Anda di halaman 1dari 10

BAB III

PEMBAHASAN

A. Upaya Guru Akidah Akhlak dalam Membina Akhlak Siswa Kelas VIII

di MTs NW Puyung Tahun Pelajaran 2021/2022.

Upaya guru dalam membina akhlak anak merupakan langkah yang

baik bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak adalah individu yang

sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan

religious, mereka membutuhkan orang lain dalam pertumbuhannya.

Berdasarkan hasil analisis data, upaya – upaya yang dilakukan oleh

guru Akidah Akhlak dalam membina akhlak siswa kelas VIII dalam proses

pembelajaran yaitu:

1. Guru berupaya sebagai pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi

bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus

memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung

jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Tanggung jawab seorang guru

meliputi guru harus mengetahui serta memahami nilai, norma moral, dan

sosial. Tentunya guru harus memahami tanggung jawabnya dalam

tindakannya baik di sekolah maupun kehidupan masyarakat.

Guru sebagai pendidik harus memiliki pemahaman ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni sesuai dengan bidang yang

dikembangkan. Ia harus mampu mengambil keputusan secara mandiri

tanpa menunggu perintah atasan.

53
54

Berdasarkan teori di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam

proses pembinaan akhlak siswa, guru Akidah Akhlak telah memberikan

contoh yang baik kepada siswa-siswinya, seperti baik dalam bertingkah

laku, sopan dalam bertutur kata, dan disiplin/tepat waktu datang ke

sekolah.

2. Memberi nasihat

Metode ini sangat penting, sebab nasihat itu dapat membukakan

mata siswa-siswi pada hakikat sesuatu, mendorongnya menuju situasi

luhur, menghiasinya dengan akhlak yang mulia.Setiap anak mempunyai

kecenderungan untuk meniru dan terpengaruh oleh kata – kata yang

didengarnya, kemudian direspon ke dalam tingkah lakunya.Pembawaan

itu biasanya tidak tetap dan oleh karena itu, kata – kata harus diulang –

ulang.

Berdasarkan teori di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam

proses pembinaan akhlak siswa, guru Akidah Akhlak memberikan

nasihat kepada siswa – siswinya dengan mengatakan,anak-anak tolong

perhatikan Ibu guru agar mengerti dengan penjelasan Ibu, anak yang

shaleh dan shalehah harus nurut pada Ibu gurunya.

3. Memberi perhatian

Mencurahkan, memperhatikan dan senantiasa mengikuti

perkembangan siswa dalam pembinaan akhlak. Metode pendidikan siswa

dengan cara memberikan perhatian pada siswa akan memberikan dampak

positif, karena dengan metode ini siswa merasa dilindungi, diberi kasih
55

sayang karena ada tempat untuk mengadu baik suka maupun duka.

Sehingga siswa tersebut menjadi siswa yang berani untuk mengutarakan

isi hatinya atau permasalahan yang ia hadapi kepada gurunya.

Berdasarkan teori di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam

proses pembinaan akhlak siswa, guru Akidah Akhlak memberikan

perhatian kepada siswa-siswi dengan mengatakan kenapa tugasnya tidak

dikerjakan nak, besok-besok harus dikerjakan ya nak.

Dengan memperhatikan dan melaksanakan upaya di atas, dalam

upaya membina akhla siswa, maka siswa akan lebih terkondisi untuk siap

menggapai masa depan yang cemerlang sebab guru adalah barisan

terdepan dalam membentuk karakter calon pemimpin Islam yang

berakhlak mulia.

Dari segi proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas,

guru Akidah Akhlak kurang menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan dan cenderung membuat siswa bosan, seperti yang sudah

dikemukakan oleh peneliti sebelumnya dari perkataan guru Akidah

Akhlak dan siswa.

Merujuk pada teori Abdul Mujib, guru Akidah Akhlak seharusnya

menerapkan prinsip keguruannya yaitu membuat suasana belajar yang

menyenangkan sehingga membangkitkan gairah siswa dalam belajar.

Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan mutlak harus

dilakukan oleh guru agar siswa semangat dan aktif dalam belajar.
56

Guru Akidah Akhlak dalam membina akhlak siswa harus memiliki

kompetensi – kompetensi yang lengkap yaitu:

1) Kompetensi pedagogik

Kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru menciptakan

dan menumbuhkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan rencana yang

telah disusun

2) Kompetensi kepribadian

Guru sebagai sosok yang ditiru memiliki karakteristik

kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak

didik. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan

memberikan tauladan yang baik terhadap anak didik

3) Kompetensi profesional

Menurut Undang – undang No. 14 Tahun 2015 tentang guru dan

dosen, kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi

pelajaran secara luas dan mendalam.

4) Kompetensi sosial

Menurut Undang – undang guru dan dosen, kompetensi sosial

adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara

efektif dan efisien dengan anak didik. Kompetensi – kompetensi

tersebut, mutlak harus dimiliki oleh guru dalam upaya membina

akhlak siswa.

Merujuk pada teori Nurhijayati, guru Akidah Akhlak harus

mampu berkomunikasi aktif dengan siswa agar suasana belajar


57

menjadi lebih aktif dan siswa – siswi semangat mengikuti proses

belajar mengajar.

Adapun upaya informal dalam membina akhlak siswa – siswi

melalui kegiatan imtaq, pidato, dan hafalan surat pendek. Dari hasil

analisis data, adanya bimbingan dan motivasi yang diupayakan oleh

guru Akidah Akhlak dalam membina siswa untuk mengikuti setiap

kegiatan yang diadakan oleh sekolah. Kegiatan informal dalam

membina akhlak siswa yang diupayakan oleh pihak – pihak sekolah di

atas, merupakan suatu cara dalam membina akhlak siswa, kegiatan

imtaq tujuannya adalah membiasakan mereka dalam aktivitas yang

baik sehingga mereka akan menerapkannya dalam kehidupan sehari –

hari sebagaimana ungkapan dari sumber data di atas. Sedangkan

pidato tujuannya adalah untuk membiasakan mereka berani tampil dan

mandiri. Sedangkan hafalan surat pendek adalah cara belajar

menghafal Al-Qur’an dengan tujuan mengajarkan nilai-nilai yang

terkandung di dalamnya dan mengamalkan serta mendakwahkannya.

Hafalan surat Al-Ashr, nilai-nilai yang diajarkan adalah penghargaan

terhadap waktu dan orang-orang yang beruntung, agar siswa tidak

banyak membuang waktunya untuk bermain. Jadi upaya – upaya yang

dilakukan di atas, merupakan salah satu jalan untk merubah perilaku

siswa menjadi manusia yang memiliki akhlak yang mulia.


58

B. Kendala – kendala dan Solusi yang dialami oleh Guru Akidah Akhlak

dalam membina akhlak siswa kelas VIII MTs NW Desa Puyung.

Berdasarkan hasil analisis data, kendala – kendala dan solusi yang

dialami oleh guru Akidah Akhlak dalam upaya membina akhlak siswa, antara

lain:

1. Guru Kurang menguasai metode pembelajaran

Berasal dari guru artinya usaha yang dilakukan oleh guru kurang

maksimal dalam membina akhlak siswa, seperti penuturan beliau dari

awal, bahwa metode yang diterapkan kurang maksimal dalam membina

akhlak siswa sehingga berdampak pada rendahnya motivasi belajar siswa.

Guru Akidah Akhlak dalam proses pendidikan Islam, tidak hanya dituntut

untuk menguasai sejumlah materi yang akan diberikan kepada siswa-

siswinya, tetapi guru harus menguasai berbagai metode dalam

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

Merujuk pada teori Abdullah Nashih Ulwah dalam Aat Syafaat

bahwa metode yang harus diterapkan oleh guru Akidah Akhlak dalam

membina akhlak siswa adalah metode yang dicontohkan oleh Rasulullah

SAW dalam membina akhlak anak.

Mengacu pada teori Abdullah Nashih Ulwan dalam Aat Syafaat,

guruAkidah Akhlak tidak menerapkan metode memberi hukuman.

Sedangkan dalam Islam metode memberi hukuman merupakan cara yang

baik dalam mendidik anak agar mereka beradab.


59

Ibn Sahnun dalam Maukuf Al-Masykuri mengatakan sebagai

berikut;

Beberapa etika seorang guru diantaranya: “seorang guru


diperkenankan untuk “menghukum” anak didiknya dengan
memukul bagian kepala atau mukanya. Hukuman itu bertujuan
untuk mendisiplinkan anak dan bukan sebagai wujud kemarahan
guru.79

Mengacu pada teori Ibnu Sahnun, seharusnya guru Akidah Akhlak

memberikan hukuman kepada siswanya dalam membina akhlak anak

sehingga mereka memiliki kedisiplinan dan adab.

Dari pemaparan di atas, tergambar bahwa Islam memiliki metode

yang tepat untuk membentuk anak didik berakhlak mulia sesuai dengan

ajaran Islam.Dengan demikian peneliti berharap kepada guru agar mampu

memberi kontribusi besar terhadap perbaikan akhlak anak melalui metode

pendidikan Islam yang disebutkan di atas.

2. Faktor eksternal (Lingkungan)

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat mendukung

terjadinya interaksi yang baik dalam menjalani kehidupan.dalam

berinteraksi di lingkungan masyarakat, orang harus pandai-pandai memilih

teman dalam bergaul, karena dengan pergaulan juga bisa merubah

kepribadian seseorang, baik dalam berkeluarga maupun dalam

bermasyarakat. Lingkungan pergaulan yang kurang baik akan memberikan

dampak yang kurang baik terhadap kepribadian dan tingkah laku anak.

79
Maukuf Al-Masykuri, Guru Harapan Bangsa, (Jakarta: Muda Cendikia, 2011), hlm. 101.
60

Tetapi sebaliknya, lingkungan yang baik akan membentuk kepribadian dan

tingkah laku anak menjadi baik.

Kendala yang dihadapi guru Akidah Akhlak dalam membina

akhlak siswa disebabkan oleh faktor lingkungan, karena beberapa siswa

bergaul dengan orang yang kurang baik, seperti cara berpakaian, gaya

rambut, dan kata-kata yang tidak baik. Faktor lingkungan sangat

berpengaruh dalam membentuk kepribadian siswa, karena lingkungan

tempat mengimplementasikan semua yang pernah didapatkan selama

mengikuti proses pendidikan.

Dalam lingkungan keluarga, anak banyak menghabiskan waktu,

jika hubungan orang tua kurang harmonis akan menumbuhkan kehidupan

emosional terhadap anak yang berdampak pada perilaku. Predikat sebagai

pendidikan utama mengindikasikan betapa esensialnya upaya dan

pengaruh lingkungan keluarga dalam membentuk perilaku dan kepribadian

anak.

Anak merupakan amanat Allah SWT bagi kedua orang tuanya, ia

mempunyai jiwa yang suci dan cemerlang, apabila sejak kecil dibiasakan

baik, dididik dan dilatih dengan kontinu, maka ia akan tumbuh dan

berkembang menjadi anak yang baik pula. Sebaliknya, apabila ia

dibiasakan berbuat buruk, maka ia akan terbiasa berbuat buruk pula. Oleh

karena itu, dalam keluarga perlu dibentuk lembaga pendidikan, walaupun

dalam format yang paling sederhana, karena pendidikan keluarga

merupakan pendidikan yang pertama dan utama.


61

Dalam usaha membina akhlak siswa, seorang pendidik harus

memiliki kompetensi pedagogik yakni merencanakan pengelolaan kelas,

mampu menentukan metode / strategi pembelajaran, artinya kompetensi

pedagogik tercermin dari indikator kemampuan melaksanakan interaksi

atau pengelola proses belajar mengajar. Etika dalam proses belajar

mengajar harus diperhatikan oleh guru yaitu seni mengajar yang

menyenangkan, sehingga anak didik tidak merasa bosan, suasana belajar

yang menyenangkan harus diciptakan oleh guru agar siswa termotivasi dan

bergairah dalam belajar, dan yang harus diperhatikan oleh guru adalah

mampu memilih materi sesuai dengan pemahaman siswa. Ali Bin Abi

Thalib mengatakan: Didiklah anak kalian dengan pendidikan yang

berbeda dengan yang diajarkan kepadamu, karena mereka diciptakan

untuk zaman yang berbeda dengan zaman kalian.80

Menurut peneliti, hendaknya guru Akidah Akhlak ketika membina

akhlak siswa-siswinya memiliki kompetensi-kompetensi yang menunjang

keprofesionalannya, sehingga memudahkan guru tersebut membimbing

siswa-siswinya, guru yang berhasil membina siswa-siswinya adalah yang

memiliki kompetensi yang lengkap dan salah satu kompetensinya yaitu

penguasaan strategi yang mencakup pendekatan, metode, dan teknik. Jika

strategi sudah dikuasai untuk membina siswa-siswi menjadi generasi yang

berakhlak mulia akan berhasil.

80
Abdul Mujib, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 101.
62

3. Kurangnya waktu bagi guru

Kendala yang dialami guru Akidah Akhlak selama dalam membina

akhlak siswa, yaitu kurangnya waktu yang dimilikinya.Membina akhlak

siswa sangatlah penting, karena akhlak merupakan sifat yang sudah

melekat pada diri seseorang. Jika akhlak siswa tidak dibina, maka lama

kelamaan akan dapat merusak kehidupan yang akan dijalaninya. Oleh

karena itu, guru harus mempunyai banyak waktu dalam membina akhlak

siswa, sebab membina tidak sekedar asal bicara saja, tetapi butuh

kesabaran, ketekunan, keuletan serta tidak pilih kasih sehingga tujuan

dalam membina akhlak siswa dapat tercapai dengan maksimal.Dengan

kurangnya waktu bagi guru, maka hal yang dapat menjadi faktor

pendukung dalam masalah ini yaitu harus adanya kerjasama antara guru

dan orang tua siswa di rumah.

Sedangkan solusi yang harus dilakukan dalam mengatasi hal

tersebut yaitu antara guru dan orang tua siswa harus bisa mengawasi

keberadaan anakanya baik saat di sekolah maupun diluar sekolah. Dengan

mengawasi keberadaan siswa, maka akan dapat memudahkan guru

maupun orang tua dalam membina akhlak siswa terutama dengan siapa

siswa bergaul.

Anda mungkin juga menyukai