Oleh:
HASNY ACHMADI SYAFAR
202010350311062
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
HALAMAN PENGESAHAN
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 19
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 19
5.2 Saran ........................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20
LAMPIRAN .......................................................................................................... 22
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1. Mengetahui pemilihan bibit sapi perah unggul
2. Mengetahui jenis-jenis kambing perah
3. Mengetahui BCS untuk mengevaluasi nutrisi
4. Mengetahui ukuran volume ambing
5. Mengetahui kondisi fisiologis tubuh sapi perah.
6. Mengetahui struktur ambing
7. Mengetahui pengaruh mikrolimat dalam susu
8. Mengetahui bahan pakan yang sesui bagi sapi perah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2 Pengenalan jenis – jenis Kambing Perah
Kambing perah di dunia dikelompokkan berdasarkan daerah asalnya,
sifatsifat produksinya, dan karakteristiknya sebagai penghasil susu. Beberapa jenis
kambing perah yang banyak dikembangkan di dunia antara lain kambing etawa
dari Indonesia, kambing alpin, toggenburg, dan saanen dari Swiss, kambing anglo
Nubian dari Afrika. Salah satu jenis yang dipelihara adalah kambing saanen dan
sapera. Kambing saanen adalah ternak penghasil susu cukup tinggi 3
liter/ekor/hari yang berasal dari wilayah subtropis dengan ciri bulu pendek
berwarna putih, hidungnya lurus dan muka berupa segi tiga, berekor tipis dan
pendek, jantan dan betina bertanduk. Sedangkan Kambing sapera adalah ternak
hasil persilangan antara jenis kambing saanen dengan kambing peranakan ettawa
dengan produksi susu mencapai 2 liter/ekor/hari dengan ciri warna putih atau
cream polos, muka datar, telinga sedang dan tanduk kecilnya kecil (Rusdiana et
al., 2015 dalam jurnal Christi, R et al., 2021).
Kambing merupakan salah satu ternak yang cukup disenangi untuk
diternakkan. Hal ini karena dalam pemeliharaannya cukup mudah. Kambing
memiliki ukuran tubuh yang kecil sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat
yang besar dalam pemeliharaannya seperti sapi ataupun kerbau (Nugraha, 2021
dalam jurnal Ariyanto et al., 2021). menyampaikan bahwa Kambing Etawah
merupakan kambing yang familiar dikenal di Indonesia. Kambing ini merupakan
kambing yang berasal dari India yang dikenal dengan kambing Jamunapari.
Namun di Indonesia, kambing ini sudah tidak memiliki darah murni, karena sudah
disilangkan dengan kambing kacang yang merupakan kambing lokal Indonesia.
Sehingga saatnini disebut dengan kambing Peranakan Etawah (PE). Sedangkan
kambing Sapera merupakan kambing persilangan antara PE dan Saanen.
Kambing perah merupakan jenis ternak perah yang banyak dikembangkan di
Indonesia. Meskipun produksi susunya tidak setinggi sapi perah, peternak mulai
melirik usaha kambing perah karena faktor risiko yang lebih rendah dan kambing
perah dinilai lebih mampu beradaptasi terhadap iklim tropis di Indonesia. Jenis
kambing perah PE memiliki kemampuan adaptasi,pertumbuhan, dan produksi
susu yang baik sehingga banyak dipelihara sebagai ternak perah di Indonesia
(irwansyah, asbar, 2021). Pada ternak perah zona temperatur netral sangat
4
mempengaruhi kemampuan produksi susu. Batas kritis suhu maksimum pada
ternak perah berada pada kisaran 25-26ºC, sedangkan batas kritis suhu minimum
berkisar antara -16 hingga -37 ºC
2.3 Penilaian Body Condition Score
Produksi susu adalah bagian dari re-produksi karena mekanisme
pembentukan susu seperti mammogenesis, laktogenesis dan galaktopoesis terjadi
setelah sapi induk bereproduksi. Bobot badan juga berpengaruh terhadap
reproduksi ternak seperti kesuburan, kebuntingan, proses kelahiran dan laktasi.
Apabila ternak mempunyai bobot badan yang melebihi bobot badan yang ideal,
ternak tersebut akan mengalami penurunan produktivitas dan penyakit
metabolisme lainnya, sebaliknya apabila ternak memiliki bobot badan kurang dari
bobot badan ideal akan berdampak pada sistem reproduksinya (Budiawan et al,
2015 dalam jurnal Netika et al., 2019).
Penilaian BCS merupakan suatu metode penilaian kondisi tubuh ternak baik
secara visual (inspeksi) maupun dengan perabaan (palpasi) terhadap lemak tubuh
pada bagian tertentu. Produksi susu sapi perah dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah nilai BCS sapi perah tersebut. Nilai BCS dipengaruhi
oleh konsumsi pakan dan kemampuan tubuh ternak dalam menyerap nutrisi dari
pakan yang di berikan yang kemudian di ubah menjadi air susu. Produksi susu
berkaitan erat dengan kondisi tubuh. Nilai BCS dapat menggambarkan bobot
badan dan cadangan lemak yang digunakan sebagai sumber energi untuk
mengoptimalkan produktivitas selama periode pertumbuhan, kebuntingan dan
laktasi. Penaksiran bobot badan juga dilakukan sebagai alternatif untuk
mengetahui bobot badan ternak secara praktis. Ukuran-ukuran linear tubuh dapat
digunakan untuk menaksir bobot badan. (Dewi, 2015 dalam jurnal Aziz et al.,
2019).
Body Condition Score sangat penting untuk diteliti sebagai bahan seleksi
ternak dan prediksi produksi susu sapi perah. Pola perubahan BCS secara umum
akan menurun selama 2-3 bulan awal laktasi kemudian berlangsung pengembalian
kondisi sampai pertengahan laktasi. Body Condition Score (BCS) penilaian
terhadap penampilan kondisi lemak tubuh sampai tahap ke 5 untuk menjaga
kesehatan sapi perah, penilaian bersifat objektif menurut penglihatan dan palpasi
5
(Widiartika, 2019 dalam jurnal Kafi et al., 2022). Teknologi yang paling penting
memelihara kondisi gizi yang diharapkan pada masa laktasi dan usaha mencapai
puncak laktasi dan usaha dan reproduksi yang normal. BCS juga bisa digunakan
untuk mengevaluasi manajemen pemberian pakan dan membangun kondisi tubuh
ternak selama berproduksi, apabila saat laktasi BCS sapi ideal tercapai maka
produksi susu akan tinggi.
6
berjumbai produksi susunya lebih tinggi. Hal ini karena jumlah sel-sel sekretorik
di dalamnya juga akan semakin banyak untuk mensintesis susu yang dibentuk
oleh sel epitel dalam lumen alveoli
Produksi susu yang dihasilkan belum mampu memenuhi tingginya
permintaan masyarakat dan kualitas susu yang ditentukan oleh kandungan lemak,
protein dan laktosa yang merupakan nilai gizi utama dalam susu masih tergolong
rendah. Kualitas yang terkandung dalam susu sering dijadikan sebagai penentu
harga jual susu. Semakin tinggi kandungan kualitas susu maka susu akan memiliki
standar penjualan yang tinggi. Pakan merupakan faktor utama yang dapat
mempengaruhi produksi dan kualitas susu sehingga kandungan nutrisi yang
terkandung dalam pakan harus mencukupi kebutuhan ternak. Selain pakan, diduga
ada faktor lain yaitu manajemen pemeliharaan ternak berupa kesehatan yang dapat
menurunkan produksi dan kualitas susu. Kesehatan ternak yang terganggu karena
adanya radang dalam ambing mengakibatkan sel sekretori alveoli ambing tidak
dapat bekerja dengan maksimal (Sasongko et al., 2012 dalam jurnal Fatonah et al.,
2020).
2.5 Fisiologis Sapi dan Kambing Perah
Salah satu faktor lingkungan yang cukup dominan dalam mempengaruhi
produktivitas ternak adalah iklim mikro. Iklim mikro di suatu tempat yang tidak
mendukung bagi kehidupan ternak membuat potensi genetik seekor ternak tidak
dapat ditampilkan secara optimal. Ada empat unsur iklim mikro yang dapat
mempengaruhi produktivitas ternak secara langsung yaitu : suhu, kelembaban
udara, radiasi dan kecepatan angin, sedangkan dua unsur lainnya yaitu evaporasi
dan curah hujan mempengaruhi produktivitas ternak secara tidak langsung.
Interaksi keempat unsur iklim mikro tersebut dapat menghasilkan suatu indeks
dengan pengaruh yang berbeda terhadap ternak. ternak sapi perah yang tidak
tahan terhadap panas, produktivitasnya akan turun akibat menurunnya
konsumsi pakan.(Suherman et al., 2015)
Bagi mempertahankan kondisi homeostasis, ternak memerlukan energi dalam
jumlah yang cukup. Energi yang dibutuhkan ternak dapat dicukupi dari pakan.
Dengan demikian, makanan yang masuk ke tubuh ternak harus dicerna terlebih
dahulu, untuk dapat memanfaatkan energi yang terkandung di dalamnya.
7
Mekanisme termoregulasi menjaga keseimbangan termal pada sapi dapat
menurunkan produksi susu dan efisiensi reproduksi.(Novianti et al., 2013)
Fisiologi sapi perah bervariasi dari setiap individu ternak, hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu: bangsa/jenis ternak, pakan, suhu lingkungan, kondisi
tubuh dan tingkat produksi. Pada kondisi terpapar panas yang ekstrim ternak akan
mengalami vasodilatasi pembuluh darah dan penurunan pasokan darah menuju
sistem organ sehingga untuk mengatasinya akan terjadi peningkatan frekuensi
denyut jantung. Musim kemarau panjang menyebabkan cekaman panas pada sapi
perah berlangsung lebih lama, termasuk pada sapi perah yang dipelihara pada
dataran tinggi. Cekaman panas berpengaruh terhadap respon fisiologis yang
berimbas pada penurunan produksi dan kualitas susu pada sapi perah.(Mariana et
al., 2016)
8
diinduksi dimana sel fagosit seperti polymorfonuklear neutrofil (PMN), monosit dan
makrofag keluar dari pembuluh darah menuju jaringan yang terinfeksi dilanjutkan dengan
penghancuran bakteri sehingga terjadi peluruhan sel somatik susu.
2.7 Pengaruh Mikrolimat Terhadap Produksi Susu
Dataran rendah adalah wilayah yang ditandai dengan suhu lingkungan dan
kelembaba nudara yang tinggi, hal ini merupakan faktor pembatas yang menonjol
dalam pengembangan usaha sapi perah. Peluang pengembangan usaha sapi perah
di dataran rendah dapat dilakukan apabila berbagai kendala yang menghambatnya
dapat ditanggulangi. Suhu udara dan kelembaban merupakan faktor terpenting
yang membentuk iklim dan sangat mempengaruhi proses adaptasi dan distribusi
ternak dan vegetasi. Suhu udara yang relatif panas dengan kelembaban udara yang
tinggiberdampak negatif terhadap kemampuan produksi dan reproduksi sapi
perahSapi perah berproduksi dengan baik pada kondisi lingkungan yang nyaman
(comfort zone), dengan batas maximum dan minimum temperatur dan kelembaban
lingkungan berada pada zona nyaman(Mariana et al., 2019).
Cekaman panas yang dialami ternak berpengaruh pada penurunan produksi
susu sebesar 0.6 -1.4 kg setiap peningkatan temperatur udara sebesar 1oC,
Perubahan fisiologi merupakan dasar dari termoregulasi untuk menjaga kestabilan
susu badan dan mencegah hipertermia. Konsumsi energi yang tinggi
menyebabkan produksi panas metabolis lebih tinggi dan selanjutnya dapat
memicu peningkatan respons fisiologi termasuk denyut jantung. Ternak menjaga
keseimbangan suhu tubuhnya melalui peningkatan denyut jantung. Peningkatan
denyut jantung meningkatkan penyebaran dan pelepasan panas tubuh melalui
sirkulasi perifer (Das et al., 2012 dalam jurnal Mariana et al., 2019).
Faktor klimat lingkungan kandang, terutama mikroklimat (temperatur dan
kelembaban) menjadi faktor pembatas atau limiting factor bagi produktivitas sapi
perah. Temperatur yang sangat tinggi (di atas zona nyaman bagi sapi perah = 15-
220C), menimbulkan dampak cekaman hingga stress fisiologik. Kondisi ini tentu
sangat merugikan karena proses-proses penyesuaian yang dilakukan oleh ternak
memerlukan energi yang besar. Metabolit yang terkait dengan glukogenolisis
sangat penting dikaji dan ditentukan formula model prediksinya. Glukogenolisis
menunjukkan jalur perombakan glikogen menjadi glukosa. Jalur ini menjadi aktif
apabila kadar glukosa darah mengalami penurunan, sebagai dampak feed intake
9
yang menurun karena temperatur dan atau THI lingkungan kandang mengalami
peningkatan (Mushawwir, 2015 dalam jurnal Suwarno & Mushawwir, 2019).
2.8 Pengenalan Bahan Pakan Sapi Perah PFH
Pakan yang diberikan pada ternak perah harus disesuaikan dengan status
fisiologis ternak. Hal tersebut meliputi: perkembangan saluran pencernaan, umur,
bobot badan, dan produksi susu. Untuk ternak pra-ruminan jenis pakan dapat
dibedakan atas kolostrum, susu segar, pakan pengganti susu (calf milk
replacer/CMR), dan pakan starter (calf starter). Limbah pertanian merupakan
sumber hijauan pakan yang berserat tinggi dan kandungan nutrient relatif
rendah. (Bahrun et al., 2020). Untuk meningkatkan nilai nutrisi pakan yang
banyak mengandung lignoselulosadapat digunakan melalui pengembangan
teknologi dengan pembuatan silase.
Pakan merupakan komponen produksi dengan biaya yang terbesar.
Biaya pakan dapat mencapai 60-80% dari biaya produksi. Kualitas pakan
harus diperhatikan agar ternak tumbuh secara maksimal.(Agustono et al.,
2018) Hijauan merupakan pakan ruminansia yang utama, sehingga
penyediaan hijauan dan kualitasnya sangat menentukan produktivitas dan
perkembangan ternak ruminansia. Limbah tanaman pertanian dapat
dibedakan atas dua golongan pokok, yaitu limbah tanaman pertanian
pasca panen dan limbah tanaman pertanian sisa industri pengolahan hasil
pertanian, limbah tanaman pertanian pasca panen adalah bagian tanaman di
atas tanah atau pucuknya yang tersisa setelah dipanen atau diambil hasil
utamanya, sedangkan yang dimaksud limbah pertanian sisa
industripengolahan hasil pertanian adalah sisa dari pengolahan
bermacam-macam hasil utama pertanian.
.Kebutuhan pakan sapi perah 3% dari bobot badan, pakan sapi perah
umumnya terdiri dari hijauan dan konsentrat. Hijauan pakan sapi perah yang
diberikan masih belum memenuhi kebutuhan hidup ternak, sehingga perlu adanya
penambahan konsentrat. Pakan konsentrat adalah pakan yang diberikan dengan
tujuan untuk meningkatkan jumlah produksi susu sapi perah. Analisis proksimat
adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrien
seperti protein, karbohidrat, lemak, serat, pada suatu zat makanan dari bahan
10
pakan. Hal ini didukung oleh (Hartutik 2012 dalam jurnal Aprilia et al., 2018)
yang menyatakan bahwa pengukuran kandungan nutrien pakan dapat diketahui
melalui analisis proksimat yang dapat menggambarkan secara garis besar tentang
kandungan nutrien dalam pakan, yang meliputi kandungan bahan kering, bahan
organik/abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen
dan Total Digestible Nutrien (TDN) pada suatu bahan Analisis proksimat
memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan terutama pada standar zat
pakan yang seharusnya terkandung di dalamnya.
11
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 28 Mei 2022 pukul 08.40
MuhammadiyahMalang.
12
13.00 WIB - selesai. Bertempat di Kandang Experimental Farm
UniversitasMuhammadiyah Malang.
3.1.8 Pengenalan Bahan Pakan Sapi Perah PFH
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 Juni 2022 pukul
08.40 WIB - selesai. Bertempat di Kandang Experimental Farm
UniversitasMuhammadiyah Malang.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Sapi perah Friesien Holstein
2. Bekatul
3. Polard
4. Kopra
5. Konsentrat kompleks
6. Molasses
7. Culf starter
8. DDGS
13
2. Lakukan pengamatan bentuk eketerior sapi perah Peranakan Holstein
dan ukur berat badan melaui pengukuran lingkar dada.
3. Lakukan pengukuran tinggi pundak, lingkar dada, bobot badan dan
lingkar scrotum pada sapi yang telah ditunjuk dan umur melalui estimasi
gigi sapi.
14
pertama diisi air penuh dan ember kedua (lebih besar) kosong ditaruh
dibawahnya untuk menampung air yang tumpah - Angkat ember
pertama yang berisi dan celupkan sampai seluruh ambing masuk air
(menempel perut) sehingga airnya tumpah dan ditampung ember kedua
- Ukur air yang tumpah untuk memperkirakan besarnya volume ambing
- Ukur air yang tumpah untuk memperkirakan besarnya volume ambing
- Lakukan dua kali sebelum dan sesudah diperah
3. Bandingkan penilaian dengan catatan produksi susunya dari masing-
masing individu.
4. Lakukan pengamatan pada bentuk ambing dan puting : normal,
abnormal, ambing produksi susu tinggi, ambing produksi susu rendah,
bentuk vena abdominalis dan sumber susu.
15
b. Hitung dengan hand talky counters setiap kali terasa denyutnya
selama satu menit.
c. Ulangi 3 kali dan rata-ratakan.
16
4. Buat formulasi pakan berdasarkan kenutuhan ternak perah pada
berbagai tingkat produksi
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang telah diperoleh pada praktikum kali ini adalah
sebagai berikut:
1. Bibit sapi perah unggul diperoleh dari induk yang unggul dan berkualitas
2. Jenis-jenis kambing perah yang ada di Indonesia mepunyai karakteristik
yang berbeda dari bangsa nya
3. Penentuan nilai BCS dapat mengetahui nilai nutrisi pada setiap indukan
4. Bentuk ambing sapi dapat menjadi penentu nilai produksi yang tinggi,
semakin besar volume ambing maka semakin besar pula produksi susu nya
5. Fisiologi sapi perah bervariasi dari setiap individu ternak, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: bangsa/jenis ternak, pakan, suhu
lingkungan, kondisi tubuh dan tingkat produksi.
6. Anatomi ambing seekor sapi perah dibagi menjadi empat kuartir terpisah.
Dua kuartir depan berukuran 20% lebih kecil dari kuartir ambing bagian
belakang dan antara kuartir itu bebas satu dengan yang lainnya.
7. Suhu lingkungan dapat mempengaruhi produksi susu sapi. Suhu ideal bagi
sapi perah berada dikisara 180-240
8. Bahan pakan harus memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi susu,
bahan pakan yang bernutrsi tinggi akan meningkatkan produksi susu
5.2 Saran
Sebaiknya untuk bisa menjelaskan semua teori dalam praktikum, tingkatkan
kualitas suara kakak. Tetapi penjelasan yang diberikan sudah dapat dimengerti.
19
DAFTAR PUSTAKA
Agustono, B., Lamid, M., Ma’ruf, A., & Purnama, M. T. E. (2018). Identifikasi
Limbah Pertanian dan Perkebunan Sebagai Bahan Pakan Inkonvensional Di
Banyuwangi. Jurnal Medik Veteriner, 1(1), 12.
https://doi.org/10.20473/jmv.vol1.iss1.2017.12-22
Amam, A., & Soetriono, S. (2020). Peranan Sumber Daya terhadap SDM
Peternak dan Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah di Kawasan
Peternakan Sapi Perah Nasional (KPSPN). Jurnal Peternakan Indonesia
(Indonesian Journal of Animal Science), 22(1), 1.
https://doi.org/10.25077/jpi.22.1.1-10.2020
Aprilia, R. M., Marjuki, M., & Hartutik, H. (2018). Evaluasi Kandungan Nutrien
Konsentrat Yang Diberikan Pada Sapi Perah Rakyat Di Kabupaten Malang.
Jurnal Nutrisi Ternak Tropis, 1(1), 54–59.
https://doi.org/10.21776/ub.jnt.2018.001.01.7
Ariyanto, B. F., Nugraha, W. T., & Suhendra, D. (2021). Identifikasi Lokasi dan
Performa Fisik Kambing Perah di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung
Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Buletin Peternakan Tropis,
2(2), 98–102. https://doi.org/10.31186/bpt.2.2.98-102
Aziz, C. N., Purwantini, D. D., & Astuti, T. Y. (2019). Hubungan Antara
Kemiringan Rusuk, Sudut, dan Lebar Panggul Terhadap Body Condition
Score (BCS) pada Sapi Perah Friesian Holstein di BBPTU HPT Baturraden.
Journal of Animal Science and Technology, 1(1), 65–74.
Body, A., Score, C., & Susu, P. (2022). jurnal dinamika rekatawa , Vol . 5 No . 1
, Pebruari 2022 Pakan Pada Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein di
Analysis Of Body Condition Score( BCS ), Pandesari, Pujon Malang. 5(1),
95–100.
Christi, R, F., Dwi Suharwanto, D., & Yuniarti, E. (2021). Karakteristik
Kandungan Kimia Kolostrum Kambing Sapera Dan Saanen Di Sumedang
Jawa Barat Characteristics of Chemical Content of Colostrum Goats Sapera
and Saanen in Sumedang West Java. 9, 96–101.
Cookson, M. D., & Stirk, P. M. R. (2019). 済無No Title No Title No Title. 7(21),
192–200.
Damayanti, R. L., Hartanto, R., & Sambodho, P. (2020). Hubungan Volume
Ambing dan Ukuran Puting dengan Produksi Susu Sapi Perah Friesian
Holstein di PT. Naksatra Kejora, Kabupaten Temanggung. Jurnal Sain
Peternakan Indonesia, 15(1), 75–83. https://doi.org/10.31186/jspi.id.15.1.75-
83
Fatonah, A., Harjanti, D. W., & Wahyono, D. F. (2020). Evaluasi Produksi dan
Kualitas Susu pada Sapi Mastitis (Evaluation of milk production and quality
in mastitis cows). Jurnal Agripet, 20(1), 22–31.
http://jurnal.unsyiah.ac.id/agripet
Habib, I., Suprayogi dan P Sambodho, T. H., & S-, P. (2014). Hubungan Antaar
Volume Ambing Lama Massage dan Lama Pemerahan Terhadap Produksi
Susu Kambing Peranakan Ettawa (The Relationships between Udder
Volume, Massage and Milking Durations on Milk Yield of Ettawa Grade).
Animal Agriculture Journal, 3(1), 8–16.
irwansyah, asbar, amir zaki mubarok. (2021). Buletin pengabdian. Buletin
Pengabdian, 1(2), 44–49.
20
Jurnal, L., Pengabdian, I., & Vol, M. (2020). 1)* , 2) , 3). 4(2), 595–603.
Mariana, E., Hadi, D. N., & Agustin, N. Q. (2016). Physiological responses and
milk qualities of Holstein Friesian during long dry season at high altitude.
Jurnal Agripet, 16(2), 131.
Mariana, E., Sumantri, C., Astuti, D. A., Anggraeni, A., & Gunawan, A. (2019).
Mikroklimat, Termoregulasi dan Produktivitas Sapi Perah Friesians
Holstein pada Ketinggian Tempat Berbeda. Jurnal Ilmu Dan Teknologi
Peternakan Tropis, 6(1), 70. https://doi.org/10.33772/jitro.v6i1.5617
Netika, M., Darsono, R., Utomo, B., Mustofa, I., & Wahyu, suprayogi T. (2019).
Hubungan Antara Body Condition Score (Bcs) Dengan Produksi Susu Sapi
Perah Friesian Holstein (Fh). Jurnal Ovozoa, 8(2), 89–93.
Novianti, J., Purwanto, B. P., & Atabani, A. (2013). Respon Fisiologis dan
Produksi Sus Sapi Perah FH Pada Pemberian Rumput Gajah (Pennisetum
Purpureum) Dengan Ukuran Pemotongan Yang Berbeda. Jurnal Ilmu
Produksi Dan Teknologi Hasil Peternakan, 1(3), 138–146.
Penggunaan, E., Produksi, F., Cabai, U., Sumowono, K., & Semarang, K. (2013).
Economics Development Analysis Journal. 2(4), 446–455.
Suherman, D., Purwanto, B. P., Peternakan, J., Pertanian, F., Bengkulu, U., Raya,
J., Supratman, W. R., Limun, K., Email, H., Ilmu, D., Peternakan, T.,
Peternakan, F., & Bogor, I. P. (2015). Zona Thermonetral Sapi Perah. 10(1),
13–21.
Suwarno, N., & Mushawwir, A. (2019). Model Prediksi Metabolit Melalui Jalur
Glikogenolisis Berdasarkan Fluktuasi Mikroklimat Lingkungan Kandang
Sapi Perah. Jurnal Ilmu Dan Industri Peternakan (Journal of Animal
Husbandry Science and Industry), 5(2), 97.
https://doi.org/10.24252/jiip.v5i2.11886
21
LAMPIRAN
No Gambar Keterangan
.
3 Pengukuran suhu tubuh
sapi melalui rektum
Pengukuran frekuensi
4 pernafasan atau respirasi
pada kambing
Pengukuran denyut
5
jantung sapi
22
Pengukuran suhu tubuh
6
kambing melalui rektal
7 Ductus colecting
8 Alveoli
Ductus major
9
Thermometer untuk
10
mengukur suhu tubuh
Stetoskop untuk
mengukur denyut
11
jantung
23
Bekatul
12
13 Pollar
14 Silase
15 Molase
16 Kopra
Kosentrat Complete
17
Feed
24
Thermohygro untuk
mengukur suhu dan
18
kelembaban lingkungan
kandang
25