Disusun oleh:
HENRI AZIS
21040008
Dosen Pembimbing
JAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan publik merupakan pemenuhan keinginan dan kebutuhan
masyarakat oleh penyelenggara negara (pemerintah). Pelayanan publik yang
dilakukan oleh pemerintah harus berpihak pada kepentingan masyarakat.
Namun dalam pemenuhan pelayanan publik, tidak dapat berjalan sebagaimana
mestinya. Beberapa penyebabnya yang kami bahas dalam makalah ini yaitu
birokrasi, kepemimpinan, dan kebijakan yang belum mampu mendukung
pelayanan publik yang berkualitas.
Birokrasi di Indonesia seperti yang kita ketahui memiliki berbagai masalah,
diantaranya yaitu sistem dan prosedur yang panjang dan berbelit-belit, juga
lambannya dalam pelayanan publik, ditambah lagi praktik KKN yang tidak bisa
dipisahkan dalam birokrasi di Indonesia. Buruknya dan tidak efektifnya birokrasi
yang ada di Indonesia menyebabkan kurang efisien dan efektif dalam
melaksanakan tugasnya, yaitu salah satunya dalam hal pelayanan publik.
Kepemimpinan merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki, dan
merupakan inti dalam manajemen. Peran pemimpin dapat menjadi penentu
keberhasilan pelayanan yang berkualitas, dimana pemimpin yang memiliki jiwa
kepemimpinan dapat mempengaruhi bawahannnya. Sehingga apabila
pemimpinnya berkualitas, maka akan berpengaruh pada bawahannya, dalam hal
ini dalam memberikan pelayanan publik.
Selain birokrasi dan kepemimpinan, kebijakan turut menjadi penyebab
kurang efisien dan efektif dalam pelayanan publik. Hal tersebut karena kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah Indonesia, kebanyakan tidak sesuai dengan
aspirasi dari masyarakat dan kebijakan yang dibuat tidak melibatkan masyarakat
atau partisipasi publik dalam penyusunannya, sehingga kebijakan tersebut tidak
dapat memenuhi kepentingan masyarakat dan menjawab berbagai
permasalahan yang ada di masyarakat.
Oleh karena itu, baik birokrasi, kepemimpinan maupun kebijakan sangat
berperan dalam keberhasilan dan kualitas pelayanan publik di Indonesia.
ketiganya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan
publik. Maka perlu adanya reformasi pelayanan publik, agar pelayanan publik
yang dilakukan oleh pemerintah dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan
masyarakat, sehingga dapat dikatakan berkualitas dan berjalan secara efektif
dan efisien. Juga dengan adanya reformasi pelayanan publik dapat
menempatkan pemerintah sesuai dengan peran dan fungsinya dalam
memberikan pelayanyan kepada masyarakat.
A. Masalah Birokrasi
Pemerintah dengan segala perangkatnya sebagai pilar utama penyelenggara
Negara semakin dihadapkan kepada permasalahan global. Peranannya harus
mampu dan cermat serta proaktif mengakomodasi segala bentuk perubahan. Untuk
memahami beberapa masalah yang sering menjadi keluhan public terkait pelayanan
birokrasi pemerintahan oleh aparat, diantaranya dapat disebutkan :
1. Memperlambat proses penyelesaian pemberian izin
2. Mencari berbagai dalih, seperti kekuranglengkapan dokumen pendukung,
keterlambatan pengajuan permohonan, dan dalih lain yang sejenis
3. Alasan kesibukan melaksanakan tugas lain
4. Sulit dihubungi
5. Senantiasa memperlambat dengan menggunakan kata-kata “sedang diproses”
Identifikasi ini adalah sedikit dari banyak masalah dalam birokrasi pemerintahan
saat ini.
B. Mengelola Kebijakan
Salah satu kunci utama dari pengelolaan kebijakan yang berkualitas adalah
tingginya intensitas partisipasi public. Sebab kesahihan kebijakan public apapun dari
pemerintahan terletak disana. Tujuan utama dari partisipasi adalah mempertemukan
seluruh kepentingan yang sama dan yang berbeda dalam suatu prooses perumusan
dan penetapan kebijakan secara proposional untuk semua pihak yang terlibat dan
terpengaruh oleh kebijakan yang akan ditetapkan dalamnya. Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat dirumuskan beberapa criteria yang perlu dipenuhi dalam
mengaplikasikan pendekatan partisipatif dalam setiap perencanaan pembangunan.
Criteria-kriteria itu adalah :
1. Pelibatan seluruh stakeholders untuk setiap arena perumusan dan penetapan
kebijakan
2. Penguatan institusi-onsitusi masyarakat yang lehitimate untuk menyuarakan
seluruh aspirasi yag berkembang
3. Penciptaan proses-proses politik yang negosiatif untuk menentukan priotitas
atas collective agreement
4. Mendorong pemberdayaan masyarakat melali pembelajaran kolektif sebagai
bagian dari proses de,okrasi
kriteria tersebut didasarkan dari terciptanya partisipasi public dalam hal pengelolaan
kebutuhan, yaitu:
1. Keamanan dan ketertiban: semua institusi Negara dan masyarakat luas
didorong untuk menegakkan hukum nasional dan perturan daerah
secaraefektif.
2. Politik : terkait dngan beragamnya asprasi rakyat harus ditempatkan dalam
derajat politik yang sama dalam kerangka penentuan prioritas
3. Ekonmi: pengelolaan potensi ekonomi rakyat dalam mengidentifikasi dirinya
dalam organisasi sosial dan organisasi lainnya
4. Budaya: penghormatan dan kebebasan atasperkembangan budaya daerah
sebagai potensi pembangunan dan pelayanan pemerintahan
C. Pelayanan Publik
Pelayanan sebagai proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain
secara langsung, merupakan konsep yang senantiasa aktual dalam berbagai aspek
kelembagaan. Pelayanan kualitas birokrasi adalah melayani konsumen yang sesuai
dengan kebutuhan dan seleranya. Bagaimanakah sebenarnya pelayanan birokrasi
yang berkualitas, dapat didefinisikan melalui ciri-cirinya:
a. Pelayanan yang bersifat anti birokratis
b. Distribusi pelayanan
c. Desentralisasi dan berorientasi kepada klien
Senada dengan ciri-ciri tersebut, pemerintah perlu menekankan beberapa hal, yaitu:
a. Pemerintah menciptakan suasana kompetitif dalam pemberian pelayanan
b. Pemerintah berorientasi kepada kebutuhan pasar, bukan birokrasi
c. Pemerintahan desentralisasi, dan lebih proaktif
saat ini, kesadaran akan peningkatan kualitas pelayanan dipacu oleh penerapan
manajemen mutu terpadu (MMT) atau total quality management (TQM), bukan
hanya pada organisasi bisnis, tetapi telah diadaptasi pada berbagai organisasi
publik dan nonprofit, bahkan pada lembaga pemerintah terutama di negara maju.
Untuk menyediakan pelayanan yang berkualitas, selayaknya model pelayanan TQM
perlu diterapkan pada berbagai lembaga pemerintah. Meskipun konsepnya belum
dapat diterapkan secara keseluruhan, tetapi dapat dikondisikan sesuai dengan
sumber daya yang dimiliki lembaga pemerintahan. Aturan TQM yang dapat
dimanfaatkan dalam lembaga pemerintah, yaitu:
1. Kualitas adalah pekerjaan setiap orang dalam organisasi agar mampu
memeberikan pelayanan terbaik
2. Kualitas muncul dari pencegahan, bukan hasil dari suatu pemeriksaan atau
inspeksi
3. Kualitas menuntut kerjasama yang erat, semua orang dalam organisasi adalah
penentu keberhasilan dalam pelaksanaan tugas
4. Kualitas menuntut perbaikan berkelanjutan. Selanjutnya ditekankan, bahwa
pada saat diperlukan perubahan, misalnya dalam sistem dan prosedur,
tindakan yang cepat perlu ditempuh agar tidak terjadi keterlambatan dalam
mengejar peningkatan kualitas.
Produk kebijakan yang baik juga harus didukung kemampuan birokrasi yang
memadai pada tingkat implementasi. Untuk itu pendayagunaan pelayanan aparat
birokrasi yang perlu dilakukan adalah melalui:
1. Pengembangan efficiency standard measurements, tolak ukur, standar unit
dan standar cost perlu ditingkatkan untuk meminimalisasi unsur-unsur biaya
yang tidak profesional
2. Perbaikan prosedur dan tata kerja nasional organisasi yang lebih efisien dan
efektif dalam manajemen operasional yang proaktif
3. Mengembangkan dan memantapkan mekanisme koordinasi yang lebih efektif
(to make coordination works)
4. Mengendalikan dan menyederhanakan birokrasi (regulatory function) dengan
management by exception dan minimize body contact dalam pelayanan jasa.
Akhirnya perlu ditegaskan bahwa pelayanan publik adalah pelayanan yang
ditargetkan sebagai kepuasan bagi siapa pun yang menerimanya. Sistem
administrasi negara yang efisien dan efektif bukan dicerminkan dari hasil koreksi
dan pengaduan dari publik, tetapi merupakan hasil ciptaan kreatif atas dasar
pengelolaan pemerintahan yang proaktif terhadap berbagai keperluan publik.
Aparatur pemerintahan seharusnya mampu mendorong aktivitas publik pada
berbagai dimensi pembangunan yang meningkat ke arah yang lebih baik.
Untuk pelayanan publik wajib dikelola oleh aparatur negara dalam manajemen
birokrasi yang bersifat apolitik, mengefektifkan kualifikasi yang bersifat spesialis,
dan mendorong terciptanya jangkar koordinasi yang lebih luas, efisien dan efektif,
sehingga dapat menjadi pusat keunggulan pelayanan publik. Luas campur tangan
pemerintah dalam sektor kehidupan publik menjadikan pelayanan birokrasi semakin
kompleks. Akibatnya pelayanan publik menjadi berbiaya tinggi, utamanya dalam
sektor ekonomi.
A. Birokrasi di Indonesia
Perkembanganbirokrasi dalam kehidupan masyarakat Indonesia tidak terlepasdari
factor kesejarahan. Dengan analisis sejarah, dapat dipelajari teknk analisis atau
teknik pemecahan masalah yang akan menunjukan bagaimana proses birokrasi
yang dilaksanakan oleh lannya, sehingga timbul pertanyaan adalah apakah proses
semacam itu dapat diterapkan dalam bidang yang sama di masa kini
1. Masa Kerajaan
Pada masa Feodal dalam kehidupan masyarakat terdapat pola lapisan
masyarakatyang hierarkis dimana yang berada dipuncak, duduk penguasa
tertinggi yaitu raja, kemudian lapisan kedua adalah kaum bangsawan, tentara
dan para pendeta, dan lapisan kedua adalah kaum bangsawan, tentara dan
para pedeta, dan lapisan paling bawah atau terendh adalah masyarakat iasa
yang terdiri dari petani dan buruh tani.
2. Masa Kolonial
Pada masa colonial ini birokrasi semata-mata berfungsi hanya sebagai
jembatan antara pihak penguasa dan yang dikuasai, yaitu pemerintahan
asing dai barat dan rakyat pribumi yang dijajah.
3. Birokrasi setelah Masa Kolonial sampai dengan Sekarang
Negara berkembang, seperti Indonesia termasuk dalam kategori masyarakat
transidional. Birokrasi pemerintahan seringkali diartikan sebagai officialdom
atau kerajaanpejabat. Suatu kerajaan yang raja-rajanya adalah para pejabat
dari suatu bentuk organisasi yang digolongkan modern. Di dalamnya terdapat
tanda-tanda bahwa seseorang mempunyai yuridiksi yang jelas dan pasti,
mereka berada dalam area ofisal yang yuridiksi, di dalam yuridiksi tersebut
seseorang mempunyai tugas dan tanggug jawab resmi yang memperjelas
batas kewenangan pekerjaannya. Mereka memperoleh gaji berdasarkan
keahlian dan kompetensinta
A. Standar Pelayanan.
Standar pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai
kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan
yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.
Komponen standar pelayanan yang dimaksud sekurang-kurangnya meliputi :
1. Dasar hukum,
2. Persyaratan,
3. Sistem mekanisme dan prosedur,
4. Jangka waktu penyelesaian,
5. Biaya/tarif,
6. Produk pelayanan,
7. Sarana prasarana atau fasilitas,
8. Kompetensi pelaksana,
9. Pengawasan internal,
10. Penanganan pengaduan,
11. Saran dan masukan,
12. Jumlah pelaksana,
13. Jaminan pelayanan,
14. Jaminan keamanan.
Dalam menyusun dan menetapkan standar pelayanan ini, penyelenggara pelayanan
publik wajib mengikutsertakan masyarakat dan pihak terkait.
Sanksi : Pasal 54 ayat 8: Bagi penyelenggara pelayanan yang tidak menyusun,
menetapkan dan menerapkan SP, dapat diberhentikan dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri.
B. Maklumat Pelayanan.
Maklumat pelayanan adalah pernyataan tertulis yang berisi keseluruhan rincian
kewajibandan janji yang terdapat dalam standar pelayanan. Maklumat pelayanan
wajib dipublikasikan secara jelas dan luas.
Penyelenggara wajib menyusun maklumat pelayanan sesuai dengan sifat, jenis, dan
karakteristik layanan yang diselenggarakan dan dipublikasikan secara jelas (Pasal
18).
Penyusunan dan pelaksanaan maklumat pelayanan harus dipenuhi selambat-
lambatnya 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang ini berlaku (Pasal 46).
Sanksi: Pasal 22 ayat 1 dan 2, Penyelenggara pelayanan yang tidak membuat dan
menetapkan Maklumat Pelayanan dan Mempublikasikan dapat dikenakan sanksi:
Pembebasan dari jabatan. Bunyi Maklumat adalah kesanggupan melaksanakan
pelayanan sesuai SP.
I. Pengelolaan Pengaduan.
Penyelenggara berkewajiban menyediakan sarana pengaduan dan menugaskan
pelaksana yang kompeten dalam pengelolaan pengaduan serta berkewajiban
menyusun mekanisme pengelolaan pengaduan dari penerima pelayanan dengan
mengedepankan asas penyelesaian yang cepat dan tuntas.
Juga penyelenggara berkewajiban mengelola pengaduan yang berasal dari
penerima layanan, rekomendasi Ombudsman RI, DPR, DPRD Provinsi dan DPRD
Kabupaten/Kota dalam batas waktu tertentu, serta berkewajiban menindaklanjuti
hasil pengelolaanpengaduan tersebut.
Penyelenggara pelayanan publik juga berkewajiban mengumumkan nama dan
alamat penanggung jawab pengelola pengaduan serta sarana pengaduan yang
disediakan.
Pasal: 36 Ayat 3, Penyelenggara Pelayanan yang tidak menindaklanjuti pengaduan
dikenakan sanksi pembebasan dari jabatan.