PROPOSAL SKRIPSI
OLEH :
EVIS AZI FRAMUDYA
142012018059
PROPOSAL SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan
Pendidikan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
OLEH :
EVIS AZI FRAMUDYA
142012018059
Proposal Skripsi
MENYETUJUI
Pembimbing I Pembimbing II
iv
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan Karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan semua kelemahan
yang penulis miliki namun penulis berusaha semaksimal mungkin dengan ilmu yang
sangat sedikit dalam menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul “Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kejadian Stunting Pada Balita di Puskesmas Pagelaran tahun 2022”
proposal skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan program
studi S1 keperawatan.
Penulis mengalami banyak kesulitan dalam penyusunan proposal skripsi ini, namun peran
serta dan dukungan dari berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian ini, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin megucapkan terima kasih
kepada :
Pringsewu Lampung
Pringsewu Lampung.
3. Ns. Desi Ari Madi Yati, M.kep., Sp. Kep. Mat selaku Ketua Program Studi S1
Pringsewu Lampung.
v
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
7. Teman-teman kelas angkatan 10 S1 Keperawatan yang selalu memberikan semangat
dan kerja sama kepa penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi
ini.
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tugas
Penulis
vi
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
HALAMAN JUDUL....................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL........................................................................................... vii
DAFTAR SKEMA.......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 5
D. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas Status Gizi Balita............................................... 18
Tabel 2.2. Tinggi Badan dan Berat Badan Rata-rata Anak Umur 0-6 Tahun........................ 19
Tabel 3.1 Definisi Operasional......................................................................... 48
viii
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori............................................................................. 41
Gambar 2.2 Kerangka Konsep.......................................................................... 44
ix
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
DAFTAR LAMPIRAN
x
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Golden age menjadi periode penting dari janin sampai berusia lima tahun.
Makanan bergizi benar-benar disarankan untuk ibu hamil konsumsi pada masa
kehamilan sampai anak lahir usia dua tahun. Anak usia dua tahun paling baik
dalam memaksimalkan perkembangan sel otak dengan gizi yang baik. Apabila
pada masa itu gizi terpenuhi dengan baik, pertumbuhan dan perkembangan
akan menjadi optimal. Apabila pada masa itu gizi tidak terpenuhi berakibat
Permasalahan tumbuh kembang pada anak dewasa ini menjadi sorotan tajam
pada anak terutama di negara berkembang dan miskin. Anak merupakan aset
ujung tombak peradaban dimasa yang akan datang, dengan demikian perlunya
Asupan nutrisi yang tidak cukup diberikan pada anak dapat berdampak besar
1
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
2
makanan yang dikonsumsi setiap hari. Pemberian asupan gizi yang sesuai
dengan kebutuhan akan menghasilkan tumbuh kembang yang baik. Gizi yang
seimbang didapat dari asupan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi anak
yang dilihat dari usia dan kegiatan agar tercapai berat badan normal.
Pemberian makan pada anak memang sering menjadi masalah buat orang tua
atau pengasuh anak. Faktor kesulitan makan pada anak yang sering dialami
oleh sekitar 25% pada usia anak, jumlah akan meningkat sekitar 40-70% pada
anak yang lahir prematur atau dengan penyakit kronik (Sastria Ahmad et al.,
2021).
kekurangan mikro dan makro nutrisi dalam kurun waktu yang lama. Selain itu,
dapat dipicu dengan kondisi ibu yang mengalami gizi buruk atau gizi kurang
selama masa kehamilan (Kemenkes RI, 2018). Anak yang berada pada masa
golden period atau 1000 hari pertama kehidupan merupakan fase krusial
nutrisi yang berkualitas dan stunting dapat berlanjut setelah 1000 hari pertama
dalam bekerja, kegiatan sosial dan dampaknya hingga usia dewasa (Ali et al.,
2017).
Berdasarkan data secara global pada tahun 2018-2020 tercatat 21.9% atau 149
juta anak mengalami stunting dan 57.9% atau 81.7 juta berada di kawasan asia
pada tahun 2018 sebesar 30.8% (Kemenkes RI., 2018). dan mengalami
stunting di Provinsi Lampung pada tahun 2021 mencapai 27.28% kondisi ini
2020).
2016).
Stunting sebabkan oleh factor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor
ibu dengan riwayat BBLR dan factor keluarga, Tidak adekuatnya makanan
politik, factor fasilitas kesehatan, pendidikan orang tua, social dan budaya,
petanian dan system makanan serta factor air, sanitasi dan lingkungan (Beal et
al., 2018).
kondisi fisik ibu yang stunting, kehamilan remaja, kehamilan premature dan
BBLR. Faktor keluarga disebabkan oleh rendahnya sanitasi rumah dan suplai
rendah, keluarga pendek dan jumlah rumah tangga yang banyak. Pada factor
makanan yang kurang, jarang dan makanan yang terkontaminasi bakteri. Pada
factor ASI dapat dilihat dari tidak diberikan Inisiasi Menyusu Dini (IMD),
menyusui tidak eksklusif dan penghentian menyusui dini. Pada factor infeksi
kesehatan. Hal ini terkait peranannya yang paling banyak pada pembentukan
kembang anak, pola tersebut diantaranya asupan ASI eksklusif dan diteruskan
ASI eksklusif berisiko 9,3 kali lebih kecil untuk terjadi stunting dibandingkan
balita yang tidak memperoleh ASI eksklusif atau ASI eksklusif memberikan
efek proteksi terhadap terjadinya stunting pada balita. Sebaliknya, pada berat
bayi lahir, ditemukan bahwa balita dengan riwayat BBLR berisiko 17,063 kali
2021 kasus stunting sebanyak 174 orang dan menurun Maret tahun 2022
menjadi 165 orang. Pada data puskesmas didapatkan bahwa dari balita yang
24,1% ibu yang memiliki riwayat anemia dan 15% balita menderita BBLR.
B. Rumusan Masalah
Stunting pada balita disebabkan oleh malnutrisi kronis sejak 1000 hari pertama
kelahiran. Stunting memiliki efek yang merugikan pada anak baik jangka
tahun 2019 namun kasus stunting masih ada. Hal ini dapat dikarenakan belum
berpengaruh terhadap kejadian stunting pada balita namun ada beberapa yang
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apa sajakah faktor-faktor yang
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
tahun 2022
Masalah dibatasi oleh pendidikan ibu, riwayat BBLR, riwayat ASI eksklusif
dan kejadian stunting pada balita di Puskesmas Pagelaran. Penelitian ini akan
dilakukan pada bulan Juni 2022. Metode yang digunakan adalah survey
E. Manfaat Penelitian
3. Bagi Universitas
balita.
TINJAUAN TEORI
A. Balita
1. Pengertian
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai
lebih banyak dengan kualitas yang tinggi. Akan tetapi, balita termasuk
kelompok yang rawan gizi serta mudah menderita kelainan gizi karena
2016).
2. Klasifikasi Balita
Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia di bawah
satu tahun juga termasuk golongan ini. Balita usia 1-5 tahun dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga
tahun yang yang dikenal dengan batita dan anak usia lebih dari tiga tahun
sampai lima tahun yang dikenal dengan usia pra sekolah (Yuliastati &
Arnis, 2016).
9
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
10
yaitu anak usia 1- 3 tahun (batita) dan anak usia pra sekolah. Anak usia 1-3
apa yang disediakan oleh ibunya Laju pertumbuhan masa batita lebih besar
dari masa usia pra sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang
relatif besar. Pola makan yang diberikan sebaiknya dalam porsi kecil
dengan frekuensi sering karena perut balita masih kecil sehingga tidak
usia pra sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat
memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini, anak mulai bergaul
mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan
“tidak” terhadap ajakan. Pada masa ini berat badan anak cenderung
mengalami penurunan, ini terjadi akibat dari aktifitas yang mulai banyak
Gizi atau nutrisi merupakan zat makanan yang diperlukan tubuh untuk
oleh tubuh dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Pola makan yang
berbagai macam pangan dan terpenuhnya standar gizi yang anak butuhkan.
Pola makan dengan gizi seimbang ini membuat anak akan mendapatkan
(Puspitasari, 2017).
Gizi seimbangan adalah makanan yang mengandung unsur zat gizi yang
diperlukan oleh tubuh dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh
Gizi seimbang untuk bayi 0-6 bulan cukup hanya dari ASI. ASI
memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan bayi sampai usia 6 bulan,
bersih. Oleh karena itu setiap bayi harus memperoleh ASI Eksklusif
yang berarti sampai usia 6 bulan hanya diberi ASI saja (Kemenkes
RI., 2014).
Pada anak usia 6-24 bulan, kebutuhan terhadap berbagai zat gizi
semakin meningkat dan tidak lagi dapat dipenuhi hanya dari ASI saja.
pauk sumber protein hewani dan nabati, serta makanan pokok sebagai
dalam jumlah yang tidak berlebihan dan dalam proporsi yang juga
Kebutuhan zat gizi anak pada usia 2-5 tahun meningkat karena masih
yang disukai termasuk makanan jajanan. Oleh karena itu jumlah dan
pada usia ini sering keluar rumah sehingga mudah terkena penyakit
a. Diare
buang air besar atau defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja menjadi cair, dengan atau tanpa darah dan
dari WHO, diare adalah suatu kondisi seseorang buang air besar
dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam
yaitu melalui rute fekal-oral atau oleh pencernaan dari makanan atau
b. Stunting
kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai
c. ISPA
d. Kejang Demam
e. Pneumonia
1. Pengertian
Stunting atau kerdil adalah kondisi gagal tumbuh dimana tinggi badan
anak lebih pendek dibandingan anak seusianya (Atikah, Fahrini, Andini, &
disebabkan oleh kurang gizi yang berlangsung kronis. Pengertian lain dari
ketidakseimbangan gizi.
balita. Adapun anak yang terkena stunting hingga usia 5 tahun sulit untuk
merupakan salah satu permasalahan gizi yang terjadi pada balita. Stunting
yang terjadi pada balita merupakan hasil dari permasalahan gizi yang telah
Kondisi stunting pada anak dapat diketahui jika anak lebih pendek
anak berada di bawah standar. Standar acuan yang dipakai adalah kurva
adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi
dalam kurun waktu yang lama. Stunting dapat terjadi mulai dari dalam
yang besar terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) pada satu
generasi berdasarkan data pemantauan status gizi (PSG) selama tiga tahun
terakhir.
yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang.
Pengukurang tinggi badan atau panjang badan pada anak dapat dilakukan
antara lain : merupakan indikator yang baik untuk mengetahui kurang gizi
pada masa lampau, Alat yang mudah dibawa kemana-mana dan harganya
antara lain : dalam penilaian intervensi harus disertai dengan indeks lain
(seperti BB/U), karena perubahan tinggi badan tidak banyak terjadi dalam
perilaku hidup sehat dan pola asuh/pemberian makanan yang kurang baik
tinggi badan menurut umur (TB/U) atau panjang badan menurut umur
Tabel 2.1
Kategori Ambang Batas Status Gizi Balita
Pada waktu lahir, panjang badan bayi rata-rata adalah 50 cm, tinggi badan
yaitu 2 kali panjang lahir dicapai pada usia 4 tahun, dan pada usia 6 tahun
tingginya berkisar 130 cm. Dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh
tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama.
Tabel 2.2.
Tinggi Badan dan Berat Badan Rata-rata Anak Umur 0-6 Tahun
Diagnosis stunting didasarkan pada indeks PB/U atau TB/U dimana dalam
dkk, 2015).
3. Patofisiologi stunting
pertumbuhan pada anak stunting melambat pada saat anak berusia sekitar
kelompok usia anak. Pada anak yang berusia di bawah 2-3 tahun,
(Sandra, 2017).
Tanda dan gejala dari stunting sendiri bisa dilihat dari salah satunya adalah
gagal tumbuh diusia 24 bulan selain itu juga pekerkembangan otak yang
5. Dampak Stunting
Akibat dari stunting pada anak adalah jangka pendek dan jangka
rendah, resistensi insulin dan risiko yang lebih tinggi untuk berkembang
dan reproduksi ibu yang kurang baik hasil di masa dewasa (Soliman et
al., 2021).
Anak stunting yang mengalami kenaikan berat badan yang cepat setelah
pertumbuhan linier dapat terjadi, meskipun efek selama periode ini pada
daya/kerawanan pangan.
adalah :
1) Factor politik
3) Pendidikan
7. Penatalaksanaan Stunting
melalui penyediaan akses air bersih dan sanitasi. Selain kesehatan, faktor
harus juga diikuti dengan tindak lanjut di daerah hingga tingkat desa dan
melibatkan tidak hanya sektor kesehatan tetapi juga sektor terkait lainnya.
mineral yang buruk. Beberapa pilihan untuk memperbaiki pola makan ibu
kelompok sasaran ini. Bukti dari uji coba intervensi menunjukkan bahwa
ibu dan perilaku pengasuh, dan efek jangka panjang dari nutrisi prenatal
Sementara itu, ada beberapa implikasi kebijakan dan program dari bukti
yang tersedia hingga saat ini. Perhatian harus diberikan pada pencegahan
dan stimulasi perkembangan anak usia dini. Intervensi terpadu yang secara
langsung yaitu:
1) Rumah Tangga
optimal.
2) Faktor Ibu
perawakan ibu seperti usia ibu terlalu muda atau terlalu tua,
menemukan bahwa berat badan lahir, usia ibu, dan tinggi badan
ibu dengan tinggi badan kurang dari 150 cm dan laki-laki kurang
ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja kepada bayi
makanan atau cairan lain, kecuali vitamin, mineral, dan obat yang
telah diizinkan. Asupan makanan yang tepat bagi bayi dan anak
usia dini (0-24 bulan) adalah Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif. ASI
Eksklusif yaitu pemberian ASI saja segera setelah lahir sampai usia
al., 2017).
5) Infeksi
risiko kurang gizi. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab
terjadinya stunting.
perumahan.
meningkat.
b. Pelayanan Kesehatan
c. Pendidikan
makan yang tepat untuk balita dalam upaya peningkatan status gizi
yang baik. Ibu dengan pendidikan rendah antara lain akan sulit
stunting.
e. Pertanian
dan lebih kecil dari yang tidak pendek pada daerah pertanian.
Mereka juga milik keluarga yang memiliki sawah yang jauh lebih
C. Riwayat BBLR
1. Pengertian
bayi yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai
bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa
dari usia gestasi 37 minggu) dengan BBLR karena disadari tidak semua
lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram. Kelahiran BBLR dapat
2. Klasifikasi BBLR
a. BBLR yaitu, berat lebih dari 1500 gram sampai dengan kurang dari
2500 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight
(VLBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari
1500 gram.
c. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau extremely low
birth weight (ELBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir
3. Komplikasi BBLR
3) Gangguan imunologik
4) Ikterus
berlebihan
untuk pertumbuhan yang rendah seperti vitamin A, seng, dan zat besi.
kekurangan gizi.
2021).
D. Pendidikan
1. Pengertian
2014).
2. Jenjang Pendidikan
Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi satu
Ibu yang berpendidikan tinggi memiliki status gizi balita baik yaitu 73,2
(Nurmaliza, 2019).
hal kesehatan dan gizi. Dengan demikian, pendidikan ibu yang relatif
rendah juga akan berkaitan dengan sikap dan tindakan ibu dalam
menangani masalah kurang gizi pada anak balitanya (Putri et al., 2017).
ibu merupakan hal dasar bagi tercapainya gizi balita yang baik. Tingkat
informasi tentang gizi dan kesehatan dari luar. Ibu dengan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah menerima informasi dari
rendah.
pengetahuan yang lebih terkait dengan gizi. Dari hasil pengamatan secara
penyuluhan gizi dan kesehatan. Hal ini terlihat dari tingkat kehadiran ibu
1. Pengertian
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan. Tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air
putih serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu,
biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral tetes, dan obat
tahun(WHO, 2017a).
dilakukan oleh Siagian & Herlina, (2018) didapatkan hasil bahwa ibu
Artinya ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif lebih beresiko 5,23
involusi uteri.
ASI eksklusif bukan hanya salah satu faktor yang berkontribusi pada
kejadian stunting pada anak, tetapi pemberian MP-ASI juga yang optimal
harus diperhatikan. Perbaikan status gizi anak sejak masa prekonsepsi dan
stunting pada anak (Gunawan, 2015). Status gizi balita yang buruk
merupakan dampak dari tingginya jumlah balita yang tidak diberikan ASI
F. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan untuk
Gambar 2.1
Kerangka Teori
Tumbuh
Balita
Masalah Pada Balita:
Diare
ISPA
Berkembang Kejang Demam
Pneumonia
Stunting
G. Kerangka Konsep
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau variabel satu
dengan yang lain dari masalah yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2018)
Gambar 2.2
Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
1. Pendidikan Ibu
2. Riwayat BBLR Stunting Pada
3. Riwayat ASI Eksklusif Balita
H. Hipotesis
sebagai berikut :
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu
orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek lain (D. S.
atau timbulnya variabel dependen. Variabel ini juga dikenal dengan nama
47
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
48
C. Definisi Operasional
Table 3.1
Definisi Operasional
Variabel Independen
cairan apapun
Variabel Dependen
1. Populasi
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
semua yang ada pada populasi (Sugiono, 2017). Dalam peneitian ini
sampling yaitu artinya sampel yang diambil adalah seluruh subjek yang
ini perhitungan besar sampel menggunakan rumus besar sampel dari Dahlan
(2014):
Z 1−α
sehingga Z1−∝/ 2 =1,96
2
c. Proporsi kasus
Tabel 3.1 Proporsi Kasus Perhitungan Besar Sampel
Variabel P1 P2 N Penelitian
Riwayat BBLR 0,24 0,68 25 (Sari & Sulistianingsih,
2018)
Pendidikan ibu 0,60 0,40 96,81 (Ni’mah & Muniroh, 2015)
Riwayat ASI 0,29 0,77 12 (Sulistianingsih & Sari,
Ekslusif 2018)
N= 96,81 orang
2) Kriteria Sampel
a) Kriteria Inklusi
b) Kriteria Ekslusi
Tempat dan waktu penelitian adalah lokasi serta waktu tertentu yang dipilih
1. Tempat
Pringsewu.
2. Waktu
F. Etika Penelitian
penelitian (Notoatmodjo, 2018). Etika penelitian yang baik yaitu hak obyek
yang akan diterapkan pada subjek, manfaat ikut sebagai subjek penelitian,
masalah etik yang mungkin akan dihadapi subjek penelitian; bahaya yang
peneliti. Data yang disajikan hanya data demografi dan hasil pre-post test
pengetahuan.
4. Otonomi (Autonomy)
1. Instrumen Penelitian
primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek
pendidikan ibu, riwayat BBLR dan riwayat ASI Eksklusif. Data sekunder
a. Editing
diisi apakah sudah lengkap atau belum, bila belum lengkap maka peneliti
b. Coding
operasional.
c. Entri Data
d. Tabulating
e. Cleaning
Pada langkah ini data yang telah dimasukkan diperiksa kembali untuk
f. Analyzing
I. Analisa Data
Analisa data merupakan upaya atau cara untuk pengolahan data menjadi
sebuah informasi sehingga hasil dari karakteristik data dapat dipahami oleh
adalah :
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
computer SPSS for windows. Taraf signifikan yang digunakan adalah 95%
J. Jalannya Penelitian
yang dilakukan dalam penelitian ini pada dasarnya adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pelaksanaan
Puskesmas Pagelaran
consent
penelitian
Ali, Z., Saaka, M., Adams, A., Kamwininaang, S. K., & Abizari, A. (2017). The
effect of maternal and child factors on stunting , wasting and underweight
among preschool children in Northern Ghana. 1–13.
https://doi.org/10.1186/s40795-017-0154-2
Angriani, R., & Sudaryati, E. (2018). Hubungan frekuensi menyusui dengan
kelancaran produksi ASI ibu post partum di Wilayah Kerja Puskesmas
Peusangan Selatan Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh tahun 2017. Jurnal
Muara Sains, Teknologi, Kedokteran, Dan Ilmu Kesehatan, 2(1), 299–304.
Anindita, P. (2012). Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga,
Kecukupan Protein & Zinc Dengan Stunting (Pendek) Pada Balita Usia 6 –
35 Bulan Di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 1(2), 1–10.
Beal, T., Tumilowicz, A., & Neufeld, L. M. (2018). A review of child stunting
determinants in Indonesia. Maternal and Child Nutrition, 14(October 2017),
1–10. https://doi.org/10.1111/mcn.12617
Dahlan, S. (2017). Pintu Gerbang Memahami Epidemiologi, Biostatistik dan
Metode Penelitian. Epidemiologi Indonesia.
Delmi, S. (2012). Faktor Determinan Kejadian Stunting pada Anak Usia Sekolah
Di Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padan. Majalah Kedokteran Andalas,
36.
Dewey, K. G. (2016). Review article reducing stunting by improving maternal ,
infant and young child nutrition in regions such as south asia : evidence ,
challenges and opportunities. Maternal and Child Nutrition, 12, 27–38.
https://doi.org/10.1111/mcn.12282
Dharma, K. K. (2013). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta Timur: Trans
Info Jakarta.
Dinkes Lampung. (2020). Profil Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2019.
Dwiwardani, R. L. (2017). Analisis faktor pola pemberian makan pada balita
stunting berdasarkan teori transcultural nursing. Universitas Airlangga.
Esfarjani, F., Roustaee, R., Mohammadi, F., & Esmaillzadeh, A. (2013).
Determinants of stunting in school - aged children of Tehran , Iran.
International Journal of Preventive Medicine, 4(2), 173–180.
Gunawan, I. M. A. (2015). Pemberian ASI eksklusif tidak berhubungan dengan
stunting pada anak usia 6 – 23 bulan di Indonesia. JURNAL GIZI DAN
DIETETIK INDONESIA, 3(1), 162–174.
Kepada Yth.
Ibu …………………..
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Evis Azi Framudya
NIM : 142012018059
Adalah mahasiwa jurusan S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Pringsewu Lampung yang akan mengadakan penelitian dengan judul “Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Kejadian Stunting Pada Balita di Puskesmas Pagelaran
Tahun 2022”. Tujuan penelitian ini yaitu, untuk mengetahui hubungan pendidikan
ibu, riwayat BBLR, riwayat ASI eksklusif dan kejadian stunting pada balita di
Puskesmas Pagelaran tahun 2022.
Sehubungan dengan hal tersebut dan dengan kerendahan hati, saya mohon
kesediaan saudari untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Semua data
maupun informasi yang dikumpulkan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya akan
digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika bersedia untuk menjadi responden,
mohon saudari untuk mendatangani pernyataan kesediaan menjadi responden.
Atas perhatian dan kesediaan saudari, saya ucapkan terima kasih.
Keikutsertaan ini saya sukarela tidak ada paksaan pihak manapun. Demikian surat
ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Kode responden :
2. Nama responden :
3. Alamat responden :
4. Umur :
5. Pendidikan terakhir : ( 1 ) SD
( 2 ) SMP
( 3 ) SMA
( 4 ) Perguruan Tinggi
II. IDENTITAS BALITA
1. Nama balita :
2. Jenis kelamin : ( 1 ) Laki-laki ( 2) Perempuan
3. Tempat, tanggal lahir :
4. Berat saat lahir :
5. Umur : bulan
6. Berat badan : Kg
7. Status gizi TB/U : a. ( 1 ) Tinggi
b. ( 2 ) Normal
c. ( 3 ) Pendek
d. ( 4 ) Sangat Pendek
III. RIWAYAT ASI EKSKLUSIF