Anda di halaman 1dari 42

MECHANICAL ENGINEERING 18

PRAKTIKUM FENOMENA DASAR

STREES ANALYSIS

DI Kerjakan Oleh :

ARIF RAHMAN HAKIM

F33118042

KELOMPOK: 7

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK MESIN (S-1)

UNIVERSITAS TADULAKO

\
\
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Analisa struktur merupakan ilmu untuk menenttukan efek dan beban


pada struktur fisik dan struktur mekanik dan komponennya. Adapun
penerapannya meliputi analisa bangunan, jembatan, perkakas, mesin,
tanah dll. Analisa struktur menggabungkan mekanika teknik, teknik
material dan matematika teknik untuk menghitung deformasi struktur,
kekuatan internal, tekanan reaksi tumpuan, percepatan, dan lain-lain.
Analisa tersebut digunakan untuk memfrifikasi kekuatan struktur yang
akan dibangun maupun yang telah dibangun.

Suatu struktur dibuat dengan tujuan antara lain untuk memikul


beban, akibat beban struktur akan memberikan respon yang dapat berupa
reaksi tumpuan, regangan, dan tegangan serta perubahan bentuk
(deformasi). Respon dari struktur sangat bergantung pada bentuk
geometri. Oleh karena itu pemahaman tentang sifat-sifat bahan sangat
diperlukan agar struktur dapat dirancangkan dengan baik, aman, dapat
berfungsi selama waktu yang telah ditentukan dan ekonomis.

Pengetahuan tentang sifat-sifat bahan terutama sifat mekanik yang


umum dapat diperoleh dari eksperimen yang didukung oleh teori-teori.
Struktur pelat sering dijumpai sebagai dinding penghubung rangka.
Selubung atau cangkang dari pesawat terbang, dinding dari alas pada
kapal, body pada mobil merupakan contoh dari beberapa struktur plat.
Plat tersebut efektif dalam menahan beban dan gaya keluar. Didalam
kenyataannya plat merupakan struktur pokok dalam bidang konstruksi
rancang bangun.

Plat adalah struktur bidang datar dengan permukaan lurus dan


ketebalan yang jauh lebih kecil bisa dikatakan 2 dimensi yang membuat

\
berat keuntungan. Dengan memiliki struktur dan kegunaan istimewa ini
tidak mengkeraskan apa bila perancangan dan disigner struktur lebih
leluasa berexperimen memanfaatkan perancangan struktur plat dalam
bentuk apapun.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Memahami tegangan dan regangan dari suatu bahan.


2. Memahami sifat elastis dari benda padat.
3. Memahami kekuatan bahan melalui pemahaman dan pendalaman
analisa tegangan dan regangan.
4. Memahami bagaimanah menganalisa kekuatan dan besar lendutan
pada suatu kontruksi rangka.
5. Memahami bagaima cara menghitung kekuatan pada rangka
jembatan.

1.3. Manfaat

1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengoprasian alat uji struktur


stress analizer (SAA) 1000
2. Mahasiswa dapat mengetahui besar lendutan mekanisme pada
spesimen uji.
3. Mahasiswaa dapat mengetahui langkah untuk menganalisis
kekuatan pada suatu konstruksi rangka.
4. Mahasiswa dapat merancang jembatan sederhana.

\
BAB II

TEORI DASAR

2.1. Konsep dasar struktur

Beberapa konsep dasar agar suatu struktur dapat berfungsi harus


memenuhi syarat-syarat berikut:

1. Kekuatan ( strenght )

Salah satu respon struktur akobat beban luar adalah terjadinya


tegangan, dalam perancangan tegangan tersebut harus dibatasi
sehingga tidak melampaui nilai tertentu misalnya tegangan ini
dinamakan perancangan berdasarkan kekuatan ( design for strenght ).

2. Kekakuan ( stiffness )

Dalam sebuah struktur biasanya terjadi perubahan bentuk atau


deformasi, misalnya balok yang terkena beban akan melendut.
Perancangan berdasarkan kekuatan ( design for stiffness ).

3. Stabilitas ( stability )

Selain persyaratan diatas struktur dan bagian-bagiannya harus


stabil dimana tidak akan terjadi keruntuhan yang mendadak yang
menyebabkan stabilitas secara keseluruhan tergantung. Perancangan
berdasarkan stabilitas ini disebut ( design for stability )

4. Tegangan ( stress )

Setiap material adalah elastis pada keadaan alaminya karena itu


jika gaya luar bekerja pada benda maka benda tersebut mengalami
deformasi molekulnya akan membentuk tahanan terhadap deformasi.
Inilah yang dikenal dengan istilah tegangan secara otomatis. tegangan
dapat ditemukan dengan .

\
F
σ=
A

Dimana: F = beban atau gaya ( N )

A = luas penampang ( m2 )

σ = tegangan

2.2. Tegangan berdasarkan gaya

a) Tegangan normal

Tegangan normal terjadi akibat adanya reaksi yang diberikan pada


benda. Jika gaya dalam diukur dengan H. Sedangkan luas penampang
N
dalam m2 maka satuan tegangan adalah 2.
m

Gambar 2.1. Tegangan normal

b). Tegangan tangansional

Tegangan tangansional terbagi 2 yaitu:

1. Tegangan puntir

Tegangan puntir sering terjadi pada proses gigi dan batang-


batang torsi pada mobil saat melakukan pengukuran.

\
Gambar 2.2. Tegangan punter

2. Tegangan geser

Tegangan geser terjadi jika suatu benda kerja dengan gaya


yang berlawanan arah tegak lurus dengan sumbuh batang tidak
segaris gaya namun pada penampang tidak terjadi momen.
Tegangan ini banyak terjadi pada konstruksi, misalnya sambungan
keling, gunting, dan sambungan baut.

Gambar 2.3. Tegangan geser

2.3. Tegangan berdasarkan jenis pembebanan


a. Tegangan tarik

Tegangan tarik pada umumnya terjadi pada rantai tali, paku


keling dan lain-lain. Rantai yang diberi beban ( W ) akan mengalami
tegangan yang besarnya tergantung pada beratnya.

\
Gambar 2.4. tegangan tarik

b. Tegangan tekan

Bila suatu batang diberi gaya ( F ) yang saling berlawanan dan


tertekan pada suatu garis gaya. Misalnya terjadi pada tiang
bangunan yang belum mengalami lekukan, proses sepeda dan
batang torak.

Gambar 2.5 Tegangan tekan

c. Tegangan lengkungan

Tegangan lengkungan yang diakibatkan adanya gaya yang


mampu pada titik tegangan suatu beban sehingga memberikan

\
kesan pada benda tersebut melengkung. Cerita tentang lengkungan
yang terjadi pada rocer ARM.

Gambar 2.6 Tegangan lengkung

2.4. Regangan ( strain )


Regangan adalah perbandingan antara pertambahan panjang (∆L)
terhadap panjang mula-mula ( L ) regangan dinotasikan dengan Ԑ dan
tidak mempunyai satuan.
Sebagai contoh benda yang menggantungkan pada tali akan
menimbulkan gaya tarik pada tali, sehingga tali memberikan perlawanan
berupa gaya dengan yang sebanding dengan beban yang dipikulnya
( gaya aksi reaksi ). Respon dari perlawanan tali terhadap beban yang
bekerja padanya akan mengakibatkan tali memegang sekaligus juga
meregang sebagai crek terjadinya pergeseran internal ditingkatkan pada
atom-atom pada partikel-partikel yang menyusun tali, sehingga tali
mengalami pertambahan panjang.

Perhitungan panjang
Regangan (Ԑ) dapat dinyatakan degan

∆L
Ԑ=
L
Dimana:
∆L= pertambahan panjang ( m )

\
L = panjang mula-mula ( m )
Ԑ = regangan

2.5. Modulus elastisitas


Kebanyakan benda dalam elastis sampai kesuatu gaya yang tertentu
besarnya yang dinamakan gaya elastis jika gaya dikerjakan / diberikan
pada benda lebih kecil batas elastisitasnya benda akan kembali kebentuk
semula jika gaya dihilangkan, tetapi jika gaya diberikan melampaui batas
elastis maka benda tidak akan kembali kebentuk semula, melainkan
secara permanen berubah bentuk.
Modulus young atau modulus elastisitas dapat dirumuskan sebagai
berikut.

σ
E=
Ԑ

Dimana:

= regangan

σ = tegangan

N
E = modulus young / moduus elastisitas ( )
m

Gambar 2.7 diagram tegangan vs regangan

\
2.6. Hukum hooke
Hukum hooke berbunyi jika gaya tarik tedak melampaui batas elastis
pegas, maka pertambahan panjang akan sebanding dengan gaya tariknya.
Pernyataan ini dikemukakan oleh Robert Hoekc seorang arsitektur yang
ditugaskan membangun kembali gedung-gedung di london yang
mengalami kebakaran pada tahun 1666. Oleh karena itu pernyataan ini
dikenal sebagai hukum hooke.
Lewat perumusan matematis hukum hooke dapat digambarkan
sebagai berikut :

F = -K – X
Dimana:
F = gaya
N
K = konstanta pegas ( )
m
X = pergerakan pegas dari posisi normal ( m )
2.7. Defleksi

Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat


adanya yang pada balok atau batang. Deformasi pada balok secara sangat
mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari posisinya sebelum
mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke
posisi netral setelah terjadi deformasi.

Berbagai metode perhitungan defleksi (Lendutan Batang) tersedia.


Meskipun pada dasarnya mempergunakan prinsip yang sama, tetapi teknik
dan sasaran masing-masing metode berbeda.

Hal-hal yang mempengaruhi defleksi yaitu:

1. Kekakuan batang

\
Semakin kaku sebuah batang maka semakin kecil lendutan batang
yang akan terjadi.
2. Besar kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus
dengan besarnya defleksi yang terjadi.
3. Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda,
oleh karena itu besarnya defleksi pada jenis tumpuan yang berbeda
tidaklah sama.
4. Jenis beban yang terjadi pada batang, jenis beban yang berbeda
tentunya akan menghasilkan besar defleksi yang berbeda-beda
pula.

2.8. Jenis-jenis tumpuan


1. Tumpuan engsel

Tumpuan engsel adalah tumpuan yang dapat menahan gaya


horizontal disamping gaya vertical yang bekerja padanya.

Gambar 2.8. Tumpuan Engsel

2. Tumpuan roll

Tumpuan rol adalah tumpuan yang bias menahan komponen gaya


vertikal yang bekerja padanya.

\
Gambar 2.9. Tumpual Rol
3. Tumpuan jepit (fixed support)

Tumpuan jepit adalah tumpuan yang dapat menahan momen dari


gaya dalam arah vertikal maupun horizontal.

Gambar 2.10. Tumpuan Jepit

2.9. Jenis-jenis pembebanan

Salah faktor yang mempengaruhi besarnya defleksi pada batang


yang dibebani adalah jenis beban yang diberikan kepadanya. Adapun
jenis-jenis pembebanan yaitu:

1. Beban terpusat (consentrated atau point load)

Beban berpusat ini titik kerja gaya pada batang dapat dianggap
berupa titik karena luas kontaknya sangat kecil.

Gambar 2.11. Beban terpusat

2. Beban terbagi rata (uniformly distributed load)

Disebut beban terbagi rata karena terbagi merata disepanjang


batang dinyatakan dalam q (kg/m atau kN/m).

\
Gambar 2.12. Beban terbagi rata
3. Beban bervariasi uniform

Disebut beban bervariasi uniform karena beban sepanjang batang


besarnya tidak merata.

Gambar 2.13. Beban bervariasi Uniform

2.10. Jenis-jenis batang


1. Batang tumpuan sederhana atau batang sederhana (simply support
beam)

Merupakan batang dimana batang bertumpu bebas di atas


tumpuan kedua ujungnya.

Gambar 2.14. Batang tumpuan sederhana

2. Batang kantilever (cantilever beam)

Merupakan batang yang ditumpu secara kaku pada salah satu


ujung yang lainnya bergantung bebas.

\
Gambar 2.15. Batang kantilever

3. Batang tergantung (overhanging beam)

Merupakan batnag dimana salah satu ujungnya dipegang secara


kaku (dijepit) dan pada bagian lainnya dari batang yang ditumpu
bebas dimana batang dibangun melewati tumpuan.

Gambar 2.16. Batang tergantuna

4. Batang menerus (continous beam)

Merupakan batang dimana batang ditumpu lebih dari dua tumpuan


pada sepanjang batang.

Gambar 2.17 Batang Menerus


2.11. Truss ( rangka batang )
1. Definisi rangka batang

Rangka batang merupakan salah satu jenis umum dan struktur


teknik misalnya perancangan jembatan dan bangunan. Truss terdiri
dari batang dan sambunga ( sendi ) struktur yang sebenarnyaa

\
dibentuk dari beberapa truss yang dihubungkan bersama membentuk
kerangka ruang. Masing-masing truss dirancang untuk menumpu
beban yang bereaksi pada bidangnya, sehingga dapat diperlakukan
sebagai struktur 2 dimensi.

Gambar 2.18 Contoh rangka batang

Pada umumnya bagian-bagian truss berbentuk batang dan hanya


bisa mendukung beban dalam arah literal. Ini berarti semua beban
harus diterapkan pada berbagai sambungannya dan bukan langsung
pada bagiab-bagiannya. Bila suatu beban terpusat diterapkan antara
dua sambungan atau bila beban terdistribusi harus didukung oleh truss
itu.

2. Gaya dalam dan gaya luar

Gaya yang beraksi pada benda tegak dapat dibagi menjadi 2


kelompok, yaitu:

a. Gaya luar

Gaya luar yang menyatakan aksi dari benda lain pada benda
yang sedang dibahas. Gaya-gaya itu menentukan perilaku luar
( eksternal ) benda tegar tersebut. Gaya itu dapat menyebabkan
benda bergerak atau diam.

b. Gaya dalam

Gaya dalam adalah gaya yang memikat semua partikel yang


membentuk benda tegar itu. Jika benda itu beberapa bagian gaya
yang memikat benda tersebut disebut gaya dalam.

\
Gambar 2.18. Contoh gaya dalam

Besar gaya F tidak tergantung pada lokss C dan disebut


sebagai dalam bagian AB. Dalam kasus bertambah panjang dengan
beraksinya gaya dalam. Dalam gambar dalam keadaan tertekan
akan bertambah pendek dengan beraksinya gaya dalam.

Gambar 2.19 contoh gaya dalam

Dari gambar 2.19 (d) jelas terlihat bahwa aksi dari gaya
dalam pada bagian AD adalah tidak terbatas dalam memproduksi
keadaan tegangan tarik atau tekan.

Seperti dalam kasus bagian dua gaya lurus, gaya dalam juga
menghasilkan gesekan (stear) dan lenturan (bending) gaya F

\
disebut gaya poros, gaya V disebut gaya geseram, dan momen (m)
dan kopel dikenal sebagai momen pelenturan pada J.

3. Analisis rangka batang dengan metode sambungan

Kita lihat pada gambar 2.18, bahwa trus dapat dipandang sebagai
kelompok pin bagian dua gaya diagram benda bebas pada gambar
dapat diperlihatkan pada gambar 2.20 berikut.

Gambar 2.20 diagram benda bebas

Gambar 2.21 tabel poligon untuk tiap titik

\
Gambar 2.22 diagram maxwell

Prinsip utama yang mendasari penggunaan rangka batang sebagai


pemikul beban adalah penyusun elemen menjadi konfigurasi segitiga yang
menghasilkan bentuk stabil

Setiap deformasi yang terjadi pada struktur stabil relatif kecil dan di
kaitkan dengan perubahan panjang batang yang di akibatkan oleh gaya
yang timbul di dalam batang sebagai akibat dari gaya eksternal.

Gambar 2.23 Struktur rangka batang (Truss)

Sudut yang terbentuk di antara dua batang tidak akan berubah


apabila struktur stabil tersebut dibebani.

Gambar 2.24 gaya batang

\
Gaya batang eksternal menyebabkan timbulnya gaya pada batang-
batang struktur bentuk stabil. Gaya-gaya yang timbul pada struktur
tersebut adalah gaya tarik murni atau tekan murni

Gambar 2.25 gaya tarik tekan batang

4. Gaya batang
a. Analisis kualitatif

Prilaku gaya-gaya dalam setiap batang pada rangka batang dapat


di tentukan dengan menerapkan persamaan dasar keseimbangan.
Akan tetapi untuk konfigurasi rangka batang sederhana, sifat gaya
tersebut (Tarik ,Tekan, Nol) dapat ditentukan dengan menerapkan
beberapa teknik akan berguna dalam memberikan gambaran mengenai
bagaimana rangka batang tersebut penimbul bebean. Salah satunya
adalah dengan menggambarkan bentuk deformasinya.

\
Gambar 2.26 rangka batang (A)

Gambar 2.27 gaya rangka batang (A)

b. Stabilitas
Langkah pertama pada analisis rangka batang adalah menentukan
apakah rangka batang ini mempunyai konfigurasi stabil atau tidak.
Secara umum setiap rangka batang yang merupakan suatu susunan
bentuk dasar segitiga merupakan struktur yang stabil. Pada suatu
rangka batang kita dapat menggunakan batang melebihi jumlah
minimum yang diperlukan untuk ke stabilan batang tersebut.
Daerah yang bukan segitiga pada rangka batang akan sangat
berubah bentuk apabila mengalami suatu kondisi pembebanan, yang
dapat mengakibatkan terjadinya keruntuhan rangka batang tersebut.

Gambar 2.28 pembebanan batang

Penting untuk menentukan apakah konfigurasi batang stabil atau


tidak stabil, hal itu yang tidak berlebihan karna dapat membahayakan.
Keruntuhan total dapat terjadi kalau strukturlah stabil dibebani. Sebagai
alat bantu dalam menentukan kestabilan rangka batang bidang,

\
digunakan persamaan yang menghubungkan banyak titik hubung pada
rangka batang dengan batang yang di perlukan untuk kestabilan.

Suatu segitiga plemar batang dasar mempunyai 3 batang (n=3)


dan tiga titik hubung (j=3) penambahan satu titik hubung antar tiga
batang tersebut memerlukan 2 batang lagi.

Gambar 2.29 gaya batang

Rangka batang dengan satu atau lebih konfigurasi bahan segitiga


dapat saja merupakan struktur yang stabil. Pada gambar di samping
terlihat struktur rangka batang ini terdiri dari sekumpulan pola batang segi
tiga yang di hubungkan hingga berpola bukan segitiga, tapi masih
merupakan struktur yang stabil.

Pada pola batang seluruh segitiga merupakan struktur kerangka


batang yang stabil. Perhatikan rangka batang ini mempunyai 6 titik
hubung sehingga harus ada Sembilan batang ini adalah jumlah batang
minimum yang diperlukan agar rangka batang itu memang mempunyai 9
batang maka konfigurasi tersebut dapat di katakana stabil.

\
Gambar 2.30 rangka batang

Aspek lain tentang stabilitas, konfigurasi rangka batang dapat


menahan beban lateral atau menstabilakan struktur terhadap beban
lateral. Cara mudah untuk itu adalah menggunakan batang-batang kaku.
Pada kasus tertentu kabel dapat menggantikan batang apabila gaya yang
harus dipikul oleh kabel adalah beban tarik saja. Karena elemen kabel
akan melengkung jika terkena gaya tekan.

Gambar 2.31 Elemen kabel melengkung diberikan pembebanan

Menempatkan kabel antara titik B dan D tidak akan berguna dalam


mencegah runtuhnya struktur karena kedua titik itu akan saling
mendekati. Suatu kabel yang terletak di antara kedua titik tersebut hanya
akan memenuhi.

Gambar 2.32 Elemen kaku

Suatau elemen kaku yang di letakan diantara titik A dan C berfungsi


sama dengan kabel, gaya tarik yang akan bekerja pada elemen ini.

\
Gambar 2.33 Gaya tarik kabel

Suatu kabel yang di letakan di antara titik A dan C akan mempunyai


gaya tarik karena kabel tersebut menahan kelengkungan titik A dan C
yang saling menjauh.

Gambar 2.34 Gaya tarik kabel di berikan beban

Untuk menstabilkan struktur terhadap beban-beban dari kedua


arah dengan menggunakan kabel perlu digunakan system kabel silang,
pada salah satu pembebanan, salah satu kabel berfungsi menstabilkan
struktur, sementara yang lain tidak.

Gambar 2.35 gaya elemen kaku bersilang

Elemen-elemen kakau yang bersilang dapat juga digunakan, tetapi


hal it menimbulkan elemen yang tidak perlu sebenarnya diagonal sudah
dapat menstabilkan pembebanan dari kedua arah.

\
Gambar 2.36 bentuk perubahan struktur yang terhubung sendi tanpa
diagonal.

Bentuk perubahan dari struktur yang terhubung tampa diagonal.


Jarak antara titik A dan C cenderung menjauh dan jarak antara D dan C
cenderung mendekat.

Ada banyak aspek dalam desain rangka batang antara laian


berkonfigurasi eksternal, pola segitiga, pemulihan material dan desain
elemen (batang). Kriteria yang digunakan untuk merancang dapat juga
bervariasi. Tujuan efisiensi struktural bias digunakan dan diwujudkan
dalam desain yang bertujuan meminimalkan jumlah beban yang
digunakan dalam rangka batang untuk memikul pembebana pada batang
yang ditentukan berdasarkan tujuan tersebut.

Konfigurasi eksternal selalu berubah-ubah begitu pula pola


internalnya. Konfigurasi ini di pengaruhi baik oleh faktor eksternal tinjauan
struktural, maupun konstruksi . konfigurasi yang satu bangunan untuk
satu tujuan, dan konfigurasi yang lain berguna untuk mencapai tujuaan
yang lain. Misalnya untuk persyaratan panjang batang dan atau kondisi
pembebanan tertentu.

Faktor eksternal bukan merupakan hal utama tetapi hal ini perlu di
perhatikan karena dapat mempengaruhi konfigurasi rangka batang.
Sebagai contohnya, jenis rangka batang pratt dan bowe sangat di
pengaruhi oleh faktor eksternal. Begitu juga masuk melalui atap, rangka
batang sissors sering digunakan untuk memperbesar ruangan yang ada di
bawahnya. Rangka batang dengan bentuk-bentuk lain bias saja di

\
gantikan, akan tetapi hal ini tidak berarti bahwa bentuk tersebutakan akan
efisien akan lebih menarik dari pada tinjauan struktural atau konstansi.

Gambar 2.37 rangka batang pratt

Gambar 2.38 rangka batang bowe

Gambar 2.39 rangka batang northlight

\
Gambar 2.40 rangka batang sissors

Tujuan struktural maupun konstruksi cara yang berguna untuk


membahas kedua konfigurasi tersebut adalah dengan meninjau momen
dan gaya geser eksternal yang umum pada system kerangka batang
sebagai respon-respon terhadap momen dan gaya eksternal. Momen
lentur terbesar pada umumnya di tengah rangka batang yang di tempa
sederhana yang di bebani merata dan mengalir semakin ke tengah,
batang-batang tepi atas dan bawah pada umumnya memikul momen.

Gambar 2.41 diagram dan gaya-gaya rangka batang

Gaya-gaya yang timbul pada batang tepi sebanding dengan besar


momen yang ada dan berbanding terbalik dengan struktur. Secara umum
M eksternal = cd = Td dengan C dan T adalah gaya internal horizontal
total yang ada dan D adalah tinggi dari rangka batang , gaya geser
eksternal di tahan oleh komponen vertiher dari elemen diagonal.

Rangka batang dapat di buat stabil untuk kondisipembebanan yang


baru dengan menggunakan batang yang mampu memikul gaya tekan
bukan dengan kabel. Alternative lain untuk rangka batang pada gambar di

\
bawah ini pembebanan kabel yang menyilang dapat menstabilkan
struktur batang.

Rangka batang yang mempunyai diagonal tarik dan sebuah batang


vertikal mengalami tekanan.

Gambar 2.42 penggunaan kabel pada rangka batang

Penggunaan kabel pada rangka batang di atas distribusi gaya pada


rangka batang berbatang tapi sejajar dan mempunyai diagonal kaku yang
mampu memikul gaya tarik dan tekan.

\
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan bahan

a) Alat yang digunakan

Gambar 3.1 mesin stuctural stress analizer

\
Gambar 3.2 gergaji besi
b) Bahan yang digunakan

Gambar 3.3 lem kayu

Gambar 3.4 Kayu daerah

3.2 Prosedur pengujian


1. Nyalakan komputer dan buka aplikasi structural stress
analisis
2. Sambungkan perangkat komputer serta alat uji SSA 1000
kesumber listerik
3. Buka penutup alat uji SSA 1000 lalu pasang sepesimen uji
kealat uji kemudian dijepit pada penekan yang ada pada alat
uji dan pastikan akar tidak longgar, setelah siap pastikan
tutup kembali penutup alat uji
4. Posisikan besi penekan ditengah-tengah jembatan
5. Buka software SSA1000 pada perangkat komputer
6. Klik start pada aplikasi

\
7. Saat mesin sedang beroprasi harap jangan mengganggu
sistem kerja yang sedang berlangsung
8. Jika kekuatan jembatan sudah sampai batas maksimum
tekan tombol home pada aplikasi
9. Simpan data hasil pengujian yang telah diperoleh dalam
bentuk file
10. Lalu kembalikan penahan pada alat uji pada posisi semula
11. Setelah penekan kembali keposisi semula buka penutup alat
uji dan keluarkan spesimen yang telah diuji.

\
\
\
\
\
\
\
\
BAB V

PEMBAHASAN

Dalam diagram benda bebas (DBB) Konstruksi rangka pada


tumpuan Jepit-roll yang memiliki Panjang 24 cm dan diberikan beban
1000 N maka pada batang AB mengalami gaya berat pada beban yang
diberikan. Batang AB juga memiliki gaya dalam menghasilkan gesekan dan
lenturan

Pembebanan pada batang Tekan membuat perubahan bentuk


(Defleksi). Besarnya defleksi berbeda-beda berdasarkan jenis tumpuan
yang digunakan. Jenis tumpuan yang digunakan adalah jepit engsel
dengan gaya horizontal sebesar 500N dan untuk vertical 500N

\
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari hasil defleksi terhadap batang baja dengan variasi beban dan
tumpuan dapat di tarik kesimpulan yaitu:

1. Defleksi yang terjadi pada batang berbanding lurus terhadap


besarnya beban yang di berikan.
2. Semakin jauh jarak antara beban dengan tumpuan maka
defleksinya akan semakin besar.
3. Besar reaksi pada tumpuan berbanding lurus terhadap
pembebanan.

6.2 Saran

Pada saat melakukan pengujian di harapkan untuk selalu mengikuti


prosedur pengujian yabg telah di tentukan dan sebelum pengujian
periksalah alat ukur sebelum di gunakan.Pastikan alat ukur yang
digunakan (DIAL GAUGE) terpasang dengan baik,agar meminimalisir
kesalahan dalam pengambilan data

\
\

Anda mungkin juga menyukai