Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Tentukan lebih dahulu luas daerah generalisasi baru kemudian menentukan sampelnya
Tentukan Lebih Dahulu Luas Daerah Generalisasi Baru Kemudian Menentukan Sampelnya Banyak
penelitian menjadi turun nilainya karena generalisasi kesimpulannya terlalu luas daripada yang
seharusnya. Satu saran penting yang perlu diperhatikan adalah "Simpulkan apa yang dapat disimpulkan.
Jangan simpulkan apa yang tak dapat disimpulkan." Jika kita hanya meneliti satu kelas suatu jenis
sekolah, kesimpulannya tak perlu diperluas sampai ke kelas-kelas lain, apalagi sampai sekolah-sekolah
lain. Biasanya orang terlalu bernafsu untuk menggeneralisasi yang lebih luas daripada semestinya
karena (1) dia menginginkan hasil penelitiannya "berguna" untuk peristiwa-peristiwa yang lebih luas; (2)
dia menginginkan karyanya mendapat "harga" yang lebih tinggi; dan (3) dia mendapat kesan-kesan
umum bahwa kelas-kelas lain atau sampel-sampel lain juga menunjukkan kesamaan dengan kelas-kelas
atau sampel-sampel yang ia selidiki. Ketiga faktor itu memang merupakan motif yang sangat kuat. Akan
tetapi, jika tidak ada dasar metodologi yang tepat untuk menjadi landasan bagi pelaksanaan motif-motif
itu, hasilnya justru akan menjadi sebaliknya dan sangat menyesatkan: berguna tidak, berharga pun tidak.
Perhatikanlah baik-baik prosedur metodologi yang tepat: Tentukan lebih dahulu luas populasi sebagai
daerah generalisasi, baru kemudian tentukan sampelnya sebagai daerah penelitian.
Sekali luas populasi telah ditetapkan, penegasan tentang sifat-sifat populasi itu harus segera menyusul
karena penegasan ini sangat penting. Populasi tak perlu berupa manusia. Populasi dapat berupa alat-
alat pelajaran, cara-cara mengajar, kurikulum, cara-cara administrasi, dan sebagainya. Semuanya itu
harus ditegaskan jika dijadikan populasi objek penelitian. Alat-alat pengajaran ada bermacam-macam.
Demikian juga dengan cara mengajar, kurikulum, cara administrasi. Ketidakjelasan tentang batas-batas
luas dan ciri-ciri masing-masing akan menimbulkan kebingungan, ketidakjelasan, keragu-raguan tentang
objek persoalan maupun reliabilitas generalisasinya. Sekali lagi perlu ditekankan: Harga dari suatu riset
tidak bergantung kepada luasnya daerah dan sifat-sifat populasi, melainkan pada perimbangan antara
konklusi dengan dasar-dasar konklusi. Suatu riset tentang suatu sistem pendidikan di sebuah kota
mungkin sudah cukup tinggi harganya sekiranya dasar generalisasinya tidak lebih sempit dan tidak lebih
luas daripada untuk kota itu. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah menentukan lebih dulu luas
dan sifat-sifat populasi, memberikan batas-batas yang tegas, baru kemudian menetapkan sampelnya.
Tidak pada tempatnya jika langkah yang sebaliknya yang ditempuh, yaitu menetapkan sampel lebih
dahulu dan baru kemudian populasinya. Banyak mahasiswa yang keliru langkah, yaitu memilih suatu
sampel, kemudian "membayangkan" mana populasi dari sampel itu. Jika ada pertimbangan-
pertimbangan tertentu yang ikut menentukan besar kecilnya program riset, misalnya saja pertimbangan
biaya, waktu, dan tenaga, maka pertimbangan-pertimbangan itu hendaknya diperhatikan dalam
penetapan populasi, bukan penetapan sampel.
Teknik-teknik Sampling
Ada berbagai macam teknik sampling yang dapat digunakan untuk melaksanakan penelitian, di
antaranya:
1. Teknik Random Sampling
Random sampling adalah sampling tanpa pandang bulu. Teknik sampling ini bukanlah suatu
teknik sembarangan seperti pendapat beberapa orang yang belum mempelajari dasarnya.
Random sampling bertitik tolak pada prinsip-prinsip matematis yang kukuh karena telah diuji
dalam praktik. Sampai sekarang teknik ini dipandang sebagai teknik yang paling baik dan dalam
riset mungkin merupakan satu-satunya teknik terbaik.
Dalam random sampling, semua individu dalam populasi baik secara sendiri atau bersama diberi
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Oleh karena itu, tidak ada alas an
untuk menganggap sampel random sebagai sampel yang bias. Sampel random tidak identik
dengan apa yang disebut sampel insidental, sebab sampel insidental diperoleh semata-mata dari
keadaan-keadaan yang insidental atau kebetulan. Contoh dari sampling insidental, misalnya,
dalam penelitian tentang sesuatu persoalan,yang dijadikan subjek sampel hanyalah orang-orang
yang dijumpai secara kebetulan di warung-warung, di tengah jalan, di tempat-
tempat pertemuan, dan sebagainya. Teknik sampling incidental inilah yang sukar
dipertanggungjawabkan secara ilmiah karena tidak menggunakan prinsip ilmiah yang kuat.
Adapun cara-cara atau prosedur yang digunakan untuk randomsampling adalah:
1. Cara Undian
Cara ini dilakukan sebagaimana kita mengadakan undian. Prinsip langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut:
a. Buatlah suatu daftar yang berisi semua subjek, objek, gejala, peristiwa, atau kelompok-
kelompok yang ada dalam populasi.
b. Berilah kode-kode yang berupa angka-angka untuk tiap-tiap subjek, objek, gejala,
peristiwa, atau kelompok yang dimaksudkan dalam a).
c. Tuliskan kode-kode itu masing-masing dalam satu lembar kertas kecil.
d. Gulung kertas itu baik-baik.
e. Masukkan gulungan-gulungan kertas itu ke dalam kaleng atau semacamnya.
f. Kocok baik-baik kaleng itu.
g. Ambillah kertas gulungan itu sebanyak yang dibutuhkan
Jika cara ini dilakukan terhadap semua individu dalam populasi, teknik ini disebut
pengambilan sampling tak bersyarat. Akan tetapi sangat sukar untuk menggunakan cara ini
jika jumlah subjek dalam populasi sangat besar, atau jika kita belum mengetahui dengan
pasti semua individu dalam populasi.
2. Cara Ordinal
Cara ini diselenggarakan dengan mengambil subjek dari atas kebawah. Ini dilakukan dengan
mengambil mereka yang bernomor ganjil, genap, nomor kelipatan angka tiga, lima, sepuluh,
dari suatu daftar yang telah disusun. Prinsip apa pun yang dipakai dalam cara ordinal ini
langkah-langkahnya adalah:
a. Buat suatu daftar seperti dalam cara undian. Daftar ini dapat disusun menurut abjad,
tempat tinggal, dan sebagainya.
b. Ambil dari mereka yang ada dalam daftar itu menurut ketentuan yang sudah ditetapkan.
Misalnya, siapa-siapa bernomor ganjil; siapa-siapa yang bernomor kelipatan angka 5, 10,
25..; siapa-siapa yang bernomor lima yang pertama dari urutan daftar abjad; atau siapa-
siapa yang mengisi sepuluh nomor yang terakhir dari tiap-tiap halaman daftar; dan
sebagainya.
Random sampling terbatas disebut juga random sampling bersyarat. Random sampling ini
bukanlah random sampling terhadap populasi individu, melainkan random sampling
terhadap sub-populasi individu, populasi grup, populasi daerah atau populasi kluster. Apa
yang disebut sub-populasi random sampling, random sampling grup, area sampling
probabilitas, atau random sampling klaster termasuk dalam kategori random sampling
terbatas ini.
Semua sampling yang dilakukan bukan dengan teknik random sampling disebut non-random sampling.
Dalam sampling ini tidak semua individu dalam populasi diberi peluang yang sama untuk ditugaskan
menjadi anggota sampel. Dalam apa yang disebut sampling insidental, misalnya, hanya individu-individu
atau grup-grup yang kebetulan dijumpai atau dapat dijumpai saja yang diteliti. Ini kadang-kadang
dilakukan dalam penelitian-penelitian sosial, biologi, edukasi, dan psikologi. Dalam bidang sosial,
misalnya, pendapat umum diselidiki dari orang-orang yang kebetulan dijumpai di pinggir jalan, di took-
toko, atau di tempat-tempat yang dapat dicapai dengan mudah. Dalam bidang biologi biasa sekali
diambil binatang-binatang yang kebetulan ada di dekat pintu kandang yang dijadikan binatang
percobaan. Dalam bidang pendidikan dan psikologi kadang-kadang yang diteliti hanya para pelajar atau
mahasiswa yang kebetulan masuk sekolah, rekreasi di lapangan olahraga, atau di kafetaria-kafetaria.
Sudah barang tentu generalisasi dari non-random sampling tidak dapat memberikan tingkat keyakinan
yang tinggi, kecuali peneliti dapat membuktikan bahwa populasi memang relatif homogen. Karena itu,
peneliti perlu berhati-hati dalam menarik garis generalisasi dari sampel non-random ini.