Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN KASUS DIABETES MELITUS

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Nama Anggota :

1. Jelita [144012027009]
2. Putri Aisyah O [144012027017]

Dosen Pengampuh :

Ns.Mardiah,S.kep,M.kes

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas kelompok untuk Mata Kuliah Kepearawatan Medikal
Bedah I..

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah
ini dapat terselesaikan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki.

Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dan pendidikan.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Palembang, 18 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes mellitus adalah penyakit gangguan metabolik terutama metabolisme
karbohidrat yang disebabkan oleh berkurangnya atau ketiadaan hormon insulin dari
sel beta pankreas, atau akibat gangguan fungsi insulin, atau keduanya (Sutedjo,
2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
disebabkan oleh adanya peningkatan kadar gula glukosa darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Syahbudin, 2009).
Diabetes Adalah penyakit yang disebabkan karena tinggi nya kadar glukosa di
dalam darah yang melebihi batas normal. Jumlah penderita diabetes melitus dari
tahun Ke tahun mengalami peningkatan, hal ini di karena kan oleh jumlah penduduk
Yang semakin meningkat, bertambah nya usia harapan hidup, perpindahan Penduduk
desa ke kota yang merubah pola hidup tradisional ke pola hidup Modern, meningkat
nya jumlah orang yang memiliki berat badat berlebih/Kegemukan (obesitas) dan
kegiatan fisik yang sangat kurang.
Menurut WHO tahun 2011, diabetes mellitus termasuk penyakit yang paling
banyak diderita oleh penduduk di seluruh dunia dan merupakan urutan ke empat dari
prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif. Prevalensi Diabetes Mellitus
pada populasi dewasa di seluruh dunia diperkirakan akan meningkat sebesar 35%
dalam dua dasawarsa dan menjangkit 300 juta orang dewasa pada tahun 2025. Bagian
terbesar peningkatan angka pravalensi ini akan terjadi di negara-negara
berkembang(Gibney, 2009).Di Indonesia, diabetes mellitus berada diurutan 4
penyakit kronis berdasarkan pravalensinya. Data Riskesdas tahun 2013, menyatakan
prevalensi nasional penyakit diabetes mellitus adalah 1,5%. Merujuk kepada
prevalensi nasional, Sumatera Barat memiliki prevalensi total DM sebanyak 1,3%.
Dimana Sumatera Barat berada diurutan 14 dari 33 provinsi yang ada di Indonesia.
Berdasarakan umur, penderita banyak dalam rentang usia 56-64 tahun dengan
prevalensi sebesar 4,8% (Kemenkes, 2013).
Untuk mencegah terjadinya komplikasi dari diabetes mellitus, Diperlukan
pengontrolan yang terapeutik dan teratur melalui perubahan gaya hidup pasien DM
yang tepat, tegas dan permanen. Pengontrolan diabetes Mellitus diantaranya adalah
pembatasan diet, peningkatan aktivitas fisik,regimen pengobatan yang tepat, kontrol
medis teratur dan pengontrolan metabolik secara teratur melalui pemeriksaan labor
(Golien C.E et al dalam Ronquillo et al, 2003). Kepatuhan pasien DM terhadap
terhadap terapi yang telah diindikasikan dan diresepkan oleh dokter akan memberikan
efek terapeutik yang positif (therapeutic compliance). Pasien DM yang mengikuti
regimen terapeutik yang telah diindikasikan dapat menimbulkan kegagalan
Pelaksanaan terapi (noncomplience) seperti keterlambatan terapi,menghentikan
terapi dan tidak mengikuti terapi dengan tepat.
1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian Diabetes Melitus ?

2. Bagaimana anatomi dan fisiologi diabetes melitus ?

3. Apa saja faktor penyebab (etiologi) diabetes melitus ?

4. Bagaimana fisiologi diabetes melitus ?

5. Bagaimana manifestasi klinik diabetes melitus ?

6. Apa saja komplikasi diabetes melitus ?

7. Apa saja pemeriksaan diagnostik/penunjang untuk diabetes melitus ?

8. Apa saja penatalaksanaan medis dan keperawatan yang dilakukan pada diabetes
melitus?

9. Bagaimana bentuk asuhan keperawatan diabetes melitus ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :


1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah iniyaitu
penulis mampu memahami konsep penyakit Diabetes Melitus dan
mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes
Melitus.
1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penulisan karya tulis ilmiah
yaitu penulis mampu menggambarkan, mengetahui, menentukan,
memahami, menjelaskan, dan mendiskripsikan :
a. Pengkajian pada pasien dengan Diabetes Melitus.
b. Penentuan diagnosa atau masalah keperawatan yang muncul pada pasien
dengan Diabetes Melitus.
c. Penyusunan intervensi keperawatan secara tepat pada pasien dengan
Diabetes Melitus.
d. Implementasi keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus
e. Evaluasi tindakan yang telah dilakukan pada pasien dengan Diabetes
Melitus.
f. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan pada pasien dengan
Diabetes Melitus

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan Karya tulis ilmiah ini
diharapkan dapat melengkapi pengetahuan dalam bidang keperawatan
mengenai asuhan keperawatan Diabetes Mellitus dengan masalah
ketidakstabilan kadar glukosa darah, serta dapat memberikan
intervensi yang tepat untuk mengatasi masalah ketidaktabilan kadar
glukosa darah.

1.4.2 Manfaat Praktis


a. Bagi Lahan Penelitian Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat
digunakan sebagai hasil yang dapat dipertimbangkan untuk penelitian
serupa dikemudian hari dalam memberikan asuhan keperawatan
dengan ketidakstabilan kadar glokosa darah darah pada penderita
Diabetes Mellitus, serta dengan melakukan intervensi yang tepat.
b. Bagi Institusi Pendidikan Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan
sebagai media pembelajaran mengenai asuhan keperawatan dengan
ketidakstabilan kadar glukosa darah pada penderita Diabetes Mellitus.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh


kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal
bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari
makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas,
mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan
penyimpanannya (Brunner & Suddarth, 2002).

Pada diabetes kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun,
atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan ini
menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan komplikasi metabolik akut
seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik
(HHNK). Hiperglikemia jangka panjang dapat ikut menyebabkan komplikasi
mikrovaskuler yang kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati
(penyakit pada saraf). Diabetes juga disertai dengan peningkatan insidens penyakit
makrovaskuler yang mencakup infark miokard, stroke dan penyakit vaskuler perifer
(Brunner & Suddarth, 2002).

Secara umum Diabetes Mellitus adalah suatu keadaan dimana seseorang


mengalami ketidakstabilan kadar glukosa darah yang ditandai dengan adanya
ketidakabsolutan insulin dalam tubuh (Kemenkes RI, 2014).
2.2 Anatomi dan Fisiologi

Gambar 2.1 Prankreas (Sumber : Gongzaga 2010)

Gambar 2.2 DM tipe I DM tipe II (Sumber : Gongzaga 2010)

Menurut Gonzaga.B (2010), prankreas terletak melintang dibagian atas abdomen


dibelakang glaster didalam ruang retroperitonial. Disebelah kiri ekor prankreas mencapai
hiluslinpa diarah kronio dorsal dan bagian kiri atas kaput prankreas dihubungkan dengan
corpus oleh leher prankreas yaitu bagian prankreas yang lebar biasanya tidak lebih dari 4
cm, arteri dan vena mesentrika superior berada dibagian kiri prankreas ini disebut
processus unsinatis prankreas.
Menurut Gonzaga Prankreas terdiri dari 2 jaringan utama yaitu:
a. Asinus yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.

b. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin
d24eddan glukagon langsung ke darah.Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis
sel utama yaitu sel alfa, beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dengan struktur dan
sifat pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa mengekresi glukagon, dan sel-
sel delta mengekresi somatostatin.

Fisiologi Prankreas

Menurut Gongzaga 2010, Prankreas disebut sebagai organ rangkap, mempunyai 2 fungsi
yaitu sebagai kelenjer eksokrin dan kelenjer endokrin. Fungsi eksokrin menghasilkan
sekret yang mengandung enzim yang dapat menghidrolisis protein, lemak, dan
karbohidrat, sedangkan endokrin menghasilkan hormon insulin dan glukagon yang
memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat. Kelenjer prankreas dalam
mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh berupa hormon hormon yang disekresikan
oleh sel-sel di pulau langerhans. Hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai hormon yang
merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang dapat meningkatkan
glukosa darah yaitu glukagon.
Menururt Gonzaga (2010) ,Prankreas dibagi menurut bentuk nya :
a) Kepala (kaput) merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah kanan umbilical
dalam lekukan duodenum.
b) Badan (korpus) merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah lambung dan
depan vertebra lumbalis pertama.
c) Ekor(kauda) adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya menyentuh
lympa.
2.3 Etiologi
Menurut Rendy & Margaret (2012), penyebab diabetes mellitus
dikelompokkan menjadi: Diabetes Mellitus tergantung insulin (IDDM)
a. Faktor genetik Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta
pankreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan
destruksi sel beta pankreas.
2.4 Patofisiologi
Kombinasi antara faktor genetic faktor lingkungan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin merupakan penyebab DM. faktor lingkungan yang
mempengaruhi sep erti obesitas, kurangnya aktifitas fisik, stress dan pertambahan
umur (Kaku, 2013).
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari gula darah yang tinggi. Jika
kadar gula darah melebihi 160-180 mg/dl maka glukosa akan dikeluarkan melalui air
kemih dengan jumlah yang banyak (poliuri). Sehingga penderita akan sering haus dan
akan banyak minum (polidipsi). Sejumlah kalori akan hilang ikut terbuang didalam air
kemih sehingga penderita akan mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasi hal ini seringkali penderita akan merasakan lapar yang luar biasa
sehingga penderita akan banyak makan dalam jumlah yang banyak (polifagi). Gejala
lainya adalah pandangan kabur, pusing, mual, dan berkurangnya ketahanan tubuh
selama beraktifitas atau olahraga. Penderita Diabetes Melitus dengan kadar gula
kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi (Muttaqin, 2010).
Pada penderita Diabetes Melitus tipe 1 akan menimbulkan keadaan yang
disebut ketoasidosis diabetikum, Meskipun kadar glukosa tinggi tetapi sebagian besar
sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, sehingga kebutuhan energi sel
diambil dari sumber lain, sumber lain biasanya diambi dari lemak tubuh. Sel lemak
dipecah dan akan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang
mengakibatkan darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoadosis
diabetikum adalah rasa haus dan berkemih dengan jumlah yang banyak, mual, muntah,
lelah dan nyeri perut. nafas menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha
memperbaiki keasaman darah, bau nafas penderita akan berbau seperti aseton, jika
tanpa pengobatan ketoadosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, biasanya
hanya dalam waktu beberapa jam. Bahkan setelah rutin terapi insulin, penderita
Diabetes Melitus tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika penderita lupa atau
melewatkan penyuntikan insulin atau penderita mengalami stres akibat infeksi,
kecelakaan atau penyakit yang serius (Soegondo, 2010).

Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin,
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Pada normalnya insulin akan
terikat reseptor kusus pada permukaan sel. Akibat terikatnya reseptor dengan insulin
maka terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin pada Diabetes Melitus tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel. Dengan demikian insulin tidak efektif untuk menstimulus dalam pengambilan
glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang lambat maka Diabetes Melitus
tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika pasien mengalami gejala tersebut bersifat
ringan dan mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuri, polidipsia, luka yang lama proses
penyembuhanya, infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosa sangat
tinggi) (Andra Saferi, 2013).
Diabetes Melitus dapat membuat gangguan/komplikasi melalui kerusakan pada
pembuluh darah diseluruh tubuh yang disebut juga dengan angiopati diabetik.
Penyakit ini bisa menjadi kronis dan dibagi menjadi gangguan pembuluh darah besar
(makrovaskuler) disebut dengan makroangiopati. dan pada pembuluh darah kecil
(mikrovaskuler) disebut dengan mikroangiopati. yang berefek terhadap saraf perifer
dan suplay faskuler gangguan pada pembuluh darah kecil dapat mengakibatkan
neuropati.
Pathway Diabetes Melitus
2.5 Manifestasi Klinik

Manifestasi Klinis utama DM berupa:


1) Kadar gula darah meningkat
Dikarenakan kerusakan sel betha pankreas yang mengakibatkan insulin tidak
dapat diproduksi dengan demikian gula darah tidak dapat masuk dalam sel
sehingga terjadi penumpukan gula darah atau disebut juga dengan Hiperglikemia
(Semiardji, 2012)
2) Poliuria
Disebut juga dengan kencing yang berlebihan disebabkan karena kadar gula darah
tidat dapat masuk dalam sel dan terjadi penumpukan gula dalam darah
(Hiperglikemia) maka ginjal akan bekerja untuk menskresi glukosa kedalam urin
yang mengakibatkan dieresis osmotik yang memicu gangguan sering berkemih
(Laniwati, 2012).
3) Polifagia (Makan yang berlebihan)
Pada Saat berkemih kalori yang berada dipembuluh darah akan ikut hilang
terbawa air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan, untuk
mengkompensasi hal ini penderita sering merasa lapar yang luar biasa (Perkeni,
2015).
4) Polidipsia (peningkatan rasa haus)
Disebabkan jumlah urin yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan
dehidrasi extrasel. intrasel mengikuti dehidrasi extrasel karena air intrasel akan
berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradient konsentrasi keplasma yang
hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH
(antidiuretic hormon) dan menimbulkan rasa haus (Hotma, 2014)
Menurut Hasdianah (2012) Manifestasi lain yang berlangsung berlahan
dari beberapa hari hingga beberapa minggu yaitu:
1) Rasa tebal dikulit
2) Kesemutan
3) Gatal
4) Mata kabur
5) Mudah mengantuk
2.6 Komplikasi
Komplikasi Menurut Black & Hawks (2005), Smeltzer, et all (2008)
mengklasifikasikan komplikasi diabetes mellitus menjadi 2 kelompok yaitu :
2.6.1 Komplikasi akut
a. Hipoglikemia Kadar glukosa darah yang abnormal/rendah terjadi
jika kadar glukosa darah turun dibawah 60-50 mg/dL (3,3-2,7
mmol/L). Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau
preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu
sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemia dapat
terjadi setiap saat pada siang atau malam hari. Kejadian ini bisa
dijumpai sebelum makan, khususnya jika waktu makan tertunda
atau bila pasien lupa makan cemilan.
b. Ketoasidosis Diabetik Keadaan ini disebabkan oleh tidak adanya
insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini
mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein
dan lemak. Pada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes
ketoasidosis: dehidrasi, kehilangan elektrolit, dan asidosis. Apabila
jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula. Di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi
tidak terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan
hiperglikemia.
c. Sindrom Hiperglikemi Hiperosmolar Nonketotik Merupakan
keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia
dan disertai perubahan tingkat kesadaran (sense of awareness).
Pada saat yang sama tidak ada atau terjadi ketosis ringan. Kelainan
dasar biokimia pada sindrom ini berupa kekurangan insulin efektif.
Keadaan hiperglikemia persisten menyebabkan diuresis osmotik
sehingga terjadi kehilangan cairan elekrolit. Untuk
mempertahankan keseimbangan osmotik, cairan akan berpindah
dari ruang intrasel ke dalam ruang ekstrasel. Dengan adanya
glukosuria dan dehidrasi, akan dijumpai keadaan hypernatremia
dan peningkatan osmolaritas. Salah satu perbedaan utama antara
sindrom HHNK dan DKA adalah tidak terdapatnya ketosis dan
asidosis pada sindrom HHNK. Perbedaan jumlah insulin yang
terdapat dalam masing-masing keadaan ini dianggap penyebab
parsial perbedaan diatas. Pada hakikatnya, insulin tidak terdapat
pada DKA.
2.6.2 Komplikasi kronik
a. Komplikasi Makrovaskuler Perubahan aterosklerotik dalam
pembuluh darah besar sering terjadi pada diabetes mellitus.
Perubahan aterosklerotik ini serupa dengan yang terlihat pada
pasien-pasien nondiabetik, kecuali dalam hal bahwa perubahan
tersebut cemderung terjadi pada usia yang lebih muda dengan
frekuensi yang lebih besar pada pasienpasien diabetes mellitus.
b. Komplikasi Mikrovaskuler Perubahan mikrovaskuler
merupakan komplikasi unik yang hanya terjadi pada diabetes
mellitus. Penyakit mikrovaskuler diabetik (mikroangiopati)
ditandai oleh penebalan membran basalis pembuluh kapiler.
Membran basalis mengelilingi sel-sel endotel kapiler.
c. Retinopati Diabetik Kelainan patologis mata yang disebut
retinopati diabetic disebabkan oleh perubahan dalam
pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina mata.
d. Nefropati Penyakit diabetes mellitus turut menyebabkan kurang
lebih 25% dari pasienpasien dengan penyakit ginjal stadium
terminal yang memerlukan dialisis atau transplantasi setiap
tahunnya di Amerika Serikat.
e. Neuropati Neuropati dalam diabetes mellitus mengacu kepada
sekelompok penyakitpenyakit yang menyerang semua tipe
saraf, termasuk saraf perifer (sensorimotor), otonom dan spinal.
Kelainan tersebut tampak beragam secara klinis dan
bergantung pada lokasi sel saraf yang terkena (Hasdianah,
2014).
2.7 Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a.Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan didapatkan adanya glukosa urine/pemeriksaan dilakukan
dengan cara benedict(reduksi).
b. Kadar glukosa darah
Pemeriksaan darah meliputi : pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) nilai normal
100-126 mg/dl, gula darah puasa 70-<100 mg/dl. Dan gula darah 2 jam post
pradial <180 mg/dl (Subekti, 2012).
c.Pemeriksaan fungsi tiroid
Pemeriksaan aktifitas hormon tiroid meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan
insulin (Srihartini, 2014)
2.8 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Untuk penatalaksanaan pada penderita ulkus DM khususnya penderita setelah
menjalani tindakan operasi debridement yaitu termasuk tindakan perawatan dalam
jangka panjang.
a. Medis Menurut Padila, 2019 penatalaksaan secara medis sebagai berikut :
1) Obat hiperglikemik Oral
2) Insulin
a) Ada penurunan BB dengan drastis
b) Hiperglikemi berat
c) Munculnya ketoadosis diabetikum
d) Gangguan pada organ ginjal atau hati.
3) Pembedahan Pada penderita ulkus DM dapat juga dilakukan pembedahan yang
bertujuan untuk mencegah penyebaran ulkus ke jaringan yang masih sehat,
tindakannya antara lain :
a) Debridement : pengangkatan jaringan mati pada luka ulkus diabetikum.
b) Neucrotomi
c) Amputasi
b. Keperawatan Menurut Padila, 2019 dalam penatalaksaan medis secara
keperawatan yaitu :
a) Diit Diit harus diperhatikan guna mengontrol peningkatan glukosa.
b) Latihan 16 Latihan pada penderita dapat dilakukan seperti olahraga kecil, jalan
– jalan sore, senam diabetik untuk mencegah adanya ulkus.
c) Pemantauan Penderita ulkus mampu mengontrol kadar gula darahnya secara
mandiri dan optimal.
d) Terapi insulin Terapi insulin dapat diberikan setiap hari sebanyak 2 kali
sesudah makan dan pada malam hari.
e) Penyuluhan kesehatan dilakukan bertujuan sebagai edukasi bagi penderita
ulkus dm supaya penderita mampu mengetahui tanda gejala komplikasi pada
dirinya dan mampu menghindarinya.
f) Nutrisi Nutrisi disini berperan penting untuk penyembuhan luka debridement,
karena asupan nutrisi yang cukup mampu mengontrol energi yang dikeluarkan.
g) Stress Mekanik Untuk meminimalkan BB pada ulkus. Modifikasinya adalah
seperti bedrest, dimana semua pasin beraktifitas di tempat tidur jika diperlukan.
Dan setiap hari tumit kaki harus selalu dilakukan pemeriksaan dan perawatan
(medikasi) untuk mengetahui perkembangan luka dan mencegah infeksi luka
setelah dilakukan operasi debridement tersebut
h) Tindakan pembedahan Fase pembedahan menurut Wagner ada dua klasifikasi
antara lain : Derajat 0 : perawatan local secara khusus tidak dilakukan atau tidak
ada. Derajad I – IV : dilakukan bedah minor serta pengelolaan medis, dan
dilakukan perawatan dalam jangka panjang sampai dengan luka terkontrol dengan
baik (Brunner & Suddarth, 2013).
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

c.1 Pengkajian
a. Biodata Klien dan penanggungjawab (nama, usia, jenis kelamin, agama,
alamat
b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Biasanya klien dirawat dirumah sakit dengan keluhan sakit kepala, demam,
nyeri dan juga pusing

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya klien mengeluh kepala terasa sakit, demam,nyeri dan juga pusing,
berat badan berkurang, klien mengalami mual, muntah dan anoreksia, klien
merasa sakit diperut dan juga diare, klien mengeluh nyeri otot.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Kaji adanya riwayatpenyakit lain/pernah menderita penyakit seperti ini


sebelumnya

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji adanya keluarga yan menderita penyakit yang sama (penularan).

5) Riwayat imunisasi

6) Riwayat sosial: bagaimana klien berhubungan dengan orang lain.

7) Pemeriksaan Fisik

1. Pengkajian umum

a) Tingkat kesadaran: composmentis, apatis, somnolen,supor, dan koma

b) Keadaan umum : sakitringan, sedang, berat


c) Tanda-tanda vital,normalnya:

Tekanan darah : 95 mmHg

Nadi : 60-120 x/menit

Suhu : 34,7-37,3 0C

Pernapasan : 15-26 x/menit2. Pengkajian sistem tubuh

d) Pemeriksaan kulit dan rambut

Kaji nilai warna, turgortekstur dari kulit dan rambut pasien

e) Pemeriksaan kepala dan leher

Pemeriksaan mulai dari kepala, mata, hidung, telinga, mulut dan leher. Kaji
kesimetrisan, edema, lesi, maupun gangguan pada ndera

f) Pemeriksaan dada

1) Paru-paru

Inspeksi : kesimetrisan, gerak napas

Palpasi : kesimetrisan taktil fremitus

Perkusi : suara paru (pekak, redup, sono,

hipersonor, timpani)

Auskultasi : suara paru

2) Jantung

Inspeksi : amati iktus cordis

Palpalsi : raba letak iktus cordis

Perkusi : batas-batas jantung

Auskultasi : bunyi jantung


g) Pemeriksaan abdomen

Inspeksi : keadaan kulit, besar dan bentuk abdomen, gerakan

Palpasi : hati, limpha teraba/tidak, adanya nyeri tekan

Perkusi : suara peristaltic usus

Auskultasi : frekuensi bising usus

h) Pemeriksaan ekstremitas

Kaji warna kulit, edema, kemampuan gerakan dan adanya alat bantu.

c.2 Diagnosa Keperawatan

Secara prinsip, diagnosa keperawatan lebih kepada suatu penyataan yang jelas
mengenai status kesehatan atau masalah aktual atau resiko dalam rangka
mengidenstifikasi dan menentukan intervensi 16 keperawatan untuk mengurangi,
menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung
jawabnya. Adapun tujuan diagnosa keperawatan adalah memberikan bahasa yang
mudah dipahami oleh perawat sehingga terbentuk jalan informasi serta
persamaan presepsi dan meningkatkan identifikasi tujuan yang tepat sehingga
pemilihan intervensi lebih tepat dan menjadi pedoman dalam melakukan evaluasi
(Mufidaturrohman, 2017)

a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d diabetes melitus.

b. Defisit nutrisi b.d faktor biologis yaitu polifagia.

c. Perfusi perifer tidak efektif b.d diabetes melitus.

d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan.

e. Nyeri akut b.d agens cedera biologis (penurunan perfusi perifer)

f. Risiko infeksi b.d penyakit kronis diabetes melitus.

g. Gangguan integritas kulit b.d gangguan sensasi akibat diabetes melitus.

h. Risiko ketidakseimbangan cairan b.d kehilangan volume cairan aktif.


c.3 Intervensi Keperawatan
KESIMPULAN
Ditinjau dari genetik, penyebab dan perjalanan penyakit, DM pada anak dan
remaja berbeda dengan DM pada orang dewasa. Diabetes mellitus pada anak dan
remaja terutama merupakan akibat kerusakan sel-sel beta pankreas yang
memproduksi insulin, sehingga suntikan insulin inerupakan satusatunya cara
pengobatan. Diabetes mellitus tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi, juga kadar
insulin tinggi atau normal yang disebut resistensi insulin Gejala klinik diabetes
mellitus berupa poliuria, polidipsia, lemas, berat badan menurun, kesemutan,
gatal, mata kabur, impotensia (pada pria), pruritus vulvae (pada wanita).

Manfaat olah raga :

1. Meningkatkan kemampuan gerak


2. Meningkatkan derajat sehat dinamis Awet muda dalam kemampuan
fungsional
3. Meningkatkan kualitas hidup Menyembuhkan diabetes
4. Mencegah terjadinya penyakit gangguan aliran darah (PJK, stroke)
Menyembuhkan PJK yang ringan
DAFTAR PUSTAKA

c.4

Anda mungkin juga menyukai