Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

DASAR PRODUKSI RUMINANSIA PERAH

Oleh:
HASNY ACHMADI SYAFAR
202010350311062

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Hasny Achmadi Syafar


NIM : 202010350311062
Jurusan : Peternakan
Fakultas : Pertanian - Peternakan
Mata Praktikum : Dasar Produksi Ruminansia Perah.

Laporan Praktikum ini telah diterima sebagai persyaratan untuk mengikuti


ujian akhir praktikum pada program studi Dasar Produksi Ruminansia Perah
Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.

Asisten I Asisten II Asisten III


Alvan Raffa Adyatma Alvin Raffi Adyatma Ari Ardiansyah

201910350311039 201910350311027 201910350311047

Mengetahui : Malang, 20 Juni 2022


Kepala, Instruktur Praktikum
Laboratorium Peternakan

Bayu Etti Tri Adiyastiti, S.Pt.,M.Sc. Ir.Ali Mahmud, S.Pt., M.Pt


NIP: 10517090613 NIP: 190924011984

i
KATA PENGANTAR

Assalamamualaikum Wr. Wb.


Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan
hidayah-Nya dan juga kesehatan akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Laporan Praktikum Dasar Produksi Ruminansia Perah dengan tepat
waktu. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Penyusunan Laporan Praktikum Dasar Produksi Ruminansia Perah ini
penulis telah memperoleh bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun
tidak langsung, maka melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terimakasih kepada:
1. Ketua Jurusan Peternakan Bayu Etti Tri Adiyastiti S.Pt., M.Sc atas
dukungan dan motivasinya.
2. Kepala Laboratorium Peternakan dan Nutrisi Apriliana Devi Anggraini
S.Pt., M.Sc. Atas dukungan dan motivasinya.
3. Instruktur Dasar Produksi Ruminansia Perah Ali Mahmud S.Pt., M.Pt.atas
bimbingan, motivasi, nasehat, dan semangat yang sangat berharga sejak
awal hingga terselesainya laporan praktikum ini.
4. Kakak – kakak asisten yang telah memberikan arahan dan ilmu yang
bermanfaat bagi penulis.
5. Semua pihak yang terlibat banyak membantu sehingga laporan praktikum
ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan
praktikum ini masih banyak kekurangan. Karena itu kritik dan saran dari pembaca
sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan laporan praktikum ini.
WassalamualaikumWr. Wb.

Malang, 20 Juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
2.1 Pemilihan Bibit Sapi Perah di Indonesia ...................................................... 3
2.2 Pengenalan jenis – jenis Kambing Perah ..................................................... 4
2.3 Penilaian Body Condition Score .................................................................. 5
2.4 Penilaian dan Bentuk Ambing Sapi Perah ................................................... 6
2.5 Fisiologis Sapi dan Kambing Perah ............................................................. 7
2.6 Struktur Anatomi Ambing ............................................................................ 8
2.7 Pengaruh Mikrolimat Terhadap Produksi Susu............................................ 9
2.8 Pengenalan Bahan Pakan Sapi Perah PFH ................................................. 10
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ............................................................. 12
3.1 Waktu dan Tempat ..................................................................................... 12
3.1.1 Pemilihan Bibit Sapi Perah di Indonesia .............................................. 12
3.1.2 Pengenalan Jenis–Jenis Kambing Perah ............................................... 12
3.1.3 PenilaianBodyConditionScore ............................................................. 12
3.1.4 PenilaiandanBentukAmbingSapiPerah ................................................ 12
3.1.5 FisiologisSapi dan Kambing Perah…………………….……………..12
3.1.6 Struktur Anatomi Ambing.................................................................... 12
3.1.7 Pengaruh Mikrolimat Terhadap Produksi Susu ................................... 12
3.1.8 Pengenalan Bahan Pakan Sapi Perah PFH ........................................... 13
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................... 13
3.2.1 Alat ........................................................................................................ 13
3.2.2 Bahan ..................................................................................................... 13
3.3 Prosedur Praktikum .................................................................................... 13
3.3.1 Pemilihan Bibit Sapi Perah di Indonesia ................................................ 13
3.3.2 Pengenalan jenis – jenis Kambing Perah ............................................... 14
3.3.3 Penilaian Body Condition Score ............................................................ 14
3.3.4 Penilaian dan Bentuk Ambing Sapi Perah ............................................. 14
3.3.5 Fisiologis Sapi dan Kambing Perah ....................................................... 15
3.3.6 Struktur Anatomi Ambing ..................................................................... 16
3.3.7 Pengaruh Mikrolimat Terhadap Produksi Susu ..................................... 16
3.3.8 Pengenalan Bahan Pakan Sapi Perah PFH ............................................. 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 18

iii
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 19
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 19
5.2 Saran ........................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20
LAMPIRAN .......................................................................................................... 22

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan usaha sapi perah di Indonesia terus meningkat
dari tahun ke tahun, salah satunya akibat peningkatan permintaan
susu dan daging. Peningkatan permintaan ini sejalan dengan meningkatnya
jumlah penduduk. Ternak ruminansia yang dapat mendukung
pemenuhan kebutuhan akan bahan pangan bergizi tinggi berupa susu
yaitu sapi perah.
Ternak perah merupakan ternak yang menghasilkan susu melebihi
kebutuhan konsumsi susu anak-anak sapi. Salah satu jenis sapi perah yang
telah beradaptasi di Indonesia yang merupakan negara tropis yaitu sapi
Peranakan Fries Holland (PFH). Produktivitas Sapi PFH dipengaruhi kondisi
fisiologi ternak serta kondisi fisiologi lingkungan yang mampu
mempengaruhi kenyamanan ternak. Perkandangan dan manajemen pemberian
pakan juga akan mempengaruhi produktivitas sapi PFH. Tingkat produktifitas
susu dapat diketahui dari jumlah produksi susu per hari dan kualitas dari susu
itu sendiri salah satunya yaitu berat jenis susu dan tingkat kesegaran susu.
Recording sangat penting untuk dilakukan untuk mengetahui umur sapi,
riwayat laktasi, kering kandang, riwayat kesehatan dan produksi susu sapi
perah.
Tujuan dari praktikum Dasar Produksi Ruminansia Perah adalah untuk
mengetahui cara memilih bibit sapi perah di Indonesia, mengenal jenis-jenis
kambing perah, penilaian body condition score, penilaian dan bentuk ambing
sapi perah, fisiologis sapi dan kambing perah, struktur anatomi ambing,
pengaruh mikrolimat terhadap produksi susu, pengenalan bahan pakan sapi
perah PFH. Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan mampu melakukan
pengukuran dan mengetahui pengaruh serta hubungan fisiologis ternak,
recording ternak, struktur anatomi ambing, pengaruh mikrolimat terhadap
produksi susu, dan manajemen pemberian pakan dan sisitem perkandangan
yang baik.

1
1.2 Tujuan
1. Mengetahui pemilihan bibit sapi perah unggul
2. Mengetahui jenis-jenis kambing perah
3. Mengetahui BCS untuk mengevaluasi nutrisi
4. Mengetahui ukuran volume ambing
5. Mengetahui kondisi fisiologis tubuh sapi perah.
6. Mengetahui struktur ambing
7. Mengetahui pengaruh mikrolimat dalam susu
8. Mengetahui bahan pakan yang sesui bagi sapi perah

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemilihan Bibit Sapi Perah di Indonesia


Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan budidaya
sapi perah yang saling terkait satu sama lain diantaranya pemeliharaan, pakan dan
pembibitan.Pemeliharan dan pakan yang baik tentu akan meghasilkan produksi
yang baik dengan didukung pembibitan yang baik pula. Bibit sapi yang baik
sangat penting untuk diperhatikan ketika akan melakukan budidaya sapi perah.
Pemilihan bibit sapi perah meliputi pemilihan bibit dara yang nantinya akan
menghasilkan produksi susu dan pemilihan bibit pejantan. (Nurdin & Andri 2012
dalam jurnal Amam & Soetriono, 2020) menyebutkan bahwa salah satu ancaman
dalam melakukan pembibitan sapi perah ialah persaingan dengan industri
pembibitan sapi perah multinasional.
Pemilihan bibit sapi perah yang baik dapat terjadi jika sumber daya teknologi
sudah diterapkan oleh peternak untuk menentukan bibit yang bagus. Menurut
(Cookson & Stirk, 2019) Sumber daya teknologi peternak sapi perah ialah sumber
daya yang dapat diakses peternak sapi perah yang berkaitan dengan adopsi,
inovasi, dan implikasi teknologi. Jenis sumber daya teknologi meliputi: pemilihan
indukan, pakan, kesehatan ternak, perkandangan, pemasaran susu, dan teknologi
peningkatan produksi susu.
Pengembangan tekologi dalam memilih bibit sapi perah perlu digiatkan untuk
meningkatkan produksi susu yang optimal. Menurut (Aisyah, 2013)
Pengembangan dan peningkatan usaha peternakan sapi perah perlu dilakukan
dengan mencapai efisiensi dalam produksi sehingga usaha dapat memberikan
keuntungan, salah satu cara untuk mencapai efisiensi dalam produksi adalah
dengan penggunaan input-input produksi secara optimal. Pengembangan usaha
peternakan sapi perah dirasakan sangat perlu agar produksi susu dapat memenuhi
permintaan domestik yang masih tinggi yang selama ini dipenuhi dengan jalan
impor. Peningkatan produktivitas ternak sapi perah untuk menghasilkan susu ini
akan memberikan keuntungan bagi peternak terutama dalam peningkatan
pendapatan peternak dan kontinuitas usaha.

3
2.2 Pengenalan jenis – jenis Kambing Perah
Kambing perah di dunia dikelompokkan berdasarkan daerah asalnya,
sifatsifat produksinya, dan karakteristiknya sebagai penghasil susu. Beberapa jenis
kambing perah yang banyak dikembangkan di dunia antara lain kambing etawa
dari Indonesia, kambing alpin, toggenburg, dan saanen dari Swiss, kambing anglo
Nubian dari Afrika. Salah satu jenis yang dipelihara adalah kambing saanen dan
sapera. Kambing saanen adalah ternak penghasil susu cukup tinggi 3
liter/ekor/hari yang berasal dari wilayah subtropis dengan ciri bulu pendek
berwarna putih, hidungnya lurus dan muka berupa segi tiga, berekor tipis dan
pendek, jantan dan betina bertanduk. Sedangkan Kambing sapera adalah ternak
hasil persilangan antara jenis kambing saanen dengan kambing peranakan ettawa
dengan produksi susu mencapai 2 liter/ekor/hari dengan ciri warna putih atau
cream polos, muka datar, telinga sedang dan tanduk kecilnya kecil (Rusdiana et
al., 2015 dalam jurnal Christi, R et al., 2021).
Kambing merupakan salah satu ternak yang cukup disenangi untuk
diternakkan. Hal ini karena dalam pemeliharaannya cukup mudah. Kambing
memiliki ukuran tubuh yang kecil sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat
yang besar dalam pemeliharaannya seperti sapi ataupun kerbau (Nugraha, 2021
dalam jurnal Ariyanto et al., 2021). menyampaikan bahwa Kambing Etawah
merupakan kambing yang familiar dikenal di Indonesia. Kambing ini merupakan
kambing yang berasal dari India yang dikenal dengan kambing Jamunapari.
Namun di Indonesia, kambing ini sudah tidak memiliki darah murni, karena sudah
disilangkan dengan kambing kacang yang merupakan kambing lokal Indonesia.
Sehingga saatnini disebut dengan kambing Peranakan Etawah (PE). Sedangkan
kambing Sapera merupakan kambing persilangan antara PE dan Saanen.
Kambing perah merupakan jenis ternak perah yang banyak dikembangkan di
Indonesia. Meskipun produksi susunya tidak setinggi sapi perah, peternak mulai
melirik usaha kambing perah karena faktor risiko yang lebih rendah dan kambing
perah dinilai lebih mampu beradaptasi terhadap iklim tropis di Indonesia. Jenis
kambing perah PE memiliki kemampuan adaptasi,pertumbuhan, dan produksi
susu yang baik sehingga banyak dipelihara sebagai ternak perah di Indonesia
(irwansyah, asbar, 2021). Pada ternak perah zona temperatur netral sangat

4
mempengaruhi kemampuan produksi susu. Batas kritis suhu maksimum pada
ternak perah berada pada kisaran 25-26ºC, sedangkan batas kritis suhu minimum
berkisar antara -16 hingga -37 ºC
2.3 Penilaian Body Condition Score
Produksi susu adalah bagian dari re-produksi karena mekanisme
pembentukan susu seperti mammogenesis, laktogenesis dan galaktopoesis terjadi
setelah sapi induk bereproduksi. Bobot badan juga berpengaruh terhadap
reproduksi ternak seperti kesuburan, kebuntingan, proses kelahiran dan laktasi.
Apabila ternak mempunyai bobot badan yang melebihi bobot badan yang ideal,
ternak tersebut akan mengalami penurunan produktivitas dan penyakit
metabolisme lainnya, sebaliknya apabila ternak memiliki bobot badan kurang dari
bobot badan ideal akan berdampak pada sistem reproduksinya (Budiawan et al,
2015 dalam jurnal Netika et al., 2019).
Penilaian BCS merupakan suatu metode penilaian kondisi tubuh ternak baik
secara visual (inspeksi) maupun dengan perabaan (palpasi) terhadap lemak tubuh
pada bagian tertentu. Produksi susu sapi perah dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah nilai BCS sapi perah tersebut. Nilai BCS dipengaruhi
oleh konsumsi pakan dan kemampuan tubuh ternak dalam menyerap nutrisi dari
pakan yang di berikan yang kemudian di ubah menjadi air susu. Produksi susu
berkaitan erat dengan kondisi tubuh. Nilai BCS dapat menggambarkan bobot
badan dan cadangan lemak yang digunakan sebagai sumber energi untuk
mengoptimalkan produktivitas selama periode pertumbuhan, kebuntingan dan
laktasi. Penaksiran bobot badan juga dilakukan sebagai alternatif untuk
mengetahui bobot badan ternak secara praktis. Ukuran-ukuran linear tubuh dapat
digunakan untuk menaksir bobot badan. (Dewi, 2015 dalam jurnal Aziz et al.,
2019).
Body Condition Score sangat penting untuk diteliti sebagai bahan seleksi
ternak dan prediksi produksi susu sapi perah. Pola perubahan BCS secara umum
akan menurun selama 2-3 bulan awal laktasi kemudian berlangsung pengembalian
kondisi sampai pertengahan laktasi. Body Condition Score (BCS) penilaian
terhadap penampilan kondisi lemak tubuh sampai tahap ke 5 untuk menjaga
kesehatan sapi perah, penilaian bersifat objektif menurut penglihatan dan palpasi

5
(Widiartika, 2019 dalam jurnal Kafi et al., 2022). Teknologi yang paling penting
memelihara kondisi gizi yang diharapkan pada masa laktasi dan usaha mencapai
puncak laktasi dan usaha dan reproduksi yang normal. BCS juga bisa digunakan
untuk mengevaluasi manajemen pemberian pakan dan membangun kondisi tubuh
ternak selama berproduksi, apabila saat laktasi BCS sapi ideal tercapai maka
produksi susu akan tinggi.

2.4 Penilaian dan Bentuk Ambing Sapi Perah


Sifat kualitatif dan kuantitatif sapi perah perlu diperhatika karena
berkaitan dengan mutu bibit dan produksi susu yang dihasilkan. Sifat
kuantitatif seperti ukuran tubuh ternak yang meliputi bobot badan, tinggi
pundak, lingkar dada, volume ambing, volume puting dan lain lain merupakan
sifat yang berkaitan dengan kemampuan produksi susu. Ambing merupakan
kelenjar yang berfungsi mengeluarkan susu untuk makanan anaknya setelah
lahir. Ambing tumbuh selama kebuntingan dan mulai mengeluarkan susu
setelah beranak. Ambing pada sapi perah terdiri dari empat 4 bagian
terpisah yaitu bagian depan dan belakang serta bagian kiri dan kanan. Ukuran
volume ambing pada setiap ternak berbeda-beda, ukuran ambing dipengaruhi
oleh umur ternak, masa laktasi, faktor genetik dan jumlah susu didalamnya
(Febriana et al., 2018dalam jurnal Damayanti et al., 2020).
Kenaikan volume ambing dan lama massage akan meningkatkan produksi
susu per satuan volume ambing dan per satuan lama massage. Massage yang
terlalu lama akan menimbulkan stres yang dapat meningkatkan hormon adrenalin
sehingga sekresi hormon oksitosin menjadi terganggu dan kadarnya menurun
bahkan berhenti (Habib et al., 2014). Hal ini berarti volume ambing dapat
digunakan untuk memprediksi produksi susu kambing perah, karena semakin
besar volume ambing maka produksi susunya semakin meningkat. Volume
ambing yang besar terdapat jumlah sel sekretorik yang banyak untuk
mensekresikan susu. Ambing yang besar secara visual volumenya juga besar
sehingga produksi susunya juga tinggi. Bentuk ambing yang besar, panjang dan

6
berjumbai produksi susunya lebih tinggi. Hal ini karena jumlah sel-sel sekretorik
di dalamnya juga akan semakin banyak untuk mensintesis susu yang dibentuk
oleh sel epitel dalam lumen alveoli
Produksi susu yang dihasilkan belum mampu memenuhi tingginya
permintaan masyarakat dan kualitas susu yang ditentukan oleh kandungan lemak,
protein dan laktosa yang merupakan nilai gizi utama dalam susu masih tergolong
rendah. Kualitas yang terkandung dalam susu sering dijadikan sebagai penentu
harga jual susu. Semakin tinggi kandungan kualitas susu maka susu akan memiliki
standar penjualan yang tinggi. Pakan merupakan faktor utama yang dapat
mempengaruhi produksi dan kualitas susu sehingga kandungan nutrisi yang
terkandung dalam pakan harus mencukupi kebutuhan ternak. Selain pakan, diduga
ada faktor lain yaitu manajemen pemeliharaan ternak berupa kesehatan yang dapat
menurunkan produksi dan kualitas susu. Kesehatan ternak yang terganggu karena
adanya radang dalam ambing mengakibatkan sel sekretori alveoli ambing tidak
dapat bekerja dengan maksimal (Sasongko et al., 2012 dalam jurnal Fatonah et al.,
2020).
2.5 Fisiologis Sapi dan Kambing Perah
Salah satu faktor lingkungan yang cukup dominan dalam mempengaruhi
produktivitas ternak adalah iklim mikro. Iklim mikro di suatu tempat yang tidak
mendukung bagi kehidupan ternak membuat potensi genetik seekor ternak tidak
dapat ditampilkan secara optimal. Ada empat unsur iklim mikro yang dapat
mempengaruhi produktivitas ternak secara langsung yaitu : suhu, kelembaban
udara, radiasi dan kecepatan angin, sedangkan dua unsur lainnya yaitu evaporasi
dan curah hujan mempengaruhi produktivitas ternak secara tidak langsung.
Interaksi keempat unsur iklim mikro tersebut dapat menghasilkan suatu indeks
dengan pengaruh yang berbeda terhadap ternak. ternak sapi perah yang tidak
tahan terhadap panas, produktivitasnya akan turun akibat menurunnya
konsumsi pakan.(Suherman et al., 2015)
Bagi mempertahankan kondisi homeostasis, ternak memerlukan energi dalam
jumlah yang cukup. Energi yang dibutuhkan ternak dapat dicukupi dari pakan.
Dengan demikian, makanan yang masuk ke tubuh ternak harus dicerna terlebih
dahulu, untuk dapat memanfaatkan energi yang terkandung di dalamnya.

7
Mekanisme termoregulasi menjaga keseimbangan termal pada sapi dapat
menurunkan produksi susu dan efisiensi reproduksi.(Novianti et al., 2013)
Fisiologi sapi perah bervariasi dari setiap individu ternak, hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu: bangsa/jenis ternak, pakan, suhu lingkungan, kondisi
tubuh dan tingkat produksi. Pada kondisi terpapar panas yang ekstrim ternak akan
mengalami vasodilatasi pembuluh darah dan penurunan pasokan darah menuju
sistem organ sehingga untuk mengatasinya akan terjadi peningkatan frekuensi
denyut jantung. Musim kemarau panjang menyebabkan cekaman panas pada sapi
perah berlangsung lebih lama, termasuk pada sapi perah yang dipelihara pada
dataran tinggi. Cekaman panas berpengaruh terhadap respon fisiologis yang
berimbas pada penurunan produksi dan kualitas susu pada sapi perah.(Mariana et
al., 2016)

2.6 Struktur Anatomi Ambing


Ambing merupakan kelenjar kulit yang ditumbuhi bulu kecuali puting, 4
saluran susu yang terpisah bersama-sama menuju ambing. natomi ambing seekor
sapi perah dibagi menjadi empat kuartir terpisah. Dua kuartir depan biasanya
berukuran 20% lebih kecil dari kuartir ambing bagian belakang dan antara kuartir
itu bebas satu dengan yang lainnya. Faktor yang mempengaruhi produksi susu
yang dihasilkan pada ternak perah yaitu jumlah sel sekretori di dalam jaringan
ambing (Pribadiningtyas et al., 2012 dalam jurnal Damayanti et al., 2020).
Ambing terbagi menjadi dua bagian kiri dan kanan terpisahkan oleh satu
lekukan yang memanjang, yang disebut intermammary groove. Bentuk ambing
yang besar, panjang dan berjumbai produksi susunya lebih tinggi. Hal ini karena
jumlah sel-sel sekretorik di dalamnya juga akan semakin banyak untuk
mensintesis susu yang dibentuk oleh sel epitel dalam lumen alveoli(Habib et al.,
2014).
Sel sekretori alveoli ambing memiliki struktur dan fungsi yang berjalan
beriringan sehingga ketika terjadi peradangan maka diduga akan terjadi penurunan
produksi dan kualitas susu (Harjanti dan Sambodo, 2019 dalam jurnal Fatonah et
al., 2020). oksigen toksik merupakan produk inflamasi yang dapat meningkatkan
permeabilitas kapiler ambing sehingga dapat menyebabkan pembengkakan. Sel leukosit
berkumpul untuk mengeliminasi bakteri yang menempel pada selsel ambing yang

8
diinduksi dimana sel fagosit seperti polymorfonuklear neutrofil (PMN), monosit dan
makrofag keluar dari pembuluh darah menuju jaringan yang terinfeksi dilanjutkan dengan
penghancuran bakteri sehingga terjadi peluruhan sel somatik susu.
2.7 Pengaruh Mikrolimat Terhadap Produksi Susu
Dataran rendah adalah wilayah yang ditandai dengan suhu lingkungan dan
kelembaba nudara yang tinggi, hal ini merupakan faktor pembatas yang menonjol
dalam pengembangan usaha sapi perah. Peluang pengembangan usaha sapi perah
di dataran rendah dapat dilakukan apabila berbagai kendala yang menghambatnya
dapat ditanggulangi. Suhu udara dan kelembaban merupakan faktor terpenting
yang membentuk iklim dan sangat mempengaruhi proses adaptasi dan distribusi
ternak dan vegetasi. Suhu udara yang relatif panas dengan kelembaban udara yang
tinggiberdampak negatif terhadap kemampuan produksi dan reproduksi sapi
perahSapi perah berproduksi dengan baik pada kondisi lingkungan yang nyaman
(comfort zone), dengan batas maximum dan minimum temperatur dan kelembaban
lingkungan berada pada zona nyaman(Mariana et al., 2019).
Cekaman panas yang dialami ternak berpengaruh pada penurunan produksi
susu sebesar 0.6 -1.4 kg setiap peningkatan temperatur udara sebesar 1oC,
Perubahan fisiologi merupakan dasar dari termoregulasi untuk menjaga kestabilan
susu badan dan mencegah hipertermia. Konsumsi energi yang tinggi
menyebabkan produksi panas metabolis lebih tinggi dan selanjutnya dapat
memicu peningkatan respons fisiologi termasuk denyut jantung. Ternak menjaga
keseimbangan suhu tubuhnya melalui peningkatan denyut jantung. Peningkatan
denyut jantung meningkatkan penyebaran dan pelepasan panas tubuh melalui
sirkulasi perifer (Das et al., 2012 dalam jurnal Mariana et al., 2019).
Faktor klimat lingkungan kandang, terutama mikroklimat (temperatur dan
kelembaban) menjadi faktor pembatas atau limiting factor bagi produktivitas sapi
perah. Temperatur yang sangat tinggi (di atas zona nyaman bagi sapi perah = 15-
220C), menimbulkan dampak cekaman hingga stress fisiologik. Kondisi ini tentu
sangat merugikan karena proses-proses penyesuaian yang dilakukan oleh ternak
memerlukan energi yang besar. Metabolit yang terkait dengan glukogenolisis
sangat penting dikaji dan ditentukan formula model prediksinya. Glukogenolisis
menunjukkan jalur perombakan glikogen menjadi glukosa. Jalur ini menjadi aktif
apabila kadar glukosa darah mengalami penurunan, sebagai dampak feed intake

9
yang menurun karena temperatur dan atau THI lingkungan kandang mengalami
peningkatan (Mushawwir, 2015 dalam jurnal Suwarno & Mushawwir, 2019).
2.8 Pengenalan Bahan Pakan Sapi Perah PFH
Pakan yang diberikan pada ternak perah harus disesuaikan dengan status
fisiologis ternak. Hal tersebut meliputi: perkembangan saluran pencernaan, umur,
bobot badan, dan produksi susu. Untuk ternak pra-ruminan jenis pakan dapat
dibedakan atas kolostrum, susu segar, pakan pengganti susu (calf milk
replacer/CMR), dan pakan starter (calf starter). Limbah pertanian merupakan
sumber hijauan pakan yang berserat tinggi dan kandungan nutrient relatif
rendah. (Bahrun et al., 2020). Untuk meningkatkan nilai nutrisi pakan yang
banyak mengandung lignoselulosadapat digunakan melalui pengembangan
teknologi dengan pembuatan silase.
Pakan merupakan komponen produksi dengan biaya yang terbesar.
Biaya pakan dapat mencapai 60-80% dari biaya produksi. Kualitas pakan
harus diperhatikan agar ternak tumbuh secara maksimal.(Agustono et al.,
2018) Hijauan merupakan pakan ruminansia yang utama, sehingga
penyediaan hijauan dan kualitasnya sangat menentukan produktivitas dan
perkembangan ternak ruminansia. Limbah tanaman pertanian dapat
dibedakan atas dua golongan pokok, yaitu limbah tanaman pertanian
pasca panen dan limbah tanaman pertanian sisa industri pengolahan hasil
pertanian, limbah tanaman pertanian pasca panen adalah bagian tanaman di
atas tanah atau pucuknya yang tersisa setelah dipanen atau diambil hasil
utamanya, sedangkan yang dimaksud limbah pertanian sisa
industripengolahan hasil pertanian adalah sisa dari pengolahan
bermacam-macam hasil utama pertanian.
.Kebutuhan pakan sapi perah 3% dari bobot badan, pakan sapi perah
umumnya terdiri dari hijauan dan konsentrat. Hijauan pakan sapi perah yang
diberikan masih belum memenuhi kebutuhan hidup ternak, sehingga perlu adanya
penambahan konsentrat. Pakan konsentrat adalah pakan yang diberikan dengan
tujuan untuk meningkatkan jumlah produksi susu sapi perah. Analisis proksimat
adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrien
seperti protein, karbohidrat, lemak, serat, pada suatu zat makanan dari bahan

10
pakan. Hal ini didukung oleh (Hartutik 2012 dalam jurnal Aprilia et al., 2018)
yang menyatakan bahwa pengukuran kandungan nutrien pakan dapat diketahui
melalui analisis proksimat yang dapat menggambarkan secara garis besar tentang
kandungan nutrien dalam pakan, yang meliputi kandungan bahan kering, bahan
organik/abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen
dan Total Digestible Nutrien (TDN) pada suatu bahan Analisis proksimat
memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan terutama pada standar zat
pakan yang seharusnya terkandung di dalamnya.

11
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


3.1.1 Pemilihan Bibit Sapi Perah di Indonesia
Praktikum ini dilaksanakan pada hari 21 Mei 2022) pukul 13.00 WIB -
selesai. Bertempat di kandang Experimental Farm Universitas Muhammadiyah
Malang.
3.1.2 Pengenalan Jenis – Jenis Kambing Perah
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 21 Mei 2022 pukul 13.00
WIB-selesai. Bertempat di Kandang Experimental Farm Universitas
MuhammadiyahMalang
3.1.3 Penilaian Body Condition Score
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 28 Mei 2022 pukul 08.40
WIB-selesai. Bertempat di Kandang Experimental Farm Universitas
MuhammadiyahMalang.
3.1.4 Penilaian dan Bentuk Ambing Sapi Perah
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 04 Juni 2022 pukul 08.40
WIBselesai. Bertempat di Kandang Experimental Farm Universitas
MuhammadiyahMalang.

3.1.5 Fisiologis Sapi dan Kambing Perah

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 28 Mei 2022 pukul 08.40

WIBselesai. Bertempat di Kandang Experimental Farm Universitas

MuhammadiyahMalang.

3.1.6 Struktur Anatomi Ambing


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 04 Juni 2022 pukul
08.40 WIB - selesai. Bertempat di Kandang Laboratorium peternakan
UniversitasMuhammadiyah Malang.

3.1.7 Pengaruh Mikrolimat Terhadap Produksi Susu


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 21 Mei 2022 pukul

12
13.00 WIB - selesai. Bertempat di Kandang Experimental Farm
UniversitasMuhammadiyah Malang.
3.1.8 Pengenalan Bahan Pakan Sapi Perah PFH
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 Juni 2022 pukul
08.40 WIB - selesai. Bertempat di Kandang Experimental Farm
UniversitasMuhammadiyah Malang.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Alat tulis
2. Sepatu booth
3. Baju katelpak
4. Thermometer

3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Sapi perah Friesien Holstein
2. Bekatul
3. Polard
4. Kopra
5. Konsentrat kompleks
6. Molasses
7. Culf starter
8. DDGS

3.3 Prosedur Praktikum


Adapun langkah kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

3.3.1 Pemilihan Bibit Sapi Perah di Indonesia


1. Meyiapkan alat tulis

13
2. Lakukan pengamatan bentuk eketerior sapi perah Peranakan Holstein
dan ukur berat badan melaui pengukuran lingkar dada.
3. Lakukan pengukuran tinggi pundak, lingkar dada, bobot badan dan
lingkar scrotum pada sapi yang telah ditunjuk dan umur melalui estimasi
gigi sapi.

3.3.2 Pengenalan jenis – jenis Kambing Perah


1. Lakukan pengamatan Pada peternakan kambing perah yang dilakukan,
termasuk jenis kambing apakah.
2. Melakukan pengukuran pada tinggi pundak, lingkar dada, bobot badan
dan lingkar scrotum pada sapi yang telah ditunjuk dan umur melalui
estimasi gigi kambing

3.3.3 Penilaian Body Condition Score


1. Lakukan pengamatan pada sapi perah dari sisi sebelah kanan.
2. Amati area diatas tulang rusuk terakhir dan tulang belakang diatas titik
tersebut.

3.3.4 Penilaian dan Bentuk Ambing Sapi Perah


1. Lakukan pengamatan pada sekelompok sapi perah berdasarkan bentuk
exterior dari masing-masing individu sapi dan sebutkan bagian-bagian
dari tubuhnya.
2. Amati masing-masing individu sapi dan lakukan pengukuran ukuran-
ukuran tubuh dari masing-masing induk yang ada. Adapun cara
pengukuran bagianbagian tubuh tersebut caranya adalah sebagai
berikut: a) Panjang Badan : Jarak lurus dari sendi bahu sampai benjolan
tulang tapis b) Lingkar Dada : Ukuran melingkar dada yang diukur
dengan pita ukur dibelakang siku c) Tinggi Badan : Jarak dari puncak
gumba tegak lurus sampai tanah d) Lebar Pelvis : Jarak antara kedua
tulang duduk (kanan dan kiri). e) Lingkar Perut : Ukuran melingkar
pada perut yang diukur dengan Ukur, melewati lekuk pinggang. Diukur
sebelum dan sesudah pemberian pakan f) Panjang Punggung : Jarak
antara gumba sampai pangkal ekor. g) Volume Ambing : - Ember

14
pertama diisi air penuh dan ember kedua (lebih besar) kosong ditaruh
dibawahnya untuk menampung air yang tumpah - Angkat ember
pertama yang berisi dan celupkan sampai seluruh ambing masuk air
(menempel perut) sehingga airnya tumpah dan ditampung ember kedua
- Ukur air yang tumpah untuk memperkirakan besarnya volume ambing
- Ukur air yang tumpah untuk memperkirakan besarnya volume ambing
- Lakukan dua kali sebelum dan sesudah diperah
3. Bandingkan penilaian dengan catatan produksi susunya dari masing-
masing individu.
4. Lakukan pengamatan pada bentuk ambing dan puting : normal,
abnormal, ambing produksi susu tinggi, ambing produksi susu rendah,
bentuk vena abdominalis dan sumber susu.

3.3.5 Fisiologis Sapi dan Kambing Perah


1. Suhu tubuh
a. Pastikan thermometer dalam keadaan normalsebelum digunakan.
b. Masukkan ujung lancip thermometer kedalam rectum sampai kira-
kira menempel selama 3 menit.
c. Catat suhu dari masing-masing sapi yang ada (pedet, jantan, dara,
sapi kerja, sapi laktasi).
d. Ulangi masing-masing 3 kali dan di rata-rata.
2. Frekuensi Pernapasan.
a. Persiapkan sapi dalam keadaan tenang. Pengamatan dapat dilakukan
dengan 2 cara :
 Mengamati gerakan perut, setiap satu kali gerakan mengembang
dan satu kali mengempis. Lakukan pemencetan tombol hand talky
counters 1 kali selama 1 menit.
 Atau dengan menempelkan telapak tangan didepan hidung sapi
setiap kali terasa hangat, tekan tombol pencatat 1 kali selama 1
menit, ulangi 3 kali dan rata – ratakan.
3. Denyut Jantung.
a. Lakukan perabaan pada pangkal ekor sebelah dalam, dengan ibu jari
dan telunjuk sampai menemukan denyutnya.

15
b. Hitung dengan hand talky counters setiap kali terasa denyutnya
selama satu menit.
c. Ulangi 3 kali dan rata-ratakan.

3.3.6 Struktur Anatomi Ambing


1. Siapkan ambing yang diperoleh dari RPH dan letakkan di atas meja
2. Pakai sarung tangan dan masker
3. Siapkan alat bedah atau pisau bedah,
4. Amati, ukur dan sebutkan masing – masing dari bagian ambing dari
bagian luar sampai bagian dalam amati dan jelasakan fungsi dan
proses pada sapi atau kambing perah.

3.3.7 Pengaruh Mikrolimat Terhadap Produksi Susu


1. Amati paling sedikit 10 ekor induk sapi perah yang ada di daerah
panas
2. Catat :
 Suhu dan kelembaban kedua daerah tersebut.
 Konsumsi pakan (hijauan dan penguat)  Produksi susu di kedua
daerah tersebut.
3. Lakukan uji Statistik dengan uji beda (Uji t tidak berpasangan) untuk
melihat pengaruh hijauan terhadap produksi susu.

3.3.8 Pengenalan Bahan Pakan Sapi Perah PFH


1. Amati bahan pakan yang diberikan pada ternak perah periode pra-
ruminan.
2. Amati dan catat bahan pakan hijauan yang diberikan untuk ternak
dewasa
3. Amati dan catat bahan baku limbah pertanian yang digunakan untuk
menyusun konsentrat yang telah diketahui zat nutrisi melalui tabel yang
telah diketahui berdasarkan nilai protein kasar (PK) dan Total
Digestibel Nutrien (TDN).

16
4. Buat formulasi pakan berdasarkan kenutuhan ternak perah pada
berbagai tingkat produksi

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

18
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang telah diperoleh pada praktikum kali ini adalah
sebagai berikut:
1. Bibit sapi perah unggul diperoleh dari induk yang unggul dan berkualitas
2. Jenis-jenis kambing perah yang ada di Indonesia mepunyai karakteristik
yang berbeda dari bangsa nya
3. Penentuan nilai BCS dapat mengetahui nilai nutrisi pada setiap indukan
4. Bentuk ambing sapi dapat menjadi penentu nilai produksi yang tinggi,
semakin besar volume ambing maka semakin besar pula produksi susu nya
5. Fisiologi sapi perah bervariasi dari setiap individu ternak, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: bangsa/jenis ternak, pakan, suhu
lingkungan, kondisi tubuh dan tingkat produksi.
6. Anatomi ambing seekor sapi perah dibagi menjadi empat kuartir terpisah.
Dua kuartir depan berukuran 20% lebih kecil dari kuartir ambing bagian
belakang dan antara kuartir itu bebas satu dengan yang lainnya.
7. Suhu lingkungan dapat mempengaruhi produksi susu sapi. Suhu ideal bagi
sapi perah berada dikisara 180-240
8. Bahan pakan harus memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi susu,
bahan pakan yang bernutrsi tinggi akan meningkatkan produksi susu
5.2 Saran
Sebaiknya untuk bisa menjelaskan semua teori dalam praktikum, tingkatkan
kualitas suara kakak. Tetapi penjelasan yang diberikan sudah dapat dimengerti.

19
DAFTAR PUSTAKA
Agustono, B., Lamid, M., Ma’ruf, A., & Purnama, M. T. E. (2018). Identifikasi
Limbah Pertanian dan Perkebunan Sebagai Bahan Pakan Inkonvensional Di
Banyuwangi. Jurnal Medik Veteriner, 1(1), 12.
https://doi.org/10.20473/jmv.vol1.iss1.2017.12-22
Amam, A., & Soetriono, S. (2020). Peranan Sumber Daya terhadap SDM
Peternak dan Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah di Kawasan
Peternakan Sapi Perah Nasional (KPSPN). Jurnal Peternakan Indonesia
(Indonesian Journal of Animal Science), 22(1), 1.
https://doi.org/10.25077/jpi.22.1.1-10.2020
Aprilia, R. M., Marjuki, M., & Hartutik, H. (2018). Evaluasi Kandungan Nutrien
Konsentrat Yang Diberikan Pada Sapi Perah Rakyat Di Kabupaten Malang.
Jurnal Nutrisi Ternak Tropis, 1(1), 54–59.
https://doi.org/10.21776/ub.jnt.2018.001.01.7
Ariyanto, B. F., Nugraha, W. T., & Suhendra, D. (2021). Identifikasi Lokasi dan
Performa Fisik Kambing Perah di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung
Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Buletin Peternakan Tropis,
2(2), 98–102. https://doi.org/10.31186/bpt.2.2.98-102
Aziz, C. N., Purwantini, D. D., & Astuti, T. Y. (2019). Hubungan Antara
Kemiringan Rusuk, Sudut, dan Lebar Panggul Terhadap Body Condition
Score (BCS) pada Sapi Perah Friesian Holstein di BBPTU HPT Baturraden.
Journal of Animal Science and Technology, 1(1), 65–74.
Body, A., Score, C., & Susu, P. (2022). jurnal dinamika rekatawa , Vol . 5 No . 1
, Pebruari 2022 Pakan Pada Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein di
Analysis Of Body Condition Score( BCS ), Pandesari, Pujon Malang. 5(1),
95–100.
Christi, R, F., Dwi Suharwanto, D., & Yuniarti, E. (2021). Karakteristik
Kandungan Kimia Kolostrum Kambing Sapera Dan Saanen Di Sumedang
Jawa Barat Characteristics of Chemical Content of Colostrum Goats Sapera
and Saanen in Sumedang West Java. 9, 96–101.
Cookson, M. D., & Stirk, P. M. R. (2019). 済無No Title No Title No Title. 7(21),
192–200.
Damayanti, R. L., Hartanto, R., & Sambodho, P. (2020). Hubungan Volume
Ambing dan Ukuran Puting dengan Produksi Susu Sapi Perah Friesian
Holstein di PT. Naksatra Kejora, Kabupaten Temanggung. Jurnal Sain
Peternakan Indonesia, 15(1), 75–83. https://doi.org/10.31186/jspi.id.15.1.75-
83
Fatonah, A., Harjanti, D. W., & Wahyono, D. F. (2020). Evaluasi Produksi dan
Kualitas Susu pada Sapi Mastitis (Evaluation of milk production and quality
in mastitis cows). Jurnal Agripet, 20(1), 22–31.
http://jurnal.unsyiah.ac.id/agripet
Habib, I., Suprayogi dan P Sambodho, T. H., & S-, P. (2014). Hubungan Antaar
Volume Ambing Lama Massage dan Lama Pemerahan Terhadap Produksi
Susu Kambing Peranakan Ettawa (The Relationships between Udder
Volume, Massage and Milking Durations on Milk Yield of Ettawa Grade).
Animal Agriculture Journal, 3(1), 8–16.
irwansyah, asbar, amir zaki mubarok. (2021). Buletin pengabdian. Buletin
Pengabdian, 1(2), 44–49.

20
Jurnal, L., Pengabdian, I., & Vol, M. (2020). 1)* , 2) , 3). 4(2), 595–603.
Mariana, E., Hadi, D. N., & Agustin, N. Q. (2016). Physiological responses and
milk qualities of Holstein Friesian during long dry season at high altitude.
Jurnal Agripet, 16(2), 131.
Mariana, E., Sumantri, C., Astuti, D. A., Anggraeni, A., & Gunawan, A. (2019).
Mikroklimat, Termoregulasi dan Produktivitas Sapi Perah Friesians
Holstein pada Ketinggian Tempat Berbeda. Jurnal Ilmu Dan Teknologi
Peternakan Tropis, 6(1), 70. https://doi.org/10.33772/jitro.v6i1.5617
Netika, M., Darsono, R., Utomo, B., Mustofa, I., & Wahyu, suprayogi T. (2019).
Hubungan Antara Body Condition Score (Bcs) Dengan Produksi Susu Sapi
Perah Friesian Holstein (Fh). Jurnal Ovozoa, 8(2), 89–93.
Novianti, J., Purwanto, B. P., & Atabani, A. (2013). Respon Fisiologis dan
Produksi Sus Sapi Perah FH Pada Pemberian Rumput Gajah (Pennisetum
Purpureum) Dengan Ukuran Pemotongan Yang Berbeda. Jurnal Ilmu
Produksi Dan Teknologi Hasil Peternakan, 1(3), 138–146.
Penggunaan, E., Produksi, F., Cabai, U., Sumowono, K., & Semarang, K. (2013).
Economics Development Analysis Journal. 2(4), 446–455.
Suherman, D., Purwanto, B. P., Peternakan, J., Pertanian, F., Bengkulu, U., Raya,
J., Supratman, W. R., Limun, K., Email, H., Ilmu, D., Peternakan, T.,
Peternakan, F., & Bogor, I. P. (2015). Zona Thermonetral Sapi Perah. 10(1),
13–21.
Suwarno, N., & Mushawwir, A. (2019). Model Prediksi Metabolit Melalui Jalur
Glikogenolisis Berdasarkan Fluktuasi Mikroklimat Lingkungan Kandang
Sapi Perah. Jurnal Ilmu Dan Industri Peternakan (Journal of Animal
Husbandry Science and Industry), 5(2), 97.
https://doi.org/10.24252/jiip.v5i2.11886

21
LAMPIRAN
No Gambar Keterangan

Penilaian BCS sapi dari


1
bagian samping

Penilaian BCS sapi dari


2
bagian belakang

.
3 Pengukuran suhu tubuh
sapi melalui rektum

Pengukuran frekuensi
4 pernafasan atau respirasi
pada kambing

Pengukuran denyut
5
jantung sapi

22
Pengukuran suhu tubuh
6
kambing melalui rektal

7 Ductus colecting

8 Alveoli

Ductus major
9

Thermometer untuk
10
mengukur suhu tubuh

Stetoskop untuk
mengukur denyut
11
jantung

23
Bekatul
12

13 Pollar

14 Silase

15 Molase

16 Kopra

Kosentrat Complete
17
Feed

24
Thermohygro untuk
mengukur suhu dan
18
kelembaban lingkungan
kandang

25

Anda mungkin juga menyukai