Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

DAFTAR
ISI.........................................................................................................................................1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................................2


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................3
BAB 2 ISI
2.1 Definisi Agama Islam..............................................................................................4
2.2 Karakteristik Agama Islam......................................................................................4

2.3 Hubungan Agama Islam dengan Agama-Agama yang Lain.................................14

2.4 Internalisasi nilai Tasamuh, Tawasuth dan I’tidal terhadap agama lain.............. 20

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agama merupakan aturan atau tatacara hidup manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. Agama dapat mencakup tata
tertib upacara, praktek pemujaan, dan kepercayaan kepada Tuhan. Agama juga
berfungsi sebagai pedoman hidup manusia, sehingga tercipta suatu hubungan
serasi antar manusia dan dengan Yang Maha Pencipta (Team, 1990: 125).
Agama bagi pemeluknya diyakini sebagai sesuatu yang luhur, yang

dapat membawa ke jalan Tuhan dan keselamatan hidup di dunia-akhirat.

Agama merupakan kebutuhan yang sangat menentukan dalam kehidupan

pemeluknya, lebih dari kebutuhan yang lain (Nashir, 1999: 102). Sidi Gazalba

dalam Abu Ahmadi (1990: 14) menambahkan, agama merupakan hubungan

manusia dengan Yang Maha Kudus yang dinyatakan dalam bentuk yang

kultus berdasar doktrin-doktrin tertentu. Singkatnya, agama bagi kehidupan


manusia merupakan pedoman hidup (way of life).
Dengan adanya banyak agama di dunia ini, tidak menutup kemungkinan
terdapat perbedaan maupun persamaan (kesejajaran) konsep ajaran antara
agama yang satu dengan agama yang lain. Adakalanya perbedaan terdapat
pada hal-hal yang tidak prinsip seperti dalam hal peribadatan, namun tidak
menutup kemungkinan perbedaan juga terdapat dalam hal yang bersifat
prinsip dan fundamental seperti dalam tataran teologi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah defnisi agama Islam ?
2. Bagaimana karakteristik agama Islam ?
3. Apa hubungan agama Islam dengan agama-agama yang lain
4. Bagaimana internalisasi nilai Tasamuh, Tawasuth dan I’tidal terhadap agama
lain ?

2
1.3 Tujuan
1. Agar mengetahui apa itu islam,
2. Untuk memahami karakteristik agama islam,
3. Dapat memahami hubungan agama islam dengan agama yang lain serta agar
memiliki sifat toleransi,
4. Agar mengetahui nilai Tasamuh, Tawasuth dan I’tidal terhadap agama lain.

3
BAB 2
ISI
2.1 Definisi Agama Islam
Secara etimologis (asal-usul kata,lughawi) kata “Islam” berasal dari bahasa Arab:
salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk aslama yang artinya sejahtera,
selamat, tidak cacat, damai, seimbang, menyerahkan diri atau tunduk dan patuh.
Sebagaimana firman Allah SWT, “Bahkan, barangsiapa aslama (menyerahkan diri)
kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya
dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati” (Q.S.
2:112).

Secara terminologis (istilah,maknawi) dapat dikatakan, Islam adalah agama


wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT
kepada Nabi Muhammad saw sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi
seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek
kehidupan manusia.

Definisi agama islam menurut para ahli sebagai berikut :

 Menurut George Sarton, agama Islam merupakan tatanan agama yang paling tepat
sekaligus paling indah.

 Menurut Tolstoi, agama Islam merupakan ringkasan agama yang


dikumandangkan Muhammad dan menyatakan bahwa Allah itu satu, tiada Tuhan
selain Dia. Sehingga tidak dibenarkan menyembah banyak Tuhan.

 Menurut Leodourch, agama Islam itu adalah agama kemanusiaan alami, ekonomis
dan sekaligus moralis.

 Menurut Massignon, agama Islam merupakan agama yang memiliki


keistimewaan, bahkan Islam sebagi ide persamaan yang benar dengan partisipasi
semua anggota masyarakat.

 Menurut Orientalis H. I, agama Islam adalah sebaik-baiknya agama dan ternyata


Islam hingga dewasa kini masih tetap merupakan akidah agama yang kukuh, yang
memiliki kaidah kemasyarakatan yang merata, dan sekaligus memiliki tatanan budi
luhur yang sangat kuat.

4
 Menurut Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah at-Tawairjiri, agama Islam adalah
penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah dengan mengesakan-Nya dan
melaksanakan syariat-Nya dengan penuh ketaatan atau melepaskan dari kesyirikan.

 Menurut Umar bin Khaththab, agama Islam adalah agama yang diturunkan Allah
kepada Muhammad Saw. Agama ini meliputi: Akidah, Syariat, dan Akhlak.

 Menurut Abu Said Al-Hasan Al-Bashri, agama Islam ialah kepasrahan hati anda
kepada Allah, lalu setiap orang muslim merasa selamat dari gangguan anda.

Sedangkan, Prof. Dr. Harun Nasution mengatakan bahwa Islam menurut istilah
( Islam sebagai agama ) adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan
kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul. Islam
pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi,
tetapi mengenal berbagai segi dari kehidupan manusia. Sementara itu Maulana
Muhammad Ali mengatakan bahwa Islam adalah agama perdamaian; dan dua ajaran
pokoknya, yaitu keesaan Allah dan kesatuan atau persaudaraan umat manusia
menjadi bukti nyata bahwa agama Islam selaras benar dengan namanya.

Jadi, pengertian agama islam secara umum adalah agama wahyu berintikan tauhid
atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw
sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun
dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang
secara garis besar terdiri atas akidah, syariat dan akhlak dengan berpedoman pada
kitab suci Al-Qur’an.

2.2 Karakteristik Agama Islam

Memahami karakteristik Islam sangat penting bagi setiap muslim,


karena akan dapat menghasilkan pemahaman Islam yang komprehen- sif.
Beberapa karakteristik agama Islam, yakni antara lain : 

1. Rabbaniyah

Karakter agama Islam yang pertama ialah Rabbaniyah, yang memiliki arti
bahwa Islam merupakan agama yang bersumber dari Allah Swt, bukan dari

5
manusia, sedangkan Nabi Muhammad Saw tidak membuat agama ini melainkan
hanya menyampaikannya.
Allah SWT berfirman QS. 32: 1-3 yang artinya:
 “Alif Laam Miim. Turunnya Al Qur’an yang tidak ada keraguan padanya,
(adalah) dari Tuhan semesta alam. Tetapi mengapa mereka (orang kafir)
mengatakan: “Dia Muhammad mengada-adakannya”. Sebenarnya Al Qur’an
itu adalah kebenaran (yang datang) dari Tuhanmu, agar kamu memberi
peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang
memberi peringatan sebelum kamu; mudah-mudahan mereka mendapat
petunjuk.”
Dengan karakteristik ini, Islam sangat berbeda dengan agama manapun
yang ada di dunia pada saat ini. Karena semua agama selain Islam, adalah buatan
manusia, atau paling tidak terdapat campur tangan manusia dalam
pensyariatannya.
 

2. Insaniyyah

Karakteristik Islam yang ke-2 adalah insaniyyah, artinya bahwa Islam


memang Allah jadikan pedoman hidup bagi manusia yang sesuai dengan sifat
dan unsur kemanusiaan. Islam bukan agama yang disyariatkan untuk malaikat
atau jin, sehingga manusia tidak kuasa atau tidak mampu untuk
melaksanakannya. Oleh karenanya, Islam sangat menjaga aspek-aspek
‘kefitrahan manusia’, dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang terdapat
dalam diri manusia itu sendiri. Sehingga dari sini, Islam tidak hanya agama yang
seolah dikhususkan untuk para tokoh agamanya saja (baca: ulama). Namun
dalam Islam semua pemeluknya dapat melaksanakan Islam secara maksimal dan
sempurna. Bahkan bisa jadi, orang awam akan lebih tinggi derajatnya di hadapan
Allah dari pada seorang ahli agama. Karena dalam Islam yang menjadi standar
adalah ketakwaannya kepada Allah.
3. Syumuliyah
Artinya bahwa Islam merupakan agama yang universal yang mencakup
segala aspek kehidupan manusia. Kelengkapan ajaran Islam itu nampak dari
konsep Islam dalam berbagai bidang kehidupan mulai dari urusan pribadi,

6
keluarga, masyarakat sampai pada persoalan-persoalan berbangsa dan bernegara.
Kesyumuliyahan tidak hanya dari segi ajarannya yang rasional dan mudah
diamalkan tapi juga keharusan menegakkan ajaran Islam dengan metodologi
yang Islmai. Karena itu, di dalam Islam kita dapati konsep tentang dakwah, jihad
dan sebagainya. Dengan demikian, segala persoalan ada petunjuknya dalam
Islam.  Allah berfirman dalam Q.S An-Nahl : 89 yang artinya :
 ”Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an untuk menjelaskan segala sesuatu
dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri.”

4. Al-Wasathiyah/al-Tawazun (pertengahan/moderat)

Wasatiyyah memiliki arti bahwa Islam merupakan agama yang bersifat


moderat. Agama yang mengajarkan pada pemeluknya agar tidak condong pada
kehidupan materi saja akan tetapi dapat memperhatikan keseimbangan 
kehidupan dunia dan akhirat, spiritual dan material.
Ini bersesuaian dengan maksud firman Allah s.w.t di dalam surah Al-Baqarah
185 yang artinya :
“Allah menghendaki untuk kamu kemudahan dan tidak menginginkan
kesukaran…“
 Begitu juga dengan maksud sabda Rasulullah s.a.w dari Anas bin Malik r.a
berkata bahawa Rasulullah s.a.w bersabda : “Permudahkanlah, janganlah
memberat-beratkan, tenangkanlah janganlah meliarkan ….. “

5. Al-Waqi’iyyah (kontekstual)

Karakteristik lain dari ajaran Islam adalah al waqi’iyyah (realistis), ini


menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang dapat diamalkan oleh
manusia atau dengan kata lain dapat direalisir dalam kehidupan sehari-hari. Islam
dapat diamalkan oleh manusia meskipun mereka berbeda latar belakang, kaya,
miskin, pria, wanita, dewasa, remaja, anak-anak, berpendidikan tinggi,
berpendidikan rendah, bangsawan, rakyat biasa, berbeda suku, adat istiadat dan
sebagainya.
Disamping itu, Islam sendiri tidak bertentangan dengan realitas perkembangan
zaman bahkan Islam menjadi satu-satunya agama yang mampu menghadapi dan

7
mengatasi dampak negatif dari kemajuan zaman. Ini berarti, Islam agama yang
tidak takut dengan kemajuan zaman.

6. Al-Wudhuh (terang/jelas)

Karakteristik penting lainnya dari ajaran Islam adalah konsepnya yang


jelas (Al Wudhuh). Kejelasan konsep Islam membuat umatnya tidak bingung
dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam, bahkan pertanyaan umat
manusia tentang Islam dapat dijawab dengan jelas, apalagi kalau pertanyaan
tersebut mengarah pada maksud merusak ajaran Isla itu sendiri.
Dalam masalah aqidah, konsep Islam begitu jelas sehingga dengan
aqidah yang mantap, seorang muslim menjadi terikat pada ketentuan-ketentuan
Allah dan Rasul-Nya. Konsep syari’ah atau hukumnya juga jelas sehingga umat
Islam dapat melaksanakan peribadatan dengan baik dan mampu membedakan
antara yang haq dengan yang bathil, begitulah seterusnya dalam ajaran Islam
yang serba jelas, apalagi pelaksanaannya dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
 

7. Al-Takamuliyah (Integrasi)

Karakteristik islam Al-Takamuliyah memiliki arti integrasi, yaitu bahwa


agama Islam mengajarkan penganutnya untuk mengimplikasikan integrasi semua
hal ke dalam ruh Islam.

Menurut AL Ustadz Yazid Bin Abdul Qodir Jawas Di antara karakteristik yang
mengokohkan kelebihan Islam dan membuat umat manusia sangat membutuhkan
agama Islam adalah sebagai berikut:

1. Islam datang dari sisi Allah Subhanahu wa Taala dan sesungguhnya Allah lebih
mengetahui apa yang menjadi mashlahat (kebaikan) bagi hamba-hamba-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

I‫ ُر‬I‫ ي‬Iِ‫ ب‬I‫خ‬Iَ I‫ ْل‬I‫ ا‬I‫ف‬ َ Iَ‫ ل‬I‫ َخ‬I‫ن‬Iْ I‫ َم‬I‫ ُم‬Iَ‫ ل‬I‫ ْع‬Iَ‫َأ اَل ي‬
Iِ Iَّ‫ل‬I‫ل‬I‫ ا‬I‫و‬Iَ Iُ‫ ه‬I‫و‬Iَ I‫ق‬
Iُ I‫ ي‬I‫ط‬

“Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia
Mahahalus, Maha Mengetahui.” [Al-Mulk: 14]

8
2. Islam menjelaskan awal kejadian manusia dan akhir kehidupannya, serta tujuan ia
diciptakan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َّ Iَ‫ ب‬I‫و‬Iَ I‫ ا‬Iَ‫ ه‬I‫ َج‬I‫و‬Iْ I‫ز‬Iَ I‫ ا‬Iَ‫ ه‬I‫ ْن‬I‫ ِم‬I‫ق‬
I‫ث‬ ٍ I‫ ْف‬Iَ‫ ن‬I‫ن‬Iْ I‫ِم‬
َ Iَ‫ ل‬I‫خ‬Iَ I‫و‬Iَ I‫ ٍة‬I‫ َد‬I‫ ِح‬I‫ ا‬I‫ َو‬I‫س‬ I‫ ْم‬I‫ ُك‬Iَ‫ ق‬Iَ‫ ل‬I‫ َخ‬I‫ ي‬I‫ ِذ‬Iَّ‫ل‬I‫ ا‬I‫ ُم‬I‫ ُك‬IَّI‫ ب‬I‫ر‬Iَ I‫ا‬I‫ و‬Iُ‫ ق‬Iَّ‫ت‬I‫ ا‬I‫س‬ Iُ I‫ ا‬Iَّ‫ن‬I‫ل‬I‫ ا‬I‫ ا‬Iَ‫ ه‬IُّI‫ َأ ي‬I‫ ا‬Iَ‫ي‬
I‫ َن‬I‫ ا‬I‫ َك‬Iَ ‫ هَّللا‬I‫ ِإ َّن‬Iۚ I‫ َم‬I‫ ا‬I‫ َح‬I‫ر‬Iْ ‫َأْل‬I‫ ا‬I‫و‬Iَ I‫ ِه‬Iِ‫ ب‬I‫ن‬Iَ I‫ و‬Iُ‫ ل‬I‫ َء‬I‫ ا‬I‫ َس‬Iَ‫ ت‬I‫ ي‬I‫ ِذ‬Iَّ‫ل‬I‫ا‬ Iَ ‫ هَّللا‬I‫ا‬I‫ و‬Iُ‫ ق‬Iَّ‫ت‬I‫ ا‬I‫ َو‬Iۚ I‫ ًء‬I‫ ا‬I‫ َس‬Iِ‫ ن‬I‫ َو‬I‫ ا‬I‫ر‬Iً I‫ ي‬Iِ‫ ث‬I‫اًل َك‬I‫ ا‬I‫ َج‬I‫ ِر‬I‫ ا‬I‫ َم‬Iُ‫ ه‬I‫ ْن‬I‫ِم‬
I‫ ا‬Iً‫ب‬I‫ ي‬Iِ‫ ق‬I‫ر‬Iَ I‫ ْم‬I‫ ُك‬I‫ ْي‬Iَ‫ ل‬I‫َع‬

“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu


dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari
(diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan Nama-Nya
kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.” [An-Nisaa’: 1]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

Iٰ I‫ َر‬I‫خ‬Iْ ‫ ُأ‬Iً‫ ة‬I‫ر‬Iَ I‫ ا‬Iَ‫ ت‬I‫ ْم‬I‫ ُك‬I‫ ُج‬I‫ ِر‬I‫خ‬Iْ Iُ‫ ن‬I‫ ا‬Iَ‫ ه‬I‫ ْن‬I‫ ِم‬I‫و‬Iَ I‫ ْم‬I‫ ُك‬I‫ ُد‬I‫ ي‬I‫ع‬Iِ Iُ‫ ن‬I‫ ا‬Iَ‫ه‬I‫ ي‬Iِ‫ ف‬I‫ َو‬I‫ ْم‬I‫ ُك‬I‫ ا‬Iَ‫ ن‬I‫ ْق‬Iَ‫ ل‬I‫ َخ‬I‫ ا‬Iَ‫ ه‬I‫ ْن‬I‫ِم‬
I‫ى‬

“Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan
mengembalikan kamu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada
waktu yang lain.” [Thaahaa: 55]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

َ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ا ْل ِجنَّ َواِإْل ْن‬


‫س ِإاَّل لِيَ ْعبُدُو ِن‬

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku.” [Adz-Dzaariyaat: 56]

3. Islam adalah agama fitrah. Islam tidak akan pernah bertentangan dengan fitrah dan
akal manusia.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

َ Iِ‫ ل‬I‫ َذ‬Iٰ Iۚ Iِ ‫ هَّللا‬I‫ق‬


I‫ك‬ ِ I‫ ْل‬I‫خ‬Iَ Iِ‫ ل‬I‫ َل‬I‫ ي‬I‫ ِد‬I‫ ْب‬Iَ‫ اَل ت‬Iۚ I‫ ا‬Iَ‫ ه‬I‫ ْي‬Iَ‫ ل‬I‫ َع‬I‫س‬ َ Iَ‫ ف‬I‫ ي‬Iِ‫ ت‬Iَّ‫ل‬I‫ ا‬Iِ ‫ هَّللا‬I‫ت‬
Iَ I‫ ا‬Iَّ‫ن‬I‫ل‬I‫ ا‬I‫ر‬Iَ I‫ط‬ ْ Iِ‫ ف‬Iۚ I‫ ا‬Iً‫ف‬I‫ ي‬Iِ‫ ن‬I‫ح‬Iَ
Iَ I‫ َر‬I‫ط‬ َ Iَ‫ ه‬I‫ج‬Iْ I‫و‬Iَ I‫ ْم‬Iِ‫ َأ ق‬Iَ‫ف‬
I‫ن‬Iِ I‫ ي‬IِّI‫د‬I‫ ل‬Iِ‫ ل‬I‫ك‬
I‫ َن‬I‫ و‬I‫ ُم‬Iَ‫ ل‬I‫ ْع‬Iَ‫ اَل ي‬I‫س‬ ِ I‫ ا‬Iَّ‫ن‬I‫ل‬I‫ ا‬I‫ َر‬Iَ‫ ث‬I‫َأ ْك‬ I‫ َّن‬I‫ ِك‬Iَ‫ ٰل‬I‫و‬Iَ I‫ ُم‬IِّI‫ ي‬Iَ‫ ق‬I‫ ْل‬I‫ ا‬I‫ن‬Iُ I‫ ي‬IِّI‫د‬I‫ل‬I‫ا‬

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah
Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada

9
perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui.” [Ar-Ruum: 30]

Islam memperhatikan akal dan mengajaknya ber-fikir, mencela kebodohan dan


taqlid buta.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

I‫ َن‬I‫ و‬I‫ ُم‬Iَ‫ ل‬I‫ ْع‬Iَ‫ اَل ي‬I‫ن‬Iَ I‫ ي‬I‫ ِذ‬Iَّ‫ل‬I‫ ا‬I‫ َو‬I‫ن‬Iَ I‫ و‬I‫ ُم‬Iَ‫ ل‬I‫ ْع‬Iَ‫ ي‬I‫ن‬Iَ I‫ ي‬I‫ ِذ‬Iَّ‫ل‬I‫ ا‬I‫ ي‬I‫ ِو‬Iَ‫ ت‬I‫ ْس‬Iَ‫ ي‬I‫ل‬Iْ Iَ‫ ه‬I‫ل‬Iْ Iُ‫ۗ ق‬

“Katakanlah, ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang


yang tidak mengetahui?” [Az-Zumar: 9]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

ِ ‫ت ُأِلولِي اَأْل ْلبَا‬


‫ب‬ ِ َ‫ف اللَّ ْي ِل َوالنَّه‬
ٍ ‫ار آَل يَا‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬
ْ ‫ض َو‬
ِ ‫اختِاَل‬ ِ ‫ِإ َّن فِي خَ ْل‬
ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬

ِ َ‫ض َربَّنَا َما خَ لَ ْقتَ ٰهَ َذا ب‬


‫اطاًل‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬ ِ ‫الَّ ِذينَ يَ ْذ ُكرُونَ هَّللا َ قِيَا ًما َوقُعُودًا َو َعلَ ٰى ُجنُوبِ ِه ْم َويَتَفَ َّكرُونَ فِي خ َْل‬
َ ‫ق ال َّس َم‬
ِ ‫اوا‬
ِ َّ‫اب الن‬
‫ار‬ َ ‫ك فَقِنَا َع َذ‬
َ َ‫ُس ْب َحان‬

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Rabb
kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia; Mahasuci Engkau,
lindungilah kami dari adzab Neraka.” [Ali ‘Imran: 190-191]

Juga firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala:

‫ َم ْسـُٔواًل‬ ُ‫ص َر َو ْٱلفَُؤ ا َد ُكلُّ ُأ ۟و ٰلَِٓئكَ َكانَ َع ْنه‬


َ َ‫ك بِِۦه ِع ْل ٌم ۚ ِإ َّن ٱل َّس ْم َع َو ْٱلب‬ َ ‫َواَل تَ ْقفُ َما لَي‬
َ َ‫ْس ل‬

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggung-
jawabannya.” [Al-Israa’: 36]

Islam meliputi ‘aqidah dan syari’at (keyakinan dan pedoman hidup). Islam
telah sempurna dalam ‘aqidah, ajaran syari’atnya dan seluruh aspek kehidupan.

10
4. Islam adalah ilmu syar’i. Ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah,
dan ilmu mengangkat derajat orang-orang yang memilikinya ke derajat yang paling
tinggi.

Firman Allah Azza wa Jalla:

۟ ُ‫وا ِمن ُك ْم َوٱلَّ ِذينَ ُأوت‬


ٍ ‫وا ْٱل ِع ْل َم َد َر ٰ َج‬
 ‫ت‬ ۟ ُ‫ۚ يَرْ فَع ٱهَّلل ُ ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
َ ِ

“…Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di


antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat…” [Al-Mujadilah:
11]

5. Allah Azza wa Jalla menjamin kebahagiaan, kemuliaan, dan kemenangan bagi


orang yang berpegang teguh kepada Islam dan menerapkannya dalam kehidupan,
baik bagi perorangan maupun masyarakat.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

۟ ُ‫وا ِمن ُك ْم َو َع ِمل‬


َّ ٰ ‫وا ٱل‬ ۟ ُ‫َو َع َد ٱهَّلل ُ ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
ِ ْ‫ت لَيَ ْست َْخلِفَنَّهُ ْم فِى ٱَأْلر‬
‫ض َك َما ٱ ْست َْخلَفَ ٱلَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِ ِه ْم َولَيُ َم ِّكن ََّن لَهُ ْم‬ ِ ‫صلِ ٰ َح‬ َ
َٓ ٰ ۟ ‫ٰ َ َُأ‬
‫ض ٰى لَهُ ْم َولَيُبَ ِّدلَنَّهُم ِّم ۢن بَ ْع ِد َخوْ فِ ِه ْم َأ ْمنًا ۚ يَ ْعبُدُونَنِى اَل يُ ْش ِر ُكونَ بِى َش ْيـًٔا ۚ َو َمن َكفَ َر بَ ْع َد ذلِكَ ف ولِئك‬ َ َ‫ِدينَهُ ُم ٱلَّ ِذى ٱرْ ت‬
َ‫هُ ُم ْٱل ٰفَ ِسقُون‬

“Dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antaramu dan
mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum
mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, setelah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka
(tetap) beribadah kepada-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu apa pun
dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka
itulah orang-orang yang fasik.” [An-Nuur: 55]

6. Dalam agama Islam terdapat penyelesaian bagi segala problematika, karena


syari’at dan dasar-dasar ajarannya mencakup segala hukum bagi segala peristiwa
yang tidak terbatas.

11
7. Syari’at Islam adalah syari’at yang paling bijak dalam mengatur semua bangsa,
paling tepat dalam memberikan solusi dari setiap masalah, memperhatikan
kemaslahatan dan sangat memperhatikan hak-hak manusia.

8. Islam adalah agama yang fleksibel (cocok untuk semua tempat, zaman, bangsa
dan berbagai macam situasi). Bahkan dunia tidak akan menjadi baik melainkan
dengan agama Islam. Oleh karenanya, semakin modern zaman dan semakin
majunya bangsa selalu muncul bukti baru yang menunjukkan keabsahan Islam dan
ketinggian nilainya.

9. Islam adalah agama cinta, kebersamaan, persahabatan dan kasih sayang sesama
kaum mukminin.

Allah Azza wa Jalla berfirman

۟ ُ‫ُوا بَ ْينَ َأخَ َو ْي ُك ْم ۚ َوٱتَّق‬


َ‫وا ٱهَّلل َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون‬ ۟ ‫نَّما ْٱل ُمْؤ ِمنُونَ ْخ َوةٌ فََأصْ لِح‬
‫ِإ‬ َ ‫ِإ‬

“Sesungguhnya orang-orang mukmin bersaudara, karena itu damaikanlah antara


kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu
mendapat rahmat.” [Al-Hujuraat: 10]

10. Islam adalah agama kesungguhan, keseriusan dan amal.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ِ‫ك َوا ْست َِع ْن بِاهلل‬ َ ‫ اِحْ ِرصْ َعلَى َما يَ ْنفَ ُع‬،ٌ‫ َوفِى ُكلٍّ َخ ْير‬،‫ْف‬ ِ ‫اَ ْل ُمْؤ ِمنُ ْالقَ ِويُّ َخ ْي ٌر َوَأ َحبُّ ِإلَى هللاِ ِمنَ ْال ُمْؤ ِم ِن الض َِّعي‬
ُ ‫ لَوْ َأنِّي فَ َع ْل‬: ْ‫صابَكَ َش ْي ٌء فَالَ تَقُل‬
ْ‫ فَِإ َّن لَو‬،‫ قَ َّد َر هللاُ َو َما َشا َء فَ َع َل‬: ْ‫ َولَ ِك ْن قُل‬،‫ت َكانَ َك َذا َو َك َذا‬ َ ‫ َوِإ ْن َأ‬،‫َوالَ تَ ْع َج ْز‬
‫تَ ْفتَ ُح َع َم َل ال َّش ْيطَا ِن‬.

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang
lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah dalam menuntut
sesuatu yang bermanfaat bagimu dan mohonlah per-tolongan kepada Allah (dalam
segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila
engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, ‘Seandainya aku berbuat
demikian, tentu tidak akan begini dan begitu,’ tetapi katakanlah, ‘Ini telah ditakdir-
kan Allah, dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki,’ karena ucapan
‘seandainya’ akan membuka (pintu) per-buatan syaitan.” [4]

12
11. Islam adalah agama yang sangat jauh dari kontradiksi.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫ٱختِ ٰلَفًا َكثِيرًا‬ ۟ ‫َأفَاَل يَتَ َدبَّرُونَ ْٱلقُرْ َءانَ ۚ َولَوْ َكانَ ِم ْن ِعن ِد َغيْر ٱهَّلل ِ لَ َو َجد‬
ْ ‫ُوا فِي ِه‬ ِ

“Maka apakah mereka tidak menghayati (mendalami) Al-Qur-an? Kalau kiranya


(Al-Qur-an) itu bukan dari sisi Allah, pastilah mereka menemukan pertentangan
yang banyak di dalamnya.” [An-Nisaa’: 82]

12. Islam itu sangat jelas dan sangat mudah, tidak sulit, dan Islam mudah difahami
oleh setiap orang.

13. Islam mengajak kepada akhlak mulia dan amal shalih.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

ِ ْ‫ُخ ِذ ْٱل َع ْف َو َوْأ ُمرْ بِ ْٱلعُر‬


َ‫ف َوَأ ْع ِرضْ َع ِن ْٱل ٰ َج ِهلِين‬

“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf serta berpalinglah
dari orang-orang bodoh.” [Al-A’raaf: 199]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

َ َ‫ٱ ْدفَ ْع بِٱلَّتِى ِه َى َأحْ َسنُ فَِإ َذا ٱلَّ ِذى بَ ْين‬ ُ‫ك َوبَ ْينَ ۥه‬
ُ‫ك َوبَ ْينَ ۥه‬ َ َ‫ٱ ْدفَ ْع بِٱلَّتِى ِه َى َأحْ َسنُ فَِإ َذا ٱلَّ ِذى بَ ْين‬ 

“…Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang
antaramu dan antara dia ada per-musuhan seolah-olah menjadi teman yang sangat
setia.” [Fushshilat: 34]

14. Islam memelihara kesehatan. Banyak sekali dalil dari Al-Qur-an dan As-Sunnah
tentang pemeliharaan kesehatan.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫ْرفُ ٓو ۟ا‬ ۟ ۟
ِ ‫َو ُكلُوا َوٱ ْش َربُوا َواَل تُس‬

“…Dan makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.” [Al-A’raaf: 31]

Para ulama mengatakan, “Sederhana dalam makan dan minum merupakan faktor
utama terpeliharanya kesehatan.”

Di antara isyarat pemeliharaan kesehatan, Islam mengharamkan makanan yang


berbahaya bila dikonsumsi oleh manusia.

13
ِ ‫ير َو َمٓا ُأ ِه َّل بِ ِهۦ لِ َغي ِْر ٱهَّلل‬ ِ ‫ِإنَّ َما َح َّر َم َعلَ ْي ُك ُم ْٱل َم ْيتَةَ َوٱل َّد َم َولَحْ َم ْٱل ِخ‬
ِ ‫نز‬

Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi,


dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah…” [Al-Ba-
qarah: 173]

Allah berfirman tentang khamr (minuman keras):

َ‫صابُ َوٱَأْل ْز ٰلَ ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل ٱل َّش ْي ٰطَ ِن فَٱجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬
َ ‫ ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا ِإنَّ َما ْٱل َخ ْم ُر َو ْٱل َم ْي ِس ُر َوٱَأْلن‬ 

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi,


(berkorban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah
perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan
itu) agar kamu mendapat keberuntungan.” [Al-Maa-idah: 90]

Khamr diharamkan karena di antara bahayanya adalah merusak akal, melemahkan


jantung, merusak hati dan ber-bagai penyakit lainnya.

Allah Azza wa Jalla berfirman tentang madu yang berkhasiat menyembuhkan


penyakit:

ٌ‫ك ُذلُاًل ۚ يَ ْخ ُر ُج ِم ۢن بُطُونِهَا َش َراب‬ ِ ‫ثُ َّم ُكلِى ِمن ُك ِّل ٱلثَّ َم ٰ َر‬
ِ ِّ‫ت فَٱ ْسلُ ِكى ُسبُ َل َرب‬

َ ِ‫اس ۗ ِإ َّن فِى ٰ َذل‬


َ‫ك َل َءايَةً لِّقَوْ ٍم يَتَفَ َّكرُون‬ ِ َّ‫ف َأ ْل ٰ َونُ ۥهُ فِي ِه ِشفَٓا ٌء لِّلن‬
ٌ ِ‫ُّم ْختَل‬

“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan lalu tempuhlah jalan


Rabb-mu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman
(madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir.” [An-Nahl: 69]

2.3 Hubungan Agama Islam dengan Agama-Agama yang Lain

Hubungan islam dengan agama-agama lain dapat dilihat pada ajaran moral yang
ada didalamnya dan konsep gender yang terdapat pada masing-masing agama.

Dalam agama Hindu terdapat ajaran yang menganggap bahwa keinginan terhadap
kesenangan merupakan hal yang bersifat alamiyah sesuai dengan kodrat manusia.

14
Akan tetapi terdapat ajaran untuk mengendalikan hawa nafsu terhadap kenikmatan
tersebut. Dalam agama Hindu, wanita diibaratkan sebagai tanah dan laki-laki
diibaratkan sebagai benih. Hasil terjadinya jasad badaniyah yang hidup terjadi karena
melalui hubungan antara tanah dan benih. Potensi wanita dipandang kreatif dan penuh
kebaikan hanya apabila potensi itu terjadi secara harmonis dengan pria.

Dalam agama Budha terdapat ajaran tentang pengendalian diri dari


memperturutkan hawa nafsu yang berakibat pada terjadinya tindakan kejahatan dan
terdapat pula sejumlah ajaran etis tentang larangan membunuh, larangan mencuri,
berdusta dan lain sebagainya. Agama Budha menyatakan bahwa seorang istri
berkedudukan dan berperan cukup besar dalam menyukseskan suaminya. Suami istri
memiliki kewajiban dan tanggung jawab bersama dalam rumah tangga dan adanya
kehendak bersama dalam menjalankan kehidupan berumah tangga. Seorang istri yang
patut dipuji dalam suatu keluarga yaitu istri yang keibuan, istri yang seperti saudara,
istri yang seperti sahabat dan istri yang seperti pegawai.

Dalam agama Yahudi yang dibawa oleh Nabi Musa terdapat Sepuluh perintah
Tuhan yang meliputi: pengakuan terhadap Tuhan Tang Maha Esa; larangan
menyekutukan Tuhan dengan apa saja dan dimana saja; larangan menyebut nama
Tuhan dengan kata-kata yang dapat menyia-nyiakan-Nya; memuliakan hari Sabtu;
menghormati ayah dan ibu; larangan membunuh sesama manusia; larangan berbuat
zina; larangan mencuri; larangan menjadi saksi palsu; menahan hawa nafsu untuk
memiliki sesuatu yang bukan menjadi miliknya.

Dalam agama Kristen terdapat ajaran tentang perintah berbuat baik antara sesama
manusia, saling mencintai sesama manusia, bersifat pemurah dalam setiap hal yang
menyangkut kebaikan, menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan lain
sebagainya. Dalam agama Kristen, Yesus tidak membeda-bedakan laki-laki dan
perempuan. Ia menghargai wanita sebagai pribadi yang utuh. Yesus berbicara
langsung dengan wanita, menyembuhkan wanita yang sakit dan memanggil wanita
untuk mengikutinya.

Dalam agama Islam terdapat ajaran tentang pengendalian hawa nafsu keduniaan
yang diikuti oleh keharusan melakukan perbuatan yang baik bagi kemanusiaan. Islam
mengingatkan umatnya agar jangan mengikuti hawa nafsu karena mengikuti hawa
nafsu akan menjerumuskan pelakunya kedalam kehidupan yang menyengsarakan.

15
Dalam ajaran Yahudi yang dibawa oleh Nabi Musa terdapat ajaran menghormati
hari sabtu. Ajaran ini tidak dianggap relevan lagi dalam ajaran Islam. Semua hari
dalam ajaran islam memiliki kedudukan dan makna yang sama, tergantung kepada
orang yang memanfaatkannya.

Dalam agama islam wanita diumpamakan seperti tanah ladang tempat bercocok
tanam sebagaimana disebut dalam Alquran surah Al-baqarah ayat 223 yang
artinya “Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka
datangilah tanah tersebut bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah amal
yang baik untuk dirimu dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu
kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman”.
Rasulullah menyebutkan kriteria seorang istri sebagaimana yang disebutkan dalam
suatu hadits yang artinya “Tidak ada sesuatu yang diambil faedahnya oleh orang
muslim setelah takwa kepada Allah yang lebih baik baginya daripada seorang istri
shalihah yang jika seorang suami memerintahnya, ia mematuhinya; jika suami
memandangnya, maka ia menyenangkannya; jika suami menggilirnya, maka ia
mematuhinya; dan jika suami pergi darinya, maka ia memelihara diri dan harta
(suami)nya”.

Prinsip Menjalin Kerukunan bagi Umat Islam Terhadap Pemeluk Agama Lain

1. Dasar hubungan antara umat Islam dan pemeluk agama lain

Realitas keberagaman manusia dalam agama dan keyakinannya


merupakan sunatullah yang tidak bisa dihilangkan. Andaikan Allah subhanahu
wata’ala mempersatukan manusia dalam satu agama misalnya tentu Dia kuasa,
namun realitasnya tidak demikian.

ْ ‫ ِإالَّ َم ْن َر ِح َم َربُّكَ َولِذلِكَ خَ لَقَهُ ْم َوتَ َّم‬، َ‫اس ُأ َّمةً وا ِح َدةً َوال يَزالُونَ ُم ْختَلِفِين‬
َ‫ت َكلِ َمةُ َربِّك‬ َ َّ‫َولَوْ شا َء َربُّكَ لَ َج َع َل الن‬
َ‫اس َأجْ َم ِعين‬
ِ َّ‫َأَل ْمَأَل َّن َجهَنَّ َم ِمنَ ْال ِجنَّ ِة َوالن‬

“Dan jika Tuhan-mu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu,
tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat), kecuali orang yang diberi rahmat

16
oleh Tuhan-mu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat (keputusan)
Tuhan-mu telah tetap, "Aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan
manusia (yang durhaka) semuanya." (QS. Hud: 118–119)

Perbedaan agama tidak bisa dijadikan alasan untuk berperilaku buruk,


memusuhi dan memerangi pemeluk agama lain. Dengan demikian asas hubungan
antara umat Islam dengan non-Muslim bukanlah peperangan dan konflik,
melainkan hubungan tersebut didasari dengan perdamaian dan hidup
berdampingan secara harmonis. Islam memandang seluruh manusia, apa pun
agama dan latar belakangnya, terikat dalam persaudaraan kemanusian (ukhuwwah
insaniyyah) yang mengharuskan mereka saling menjaga hak-hak masing,
mengasihi, tolong-menolong, berbuat adil dan tidak menzalimi yang lain.
Allah subhanahu wata’ala. berfirman:

َّ ‫أن تَبَرُّ وهُ ْم َوتُ ْق ِسطُوْ ا إلَ ْي ِه ْم‬


ُّ‫إن هللاَ ي ُِحب‬ ِ َ‫ال يَ ْنهَا ُك ُم هَّللا ُ َع ِن الَّ ِذينَ لَ ْم يُقَاتِلُو ُك ْم فِي الدِّي ِن َولَ ْم ي ُْخ ِرجُوْ ُكم ِّم ْن ِدي‬
ْ ‫ار ُك ْم‬
َ‫ْال ُم ْق ِس ِط ْين‬

“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari
kampong halamanmu. Sesungguhnya Alloh mencintai orang-orang yang berlaku
adil.” (QS Al-Mumtahanah: 8)
2. Mengedepankan budi pekerti yang baik
Di manapun berada, terlebih di lingkungan yang plural, seorang Muslim tidak
dapat melepaskan dirinya dari hubungan sosial dengan pemeluk agama lain. Islam
mengajarkan, dalam setiap menjalin hubungan dan interaksi sosial dengan siapa pun
baik Muslim maupun non-Muslim, setiap Muslim harus tampil dengan budi pekerti
yang baik (Akhlaq al-Karīmah), tutur kata yang  lembut, dan sikap yang penuh
kesantunan dan kasih sayang (rahmah). Sebagaimana perintah Allah subhanahu
wata’ala. kepada Nabi Musa As. dan nabi Harun As. untuk bertutur kata lembut
kepada Fir’aun:

‫فَقُواَل لَهُ قَوْ اًل لَيِّنًا لَ َعلَّهُ يَتَ َذ َّك ُر َأوْ يَ ْخ َشى‬

17
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS. Thaha: 44)

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. juga bersabda:

ِ ‫ار تَ ْد ُخلْ َمدَا ِخ َل اَأْلب َْر‬


‫ار‬ ِ َّ‫ك َولَوْ َم َع ْال ُكف‬
َ َ‫ يَا ِإ ْب َرا ِه ْي ُم َحس ِّْن ُخلُق‬ ‫َأوْ َحى هللاُ ِإلَى ِإب َْرا ِه ْي َم‬
"Allah menyampaikan wahyu kepada Nabi Ibrahim As: 'Perbaikilah budi pekertimu
meskipun terhadap orang-orang non-Muslim, maka engkau akan masuk (surga)
tempat tinggal orang-orang yang baik'." (HR. Al Hakim at Tirmidzi)

Sikap seperti ini merupakan refleksi kebeningan spiritual pada diri seorang Muslim.

3. Internalisasi semangat persaudaraan nasional (ukhuwwah wathaniyyah)

Kerukunan antarumat beragama tidak dapat terjalin sempurna hanya dengan


sikap saling toleransi saja, namun diperlukan adanya keterbukaan diri untuk terlibat
dalam kerjasama demi meraih kebaikan bersama. Bangsa Indonesia disatukan oleh
kehendak, cita-cita, atau tekad yang kuat untuk membangun masa depan dan hidup
bersama sebagai warga negara di bawah naungan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Seluruh elemen bangsa Indonesia disatukan dan meleburkan diri dalam
satu ikatan kebangsaan atau persaudaraan sebangsa setanah air (Ukhuwwah
Wathaniyyah), terlepas dari perbedaan agama dan latar belakang primordial
lainnya. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Menyatukan seluruh
penduduk madinah dalam satu ikatan kebangsaan:

ُ‫ فَِإنَّه‬،‫ ِإاَّل َم ْن ظَلَ َم َوَأثِ َم‬،‫ َم َوالِي ِه ْم َوَأ ْنفُ ُسهُ ْم‬I،‫ َولِ ْل ُم ْسلِ ِمينَ ِدينُهُ ْم‬،‫ لِ ْليَهُو ِد ِدينُهُ ْم‬I، َ‫ف ُأ َّمةٌ َم َع ْال ُمْؤ ِمنِين‬ ٍ ْ‫وَِإ َّن يَهُو َد بَنِي عَو‬
‫ َوَأ ْه َل بَ ْيتِ ِه‬،ُ‫اَل يُوْ تِ ُغ ِإاَّل نَ ْف َسه‬

“Kaum Yahudi dari Bani ‘Auf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum
Yahudi agama mereka, dan bagi kaum Muslimin agama mereka. Juga (kebebasan
ini berlaku) bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri. Kecuali bagi yang zalim
dan jahat, maka hal demikian akan merusak diri dan keluarganya.”

ِ َّ‫ُون الن‬
‫اس‬ ِ ‫إنَّهُ ْم ُأ َّمةٌ َو‬
ِ ‫اح َدةٌ ِم ْن د‬
18
“Sesungguhnya mereka adalah umat yang satu, bukan dari komunitas yang lain.”

Ikatan persaudaran ini meniscayakan kewajiban bersama untuk saling bahu-


membahu bekerjasama dalam membela, memajukan dan memakmurkan negaranya,
mengesampingkan segala bentuk perbedaan primordial. Sebagaimana tercantum
dalam salah satu butir piagam Madinah:

ِ ‫ب َأ ْه َل هَ ِذ ِه الص‬
‫ َوِإ َّن بَ ْينَهُ ْم‬،‫َّحيفَ ِة‬ َ ‫ َوِإ َّن بَ ْينَهُ ْم النَّصْ َر َعلَى َم ْن َحا َر‬،‫وَِإ َّن َعلَى ْاليَهُو ِد نَفَقَتَهُ ْم َو َعلَى ْال ُم ْسلِ ِمينَ نَفَقَتَهُ ْم‬
‫ َو ْالبِ َّر ُدونَ اِإْل ْث ِم وإنه لم يأثم امرؤ بحليفه وإن النصر للمظلوم‬،َ‫يحة‬ َ ‫ص‬ ِ َّ‫النُّصْ َح َوالن‬

“Bagi kaum Yahudi ada kewajiban biaya dan bagi umat Islam ada kewajiban biaya.
Mereka (Yahudi dan Muslimīn) bantu-membantu dalam  menghadapi musuh
piagam ini. Mereka saling memberi saran, nasehat dan berbuat baik tidak boleh
berbuat jahat. Seseorang tidak menanggung hukuman akibat kesalahan sekutunya.
Pembelaan diberikan pada pihak yang teraniaya.”

4. Kebebasan beragama, beribadah dan mendirikan rumah ibadah

Agama Islam menjamin kebebasan beragama bagi setiap pemeluk agama lain,
dalam arti memaksakan non-Muslim untuk memeluk agama Islam merupakan
sebuah larangan.

‫الَ ِإ ْك َراهَ فِي ال ِّدي ِْن‬

“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam).” (QS Al-Baqarah: 256)

Di sisi lain, problematika pendirian rumah ibadah di tengah-tengah masyarakat


yang plural merupakan persoalan yang sensitif. Setiap peristiwa pengerusakan, atau
gangguan terhadap rumah ibadah ataupun aktivitas peribadatan selalu menimbulkan
dampak kerenggangan antar pemeluk agama yang dapat merusak kerukunan di
antara mereka, bahkan rawan menyulut konflik. Islam memberikan toleransi dan
menjamin kebebasan terhadap pemeluk agama lain untuk melakukan kegiatan
keagamaan dan beribadah sesuai keyakinannya. Begitu pula terhadap pendirian
19
tempat ibadah, namun kebebasan tersebut tetap harus mempertimbangkan
kebutuhan terhadap rumah ibadah serta harus sesuai perundang-undang dan
peraturan pemerintah yang berlaku.

5. Tidak mengganggu, merendahkan, menistakan atau menghina simbol-simbol


agama lain

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

‫ك زَ يَّنَّا لِ ُك ِّل ُأ َّم ٍة َع َملَهُ ْم ثُ َّم ِإلَى َربِّ ِه ْم َمرْ ِج ُعهُ ْم‬
َ ِ‫َواَل تَ ُسبُّوا الَّ ِذينَ يَ ْد ُعونَ ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ فَيَ ُسبُّوا هَّللا َ َع ْد ًوا بِ َغي ِْر ِع ْل ٍم َك َذل‬
َ‫فَيُنَبُِّئهُ ْم بِ َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬

“Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Alloh,
karena mereka nanti akan memaki Alloh dengan melampaui batas dasar
pengetahuan.Demikianlah kami jadikan setiap ummat menganggap baik pekerjaan
mereka. Kemudian kepada tuhan tempat kembali mereka, lalu dia akan
memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Al-An’am:
108)

6. Menghormati hak-hak mereka sebagai warga negara Indonesia, seperti hak


memilih pekerjaan, memeluk agama dan beribadah sesuai keyakinannya,
berpolitik, keadilan hukum dan sebagainya
2.4 Internalisasi nilai Tasamuh, Tawasuth dan I’tidal terhadap agama lain

20

Anda mungkin juga menyukai