Anda di halaman 1dari 1

Mengapa pada perencanaan audit, auditor harus menggunakan tingkat salah saji

gabungan terkecil yang dianggap material terhadap salah satu laporan keuangan.

Dasar aturan ini dibuat karena (1) laporan keuangan berhubungan antara satu dengan
yang lainnya, dan (2) banyak prosedur yang berkaitan dengan lebih dari satu laporan
keuangan. Sebagai contoh, prosedur audit untuk menentukan apakah pembelian
dengan cara utang pada akhir tahun dicatat dalam periode akuntansi yang seharusnya
memberikan bukti yang tercantum dalam utang usaha/dagang (Neraca) dan pembelian
(laporan laba-rugi).

Pada perencanaan audit, auditor harus mengakui bahwa terdapat lebih dari satu tingkat
materialistis yang berhubungan dengan laporan keuangan. Setiap laporan pada kenyataannya,
dapat memiliki beberapa tingkatan. Bagi laporan laba-rugi, materialitas dapat dihubungkan
dengan pendapatan, laba operasi, laba sebelum pajak, atau laba bersih. Bagi neraca,
materialitas dapat didasarkan pada total aktiva, aktiva lancar, modal kerja, atau ekuitas
pemegang saham. Semakin kecil tingkat materialitas yang ditetapkan oleh auditor, maka
semakin banyak pula bukti yang diperlukan. Sebaliknya, semakin besar tingkat materialitas
yang ditentukan, maka semakin sedikit bukti yang diperlukan.

Oleh karena itu, pada perencanaan audit, auditor harus menggunakan tingkat salah saji
gabungan terkecil yang dianggap material terhadap salah satu laporan keuangan.
Pertimbangan awal auditor terhadap materialitas sering kali dibuat enam sampai dengan
sembilan bulan sebelum tanggal neraca. Dengan begitu, pertimbangan tersebut dapat
didasarkan atas data laporan keuangan yang dibuat tahunan. Sebagai alternatif, pertimbangan
tersebut didasarkan atas hasil keuangan satu tahun atau lebih yang telah lalu yang disesuaikan
dengan perubahan terkini, seperti keadaan ekonomi umum dan kecenderungan pertumbuhan
industri.

Sumber Referensi:

Buku Materi Pokok EKSI4308

Anda mungkin juga menyukai