Anda di halaman 1dari 12

PHARMACY, Vol.12 No.

01 Juli 2015 ISSN 1693-3591

GEL DAUN KELOR SEBAGAI ANTIBIOTIK ALAMI PADA Pseudomonas aeruginosa


SECARA IN VIVO

ELEVATION (KELOR LEAVES as ANTIBIOTICS for PSEUDOMONAS): IN VIVO METHOD TO


DETERMINE ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF MORINGA LEAVES GEL AS NATURAL
ANTIBIOTICS AGAINST Pseudomonas aeruginosa

Farizky Jati Ananto1, Eko Setyo Herwanto1, Nayla Berliana Nugrahandhini1, Yusri Chizma
Najwa1, Mohamad Zainul Abidin1, Irma Suswati2
1
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia
2
Bagian Ilmu Mikrobiologi, Laboratorium Biomedik
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia
Email: jatiananto.fja@gmail.com (Farizky Jati Ananto)

ABSTRAK

Pseudomonas aeruginosa merupakan salah satu bakteri multiresisten yang sering


menginfeksi luka pada kulit, yaitu luka lecet, luka sayatan, ataupun luka bakar. Kelor
(Moringa oleifera) merupakan tanaman khas Indonesia yang dikonsumsi sebagai sayur
dan digunakan sebagai obat tradisional. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
tanaman ini banyak mengandung senyawa saponin, flavonoid, tanin, dan polifenol yang
merupakan agen antimikroba alami pada tumbuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui pengaruh gel ekstrak daun kelor terhadap lebar luka yang terinfeksi P.
aeruginosa pada tikus. Penelitian ini menggunakan desain True Experimental: Pre Test –
Post Test Only Group Design. Tikus dibagi menjadi 5 kelompok dan dibuat luka insisi
pada punggung yang terinfeksi P. aeruginosa. Kemudian luka diberi perlakuan dengan
gel ekstrak daun kelor dengan dosis 20 mg/dl, 40 mg/dl, dan 60 mg/dl. Analisis data
menggunakan variabel numerik dengan satu faktor yaitu lebar luka berdasarkan faktor
pemberian gel daun kelor. Uji statistik yang digunakan adalah uji komparasi Kruskall -
Wallis dan dilanjutkan dengan uji korelasi Spearman. Hasil dari uji Kruskall – Wallis
didapatkan nilai signifikansi p<0,05 dari hari pertama sampai hari keenam. Dari uji
komparasi berganda Mann – Whitney didapatkan dosis gel daun kelor yang paling besar
memberikan pengaruh adalah 40 mg/dl dan 60 mg/dl. Kemudian dengan uji korelatif
Spearman didapatkan koefisien korelatif dari hari pertama sampai hari keenam adalah –
0,713; –0,760; –0,866; –0,910; –0,860; dan –0,783. Dengan demikian didapatkan
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara gel daun kelor dengan luka
infeksi P. aeruginosa yaitu semakin dosis ditinggikan maka luka infeksi semakin cepat
menutup.

Kata kunci: antibiotik, daun kelor, in vivo, Pseudomonas aeruginosa.

47
PHARMACY, Vol.12 No. 01 Juli 2015 ISSN 1693-3591

ABSTRACT

Pseudomonas aeruginosa is one of the multiresistant bacterium that often infects


wounds on the skin, abrasions, cuts, or burns. Moringa (Moringa oleifera) is a typical
Indonesian crop that consumed as a vegetable and used as a traditional medicine.
Various studies indicate that these plants contain saponins, flavonoids, tannins, and
polyphenols which is a natural antimicrobial agent in plants. The purpose of this study is
determined the effect of Moringa leaves extract gel to width P. aeruginosa infected
wounds in rats. This study used True Experimental design: Pre Test - Post Test Only
Group Design. Rats were divided into 5 groups and made the incision on the back with P.
aeruginosa infection. Then the wounds treated with Moringa leaves extract gel at a dose
of 20 mg/dl, 40 mg/dl, and 60 mg/dl. Analysis of data using the numeric variables with a
factor that is the width of the wound by a factor giving Moringa leaf gel. The statistical
test used is the comparison test and the Kruskal - Wallis test followed by Spearman
correlation. Results of the test Kruskall - Wallis obtained significance value of p<0.05
from the first day until the sixth day. From the multiple comparison test Mann - Whitney
obtained gel dosage of Moringa leaves the biggest impact was 40 mg/dl and 60 mg/dl.
Then the results of Spearman correlative coefficients obtained from the first day to the
sixth is -0.713; -0.760; -0.866; -0.910; -0.860; and -0.783. Thus it was concluded that
there is significant influence between Moringa leaves gel with a wound infection with P.
aeruginosa. More elevated gel doses could make wound infection more rapidly closing.

Key words: antibiotics, in vivo, moringa leaves, Pseudomonas aeruginosa.

48
PHARMACY, Vol.12 No. 01 Juli 2015 ISSN 1693-3591

Pendahuluan aeruginosa, di antaranya adalah


Pseudomonas aeruginosa fluoroquinolones, gentamicin,
tersebar luas di alam dan biasanya sefalosporin, dan imipenam. Oleh karena
ditemukan pada lingkungan yang lembab itu, bakteri ini sampai sekarang masih
di rumah sakit. Bakteri tersebut dianggap sebagai patogen yang sangat
membentuk koloni yang bersifat saprofit berbahaya dan mematikan (Tolan, 2008;
pada manusia yang sehat, dapat Katzung, 2010).
menimbulkan penyakit pada manusia Kelor (Moringa oleifera)
saat pertahanan tubuh menurun. P. merupakan tanaman asli Indonesia yang
aeruginosa merupakan bakteri yang dapat dipergunakan sebagai obat-
multiresisten sehingga tidak boleh obatan, dan antioksidan (Shahid dan
diterapi dengan obat antibiotik tunggal Bhanger, 2004; Ravindra et al., 2005).
karena angka keberhasilannya rendah Penelitian secara in vitro dari ekstrak
(Brooks et al., 2014). Bakteri ini sering daunnya membuktikan adanya aktivitas
menjadi penyebab infeksi luka pada antimikroba pada bakteri Pseudomonas
kulit, baik luka sayatan maupun luka aeruginosa dan Salmonella enteriditis
lecet. Pada luka bakar, infeksi dari (Murwani et al., 2011; Yudistira et al.,
bakteri ini bisa sampai menimbulkan 2011). Didapatkan KHM (Kadar Hambat
nanah berwarna hijau kebiruan akibat Minimum) dan KBM (Kadar Bunuh
pigmen piosianin (Rostinawati, 2009). Minimum) ekstrak daun kelor terhadap
Luka pasca pembedahan juga sulit P. aeruginosa adalah 20 mg/dl dan 40
menjadi sembuh akibat terkontaminasi mg/dl (Abalaka et al., 2012).
bakteri ini. Awal mulanya muncul lesi Kandungannya berupa flavonoid, tanin
sampai terbentuk bercak nekrotik yang dan saponin yang memiliki potensi
sering tertutup eskar yang pada akhirnya sebagai antibakteria dan antifungal
bisa berlanjut ke penyakit sistemik (Kasolo et al., 2011; Kawo et al., 2007).
(Aminah dan Huda, 2008). Kemampuan Flavonoid memiliki peran sebagai
bakteri P. aeruginosa bertahan terhadap antibiotik dengan target spektrum luas
beberapa jenis antibiotik melahirkan (Sri et al., 2011).
sebutannya sebagai P. aeruginosa Dengan adanya potensi tersebut,
multiresisten. Hanya sedikit antibiotik maka peneliti membuat desain
yang efektif mengatasi infeksi P. penelitian untuk mengetahui pengaruh

49
PHARMACY, Vol.12 No. 01 Juli 2015 ISSN 1693-3591

antimikroba ekstrak daun kelor terhadap diinkubasi 72 jam untuk memberi


P. aeruginosa secara in vivo. Nantinya kesempatan zat pelarut menarik bahan
ekstrak daun kelor dikemas dalam aktif. Dilakukan penyaringan atau filtrasi
sediaan gel sebagai produk yang murah, dengan menggunakan kertas saring
efisien, dan umum beredar di whatman nomor 2. Kemudian dilakukan
masyarakat. ekstraksi dengan rotari evaporator dan
didapatkanlah ekstrak daun kelor yang
Metode Penelitian kering.
Ethical Clearence Pembuatan Gel Ekstrak Daun Kelor
Sebelum penelitian dilakukan, Metil paraben 0,2% dilarutkan
diurus dahulu ethical clearance pada dalam air suling dengan memanaskan
Komite Etik Penelitian Kesehatan hingga suhu 70 °C, selanjutnya
Fakultas Kedokteran Universitas ditambahkan pembentuk gel (Natrium
Brawijaya sebagai salah satu persyaratan CMC atau karbopol) diaduk hingga
publikasi ilmiah dan pencairan dana. mengembang membentuk gel, kemudian
Pengurusan Surat Determinasi ditambahkan bahan lain seperti gliserin
Surat determinasi menyatakan 10%, propilenglikol 10% sebagai
bahwa nantinya peneliti benar–benar humektan, trietanolamin 5% platisizer,
memakai spesies tanaman yang tepat. dan penetral pH trietanolamin. Pada
Oleh karenanya peneliti mengurus surat dosis 20 mg/ml, maka setiap 1 ml larutan
determinasi pada UPT Materia Medika gel mengandung 20 mg ekstrak daun
yang berada di bawah koordinasi Dinas kelor. Lakukan hal yang sama pada dosis
Kesehatan Kota Batu. 40 mg/ml dan 60 mg/ml.
Pembuatan Ekstrak Daun Kelor Pembuatan Suspensi Bakteri
Daun kelor sebanyak 500 gram, Sebagai standar kekeruhan
kemudian dicuci bersih, diiris, dan terlebih dahulu dibuat larutan
dikeringkan dengan open suhu 80 °C McFarland No. 0,5 yang menyatakan
selama 4 jam, kemudian diblender jumlah bakteri sebanyak 1 x 108 sel/ml.
hingga menjadi tepung. Dilakukan Caranya dengan melarutkan 0,05 ml
maserasi dengan pelarut ethanol 95% BaCl2 1% dengan 9,95 ml H2SO4 1%.
dengan perbandingan 1000 g bahan Selanjutnya bakteri yang telah
dalam 1 liter pelarut. Kemudian dimurnikan dan dibiakkan dalam

50
PHARMACY, Vol.12 No. 01 Juli 2015 ISSN 1693-3591

Nutrient Agar diinokulasikan dalam pengenceran 10-2 dari standar McFarland


Nutrient Broth, diinkubasi selama No.0,5 atau sekitar 1 x 106 sel/ml.
beberapa jam dalam inkubator dengan Kemudian dengan mikropipet tiap luka
suhu 35–37 °C. Kemudian dibandingkan ditetesi 10 μl suspensi bakteri.
kekeruhannya dengan larutan McFarland Pemeriksaan Luka
No. 0,5 (Loho dan Utami, 2007). Variabel tergantung yang dipakai
Pembuatan Luka Pada Tikus dan dalam penelitian ini adalah lebar luka.
Perlakuan
Sesuai dengan fisiologi penyembuhan
Dua puluh lima ekor tikus
luka, penutupan luka dihitung memakai
ditimbang sebelum perlakuan. Tikus
mistar mulai hari pertama sampai hari
diadaptasikan dulu dengan memberi
keenam dan dihitung lebar luka dari
makan, ditaruh pada kandang dengan
jarak 2 kulit yang masih intak.
kondisi yang sama selama 1 minggu,
Analisis Data
serta dicukur rambut di sekitar
Data dari hasil percobaan
punggungnya. Tikus dilukai punggungnya
tersebut dianalisis secara analitik.
dengan menggunakan scalpel yang steril
Dimana analisis data yang dilakukan
dengan panjang 1,5 cm dan dalam 0,2
dengan menggunakan SPSS 19.00 for
cm (Thakur et al., 2011). Hewan coba
Windows. Uji hipotesis menggunakan uji
dibagi menjadi 5 group yang masing-
komparatif One Way Anova dan bila
masing group terdiri dari 5 ekor tikus.
syarat tidak terpenuhi maka dipakai uji
Pada tikus kontrol negatif diberi kuman
alternatif Kruskall Wallis. Kemudian
P. aeruginosa dan diolesi basis gel saja,
dilanjutkan dengan uji korelasi Pearson
pada tiga kelompok perlakuan luka
dan bila syarat tidak terpenuhi dipakai
diberi kuman dan diolesi gel ekstrak
alternatifnya yaitu uji Spearman. Jika
daun kelor tiga kali sehari (06.30, 15.00,
p<0,05 maka didapatkan perbedaan dan
dan 20.00), sedangkan untuk kontrol
hubungan bermakna. Data dikumpulkan
positif luka tikus diberi kuman dan
untuk dimasukkan ke dalam tabel,
diolesi gel bioplacenton. Pengolesan gel
dianalisa, dan diinterpretasikan.
dilakukan dengan memakai cottonbud
steril ke luka dan dioleskan setelah 3
Hasil dan Pembahasan
hari. Dosis infeksi bakteri yang diberikan
Tabel 1 menunjukkan data
pada luka dibuat sama, yaitu
rerata lebar luka tikus. Dari Tabel 1

51
PHARMACY, Vol.12 No. 01 Juli 2015 ISSN 1693-3591

dapat dilihat bahwa mulai dari kelompok terus mengalami penurunan. Apabila
kontrol negatif, dosis gel daun kelor yang data ini dijadikan dalam bentuk grafik
semakin meningkat, hingga kontrol akan tampak seperti Gambar 1.
positif tampak rerata lebar luka tikus

Tabel 1. Rerata lebar luka tikus


Rerata Lebar Luka Tikus (cm) diamati Hari Ke - Rerata Lebar Luka Tikus
Perlakuan
0 1 2 3 4 5 6 (cm)
Kontrol Negatif 0.3 0.26 0.22 0.19 0.15 0.1 0.08 0.18
Dosis 20 mg/dl 0.3 0.24 0.19 0.15 0.12 0.08 0.04 0.16
Dosis 40 mg/dl 0.3 0.20 0.13 0.09 0.06 0.01 0 0.11
Dosis 60 mg/dl 0.3 0.19 0.12 0.06 0.01 0 0 0.10
Kontrol Positif 0.3 0.18 0.09 0 0 0 0 0.08
(Data primer yang diolah, 2015)

Gambar 1. Grafik rerata lebar luka tikus berdasarkan pengamatan harian (data primer
yang diolah, 2015).

Dengan demikian dapat aeruginosa. Namun, untuk melihat


disimpulkan bahwa gel ekstrak daun signifikansi perbedaan serta
kelor mampu mempercepat penutupan hubungannya, perlu dilakukan uji
luka insisi tikus dengan infeksi P. analisis.

52
PHARMACY, Vol.12 No. 01 Juli 2015 ISSN 1693-3591

Total yang digunakan adalah 25 Wallis, sedangkan uji korelasi yang


ekor tikus, maka hasil uji normalitas data dipakai adalah Spearman.
yang dipakai adalah Saphiro – Wilk. Pada Hasil uji komparatif Kruskall–
hari ke-0 nilai data didapatkan sama Wallis hari pertama hingga hari keenam
yaitu 0,3. Oleh karenanya uji normalitas didapatkan nilai signifikansi 0,013; 0,006;
menunjukkan data terdistribusi normal 0,001; 0,000; 0,000; dan 0,000. Hal ini
serta data homogen. Hasil uji One Way menunjukkan bahwa mulai hari pertama
ANOVA didapatkan signifikansi 1,000 hingga hari keenam didapatkan
(p>0,05). Artinya tidak ada perbedaan perbedaan yang bermakna ketika
bermakna pada hari ke–0. Hal ini masing-masing kelompok perlakuan
dikarenakan masih terjadi infeksi pada dibandingkan. Perbedaan ini
luka tikus sehingga proses inflamasi menunjukkan bahwa gel daun kelor
berlangsung lebih lama dan tahap bekerja dalam membantu proses
selanjutnya yaitu prolifesrasi belum pembasmian infeksi yang berlangsung
berjalan. Hasil dari uji normalitas data serta proses penutupan luka.
mulai dari hari pertama sampai hari Selanjutnya dengan uji post-hoc Mann
keenam adalah 0,000; 0,004; 0,019; Whitney didapatkan perbedaan
0,002; 0,000; dan 0,000. Karena semua signifikan antara kontrol negatif dengan
nilai p<0,05 maka data terdistribusi tidak dosis 40 mg/dl dan 60 mg/dl mulai hari
normal. Oleh karenanya dilakukan pertama hingga hari keenam. Oleh
tranformasi lg10 dan diuji kembali karenanya dikatakan dosis yang paling
normalitas datanya. Hasil uji normalitas berpengaruh adalah 40 mg/dl dan 60
data transformasi adalah 0,000; 0,012; mg/dl.
0,016; 0,007; 0,004; dan 0,006. Karena Selanjutnya untuk melihat
nilai p<0,05 walau data sudah hubungan yang terbentuk dan seberapa
ditransformasi, maka data dikatakan besar kekuatannya maka dilakukan uji
terdistribusi tidak normal. Dengan Spearman. Hasil uji korelatif Spearman
demikian syarat uji parametrik One Way menunjukkan nilai signifikansi mulai hari
ANOVA dan Pearson sudah tidak pertama hingga hari keenam adalah
terpenuhi. Oleh karenanya uji komparasi 0,000 yang berarti terdapat hubungan
yang harus dipakai adalah Kruskall– yang bermakna pada tiap pengamatan.
Didapatkan nilai koefisien korelasi

53
PHARMACY, Vol.12 No. 01 Juli 2015 ISSN 1693-3591

berturut-turut adalah –0,713; –0,760; – luka tahap proliferasi. Berdasarkan


0,866; –0,910; –0,860; dan –0,783. Nilai penelitian yang dilakukan oleh Thakur
negatif menunjukkan bahwa semakin (2011), kandungan bahan aktif daun
dosis ditinggikan maka semakin sempit kelor seperti saponin, polifenol, dan
lebar luka tikus. Pada hari pertama dan flavonoid juga berlaku sebagai
kedua didapatkan koefisien korelasi di antioksidan yang mampu meminimalisir
antara 0,600 – 0,799 yang berarti kadar radikal bebas pada luka sehingga
korelasinya kuat. Hal ini dikarenakan proses proliferasi dan kontraksi luka
kandungan bahan aktif daun kelor semakin cepat berlangsung. Akhirnya
bekerja terutama mengeradikasi infeksi penutupan luka berlangsung lebih cepat.
yang ada. Saponin dapat meningkatkan Pada hari keenam didapatkan koefisien
permeabilitas membran sehingga terjadi korelasi di antara 0,600 – 0,799 yang
hemolisis sel bakteri (Mboto et al., berarti korelasinya kuat. Dapat dikatakan
2009). Flavonoid mampu mendenaturasi terjadi penurunan fungsi dari gel daun
protein sel bakteri dan merusak kelor dalam membantu penutupan luka.
membran sel bakteri tanpa dapat Pada hari keenam beberapa luka pada
diperbaiki lagi (Bukar, 2010). Alkaloid tikus sudah menutup sehingga faal yang
merusak komponen penyusun terjadi adalah remodelling. Pada tahap
peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga ini terjadi pematangan jaringan terdiri
lapisan dinding sel bakteri tidak utuh dan atas penyerapan kembali jaringan yang
menyebabkan kematian bakteri berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya
(Esimone et al., 2006). Sedangkan, gravitasi dan akhirnya perupaan kembali
senyawa polifenol bekerja dengan jaringan yang baru terbentuk
membentuk ikatan stabil dengan protein (Perdanakusuma, 2007).
sehingga terjadi koagulasi protoplasma Analisis terakhir adalah
bakteri (Kumar et al., 2012). Pada hari melakukan uji regresi linear untuk
ketiga, keempat, dan kelima didapatkan melihat persamaan yang bisa terbentuk
koefisien korelasi di antara 0,800 – 1,000 dari lebar luka dengan gel daun kelor
yang berarti korelasinya sangat kuat. Hal serta nilai R2.
ini berkaitan dengan faal penyembuhan

54
PHARMACY, Vol.12 No. 01 Juli 2015 ISSN 1693-3591

Tabel 2. Hasil regresi linear


2
Hari Ke R Persamaan
1 0,440 Y = 0,277 – 0,021X
2 0,525 Y = 0,249 – 0,033X
3 0,738 Y = 0,239 – 0,047X
4 0,758 Y = 0,191 – 0,041X
5 0,682 Y = 0,122 – 0,028X
6 0,543 Y = 0,084 – 0,020X
(Data primer yang diolah, 2015)

Diketahui bahwa R2 hari pertama adalah remodeling atau pematangan


dan kedua adalah 0,440 dan 0,525 yang dari luka yang sudah menutup.
berarti gel daun kelor memberikan Bila diperhatikan nilai R2 yang
pengaruh penyempitan lebar luka muncul tidak pernah mencapai 100%.
sebesar 44% dan 52,5%. Pengaruh ini Hal ini dikarenakan saat penelitian
masih cukup kecil dikarenakan seperti terdapat beberapa variable pengganggu
penjelasan sebelumnya bahan aktif daun yang tidak bisa dikontrol oleh peneliti,
kelor masih berfungsi sebagai seperti nafsu makan tikus yang kadang
antimikroba untuk membasi infeksi menurun, stress, kontaminasi dari
Pseudomonas aerginosa pada luka tikus. lingkungan, atau posisi istirahat tikus
Sedangkan pada hari ketiga sampai hari yang membuat luka terbuka. Hal–hal
kelima didapatkan R2 sebesar 0,738; inilah yang fungsi bahan aktif daun kelor
0,758; dan 0,682. Artinya gel daun kelor tidak berpengaruh secara sempurna.
mampu menutup lebar luka sebesar Untuk penelitian lebih lanjut,
73,8%, 75,8%, dan 68,2% pada hari peneliti selanjutnya dapat melakukan
ketiga, keempat, dan kelima. Hal ini modifikasi dengan cara: menaikkan dosis
merupakan bukti fungsi antioksidan gel ekstrak daun kelor untuk
bahan aktif daun kelor yang membantu menemukan rentang dosis terapi
kontraksi luka sehingga luka cepat optimal, dosis terus dinaikkan hingga
menutup. Sedangkan nilai R2 pada hari ditemukan efek toksik dari gel ekstrak
keenam adalah 0,543 atau besarnya daun kelor, dan mengganti model luka
pengaruh gel daun kelor adalah 54,3%. insisi menjadi luka bakar karena berbagai
Penurunan ini dikarenakan luka sudah penelitian menunjukkan P. aeruginosa
faal penyembuhan luka yang terjadi juga sering menginfeksi luka bakar.

55
PHARMACY, Vol.12 No. 01 Juli 2015 ISSN 1693-3591

Kesimpulan interaction between tea extracts


and penicillin G against
Terdapat pengaruh yang
Staphylococcus aureus. Afr. J.
signifikan antara pemberian gel ekstrak Biotechnol., 5(11):1082-1086.
daun kelor terhadap luka infeksi P.
Kasolo, J.N., Bimenya, G.S., Ojok, L.,
aeruginosa, yaitu ketika dosis gel ekstrak Ochieng, J., Ogwal-okeng, J.W.
2010. Phytochemicals and uses
daun kelor ditingkatkan, maka lebar luka
of Moringa oleifera leaves in
semakin menutup. Ugandan rural communities.
Journal of Medicinal Plants
Research, 4(9):753-757.
Daftar Pustaka
Katzung, B.G. 2010. Farmakologi dasar
Abalaka, M.E., Daniyan, S.Y., Oyeleke, S.
dan klinik. Diterjemahkan oleh
B., dan Adeyemo, S.O. 2012. The
Kutoalubun, B.H., Indrawasih, B.,
antibacterial evaluation of
Sanjaya, C., Edisi 10. Jakarta:
moringa oleifera leaves extracts
EGC.
on selected bacterial pathogens.
Journal of Microbiology
Kawo, A.H. 2007. Water purification
Research, 2(2):1-4.
potentials and in-vivo toxicity
evaluation of the aqueous and
Aminah, S., Huda, M. 2008. Gambaran
petroleum ether extracts of
peningkatan resistensi bakteri
Calotropis procera (Ait.F) Ait.F.
(in vitro) penyebab infeksi
latex and Moringa oleifera Lam
nosokomial pada sampel luka
seed powder. PhD thesis..
pasca operasi terhadap
Microbiology Unit, Department
beberapa antibiotik. Jurusan
of Biological Sciences, Bayero
Analis Kesehatan Poltekkes
University, Kano. 184.
Kemenkes Tanjungkarang.
Kumar, V., Pandey, N., Mohan, N., Singh,
Brooks, G.F., Carroll, K.C., Butel, J.S.,
R.P. 2012. Antibacterial &
Morse, S.A., Mietzner, T.A. 2014.
antioxidant activity of different
Mikrobiologi kedokteran. Edisi
extract of Moringa oleifera
25. Penerjemah E. Nugroho dan
Leaves – an in vitro study.
R.F. Maulany. Jakarta: EGC.
International Journal of
Pharmaceutical Sciences Review
Bukar, A., Uba, A., Oyeyi, T.I. 2010.
and Research, 12(1):89-94.
Antimicrobial profile of Moringa
oleifera lam. extracts against
Loho, T. dan Utami, L. 2007. Uji
some food – borne
efektivitas antiseptik triclosun l%
microorganisms. Bayero Journal
terhadap Staphylococcus aureus,
of Pure and Applied Sciences,
Escherichia coli, Enterococcus
3(1):43–48.
faecalis, dan Pseudomonas
aeruginosa. Jakarta:
Esimone, C.O., Iroha, I.R. Ibezim, E.C.
Departemen Patologi Klinik
Okeh, C.O., Okpana, E.M. 2006.
Fakultas Kedokteran Universitas
In vitro evaluation of the

56
PHARMACY, Vol.12 No. 01 Juli 2015 ISSN 1693-3591

Indonesia, RSUPN Dr. Cipto metisilin. Bandung: Fakultas


Mangunkusumo. Farmasi, Universitas
Padjadjaran.
Mboto, C.I., Eja, M.E., Adegoke, A.A.,
Iwatt, G.D., Asikong, B.E., Takon, Shahid, I., Bhanger, M.I. 2004. Effect of
I., Udo, S.M., Akeh, M. 2009. season and production location
Phytochemical properties and on antioxidant activity of
antimicrobial activities of Moringa oleifera leaves grown in
combined effect of extracts of pakistan. Journal of Food
the leaves of Garcinia Kola, Composition and Analysis, 19(6–
Vernonia amygdalina and honey 7):544–551.
on some medically important
microorganisms. Afr. J. Sri, M.A, dkk. 2011. Determination of
Microbiol. Res., 3(9):557-559. saponin compound from
Anredera Cordifolia (Ten) Steenis
Murwani, S., Nurhanafi, F., Winarso, D. Plant (Binahong) to potential
2013. Perbandingan potensi treatment for several diseases.
antimikroba ekstrak n-heksana Journal of Agriculture Science.
daun kelor (Moringa oleifera) 3(4):224-232.
dengan kulit biji (Pericarp) jambu
mete (Anacardium occidentale) Thakur, R., Jain, N., Pathak, R., Sandhu,
terhadap Bakteri Pseudomonas S.S. 2011. Practices in wound
aeruginosa secara in vitro. healing studies of plants.
Program Studi Pendidikan Evidence-Based Complementary
Dokter Hewan, Program and Alternative Medicine,
Kedokteran Hewan, Universitas Article ID 438056:1-17.
Brawijaya. Malang.
Tolan, R.W. 2008. Pseudomonas
Perdanakusuma, D.S. 2007. Anatomi aeruginosa infection.
fisiologi dan penyembuhan luka. at:http://www.emedicine.com
Short Course Wound Care /ped/topic2704. Htm [Diakses
Update. Surabaya: JW Marriot. tanggal 25 Agustus 2014].

Ravindra, V., Karadi, A.B., Gadge, K.R., Yudistira, F.A., Murwani, S., Trisunuwati,
Alagawadi, R.V.S. 2005. Effect of P. 2013. Potensi antimikroba
Moringa oleifera Lam. root- ekstrak air daun kelor (Moringa
wood on ethylene glycol induced oeifera) terhadap Salmonella
urolithiasis in rats. K.L.E.S's enteritidis (SP-1-PKH) secara In
College of Pharmacy, India Vitro. Malang: Program Studi
Journal of Ethnopharmacology. Pendidikan Dokter Hewan,
105(1-2):306-311. Program Kedokteran Hewan,
Rostinawati, T. 2009. Aktivitas Universitas Brawijaya.
antibakteri madu amber dan
madu putih terhadap bakteri
Pseudomonas aeruginosa
Multiresisten dan
Staphylococcus aureus resisten

57
PHARMACY, Vol.10 No. 01 Juli 2013 ISSN 1693-3591

58

Anda mungkin juga menyukai