ANGGOTA KELOMPOK II
ABDUL HAMID
NURSINAH
NIA SUSILAWATI
PRODI SI KEPERAWATAN
T.A 2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Keperawatan Anak
dengan judul “Komunikasi Pada Anak Sekolah ”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
pengampu Mata Kuliah Keperawatan Anak.
Kelompok II
BAB I
PENDAHULUAN
Komunikasi pada usia anak sekolah merupakan suatu proses penyampaian dan transfer
informasi yang melibatkan anak usia sekolah, baik sebagai pengirim pesan maupun penerima
pesan. Dalam proses ini melibatkan usaha - usaha untuk mengelompokkan, memilih, dan
mengirimkan lambang - lambang sedemikian rupa yang dapat membantu seorang pendengar
atau penerima berita mengamati dan menyusun kembali dalam pikirannya arti dan makna
Komunikasi pada anak usia sekolah yang terjadi mempunyai perbedaan bila
dibandingkan dengan yang terjadi pada usia bayi, balita, remaja maupun orang dewasa.
Komunikasi pada anak usia sekolah sangat penting karena pada proses tersebut mereka dapat
saling mengekspresikan perasaan dan pikiran, sehingga dapat diketahui oleh orang lain.
perawat mendapat informasi dan dapat membina rasa percaya anak pada perawat serta
membantu anak agar dapat mengekspresikan perasaannya sehingga dapat dicari solusinya
dalam memberikan askep pada anak usia sekolah, menguasai teknik - teknik komunikasi
2. Bagaimana sikap seorang perawat yang harus diperhatikan dalam komunikasi dengan
3. Apa model komunikasi terapeutik yang cocok dilakukan seorang perawat terhaap
C. Tujuan
Pembaca dapat mengetahui bagaimana cara komunikasi yang baik pada anak usia sekolah 7 -
12 tahun.
D. Manfaat
Mendapatkan wawasan dan informasi tentang cara berkomunikasi pada usia sekolah 7 - 12
BAB II
PEMBAHASAN
Komunikasi terapeutik pada anak usia sekolah adalah Komunikasi yang dilakukan
antara perawat dan klien (anak usia sekolah ), yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien.
Tahap ini merupakan masa awal anak - anak yang penuh imajinasi, mereka mengarahkan
energy mereka pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual, Tertarik pada
bagaimana sesuatu diciptakan dan bagaimana sesuatu itu bekerja. Usia sekolah merupakan
periode kritis perkembangan konsep diri, terdapat kematangan yang stabil dalam
perkembangan fisik, mental dan sosial, fokus pada perkembangan kompetensi, keterampilan,
kerja sama dan perkembangan moral.
Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan
mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar. Apa yang dilakukan oleh
anak mencerminkan pikiran anak. Pada usia kedelapan biasanya anak sudah mampu
membaca dan sudah mulai berpikir terhadap kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu gunakan kata sederhana yang spesifik,
jelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui.
pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek tertentu sangat
tinggi, maka jelaskan arti fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang
ditanyakan secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak
tidak mampu berkomunikasi secara efektif.
Anak berusia 5 - 8 tahun kurang mengandalkan pada apa yang mereka lihat tetapi lebih
pada apa yang mereka ketahui bila dihadapkan pada masalah baru. Mereka butuh
penyelesaian untuk segala sesuatu tetapi tidak membutuhkan pengesahan dari tindakan yang
dilakukan. Pada masa ini anak sudah dapat memahami penjelasan sederhana dan mampu
mendemonstrasikannya. Anak perlu diijinkan untuk mengekspresikan rasa takut dan
keheranan yang dialaminya.
Konteks
Elemen ke-tiga model komunikasi kesehatan adalah konteks, yaitu
setting/tempat dimana proses terjadi yang punya pengaruh besar dalam komunikasi
antara health professional - client - anggota keluarga dan orang lain yang terlibat
dalam konteks. Salah satu unsur konteks adalah tempat dimana perawatan kesehatan
dilaksanakan, seperti : rumah sakit, klinik, ruang rawat jalan, atau ruang intensive
yang mempengaruhi pola komunikasi didalamnya. Unsur yang lain adalah jumlah
partisipan yang terlibat dalam komunikasi (lingkungan perawatan ) misalnya dalam
bentuk group kecil atau interaksi antar individu atau kelompok besar. Jumlah
partisipan yang ada mempengaruhi situasi yang ada di dalamnya.
Dari berbagai macam model komunikasi, yang sesuai untuk diterapkan pada
klien anak usia sekolah adalah model komunikasi kesehatan (Health Communication
Model) karena pada model ini penekanan pada proses relationship terdapat empat tipe
relationship yang ada, yaitu hubungan antara: professional-professional, profesional-
client, professional-significant others, dan client-significant others.
Sesuai dengan teori perkembangan Jean Peaget, pada fase ini anak dapat
mengetahui konsep baru ( merasakan sakit) tetapi belum dapat berpikir tentang hal-
hal yang abstrak sehingga untuk mencapai proses perawatan diperlukan significant
othes / keluarga / teman untuk membantu profesional kesehatan mengekspresikan hal
abstrak yang dirasakan oleh klien.
Sedangkan menurut teori Erickson, pada fase ini anak belajar untuk dilibatkan
dalam aktifitas dan berusaha untuk menyelesaikan tugasnya, mulai belajar aturan-
aturan baru melalui proses belajar dan berhubungan dengan orang lain sehingga
mendukung profesional kesehatan untuk melakukan tindakan – tindakan keperawatan
pada klien.
Konteks adalah tempat/situasi dimana pelayanan kesehatan diberikan
berdasarkan : tempat/ruang, jenis pelayanan, dan jumlah personel, hal ini berkaitan
dengan peran significant others (keluarga, teman dll.) dan profesional kesehatan untuk
menyiapkan lingkungan yang terapeutik bagi kesembuhan klien. Hal ini berkaitan
dengan proses tumbang yang diungkapkan oleh Erickson yakni anak sudah mulai
berpikir logis dan terarah, dapat memilih, menggolongkan, mengorganisasikan fakta,
disamping itu mampu berpikir dari sudut pandang orang lain sedangkan jumlah
partisipan yang terlibat dalam komunikasi (group kecil / interaksi antar individu) akan
membantu klien untuk mengekspresikan tentang perasaan.
Transaksi, kesepakatan interaksi antar partisipan didalam proses komunikasi
meliputi verbal, nonverbal yang terjadi secara kontinyu, ini menunjukkan bahwa
komunikasi tidak hanya bersifat satu arah dan terdapat umpan balik, ini terkait dengan
teori Erickson dimana anak siap menjadi pekerja dan ingin dilibatkan dalam aktifitas.
Perilaku khas
Setiap anak memiliki perilaku khas yang berbeda-beda. Ada anak yang tidak
senang berinteraksi dengan lingkungan baru, ada anak yang hiperaktif dan mudah
beradaptasi dengan orang baru, dan lain sebagainya. Perilaku khas ini sebagian besar
menghambat jalannya komunikasi antara anak itu sendiri dengan orang yang ada di
lingkungan sekitarnya.
Emosi
Emosi terbesar ada di dalam kehidupan anak usia sekolah karena anak belum
dapat mengontrol emosinya dengan baik. Anak usia sekolah sering terlihat marah-
marah, kesal, kecewa, bahagia, tertawa-tawa dan semuanya dilakukan tanpa alasan
tergantung mood yang sedang dihadapinya
Oleh karena itu, faktor emosi inilah yang menjadi hambatan komunikasi
dengan persentase terbesar. Komunikasi akan terhambat ketika anak-anak sedang
meluapkan emosinya. Terkadang ada anak yang tidak dapat dikendalikan oleh
orangtuanya, sehingga mengamuk bahkan merusak berbagai benda yang ada di
sekitarnya.
Pola bermain
Pola bermain juga dapat mempengaruhi komunikasi pada anak usia sekolah.
Pola bermain anak berawal dari cara orangtua mengenali anak tersebut dengan
mainannya seperti mobil itu dijalani di lantai bukan untuk dijadikan mainan masak-
masakan.
Seorang anak yang salah pola bermainnya akan sulit beradaptasi dengan
mainan lainnya bahkan tidak mau berinterkasi dengan teman bermainnya. Kesalahan
dalam pola bermain anak akan menghambat komunikasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi terapeutik sangat penting diterapkan pada anak usia sekolah, dengan
demikian perawat dapat membina hubungan saling percaya pada anak dan anak dapat
mengekspresikan perasaannya. Komunikasi teraputik mempunyai
tujuan, prinsip, sikap, teknik-teknik/model dan hambatan yang perlu diketahui dan disadari
sehingga memudahkan dalam penerapan. Dari model konsep komunikasi yang ada adalah
model komunikasi kesehatan yang dapat digunakan dalam berinteraksi dengan pasien anak
usia sekolah.
B. Saran
Untuk mencapai komunikasi yang efektif hendaknya kita mengetahui tehnik maupaun
model komunikasi pada anak dan memahami psikologis sesuai tahapan tumbuh kembang
anak.
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, Ermawati., dkk. 2009. Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.
Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan anak 1. Salemba Medika: Surabaya.
Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Zen, Pribadi. 2013. Panduan Komunikasi Efektif untuk Bekal Keperawatan Profesional.
Yogyakarta: D-Medika.
D, S. G. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan . Jakarta: Gunung Mulia
Ermawati, D. (2009). Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.
RI, K. (2013). Komunikasi Dalam Keperawatan Modul 2. Jakarta: Badan PPSDM Kesehatan.
Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.