan
mengalami pertumbuhanyang terhambat. Oleh sebab itu, UNICEF mendukung sejumlah inisiasi
untukmenciptakan lingkungan nasional yang kondusif untuk gizi melalui peluncuranGerakan
Sadar Gizi Nasional (Scaling Up Nutrition – SUN) di mana program inimencangkup
pencegahan stunting. (Brunner & Suddarth, 2002).
Anak yang stunting berisiko dua kali untuk menderita obesitas dibandingkan anak yang
tidak stunting. Strategi untuk mencegah terjadinya obesitas pada remaja stuntingsalah satunya
adalah dengan memberikan penyuluhan kepada remaja menyangkut obesitas dan upaya
pencegahan yang harus dilakukan, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan remaja tentang
upaya pencegahan obesitas (Satmoko dan Astuti, 2006).

Permasalahan

5. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahayanya stunting terhadap pertumbuhan


anak  
6. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara bagaimana pencegahan stunting
tersebut
Perencanaan dan pemilihan intervensi
Penyuluhan tentang akibat dari stunting terhadap anak di kampung Dara 

Pelaksana

Penyuluhan tentang akibat dari stunting terhadap anak bagi kesehatan dan cara mencegah
Stunting di  Kampung Dara wilayah kerja PKM PARUGA dengan jumlah peserta 32 orang
Monitoring dan evaluasi

Monitoring yang dilakukan dengan melempar pertanyaan  dari pengetian, penyebab dan
penatalaksanaan dari stunting itu sendiri dan Evaluasi di lakukan di akhir dengan cara membuka
sesi tanya jawab dimana narasumber mendapatkan respon yang baik beberapa dan  audience
mengajukan beberapa pertanyaan seputar materi.

Tgl mulai kegiatan : Tgl akhir kegiatan :

F.1 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

1. Peserta hadir : 

4. Dokter pedamping
5. Peserta PIDI
6. Masyarakat

Judul laporan

PENYULUHAN TENTANG HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH, POLA MAKAN DAN


PENYAKIT INFEKSI TERHADAP KEJADIAN GIZI BURUK 

Latar belakang

Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh


banyak faktor, sehingga penanggulangannya tidak cukup dengan pendekatan medis
maupun pelayanan kesehatan saja (Supariasa dkk, 2012). Menurut Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia (2013), prevalensi gizi buruk di Indonesia tahun 2007
(5,4%), tahun 2010 (4,9%), dan tahun 2013 (5,7%), sedangkan  target  Millenium 
Development  Goals  (MDGs)  tahun  2014  sebesar 3,6%. Jadi prevalensi gizi buruk di
indonesia masih di bawah target.
Kejadian gizi buruk akan menyebabkan daya tahan tubuh anak menurun dan akan
mudah terkena penyakit infeksi. Gizi buruk jika tidak ditanggulangi dengan  cepat,  maka 
akan  mempengaruhi  kualitas  pada  generasi  selanjutnya (Yanti, 2015). Dampak jangka
pendek gizi buruk terhadap perkembangan anak yakni anak menjadi apatis, mengalami
gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka
panjang mengalami penurunan skor tes Intelligence Quotient (IQ) 10-13 poin, penurunan
perkembangan kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, 
gangguan  penurunan  rasa  percaya  diri  dan  tentu  saja  merosotnya prestasi akademik
di sekolah (Nency dkk, 2005; Moehji, 2003). 
Menurut penelitian Suranadi dkk (2008), ada hubungan  yang signifikan antara pola
pengasuhan anak dengan karakteristik keluarga. Peranan keluarga terutama ibu dalam
mengasuh anak sangat menentukan tumbuh kembang anak. Pengasuhan yang baik dapat
menjamin tumbuh kembang anak yang optimal. Namun, menurut Ita (2014), tidak ada
hubungan antara pola asuh ibu dengan status gizi anak balita yang berusia 1-5 tahun.
Menurut Faiza dkk (2007), ada hubungan yang bermakna antara pola asuh makan
dengan kejadian gizi buruk. Keluarga yang pola asuh makannya kurang baik  berpeluang 
untuk  menderita  gizi  buruk  sebesar  12,8  kali  dibandingkan dengan anak yang berasal
dari keluarga dengan pola asuh makan baik. Namun menurut Mulyaningsih (2008), tidak
ada hubungan yang signifikan antara pola makan balita dengan status gizi balita. Pola
makan yang dibiasakan oleh orangtua merupakan tonggak utama terjadinya permasalahan
gizi. Anak balita sering kali mengalami fase sulit makan, yang dapat mengganggu tumbuh
kembangnya. Hal ini dikarenakan jumlah dan zat gizi yang masuk dalam tubuh tidak
sesuai dengan kebutuhannya,  yang  akan  melahirkan  permasalahan  gizi  kurang  dan 
buruk (Moehji, 2003).
Permasalahan

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pola asuh, pola makanan terhadap gizi buruk
pada anak.
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara mencegah atau menghindari  terjadinya
gizi buruk.
Perencanaan dan pemilihan intervensi
Penyuluhan tentang pola asuh, pola makan dan penyakit infeksi terhadap kejadian gizi buruk
Pelaksana

Penyuluhan tentang pola asuh, pola makan dan penyakit infeksi terhadap kejadian gizi buruk di
Oi Ni’u di PKM PARUGA dengan jumlah peserta 47 orang
Monitoring dan evaluasi

Monitoring yang dilakukan dengan melempar pertanyaan  bagaimana pola asuk dan pola makan
terhap anak, dan bagaimana gizi terhadap anak yang sesuai terhadap pertumbuhannya  itu sendiri
dan Evaluasi di lakukan di akhir dengan cara membuka sesi tanya jawab dimana narasumber
mendapatkan respon yang baik beberapa dan  audience mengajukan beberapa pertanyaan seputar
materi.

Tgl mulai kegiatan : Tgl akhir kegiatan :

F.1 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat 

1. Peserta hadir : 

1. Dokter pedamping
2. Peserta PIDI
3. Masyarakat

Judul laporan

PENYULUHAN TENTANG PENGETAHUAN IBU TENTANG GAKY DENGAN DENGAN


MASALAH KESEHATAN DAN GIZI. 
Latar belakang

GAKY merupakan salah satu masalah gizi yang serius memingat dampaknya secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhi kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya
manusia yang mencakup 3 aspek yaitu aspek perkembangan kecerdasan, aspek perkembangan
sosial dan aspek perkembangan ekonomi. Beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah dan
salah satunya adalah peningkatan asupan yodium melalui garam beryodium (DepKes, 1998)

Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang manfaat


garam beryodium bagi kesehatan hingga ke pelosok pedesaan maka upaya penyuluhan kepada
masyarakat harus dilakukan secara terus menerus dengan menggunakan sarana dan prasarana
informasi di daerah   ( DepKes RI, 1999 ).
Saat ini cakupan garam beryodium di rumah tangga di Indonesia baru 64,5 persen
sedangkan tujuan   penanggulangan GAKY, khususnya dalam program yodisasi garam agar
tercapai "Universal Salt Iodization (USI)-Garam Yodium untuk Semua" adalah 90 persen
rumah tangga telah mengkonsumsi garam beryodium dengan kadar cukup yaitu 30 ppm.

Permasalahan

1. Menyadarkan masyarakat tentang GAKY terhadap masalah kesehatan dan gizi. 


2. Memberitahu masyarakat teradap akibat dari GAKY 
Perencanaan dan pemilihan intervensi
Penyuluhan tentang pengetahuan ibu terhadap penggunaan garam beryodium dengan masalah
kesehatan dan gizi. 
Pelaksana

Penyuluhan tentang pengetahuan ibu terhadap penggunaan garam beryodium dengan masalah
kesehatan dan gizi di daerah Wadumbolo wilayah PKM PARUGA dengan jumlah peserta 56
orang

Monitoring dan evaluasi

Monitoring yang dilakukan dengan melempar pertanyaan  dari pengetian, penyebab akibat yang
akan timbul apabila kekuangan yodhium dalam tubuh  itu sendiri dan Evaluasi di lakukan di
akhir dengan cara membuka sesi tanya jawab dimana narasumber mendapatkan respon yang baik
beberapa dan  audience mengajukan beberapa pertanyaan seputar materi.
Tgl mulai kegiatan : Tgl akhir kegiatan :

F.1 UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 

4. Peserta hadir : 

1. Dokter pedamping
2. Peserta PIDI
3. Masyarakat

Judul laporan

PENYULUHAN TENTANG PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG GIZI USIA


LANJUT DI RUMAH. 

Latar belakang

Gizi  sangat  dibutuhkan  bagi  usia  lanjut  untuk  mempertahankan kualitas hidupnya.
Bagi lanjut usia yang mengalami gangguan gizi diperlukan untuk  penyembuhan  dan 
mencegah  agar  tidak  terjadi  komplikasi  pada penyakit yang dideritanya.Gizi merupakan
unsur penting bagi kesehatan tubuh dan gizi yang baik (Darmojo, 2011).
Keluarga merupakan dukungan utama bagi lanjut usia dalam mempertahankan
kesehatannya. Peran keluatga dalam perawatan lanjut usia adalah menjaga dan merawat lanjut
usia, memberikan gizi yang dibutuhkan lanjut usia. Peran keluarga sangat penting dalam
pemenuhan gizi lanjut usia, maka keluarga harus memperhatikan gizi untuk lanjut usia, serta
keluarga bisa memberikan gizi yang dibutuhkan oleh lanjut usia. Peran keluarga berperan
penting dalam pemenuhan gizi lanjut usia, Lanjut usia juga membutuhkan gizi yang cukup
untuk kekebalan fisiknya. Tetapi sebagian besar keluarga belum mengetahui gizi yang baik
untuk lanjut usia. Keluarga hanya memberikan makanan seadanya tanpa mempedulikan gizi
untuk lanjut usia itu sendiri . (Aries dk, 2006).
Lanjut  usia  seperti  juga  tahapan-tahapan  usia  yang lain  dapat  juga mengalami
keadaan gizi baik dan gizi kurang baik. Lanjut usia di indonesia yang berada dalam keadaan
kurang gizi sebanyak 3,4%, berat badan kurang 28,3%, berat badan ideal berjumlah 42,4%,
berat badan lebih sebanyak 6,7% dan obesitas 3,4% (Darmojo, 2006).

Permasalahan

1. Tidak tahunya masyarakat bagaimana tentang gizi pada usia lanjut yang mengakibatkan
masalah kesehatan
2. Menyadarkan masyarakat tentang pentingan pengaturan gizi terhadap usia lanjut.

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Penyuluhan tentang pengetahuan keluarga tentang gizi usia lanjut di rumah 

Pelaksana

Pelaksanaan  pengetahuan keluarga tentang gizi usia lanjut di rumah di daerah Tolobali wilayak
kerja PKM PARUGA dengan peserta sebanyak 59 orang

Monitoring dan evaluasi

Monitoring yang dilakukan dengan melempar pertanyaan dan Evaluasi di lakukan di akhir
dengan cara membuka sesi tanya jawab dimana narasumber mendapatkan respon yang baik
beberapa dan  audience mengajukan beberapa pertanyaan seputar materi.
Tgl mulai kegiatan : Tgl akhir kegiatan :

F.1 UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 

4. Peserta hadir : 

1. Dokter pedamping
2. Peserta PIDI
3. Masyarakat

Judul laporan

PENYULUHAN TENTANG ASUPAN GIZI DALAM UPAYA MENINGKATKAN DI


MASA PANDEMI COVID-19

Latar belakang

Menjaga pola makan dengan asupan gizi yang seimbang penting dilakukan sebagai upaya
menjaga daya tahan tubuh di tengah pandemi. Menurut British Dietitian Association (BDA) dan
European Food Safety Authority (EFSA), hingga saat ini belum ada makanan atau komponen
bahan makanan yang bisa meningkatkan kekebalan tubuh dan serta merta membuat seseorang
tercegah dari infeksi Covid-19. Meskipun demikian, manusia tetap membutuhkan sistem
kekebalan tubuh yang kuat untuk menjalankan fungsi sistem imun secara normal agar tubuh
bugar dan terhindar dari penyakit lainnya. (Aries dk, 2006).
Iwan Surjawan, Rektor Indonesia International Institute for Life Sciences (i3L) menyatakan, Ada
banyak zat gizi yang berperan langsung dalam menjalankan sistem kekebalan tubuh secara
normal. Contohnya, vitamin (seperti vitamin A, B6, folat, B12, C, dan D) dan mineral (seperti
zat besi, seng (zinc), selenium, dan tembaga). Selama pandemi, sebaiknya menghindari konsumsi
makanan yang tinggi kandungan lemak jenuh, garam dan gula. Seperti keripik, gorengan, mie
instan atau minuman yag mengandung gula secara berlebihan. (Iwan dkk, 2019)
Jika seseorang sering mengonsumsi makanan tersebut, maka resiko terjadinya peningkatan berat
badan, obesitas, penyakit kardiovaskular seperti jantung, stroke, diabetes, dan kanker akan lebih
tinggi.(Antoni, 2019)
Widya Indriani, Faculty of Food Science and Nutrition i3L menjelaskan terdapat perbandingan
nutrisi yang baik untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dengan terpenuhinya nutrisi yang
seimbang, kita bisa menjaga fungsi normal sistem kekebalan tubuh. Setiap harinya, tubuh
memerlukan zat gizi makro dan mikro dalam jumlah tertentu untuk proses metabolisme,
menjalankan aktivitas fisik, tumbuh, serta mengganti sel-sel atau jaringan yang rusak dalam
tubuh. "Selain itu, beberapa vitamin, seperti vitamin B kompleks dan C bersifat larut dalam air.
Jika jumlahnya berlebih, tubuh akan mengeluarkan vitamin tersebut melalui air kencing. Oleh
sebab itu penting untuk mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang setiap harinya untuk
menjaga fungsi normal dan sistem kekebalan tubuh,”  Widya menambahkan kelebihan kalori di
badan juga dapat meningkatkan resiko terkena Covid-19. Terdapat beberapa penelitian yang
menyataan bahwa kondisi- kondisi atau penyakit yang berkaitan dengan obesitas seperti diabetes
tipe 2, penyakit jantung dan hipertensi dapat memperparah efek Covid-19. “Berdasarkan
pengamatan dari beberapa negara seperti Amerika dan Prancis, orang dengan obesitas yang
terinfeksi Covid-19, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena komplikasi dan lebih tinggi
prevalansinya untuk mendapatkan perawatan intensif atau Intensive Care Unit (ICU) saat
dirawat di rumah sakit (Anonin, 2019)

Permasalahan

1. Bagaimana cara pengaturan gizi masyarakat dalam  masa pandemi agas sistem immun menjadi
kuat 
2. bagaimana akibat yang akan timbul jika sistem immun menurun dalam masa pandemi dan
terkena covid-19.
Perencanaan dan pemilihan intervensi

Penyuluhan tentang tentang asupan gizi dalam upaya meningkatkan immun di masa pandemi
Covid-19 

Pelaksana

Pelaksanaan  upaya asupan gizi dalam upaya meningkatkan immun di masa pandemi Covid-19
dengan peserta sebanyak 40 orang

Monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi di lakukan dengan pre tes dan pos tes untuk mengetahui pengaruh
penyuluhan. dan Evaluasi di lakukan di akhir dengan cara membuka sesi tanya jawab dimana
narasumber mendapatkan respon yang baik beberapa dan  audience mengajukan beberapa
pertanyaan seputar materi.

Tgl mulai kegiatan : Tgl akhir kegiatan :

F.1 UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT  

1. Peserta hadir : 

10. Dokter pedamping


11. Peserta PIDI
12. Masyarakat

Judul laporan

PENYULUHAN TENTANG GIZI LANSIA. 

Latar belakang

Kebutuhan gizi lansia menjadi penting mengingat pentingnya posisi lansia di rumah tangga
biasanya sudah jarang diperhatikan dan sulit memenuhi kebutuhan gizinya. Selain itu, lansia
juga banyak yang memiliki penyakit degeneratif yang memerlukan gizi yang berbeda
dibandingkan usia produktif.
Kebutuhan gizi lansia terkait dengan beberapa kandungan gizi baik makronutrisi dan
mikronutrisi. Lansia mengalami berbagai macam perubahan sistem pencernaan dan juga dari
organ lain. Selain itu, adanya penyakit degeneratif yang dimiliki oleh lansia tersebut juga
menjadi pertimbangan penting dalam pemenuhan gizi lansia yang berimbang dan sehat.
Tujuan utama pemilihan gizi lansia yang optimal adalah untuk meningkatkan taraf hidup
lansia dan menurunkan angka kesakitan lansia.

Permasalahan

1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai informasi pemberian makanan dalam


pemenuhan gizi lansia.
2. Tidak tahunya masyarakat bagaimana tentang gizi pada usia lanjut yang mengakibatkan
masalah kesehatan

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Penyuluhan tentang gizi lansia di puskesmas Paruga 

Pelaksana

Penyuluhan tentang Gizi lansia di Puskesmas PARUGA dengan jumlah peserta 32 orang

Monitoring dan evaluasi

Pendekatan kepada lansia dilakukan melalui penyuluhan dan diskusi, terlihat bahwa peserta
tampak antusias dan lebih leluasa bertanya kepada narasumber. Setelah diadakan penyuluhan ini,
peserta tampak lebih paham mengenai gizi lansia dan diharapkan kedepannya dapat merubah
sikap dan tingkah laku dalam mengkonsumsi makanan untuk lansia.

Anda mungkin juga menyukai