Anda di halaman 1dari 12

PHARMACY, Vol.12 No.

01 Juli 2015 ISSN 1693-3591

PERAN STUDI ETNOFARMASI DALAM PENCARIAN TUMBUHAN OBAT YANG


BERPOTENSI DIKEMBANGKAN SEBAGAI ANTIDIABETES

THE ROLES OF ETNOPHARMACY IN SEARCHING FOR MEDICINAL PLANTS POTENTIALLY


DEVELOPED AS ANTIDIABETIC MEDICINES

Indah Yulia Ningsih

Bagian Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Jember


Jalan Kalimantan I/No.2, Jember, Indonesia 68121
Email: indahyulianingsih.farmasi@unej.ac.id

ABSTRAK

Prevalensi penyakit diabetes mellitus mengalami peningkatan di seluruh dunia dan kini
disebut sebagai salah satu penyakit utama yang berpengaruh pada kesehatan manusia.
Banyak dokter meresepkan politerapi dengan dua atau lebih agen hipoglikemik untuk
mengontrol kadar glukosa darah. Pasien juga harus meminum obat dalam jangka
panjang, sehingga terjadi peningkatan efek samping, biaya, dan ketidakpatuhan. Hal ini
mendorong pasien mencari alternatif pengobatan lain seperti obat herbal. Dalam rangka
pencarian tumbuhan obat yang berpotensi dikembangkan sebagai antidiabetes, dapat
dilakukan studi etnofarmasi. Pendekatan ini telah diterapkan dalam beberapa penelitian
mengenai penggunaan tumbuhan obat untuk mengontrol diabetes mellitus pada sistem
pengobatan tradisional di berbagai budaya.

Kata kunci: etnofarmasi, diabetes mellitus, tumbuhan obat.

ABSTRACT

The prevalence of diabetes mellitus has been increasing worldwide and it becomes one
of the main diseases which affect human health. Many clinicians prescribe polytheraphy
with two or more hypoglycemic agents to achieve better glucose control as a common
practice. Patients also have to take drugs for long-term therapy with their attendant side
effects in addition to their high costs. It may increase non-adherence therapy of diabetic
patients. As a result, patients choose alternative treatment by using herbal medicines. To
search new antidiabetic medicinal plants, we can use ethnopharmacy study as an option.
This approach has been used to search locally important plant species to control diabetes
mellitus in traditional medicinal systems of different cultures.

Key words: ethnopharmacy, diabetes mellitus, medicinal plants.

38
PHARMACY, Vol.12 No. 01 Juli 2015 ISSN 1693-3591

Pendahuluan terapi diabetes mellitus sangat


Diabetes mellitus adalah salah diperlukan.
satu penyakit dengan berbagai etiologi Secara turun-temurun,
yang ditandai dengan hiperglikemia masyarakat telah menggunakan
kronik dan gangguan metabolisme tumbuhan obat untuk penyakit diabetes
karbohidrat, lemak, dan protein akibat mellitus. Pengobatan dengan herbal
adanya gangguan sekresi insulin, kerja mulai meningkat popularitasnya
insulin, ataupun keduanya (WHO, 1999). beberapa tahun ini di seluruh dunia.
Lebih dari 90% pasien diabetes mellitus Terdapat beberapa spesies tumbuhan
merupakan penderita diabetes mellitus yang populer digunakan dalam
tipe 2, sedangkan sisanya adalah pengobatan diabetes mellitus. Bahkan,
diabetes mellitus tipe 1. WHO merekomendasikan bahwa
Berdasarkan data yang diperoleh penggunaan tumbuhan obat dalam
dari World Health Organization (WHO) kaitannya dengan manajemen terapi
dan International Diabetes Federation diabetes mellitus memerlukan penelitian
(IDF), jumlah penderita diabetes mellitus lebih lanjut untuk mengevaluasi
di dunia meningkat secara signifikan efektifitas, keamanan, dan standarisasi
akhir-akhir ini. IDF memperkirakan satu penggunaannya (WHO, 1980).
diantara sepuluh orang dewasa akan Dalam rangka penemuan obat
mengalami diabetes pada tahun 2030. baru sebagai alternatif pengobatan
Ada 366 juta orang yang menderita diabetes mellitus, maka dapat digunakan
diabetes pada tahun 2011, dan angka ini pendekatan etnofarmasi untuk
akan meningkat menjadi 552 juta orang menentukan jenis tumbuhan tertentu
pada tahun 2030 (Rupeshkumar et al., yang potensinya tinggi dan cara
2014). Penyakit ini menjadi masalah penggunaannya berdasarkan
kesehatan yang penting terutama di pengetahuan empiris yang diyakini oleh
negara berkembang, dimana masyarakat di daerah-daerah tertentu.
prevalensinya selalu meningkat namun Dari hasil studi etnofarmasi tersebut,
pengobatannya seringkali mahal bahkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut
tidak tersedia (Djrolo et al., 1998). untuk pengembangan tumbuhan
Karenanya, strategi alternatif untuk terpilih.

39
PHARMACY, Vol.12 No. 01 Juli 2015 ISSN 1693-3591

Tinjauan mengenai Diabetes Mellitus yang terjadi selama kehamilan, dan


Diabetes mellitus merupakan diabetes mellitus sekunder yang terjadi
suatu gangguan metabolik akibat akibat adanya penyakit lain atau
gangguan sekresi insulin atau kerja pengobatan (Rupeshkumar et al., 2014;
insulin atau keduanya, yang ditandai Zimmet et al., 2001).
dengan adanya peningkatan kadar Pemberian insulin eksogen
glukosa darah. Penyakit ini dapat pula menjadi terapi pengobatan pilihan bagi
menyebabkan kerusakan dan disfungsi pasien diabetes mellitus tipe I dan
organ-organ lain dalam jangka panjang. beberapa pasien diabetes mellitus tipe II
Pasien dengan diabetes mellitus dapat yang tidak cukup hanya menggunakan
mengalami penyakit jantung, ginjal, obat hipoglikemik oral untuk mengontrol
kebutaan, masalah pada vaskular kadar glukosa darahnya.
maupun saraf (Ezuruike & Prieto, 2014). Obat-obat yang saat ini
Penyakit diabetes mellitus dapat digunakan dalam manajemen terapi
dibagi menjadi beberapa tipe. Diabetes diabetes mellitus dapat dikategorikan
mellitus tipe I yang disebut juga insulin- menjadi tiga kelompok. Kelompok
dependent atau chidhood-onset diabetes pertama bekerja dengan cara
ditandai dengan kurangnya produksi meningkatkan ketersediaan insulin
insulin. Diabetes mellitus tipe ini endogen. Contohnya adalah sulfonilurea
merupakan suatu penyakit autoimun seperti glibenklamid, glinida, analog
akibat dekstruksi sel beta pankreas yang insulin, agonis glucagon-like peptide 1
dimediasi oleh sel T. Diabetes mellitus (GLP-1), dan inhibitor dipeptidyl
tipe II yang disebut juga non-insulin- peptidase-IV (DPP-IV). Kelompok kedua
dependent atau maturity-onset diabetes memiliki mekanisme kerja meningkatkan
terjadi akibat gangguan sekresi dan/atau sensitivitas insulin, misalnya
kerja insulin. Pada diabetes mellitus tipe thiazolidindione yang merupakan agonis
ini terjadi perkembangan bertahap dari peroxisome proliferator-activated
resistensi insulin dan disfungsi sel beta receptor gamma (PPARγ) dan biguanid
yang terutama berkaitan dengan metformin. Sedangkan kelompok ketiga
obesitas dan gaya hidup tidak sehat. Tipe adalah inhibitor α-glukosidase seperti
diabetes mellitus lainnya adalah akarbose yang bekerja dengan
diabetes mellitus tipe III atau gestasional menurunkan digesti polisakarida

40
PHARMACY, Vol.12 No. 01 Juli 2015 ISSN 1693-3591

(Chehade & Mooradian, 2000; Sheehan, lainnya seperti dengan menggunakan


2003). Namun keseluruhan terapi tumbuhan obat (Yusuff et al., 2008).
pengobatan yang tersedia di atas Pada beberapa studi ditemukan
memiliki banyak kelemahan, di bahwa pada tahun 1995 terdapat
antaranya adalah kurangnya efikasi, 200.000 praktisi tradisional pengguna
tolerabilitas dan/atau adanya efek tumbuhan obat di Afrika Selatan, yang
samping (Moller, 2001; Rotenstein et al., tidak sebanding dengan jumlah dokter,
2012). yaitu 25.000 orang (Kale, 1995; Setswe,
Keterbatasan Terapi Pengobatan 1999). Diperkirakan 80-85% penduduk
Konvensional
kulit hitam di Afrika Selatan lebih
Walaupun saat ini telah banyak
memilih berobat pada praktisi
beredar obat-obat diabetes mellitus,
tradisional, baik di area rural maupun
namun masih sulit mengontrol kadar
urban (UNAIDS, 2006). Hal ini terutama
glukosa pasien akibat penurunan fungsi
disebabkan oleh kurangnya akses
sel beta yang progresif (Wallace &
terhadap fasilitas kesehatan modern,
Matthews, 2000). Pengobatan yang
kepercayaan masyarakat akan
diberikan pada pasien diabetes mellitus
pengobatan tradisional, serta
umumnya berupa politerapi yang terdiri
panjangnya antrian pasien di fasilitas
dari dua atau lebih obat dengan efek
kesehatan, seperti klinik dan rumah sakit
hipoglikemik, hingga rata-rata
(Hossan et al., 2010). WHO fact sheet
diresepkan empat jenis obat dalam
(No. 134) memperkirakan bahwa sekitar
sehari untuk setiap pasien agar kadar
80% populasi di negara-negara Asia
glukosa dapat terkontrol dengan baik
menggunakan tumbuhan obat
(Enwere et al., 2006). Penggunaan
tradisional sebagai metode pengobatan
banyak obat dalam jangka panjang dapat
utamanya (WHO, 2008). Hal ini juga
menyebabkan ketidakpatuhan pasien
membuktikan bahwa pengobatan
meningkat. Selain itu, juga terjadi
tradisional banyak dipilih karena mudah
peningkatan terjadinya interaksi obat
diakses, terjangkau, dan diterima secara
dan efek samping, serta peningkatan
budaya oleh masyarakat luas.
biaya yang harus dikeluarkan oleh
pasien. Akibatnya banyak pasien yang
Pendekatan Etnofarmasi dalam
kemudian mencari alternatif pengobatan Penemuan Obat Antidiabetes

41
PHARMACY, Vol.12 No. 01 Juli 2015 ISSN 1693-3591

Penggunaan tumbuhan obat 2002). Konsep ini memungkinkan


pada terapi diabetes mellitus dimulai kontribusinya dalam penemuan obat
sejak masa Ebres papyrus pada sekitar baru yang berasal dari tumbuhan
1550 B.C. WHO juga telah tertentu berdasarkan penggunaannya
merekomendasikan beberapa tumbuhan oleh komunitas lokal tertentu (Heinrich
obat untuk terapi diabetes mellitus yang & Bremner, 2006). Dalam rangka
efektif, nontoksik, dengan sedikit atau pencarian alternatif pengobatan
tanpa efek samping, dan berpotensi diabetes mellitus, telah dilakukan
untuk dikembangkan sebagai terapi oral. beberapa penelitian etnofarmasi
Etnofarmasi merupakan suatu ilmu terhadap tumbuhan obat yang
interdisipliner yang berhubungan digunakan oleh populasi lokal di
dengan istilah farmasetika dan budaya berbagai belahan dunia, seperti Urmia,
tertentu yang mengkarakterisasi Iran barat laut (Bahmani et al., 2014);
penggunaan sediaan tersebut pada Guatemala (Cruz & Andrade-Cetto,
sejumlah kelompok manusia (Pieroni et 2015); Algeria barat laut dan barat daya
al., 2002). Ilmu ini tidak hanya mencakup (Rachid et al., 2012); Provinsi Limpopo,
aspek botani dan farmakologi, namun Afrika Selatan (Semenya et al., 2012);
juga fitokimia, galenika, penghantaran Dhaka, Bangladesh (Ocvirk, et al., 2013);
obat, toksikologi, klinis, farmasi Wayanad (Kerala) (Kumar & Janardhana,
praktis/antropologi, sejarah, dan aspek 2012), dan Andra Pradesh (Pavani et al.,
penelitian tumbuhan obat lainnya pada 2012), India.
sistem kesehatan tradisional (Heinrich & Beberapa cara untuk
Bremner, 2006). Etnofarmasi meliputi mengkuantifikasi informasi yang
studi identifikasi, klasifikasi, kategorisasi diperoleh, antara lain menggunakan
kognitif terhadap bahan alam yang Informant Consensus Factor (ICF),
digunakan untuk pengobatan Disease Consensus Index (DCI), dan Use
(etnobiologi), pembuatan sediaan Value (Uv). ICF digunakan untuk
farmasi (etnofarmasetika), penentuan menganalisis tumbuhan yang umum
aktivitas tertentu dari suatu sediaan digunakan pada daerah penelitian untuk
(etnofarmakologi), dan aspek sosio- kategori penyakit tertentu. Berdasarkan
medis akibat penggunaan sediaan DCI, dapat dilakukan evaluasi
tersebut (etnomedisin) (Pieroni et al., pengetahuan informan mengenai suatu

42
PHARMACY, Vol.12 No. 01 Juli 2015 ISSN 1693-3591

tumbuhan tertentu, penggunaannya digunakan adalah Lamiaceae (6%),


dalam pengobatan (untuk penyakit Fabaceae (4%), dan Rosaceae (4%).
tertentu), dan seberapa besar apresiasi Bagian tumbuhan yang paling banyak
informan terhadap pemanfaatan digunakan adalah daun (20%) dalam
tumbuhan tersebut. Indeks Uv bentuk dekok (70%). Selain itu, diketahui
digunakan untuk mengetahui nilai sitasi bahwa tumbuhan Citrullus colocynthis,
dari tumbuhan selama wawancara dan U. dioica, L. album, Rosa foetida,
mengevaluasi seberapa pentingnya Sanguisorba minor, Sophora
tumbuhan obat tertentu berdasarkan alopecuroides, Trifolium pratense, Salvia
penggunaannya oleh informan (Cruz & nemorosa, Teucrium orientale, dan T.
Andrade-Cetto, 2015). Sedangkan untuk polium paling banyak digunakan oleh
proses perolehan data dilakukan dengan para praktisi tradisional di daerah
observasi, menggunakan instrumen tersebut.
kuesioner, wawancara, atau keduanya. Pada studi lapangan yang
dilakukan oleh Cruz & Andrade-Cetto
Penelitian terkait Studi Etnofarmasi (2015) terhadap tumbuhan yang
dalam Pencarian Obat Antidiabetes
digunakan untuk mengobati diabetes
Bahmani et al. (2014)
mellitus tipe 2 oleh etnis Cakchiquel di
melaporkan tentang studi etnofarmasi
Guatemala diketahui bahwa terdapat 11
terhadap tumbuhan obat yang
tumbuhan yang teridentifikasi dengan
digunakan dalam manajemen terapi
Uv lebih besar dari 0,5 dan DCI yang
diabetes mellitus di kota Urmia, Iran
tinggi. Dari beberapa tumbuhan
barat laut. Metode yang digunakan
tersebut, sebanyak 64% tumbuhan telah
adalah observasi langsung,
diidentifikasi memiliki efek hipoglikemik.
menggunakan kuesioner dan wawancara
Tumbuhan yang paling banyak
terhadap 35 praktisi tradisional disertai
digunakan adalah Hamelia patens Jacq.,
dengan mengumpulkan herbarium dari
Neurolaena lobata (L.) R.Br.ex Cass.,
spesimen tumbuhan yang diteliti. Pada
Solanum americanum Mill., Croton
penelitian ini diketahui bahwa terdapat
guatemalensis Lotsy, dan Quercus
30 tumbuhan obat dari 17 famili yang
peduncularis Née. Namun, belum ada
digunakan untuk pengobatan diabetes
informasi mengenai efek hipoglikemik
mellitus. Famili yang paling banyak
dari Croton guatemalensis Lotsy dan

43
PHARMACY, Vol.12 No. 01 Juli 2015 ISSN 1693-3591

Quercus peduncularis Née. Tumbuhan diabetes mellitus adalah Asteraceae (8


obat tersebut kebanyakan dikonsumsi spesies), Lamiaceae (8 spesies) dan
dalam bentuk infus (80%) dengan cara Apiaceae (4 spesies). Di antara
merebus kira-kira 20 g simplisia. Dalam tumbuhan obat tersebut, terdapat lima
penelitian ini, subyek penelitian adalah tumbuhan yang diketahui bersifat toksik,
128 pasien diabetes mellitus tipe 2 yang yaitu Nerium oleander, C. colocynthis,
diwawancarai dengan disertai Zygophyllum album, Nigella sativa, dan
penggunaan kuesioner semi-terstruktur. Peganum harmala.
Rachid et al. (2012) melakukan Di provinsi Limpopo, Afrika
penelitian terhadap 470 pasien diabetes Selatan terdapat suku Bapedi yang
mellitus pada area berbeda di Algeria jumlahnya mencapai 57% dari total
barat laut dan barat daya, dimana 266 populasi. Pada suku tersebut terdapat
orang merupakan penderita diabetes banyak praktisi tradisional yang
mellitus tipe 2. Pada penelitian ini menggunakan berbagai spesies
dilakukan inventarisasi tumbuhan obat tumbuhan obat dalam terapi diabetes
yang digunakan dalam terapi diabetes mellitus. Pengumpulan data dilakukan
mellitus. Hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan instrumen
bahwa hanya 28,30% pasien yang kuesioner semi-terstruktur dan
menggunakan tumbuhan obat sebagai wawancara. Subyek penelitian ini adalah
terapi tunggal ataupun dikombinasikan 55 praktisi tradisional dari 16 kota yang
dengan pengobatan konvensional. tercakup dalam tiga distrik. Hasil
Sebanyak 60 tumbuhan obat dalam 32 penelitian menunjukkan bahwa terdapat
famili telah disitasi dalam penelitian ini. 24 spesies tumbuhan dari 20 famili yang
Tumbuhan yang paling banyak disitasi digunakan dalam pengobatan diabetes
adalah sebagai berikut: Trigonella mellitus. Famili terbanyak adalah
foenum-graecum (56 sitasi), Rosmarinus Asteraceae (13%), Cucurbitaceae, dan
officinalis (27 sitasi), Citrullus colocynthis Sapotaceae (8%). Bagian tumbuhan yang
(22 sitasi), Tetraclinis articulata (21 paling banyak digunakan adalah akar dan
sitasi), Artemesia herba alba (20 sitasi), daun dalam bentuk dekok dengan cara
Origanum compactum (16 sitasi), dan diberikan peroral selama seminggu.
Punica granatum (16 sitasi). Famili Beberapa tumbuhan yang paling banyak
terbanyak yang digunakan dalam terapi disebutkan oleh praktisi tradisional

44
PHARMACY, Vol.12 No. 01 Juli 2015 ISSN 1693-3591

Bapedi adalah Mimusops zeyheri (29%), dalam pengobatan diabetes mellitus tipe
Helichrysum caespititium (25%), 2. Subyek penelitian ini adalah 120
Plumeria obtusa (21%), Aloe marlothii praktisi tradisional (85 pria dan 35
subsp. marlothii, Hypoxis iridifolia, dan wanita). Data diperoleh dengan metode
Moringa oleifera (masing-masing 17%) participatory rural appraisal (PRA)
(Semenya et al., 2012). menggunakan kuesioner dan
Ocvirk et al. (2013) melakukan wawancara. Secara umum terdapat dua
penelitian mengenai penggunaan macam praktisi tradisional di Wayanad,
tumbuhan obat tradisional dalam terapi yaitu herbalis yang memberikan
diabetes mellitus di area rural dan urban polifarmasi herbal, dan ritualis yang
Dhaka, Bangladesh. Wawancara menggunakan obat herbal dengan dosis
dilakukan terhadap 63 informan dimana tertentu disertai ritual. Dari penelitian ini
29 orang berasal dari area rural dan 34 diketahui bahwa terdapat 47 spesies
orang berasal dari area urban yang dalam 44 genus dari 29 famili yang
meliputi praktisi kesehatan, termasuk digunakan untuk meramu 23 resep
praktisi tradisional yang disebut dengan tradisional untuk diabetes mellitus.
Kabiraj, dan pasien diabetes mellitus. Bagian tumbuhan yang paling banyak
Dari penelitian yang telah dilakukan, digunakan adalah akar dan kulit batang.
diketahui bahwa terdapat 37 tumbuhan Sedangkan bentuk sediaan yang paling
obat dalam 25 famili yang digunakan banyak digunakan adalah dekok.
dalam terapi diabetes mellitus di Dhaka. Di hutan Seshachalam, distrik
Tumbuhan yang paling banyak Chittoor, Andhra Pradesh, India terdapat
digunakan adalah Coccinia indica, beberapa suku, di antaranya suku Irula,
Azadirachta indica, Trigonella foenum- Yanadi, Sugali, dan Nakkal. Pada suku-
graecum, Syzygium cumini, Terminalia suku tersebut terdapat praktisi
chebula, Ficus racemosa, Momordica tradisional yang menggunakan
charantia, dan Swietenia mahagoni. tumbuhan obat dalam terapi diabetes
Berdasarkan penelitian yang mellitus beserta komplikasinya. Data
dilakukan oleh Kumar & Janardhana diperoleh melalui kuesioner dan
(2012) diketahui bahwa praktisi wawancara personal. Jumlah informan
tradisional di Wayanad, India telah praktisi tradisional sebanyak 20 orang
menerapkan sistem medis aborigin dengan rentang usia 45 hingga 65 tahun.

45
PHARMACY, Vol.12 No. 01 Juli 2015 ISSN 1693-3591

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam terapi, misalnya berdasarkan


terdapat 46 spesies tumbuhan dalam 40 harga ICF, DCI, dan Uv, maka dapat
famili yang digunakan dalam terapi ditentukan tanaman terpilih yang akan
diabetes mellitus beserta komplikasinya. diteliti lebih lanjut dan dikembangkan
Beberapa tumbuhan yang digunakan sebagai obat antidiabetes baru.
oleh semua suku adalah Aloe vera (L.)
Burm.f., Andrographis paniculata Daftar Pustaka
(Burm.f.) Nees, Azadirachta indica Bahmani, M., Zargaran, A., Rafieian-
Kopaei, M., Saki, K. 2014.
A.Juss., Eucalyptus globulosus St.-Lag.,
Ethnobotanical study of
Gymnema sylvestre (Retz.) R. Br., medicinal plants used in the
management of diabetes
Hemidesmus indicus (L.) R. Br. ex Schult.,
mellitus in the Urmia, Northwest
Hiptage benghalensis var. benghalensis, Iran. Asian Pac J Trop Med.,
7(Suppl 1):S348-S354.
Mentha spicata subsp. Spicata, Moringa
oleifera Lam., Ocimum sanctum L., Chehade, J., Mooradian, A. 2000. A
rational approach to drug
Phyllanthus amarus Schumach. &
therapy of type 2 diabetes
Thonn., Tinospora cordifolia (Willd.) mellitus. Drugs, 60: 95–113.
Miers, Vernonia anthelmintica (L.) Willd.,
Cruz, E.C., Andrade-Cetto, A. 2015.
dan Zingiber officinale Roscoe (Pavani et Ethnopharmacological field
study of the plants used to treat
al., 2012).
type 2 diabetes among the
Cakchiquels in Guatemala.
Journal of Ethnopharmacology,
Kesimpulan
159:238–244.
Studi etnofarmasi merupakan salah satu
Djrolo, F., Houngbe, H., Avode, G.,
pendekatan yang dapat digunakan untuk
Addra, G.B, Kodjoh, N., Avinadje,
mencari tumbuhan obat baru dengan M., Monterio, B. 1998. The
malnutrition-related diabetes.
potensi antidiabetes yang tinggi. Melalui
Med. Black Afr., 45:538-542.
studi ini dapat dilakukan skrining
Enwere, O.O., Salako, B.L., Falade, C.O.
berbagai tumbuhan melalui hasil
2006. Prescription and cost
wawancara maupun kuesioner terhadap consideration at a diabetic clinic
in Ibadan, Nigeria: A Report.
informan, baik praktisi tradisional
Annals of Ibadan Postgraduate
maupun pasien diabetes mellitus. Medicine, 4:35–39.
Dengan mengetahui seberapa
Ezuruike, U.F., Prieto, J.M., 2014. The
pentingnya suatu tumbuhan tertentu Use of plants in the traditional

46
PHARMACY, Vol.12 No. 01 Juli 2015 ISSN 1693-3591

management of diabetes in survey. Journal of Ethnobiology


Nigeria: pharmacological and and Ethnomedicine, 9(43):1-8.
toxicological considerations.
Journal of Ethnopharmacology, Pavani, M., Rao, M.S., Nath, M.M., Rao,
155(2): 857–924. C.A. 2012. Ethnobotanical
explorations on anti-diabetic
Heinrich, M., Bremner, P. 2006. plants used by tribal inhabitants
Ethnobotany and of Seshachalam Forest of Andhra
ethnopharmacy – their role for Pradesh, India. Indian Journal of
anti-cancer drug development. Fundamental and Applied Life
Current Drug Targets, 7:239-245. Sciences, 2(3):100-105.

Hossan, M.S., Agarwala, B., Sarwar, S., Pieroni, A., Quave, C., Nebel, Heinrich,
Karim, M., Jahan, R., M. 2002. Ethnopharmacy of the
Rahmatullah, M. 2010. ethnic Albanians (Arbereshe) of
Traditional use of medicinal Northern Basilicata, Italy.
plants in Bangladesh to treat Fitoterapia, 73:217-241.
urinary tract infections and
sexually transmitted diseases. Rupeshkumar, M., Kavitha, K., Haldar,
Ethnobotany Research and P.K. 2014. Role of herbal plants
Applications, 8:61–74. in the diabetes mellitus
theraphy: an overview.
Kale, R. 1995. South Africa’s health: International Journal of Applied
traditional healers in South Pharmaceutics, 6(3):1-3.
Africa: a parallel health care
system. British Medical Journal, Rachid, A., Rabah, D., Farid, L., Zohra,
310:1182–1185. S.F., Houcine, B., Nacéra, B.
2012. Ethnopharmacological
Kumar, D.E.K, and Janardhana, G.R. survey of medicinal plants used
2012. Ethnobotanical in the traditional treatment of
polypharmacy of traditional diabetes mellitus in the North
healers in Wayanad (Kerala) to Western and South Western
treat type 2 diabetes. Indian Algeria. Journal of Medicinal
Journal of Traditional Plants Research, 6(10):2041-
Knowledge, 11(4):667-673. 2050.

Moller, D.E. 2001. New drug targets for Rotenstein, L.S., Kozak, B.M., Shivers,
type 2 diabetes and the J.P., Yarchoan, M., Close, J.,
metabolic syndrome. Nature. Close, K.L. 2012. The ideal
414: 821–827. diabetes therapy: what will it
look like? How close are we?
Ocvirk, S., Kistler, M., Khan, S., Talukder, Clinical Diabetes, 30:44–53.
S.H., Hauner, H. 2013.
Traditional medicinal plants used Semenya, S., Potgietera, M., Erasmus, L.
for the treatment of diabetes in 2012. Ethnobotanical survey of
rural and urban areas of Dhaka, medicinal plants used by bapedi
Bangladesh – an ethnobotanical healers to treat diabetes mellitus

47
PHARMACY, Vol.12 No. 01 Juli 2015 ISSN 1693-3591

in the Limpopo Province, South Report. WHO Technical Report


Africa. Journal of Series. Geneva. 646.
Ethnopharmacology, 141:440–
445. WHO, 1999. Definition, diagnosis and
classification of diabetes mellitus
Setswe, G. 1999. The Role of traditional and its complications. Report of
healers and primary health care a WHO Consultation, Part 1:
in South Africa. Health SA Diagn. Classif. Diabetes Mellit.,
Gesondheid, 4:56–60. 1- 49.

Sheehan, M.T. 2003. Current therapeutic WHO, 2008. Traditional medicine.


options in type 2 diabetes http://www.who.int/mediacentr
mellitus: a practical approach. e/factsheets/ fs134/en/ (Diakses
Clinical Medicine and Research, pada tanggal 4 Juni 2015).
1:189–200.
Yusuff, K., Obe, O., Joseph, B. 2008.
UNAIDS, 2006. Collaborating with Adherence to anti-diabetic drug
traditional healers for HIV therapy and self management
prevention and care in Sub- practices among type-2 diabetics
Saharan Africa: Suggestions for in Nigeria. Pharmacy World &
Programme Managers and Field Science, 30:876–883.
Workers. UNAIDS, Geneva.
Zimmet, P., Alberti, K.G.M.M., Shaw, J.
Wallace, T.M., Matthews, D.R. 2000. 2001. Global and societal
Poor glycaemic control in type 2 implications of the diabetes
diabetes: a conspiracy of epidemic. Nature, 414:782–787.
disease, sub optimal therapy and
attitude. Quarterly Journal of
Medicine, 93:369–374.
WHO, 1980. Expert committee on
diabetes mellitus. Second

48
PHARMACY, Vol.10 No. 01 Juli 2013 ISSN 1693-3591

49

Anda mungkin juga menyukai