Disusun Oleh :
Kelompok 6
Nama Anggota :
1. Jelita [144012027009]
2. Putri Aisyah O [144012027017]
Dosen Pengampuh :
Ns.Mardiah,S.kep,M.kes
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas kelompok untuk Mata Kuliah Kepearawatan Medikal
Bedah I..
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah
ini dapat terselesaikan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dan pendidikan.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
8. Apa saja penatalaksanaan medis dan keperawatan yang dilakukan pada diabetes
melitus?
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pada diabetes kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun,
atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan ini
menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan komplikasi metabolik akut
seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik
(HHNK). Hiperglikemia jangka panjang dapat ikut menyebabkan komplikasi
mikrovaskuler yang kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati
(penyakit pada saraf). Diabetes juga disertai dengan peningkatan insidens penyakit
makrovaskuler yang mencakup infark miokard, stroke dan penyakit vaskuler perifer
(Brunner & Suddarth, 2002).
b. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin
d24eddan glukagon langsung ke darah.Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis
sel utama yaitu sel alfa, beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dengan struktur dan
sifat pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa mengekresi glukagon, dan sel-
sel delta mengekresi somatostatin.
Fisiologi Prankreas
Menurut Gongzaga 2010, Prankreas disebut sebagai organ rangkap, mempunyai 2 fungsi
yaitu sebagai kelenjer eksokrin dan kelenjer endokrin. Fungsi eksokrin menghasilkan
sekret yang mengandung enzim yang dapat menghidrolisis protein, lemak, dan
karbohidrat, sedangkan endokrin menghasilkan hormon insulin dan glukagon yang
memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat. Kelenjer prankreas dalam
mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh berupa hormon hormon yang disekresikan
oleh sel-sel di pulau langerhans. Hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai hormon yang
merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang dapat meningkatkan
glukosa darah yaitu glukagon.
Menururt Gonzaga (2010) ,Prankreas dibagi menurut bentuk nya :
a) Kepala (kaput) merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah kanan umbilical
dalam lekukan duodenum.
b) Badan (korpus) merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah lambung dan
depan vertebra lumbalis pertama.
c) Ekor(kauda) adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya menyentuh
lympa.
2.3 Etiologi
Menurut Rendy & Margaret (2012), penyebab diabetes mellitus
dikelompokkan menjadi: Diabetes Mellitus tergantung insulin (IDDM)
a. Faktor genetik Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta
pankreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan
destruksi sel beta pankreas.
2.4 Patofisiologi
Kombinasi antara faktor genetic faktor lingkungan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin merupakan penyebab DM. faktor lingkungan yang
mempengaruhi sep erti obesitas, kurangnya aktifitas fisik, stress dan pertambahan
umur (Kaku, 2013).
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari gula darah yang tinggi. Jika
kadar gula darah melebihi 160-180 mg/dl maka glukosa akan dikeluarkan melalui air
kemih dengan jumlah yang banyak (poliuri). Sehingga penderita akan sering haus dan
akan banyak minum (polidipsi). Sejumlah kalori akan hilang ikut terbuang didalam air
kemih sehingga penderita akan mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasi hal ini seringkali penderita akan merasakan lapar yang luar biasa
sehingga penderita akan banyak makan dalam jumlah yang banyak (polifagi). Gejala
lainya adalah pandangan kabur, pusing, mual, dan berkurangnya ketahanan tubuh
selama beraktifitas atau olahraga. Penderita Diabetes Melitus dengan kadar gula
kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi (Muttaqin, 2010).
Pada penderita Diabetes Melitus tipe 1 akan menimbulkan keadaan yang
disebut ketoasidosis diabetikum, Meskipun kadar glukosa tinggi tetapi sebagian besar
sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, sehingga kebutuhan energi sel
diambil dari sumber lain, sumber lain biasanya diambi dari lemak tubuh. Sel lemak
dipecah dan akan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang
mengakibatkan darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoadosis
diabetikum adalah rasa haus dan berkemih dengan jumlah yang banyak, mual, muntah,
lelah dan nyeri perut. nafas menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha
memperbaiki keasaman darah, bau nafas penderita akan berbau seperti aseton, jika
tanpa pengobatan ketoadosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, biasanya
hanya dalam waktu beberapa jam. Bahkan setelah rutin terapi insulin, penderita
Diabetes Melitus tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika penderita lupa atau
melewatkan penyuntikan insulin atau penderita mengalami stres akibat infeksi,
kecelakaan atau penyakit yang serius (Soegondo, 2010).
Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin,
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Pada normalnya insulin akan
terikat reseptor kusus pada permukaan sel. Akibat terikatnya reseptor dengan insulin
maka terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin pada Diabetes Melitus tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel. Dengan demikian insulin tidak efektif untuk menstimulus dalam pengambilan
glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang lambat maka Diabetes Melitus
tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika pasien mengalami gejala tersebut bersifat
ringan dan mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuri, polidipsia, luka yang lama proses
penyembuhanya, infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosa sangat
tinggi) (Andra Saferi, 2013).
Diabetes Melitus dapat membuat gangguan/komplikasi melalui kerusakan pada
pembuluh darah diseluruh tubuh yang disebut juga dengan angiopati diabetik.
Penyakit ini bisa menjadi kronis dan dibagi menjadi gangguan pembuluh darah besar
(makrovaskuler) disebut dengan makroangiopati. dan pada pembuluh darah kecil
(mikrovaskuler) disebut dengan mikroangiopati. yang berefek terhadap saraf perifer
dan suplay faskuler gangguan pada pembuluh darah kecil dapat mengakibatkan
neuropati.
Pathway Diabetes Melitus
2.5 Manifestasi Klinik
c.1 Pengkajian
a. Biodata Klien dan penanggungjawab (nama, usia, jenis kelamin, agama,
alamat
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya klien dirawat dirumah sakit dengan keluhan sakit kepala, demam,
nyeri dan juga pusing
Biasanya klien mengeluh kepala terasa sakit, demam,nyeri dan juga pusing,
berat badan berkurang, klien mengalami mual, muntah dan anoreksia, klien
merasa sakit diperut dan juga diare, klien mengeluh nyeri otot.
5) Riwayat imunisasi
7) Pemeriksaan Fisik
1. Pengkajian umum
Suhu : 34,7-37,3 0C
Pemeriksaan mulai dari kepala, mata, hidung, telinga, mulut dan leher. Kaji
kesimetrisan, edema, lesi, maupun gangguan pada ndera
f) Pemeriksaan dada
1) Paru-paru
hipersonor, timpani)
2) Jantung
h) Pemeriksaan ekstremitas
Kaji warna kulit, edema, kemampuan gerakan dan adanya alat bantu.
Secara prinsip, diagnosa keperawatan lebih kepada suatu penyataan yang jelas
mengenai status kesehatan atau masalah aktual atau resiko dalam rangka
mengidenstifikasi dan menentukan intervensi 16 keperawatan untuk mengurangi,
menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung
jawabnya. Adapun tujuan diagnosa keperawatan adalah memberikan bahasa yang
mudah dipahami oleh perawat sehingga terbentuk jalan informasi serta
persamaan presepsi dan meningkatkan identifikasi tujuan yang tepat sehingga
pemilihan intervensi lebih tepat dan menjadi pedoman dalam melakukan evaluasi
(Mufidaturrohman, 2017)
c.4