KANDUNGAN ASAM LEMAK BEBAS (FFA) MINYAK JELANTAH DENGAN
METODE ABSORBEN BERBAGAI BAHAN ALAMI
Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membantu dalam mengolah bahan-bahan pangan. Minyak goreng sebagai media perantara dalam mengolah bahan pangan khususnya menggoreng, serta kebutuhannya semakin meningkat. Selain berfungsi sebagai media penghantar panas, minyak goreng juga berfungsi sebagai penambah rasa gurih makanan serta memperbaiki cita rasa makanan dengan membentuk warna kuning kecoklatan pada saat penggorengan. Minyak yang telah digunakan untuk mengolah bahan pangan disebut dengan minyak jelantah. Minyak jelantah merupakan minyak yang telah rusak yang penggunaannya lebih dari 2 kali atau lebih dalam menggoreng bahan pangan (Ramdja et al., 2010). Secara umum komponen utama yang sangat menentukan mutu minyak adalah asam lemak, karena asam lemak menentukan sifat kimia maupun stabilitas minyak. Minyak yang tinggi kandungan LTJ (Lemak Tak Jenuh)-nya memiliki nilai tambah hanya pada saat menggoreng pertama kali, sementara yang tinggi ALJ (Asam Lemak Jenuh)- nya bisa lebih lama, meski pada akhirnya akan rusak juga. Penggunaan yang lama dan berkali-kali dapat menyebabkan ikatan rangkap teroksidasi, membentuk gugus peroksida dan monomer siklik (Ramdja et al., 2010). Proses pemanasan dengan suhu tinggi pada minyak goreng akan menghasilkan asam lemak bebas. Selain itu, akan menghasilkan senyawa karbonil, dan peroksida yang dapat menyebabkan keracunan kronis pada pengguna. Minyak goreng bekas atau minyak jelantah yang terus menerus digunakan mengandung senyawa berbahaya tersebut (Hidayati et al., 2016). Kerusakan minyak akibat pemanasan dapat dilihat dari perubahan warna, kenaikan kekentalan, kenaikan kandungan asam lemak bebas, kenaikan peroksida dan penurunan bilangan iodium. Kerusakan ini akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi serta penampilan bahan pangan yang digoreng. Pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat membahyakan kesehatan manusia, dengan efek samping yang akan menimbulkan penyakit kanker, pengendapan lemak pada pembuluh darah dan juga dapat mengurangi kecerdasan otak (Hadiah & Meliasari, 2017). Selain berdampak pada kesehatan, minyak jelantah juga berdampak buruk pada lingkungan karena masyarakat langsung membuang minyak jelantah tersebut. Pembuangan minyak jelantah secara langsung (tanpa pengolahan) akan merusak ekosistem atau lingkungan sekitar seperti air dan struktur tanah yang rusak karena menghambat pergerakan air pada pori-pori tanah (Dinda Robiatul Al Qory, Zainuddin Ginting, 2021). Perlu diadakan upaya untuk penanggulangan limbah minyak jelantah agar tidak mencemari lingkungan. Upaya pengolahan minyak jelantah dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan cara pemurnian. Pemurnian merupakan tahap pertama dari proses pemanfaatan minyak jelantah atau minyak goreng bekas, baik untuk dikonsumsi kembali atau dimanfaatkan sebagai bahan baku produk. Salah satu metode yang dianggap sederhana, ekonomis dan mudah untuk perbaikan kualitas minyak goreng bekas adalah dengan cara adsorpsi. Adsorpsi adalah penyerapan suatu molekul atau suatu zat pada permukaan partikel secara fisik maupun kimia yang terjadi antara substrat (zat penyerap) dengan produk yang terserap. Zat yang menyerap disebut adsorben sedangkan zat yang diserap disebut adsorbat. Proses adsorpsi dapat terjadi antara padatan dengan padatan, gas dengan padatan, gas dengan cairan, dan cairan dengan padatan. Adsorpsi dipilih karena mudah dalam pelaksanaan dan ekonomis (Oko et al., 2020). Pemanfaatan minyak jelantah yang sudah dilakukan pengolahan tentu akan sangat membantu industri yang menggunakan minyak goreng dalam proses produksinya. Pemurnian minyak jelantah dapat menggunakan bahan alami, beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain arang bonggol jagung (Hidayati et al., 2016), ampas tebu (Ramdja et al., 2010), arang sekam padi (Nasrun et al., 2017), cangkang telur (Parawitasari Pardede et al., 2020), biji salak (Dinda Robiatul Al Qory, Zainuddin Ginting, 2021), serbuk biji kelor (Hadiah & Meliasari, 2017), arang serbuk gergaji kayu ulin (Oko et al., 2020) serabut kelapa dan jerami (Pakpahan et al., 2013). Syarat mutu minyak goreng yang dipakai oleh masyarakat, harus berdasarkan Departemen Perindustrian seperti bau, warna, rasa, kadar air, asam lemak bebas, bilangan peroksida, dan bilangan iod. No Bahan Adsorben Kadar FFA (%) Sumber 1. Arang Bonggol Jagung 0,69 % (Hidayati et al., 2016) 2. Ampas Tebu 0,0998 % (Ramdja et al., 2010) 3. Biji Salak 0,108% (Dinda Robiatul Al Qory, Zainuddin Ginting, 2021) 4. Serabut Kelapa Dan 0,135 % (Pakpahan et al., 2013) Jerami 5. Arang Serbuk Gergaji 0,5576% (Oko et al., 2020) Kayu Ulin Asam lemak bebas atau free fatty acid (FFA) merupakan asam lemak sebagai asam bebas tidak terikat sebagai trigliserida, semakin tinggi pemakaian minyak goreng maka kadar asam lemak bebas semakin meningkat dan semakin tinggi asam lemak bebas pada minyak nabati maka kualitas minyak tersebut semakin rendah (Dinda Robiatul Al Qory, Zainuddin Ginting, 2021). Proses pemanasan pada minyak dapat menyebabkan minyak menjadi rusak, salah satu parameter analisa yang digunakan untuk melihat kerusakan yang terjadi pada minyak akibat pemanasan yakni kandungan asam lemak bebas. Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi dan hidrolisis. Proses pemanasan pada suhu tinggi dan kontak minyak udara dapat mempercepat oksidasi. Sementara itu, proses hidrolisis dapat dipercepat karena adanya air (Hidayati et al., 2016). Kadar FFA minyak jelantah sebelum adsorpsi adalah sebesar 3,5186% mengalami penurunan setelah diadsorpsi berbagai variasi jenis absorben yang digunakan. Jika dibandingkan kandungan asam lemak bebas dengan berbagai bahan, maka kandungan asam lemak bebas yang paling rendah yakni menggunakan ampas tebu. Semua bahan yang digunakan sangat efisien untuk menurunkan kadar asam lemak bebas, tetapi yang paling kecil kadar asam lemak bebas setelah dilakukan pemurnian yaitu ampas tebu. Perlakuan yang diberikan seperti perendaman dengan ampas tebu, minyak dengan lama perendaman 1x24 jam masih memiliki bau dari gorengan. Untuk lama perendaman 2x24 jam, minyak masih sedikit berbau sedangkan untuk lama perendaman 3x24 jam minyak sedikit sekali berbau tengik. Minyak jelantah yang telah direndam dengan ampas tebu rata-rata berwana kuning bening mendekati warna minyak bagus. Semakin lama perendaman semakin kecil pula kadar asam lemak bebasnya. Adsorpsi kandungan asam lemak bebas oleh ampas tebu terhadap minyak jelantah dengan lama penggorengan selama 6 jam bekerja dengan lebih baik, menurunkan kandungan asam lemak bebas minyak jelantah secara perlahan. Semakin lama waktu perendaman, maka daya adsorpsi ampas tebu akan bekerja dengan lebih maksimal. DAFTAR PUSTAKA
Dinda Robiatul Al Qory, Zainuddin Ginting, S. B. (2021). Pemurnian Minyak Jelantah
Menggunakan Karbon Aktif Dari Biji Salak (Salacca Zalacca) Sebagai Adsorben Alami Dengan Aktivator H2SO4. 2(November), 26–36. Hadiah, F., & Meliasari, T. (2017). Pemurnian Minyak Jelantah dengan Menggunakan Adsorben Serbuk Biji Kelor Tanpa Karbonisasi dan Bentonit. Jurnal Teknik Kimia, Vol. 26, M(1), 27– 36. Hidayati, F. C., Masturi, & Yulianti, I. (2016). Pemurnian Minyak Goreng Bekas Pakai (Jelantah) dengan Menggunakan Arang Bonggol Jagung. JIPF (Journal of Physics Education), 1(2), 67–70. Nasrun, D., Samangun, T., Iskandar, T., & Mas’um, Z. (2017). Pemurnian Minyak Jelantah menggunakan Arang Aktif dari Sekam Padi. Jurnal Penelitian Teknik Sipil Dan Teknik Kimia, 1(2), 1–7. https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/teknik/article/view/898 Oko, S., Mustafa, M., Kurniawan, A., & Muslimin, N. A. (2020). Pemurnian Minyak Jelantah dengan Metode Adsorbsi Menggunakan Arang Aktif dari Serbuk Gergaji Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri). Jurnal Riset Teknologi Industri, 14(2), 124. https://doi.org/10.26578/jrti.v14i2.6067 Pakpahan, J. F., Tambunan, T., Harimby, A., & Ritonga, M. Y. (2013). Pengurangan Ffa Dan Warna Dari Minyak Jelantah Dengan Adsorben Serabut Kelapa Dan Jerami. Jurnal Teknik Kimia USU, 2(1), 31–36. https://talenta.usu.ac.id/jtk/article/view/1424/910 Parawitasari Pardede, E., Mularen Program Studi Teknik Kimia, A., Teknologi Industri, F., & Malang Jl Bendungan Sigura-sigura, I. (2020). Pemurnian Minyak Jelantah Menggunakan Adsorben Berbasis Cangkang Telur Purification of Used Cooking Oil Using Egg Shell Based Adsorbent. 1(1), 1–9. Ramdja, A. F., Febrina, L., & Krisdianto, D. (2010). Pemurnian Minyak Jelantah Menggunakan Ampas Tebu Sebagai Adsorben. Jurnal Teknik Kimia, 17(1), 7–14.