Anda di halaman 1dari 78

KEPEDULIAN LINGKUNGAN DAN PENCEGAHAN POLUSI

ATT III

I. Pendahuluan

Kehidupan manusia tidak terlepas dari alam dan


lingkungannya.Berbagai aktivitas manusia dilakukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup yaitu dengan cara memenuhi
kebutuhan hidupnya seperti kebutuhan atas makanan, minuman, pakaian,
rekreasi dan sebagainya. Kebutuhan tersebut didapat dari alam atau
bahannya dari alam yang kemudian diolah oeh manusia.
Maka oleh sebab itu kita harus berusaha untuk menjaga kelestarian
lingkungan alam tempat kita tinggal dan bekerja.Bagi kita para pelaut
tempat kita bekerja yang juga merupakan tempat kita tingal sementara
adalah laut.
Dari pengamatan selama ini kerusakan lingkungan laut disebab kan
oleh kegiatan pelayaran,kegiatan pengeboran,kegiatan penyulingan
(rifenary),kegiatan terminal dan pelabuhan serta kegiatan galangan kapal.
Dalam kegiatan pelayaran pencemaran diakibatkan oleh
pengoperasian kapal secara normal dan akibat kecelakaan yang
terjadi.Maka oleh sebab itu diharapkan kita dapat memahami aturan
aturan mengenai pencegahan pencemaran serta pengoperasian kapal
yang aman .Aturan aturan tersebut ada yang berasal dari Konvensi
konvensi Internasional dan ada juga yang berasal dari Undang Undang
dan Peraturan Nasional kita.

Pengertian pengertian :
Pencemaran lingkungan laut berarti dimasukkannya oleh manusia
secara langsung atau tidak langsung,bahan atau energi kedalam
lingkungan laut termasuk kuala yang mengakibatkan atau mungkin
membawa akibat buruk sedemikian rupa seperti kerusakan pada

1
kekayaan hayati laut dan kehidupan dilaut,bahaya bagi kesehatan
manusia ,gangguan terhadap kegiatan kegiatan di laut termasuk
penangkapan ikan dan penggunaan laut yang sah lainnya, penurunan
kualitas kegunaan air laut dan pengurangan kenyamanan(UNCLOS
1982).

Pencemaran laut adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk


hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam laut oleh kegiatan
manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas air laut turun sampai
ketingkat tertentu yang menyebabkan laut menjadi kurang atau tidak
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
(UU LINGKUNGAN HIDUP).

1. Konvensi konvensi Internasional :


a. The International Convention for the Prevention of Pollution from
Ships 1973/1978 (MARPOL 73/78).
b. The Convention on the Prevention of Marine Pollution by Dumping
of Wastes and Other Matter 1972 (London Dumping Convention )
as amended.
c. International Convention for the Control and Management of Ships’
Ballast Water and Sediments,2004.
d. Anti Fouling Convention.
e. International Convenvention on Civil Liability for Oil Pollution
Damage1969 ( CLC 1969 ).
f. International Convention on The Establishment of An International
Fund for Compensation for Oil Pollution Damage 1971 ( FUND
1971)

2. Undang Undang dan Peraturan Peraturan Nasional.


a. Undang Undang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
b. Undang Undang No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran

2
c. Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2010 tentang Perlindungan
Lingkungan Maritim
d. Keputusan Presiden Republik Indonesia No.46 tahun 1986 tentang
Pengesahan International Convention of Pollution from Ships 1973
beserta Protocol 1978.
e. Keputusan Presiden Republi Indonesia No. 52 tahun 1969 tentang
Pengesahan International Convention on Civil Likability for Oil
Pollution Damage 1969/1992
f. Peraturan Presiden No.109 tahun 2006 tentang Penanggulangan
Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut.

II. Perkembangan Konvensi Internasional tentang Pencegahan


Pencemaran di Laut.
1. Tahun 1926 masalah pencemaran di laut diterima dengan
pengakuan Internasional di Washington DC.
Tema “The International Conference on Pollution of Sea by oil.”
Usul –usul yang diajukan dalam kenprensi:
a. Meawajibkan pemasangan OWS dikapal-kapal yang memakai
BBM dan yang mengangkut minyak sebagai muatan.
b. Menetapkan zona-zona lautan dimana tidak dperkenankan
membuang minyak: Belgia,Belanda,Swedia,Inggeris,USA
menerima ketentuan 50 mil dari daratan merupakan zona
pembuangan terlarang.
2. Tahun 1934 The Interrnational Sea Pollution Aggrement.
3. Tahun 1954 Konvensi Internasional tentang Pencegahan
Pencemaran di laut (Oil Pol 54) menetapkan zona terlarang paling
sedikit 50 mil pantai dan kadar melebihi 100 ppm dilarang serta
persyaratan pemakaian Oil Record Book
4. Tahun 1959 berdiri IMCO.
5. Tahun 1962 amendment dengan memasukkan kapal- kapal
berukuran lebih kecil dan memperluas zoana terlarang diberlakukan
1969 .

3
6. Tahun 1969 yang melarang pembuangan dari operasi secara
normal,kecuali:total pembuangan on ballast voyage tdk melebihi
1/15000 kapasitas muat,pembuangan lebih dari 50 mil dari pantai.
7. Tahun 197l amendment berisi: Great Barrier Reef dianggap
sebagai
daratan dan tata susunan tanki-tanki serta batas ukuran tanki.
8. Tahun 1973 disyahkan Konvensi Marpol 73 konvensi baru yang
menggantikan Oil Pol 54 yang mengatur pencemaran oleh zat zat
yang berasal dari kapal yang terdiri dari 20 Article, 2 Protocol dan 5
ANNEX ( Lampiran )

4
BAB I
International Convention for the Prenention of Pollution From
Ships 1973 and the Protocol of 1978 (Marpol 73/78 )

A. Dikripsi singkat
Konvensi ini disahkan pd tgl 2 Nopember 1973 di IMO, yang pada
awalnya berisi 5 Annex yaitu peraturan pencegahan pencemaran oleh
minyak , bahan kimia beracun yang diangkut dalam bentuk curah,
bahan berbahaya dalam kemasan , kotoran (sewage) dan sampah.
MARPOL protokol 1978 disahkan dengan memasukkan konvensi
TSPP (Tanker Safety and Pollution Prevention) Februari 1978, dlm
rangka merespon kecelakaan kapal tanker 1976/1977. Sejak saat itu
konvensi ini disebut Marpol 1973 Protocol 1978 dengan dipendekkan
menjadi Marpol 73/78.
Pada tahun 1997 diadakan amendemen dengan menambahkan
Pencemaran Udara dari kapal sehingga menjadi 6 Annex yaitu :
ANNEX I Peraturan Peraturan Pencegahan Pencemaran oleh minyak.
ANNEX II Peraturan Pengawasan Pencemaran oleh zat cair beracun
yang diangkut dalam bentuk curah.
ANNEX III Peraturan Pencegahan Pencemaran oleh Zat Berbahaya
yang diangkut dalam kemasan.
ANNEX IV Peraturan Pencegahan Pencemaran oleh kotoran (Sewage)
dari kapal.
ANNEX V Peraturan Pencegahan Pencemaran oleh sampah.
ANNEX VI Peraturan Pencegahan Pencemaran Udara dari kapal.
Pemberlakuan Marpol 73/78 tidak dilaksanakan sekali gus tetapi sesuai
ratifikasi masing masing Annex oleh Negara Anggota.

B. Tujuan Instruksional Umum:

5
Diharapkan sesudah mempelajari Bab ini para peserta didik
dapat memahami aturan aturan mengenai kepedulian lingkungan
utamanya lingkungan laut
C. Tujuan Instruksional Khusus :
Diharapkan setelah selesai mempelajari Bab ini para peserta didik
memahami aturan pencegahan pencemaran dari kapal berdasarkan
Marpol 73/78 ,Konvensi lain yang telah diterima oleh beberapa Negara.

Pokok bahasan konvensi Marpol 73/78


Definisi definisi :
1. Harmful substance (Zat berbahaya ) berarti setiap zat yang apabila
dibuang ke laut dapat menimbulkan bahaya terhadap kesehatan
manusia marugikan terhadap sumberdaya dan kehidupan di
laut ,marusak pembibitan atau mengganggu penggunaan laut yang
syah.
2. Discharge (Pembuangan) sehubungan dengan zat yang
berbahaya atau buangan yang mengandung zat yang berbahaya
berarti setiap pembuangan dari kapal termasuk setiap pelepasan,
pembuangan, kebocoran,pemompaan,emitting atau pengosongan.
3. Ship berarti sebuah kapal dari tipe apapun yang beroperasi dalam
lingkungan maritim dan termasuk kapal kapal hidrofoil,air cushion
vihicles,submersible,floating craft dan plat form yang tetap atau
terapung.
4. Incident berarti setiap kejadian pembuangan ke laut zat yang
merugikan atau aliran yang mengandung zat yang merugikan.
5. Violation (pelanggaran)
(1) Setiap pelanggaran terhadap ketentuan dari Konvensi ini
dilarang dan sanksi sanksi akan ditetapkan untuk itu
dibawah undang undang dari Pemerintah negara bendera
kapal dimanapun pelanggaran terjadi .Bila Pemerintah
Negara Bendera di informasikan mengenai pelanggaran itu
dan ada bukti bukti yang cukup untuk membawa masalah

6
tersebut kedepan pengadilan maka harus diajukan secepat
mungkin.
(2) Setiap pelanggaran terhadap ketentuan dari Konvensi ini
dalam daerah kewenangan dari setiap Negara anggota
adalah dilarang dan sanksi sanksi akan ditetapkan
berdasarkan undang undang dari Negara dimana
pelanggaran tersebut terjadi .
Bila terjadi pelangaran Negara tersebut dapat :
a) Memproses pelanggaran tersebut sesuai undang undangnya
atau
b) Menyampaikan kepada Pemerintah Negara Bendera kapal
informasi tersebut lengkap dengan bukti buktinya terjadinya
pelanggaran
Sertifikat sertifikat yang dikeluarkan oleh sebuah Negara anggota dari
konvensi ini yang dikeluarkan berdasarkan aturan aturan dari konvensi
ini akan diakui oleh Negara anggota yang lain dan akan mempunyai
pemberlakuan yang sama dengan sertifikat yang mereka keluarkan..
Pengawasan dapat dilakukan oleh Port State control Officer selama
kapal berada di pelabuhan atau terminal lepas pantai hanya untuk
memeriksa apakah kapal itu memiliki sertifikat yang masih berlaku,
kecuali ada bukti yang jelas bahwa kondisi dan perlengkapan kapal
tersebut tidak sesuai dengan sertifikat. Apabila terjadi hal demikian
maka PSCO tidak akan mengijinkan kapal berlayar sebelum dapat
dibuktikan bahwa kapal itu tidak akan menimbulkan ancaman terhadap
lingkungan maritim .Tetapi kapal boleh diijinkan berangkat dari terminal
untuk menuju ke pelabuhan terdekat untuk perbaikan.
Bila sebuah Negara meolak sebuah kapal untuk memasuki pelabuhan
atau terminal lepas pantainya atau mengambil suatu tindakan terhadap
kapal tersebut maka harus menyampaikan secepat mungkin kepada
perwakilan negara tersebut.

7
Terhadap kapal kapal dari Negara yang belum meratifikasi konvensi
tidak diberikan perlakuan yang menguntuntungkan (favourable
treatment) dan harus memenuhi sesuai konvensi ini.

ANNEX I Peraturan Pencegahan Pencemaran oleh Minyak


Annex I diberlakukan (Enter into force) pada tangal 2 Oktober 1983 yang
dilatar belakangi oleh kecelakan kecelakaan kapal tanki minyak antara
lain tenggelamnya kapal tanker “ TORREY CANYON”, ketika memasuki
English Channel dan menumpahkan 120.000 ton minyak mentah kelaut
pada tahun 1967. Kandasnya kapal tanker Amoco Cadiz pantai Perancis
pada Maret 1978 yang menumpahkan 223 ribu ton minyak mentah.
Berbagai pertanyaan timbul tentang langkah2 yang harus diambil untuk
mencegah pencemaran laut dan tidak adanya suatu sistem yg
menyediakan kompensasi setelah terjadinya kecelakaan dilaut yang
mengakibatkan pencemaran .

Definisi definisi :
Untuk maksud dalam Annex ini :
1. Minyak berarti bahan bakar dalam bentuk apapun termasuk minyak
mentah,minyak bakar,minyak bekas dan minyak hasil olahan.
2. Minyak mentah berarti setiap campuran hidrocarbon cair yang terjadi
secara alamiah dalam perut bumi yang sudah layak untuk dingkut.
3. Campuran berminyak berarti suatu campuran yang mengandung
minyak.
4. Minyak bakar berarti setiap minyak yang digunakan untuk bahan
bakar mesin induk dan mesin bantu suatu kapal yang dibawa di
kapal.
5. Kapal tanker berarti suatu kapal yang konstruksinya dibuat untuk
mengangkut minyak secara curah.
6. Kapal tanker minyak mentah berarti kapal tanker yang digunakan
untuk mengangkut minyak mentah

8
7. Kapal pengangkut minyak olahan berarti kapal tanker yang digunakan
unutuk mengangkut minyak selain minyak mentah.
8. Kapal kombinasi ialah kapal yang digunakan untuk mengangkut
muatan minyak atau curah padat .
9. Konversi besar berarti:
a. Perubahan besar dengan tujuan merubah ukuran dan daya angkut
kapal.
b. Yang merubah tipe kapal.
c. Untuk memperpanjang umur kapal.
d. Atau sebaliknya untuk merubah kapal yang bila dianggap kapal
baru akan terkena persyaratan dai konvensi ini dan bila
dikategorikan kapal lama tidak dikenakan.
10. Jarak dari daratan terdekat berarti jarak dari garis pangkal dimana laut
teritorial diukur.
11. Special area berarti suatu daerah laut dimana untuk alasan alasan
tehnik sehubungan dengan kondisi oceanografi dan ecologynya dan
sifat tertentu dari pencemaran diperlukan. Dalam Annex I ada
beberapa special area seperti :
1. Mediteranian Sea
2. Baltic Sea
3. Black Sea
4. Red Sea
5. Gulf Area
6. Gulf of Aden
7. Antartic
8. Northwest European
9. Daerah Oman dari Laut Arab.
12. Instantaneous rate of discaharge dari campuran berminyak berarti
kecepatan pembuangan dalam liter perjam dibagi dengan kecepatan
kapal dalam knots.

9
13. Tanki berarti sustu ruangan tertutup yang dibentuk oleh bangunan
yang tetap dari kapal yang diperuntukkan untuk membawa minyak
secara curah.
14. Wing tank berarti setiap tanki yang bersebelahan dengan pelat
lambung.
15. Centre tank berarti setiap tanki dibagian dalam dari sekat membujur.
16. Slop tank berarti tanki yang khusus diperuntukkan untuk
mengumpulkan air pencucian atau pengeringan dari tanki lain atau
campuran berminyak lainnya.
17. Ballast bersih berarti balast dalam suatu tanki dimana sejak minyak
terakhir diangkut telah dicuci sedemikian sehingga air dari tanki itu
apabila dibuang ke laut tidak menampakkan tanda-tanda minyak pada
permuakaan air yang tenang atau pada garis pantai yang
bersebelahan. Bila ballast ini dibuang melalui “ oil discharge
monitoring dan control system” kandungan minyaknya tidak melebihi
15 ppm.
18. Ballast terpisah adalah air ballast dari tanki yang terpisah secara
sempurna dari sistim muatan minyak dan bahan baker kapal.

Pemberlakuan
Kecuali dinyatakan lain aturan dari Annex ini berlaku untuk semua
kapal.Untuk kapal tertentu hanya diberlakuan pasal pasal tertentu atau
dibebaskan dari beberapa persyaratan.Disamping itu Pemerintah dapat
juga membebaskan dari persyaratan konstruksi dan perlengkapan untuk
kapal kapal tertentu misalnya hydrofoil,air cushion vehicle,near surface
craft, kapal selam dan lain lain.

Survey survey
Setiap kapal tanker GT 150 atau lebih dan kapal bukan tanker GT 400
atau lebih harus dilakukan survey survey sebagai berikut :
1. Initial survey (Survei pertama) sebelum kapal dioperasikan pertama
kali.Yaitu survey menyeluruh terhadap konstruksi, perlengkapan,

10
sistem ,fittings, tata susunan dan material apakah betul betul telah
memenuhi persyaratan sesuai Annex I.
2. Renewal survey ( survei pembaruan ) sesuai ketentuan Pemerintah
tapi tidak boleh lebih dari 5 tahun.Survey ini untuk menjamin bahwa
bangunan, perlengkapal, sistem, fitting tata susunan dan material
masih memenuhi sesuai persyaratan dari Annex ini.
3. Intermediate survey dalam waktu 3 bulan sebelum atau sesudah
anniversary date ke dua atau ke tiga yang biasanya dilaksanakan
bersamaan dengan annual survey.Survey ini untuk menjamin bahwa
peralatan dan pompa pompa yang terkait dan sisitim pipa
pipa,termasuk ODM dan Control Sytem,Sistem COW.peralatan OWS
dan penyaringan minyak betul betul memenuhi sesuai persyaratan
dari Annex ini dan masih berfungsi baik .
4. Annual survey dalam waktu 3 bulan sebelum atau sesudah
anniversary date dari sertifikat. termasuk pemeriksaan umum dari
bangunan, perlengkapan, system,fitting tata susunan dan material
betul betul masih memenuhi sesuai ketentuan dari Annex ini dan
masih berfugsi baik dan memuaskan.
5. Additional survey sebagian atau seluruhnya sesuai kebetuhan yang
dilaksanakan sesudah perbaikan atau penggantian .Survey ini untuk
menjamin bahwa perbaikan yang diperlukan atau penggantian apabila
dianggap perlu telah dilaksanakan dengan baik dan kapal telah betul
betul memenuhi sesuai persyaratan dari Annex ini..

Penerbitan Sertifikat
Sebuah Sertifikat yang dinamakan Sertifikat Internasional Pencegahan
Pencemaran Oleh Minyak (International Oil Pollution Prevention
Certificate ) sesudah Initial atau Renewal Survey kepada kapal kapal yang
memenuhi persyaratan dari kapal tanker ukuran GT 150 atau lebih dan
kapal Non Tanker GT 400 atau lebih.Sertifikat ini berlaku sesuai ketentuan
Pemerintah tetapi tidak boleh lebih dari 5 tahun.

11
Pengawasan oleh pejabat Negara Pelabuhan ( Port State Control
Officer)
Sebuah kapal bila berada di pelabuhan atau terminal lepas pantai dari
Negara lain dapat diperiksa oleh Perwira Perwira yang diberi wewenang
oleh Negara itu sehubungan dengan persyaratan operational sesuai
Annex ini dimana bila ditemui bukti yang jelas (clear ground) bahwa
Nakhoda atau ABK tidak familiar dengan prosedur prosedur sehubungan
dengan pencegahan polusi oleh minyak maka kapal tidak akan dijinkan
untuk berlayar.

Kebijakan dalam pencegahan pancemaran


Dalam pencegahan pencemaran oleh minyak garis besar kebijakan yang
diambil adalah :
a) KONSTRUKSI
1. Segregated ballast tank (SBT)
2. Dedicated ballast tank
3. Pembatasan ukuran tanki.
4. Subdivision and stability
5. Protective location of SBT(double hull)
6. Retention on board.

b) PERLENGKAPAN
1. Oily Water Separator
2. Oil Discharge Monitoring and Control systim
3. Interface Detector
4. In stalasi pembuangan kedarat
5. Oil record book
6. SOPEP

c) PENGAWASAN
1. Kadar buangan
2. Daerah buangan

12
3. Receiption facility
4. Penegakan hukum

Persyaratan untuk ruang permesinan pada semua kapal

A. Persyaratan konstruksi
Tanki tanki untuk oil residu (sludge).
Setiap kapal ukuran GT 400 atau lebih harus dilengkapi dengan
tanki yang kapasitasnya sesuai dengan tipe mesin dan lamanya
perjalanan untuk menampung oil residu yang berasal dari purification
of fuel, minyak lumas dan kebocoran minyak di kamar permesinan.
Pipa ke dan dari sludge tank tidak boleh ada hubungan langsung
keluar kapal selain melalui discharge connection

Standar discharge connection (Stadar untuk sambungan


pembuangan ke penampungan di darat
Untuk memungkinkan pipa dan penampungan didarat dapat
dihubungkan dengan pipa pembuangan dikapal harus disediakan
sambungan standar dengan ukuran
Penjelasan Ukuran
Diameter luar 215 mm
Diameter dalam sesuai tbl pipa
Baut dalam flens 6 lobang diameter 22 mm
Tebal flens 20 mm
Baut 6 buah diameter 20 mm

B. Perlengkapan
Peralatan penyaring minyak

13
a. Setiap kapal ukuran GT 400 atau lebih tetapi kurang dari GT
10.000 harus dilengkapi dengan oil filter yang menjamin bahwa
setiap campuran berminyak yang dibuang melewati alat itu
kandungan minyaknya tidak melebihi 15 ppm.
b. Setiap kapal ukuran GT 10 000 atau lebih harus dilengkapi dengan
oil filter yang menjamin bahwa setiap campuran berminyak yang
dibuang melewati peralatan tersebut kandungan minyaknya tidak
boleh melebihi 15 ppm dan sebagai tambahan dilengkapi dengan
alarm yang menunjukkan bila level itu dilebihi dan sebagai
tambahan harus ada sistem yang yang akan menghentikan
pembuangan bila kadar minyaknya melebihi 15 ppm.

Pengawasan Pembuangan Minyak dari ruang permasinan.


A. Di luar Daerah Khusus
1. Kapal sedang berlayar
2. Pembuangan melalui sistim penyaringan
3. Kandungan minyak tidak melebihi 15 ppm
4. Campuran berminyak tidak berasal dari bilge dari kamar pompa
di kapal tanker
5. Bila di kapal tanker pembuangan tidak bercampur dengan oil
residu muatan

B. Dalam daerah khusus


Setiap pembuangan ke laut minyak atau cmpuran berminyak dari
kapal GT 400 atau lebih dilarang kecuali bila hal berikut terpenuhi:
1. Kapal sedang berlayar.
2. Campuran berminyak telah diproses melalui sistim oil filtering
dan contol system.
3. Kandungan minyak dalam aliran pebuangan tidak melebihi 15
ppm.
4. Aliran tidak berasal dari bilge ruang pompa di kapal tanker.

14
5. Di kapal tanker campuran berminyak tidak tercampur dengan oil
residu dari ruang muat.
C. Persyaratan untuk kapal kapal kurang dari GT 400 di seluruh
daerah kecuali Antarctic.
Dalam hal sebuah kapal kurang dari GT 400,minyak dan campuran
berminyak apakah akan ditampung di kapal atau dibuang dengan
persyaratan sebagai berikut:
1. Kapal sedang berlayar
2. Kapal mempunyai peralatan yang disyahkan oleh
Pemerintah yang menjamin bahwa kandungan minyak dalam
pembuangan tidak melebihi 15 ppm.
3. Aliran tidak berasal dari bilge ruang pompa di kapal tanker.
4. Di kapal tanker campuran berminyak tidak tercampur
dengan oil residu dari ruang muat.

Pemisahan minyak dan air balast dan pengangkutan minyak di


tanki fore peak
Di kapal kapal yang penyerahannya setelah 31 Desember 1979
ukuran GT 400 atau lebih selain dari kapal tanker dan kapal tanker
yang penyerahannya sesudah 31 Desember 1979 ukuran GT 150
atau lebih tidak boleh membawa ballast dalam tanki bahan bakar.
Bila kebutuhan untuk membawa bahan bakar dalam jumlah yang
besar sehingga perlu membawa air ballast yang bukan ballast bersih
dalam tanki bahan bakar,ballast tersebut harus dibuang ke receiption
facility atau ke laut sesuai aturan dan harus di catat dalam oil record
book.
Di kapal GT 400 atau lebih yang kontraknya sesudah 1 Januari
1982 dan dalam hal tidak ada kontrak yang peletakan lunasnya
sesudah 1 Juli 1982 minyak tidak boleh diangkut di fore peak tank
atau di tanki di depan sekat pelanggaran.

15
Pemisahan minyak dan air balast dan pengangkutan minyak di
tanki fore peak
Di kapal kapal yang penyerahannya setelah 31 Desember 1979
ukuran GT 400 atau lebih selain dari kapal tanker dan kapal tanker
yang penyerahannya sesudah 31 Desember 1979 ukuran GT 150
atau lebih tidak boleh membawa ballast dalam tanki bahan bakar.
Bila kebutuhan untuk membawa bahan bakar dalam jumlah yang
besar sehingga perlu membawa air ballast yang bukan ballast bersih
dalam tanki bahan bakar,ballast tersebut harus dibuang ke receiption
facility atau ke laut sesuai aturan dan harus di catat dalam oil record
book.
Di kapal GT 400 atau lebih yang kontraknya sesudah 1 Januari
1982 dan dalam hal tidak ada kontrak yang peletakan lunasnya
sesudah 1 Juli 1982 minyak tidak boleh diangkut di fore peak tank
atau di tanki di depan sekat pelanggaran

Persyaratan persyaratan untuk daerah muatan di kapal tanker


Tanki ballast terpisah
1. Kapal kapal tanker minyak dengan kapasitas bobot mati 20.000
ton atau lebih yang tanggal penyerahannya sesudah 1 Juni 1982.
- Setiap tanker pengangkut minyak mentah 20.000 ton bobot
mati atau lebih dan setiap tanker pengangkut minyak olahan
30.000 ton bobot mati atau lebih harus dilengkapi dengan
tanki ballast terpisah.
- Kapasitas dari tanki ballast terpisah ditentukan sewdemikian
bahwa kapal dapat beroperasi dengan aman dalam kondisi
ballast tanpa harus menggunakan tanki muatan untuk air
ballast.Dalam segala hal bagaimanapun kapasitas dari tanki
ballast terpisah sekurang kurangnya dalam kondisi ballast
pada setiap bagian dari pelayaran termasuk kondisi kapal

16
kosong dengan hanya ballast terpisah saja draft dan trim
kapal memenuhi persyaratan berikut:
1. moulded draft ditengah dalam meter sekurang kurangnya
dm = 2,0 + 0,02 L ( dm = draft tengah tengah dalam
meter . L = panjang kapal dalm meter)
2. draft depan dan belakang sesuai draft tengah tengah
dengan trim kebelakang tidak lebih dari 0,015 L meter.
3. dalam segala keadaan propeller tenggelam dengan
sempurna
- Dalam segala hal tidak boleh memuat ballast dalam tanki
muatan kecuali dalam cuaca buruk yang jarang terjadi
Nakhoda menganggap perlu menambah ballast untuk
keselamatan kapal.
- Di kapal tanker pengangkut minyak mentah bila terpaksa
mengisi air ballast di tanki muatan maka tanki tersebut telah
dicuci dengan Crude Oil Washing.
- Pembuangan air ballast dalam tanki tanki muatan tadi harus
dilaksanakan sesuai ketentuan.

2. Kapal tanker pengangkut minyak mentah 40.000 ton bobot mati


atau lebih yang penyerahannya sebelum 1 Juni 1982 harus juga
memenuhi persyaratan seperti tersebut diatas atau sebagai
gantinya beroperasi dengan Crude Oil Washing yang memenuhi
persyaratan kecuali kalau mengangkut muatan yang tidak bisa
menggunakan Crude Oil Washing’.
3. Kapal tanker pengangkut minyak olahan 40.000 ton bobot mati
atau lebih yang penyerahannya pada atau sesudah 1 Juni 1982
harus juga dilengkapi dengan tanki ballast terpisah atau sebagai
pengganti beroperasi dengan Dedicated Ballast Tank yang
memenuhi persyaratan sebagai berikut:

17
1. Kapal tanker tersebut mempunyai tanki yang hanya digunakan
untuk mengangkut air ballast bersih dengan kapasitas yang
memenuhi persaratan.
2. Tata susunan dan prosedur pengoperasian tangki ballast
bersih tersebut harus memenuhi aturan Pemerintah yang
berdasarkan Specification for Oil Tankers with Dedicated
Ballast Tanks yang diterima oleh IMO dengan Resolusi A.495
(XII).
3. Kapal kapal tersebut dilengkapi dengan Oil Content Meter
yang telah disyahkan Pemerintah.
4. Kapal dilengkapi dengan Dedicated Ballast Tank Manual yang
menjelaskan secara terperinci system dan pengoperasiannya.

Oil tanker yang penyerahannya pada atau sebelum 1 Juni 1982 yang
mempunyai penataan ballast khusus.
Bila sebuah kapal tanker diserahkan pada atau sebelum 1 Juni 1982
dikonstruksikan dan dioperasikan dengan cara sedemikian bahwa
dalam setiap kondisi memenuhi persyaratan mengenai draft dan trim
tanpa menggunakan ballast water dibebaskan dari persyaratan SBT
asalkan persyaratan berikut dipenuhi:
1. Operasional procedure dan pengaturan ballast disyahkan oleh
Pemerintah.
2. Perjanjian dicapai antara Administration dan Pemerintah Negara
Pelabuhan.
3. IOPP certificates diendorsed bahwa kapal dioperasikan dengan
pengaturan ballast khusus.
Ballast tidak boleh diangkut dalam tanki minyak kecuali dalam keadaan
yang jarang terjadi misalnya karena kondisi cuaca untuk keselamatan
kapal Nakhoda menginginkan penambahan air ballast .
Pemerintah yang telah mengendorsed IOPP cert dengan pengaturan
ballast khusus harus menginformasikan ke IMO

18
Oil tanker 70 000 ton DWT atau lebih yang penyerahannya sesudah 31
Desember 1979.
Oil tanker 70.000 ton DWT atau lebih harus dilengkapi dengan SBT
yang memenuhi persyaratan sesuai konvensi ini.

Protective location of SBT’


Pada setiap tanker crude oil 20.000 ton DWT atau lebih dan product
carrier 30.000 ton DWT atau lebih penyerahan sesudah 1 Juni 1982
SBT yang terletak dalam panjang dari tanki muatan harus melindungi
keluarnya minyak apabila terjadi tubrukan atau kandas

Persyaratan double hull dan double bottom bagi tanker yang


penyerahannya sesudah 6 Juli 1996
Aturan ini berlaku untuk oil tanker 600 ton DWT atau lebih yang
penyerahannya pada atau sesudah 6 Juli 1996 :
Setiap oil tanker 5000 ton DWT atau lebih harus memenuhi
persyaratan sbb:
Keseluruhan panjang dari cargo tank dilindungi oleh ballast tank
atau ruang lain selain dari ruang muat minyak t :

Reg 20 Double hull and double bottom untuk untuk tanker yang
penyerahannya sebelum 6 July 1996
Kecuali dinyatakan lain berlaku untuk :
Kapal tanker 5000 ton DWT yang penyerahannya sebelum 6 Juli 1996
yang didistilasi

Kategori dari kapal tanker


1. Oil tanker Kategori 1 berarti berarti sebuah kapal tanker ukuran
20.000 ton DWT atau yang membawa crude oil,fuel oil,heavy diesel

19
oil atau minyak lumas sebagai muatan dan tanker 30.000 ton DWT
atau lebih yang membawa mnyak selain dari tersebut
terdahulu.Terhadap tanker kategori ini diberlakukan 5 April 2005
untuk yang penyerahannya pada 5 April 1982 atau lebih cepat
untuk yang penyerahannya sesudah 5 April 1982.
2. Oil tanker Kategori 2 berarti tanker 20.000 ton DWT atau yang
membawa crude oil,fuel oil,heavy diesel oil atau minyak lumas
sebagai cargo dan tanker 30.000 ton DWT atau lebih membawa
minyak selain itu yang memenuhi persyaratan oil tanker yang
penyerahannya sesudah 1 Juni 1982 .
3. Oil tanker Kategori 3 berarti sebuah oil tanker 5.000 ton DWT
atau lebih tetapi kurang dari 20.000 ton untuk crude oil tanker atau
kurang dari 30.000 ton untuk tanker lainnya .
Untuk kategori 2 dan kategori 3 dberlakukan bertahap sesuai tabael
berikut;
5 April 2005 untuk penyerahan 5 April 1977 atau sebelumnya.
2005 untuk kapal penyerahannya sesudah 5 April 1977 tetapi
sebelum 1 Januari 1978
2006 untuk penyerahan 1978 dan 1979
2007 untuk penyerahan 1980 dan 1981
2008 untuk penyerahan 1982
2009 untuk penyerahan 1983
2010 untuk penyerahan 1084 atau sesudahnya.

Rg.21 Pencegahan pencemaran dari tanker yang membawa heavy


grade oil sebagai muatan.
Berlaku untuk oil tanker 600 ton DWT.
Yang dimaksud dengan heavy grade oil adalah :
a. Crude oil yang densitynya pada 15 derajat celcius lebih tinggi dari
900 kg/m3.

20
b. Bahan bakar yang densitynya pada 15 derajat celcius lebih dari 900
kg/m3 atau kinematic viscosity pada 50 derajat C lebih dari 180
mm2/s.
c. Bitumen,tar dan emlsinya.
Kapal-kapal yang terkena aturan ini harus memenuhi persaratan :
Bila ukuran 5000 ton DWT atau lebih harus dilengkapi dengan double
hull dan double bottom. Bila ukuran 600 ton atau lebih tetapi kurang
dari 5000 ton harus dilengkapi double bottom atau wing tank dan
space.

Reg 22.Perlindungan dari dasar kamar pompa.


Berlaku untuk kapal tanker ukuran 5000 ton DWT atau lebih yang
dibangun pada atau sesudah 1 Januari 2007.Pump room harus
dilengkapi dengan double bottom sedemikian sehingga pada setiap
cross section dalam dari setiap double bottom tank atau space tinggi
( h ) antara dasar dari pump room base line kapal diukur tegak lurus ke
base line tidak kurang dari :
h = B/15 (m) atau
h = 2m mana yang lebih kecil.
Nilai minimum h = 1 m
Pompa ballast harus dilengkapi dengan arrangement yang mencukupi
untuk menjamin pengisapan yang efisien dari tanki double bottom. Bila
luapan dari pump room tidak akan mempengaruhi pompa sistim
balaast double bottom tidak diperlukan.

Reg 26.Pembatasan ukuran tanki


Pembatasan ukuran tanki
Diberlakukan terhadap tanker GT 150 atau lebih yang penyerahannya
sesudah 31 Desember 1979 atau tanker GT 150 atau lebih yang
penyerahannya sesudah 1 Januari 1977 dan kontrak pembuatannya
sesudah 1 Januari 1974 atau bila tdk tdk ada kontrak yang peletakan
lunasnya sesudah 30 Juni 1974.

21
Panjang tanki maximium 10 meter atau:
a. (0,5 b1/B +0,1 ) L tetapi tdk boleh lebih dai 0,2 L bila tdk
mempunyai sekat membujur
b. (0,25 b1/B + 0,15 ) L bila mumpunyai sekat membujur di tengah.
Bila ada 2 atau lebih sekat membujaur maka panjang tanki :
wing tank 0,2 L
centre tank :
bila b1/B sama atau lebih dari 1/5 0,2 L
bila kurang dari 1/5 maka panjang tanki
(0,5 b1/B+0.1) L
L = panjang kapal, b1=lebar wing tank,B= lebar kapal.

SLOP TANK
Berlaku untuk tanker GT 150 atau lebih
Setiap kapal harus dilengkapi dengan Slop tank untuk menampung
balast kotor dengan kapasitas minimum 3% dari kapasitas muat
kapal,kecuali pemerintah dapat menyetujui:
2% untuk tanker yang air pencuci tankinya dapat digunakan lagi untuk
mencuci tanki lain atau yang dilengkapi COW dan SBT.
1% tanker kombinasi .
Slop tank harus didisain terutama kedudukan dari inlet,outlet,bafflet atau
weirs bila dilengkapi untuk mencegah gejolak pencampuran minyak
dengan air.
Tanker 70.000 ton DWT atau lebih yang penyerahannya sesudah 31
Desember 1979 sekurang kurangnya harus dilengkapi dengan 2 slop tank

Penataan pompa, pipa dan pembuangan


Di setiap tanker manifold pembuangan untuk dihubungkan dengan
receiption facity guna pembuangan ballast kotor harus terletak di dek
terbuka pada kedua sisi kapal.
Pada tanker GT 150 atau lebih pipa untuk pembuangan air ballast
atau air bercampur minyak dari daerah ruang muat ke laut harus

22
mengarah ke dek terbuka atau ke lambung kapal diatas garis air pada
kondisi draft terdalam.
Untuk tanker GT 150 atau lebih yang penyerahanya sesudah 31
Desember 1979 harus ada cara untuk menghentikan pembuangan kelaut
balast kotor atau air bercampur minyak dari suatu posisi di upper dek atau
diatasnya yang manifold untuk pembuangan itu kelihatan.Peralatan
penyetopan itu boleh tidak dipasang bila ada sisitim komunikasi yang
efektif seperti telepon atau peralatan radio antara posisi pengawasan dan
posisi kontrol pembuangan.
Tanker yang penyerahannya pada atau sebelum 31 Desember 1979 yang
tanpa modifikasi tidak mampu membuang segregated ballast diatas garis
air dapat membuang di bawah garis air di laut dengan persaratan bahwa
permukaan dari air ballast telah diteliti sebelum pembuangan untuk
meyakinkan bahwa tidak ada kontaminasi dengan minyak.
Tanker yang penyerahannya pada atau sebelum 1 Juni 1982 yang
beroperasi dengan sistim Dedicated Ballast Tank yang tanpa modifikasi
tidak mampu untuk membuang di atas garis air dapat diijinkan
pembuangan di bawah garis air dengan persaratan harus diawasi sesuai
aturan 18.8.3 (hanya untuk product carrier yang di lengkap dengan oil
content meter yang di akui)
Setiap tanker GT 150 atau lebih yang penyerahannya sesudah 1 Januari
2010 yang telah dipasang sea chest yang secara permanen dihubungkan
dengan sistim pipa muatan harus dilengkapi dengan kedua persaratan
yaitu sebuah sea chest dan sebuah inboard isolation valve.Sebagai
tambahan dari valve ini sea chest harus bisa diisolasi dari sistim pipa muat
bila pemuatan sedang berlangsung

Peralatan
Dari cargo area di kapal tanker
1. Oil discharge monitoring and Control system
Tanker GT 150 atau lebih harus dilengkapi dengan oil disharge
monitoring and control system yang disyahkan Pemerintah.Dengan

23
pertimbangan sistim ini bersama dengan sistim oilcontent meter harus
menggunakan spesifikasi yang direkomendasi oleh IMO.System harus
dilengkapi dengan alat recording yang merecord terus menerus record
dari pembuangan dalam liter per mil dan jumlah total yang dibuang atau
oil content dan kecepatam pembuangan.Record ini harus ditandai
dengan tanggal dan waktu dan harus disimpan sekurang kurangnya 3
tahun.Oil discharge monitoring dan control system harus langsung
beroperasi bila ada pembuangan kelaut dan pembuangan harus
langsung berhenti bila kecepatan pembuangan melebihi dari yang
diijinkan.Setiap kegagalan dari sistim ini juga akan menghentikan
pembuangan.Dalam hal kerusakan alat ini sistim manual alternatif
dapat digunakan tetapi defective unit harus dapat beroperasi secepat
mungkin. PSCO dapat mengijinkan satu kali ballast voyage ke
pelabuhan perbaikan untuk memperbaiki sistim monitor dan kontrol

2. Oil/water interface detector


Tanker GT 150 atau lebih harus dilengkapi dengan oil/water
interface detector yang efektif yang disyahkan Pemerintah untuk
mengetahui dengan cepat dan akurat batas permuakaan minyak dan
air dalam slop tank dan harus bisa digunakan di tanki lain dimana
pemisahan air dan minyak berlaku dari mana akan dibuang ke laut.

3. Crude Oil Washing


1. Setiap Crude oil tanker 20.000 ton atau lebih yang penyerahannya
sesudah 1 Juni 1982 harus dilengkapi dengan sebuah sistem
pembersihan tanki menggunakan Crude Oil Washing. Pemerintah
harus memastikan bahwa sistim ini memenuhi persyaratan dalam
waktu satu tahun sesudah tanker ini pertama kali mejalani trayek
mengangkut crude oil atau pada akhir voyage ke tiga.
2. Crude Oil Washing harus memenuhi persyaratan yang ditentukan
Pemerintah.

24
Pengecualian
1. Pembuangan dilakukan untuk keselamatan kapal atau
penyelamatan jiwa di laut.
2. Pembuangan kelaut disebabkan kerusakan kapal dan peralatan
dengan ketentuan bahwa semua usaha telah dilakukan sesudah
kerusakan berlangsung atau ditemui tumpahan untuk tujuan
mencegah atau meminimalkan tumpahan kecuali jika pemilik atau
Nakhoda bertindak baik dengan sengaja atau kecerobohan dan
mengetahui bahwa pencemaran mungkin terjadi.
3. Pembuangan kelaut zat yang mengandung oil disetujui oleh
pemerintah bila digunakan untuk tujuan penanggulangan insiden
pencemaran debgan tujuan untuk meminimalkan kerusakan akibat
pencemaran.Pembuangan harus mendapat ijin dari pemerintah
ditempat kejadian.

Receiption facilities
Setiap Negara anggota dari Konvensi ini harus mengambil langkah
langkah bahwa di oil loading terminal,pelabuahan repair,dan di pelabuhan
lainnya dimana kapal kapal mempunyai oil residu untuk dibuang harus
tersedia fasilitas penampungan yang cukup sehingga kapal tersebut dapat
menggunakannya tanpa menyebabkan delay kapal.
Receiption facility tersebut harus ada di :
1. Semua pelabuhan dan terminal dimana crude oil dimuat ke tanker
yang telah menyelesaikan pelayaran dalam ballast tidak lebih dari 72
jam atau tidak lebih dari 1200 Nautical mile.
2. Semua pelabuhan dan terminal minyak selain crude oil dimuat dalam
bentuk curah dengan jumlah rata rata 1000 ton per hari.
3. Semua pelabuahan yang memiliki galangan perbaikan kapal dan
fasilitas pencucian tangki.
4. Semua pelabuhan dan terminal yang menghandel kapal kapal yang
mempunyai sludge tank.

25
5. Semua pelabuhan yang melayani kapal kapal yang tidak dapat
membuang kelaut air gotnya.
6. Semua pelabuhan muat untuk muatan curah untuk menampung
residu dari tanker kombinasi.

Kapasitas dari Receiption facility:


1. Di Terminal crude oil kapasitasnya cukup untuk menerima minyak
atau campuran berminyak yang tidak dapat dibuang ke laut.
2. Di pelabuhan muat dan terminal kapasitasnya cukup untuk
menampung minyak atau campuran berminyak dari kapal.
3. Di Pelabuhan Repair kapasitasnya cukup untuk menampung semua
residu dan campuran berminyak yang harus dibuang sebelum masuk
dok.
4. Semua fasilitas cukup untuk menampung semua residu dari semua
kapal yang diperkirakan akan mendatangi pelabuhan itu.
5. Semua fasilitas yang tersedia harus mapu menampung air got
berminyak dan residu dari kapal.
6. Fasilitas yang tersedia harusmemperkirakan masalah dari kapal
kombinasi.

Persyaratan khusus untuk fixed atau floating platform


Aturan ini berlaku untuk fixed atau floating platforms termasuk drilling
rig,floating production,storage and offloading facilites (FPSOs) yang
digunakan untuk produksi lepas pantai dan penyimpanan minyak dan
Floating Storage Units (FSUs) yang digunakan sebagai penyimpanan
produksi minyak lepas pantai.
Fixed dan floating platforms bila bekerja dalam explorasi,explotasi lepas
pantai yang yang memproses sumber mineral bawah laut dan platform
lainnya harus memenuhi persyaratan yang diberlakukan terhadap kapal
GT 400 atau lebih selain dari tanker kecuali :
1. Mereka harus dilengkapi sejauh dapat dilaksanakan dengan tanki
residu dan oil filtering equipment.

26
2. Mereka harus menyimpan record dari semua operasi yang
berhubungan dengan pembuangan minyak atau campuran berminyak.
3. Pembuangan minyak dan campuran berminyak dilarang bila
kandungan minyaknya tidak lebih dari 15 ppm.

ANNEX II Peraturan Pengawasan Pencemaran oleh Zat Cair


Beracun yang diangkut dalam bentuk curah
Diberlakukan secara bertahap sesuai amendmennya.Amendmen
1989 yg memberlakukan IBC Code dan BCH Code berlaku sejak 13 Okt
1990.Amendmen 1992 berlaku sejak 1 Juli 1994.Amendmen 1994
mengenai pengawasan PSCO berlaku sejak 3 MARET 1996.
Kapal kapal pengangkut NLS sesudah disurvei diberikan Sertifikat
International Pollution Prevention Certificate For The Carriage of Noxious
Liquid Substances in Bulk atau sering disebut NLS Certificate. Sertifikat
berlaku untuk 5 tahun dengan persyaratan harus diendors tiap tahun.

• Survei survei yang dlaksanakan sehubungan dengan sertifikat tersebut


adalah:
1. Initial survey sebelum kapal dioperasikan untuk partama kali.
2. Annual survey dalam waktu 3 bulan sebelum atau sesudah
Anniversary date dari sertifikat.
3. Intermediate survey dalam waktu 3 bulan sebelum atau sesudah
Anniversary date ke 2 atau ke 3.
4. Renewal survey setiap 5 tahun atau sesuai masa laku sertifikat.
5. Additional survey apabila dibutuhkan.
Bagi kapal kapal yang sudah disurvei dan diberikan sertifikat
berdasarkan International Bulk Carrier Chemical Code(IBC Code) atau
Bulk Chemical Code (BCH Code) tidak perlu disurvei lagi untuk
mendapatkan NLS Cert.Disamping itu kapal ini juga harus dilengkapi
dengan IOPP Certificate.

27
• Zat cair beracun dibagi dalam 4 kategori yaitu:
1. Kategori X yaitu zat cair beracun yang apabila dibuang kelaut dari
pencucian tanki muatan atau dari ballast yang dimuat ditanki
muatan akan menimbulkan bahaya yang besar (major hazard) baik
terhadap sumber hayati laut atau kesehatan manusia atau
menimbulkan ancamah serius terhadap penggunaan laut secara
sah lainnya ,karenanya tidak boleh dibuang kelaut.
2. Kategori Y yaitu zat cair beracun yang apabila dibuang ke laut akan
menimbulkan bahaya (hazard) baik terhadap sumber hayati laut
atau kesehatan manusia atau menimbulkan ancaman terhadap
penggunaan laut secara sah lainnya karenanya hanya kwalitas dan
jumlah yang terbatas yang dapat dibuang kelaut..
3. Kategori Z yaitu zat cair yang apabila dibuang kelaut akan
menimbulkan bahaya kecil (minor hazard) terhadap lingkungan dan
kesehatan manusia karenanya membolehkan pembatasan yang
kurang kuat thd pembuangan kelaut .
4. OS (other subctances) yaitu yg termasuk zat lain dalam Chapter 18
dari IBC Code yang tidak termasuk X,Y atau Z yang sampai saat ini
belum menimbulkan bahaya terhadap lingkungan laut.
Contoh zat cair beracun
Kategori X:
Aceton Cyanohydrin,Acrolein,Dicio ro Benzenes,Carbon
disulphide,Cresols,Phosphorus dll.
Kategori Y
Allyl Alcohol,Ammonia,Benziene chloride,Carbon Tetra
chloride,Chloroform,dll.
Kategori Z:
Acetic Aceid,Iso Amyl Acetate,Amiline,Ethyl Acetate,Silicon
Tetrachloride,dll.

Pengawasan

28
1. Pemerintah tiap Negara harus menunjuk Surveyor surveyor untuk
mengawasi pelaksanaan dari Aturan ini dan mengawasi sesuai
guideline dari IMO.
2. Nakhoda nakhoda kapal yang mengangkut zat cair beracun harus
menjamin bahwa semua ketentuan-ketentuan telah dipenuhi dan
Cargo Record Book diisi sesuai ketentuan.

Pengawasan terhadap kapal pengangkut zat cair kategori X:


1) Sesudah selesai pembongkaran sebelum kapal berangkat tanki
harus diadakan pencucian pendahuluan (pre wash) dan air
pencucian dibuang ke Receiption Facility sampai konsentrasi zat
cair beracun dalam aliran kurang dari 0,1% dalam berat kemudian
dipompa sampai kosong kecuali untuk jenis pospor konsentrasi
dalam aliran kurang dari 0,01% dalam berat.
2) Bila kemudian air ditambahkan kedalam tanki, air pencucian dapat
dibuang kelaut sesuai dengan persyaratan:
a) Kapal berada diluar daerah khusus.
b) Kapal sedang berlayar dengan kecepatan 7 knots untuk yang
digerakkan mesin dan 4 knots untuk yang ditunda.
c) Lubang pembuangan berada dibawah garis air.
d) Pembuangan pada pada jarak tidak kurang dari 12 mil dari
daratan dengan kedalaman tidak kurang dari 25 meter

Pengawasan terhadap kapal pengangkut zat cair kategori Y:


1. Sesudah selesai pembongkaran tanki dicuci (pre wash) sampai
sisa muatan dalam tanki tidak lebih dari 1 M3 atau 1/3000
kapasitas tanki dan dibuang ke Receiotion Facility.Kemudian
apabila ditambahkan air dapat dibuang ke laut dengan persyaratan:
a) Kapal sedang berada diluar daerah khusus.
b) Kapal sedang berlayar dengan kecepatan 7 knots untuk yang
bermesin dan 4 knots untuk yang digandeng.

29
c) Konsentrasi zat beracun diair baling baling tidak melebihi 1
ppm.
d) Pembuangan dilaksanakan tidak kurang dari 12 mil dari daratan
pada kedalaman lebih dari 25 mtr.
Pengawasan untuk katagori Z
1. Selesai bongkar sebelum meninggalkan pelabuhan tanki harus
dicuci (pre wash) sampai sisa muatan tidak lebih dari 3 M3 atau
1/1000 kapasitas tanki.
2. Kemudian apabila ditambahkan air dapat dibuang ke laut dengan
persyaratan :
a) Kapal berada diluar daerah diluar daerah khusus.
b) Kapal sedang berlayar dgn kecepatan 7 knot untuk yang
bermesin dan 4 knot untuk yang digandeng.
c) Pembuangan dibawah garis air.
d) Kapal berada lebih dari 12 mil dari daratan pada kedalaman 25
mtr atau lebih.

Atas permintaan Nakhoda pre wash dapat ditiadakan dengan


syarat :
a) Tanki bekas pembongkaran tidak akan dicuci karena akan
dimuat jenis yang sama atau yang dapat digabungkan.
b) Tanki bekas pembongkaran tidak akan dicuci dilaut dan akan
dcuci dipelabuhan lain asal ada jaminan tertulis dari
pelabuhan tersebut.
c) Sisa muatan dihilangkan dengan sistm ventilasi yang disetujui
Pemerintah berdasarkan standar IMO.

Untuk kategori OS tidak perlu diadakan prewash dan dapat


dibuang kelaut dengan persyaratan :
a) Kapal sedang berlayar diluar daerah khusus.
b) Kecepatan tidak kurang dari 7 knot bagi yang bermesin dan 4
knot bagi yang digandeng.

30
c) Konsentrasi tidak lebih dari 1/10 .
d) Pembuangan pada jarak 12 mil dari daratan terdekat dengan
kedalaman air tidak kurang dari 25 meter.

Cargo Record Book


1. Setiap kapal yang mengangkut zat cair beracun harus dilengkapi
dengan Cargo Record Book
2. Cargo record Book harus diisi tanki per tanki bilamana operasi
berikut dilaksanakan:
3. Pemuatan cargo
4. Pemindahan internal cargo
5. Pembongkaran cargo
6. Pencucian tanki muatan
7. Pengisian ballast ke tanki muatan
8. Pembuangan ballast dari ruang muat
9. Pembuangan residu ke sarana penampungan
10. Pembuangan ke laut atau penghilangan dengan ventilasi.
11. Setiap pembuangan apakah operasional atau kecelakaan harus
dicatat.
12. Bila operasi diawasi oleh surveyor ,surveyor harus membuat
catatan dalam Cargo Record Book.

Cargo Record Book diisi dalam bahasa Inggeris atau Perancis kecuali
yang tidak punya NLS cert.
Cargo Record Book harus disimpan ditempat yang mudah dicapai
untuk pemeriksaan kecuali ditongkang tak berawak disimpan di kapal
tunda.Cargo Record Book disimpan dikapal sampai 3 thn sesudah
pengisian terakhir

Procedures and arrangemet Manual

31
Setiap kapal yang mengangkut NLS dalam bentuk curah harus
dilengkapi dengan PA Manual. Tujuan utama dari Manual adalah untuk
mengenalkan kepada Perwira kapal tata susunan fisik dan semua
prosedur operasi sehubungan bengan penanganan muatan,pencucian
tanki ,penanganan slop dan pengisian tanki ballast yang harus diikuti
agar sesuai persyaratan Annex II.
PA Manual minimum harus berisi informasi dan petunjuk operasi
berikut:
1. Perincian gambaran utama dari Annex II.
2. Penjelasan dari peralatan dan tata susunan.
3. Prosedur pembongkaran muatan dan tiap tanki.
4. Prosedur sehubungan dengan pembersihan tanki tanki muatan,
pembongkaran residu, pengisian dan pembuangan ballas.
5. Informasi dan prosedur yang tergantung dari umur kapal efisiensi
dari pompa, informasi mengenai titik cair dan viscosity dari muatan

ANNEX III Peraturan peraturan untuk pencegahan pencemaran oleh


zat berbahaya yang diangkut dikapal dalam kemasan
Berlaku secara Internasional 1 Juli 1992
Hal-hal yang harus diperhatikan:
1. Packing harus meminimalkan bahaya terhadap lingkungan sesuai
kekhususan isinya.
2. Marking dan Labelling.Diberi merk nama tekhnik dilengkapi UN
number.Merk harus tidak hilang walau terbenam dilaut selama 3
bulan.
3. Dokumentasi.Semua dokumen harus menggunakan nama tehnik
dan dicantumkan kata-kata MARINE POLLUTAN.
4. Stowage .Barang berbahaya harus ditempatkan dengan aman dan
dilashing sehingga mengurangi ancaman terhadap lingkungan.
Nakhoda atau agen yang kapalnya akan memuat atau membongkar
zat yang berbahaya harus memberi tahukan kepada Syahbandar 24 jam
sebelum kegiatan.

32
ANNEX IV Peraturan untuk mencegah pencemaran oleh kotoran
(Sewage) dari kapal
Definisi definisi
1. Kapal baru berarti kapal kapal yang bila ada kontrak atau bila tidak
ada kontrak peletakan lunas atau mulainya pembangunan pada atau
sesudah berakunya Annex ini yaitu tanggal 23 September 2003. atau
yang penyerahannya 3 tahun sesudah tanggal ini.
2. Kapal lama berarti kapal yang bukan kapal baru.
3. Sewage berarti :
a) Pembuangan dari toilet.urinoir dan wc.
b) Pembuangan dari tempat pengobatan seperti hopital,dispensary
yang dibuang ke westafel atau scupper.
c) Pembuangan dari ruangan tempat binatang hidup.
d) Buangan lain yang bercampur dengan buangan diatas

Peraturan ini berlaku untuk :


a) Kapal baru GT 400 atau lebih.
b) Kapal baru kurang dari GT400 yang membawa lebih dari 15 orang.
c) Kapal lama GT 400 atau lebih lima tahun sesudah pemberlakuan
aturan ini.
d) Kapal lama kurang dari GT 400 yang membawa 15 orang atau
lebih diberlakukan 5 tahun setelah aturan ini enter inforce.
Kapal kapal yang memenuhi persyaratan diberikan sertifikat International
Sewage Pollution PreventionCertificate. Sertifikat berlaku sesuai
ketentuan Pemerintah tetapi tidak boleh lebih dari 5 tahun.
Sehubungan dengan sertifikat ini dilaksanakan survei:
a) Initial Survey dilaksanakan sebelum kapal dioperasikan pertama
kali atau sebelum pengeluaran sertifikat untuk pertama kali.
b) Renewal Survey survey sesuai yang ditentukan Pemerintah tetapi
tidak boleh lebih dari 5 tahun.

33
c) Additional survey baik sebagian atau seluruhnya tergantung situasi
sesudah perbaikan terhadap peralatan pencegahan pencemaran
oleh sewage

Peralatan dan pengawasan pembuangan


Setiap kapal harus dilengkapi dengan salah satu peralatan berikut
1 Alat pengolah kotoran (Sewage Treatment Plant) yang disyahkan
Pemerintah atau
2 Peralatan untuk menghancurkan dan memati hamakan yang
disyahkan Pemerintah untuk penyimpanan sementara kotoran bila
kapal kurang 3 mil dari pantai.
3 Tanki penampungan (holding tank) dengan kapasitas yang disetujui
Pemerintah sesuai operasi kapal dan jumlah orang yang ada di
kapal.

Persaratan pembuangan sewage


• Pembuangan sewage kelaut dilarang kecuali:
a) Sewage yang sudah dihancurkan dan dimati hamakan dapat
dibuang pada jarak 3 mil atau lebih dari pantai.
b) Sewage yang belum dihancurkan dan dimati hamakan dibuang
pada jarak 12 mil atau lebih dari pantai.
c) Pembuangan tidak dilakukan sekali gus tetapi dialirkan pada waktu
berlayar dengan kecepatan minimum 4 knots.
d) Selama dipelabuhan dibuang ke Receiption Facility

Ukuran standar dari flens untuk pembuangan ke penampungan di


darat
Keterangan Ukuran
Diameter luar 210 mm
Diameter dalam Sesuai ketebalan pipa
Pengunci flens 4 lubang diameter 18 mm
dengan jarak yang sama

34
• Tebal flens 16 mm
Baut 4 buah diameter 16 mm
dengan panjang yang cukup

ANNEX V Peraturan - Peraturan Pencegahan Pencemaran Oleh


Sampah
Berlaku untuk semua kapal.
Yang dimaksud sampah adalah segala macam sisa makanan buangan
rumah tanga dan operasional tetapi tidak termasuk ikan segar atau
bagiannya yang secara normal dihasilkan untuk pengoperasian kapal dan
harus dibuang secara periodik .
Berlaku secara Internasional sejak 31 Desember 1988.
Daerah khusus yang dilarang membuang sampah adalah:
1. Laut Tengah
2. Laut Baltic
3. Laut Hitam
4. Laut Merah
5. Teluk Persi
6. Laut Utara
7. Daerah Antartic
8. Daerah Caribia
Kapal ukuran GT 400 atau lebih dan kapal yang membawa 15 org atau
lebih harus membawa Garbage Management Plan. Kapal GT 400 atau
lebih dan kapal yang membawa 15 org atau lebih harus dilengkapi
Garbage Record Book.

Persaratan Pembuangan Sampah


Semua jenis plastik termasuk tali plastik ,jaring,kantong plastik dan
abu permbakaran plastik dari incinerator dilarang dibuang ke laut.
Dunnage,pelapis dan pembungkus yang terapung dapat dibuang pada
jarak 25 mil atau lebih dari pantai. Sisa makanan dan sampah
kertas .gelas,metal,botol dapat dibuang pada jarak 12 mil dari pantai.

35
Sampah sisa makanan apabila telah dihancurkan dan dapat melewati
saringan 26 mm dapat dibuang 3 mil dari pantai. Pembuangan dari
platform dilarang .untuk sisa makanan dapat dibuang pada jarak 500 m
dari platform dan 12 mil dai daratan dengan sarat telah dihancurkan.
Dalam daerah khusus hanya sisa makanan yang dapat dibuang pada
jarak 12 mil dari pantai. Tetapi sesuai amendemen terakhir yang beralaku
sejak 1 Januari 2013 yang boleh dibuang kelaut hanya sisa makanan
sedangkan jenis sampah yang lain harus dibuang ke penampungan di
darat.

Pengecualian
a. Pembuangan diperlukan dengan maksud keselamatan kapal atau
penyelamatkan jiwa manusia.
b. Terbuangnya sampah karena kerusakan kapal.
c. Karena kecelakaan hilangnya jaring syntetis dengan catatan semua
usaha telah dilakukan untuk mencegah kehilangan tersebut

Plakat dan garbage Management


Kapal yang panjangnya 12 meter atau lebih harus memasang
plakat yang memperingatkan crew dan penumpang tentang aturan
pembuangan sampah. Plakat ditulis dalam bahasa kerja dan
terjemahannya dalam bahasa Inggeris atau Perancis.
Kapal ukuran GT 400 atau lebih dan setiap kapal yang sesuai
sertifikat dapat membawa 15 orang atau lebih harus membawa Garbage
Management Plan. Plan ini berisi prosedur tertulis untuk pengumpulan,
penyimpanan, pemprosesan dan pembuangan sampah,termasuk
penggunaan peralatan dikapal dan juga orang yang bertanggung jawab
dalam mengawasi pelaksanaannya.Plan harus sesuai dengan guide line
dari IMO dan dibuat dalam bahasa kerja di kapal.

Garbage Record Book

36
Setiap pembuangan atau pembakaran harus dicatat dalam garbage
record book. Yang dicatat adalah waktu ,posisi kapal, keterangan dan
jumlah sampah Garbage record Book disimpan ditempat yang mudah
dicapai untuk pemeriksaan dan disimpan selama 2 tahun. Diisi dalam
bahasa Inggeris oleh Perwira yang bertanggung jawab dan tiap halaman
ditanda tangani Nakhoda. Dalam hal dibuang karena kecelakaan harus
dicatat lingkungan tempat pembuangan dan alasan pembuangan PSCO
dapat sewaktu waktu memeriksa Garbage record book

ANNEX VI Peraturan peraturan untuk Pencegahan Pencemaran


Udara dari Kapal
Berlaku secara Internasional sejak 19 Mei 2005
Pemberlakuan
Annex ini berlaku untuk semua kapal kapal ,kecuali dinyatakan lain dalam
pasal pasal dalam Annex ini.
Definisi definisi
a) Continous feeding didefinisikan sebagai proses dimana limbah
limbah dimasukkan ke sebuah tempat pembakaran tanpa bantuan
manusia selama pengoperasian incinerator dalam pengoperasian
normal dengan temperatur antara 850 derajat sampai 1200 derajat
celcius.
b) Emission control area berarti sebuah daerah dimana pemberlakuan
tindakan khusus yang wajib diberlakukan terhadap emisi dari kapal
kapal untuk mencegah,mengurangi dan mengontrol pencemaran
udara dari N0x atau Sox dan hal hal tertentu atau ketiga macam
emisi dan dampaknya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.

Pengertian pengertian:
a. NOx Techniical Code adalah Technical Code pada Control emisi
dari Nitrogen Oxides dari Mesin Diesel kapal yang diterima oleh

37
Conference Resolution 2 yang mungkin kemudian diamandemen
oleh IMO.
b. Ozone depleting substances ( Zat penipis ozone) berarti zat zat yang
dikontol seperti yang ditulis dalam paragraf 4 dari Artikel 1 dari
Montreal Protocol on Substances that Deplete the ozone layer 1987
yang tercantum dalam Lampiran A,B.C atau E dari Protocol
tersebut.
c. SOx Emission Control Area (SECA) adalah suatu daerah dimana
pemberlakuan tindakan mandatory yang khusus untuk emisi SOx
dari kapal kapal diperlukan untuk mencegah,mengurangi dan
mengontrol pencemaran udara dari SOx.

Berlaku untuk semua kapal,floating drilling rigs dan platform akan tetapi
yang diharuskan memiliki sertifikat hanya kapal GT 400 atau lebih.dan
anjungan lepas pantai.Enter into force 19 Mei 2005.
Apabila dari hasil survei memenuhi sarat diberi sertifikat International
Air Pollution Prevention Certificate.
Pengawasan emisi dilakukan terhadap:
1. Emisi dari zat penipis lapisan ozone
2. EmisiNitrogen Oxide (Nox) dari motor diesel
3. Emisi belerang Oxide (Sulphuroxide)
4. Emisi dari bahan campuran organik yang mudah menguap (Volatile
Organic Compound)
5. Pembakaran limbah kapal (the Incineration of shipboard wastes)
6. Kualitas bahan bakar minyak

SUBSTANSI PENIPISAN LAPISAN OZONE (Ozone Depleting


Substances)
Tidak diizinkan emisi substansi penipisan ozone yang dilakukan
dengan sengaja. Hanya kerugian-kerugian operasional minimal yang
diizinkan seperti purging/venting dll.Jika disyaratkan untuk membuang

38
dari kapal,substansi penipis ozone harus dibuang ke penampungan
didarat. Instalasi baru yang berisi substansi penipis ozone akan
dilarang diatas kapal kecuali instalasi baru tersebut berisi
Hydrochlorofluorocarbons (HCFCs) dapat diizinkan hingga 1 Januari
2020. Pemadam kebakaran atau perlengkapan lainnya seperti unit
pendingin yang menggunakan Halons tidak diizinkan. Untuk sistem lain
yang menggunakan media pendingin seperti sistim pendingin
udara,pengendalian (pengering) udara mesin pembuat es dari dan lain
lain harus dari tipe yang memenuhi persyaratan. Berikut ini zat-zat yang
digunakan di kapal yang tidak boleh digunakan lagi adalah:
Halon 1211(Bromko chloro difluoro methane),Halon 1301 (Bromo
trifluoro methane),Halon 2402 (Dibromo tetraflouro ethane), CFC 11
(Trichloroflouromethane), CFC 12 (Dicholorodiflouromethane), CFC
113,114 dan 115. Kapal kapal harus punya daftar zat penipis ozon yang
dipakai di kapal.Dalam hal ada peralatan dengan sistim pengisian ulang
maka harus ada Ozone depleting Record Book

NOx TECHNICAL CODE


Semua motor diesel yang dipasang sesudah 1 Januari
2000,dengan suatu output tenaga lebih dari 130 kW harus dites dan
diterbitkan suatu Sertifikat Pencegahan Pencemaran Udara Internasional
untuk MotorDiesel(Engine International Air Pollution Prevention
Certificate) atau disingkat EIAPP dan suatu pengesahan NOx Technical
File. Dokumen ini memberikan rincian dari penerapan komponen-
komponen mesin yang diizinkan,katup-katup yang bekerja dan alat-alat
penyetelan yang diizinkanyang memastikan motor akan terus beroperasi
dalam batas-batas emisi NOx yang dapat diterima. Sertifikat EIAPP ini
dan NOx Technical File yang diakui harus berada pada motor diesel
dimaksud.Survei-survei periodik dilaksanakan oleh Badan Klasifikasi
untuk memastikan motor diesel beroperasi terus dalam batas-batas emisi
NOx di kapal.Jika ada suatu penyetelan,pergantian bagian-bagian mesin

39
dan modifikasi yang mempengaruhi karasteristik emsi NOx,harus dcatat
kronologis dalam suatu buku catatan mesin dari parameter mesin.ID
numbers dari semua yang dipakai harus dicatat.ID number tsb harus
dicap pada bagian-bagian ini dan haru dicatat sebelum dipasang motor
diesel.

Pengecualian -pengecualian
Motor-motor diesel untuk keadaan darurat (Emergency diesel
Engines),motor diesel untuk sekoci penolong tidak harus memenuhi
peraturan tentang engawasan NOx.
Administration juga boleh mengizinkan motor diesel yang dipasang
sebelum 19 Mei 2005 yang hanya semata-mata melayari pelayaran
domestik dengan catatan ada cara lain pengontrolan emisi.
Dalam penerapan pengawsan NOx ada 3 pendekatan
Tier 1 yaitu kapal yang dibangun antara 1 jan 2000 sampai 1 Jan 2011
Tier 2 yaitu kapal yang dibangun sesudah 1 Jan 2011
Tier 3 yaitu kapal yang dibangun sesudah 1 Jan 2016

Maximum NOx yang diizinkan pada motor-motor diesel adalah sebagai


berikut:
a) 17,0 g/kWh bilamana n < 130 rpm (-0,2)
b) 45,0 x ng/kWh nilamana n adalah 130 rpm atau lebih tetapi kurang
dari 2000 rpm
c) 9,8 g/kWh bilamana n adalah 2000 rpm atau lebih besar.
Dimana n adalah kecepatan motor rata-rata (putaran poros engkol per
menit).

Persaratan persaratan SOX


Kandungan belerang dari setiap bahan bakar yang dipakai dikapal tidak
boleh lebih dari 4,5% m/m dan harus ada dokumen dikapal sebagai
pembuktian. Catatan Penyerahan Bahan Bakar (Bunker Delivery Note

40
=BDN) KKM harus memeriksa bahwa BDN (dahulu disebut Bunker
Delivery Receipt) yang sekurang-kurangnya berisi informasi sbb:
1. Nama dan Nomor IMO kapal penerima
2. Pelabuhan
3. Tanggal penyerahan
4. Nama,alamat dan nomor telepon dari pemasok bahan bakar (marine
diesel oil supplier)
5. Nama produk
6. Kuantitas (metric tons)
7. Berat jenis pada suhu 15 derajat C (kg/m3)
8. Kandungan belerang ( % m/m)
9. Pernyataan dengan membubuhkan tanda tangan dari pemasiok
bahwa BBM yang dipasok sesuai dengan Peraturan 14 Annex
VI.Kapal harus menyimpan BDN dengan item tsb diatas untuk
pemeriksaan dan harus disimpan dikapal 3 tahun semenjak tanggal
pengisian,

PERSYARATAN DAERAH KHUSUS


(SPECIAL AREA REQUIREMENTS)

Dalam daerah-daerah pengawasan emisi SOx(SOx Emission Control


Area =SECA) kandungan belerang dalam bahan bakar yang dipakai di
kapal sampai 1 Juli 2010 tidak boleh melebihi 1,5 % m/m dan sesudah
1 Juli 2010 sampai 1 januari 2015 tidak melebihi 1% dan sejak 1
Januari 2015 tidak melebihi 0,10 % kecuali sistim pembersih gas buang
atau yang sejenisnya digunakan.Pada waktu mendekati Daerah
Pengawasan Emisi SOx bahan bakar yang dipakai harus diganti
dengan bahan bakar yang kandungan belerang sesuai yang
dipersyaratkan.Penggantian harus tuntas sebelum memasuki daerah
pengawasan.Posisi kapal pada awal dan akhir suatu penggantian harus
dicatat dalam logbook bersama rincian dari tanki tanki bahan bakar

41
yang digunakan.Laut Baltic kan menjadi yang petama melaksanakan
hal ini yang memberlakukannya sejak bulan Mei 2006 yang diikuti oleh
Laut Utara dan kemungkinan akan diikuti oleh banyak alur laut lainnya.
Contoh: Operasi penggantian bahan bakar diselesaikan ke bahan bakar
dengan kandungan belerang rendah,kurang atau sama dengan 1,5 %
m/m
Tanggal:19 Mei 2006.Waktu 1600 hrs.Posisi kapal 57-00 N/002-00 E
ROB: No.2 (P) tank 200 MT and No.3(S) tank 300 MT Incinerator di
kapal.
Kecuali untuk pembakaran sludge sewage dan sludge oil pembakaran
hanya boleh dilakukan pada incinerator yang telah mendapatkan
approved dari Pemerintah sesuai standar yang ditentukan oleh IMO.
Pembakaran dari zat zat berikut dilarang :
a. Sisa residu dari muatan Annex 1, II dan III dan packing material
yang terkontaminasi.
b. Polychlorinated biphenyls (PCBs).
c. Sampah yang berisi logam berat yang lebih dari yang diijinkan.
d. Minyak olahan yang berisi halogen compound
Untuk pembakaran sludge sewage dan sludge oil yang dihasilkan
selama penoperasian kapal dapat juga dilakukan di peralatan mesin
utama .mesin bantu atau boiler tetapi tidak boleh di lakukan dalam
pelabuhan,harbour atau estuaries.
Pembakaran polyvinyl chlorides (PVCs) dilarang kecuali incinerator
dikapal telah mendapatkan sertifikat IMO Type approval.
Semua kapal kapal yang mempunyai incinerator harus membawa
operating manual dari fabrik pembuat yang menerangkan bagaimana
cara pengoperasian alat itu dalam batas batas yang diijinkan.
Personal yang bertanggung jawab mengenai pengoperasian alat
tersebut harus dilatih dan mampu mengimplemenfasikan guidance
yang disediakan dalam manual dari fabrik.
Monitoring temperatur flue gas outlet dari pembakaran diharuskan
setiap waktu dan sisa pembakaran tidak boleh dimasukkan kedalam

42
incinerator bila temperatur dibawah yang diijinkan yaitu 850 derajat
Celcius .Untuk batch loaded incinerator , harus didisain sehingga
temperatur dalam chamber akan mencapai 650 derajat dalam waktu 5
menit

Volatile Organic Compounds ( VOC)

Peraturan-peraturanya tidak mensyaratkan sistem Vapor Emission Control


untuk diinstalasikan atau dipakai.Suatu sistim pengawasan emisi uap
hanya disyaratkan untuk digunakan dimana pratura-peraturan lokal
mensyaratkan pembuangan VOC harus diawasi.
Peraturan ini hanya akan diaplikasikan terhadap kapal pengangkut gas
(gas carrier) jika tipe pembongkaran dan sistim pemuatan mengizinkan
keselamatan penahanan dari non methane VOC dikapal atau
keselamatan kembalinya ke darat.
Semua tanker yang terkena aturan pengawasan Vapour Emission harus
dilengkapi dengan Vapour Collection System yang diapproved oleh
Pemerintahnya sesuai dengan standar keselamatan yang dibuat oleh IMO
dan harus mengikuti standar tersebut selama proses pemuatan.Terminal
terminal yang telah memasang vapour emission control dapat menerima
tanker yang belum dilengkapi dengan vapour collecting system selama 3
tahun sejak diterapkannya aturan ini.

Sertifikat dan survey survey


Kapal kapal ukuran GT 400 atau lebih harus dilengkapi dengan Air
Pollution Prevention Certificate yang masa berlakunya sesuai ketentuan
Pemerintahnya tetapi tidak boleh lebih dari 5 tahun.
Untuk sertifikat tersebut diadakan survey survey sebagai berikut :
1. Initial survey,sebelum kapal dioperasikan atau sebelum sertifikat
pertama kali diberikan untuk menjamin bahwa

43
peralatan ,sistim ,fittings,tatasusunan dan material memenuhi
dengan persyaratan dari Annex VI.
2. Renewal survey untuk interval sesuai ketentuan pemerintahnya
tetapi tidak lebih dari 5 tahun.
3. Intermediate survey dalam waktu tiga bulan sebelum dan sesudah
Anniversary date tahun kedua atau tahun ketiga.
4. Annual survey dalam waktu tiga bulan sebelum sampai 3 bulan
sesudah Anniversary date.
5. Additional survey bila diperlukan. Survey survey tersebut harus
diendors pada sertifikatnya.

Pengecualian umum
Aturan aturan dalam Annex VI tidak berlaku untuk
a. Setiap emisi yang diperlukan untuk keamanan kapal atau untuk
keselamatan jiwa di laut.
b. Setiap emisi yang disebabkan kerusakan kerusakan kapal atau
peralatannya:
1) dengan ketentuan semua tindakan yang diperluikan sudah
diambil sesudah terjadinya kerusakan atau ditemuinya emisi
dalam upaya mencegah atau menimalkan emisi dan
2) kecuali jika pemilik kapal atau Nakhoda bertindak baik dengan
sengaja untuk menimbulkan kerusakan atau kecerobohan dan
dengan pengetahua bahwa kerusakan bisa terjadi.

Sertifikat dan dokumen yang harus ada dikapal setelah Annex VI


diberlakukan
1. Catatan penerimaan bahan bakar utk 3 tahun
2. Setifikat dari mesin (EIAPP) atau Docoment of Compliance,Technical
fle dan Sertifikat kapal IAPP
3. Record Book of Engine parameters
4. Operation Manual for inboard masurement and monitoring methods
5. Operation Manual forVapour collecting system

44
6. Operation Manual for Shipboard Incinerator
7. Buku Harian (log book)

STATUS OF MARPOL 73/78 (as at 16 August 2004)

Annex I & II Annex III Annex IV Annex V Annex VI


Total number
of States: 129 114 99 118 16

Percentage 97 93 55 95 55
tonnage

Konvensi konvensi yang diadopsi oleh berbagai Negara

London Dumping Convention

Konvensi ini disyahkan pada tahun 1972 dengan tujuan agar Pemerintah
dari Negara penanda tangan dalam menjalankan hak mereka untuk
mengolah sumberdaya mereka sesuai dengan kebijakan lingkungan
mereka dan tanggung jawab untuk menjamin bahwa kegiatan dibawah
kewenangan atau kontrol mereka tidak akan menimbulkan kerusakan
lingkungan di negara lain atau daerah diluar batas kewenangan nasional
mereka Menginginkan untuk meningkatkan perlindungan terhadap
lingkungan laut dengan mendesak negara dengan perhatian yang kurang
di daerah geography tertentu untuk ikut berpartisipasi mengikuti konvensi
ini.
Definisi definisi menurut konvensi ini :
1. Dumping berarti :

45
a. setiap pembuangan dengan sengaja ke laut limbah atau benda
benda lain dari kapal,pesawat udara,platform atau bangunan
buatan lain di laut.
b. Setiap pembuangan dengan sengaja kelaut kapal,pesawat
udara,platform atau bangunan buatan lain.
2. “Limbah atau benda lain” berarti segala macam material atau zat
yang berbentuk atau terurai.
3. ”Ijin khusus” berarti ijin yang diberikan khusus pada permohonan
yang telah disampaikan sebelumnya yang sesuai dengan ketentuan
dalam Annex II dan Annex III dari konvensi ini.
4. “Ijin Umum “ berarti ijin yang diberikan sebelumnya dan sesuai
dengan Annex III.
5. “Organisasi “ berarti Organisasi yang ditunjuk oleh anggota sesuai
dengan artikel XIV .

Dalam konvensi ini pada prinsipnya dumping dari setiap limbah atau
benda lain dalam bentuk dan kondisi apapuin ke laut dilarang. ,kecuali :
- Dumping limbah dan benda lain yang ada dalam daftar dari annex I
dilarang
- Dumping yang ada dalam daftar Annex II memerlukan special
permit sebelumnya.
- Dumping dari semua “limbah dan benda lain” yang lain
memerlukan genera permit sebelumnya.
Ketentuan diatas tidak berlaku bila dumping diperlukan untuk
keselamatan jiwa manusia atau kapal,pesawat udara,platform atau
bangunan buatan lainnya dalam keadaan force majeure yang disebabkan
oleh cuaca atau setiap sebab lain yang mengakibatkan bahaya terhadap
kehidupan manusia atau bahaya yang nyata terhadap kapal, pesawat
udara atau platform,bila dumping hanya satu satunya cara untuk
menghindari bahaya dan jika setiap kemungkinan konsekwensi kerusakan
dari dumping kurang dari yang terjadi bila tidak melakukan
dumping.Dumping itu harus dilaksanakan sehingga meminimalkan

46
kemungkinan kerusakan terhadap manuasia atau kehidupsn laut
lainnya.Dumping tersebut harus dilaporkan secepat mungkin kepada IMO
Dalam addendum dari Annex I berisi mengenai persaratan
Incinerator untuk pembakaran yang hasilnya akan di dumping. Setiap
Negara anggota harus menunjuk autority yang disediakan untuk:
a. menerbitkan special permit yang diperlukan sebelum dan untuk
dumping dari bahan bahan seperti yang tercantum dalam Annex II
dalam keadaan yang tercantum dalam artikel V (2).
b. menerbitkan general permit yang dibutuhkan sebelum dan untuk
dumping semua benda.
c. menyimpan record mengenai bahan dan jumlah dari semua
bahan yang diijinkan.
d. memonitor baik secara sendiri atau bekerja sama dengan anggota
lain atau organisasi internasional kondisi dari laut - laut untuk
maksud konvensi ini.
e. Permit itu diberikan untuk bahan yang akan di dumping yang
berasal :
(a) dimuat di teritorialnya
(b) dimuat oleh kapal atau pesawat udara yang didaftar di
negara itu atau mengibarkan benderanya bila loading di
teritorial dari negara yang bukan angota konvensi ini
Limbah atau bahan lain yang dilarang di dumping
1. Orgaohalogen compounds
2. Mercury dan Mercury compound
3. Cadmium dan cadmium compound
4. Material plastic yang keras dan material sintetic keras lainya sebagai
contoh jaring dan tali yang mungkin terapung atau melayang dalam
laut sehingga mengganggu penangkapan ikan,pelayaran dfan
penggunaan laut yang sah lainnya’
5. Crude oil dan sisa sisanya,hasil pengolahan minyak,bahan bakar
minyak ,residu yang telah didistilasi dan tiap campuran yang
mengandung itu yang dibawa kekapal untuk tujuan di dumping

47
6. Buangan radioaktif tingkat tinggi dan bahan bahan radio aktif tingkat
tinggi lain yang dikenal pada kesehatan umum,biologi atau bidang lain
oleh badan yangberkompeten dalam bidang ini yang saat
ini,International atomic energy agency sebagai barang barang yang
tidak boleh dibuang kelaut.
7. Material dalam bentuk apapun (seperti padat,cir,semi liquid,gas atau
dalam bentuk hidup) yang diproduksi untuk perang biologi dan
chemical.
8. Paragraf terdahulu diatas tidak berlaku terhadap zat zat yang secara
cepat mengembalikan menjadi tidak berbahaya dengan proses
physical,chemical atau biological dalam laut,dengan ketentuan
mereka tidak :
(1) membuat organisme laut yang dapat dimakan tercemar
(2) membahayakan kesehatan manusia atau binatang setempat

International convention relating to Intervention on the High Seas in


cases of oil pollution casualities,1969

Anggota dari konvensi ini dapat mengambil tindakan di laut lepas


yang diperlukan untuk mencegah,meringankan atau menghilangkan
bahaya besar dan mengancam terhadap garis pantai mereka atau
kepentingan yang berhungan dari polusi atau ancaman oleh polusi oleh
minyak menyusul suatu kecelakaan laut atau tindakan yang berhubungan
dengan kecelakaan yang mungkin menyebabkan kerugian yang besar.
Tetapi tidak boleh ada tindakan yang diambil terhadap kapal
perang atau kapal milik atau dioperasikan untuk tugas pemerintah dan
saat itu sedang melaksanakan tugas pemerintah.

Untuk keperluan konvensi ini :


1. Maritime casuality berarti suatu tubrukan kapal,terdampar atau
insiden navigasi lain atau kejadian lain di kapal atau diluar kapal

48
sehubungan dengan kerusakan material atau ancaman yang besar
terhadap kerusakan material kapal atau cargo.
2. Kapal berarti:
a. setiap kapal laut dari type apapun
b. Setiap pesawat yang terapung dengan pengecualian dari
sduatu instalasi atau alat yang terikat dalam explorasi dan
eploitasi dari sumber daya didasar laut dan ocean floor dan
subsoil.
3. Oil berarti crude oil ,fuel oil,diesel oil dan minyak lumas.
4. Related interest berarti kepentingan dari negara pantai yang
secara langsung terkena atau terancam oleh kecelakaan laut
seperti:
a. pantai laut,pelabuhan atau pembibitan,termasuk kegiatan
perikanan atraksi pariwisata dari daerah yang bersangkutan.
b. Kesehatan dari penduduk pantai dan kehidupan lainnya
termasuk sumber daya hayati dan alam liar

Convention on Civil Liability for oil Pollution Damage


Konvensi ini ditanda tangani pada 29 Nopember 1969 di Brussel.Lebih
dikenal dengan sebutan CLC 69 yang baru berlaku efektif sejak
1997 ,kemudian diamendment pada tahun 1992 dan tahun 2000.
Tujuan Konvensi:
1. Menjamin kebutuhan kompensasi yang memadai dapat tersedia untuk
orang yang menderita kerugian akibat pencemaran minyak dari kapal.
2. Keinginan untuk mengesahkan aturan dan prosedur internasional
untuk menentukan tanggung jawab dan menyediakan kompensasi
untuk kasus tersebut.
Definisi-definisi:
1. Kapal berarti kapal laut dan pesawat dilaut dari type apapun yang
mengangkut minyak dalam bentuk curah.
2. Owner berarti orang yang terdaftar sebagai pemilik kapal atau apabila
tidak didaftarkan orang yang memiliki kapal .Kalau kapal dimiliki oleh

49
Negara tetapi dioperasikan oleh perusahaan sebagai operator maka
perusahaan itu dianggap owner.
3. Oil berarti setiap bentuk dari hydrocarbon mineral oil seperti minyak
mentah,bahan bakar dan minyak pelumas baik yang diangkut sebagai
muatan atau sebagai bunker.
4. Pollution damage berarti kehilangan atau kerusakan yang disebabkan
oleh minyak yang tumpah dari kapal termasuk kerusakan akibat
tindakan penanggulangan.

Pemberlakuan
Konvensi ini berlaku dilaut teritorial dan ZEE sampai batas 200 mil dari
pantai. Tidak ada tanggung jawab terhadap owner apabila dia dapat
membuktikan bahwa kerusakan:
1. Disebabkan oleh perang atau kerusuhan,perang saudara atau
pemberontakan atau fenomena alam yang khusus dan bersifat tidak
bisa dielakkan dan dihalangi.
2. Seluruhnya disebabkan oleh tindakan atau kesengajaan pihak
ketiga.
3. Seluruhnya disebabkan kelalaian atau kesalahan dari Pemerintah
atau Penguasa yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan
lampu-lampu dan sarana bantu navigasi.
Dengan pengecualian pengecualian tertentu Pemilik kapal dapat
membatasi tanggung jawabnya dengan menyediakan dana sesuai dengan
batas tanggung jawabnya kepada Pengadilan dimana kasus itu
disidangkan.
Claim yang diajukan kepada pemilik untuk menanggulangi dan
meminamalisasi akibat yang disebabkan oleh kapal yang kena musibah
kedudukannya sama dengan claim terhadap yang lain Apabila dana
telah disediakan dan sesuai dengan batas tanggung jawabnya tidak

50
seorangpun yang dapat menuntut pemilik atau hartanya yang
lain,sehubungan akibat pencemaran yang disebabkan oleh kapalnya itu
maka kapal dan property yang lain milik ownner harus segera dilepaskan.
Pemilik kapal yang didaftarkan disuatu Negara anggota konvensi ini dan
membawa minyak 2000 ton atau lebih sebagai muatan harus mempunyai
dana jaminan sesuai dengan batas tanggung jawabnya.
Apabila pemilik kapal telah mempunyai asuransi atau jaminan lain sesuai
dengan batas tanggung jawabnya maka Pemerintah dari Negara Bendera
mengeluarkan sertifikat yang menyatakan bahwa dana tersebut telah
berlaku.
Setifikat tersebut harus dibawa di kapal dan kapal tidak diperbolehkan
berlayar apabila tidak mempunyai sertifikat.
Pemerintah Negara anggota harus menjamin sesuai dengan undang
undang mereka bahwa kapal yang masuk atau keluar pelabuhan atau
offshore terminal mereka,dimanapun terdaftar telah mempunyai asuransi
atau dana jaminan lain yang berlaku.
Menurut konvensi CLC tahun 1969 amedemen 1992 batas tanggunag
jawab pemilik sebesar 3 juta SDR utk kapal tidak lebih dari 5000 DWT.Utk
kapal lebih dari 5000 DWT 3 juta ditambah 420 SDR untuk tiap ton
kelebihan dari 5000 DWT, maximum 59,7 juta SDR.
Tetapi sesuai Amendmen 2000 yg disyahkan 18 Oktober 2000 dan
berlaku sejak1November 2003 batas tanggung jawab dinaikkan
50%.Kapal kurang dari 5000 DWT menjadi 4,51 juta SDR .Kapal
berukuran 5000 sampai 140.000 DWT 4,51 juta SDR tambah 631 SDR
tiap ton tambahan dari 5000.Lebih dari 140.000 DWT batasnya 89,77 juta
SDR.
Bila terjadi pencemaran yang menimbulkan kerusakan lingkungan maka
Pemerintah setempat akan mengajukan tuntutan ganti rugi kepada pemilik
kapal yang menimbulkan pencemaran.Tuntutan harus ditujukan kepada
Pemilik Kapal atau Owner dan tidak boleh terhadap :
a) Agent dan Awak Kapal.
b) Pandu ,Nakhoda

51
c) Pencarter (jenis apapun)
d) Salvor
e) Pegawai-pegawai dari yang tersebut diatas

Ballast Water Convention

Latar belakang
Masalah penyebaran species sebagian besar disebabkan
meningkatnya volume perdagangan dan trafik pada beberapa dekade
yang lalu. Efeknya di banyak daerah di dunia adalah telah
menimbulkan pembinasaan. Data kwantitattif menunjukkan tingkat
penyebaran dari bio organik telah meningkat terus dalam banyak hal
telah sampai ketingkat yang membahayakan,dan daerah daerah baru
akan diserang setiap waktu . Volume dari perdagangan melalui laut
menunjukkan peningkatan secara menyeluruh dan masalah
penyebaran bio organik masih belum mencapai puncaknya .
Contoh spesifik adalah penemuan European Zebra mussel
(Dreissena poly morpha) di Great Lakes antara Canada dan Amerika
Serikat, menyebabkan pengeluaran billionan dollar untuk pengawasan
pencemaran dan membersihkan bangunan bawah air yang kotor dan
pipa pipa air; Dan penemuan American comb jelly (Mnemiopsis leidyi)
di Laut Hitam dan Laut Azov menyebabkan hampir punahnya ikan
anchovy dan industri penangkapan ikan.

52
Masalah aquatic organisme dalam air ballas muncul pertama
kali di IMO pada tahun 1988 berdasardan usul dari Australia dan
Canada .Semenjak itu IMO’s Marine Environment Protection
Committee (MEPC), bekerja sama dengan Maritime Safety Committee
(MSC) dan technical sub-committees, telah membahas issue
tersebut, berfocus pertama kali untuk membuat guideline dan
kemudian menghasilkan konvensi baru.
Pada 1991 MEPC mengesyahkan MEPC resolution 50(31) -
Guidelines for Preventing the Introduction of Unwanted Organisms
and Pathogens from Ships' Ballast Water and Sediment Discharges;
sedangkan United Nations Conference on Environment and
Development (UNCED), yang diadakan di Rio de Janeiro pada 1992,
mengakui issu tersebut sebagai suatu keprihatinan Internasional.
Pada November 1993, the IMO Assembly mengesahkan
resolusi A.774(18) - Guidelines for Preventing the Introduction of
Unwanted Organisms and Pathogens from Ships' Ballast Water and
Sediment Discharges, berdasarkan Guidelines yang diterima pada
1991. Resolusi meminta MEPC dan MSC untuk tetap mereview
Guidelines dengan suatu pandangan untuk menghasilkan aturan
aturan internasional yang dapat diterapkan dan mengikat secara
sah..
The 20th Assembly of IMO in November 1997 menerima resolusi
A.868(20) - Guidelines for the control and management of ships' ballast
water to minimize the transfer of harmful aquatic organisms and
pathogens.
Maka pada tanggal 13 Pebruari 2004 disyahkanlah
BALLAST WATER MANAGEMENT CONVENTION
Dalam konvensi ini ditemui definisi definisi antara lain
a. Ballast Water (Air Balas) adalah air dengan unsur yang terbawa
yang dimuat di kapal untuk mengontrol trim,list
(kemiringan),draft, stabilitas atau stress (tegangan tegangan )
dari kapal.

53
b. Ballast Water Management adalah proses mekanik,
physical,chemical dan biologycal baik sendiri sendiri atau
kombinasi untuk memindahkan dan mengembalikan menjadi
tidak merugikan atau menghindari pengambilan atau
pembuangan harmful aquaitic orgainisms dan pathogen dalam
air ballast dan sediment.
c. Sediment adalah unsur yang keluar dari air balas dalam kapal

Pemberlakuan
Kecuali dinyatakan lain dalam konvensi ini,konvensi ini berlaku untuk :
a. Kapal kapal yang menggunakan bendera dari Negara anggota
(penanda tangan).
b. Kapal yang bukan menggunakan bendera Negara Anggota tetapi
beroperasi dibawah kewenangan Negara anggota

Konvensi ini tidak berlaku untuk :


a. Kapal yang tidak didisain atau dikonstruksikan untuk
mengangkut air ballas.
b. Kapal dari Negara anggota yang beroperasi hanya dalam
perairan dibawah kewenangan hukum dari Negara anggota
tersebut,kecuali Negara tersebut menentukan bahwa
pembuangan air ballas dari kapal itu akan merugikan atau
merusak lingkungann, kesehatan manusia,harta benda atau
sumberdaya atau daerah berbatasan atau Negara lain.
c. Kapal dari suatu Negara angota yang beroperasi hanya di
perairan dibawah kewenangan hukum Negara lain berdasarkan
kewenangan Negara itu untuk mengecualikan kapal tersebut.
Tetapi tidak ada Negara yang akan memberikan pengecualian
yang bila diberikan akan merugikan atau merusak lingkungan
mereka,kesehatan manusia,harta benda atau sumberdaya atau
laut yang berbatasan atau Negara lain.Negara yang tidak
memberikan kewenangan tersebut akan memberi tahukan

54
kepada Negara Bendera dari kapal itu dan kepada kapal akan
diberlakukan aturan ini.
d. Kapal kapal yang hanya beroperasi di perairan dibawah
kewenangan suatu Negara dan di laut lepas,kecuali kapal yang
tidak memperoleh pengecualian sesuai sb c., kecuali Negara
tersebut menentukan bahwa pembuangan air ballas dari kapal
itu akan menimbulkan kerugian,merusak lingkungan
mereka,kesehatan manusia,harta benda dan sumberdaya atau
laut yang berbatasan dan Negara lain.
e. Setiap kapal perang,kapal bantuan angkatan laut atau setiap
kapal lain dimiliki atau dioperasikan oleh sebuah negara dan
digunakan pada waktu itu hanya dalam pelayanan Pemerintah
yang tidak komersil.Bagaimanapun setiap Negara Anggota akan
menjamin bahwa dengan melaksanakan tindakan tertentu tidak
merugikan operasi atau kemampuan operasional kapal kapal tsb
sejauh memungkinkan mengikuti aturan dari Konvensi ini.
f. Balas tetap dalam suatu tanki yang disegel dikapal dan tidak
akan dibuang.
Kapal kapal dari Negara bukan Anggota tidak diberikan favourable
treatment (pelayanan yang menguntungkan). Struktur dari Konvensi
Ballast Water Management Konvensi terdiri dari 22 Article dan Annex
A,B,C , D dan E serta 2 Appendix. Annex Section A berisi
definisi,pemberlakuan,pengecualian dan pembebasan Annex section
B mengenai Management dan Pengawasan untuk kapal kapal Annex
section C Persaratan khusus didaerah daerah tertentu Annex section
D Standar untuk Ballast Water Management Annex section E Survey
dan Sertifikasi yang di haruskan untuk Ballast Water Management

Manajemen dan persyaratan pengawasan untuk kapal kapal Annex


B -1
Ballast water management plan

55
Setiap kapal harus mempunyai dan melaksanakan balas water
management plan yang telah disyahkan Pemerintah sesuai guideline
darti IMO.Balas water Management spesifik untuk tiap kapal dan berisi
sekurang kurangnya :
a. Prosedur keselamatan yang rinci untuk kapal dan awak kapal
dilengkapi dengan ballas water management seperti yang
diharuskan oleh konvensi ini.
b. Menyediakan dikripsi yang secara rinci dari tindakan yang akan
diambil untuk melaksanakan persaratan dari ballast water
management dan suplemen ballast water management practice yang
diatur dalam konvensi ini.
c. Prosedur rinci untuk membuang sedimen sediment di laut dan ke
darat.
d. Prosedur untuk koordinasi mengenai ballast water management
yang melibatkan pembuangan ke laut dengan authority dari Negara
keperairan tempat pembuangan air ballas.
e. Perwira di kapal yang ditunjuk untuk menjamin bahwa plan betul
betul dilaksanakan.
f. Isi laporan dari kapal yang diatur dalam konvensi ini harus ditulis
dalam bahasa kerja dari kapal.Apabila bahasanya bukan
Inggeris,Perancis atau Sepanyol harus ada terjemahan kedalam
salah satu bahasa tersebut

Annex B-2.Ballast Water Record Book


1. Setiap kapal harus dilengkapi dengan Ballast Water Record Book
yang boleh berupa Electronic Record System atau boleh
diintegrasikan kedalam record book yang lain atau system yang
sekurang kurangnya berisi informasi yang diatur dalam Appendix II.
2. Harus disimpan dikapal untuk masa 2 tahun sesudah pengisian
terakhir dan kemudian dalam pengawasan Perusahaan untuk
minimum 3 tahun.

56
3. Dalam hal pembuangan ballast water sesuai dengan Regulation
A3,A4 atau B,3 .6 atau ketika aksiden lain atau pembuangan yang
dikecualikan lain yang tidak termasuk dalam pengecualian dari
Konvensi ini harus dimasukkan dalam Record Book penjelasan
mengenai lingkungan dan alasan dari pembuangan.
4. Record Book harus tersedia di tempat yang mudah dicapai untuk
pemeriksaan setiap saat,bila dikapal yang tidak bermesin di kapal
tunda.
5. Setiap operasi sehubungan ballast water harus segera di catat
dalam record book dan ditanda tangani oleh Perwira yang bertugas
dan tiap halaman yang telah penuh ditanda tangani oleh
Nakhoda.Diisi dalam bahasa kerja di kapal,bila bukan bahasa
inggeris,Perancis atau Spanyol harus ada terjemahan dalam salah
satu bahasa tersebut.Bila diisi dalam bahasa resmi negara bendera
terjemahan hanya perlu kalau ada dispute atau pertentangan.
6. Port State Control Officer dapat memeriksa Record Book dan bisa
minta di copy .Copy dapat dipakai di pengadilan.

B-3 Ballast Water Management for ships


1. Kapal yang dibangun sebelum 2009:
1.1 dengan kapasitas air ballast 1.500 dan 5.000 M3 , inclusive,
harus melaksanakan ballast water management sekurang -
kurangnya memenuhi Ballast Water Exchange standard ( Reg
D-1 )atau Ballast Water Performance Standard (Reg,D-
2 )sampai 2014 sesudah itu memenuhi sesuai Ballast Water
Performance Standard ( Reg.D-2)
1.2 dengan kapasitas ballas kurang dari 1.500 M3 atau lebih besar
dari 5.000 M3 harus melaksanakan ballast water management
sekurang kurangnya memenuhi Ballast Water Exchange
standard atau Ballast Water Performance sampai
2016,sesudah itu memenuhi sesuai standar Ballast Water
Performance.

57
2. Kapal kapal diatas harus memenuhi paling lambat pada
intermediate atau renewal survey yang pertama yang mana yang
dilaksanakan lebih dulu sesudah anniversary date penyerahan
pada tahun dipenuhinya dengan standar yang diberlakukan
terhadap kapal tersebut.
3. Kapal yang dibangun pada atau sesudah 2009 dengan kapasitas
ballas kurang dari 5.000 M3 harus melaksanakan management air
ballas sesuai standar Ballast Water Performance (Reg.D-2).
4. Kapal yang dibangun sessudah 2009 tetapi sebelum 2012 dengan
kapasitas air management sesuai dengan Ballast Water
Performance(Reg D-2).
5. Kapal yang dibangun pada atau sesudah 2012 dengan kapasitas
air ballas 5.000 M3 atau lebih harus melaksanakan ballast water
management sekurang kurangnya sesuai standar Ballast Water
Performance (Reg D-2).
6. Persyaratan dari aturan ini tidak berlaku terhadap kapal kapal yang
membuang air ballasnya ke Receiption facility yang sesuai dengan
standar yang diatur IMO.
7. Metode lain dari Ballast water management dapat juga disetujui
sebagai alternatif terhadap persaratan yang diatur dalam paragraf 1
sampai 5 dengan ketentuan bahwa metode itu menjamin sekurang
kurangnya dengan level yang sama terhadap perlindungan
lingkungan,kesehatan manusia ,harta benda atau sumberdaya dan
disyahkan secara prinsip oleh Committee.

B-4 Ballast Water Exchange ( Penggantian Air Ballast )


1. Sebuah kapal yang melaksanakan ballast water exchange untuk
memenuhi standar yang dalam Reg, D-1 harus :
1.1 Bila memungkinkan melaksanakan Pergantian Air Ballast
sekurang kurangnya pada jarak 200 Nautical Mile dari daratan
terdekat dan pada air kedalaman air 200 meter sesuai guideline
dari IMO.

58
1.2 Dalam hal dimana kapal tidak mampu untuk melaksanakan
pergantian air ballast pada jarak 200 mil ,pergantian air ballas
dilaksanakan dalam jarak sejauh mungkin dari daratan
terdekat tetapi dalam segala hal tidak kurang dari 50 mil dan
pada kedalaman air sekurang kurangnya 200 meter.
2. Di daerah laut dimana jarak dari daratan atau kedalaman tidak
dapat dipenuhi Negara Pelabuhan dapat menunjuk daerah daerah
untuk pergantian air ballast sesudah berkonsultasi dengan Negara
bersebelahan.
3. Sebuah kapal tidak perlu menyimpang dari pelayaran yang
direncanakan atau memperlambat pelayaran untuk mengadakan
pergantian air ballast.
4. Sebuah kapal yang melaksanakan pergantian air ballas juga dapat
menyimpang dari ketentuan 1 atau 2 jika Nakhoda dengan dasar
yang kuat (reasonably) memutuskan bahwa pergantian tersebut
akan membahayakan keselamatan atau stabilitas dari kapal atau
awak kapal dan penumpang karena cuaca yang kurang baik,
desain dari kapal atau tegangan tegangan,kegagalan peralatan
atau setiap kondisi luar biasa lainnya.
5. Bila kapal di haruskan untuk melakukan pergantian air ballas
sesuai ketentuan tetapi tidak melakukannya alasannya harus
dicatat dalam Ballast Water Record Book.

B-5.Sediment Management for Ships


1. Semua kapal harus memindahkan dan membuang sediment
sediment dari ruangan yang diperuntukkan untuk membawa air
ballas sesuai dengan ketentuan dari ballast water management
plan.
2. Kapal yang diterangkan dalam Reg B 3.3 sampai B 3.5 harus tanpa
memikirkan keselamatan efisiency operasinal ,didisain dan
dibangun dengan suatu pandangan untuk meminimalkan
pemasukan atau terperangkapnya sedimen yang tidak

59
diinginkan,menyediakan fasilitas untuk membuang sedimen dan
menyediakan akses yang aman untuk pembuangan sedimen dan
pengambilan sampling sesuai petunjuk dari IMO. Kapal kapal yang
diatur dalam Reg, 3.1 sepanjang dapat dipraktekkan memenuhi
sesuai paragraf ini.

B-6 Tugas tugas dari Perwira dan crew .


Perwira perwira dan crew harus familiar dengan tugas tugas
mereka dalam penerapan Ballas Water Management Plan terutama di
kapal kapal dimana mereka sesuai tugasnya harus familiar dengan
Ballast Water Management Plan dari kapalnya.
Dengan adanya Amandemen terhadap SOLAS 74 Bab V
Regulation 22 khususnya paragraf 4 yang berlaku efektif sejak 1 Juli
2010 mengenai visibility dari bridge maka dalam melaksanakan operasi
pergantian air ballas Nakhoda harus memperhitungkan adanya
horizontal blind sector dan berkurangnya sector penglihatan apakah
cukup aman untuk pelaksanaan pergantian tersebut.
Sebagai kompensasi dengan adanya blind sector tersebut maka
harus diadakan pengamatan yang baik (sharp look out ) selama operasi
pergantian air ballas tersebut.
Juga sesuai dengan Regulation 28 mengenai Record dari kegiatan
navigasi laporan harian maka harus dicatat permulaan dan akhir dari
operasi pergantian air ballas. Laporan dari kegiatan Navigasi selama
operasi pergantian air ballas mungkin akan diperiksa oleh Port State
Control Officer dan di review dalam Audit untuk ISM Code.

Bagian D Standar Ballast Water Managemaent


D-1 Ballast Water Exchange Standard (Standar Penggantian Air
Balas )
1 Kapal kapal yang melaksanakan pergantian air ballas (Ballast Water
Exchange) harus melaksanakan sedemikian sehingga menganti
sekurang kurangnya 95% dari volume air ballas.

60
2 Untuk kapal kapal yang melaksanakan penggantian air ballas
dengan metoda pumping through untuk memenuhi persyaratan
sesuai par 1 harus memompa tiga kali volume tanki . Pemompaan
kurang dari 3 kali dapat disetujui dengan persaratan kapal dapt
mendemonstrasikan bahwa penggantian 95% air ballas telah
dicapai.

D-2 Ballast Water Performance standard


Kapal kapal yang melaksanakan Ballast Water Management sesuai
dengan aturan ini harus membuang kurang dari 10 viable organisme per
meter kubik lebih besar atau sama dengan 50 micrometer dalam dimensi
minimum dan kurang dari 10 viable organisme permililiter kurang dari 50
micrometer dalam dimensi minimum dan kurang dari 10 micrometres
dalam dimensi minimum dan membuang mikroba indikator tidak melebihi
ketentuan berikut:
Mikroba indikator sesuai standar kesehatan manusia
1. Toxicogenic vibrio cholerae (01 dan O139) dengan kurang dari 1
colonyforming unit (cfu) per 100 milimetres atau kurang dari 1 cfu per
1gram (berat basah) zooplankton
2. Escherichia colli kurang dari 250 cfu per 100 miilitres
3. Intestinal Enterococi kurang dari 100 cfu per 100 milimetrs

D-3 Ballast Water Management System harus mendapatkan Approval


dari Pemerintah sesuai guideline dari IMO.

D-4 Prototype ballast Water treatment technologies.


Untuk kapal kapal sebelum masa pemberlakuan Ballast Water
Performance Standard berpartisipasi dalam program yang dibuat
Pemerintah untuk mengetes dan mengevaluasi technologi yang akan
diterapkan yang diharapkan technology yang akan diterapkan
maenghasilkan standar yang lebih tinggi dari apa yang diatur sesuai D-
2.

61
International Convention on The Establishment of An International Fund
for Compensation for Oil Pollution Damage.
Biasa dipendekkan dengan sebutan. Fund Convention
Dibentuk untuk melengkapi bantuan apabila bantuan yang diberikan
CLC belum mencukupi. Fund merupakan bantuan dari industri
perminyakan untuk membantu korban pencemaran karena bantuan dari
CLC terbatas. Fund mulai berlaku 1978 . Anggota fund ialah tiap orang
atau perusahaan yang dalam 1 tahun kalender menerima 150.000 ton
harus menyumbang. Fihak-fihak yang dibantu oleh Fund:
1. Bla tidak ada kewajiban dari CLC.
2. Bila pemilik tanker tidak mampu memperoleh bantuan dari CLC atau
bila asuransinya tiadak mencukupi
3. Bila harga dari kerusakan melebihi tanggung jawab owner dibawah
CLC.
Fund tidak akan memberikan bantuan bila :
1. Terbukti bahwa pencemaran disebabkan oleh
peperangan,kerusuhan,perang saudara atau pemberontakan atau
disebabkan minyak yang tumpah atau dibuang dari kapal
perang ,kapal milik atau dioperasikan oleh Pemerintah dan
sedang menjalankan tugas pemerintah.
2. Fund tidak akan memberi bantuan terhadap hal berikut:
Yang mengklaim tidak dapat membuktikan bahwa pencemaran
disebabkan oleh satu atau beberapa kapal. Batas bantuan yang
dapat diberikan Fund sebesar 135 juta SDR termasuk yang
dibayarkan sesuai CLC dan bisa naik menjadi 200 juta bila
diajukan 3 anggota yang jumlah impornya 600 juta ton atau lebih.
Fund dapat membatalkan seluruh atau sebagian dari tanggung
jawabnya bila dapat dibuktikan bahwa pencemaran akibat
kesalahan dari owner yaitu:
a. Kapal yang menimbulkan pencemaran tiadak memenuhi
persyaratan yang diatur dalam :

62
a) Marpol 73/78 serta amendmentnya.
b) Solas 1974 serta amendmentnya
c) Colreg 1972 beserta amendmentnya.
b. Kecelakaan atau kerusakan diakibatkan seluruhnya atau
sebagian karena tdk memenuhi persyaratan tersebut.

Bab II

Pengawasan Pembuangan Minyak dari ruang permasinan.


A. Di luar Daerah Khusus
1. Kapal sedang berlayar
2. Pembuangan melalui sistim penyaringan
3. Kandungan minyak tidak melebihi 15 ppm
4. Campuran berminyak tidak berasal dari bilge dari kamar pompa di
kapal tanker
5. Bila di kapal tanker pembuangan tidak bercampur dengan oil residu
muatan

B. Dalam daerah khusus


Setiap pembuangan ke laut minyak atau cmpuran berminyak dari kapal
GT 400 atau lebih dilarang kecuali bila bilahal berikut terpenuhi:
1. Kapal sedang berlayar
2. Campuran berminyak telah diproses melalui sistim oil filtering dan
contol system.
3. Kandungan minyak dalam aliran pebuangan tidak melebihi 15 ppm.

63
4. Aliran tidak berasal dari bilge ruang pompa di kapal tanker.
5. Di kapal tanker campuran berminyak tidak tercampur dengan oil
residu dari ruang muat

C. Persyaratan untuk kapal kapal kurang dari GT 400 di seluruh daerah


kecuali
Antarctic.
Dalam hal sebuah kapal kurang dari GT 400,minyak dan campuran
berminyak apakah akan ditampung di kapal atau dibuang dengan
persyaratan sebagai berikut:
1. Kapal sedang berlayar
2. Kapal mempunyai peralatan yang disyahkan oleh Pemerintah
yang menjamin bahwa kandungan minyak dalam pembuangan
tidak melebihi 15 ppm
3. Aliran tidak berasal dari bilge ruang pompa di kapal tanker.
4. Di kapal tanker campuran berminyak tidak tercampur dengan oil
residu dari ruang muat

Pengawasan pembuangan minyak dari daerah cargo di kapal


tanker

a. Diluar daerah khusus


Setiap pembuangan ke laut minyak atau campuran berminyak dari
daerah cargo di kapal tanker dilarang kecuali persaratan berikut
dipenuhi :
1. kapal tanker tidak berada dalam daerah khusus
2. kapal tanker berada lebih dari 50 mil dari daratan terdekat
3. tanker sedang berlayar di rutenya
4. kecepatan pembuangan tidak melebihi 30 liter per nautical mil
5. jumlah yang dibuang ke laut tidak melebihi 1/15000 dari total
cargo tertentu untuk tanker yang tanggal penyerahannya pada
atau sebelum 31 Desember 1979 dan 1/30.000 dari total cargo

64
untuk kapal yang penyerahannya sesudah 31 Desemberb
1979.
6. Tanker beroperasi dengan peralatan oil discharge monitoring
dan control sistem dan slop tank .

b. Di dalam daerah khusus


Didalam daerah khusus kapal tanker dilarang membuang minyak
atau campuran berminyak dari daerah cargo.
Pengecualian
1. Pembuangan dilakukan untuk keselamatan kapal atau
penyelamatan jiwa di laut.
2. Pembuangan kelaut disebabkan kerusakan kapal dan peralatan
dengan ketentuan bahwa semua usaha telah dilakukan
sesudah kerusakan berlangsung atau ditemui tumpahan untuk
tujuan mencegah atau meminimalkan tumpahan kecuali jika
pemilik atau Nakhoda bertindak baik dengan sengaja atau
kecerobohan dan mengetahui bahwa pencemaran mungkin
terjadi.
3. Pembuangan kelaut zat yang mengandung oil disetujui oleh
pemerintah bila digunakan untuk tujuan penanggulangan
insiden pencemaran debgan tujuan untuk meminimalkan
kerusakan akibat pencemaran.Pembuangan harus mendapat
ijin dari pemerintah ditempat kejadian

Oil Record Book Part I ( Buku Catatan Minyak bagian I )


Setiap tanker GT 150 atau lebih dan setiap kapal non tanker GT
400 atau lebih harus dilengkapi Oil Record Book Part I yang
bentuknya harus sesuai dengan Appendix III dari Annex I. Setiap
kegiatan dicatat dan ditanda tangani oleh Perwira yang bertugas
dan setiap halaman ditanda tangani oleh Nakhoda’. Dicatat dalam
bahasa resmi tapi untuk kapal yang dilengkapi IOPP cert dicatat
dalam bahasa Inggeris atau Perancis. Disimpan ditempat yang

65
mudah dicapai untuk pemeriksaan. Disimpan selama 3 tahun
terhitung pengisian terakhir. PSCO berhak memeriksa kebnaran
dari ORB selam kapal berada di Pelabhan atau terminal PSC
Officer berhak minta copy bila diperlukan. Suatu copy yang ditanda
tangani Nakhoda dapat digunakam sebagai bukti di Pengadilan. Hal
hal yang harus dicatat dalam Oil record Book Part I (dari ruang
permesinan):
1. Pengisian ballast atau pencucian tanki bahan bakar.
2. Pembuangan ballast kotor atau ballast yang disimpan di tank
bahan bakar.
3. Pengumpulan atau pembuangan oil residu (sludge).
4. Pembuangan air got kamar mesin.
5. Kondisi dari OWS dan ODM
6. Pembuangan karena kecelakaan.
7. Pengisian bahan bakar dan lub oil.

Oil Record Book Bagian II


Setiap tanker GT 150 atau lebih dilengkapi dengan Oil Record
Bagian II. Oil Record Book harus diisi setiap selesai suatu kegiatan
tanki per tanki apabila operasi pemuatan atau ballast berlangsung
di kapal sebagai berikut:
i. Pemuatan minyak
ii. Pemindahan internal minyak selama pelayaran
iii. Pembongkaran minyak
iv. Pengisian ballas di tanki muatan dan Dedicated Ballast Tank
v. Pencucian tanki tanki muatan termasuk crude oil washing
vi. Pembuangan ballast kecuali dari tanki ballast terpisah
vii. Pembuangan air dari slop tank
viii. Penutupan semua keran atau peralatan serupa setelah
operasi pembuangan dari slop tank
ix. Penutupan keran keran yang diperlukan untuk untuk
pengisolasian dedicated ballast tank dari tanki muatan dan

66
pipa striping sesudah pembongkaran dari dedicated clean
ballast
x. Pembuangan residu

SHIPBOARD OIL POLLUTION EMRGENCY PLAN (SOPEP)


Setiap tanker GT150 atau lebih dan non tanker GT400 atau lebih
harus dilengkapi dengan SOPEP yang telah disyahkan oleh
Pemerintah. SOPEP merupakan suatu informasi dari pemilik kapal
kepada Nakhoda. Dia merupakan suatu saran terhadap Nakhoda
bagaimana bertindak dalam hal terjadi tumpahan minyak untuk
mencegah atau sekurang kurangnya mengurangi akibat yang
merugikan terhadap lingkungan. Sopep berisi aspek operasional
untuk bermacam macam skenario tumpahan minyak dan daftar
dari informasi komunikasi yang akan digunakan dalam insident
tersebut. Isi dari SOPEP sekurang kurangnya
1. Prosedur yang diikuti oleh Nakhoda atau orang lain yang
bertugas untuk melaporkan kejadian pencemaran.
2. Daftar Pejabat atau orang yang akan dihubungi bila terjadi
pencemaran.
3. Perincian tindakan yang akan diambil segera oleh orang orang
dikapal untuk mengurangi atau mengontrol tumpahan minyak
sesudah kecelakaan.
4. Prosedur dan titik kontak dikapal untuk koordinasi dengan
Penjabat Local dalam rangka penanggulangan pencemaran.

Panduan untuk membuat SOPEP dikeluarkan IMO dengan


Resolusi MPEC 54 (32) tahun 1992 yang telah diubah dengan
Resolusi MPEC 86 (44) tahun 2000. Sopep merupakan bagian
integral dari IOPP certifikate dan keberadaannya diperiksa dalam
Suplement dari IOPPm certificate. SOPEP secara garis besar terdiri
dari 4 seksi hal yang wajib dengan kandungan yang wajib dan
apendix dengan tambahan informasi seperti alamat yang dapat

67
dihubungi dan data ditambah satu set gambar gambar sebagai
referensi untuk memudahkan untuk Nakhoda. SOPEP terdiri dari
hal hal berikut:
1. Data data kapal
2. daftar isi
3. Record of Changes
4. Seksi1 Pembukaan
5. Seksi 2 Reporting requirement
6. Seksi 3 Steps to control discharge
7. National and Local Coordination

PERUNDANG UNDANGAN NASIONAL


Dalam perundang undangan Nasional mengenai Perlindungan
Lingkungan diatur dalam Undang Undang No.23 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Undang Undang No.17 tahun 2008
tentang Pelayaran serta Peraturan Pemerintah No.21 tahun 2010 tentang
Perlindungan Lingkungan Maritim.
UU No.23 tahun 1997 merupakan undang undang mengatur
lingkungan secara menyeluruh sedangkan UU No.17 tahun 2008 tentang
Pelayaran dan PP No.21 tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan
Maritim hanya mengatur mengenai perlindungan maritim.
Dalam UU No.17 tahun2008 tentang Pelayaran diatur mengenai
kewajiban Pemerintah,kewajiban Pengelola Pelabuhan,kewajiban
Nakhoda dan Awak Kapal dalam usaha melindungi lingkungan laut dari
pencemaran yang berasal dari kegiatan mereka.
Dalam Peraturan Pemerintah ditemuai definisi berikut ini :
1. Perlindungan Lingkungan Maritim adalah setiap upaya untuk
mencegah dan menanggulangi pencemaran lingkungan perairan yang
bersumber dari kegiatan yang terkait dengan pelayaran.

68
2. Pencegahan Pencemaran dari kapal adalah upaya yang harus
dilakukan Nakhoda dan atau awak kapal sedini mungkin untuk
menghindari atau mengurangi pencemaran tumpahan minyak, bahan
cair beracun,muatan berbahaya dalam kemasan,limbah kotoran
(sewage) ,sampah (garbage) dan gas buang dari kapal ke perairan
dan udara.
3. Penanggulangan pencemaran dari pengoperasian kapal adalah
segala tindakan yang dilakukan secara cepat,tepat dan terpadu serta
terkoordinasi untuk mengendalikan,mengurangi dan membersihkan
tumpahan minyak atau bahan cair beracun dari kapal ke perairan
untuk meminimalisasi kerugian masyarakat dan kerusakan lingkungan
laut.
4. Minyak adalah minyak bumi dalam bentuk apapun termasuk minyak
mentah,minyak bahan bakar,minyak kotor,kotoran minyak dan hasil
olahan pemurnian seperti berbagai jenis aspal,bahan bakar
diesel,minyak pelumas,minyak tanah,bensin,minyak suling,naptha dan
sejenisnya. Pengendalian Anti Teritip (Anti Fouling System) adalah
sejenis lapisan pelindung,cat, lapisan perawatan permukaan,atau
peralatan yang digunakan di atas kapal untuk mengendalikan atau
mencegah menempelnya organisme yang tidak diinginkan.
5. Pemilik kapal adalah orang perseorangan atau perusahaan yang
terdaftar sebagai pemilik kapal atau yang bertanggung jawab atas
nama pemilik kapal termasuk operator.
6. Limbah adalah sisa suatu usaha dan, atau kegiatan.
7. Unit kegiatan lain adalah pengelola unit pengeboran minyak dan
fasilitas penampungan minyak di perairan

Tanggung jawab Pemerintah


Dalam pasal 226 Undang Undang No.17 tahun 2008 disebutkan
(1) Penyelengaraan perlindungan lingkungan maritim dilakukan oleh
Pemerintah

69
(2) Penyelenggaraan perlindungan lingkungan maritim sebagai mana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui :
a. Pencegahan dan penanggulangan pencemaran dari
pengoperasian kapal dan
b. Pencegahan dan penanggulangan pencemaran dari kegiatan
kepelabuhanan
(3) Selain pencegahan dan penanggulangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) perlindungan lingkungan maritim juga dilakukan
terhadap ;
a. pembuangan limbah di perairan dan
b. Penutuhan kapal

Tanggung jawab Nakhoda dan Awak Kapal


Setiap awak kapal wajib mencegah dan menanggulangi terjadinya
pencemaran lingkungan yang bersumber dari kapalnya. Pencemaran
lingkungan yang bersumber dari kapalnya dapat berupa :
a. Minyak
b. Bahan cair beracun
c. Muatan bahan berbahaya dalam bentuk kemasan.
d. Kotoran
e. Sampah
f. Udara
g. Air balas dan/ atau
h. Barang dan bahan berbahaya bagi lingkungan yang ada di kapal
Dalam melakukan pencegahan pencemaran awak kapal sesuai dengan
jabatanya yang tercantum dalam buku sijil pada kapal dengan jenis dan
ukuran tertentu harus memastikan :
a. Tersedianya buku catatan minyak untuk ruang mesin dan buku
catatan minyak untuk ruang muat bagi kapal tanki minyak

70
b. Tersedianya tanki penampung minyak kotor dengan baik
c. Tersedianya manajemen pembuangan sampah dan bak penampung
sampah
d. Jenis bahan bakar yang digunakan tidak merusak lapisan ozon
e. Terpasangnya peralatan pencegahan pencemaran yang berfungsi
dengan baik untuk kapal dengan ukuran tertentu.
f. Tersedianya tanki penampungan atau alat penghancur kotoran
sesuai untuk kapal dengan pelayar 15 orang atau lebih.
g. Tersedianya sistem pengemas penandaan,pendokumentasian yang
baik dan penempatan muatan sesuai dengan tata cara dan prosedur
sesuai dengan tatacara dan prosedur untuk kapal pengangkut bahan
berbahaya dalam kemasan.
h. Tersedianya prosedur tetap penanggulangi pencemaran.

Dalam melakukan penanggulangan pencemaran,awak kapal sesuai


dengan jabatannya tercantum dalam buku sijil di kapal wajib :
a. Melokalisir minyak dengan menggunakan alat oil boom
b. Menghisap minyak dengan alat penghisap minyak skimmer)(
c. Menyerap minyak dengan bahan penyerap (Absorbent).
d. Menguraikan minyak dengan menyiramkan bahan kimia pengurai
yang ramah lingkungan (dispersant).
e. Melaporkan kepada Syahbandar terdekat dan atau unsur pemerintah
lainnya yang terdekat

Setiap kapal dilarang melakukan pembuangan limbah dan bahan lain dari
pengoperasian kapal ke perairan.
Limbah yang dimaksud adalah :
a. sisa minyak kotor
b. Sampah dan
c. Kotoran manusia
Bahan lain adalah :
a. air balas

71
b. bahan kimia berbahaya dan beracun
c. Bahan yang mengandung zat perusak ozon
bahan bahan tsb hanya boleh dibuang kalau memenuhi persyaratan
sesuai perundang undangan.

Peralatan Pencegahan dan Bahan Penanggulang Pencemaran di


kapal
1. Kapal dengan ukuran GT 100 atau lebih dan atau ukuran mesin
penggerak utama 200 HP atau lebih paling sedikit harus memiliki
peralatan pencegahan pencemaran oleh minyak yang meliputi :
a. Peralatan pemisah air dan minyak (OWS)
b. Tangki penampungan minyak kotor (sludge tank)
c. Standar sambungan pembuangan (standard discharge
connection)
2. Untuk kapal yang memuat bahan zat cair beracun harus memiliki
peralatan pencegahan pencemaran oleh bahan cair beracun :
a. Pompa stripping dan
b. Tangki endap
3. Untuk kapal dengan pelayar 15 orang atau lebih harus memiliki
peralatan pencegahan pencemaran oleh kotoran yang meliputi :
a. Alat pengolah kotoran
b. Alat penghancur kotoran dan/atau
c. Tangki penampung kotoran dan sambungan pembuangan
standar
4. Untuk setiap kapal paling sedikit harus memiliki peralatan
pencegahan pencemaran oleh sampah yang meliputi :
a. Bak penampungan sampah
b. Penandaan
5. Untuk kapal ukuran GT 400 atau lebih paling sedikit harus memiliki
peralatan pencegahan pencemaran udara yang meliputi :
a. Penyaring gas buang dan

72
b. Peralatan sistim pendingin dan pemadam kebakaran yang tidak
menggunakan bahan perusak lapisan ozon
6. Untuk kapal kapal tanker dengan ukuran tertentu peralatan
penanggulangan pencemaran oleh minyak meliputi :
a. alat pelokalisir minyak (oil boom )
b. Alat penghisap minyak (oil skimmer )
c. Bahan penyerap minyak (absorber)
d. Bahan pengurai minyak (dispersant)
Bahan bahan tersebut harus memenuhi standar tehnis peralatan
pencegahan dan bahan penanggulangan pencemaran yang
ditetapkan oleh Menteri. Untuk mengetahui kelengkapan dan
terpenuhinya standar teknis dilakukan pemeriksaan dan
pengujuian. Apabila telah memenuhi standar teknis maka diberikan
sertifikat.
7. Kapal dengan jenis dan ukuran tertentu yang dioperasikan wajib
dilengkapi pola penanggulangan pencemaran minya dari
kapal.Pola penanggulangan tersebut disusun oleh pemilik atau
operator kapal dan disahkan oleh Menteri.Pola tersebut berupa :
a. pola penanggulangan keadaan darurat pencemaran oleh
minyak(Shipboard Oil Pollution Emergency Plan /SOPEP)
atau
b. Pola penanggulangan keadaan darurat untuk muatan
berbahaya selain minyak (Shipboard Marine Pollution
Emergency Plan /SMPEP )

Pencegahan Pencemaran Lingkungan Yang Bersumber Dari Barang


Dan Bahan Berbahaya Yang Ada Di Kapal
1. Pengendalian Anti Teritip
Setiap kapal yang dioperasikan dengan ukuran GT 400 atau lebih dan
kapal dengan ukuran panjang 24 meter atau lebih wajib memenuhi
standar sistem anti teritip yang ditetapkan Menteri. Standar tersebut

73
meliputi tata cara pengecatan anti teritip dan bahan cat yang
digunakan.bagi kapal yang memenuhi standar diberikan sertifikat.
2. Manajemen Air Balas di Kapal
Setiap kapal yang dioperasikan dengan ukuran GT 400 atau lebih
wajib memenuhi standar manajemen air balas yang ditetapkan
Menteri.Standar manajemen tersebut meliputi tata cara pembuangan
air balas dan peralatan pengolahan air balas. Bagi kapal kapal yang
telah memenuhi standar diberikan asertifikat.
3. Standar Daya Tahan PelindungAnti Karat
Setiap kapal yang dioperasikan dengan ukuran GT 500 atau lebih
wajib memenuhi standar daya tahan pelindung anti akarat pada tangki
air balas yang ditetapkan Menteri’.Standar daya tahan pelindung anti
karat tersebut meliputi tata cara pengecatan .Bagi kapal yang telah
memenuhi standar diberikan sertifikat.
4. Pencucian Tangki Kapal
Pencucian tangki kapal dapat dilakukan oleh :
a. awak kapal atau
b. Badan usaha yang bergerak di bidang pencucian tangki kapal.
Pencucian oleh awak kapal dilakukan dalam hal kapal dilengkapi dengan
peralatan dan perlengkapan pencucian tangki kapal

Penanggulangan Pencemaran yang bersumber dari kapal,unit


kegiatan lain di Perairan,dan kegiatan di Pelabuhan

1) Setiap Nakhoda atau penanggung jawab unit kegiatan diperairan


bertanggung jawab menanggulangi pencemaran yang bersumber
dari kapal dan/atau kegiatannya.
2) Otoritas Pelabuhan,Unit Penyelenggara Pelabuhan,Bada Usaha
Pelabuhan dan Pengelola Terminal Khusus wajib menanggulangi
pencedmaran yang bersumber dari kegiatannya
Penanggulangan pencemaran dilakukan dengan cara :

74
a) Melaporkan terjadinya pencemaran kepada Syahbandar terdekat
dan/atau unsur pemerintah lain yang terdekat.
b) Melakukan penanggulangan dengan menggunakan peralatan
dan bahan yang dimiliki oleh kapal ,unit kegiatan lain di
perairan,pelabuhan termasuk terminal khusus atau unsur lainnya
sesuaidengan prosedur penanggulangan pencemaran yang
disyahkan oleh Menteri.
Pelaporan dilakukan dengan menggunakan alat komunikasi yang memuat
informasi paling sedikit terdiri atas :
a. tanggal dan waktu kejadian
b. Jenis pencemaran
c. Sumber dan penyebab pencemaran
d. Posisi pencemaran dan
e. Kondisi cuaca
Prosedur penanggulangan pencemaran terdiri atas :
a. pola penanggulangan pencemaran yang bersumber dari
pengoperasian kapal. dan
b. Prosedur tanggap darurat penanggulangan pencemaran yang
bersumber dari unit kegiatan lain dan kegiatan di pelabuhan
termasuk terminal khusus
Dalam hal terjadi pencemaran yang bersumber dari kapal atau
unit kegiatan lain di perairan,Nakhoda atau penganggung jawab unit
kegiatan lain di perairan wajib melakukan penanggulangan gengan
menggunakan personil,peralatan dan bahan penangulangan
pencemaran yang berada di atas kapal atau unit kegiatan lain di
perairan serta dilakukan sesuai dengan prosedur penanggulangan
pencemaran yang bersumber dari pengoperasian kapal atau kegiatan
lain di Pelabuhan.
Dalam hal personil,peralatan,dan bahan penanggulangan
pencemaran di atas kapal atau unit kegiatan lain tidak mampu
menanggulangi pencemaran,Nakhoda atau penanggung jawab unit
kegiatan lain di perairan segera melaporkan kepada Syahbandar untuk

75
mengkoordinir penanggulangan berdasarkan tingkatan tier 1 dengan
menggunakan personil ,peralatan dan bahan penanggulangan
pencemaran yang tersedia di pelabuhan.
Dalam hal personil,peralatan dan bahan penanggulangan
pencemaran yang tersedia di Pelabuhan tidak mampu menanggulangi
pencemaran,syahbandar melaporkan kepada Syahbandar yang
ditunjuk sebagai koordinator wilayah untuk mengkoordinir
penanggulangan pencemaran berdasarkan tingkatan tier 2 dengan
menggunakan personil,peralatan dan bahan penangulangan
pencemaran yang tersedia di wilayahnya.
Dalam hal personil,peralatan dan bahan penanggulangan
pencemaran berdasarkan tingkatan tier 2 tidak mampu menanggulangi
pencemaran atau pencemaran menyebar melintasi batas wilayan
Negara Kesatuan Republik Indonesia,Syahbandar koordinator
melaporkan kepada Menteri untuk menkoordinir penanggulangan
berdasarkan tier 3 dengan menggunakan personil,peralatan dan bahan
penanggulangan pencemaran yang tersedia pada tingkat Nasional
Tanggung Jawab Pemilik atau Operator Kapal
1. Pemilik,operator kapal atau penanggung jawab unit kegiatan lain di
perairan bertanggung jawab atas biaya yang diperlukan dalam
penanganan penanggulangan dan kerugian yang ditimbulkan
akibat pencemaran yang bersumber dai kapal dan/atau kegiatan
lainnya . Untuk memenuhi tanggung jawab tersebut
pemilik,operator kapal atau penanggung jawab kegiatan lain di
perairan wajib mengasuransikan tangung jawab tersebut
2. Pemilik atau operator kapal yang mengangkut minyak wajib
bertanggung jawab untuk mengganti kerugian pihak ketiga yang
disebabkan oleh pencemaran minyak yang berasal dari kapalnya
3. Pemilik atau Operator kapal yang mengangkut muatan minyak
secara curah lebih atau sama dengan 2000 ton wajib
mengasuransikan tanggung jawab atas kerugian pihak ketiga yang
disebabkan oleh pencemaran min yak dari kapalnya

76
Pemilik atau operator kapal dengan ukuran lebih atau samadengan .GT
1000 wajib mengasuransikan tanggung jawabnya untuk mengganti
kerugian pihak ketiga yang disebabkan oleh pencemaran minyak yang
berasal dari kegiatan pengisian bahan bak

Sanksi sanksi
Setiap awak kapal yang tidak melakukan pencegahan dan
penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran lingkungan yang
bersumber dari kapal dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
(dua ) tahun dan denda paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah)
a. Setiap orang yang melakukan pembuangan limbah air
balas,kotoran,sampah atau bahan lain keperairan diluar ketentuan
perundang-undangan dipidana dengan pidana penjara paling lama
2(dua) tahun dan denda paling banyak 300 juta rupiah.
b. Jika perbutan tsb mengakibatkan rusaknya lingkungan hidup atau
tercemarnya lingkungan hidup dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10(sepuluh) tahun dan denda paling banyak 500 (lima
ratus) juta rupiah.
c. Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kematian seseorang dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
2.500.000.00 (dua miliar lima ratus juta) rupiah.
Setiap orang yang mengoperasikan kapalnya dengan mengeluarkan
gas buang melebihi ambang batas dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp.300,000.000,00
(tiga ratus juta rupiah ).
Setiap Nakhoda yang tidak melaksanakan kewajibannya untuk
melaporkan pencemaran yang berasal dari kapalnya dikenai sanksi
berupa pembekuan sertifikat keahlian selama paling lama 1 tahun.

77
Setiap orang yang tidak melaksanakan kewajibannya melaporkan
kepada penjaga laut dan pantai tentang pembuangan limbah dkenai
sanksi Adm berupa denda sebesar Rp.30 000 000,.
Pemilik atau operator kapal dengan ukuran lebih atau samadengan .GT
1000 wajib mengasuransikan tanggung jawabnya untuk mengganti
kerugian pihak ketiga yang disebabkan oleh pencemaran minyak yang
berasal dari kegiatan pengisian bahan bakar

78

Anda mungkin juga menyukai