Kes
MATA KULIAH : program dan instrumen dan K3
Oleh:
AZHURA ANGGIA AQISERRA
190201133
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa karena atas anugrah-
NYA kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan ““INSTRUMEN DAN
PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA”
dengan tepat waktu dan penuh rasa tanggung jawab, mengingat ini
merupakan salah satu kriteria penilaian dosen terhadap mahasiswa khususnya
dalam mata pelajaran Sanitasi Industri dan keselamatan Kerja.
Oleh karena itu, ijinkan kani menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu, akhirnya kami menyadari
bahwa “tiada gading yang tak retak” begitu pula kami selaku insan manusia biasa
yang tak luput dari kesalahan dan kekurangan. Olehnya saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Kerja.......................................3
B. Kecelakaan Kerja dan Penyakit Kerja..........................................................6
C. Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.................................................8
D. Instrumentasi Dalam Keselamatan Dan Kesehatan Kerja............................8
E. Program Dalam Kesehatan Dan Keselamatan Kerja....................................23
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................29
B. Saran............................................................................................................30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini dalam peraturan persaingan global, kesehatan kerja
menjadi sebuah inspirasi bagi dunia industri untuk meningkatkan derajat
kesehatan para pekerja. Tidak hanya para pekerja yang bekerja di industri
besar akan tetapi industry kecilpun sudah mulai ambil ancang-ancang untuk
memfokuskan dirinya dalam memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku di
dalam ilmu kesehatan kerja.Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan
hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja.
Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh
perusahaan. Sedangkan pengertian keselamatan dan kesehatan kerja secara
keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting bagi kita untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa
maupun kerugian materi bagi pekerja tetapi juga dapat merusak lingkungan
yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat.
Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubungannya dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang
meliputi: metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang mungkin
dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari kesehatan
sesorang.
Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan
dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan
aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, risiko yang mungkin
1
muncul dapat dihindari. Perkerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang
bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah,
sehingga tidak mudah capek dan tidak akan menyebabkan kecelakaan.
Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur
sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang harapkan. Begitu
banyak faktor dilapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan
kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologi. Untuk itu upaya
dilakukan agar pekerja lebih memahami pentingnya keselamatan dan
kesehatan dalam bekerja dengan mengetahui peran maupun fungsi dari
instrumentasi keselamatan dan kesehatan kerja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)?
2. Apa yang dimaksud dengan Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja?
3. Bagaimana Upaya Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)?
4. Bagimana memahami Instrumentasi pada Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3)?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)?
2. Untuk mengetahui Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja?
3. Untuk mengetahui Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)?
4. Untuk mengetahui Instrumentasi pada Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3)?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan
agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik,
mental maupun social. Selain itu, kesehatan kerja menunjuk pada kondisi
fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum dengan tujuan memelihara
kesejahteraan individu secara menyeluruh (Malthis dan Jackson, 2002).
Kesehatan kerja di perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu
kesehatan beserta prakteknya dengan mengadakan penilaian kepada faktor-
faktor penyebab penyakit dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui
pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif dan
bila perlu pencegahan kepada lingkungan tersebut, agar pekerja dan
masyarakat sekitar perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja, serta
dimungkinkan untuk mengecap derajat kesehatan setinggi-tinginya
(Muhammad Sabir, 2009). Roy Erickson (2009) mendefinisikan kesehatan
kerja sebagai suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik
jasmani, rohani maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan
terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum.
Kesehatan dalam ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja
tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit. Menurut
Undang-undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, Bab I Pasal 2,
keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan yang meliputi keadaan
jasmani, rohani dan kemasyarakatan, dan bukan hanya keadaan yang bebas
dari penyakit, cacat dan kelemahan-kelemahan lainnya.
Pemantauan kesehatan kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Mengurangi timbulnya penyakit.
Pada umumnya perusahaan sulit mengembangkan strategi untuk
mengurangi timbulnya penyakit-penyakit, karena hubungan sebab-
akibat antara lingkungan fisik dengan penyakit-penyakit yang
4
berhubungan dengan pekerjaan sering kabur. Padahal, penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan jauh lebih merugikan,
baik bagi perusahaan maupun pekerja.
2. Penyimpanan catatan tentang lingkungan kerja.
Mewajibkan perusahaan untuk setidak-tidaknya melakukan
pemeriksaan terhadap kadar bahan kimia yang terdapat dalam
lingkungan pekerjaan dan menyimpan catatan mengenai informasi
yang terinci tersebut. Catatan ini juga harus mencantumkan informasi
tentang penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan dan jarak yang
aman dan pengaruh berbahaya bahan-bahan tersebut.
3. Memantau kontak langsung.
Pendekatan yang pertama dalam mengendalikan penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan adalah dengan
membebaskan tempat kerja dari bahan-bahan kimia atau racun. Satu
pendekatan alternatifnya adalah dengan memantau dan membatasi
kontak langsung terhadap zat-zat berbahaya.
4. Penyaringan genetik.
Penyaringan genetik adalah pendekatan untuk mengendalikan
penyakit-penyakit yang paling ekstrem, sehingga sangat kontroversial.
Dengan menggunakan uji genetik untuk menyaring individu-individu
yang rentan terhadap penyakit-penyakit tertentu, perusahaan dapat
mengurangi kemungkinan untuk menghadapi klaim kompensasi dan
masalah-masalah yang terkait dengan hal itu.
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia, kesehatan kerja bertujuan untuk:
1. Memberi bantuan kepada tenaga kerja.
2. Melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang timbul dari
pekerjaan dan lingkungan kerja.
3. Meningkatkan kesehatan.
4. Memberi pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi
5
B. Kecelakaan Kerja dan Penyakit Kerja
1. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan seseorang atau kelompok
dalam rangka melaksanakan kerja di lingkungan perusahaan, yang terjadi
secara tiba-tiba, tidak diduga sebelumnya, tidak diharapkan terjadi,
menimbulkan kerugian ringan sampai yang paling berat, dan bias
menghentikan kegiatan pabrik secara total. Penyebab kecelakaan kerja
dapat dikategorikan menjadi dua:
1. Kecelakaan yang disebabkan oleh tindakan manusia yang tidak
melakukan tindakan penyelamatan. Contohnya, pakaian kerja,
penggunaan peralatan pelindung diri, falsafah perusahaan, dan lain-lain.
2. Kecelakaan yang disebabkan oleh keadaan lingkungan kerja yang tidak
aman. Contohnya, penerangan, sirkulasi udara, temperatur, kebisingan,
getaran, penggunaan indikator warna, tanda peringatan, sistem upah,
jadwal kerja, dan lain-lain.
Keselamatan kerja bertalian dengan kecelakaan kerja, yaitu
kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan istilah
kecelakaan industri. Kecelakaan industri ini secara umum dapat diartikan
sebagai suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki
yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas. Ada 4
(faktor) penyebabnya, yaitu:
a. Faktor manusianya.
b. Faktor material/ bahan/ peralatan.
c. Faktor bahaya/ sumber bahaya
d. Faktor yang dihadapi (pemeliharaan/ perawatan mesin-mesin)
Disamping ada sebabnya, maka suatu kejadian juga akan
membawa akibat. Akibat dari kecelakaan industri ini dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
1. Kerugian yang bersifat ekonomis, yaitu:
a. Kerusakan/ kehancuran mesin, peralatan, bahan dan bangunan
b. Biaya pengobatan dan perawatan korban
6
c. Tunjangan kecelakaan
d. Hilangnya waktu kerja
e. Menurunnya jumlah maupun mutu produksi
2. Kerugian yang bersifat non ekonomis
Pada umumnya berupa penderitaan manusia yaitu tenaga kerja
yang bersangkutan, baik itu merupakan kematian, luka/ cidera berat,
maupun luka ringan.
2. Penyakit Kerja
Penyakit kerja adalah kondisi abnormal atau penyakit yang
disebabkan oleh kerentanan terhadap faktor lingkungan yang terkait dengan
pekerjaan. Hal ini meliputi penyakit akut dan kronis yang disebakan oleh
pernafasan, penyerapan, pencernaan, atau kontak langsung dengan bahan
kimia beracun atau pengantar yang berbahaya. Masalah kesehatan karyawan
sangat beragam dan kadang tidak tampak. Penyakit ini dapat berkisar mulai
dari penyakit ringan seperti flu, hingga penyakit yang serius yang berkaitan
dengan pekerjaannya (Malthis dan Jackson, 2002).
Schuler dan Jackson (1999) menjelaskan bahwa dalam jangka
panjang, bahaya-bahaya di lingkungan tempat kerja dikaitkan dengan
kanker kelenjar tiroid, hati, paru-paru, otak dan ginjal; penyakit paru-paru
putih, cokelat, dan hitam; leukimia; bronkitis; emphysema dan lymphoma;
anemia plastik dan kerusakan sistem saraf pusat; dan kelainan-kelainan
reproduksi (misal kemandulan, kerusakan genetic, keguguran dan cacat pada
waktu lahir).
Menurut Bennet Silalahi (1995) perusahaan mengenal dua kategori
penyakit yang diderita tenaga kerja, yaitu:
1. Penyakit umum
Merupakan penyakit yang mungkin dapat diderita oleh semua
orang, dan hal ini adalah tanggung jawab semua anggota masyarakat,
karena itu harus melakukan pemeriksaan sebelum masuk kerja.
7
2. Penyakit akibat kerja
Dapat timbul setelah karyawan yang tadinya terbukti sehat
memulai pekerjaannya. Faktor penyebab bisa terjadi dari golongan fisik,
golongan kimia, golongan biologis, golongan fisiologis dan golongan
psikologis.
8
Peralatan instrumentasi biasanya bekerja dengan tenaga mekanis atau tenaga
listrik dan pengontrolannya dapat dilakukan secara manual maupun otomatis.
Penggunaan instrumen pada suatu peralatan proses tergantung pada
pertimbangan ekonomis dan sistem peralatan itu sendiri. Pada pemakaian alat-
alat instrumen juga harus ditentukan apakah alat-alat tersebut dipasang diatas
papan instrumen dekat peralatan proses (kontrol manual) atau disatukan di
dalam suatu ruang kontrol pusat ( control room ) yang dihubungkan dengan
ruang peralatan (kontrol otomatis).
Variabel-variabel proses yang biasanya dikontrol atau diukur oleh
instrumen adalah:
1) Variabel utama, seperti temperatur, tekanan, dan aliran level cairan.
2) Variabel tambahan, seperti densitas, viskositas, panas spesifik,
konduktivitas, pH, humudity , titik embun, komposisi kimia, dan variabel
lainnya.
9
tepatnya atau mengurangi kesalahan-kesalahan yang mungkin timbul pada
pengukuran.
1. Instrumentasi Sebagai Alat Pelindung Diri
Dasar hukum dari alat pelindung diri ini adalah Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 Bab IX Pasal 13 tentang Kewajiban Bila Memasuki
Tempat kerja yang berbunyi: “Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat
kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai
alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.”
Penggunaan APD merupakan pilihan terakhir atau last resort dalam
pencegahan kecelakaan. Hal ini disebabkan karena alat pelindung diri bukan
untuk mencegah kecelakaan (reduce likelihood) namau hanya sekedar
mengurangi efek atau keparahan kecelakaan (reduce consequences).
10
pelindung harus dipakai oeleh setiap tenaga kerja yang mungkin
tertimpa pada bagian kepala oleh benda jatuh, melayang dan benda-
benda yang bergerak. Topi pelindung harus cukup keras dan kokoh,
tetapi ringan.
2) Tutup Kepala
11
Gambar 2.1. Alat Pelindung Kepala (Headwear)
Alat pelindung mata atau eyes protection adalah alat yang berfungsi
untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia korosif, debu dan
partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas atau uap yang dapat
menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang elektromagnetik, panas radiasi
sinar matahari, pukulan benda keras dan lain sebagainya (Tarwaka, 2014:
289). Jenis-jenis alat pelindung mata, yaitu:
1) Kacamata (Speactacles)
Kacamata atau speactacles digunakan untuk melindungi
mata dari partikel-partikel kecil, debu dan radiasi gelombang
elektromagnetik (Tarwaka,
2) Goggles
12
terbuat dari plastik yang transparan dengan lensa berlapis kobait untuk
melindungi dar bahaya radiasi gelombang elektromagnetik mengion
(Tarwaka, 2014: 289).
13
antara 5-11 mm dan liang telinga berbentuk lonjong dan tidak lurus
(Tarwaka, 2014: 290).
Alat pelindung telinga ini terdiri dari 2 buah tutup telinga dan
sebuah headband. Isi dari tutup telinga dapat berupa cairan atau
busa yang berfungsi untuk menyerap suara frekuensi yang tinggi.
Alat ini dapat mengurangi intensitas suara sampai 30 dB(A) dan dapat
melindungi telinga bagian luar dari benturan benda keras atau percikan
bahan kimia (Tarwaka, 2014: 291). Ada 2 jenis tutup telinga yaitu
atenuasinya pada frekuensi biasa antara 25-30 dB dan atenuasinya
pada frekuensi antara 35-45 dB. Pada kondisi khusus dikombinasikan
antara sumbat telinga dan tutup telinga, sehingga diperoleh atenuasi
yang lebih tinggi, tetapi tidak lebih dari 50 dB dikarenakan hantaran
suara melalui tulang masih ada (B. Boedi Rijanto, 2011: 292).
14
1) Masker
2) Respirator
15
Gambar 2.4. Alat Pelindung Pernafasan (Respiratory Protection)
2) Mitten atau sarung tangan dengan ibu jari terpisah, sedangkan jari
lainnya menjadi satu
2011: 299).
16
Gambar 2.5. Alat Pelindung Tangan (Hand Protection)
17
3) Sepatu Pengaman untuk pekerjaan yang Berhubungan dengan Listrik
18
Gambar 2.7. Alat Pelindung Badan (Body Protection)
19
2. Instrumentasi Sebagai Alat Ukur
20
4) Lux Meter
Untuk mengatur pencahayaan pada saat membaca atau kegiatan lain sesuai
dengan fungsi ruangan
21
7) Pengukuran Getaran (Segmental Vibration/ Hand Arm Vibration)
Untuk mengukur getaran pada handle mesin atau bagian mesin yang sering
bersentuhan dengan tenaga kerja dan berpengaruh pada sebagian tubuh
tenaga kerja.
22
A. Program Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
Program keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebuah rencana
tindakan yang dirancang untuk mencegah kecelakaan dan penyakit kerja.
Beberapa bentuk aktivitas dalam program tersebut merupakan persyaratan
dalam undang-undang/peraturan keselamatan dan kesehatan kerja, oleh
karenanya sebuah program kesehatan dan keselamatan kerja minimum
harus mencakup unsur-unsur yang dipersyaratkankan oleh undang-
undang/peraturan keselamatan dan kesehatan kerja.
Elemen ke 3 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3),
pasrtisipasi, konsultasi dan komunikasi
23
Elemen ke 5 Prosedur Kerja Aman dan Analisa keamanan metoda kerja
24
Penunjukan penanggung jawab untuk penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja baik seara menyuluruh ataupun bagian perbagian, jabtan
khusus atau jabatan pada level tertentu organisasi tsb, serta penegasan
secara umum peran dan tanggung jawab dari semua karyawan, pihak-
pihak terkait terhadap kepatuhan dalam penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja.
dinyatakan dalam istilah yang jelas, tidak dengan kata yang bias, tegas
dan lugas
ditandatangani oleh Top Manajemen organisasi
terus ditinjau dan dimutakhirkan
dikomunikasikan kepada setiap karyawan
melekat dalam seluruh kegiatan kerja
Oleh karenanya:
25
4) Peraturan perundangan keselamatan kesehatan kerja yang berlaku di
Indonesia adalah merupakan standard minimum perusahaan yang harus
dilaksanakan dan ditaati.
26
Perusahaan dapat saja menunjuk seorang koordinator K3 tetapi
alangkah baiknya koordinator ini bertugas dengan fokus kepada
bagaimana caranya semua tugas dan tanggung jawab K3 secara pribadi
semua karyawan dapat dijalankan dan diawasi. Jangan biarkan koordinator
yang ditunjuk menjadi dalih untuk melepaskan tanggung jawab K3 secara
individu diperusahaan tersebut sehingga semua orang dapat menunjuknya
untuk bertanggungjawab terhadap permasalahan K3 maka ketidak
efektifan dan kontraproduktif akan terjadi. Keterlibatan secara aktif dalam
pelaksanaan K3 sangatlah mutlak dan tidak terbantahkan jika kita
mengharapkan program K3 memberikan hasil yang diharapkan
perusahaan. Dengan menuliskan tanggung jawab, wewenang dan tanggung
gugat semua karyawan disemua level pada masing-masing Job
Description/Uraian tugasnya semua orang akan mengetahui dengan jelas
posisinya dalam pelaksanaan K3.
27
Mengoreksi tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman
Memastikan hanya pekerja yang berwenang dan terlatih yang
mengoperasikan peralatan
Pelaporan dan menyelidiki semua kecelakaan / insiden
Memeriksa daerah sendiri dan mengambil tindakan perbaikan untuk
mengurangi atau menghilangkan bahaya
Memastikan peralatan dipelihara dengan benar
Mempromosikan kesadaran keselamatan pekerja
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan
agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik
fisik, mental maupun social. Selain itu, kesehatan kerja menunjuk pada
kondisi fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum dengan tujuan
memelihara kesejahteraan individu secara menyeluruh (Malthis dan
Jackson, 2002).
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menjadi sumber referensi pembaca
sehingga dapat direalisasikan dalam kehidupan maupun membantu dalam
menyelesaaikan tugas kuliah bagi mahasiswa.
29
DAFTAR PUSTAKA