Anda di halaman 1dari 7

KEGIATAN BINA DESA (BHAKTI SOSIAL MENATA DESA

DALAM PENGENTASAN DESA TERTINGGAL


(Studi di Desa Duwet Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang)

Fitria Niafatin, Suryadi, Mochamad Rozikin


Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: niafatin@gmail.com

Abstract: The Activity of Bina Desa (Village Reforming Social Service) in Taking of
Underdevelopment Village (Study at Desa Duwet Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang).
The condition of Desa Duwet which is relatively as remote village by hills topography and based
on 15 criteria of underdevelopment village made Desa Duwet as one of underdevelopment village
in Kabupaten Malang. Government which is supported by SKPD Kabupaten Malang has made the
development as the priority in order to alleviate underdevelopment villages with the activity of
Bina Desa (Village Reforming Social Services) to visiting the village and doing the real activities
in underdevelopment village. The aim of this study is describes the form and the output of Bina
Desa activity in taking of underdevelopment village. The types of this research is descriptive
qualitative approach. The result of the study show that the form of Bina Desa activity consits of
physical and non-physical development. The output which are not maximized. Based on the result
of the study, the researcher gives the suggestion, there are re-evaluation and safeguarding Bina
Desa activity.

Keywords: Bina Desa activity., underdevelopment village, Desa Duwet

Abstrak: Kegiatan Bina Desa (Bhakti Sosial Menata Desa) dalam Pengentasan Desa
Tertinggal (Studi di Desa Duwet Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang): Kondisi Desa
Duwet yang relatif terpencil dengan topografi perbukitan dan berdasarkan 15 kriteria desa
tertinggal menjadikan status Desa Duwet sebagai salah satu desa tertinggal di Kabupaten Malang.
Pemerintah yang didukung oleh seluruh SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Kabupaten
Malang telah menjadikan prioritas pembangunan dalam rangka pengentasan desa tertinggal
dengan kegiatan Bina Desa untuk berkunjung ke desa dan melakukan aktivitas yang nyata di desa
tertinggal. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk-bentuk serta output kegiatan Bina
Desa dalam pengentasan desa tertinggal. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk-bentuk kegiatan Bina Desa
meliputi pembangunan fisik dan non fisik serta output dalam pengentasan desa tertinggal yang
dinilai belum cukup berhasil. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti memberikan saran
yaitu: mengevaluasi kembali serta melakukan pengamanan (safeguarding) kegiatan Bina Desa.

Kata kunci: kegiatan Bina Desa, desa tertinggal, Desa Duwet

Pendahuluan pemerataan pembangunan lebih ditekankan.


Penyelenggaraan fungsi pemerintah di suatu Pemerataan pembangunan diyakini akan mampu
negara tidak dapat dilepaskan dari segi-segi mengurangi kesenjangan antara daerah satu
politik, pemerintahan, pembangunan, dan ke- dengan daerah yang lainnya tidak hanya dalam
masyarakatan. Fungsi pemerintah dalam pem- pertumbuhan ekonomi masyarakat, tetapi juga
bangunan erat kaitannya dengan mewujudkan berupaya mengurangi jumlah wilayah tertinggal
kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan tujuan di Indonesia.
tersebut, maka hakikat pembangunan nasional Berdasarkan Strategi Nasional Pem-
adalah pembangunan manusia seutuhnya secara bangunan Daerah Tertinggal (Stranas PDT)
merata dalam bidang spiritual maupun materil tahun 2010 realisasi dari prioritas nasional dalam
berdasarkan nilai-nilai pancasila. Seiring dengan pengentasan daerah tertinggal tersebut di-
kemajuan zaman menjadikan perlunya upaya- targetkan dapat mengentaskan 50 kabupaten
upaya dalam melakukan transformasi struktur tertinggal menjadi daerah maju pada tahun 2014
sosial, ekonomi, dan politik, sehingga kebijakan (KPDT, 2010). Wilayah atau desa tertinggal ini

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 578-584 | 578


dinilai menjadi bagian terpenting dari dengan letak geografis Desa Duwet yang relatif
pembangunan Indonesia dalam pengurangan terpencil dengan topografi perbukitan dan hasil
jumlah desa tertinggal yang ada di suatu daerah. self assesment diantaranya diperoleh dari data
Berdasarkan Stranas PDT, Kementerian kondisi jalan sebesar 45% masih mengalami
Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) telah kerusakan, lapangan usaha mayoritas pen-
mengadopsi model kebijakan pembangunan duduknya pada sektor pertanian yaitu sebagai
daerah tertinggal di wilayah perdesaan yang buruh, fasilitas pendidikan, kesehatan dan juga
dikenal dengan model “Bedah Desa” (KPDT, tenaga kesehatan yang terbatas, jumlah sarana
2010). Sesuai dengan yang dilaksanakan oleh komunikasi yang terbatas, sumber bahan bakar
KPDT dalam pembangunan daerah tertinggal di penduduk mayoritas adalah kayu bakar,
wilayah perdesaan, maka pemerintah Kabupaten persentase rumah tangga pengguna listrik masih
Malang juga mempunyai kegiatan Bina Desa. mencapai 60%-90%, dan persentase rumah
Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Malang tangga pertanian >87,5%.
Nomor: 180/121/KEP/421.013/2011 tentang Status Desa Duwet sebagai desa tertinggal
Penetapan Program Bupati Menyapa Rakyat menjadikannya sebagai salah satu desa yang
yang berisi tiga bentuk kegiatan yaitu NGOPI diprioritaskan pengentasannya pada tahun 2013,
bareng Bung Rendra (Ngobrol Pagi Bersama sehingga desa tersebut terpilih sebagai sasaran
Bung Rendra), yaitu talk show bersama RRI kegiatan Bina Desa pada tanggal 27-28 Mei 2013
(Radio Republik Indonesia) Malang yang yang bertepatan dengan peringatan Bulan Bhakti
melibatkan unsur pemerintahan di Kabupaten Gotong-Royong Masyarakat (BBGRM) X
Malang sesuai tematik/permasalahan yang Kabupaten Malang serta Hari Kesatuan Gerak
dibahas sekaligus “on air”, Anjangsana 33 (tiga (HKG) PKK ke-41 Kabupaten Malang. Melalui
puluh tiga) kecamatan yaitu menyosialisasikan kegiatan Bina Desa tersebut, diharapkan
visi dan misi Kabupaten Malang oleh Bupati, dan dirasakan manfaatnya. Hal tersebut dikarenakan
kegiatan Bina Desa (Bhakti Sosial Menata Desa) banyak kegiatan yang bertujuan baik ternyata
untuk mendorong percepatan pembangunan di tidak membawa output (hasil) yang diinginkan.
desa-desa tertinggal sekaligus memberikan Oleh karena itu, dalam jangka pendeknya perlu
perhatian kepada masyarakat desa tertinggal di diperhatikan hasil-hasil kegiatannya, dan
wilayah Kabupaten Malang. menyimak keluaran/hasil (output), sehingga
Penetapan status desa tertinggal tersebut dalam waktu yang relatif panjang mampu terlihat
berlandaskan Surat Keputusan Bupati Malang dampak, dan hasil akhir (outcome) dari
Nomor: 180/183/KEP/421.013/2013 tentang pembangunan.
Penetapan Desa Tertinggal dan Sangat Tertinggal Berdasarkan latar belakang yang telah
di Kabupaten Malang, maka penetapan status dipaparkan tersebut, menjadikan peneliti tertarik
tersebut berdasarkan hasil self assesment tahun untuk melakukan penelitian dan menuliskannya
2012 dengan berpedoman pada 15 kriteria desa dalam bentuk skripsi dengan perumusan
tertinggal yaitu: (1) jalan utama desa yang masalahnya adalah apa saja bentuk-bentuk dan
melewati balai desa, (2) lapangan usaha output kegiatan Bina Desa dalam pengentasan
mayoritas penduduk, (3) fasilitas pendidikan, (4) desa tertinggal di Desa Duwet Kecamatan
fasilitas kesehatan, (5) tenaga kesehatan, (6) Tumpang Kabupaten Malang. Tujuan penelitian
sarana komunikasi, (7) jumlah sarana ko- ini adalah untuk memperoleh deskripsi yang
munikasi, (8) sumber air minum/masak pen- berkenaan dengan bentuk-bentuk dan output
duduk, (9) sumber bahan bakar penduduk, (10) kegiatan Bina Desa dalam pengentasan desa
persentase rumah tangga pengguna listrik, (11) tertinggal di Desa Duwet Kecamatan Tumpang
persentase rumah tangga pertanian, (12) keadaan Kabupaten Malang. Kontribusi penelitian ini
sosial ekonomi penduduk, (13) kemudahan meliputi kontribusi akademis dan kontribusi
mencapai puskesmas/fasilitas kesehatan lainnya, praktis.
(14) kemudahan ke pasar permanen, dan (15)
kemudahan mencapai pertokoan. Berdasarkan Tinjauan Pustaka
kriteria-kriteria tersebut terdapat 51 desa dengan A. Ilmu Administrasi Pemerintahan
status tertinggal atau sangat tertinggal yang Menurut Syafiie (2007, h.66) Ilmu ad-
tersebar di 21 kecamatan di Kabupaten Malang. ministrasi pemerintahan adalah disiplin ilmu
Berdasarkan hasil self assesment yang sosial yang secara khas melihat fungsi ad-
dilakukan pemerintah Kabupaten Malang pada ministrasi dalam pelaksanaan kebijakan negara
tahun 2012 dengan berpedoman pada 15 kriteria yang dijalankan oleh pejabat pemerintah.
desa tertinggal tersebut, Desa Duwet Kecamatan Peranan utama pemerintahan adalah kegiatan
Tumpang mendapatkan skor 36 dengan status yang rutin dilaksanakan pemerintah pada
sebagai desa tertinggal. Status tersebut didukung umumnya dalam rangka memberikan pe-

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 578-584 | 579


ngayoman dan pelayanan untuk mewujudkan Secara garis besar setiap program atau
ketertiban, ketenteraman, dan kesejahteraan kegiatan dimulai adanya input-proses-output-
masyarakat. Pemerintah juga mempunyai peran outcome-dampak. Input sebagai masukan dari
penting dalam pembangunan seperti yang suatu kegiatan. Proses sebagai pengelolaan suatu
dijelaskan oleh Affifuddin (2010, h.108) bahwa input, sedangkan output merupakan hasil
peran pemerintah dalam pembangunan adalah kerja/output menunjukkan apa yang dicapai dari
menyelenggarakan kegiatan pembangunan yang pelaksanaan program pembangunan dalam
meliputi kegiatan-kegiatan penyusunan rencana, rangka pencapaian maksud program. Biasanya
pemrograman, pelaksanaan, dan pengawasan hasil kerja merupakan hasil-hasil yang dicapai
pembangunan untuk mewujudkan pembangunan dari sejumlah rangkaian kegiatan yang di-
nasional secara efektif dan efisien. laksanakan melalui sejumlah program, dengan
kata lain hasil kerja merupakan hasil langsung
B. Pembangunan dari suatu kegiatan sebagaimana dijelaskan oleh
Menurut Budiman (2000, h.13-14) pem- Riyadi (2004, h. 221).
bangunan yang sebenarnya meliputi dua unsur
pokok. Pertama, masalah materi yang mau D. Kegiatan Pembangunan Desa Tertinggal
dihasilkan dan dibagi. Kedua, masalah manusia Ketertinggalan (underdevelopment) bukan
yang menjadi pengambil inisiatif, yang menjadi merupakan sebuah kondisi tidak terdapat per-
manusia pembangun. Menurut Korten se- kembangan (absence of development), karena
bagaimana yang dikutip oleh Suryono (2006, h. pada hakikatnya setiap manusia atau kelompok
24) pembangunan kualitas manusia adalah upaya manusia akan melakukan sebuah usaha untuk
peningkatan kapasitas manusia untuk mem- meningkatkan kualitas hidupnya walaupun itu
pengaruhi dan mengatur masa depannya. hanya sedikit. Desa tertinggal memiliki ke-
Beberapa paradigma pembangunan menurut terbatasan fungsi dan fasilitas dibandingkan
Suryono (2006, h.15) mulai dari strategi per- dengan kawasan perkotaan, sehingga di-
tumbuhan, pertumbuhan dengan pemerataan, perlukannya pembangunan. Menurut Adisasmita
teknologi tepat guna, kebutuhan dasar pem- (2006, h.3) pembangunan perdesaan merupakan
bangunan, pembangunan berkelanjutan, konsep bagian integral dari pembangunan nasional
pemberdayaan, dan paradigma pembangunan sebagai usaha peningkatan SDM (Sumber Daya
berpusat pada manusia. Pendekatan pemerataan Manusia) perdesaan dan masyarakat secara
muncul dari timbulnya ketimpangan atau keseluruhan yang dilakukan secara berkelanjutan
ketidakmerataan pembangunan pada proses berlandaskan pada potensi dan kemampuan
pertumbuhan. Menurut Yansen (2013, h.122) perdesaan.
pendekatan pemerataan menggunakan pen- Selain itu, pembangunan desa dapat
dekatan kebutuhan dasar yang menekankan pada diwujudkan dalam suatu program ataupun
pendekatan langsung untuk menangani masalah kegiatan yang memang fokus pada kebutuhan
kebutuhan dasar masyarakat, misalnya sandang, masyarakat, maka pendekatan pembangunan
pangan, papan/pemukiman, dan juga dalam desa bersifat bottom-up yang diperkuat dengan
upaya peningkatan pelayanan publik dalam hal pendekatan partisipatif. Menurut Adisasmita
pendidikan, air bersih, transportasi, dan ke- (2006, h.8) pembangunan perdesaan mempunyai
sehatan. ruang lingkup yang sangat luas dan dapat
dikelompokkan menjadi:
C. Program dan Proyek Pembangunan a. Pembangunan sarana dan prasarana
Pengertian program menurut Undang- perdesaan (meliputi pengairan, jaringan
Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem jalan, dan lingkungan permukiman);
Perencanaan Pembangunan Nasional adalah b. Pemberdayaan masyarakat;
“instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih c. Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA)
kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi dan peningkatan kemampuan Sumber
pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan Daya Manusia (SDM);
serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan d. Penciptaan lapangan kerja, kesempatan
masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi berusaha, peningkatan pendapatan
pemerintah.” Menurut Domai (2010, h.15) (khususnya terhadap daerah yang
sebuah program merupakan sekumpulan proyek- miskin);
proyek tertentu yang saling menyelaraskan dan e. Peningkatan keterkaitan antar daerah
mengintegrasikan berbagai tindakan dan kegiatan perdesaan dan antar daerah perdesaan
untuk mencapai tujuan kebijakan secara dengan daerah perkotaan (inter rural-
keseluruhan. regional-urban relationship).

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 578-584 | 580


Metode Penelitian prioritas pembangunan. Prioritas dan arah
Jenis penelitian ini adalah penelitian pembangunan yang tepat akan mampu
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut mendukung peningkatan skor desa tertinggal
Moleong (2010, h.6) pendekatan ini di- sesuai dengan hasil self assesment tahun 2012
maksudkan untuk memahami fenomena tentang yang ditetapkan berdasarkan 15 kriteria desa
apa yang dialami oleh subjek penelitian. Sesuai tertinggal. Salah satu kegiatan tersebut adalah
dengan tujuan penelitian, pendekatan ini kegiatan Bina Desa.
digunakan karena dapat mengetahui bentuk- Kegiatan Bina Desa pada tanggal 27-28
bentuk dan output kegiatan Bina Desa dalam Mei 2013 direalisasikan di Desa Duwet yang
pengentasan desa tertinggal di Desa Duwet merupakan desa tertinggal dan target pe-
Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang yang ngentasannya pada tahun 2013. Kegiatan Bina
kemudian dideskripsikan dan dihubungkan Desa dilaksanakan selama 2 hari 1 malam di
dengan teori-teori yang relevan. Fokus dalam Desa Duwet yang bertepatan dengan peringatan
penelitian ini adalah (1) Bentuk-bentuk kegiatan BBGRM dan HKG ke-41 Kabupaten Malang.
Bina Desa di Desa Duwet yang meliputi (a) Secara umum bentuk-bentuk kegiatan Bina Desa
Pembangunan fisik dan (b) Pembangunan non oleh Bupati bersama SKPD Kabupaten Malang
fisik, dan (2) output kegiatan Bina Desa dalam di Desa Duwet yaitu setelah kedatangan di-
pengentasan desa tertinggal di Desa Duwet. lanjutkan kegiatan olah raga volly ball bersama
Lokasi penelitian ini adalah Kabupaten masyarakat pada sore hari, pada malam hari
Malang dan yang menjadi situs penelitian adalah acara dialog/temu warga, pada pagi harinya
Desa Duwet Kecamatan Tumpang. Sumber data setelah sholat subuh dilanjutkan acara sambang
dalam penelitian ini meliputi sumber data primer warga ke rumah-rumah disekitar masjid, olah
dan data sekunder dengan teknik pengumpulan raga pagi dan kerja bhakti yang juga diikuti
data melalui wawancara, observasi, dan kegiatan pelayanan publik seperti pelayanan
dokumentasi. Instrumen penelitian dalam pe- pembuatan KK (Kartu Keluarga), dan Akta
nelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai Kelahiran, layanan kesehatan, penyaluran
instrumen utama dalam pengumpulan data dan bantuan sosial keagamaan, bantuan warga miskin
informasi yang diperlukan dengan cara dan observasi pada potensi desa yang bisa
wawancara dan merekamnya dengan handphone dikembangkan.
recorder, mengamati secara langsung keadaan Bentuk-bentuk kegiatan Bina Desa tersebut
yang berkaitan dengan objek penelitian dan meliputi kegiatan fisik dan non fisik yang
mendokumentasikannya dengan kamera, se- diharapkan mampu mengatasi permasalahan
dangkan instrumen pelengkap lainnya adalah akses atau layanan dan fasilitas publik,
catatan lapangan yang merupakan catatan selama menyelaraskan pembangunan wilayah untuk
berlangsungnya penelitian di lapangan. Analisis mengurangi kesenjangan, pencapaian visi misi
data menggunakan model analisis interaktif oleh Madep Manteb (M2) Kabupaten Malang serta
Miles and Huberman (1992, h.16) yang dimulai meningkatkan skor-skor desa tertinggal, se-
dengan mengumpulkan data yang dilanjutkan hingga mampu memberikan suatu hasil/output
dengan tiga alur kegiatan yang terjadi yaitu dalam pengentasan desa tertinggal di Desa
reduksi data, penyajian data, dan penarikan Duwet. Bagian Tata Pemerintahan Umum
kesimpulan/verifikasi. Sekretaris Daerah Kabupaten Malang telah
dipilih sebagai leading sector kegiatan Bina Desa
Pembahasan yang memiliki peran strategis dalam kegiatan
1. Bentuk-bentuk Kegiatan Bina Desa dalam Bina Desa. Rangkaian kegiatan Bina Desa di
Pengentasan Desa Tertinggal di Desa Desa Duwet Kecamatan Tumpang telah
Duwet dilaksanakan, baik itu pelatihan ataupun kegiatan
Fungsi pemerintah dalam pembangunan yang lainnya sesuai rundown, rangkaian ke-
adalah menyelenggarakan kegiatan pem- giatan SKPD, dan daftar bantuan-bantuan.
bangunan yang meliputi kegiatan-kegiatan
penyusunan rencana, pemrograman, pelaksanaan, 2. Output Kegiatan Bina Desa dalam
dan pengawasan pembangunan sebagaimana Pengentasan Desa Tertinggal di Desa
yang dijelaskan oleh Afiffuddin (2010 h.108). Duwet Kecamatan Tumpang Kabupaten
Fungsi pemerintah dalam pembangunan tersebut Malang
yang juga menjadi fokus utama pembangunan Setiap program atau kegiatan dimulai
oleh pemerintah Kabupaten Malang khususnya adanya input-proses-output-outcome-dampak.
dalam percepatan pengentasan desa tertinggal. Input se-bagai masukan dari suatu kegiatan.
Program dan kegiatan dalam rangka pengentasan Proses sebagai pengelolaan suatu input,
desa tertinggal sudah tepat dijadikan program sedangkan output merupakan hasil kerja/output

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 578-584 | 581


me-nunjukkan apa yang dicapai dari pelaksanaan jamban yang lama. Selain karena faktor
program pembangunan dalam rangka pencapaian kelayakan MCK yang dibangun, juga perilaku
maksud program. Biasanya hasil kerja me- masyarakat yang masih sulit untuk berubah.
rupakan hasil-hasil yang dicapai dari sejumlah Menurut Korten sebagaimana dikutip oleh
rangkaian kegiatan yang dilaksanakan melalui Suryono (2006, h.24) pembangunan kualitas
sejumlah program, dengan kata lain hasil kerja manusia adalah upaya meningkatkan kapasitas
merupakan hasil langsung dari suatu kegiatan manusia untuk mempengaruhi dan mengatur
sebagaimana dijelaskan oleh Riyadi (2004 h. masa depannya. Usaha untuk merubah perilaku
221). masyarakat (changing society behavior) tidaklah
Kegiatan Bina Desa di Desa Duwet mudah dan diperlukan syarat tertentu seperti
meliputi kegiatan pembangunan fisik dan non tingkat pendidikan masyarakat, kesejahteraan,
fisik, yaitu: dan budaya terbuka dengan dunia luar, sehingga
1. Pembangunan Fisik masyarakat lebih responsif terhadap suatu
a. Pembangunan Jalan perubahan atau hal-hal baru. Masuknya nilai-
Pembangunan fisik salah satunya di- nilai baru ke dalam nilai-nilai lokal cukup efektif
wujudkan dalam program padat karya yang dalam melakukan perubahan kepada masyarakat,
bentuknya pembangunan infrastruktur jalan desa. sehingga diperlukan pendampingan yang me-
Jalan yang semula dari tanah liat dapat di- rupakan suatu metode yang penekanannya
tingkatkan menjadi makadam dan yang sudah (stressing) pada peningkatan keterampilan untuk
makadam dapat ditingkatkan menjadi jalan cor. melakukan sesuatu karena pada dasarnya
Jalan di Desa Duwet sudah diaspal dan dicor, memang masyarakat akan rajin ketika didatangi
namun masih berlubang dan aspal yang ada pemerintah.
mulai mengelupas. Tidak hanya pembangunan
jalan desa, tetapi juga dilakukan pembangunan 2. Pembangunan non Fisik dalam
jalan tembus menuju ke Desa Duwet Krajan. Pembangunan SDM melalui Sosialisasi
Pembangunan jalan tembus tersebut telah men- atau Pembinaan
dukung tersedianya infrastruktur jalan desa yang Percepatan pembangunan dalam pe-
memadai serta memberikan manfaat untuk warga ngentasan desa tertinggal tidak hanya dilakukan
terhadap akses fasilitas perekonomian seperti dalam kegiatan pembangunan fisik saja, tetapi
pengiriman sapi perah, pasir, mempermudah juga pembangunan non fisik yaitu dalam pem-
akses ke fasilitas pendidikan/sekolah, kesehatan bangunan SDM yang dinilai penting dalam
/polindes. Selain mempermudah aktivitas warga, rangka peningkatan kualitas sumber daya
pembangunan jalan tersebut memberikan wadah masyarakat dan memberikan posisi masyarakat,
bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam selain sebagai sasaran pembangunan juga sebagai
membangun jalan secara bersama-sama (gotong- subjek yang mampu memberikan kontribusi
royong). signifikan. Pembangunan SDM tersebut melalui
sosialisasi dan juga pembinaan yang merupakan
b. Pembangunan MCK (Mandi Cuci bagian dari pemberdayaan yang dilakukan oleh
Kakus) dan Plesterisasi Rumah pemerintah Kabupaten Malang. Manusia sebagai
Penduduk subjek sekaligus sasaran pembangunan memiliki
Pembangunan MCK dan plesterisasi rumah peranan penting yang keberadaannya me-
penduduk yang dilatarbelakangi oleh minimnya merlukan perhatian dalam rangka peningkatan
jumlah penduduk Desa Duwet yang memiliki kualitas sumber daya masyarakat. Tidak hanya
jamban dan banyak rumah penduduk yang masih bantuan-bantuan saja yang diperlukan oleh
belum memenuhi kriteria rumah sehat di- masyarakat, tetapi juga harus ada ilmu-ilmu atau
antaranya masih banyak rumah yang berlantai pengarahan yang diberikan oleh dinas-dinas
tanah. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan terkait pada saat Bina Desa.
stimulan kepada warga. Jumlah MCK yang Bantuan-bantuan yang diberikan seperti
diberikan ada 3 (tiga) buah, sedangkan bantuan pembangunan jalan, MCK, plesterisasi,
plesterisasi rumah warga diberikan kepada 5 sembako, peralatan pembuatan kue, peralatan
(lima) orang. Keberadaan MCK sudah di- perbengkelan, pembuatan biogas, lampu hemat
manfaatkan warga, namun kondisinya sempit dan energi, buku dan alat tulis, serta bantuan
kurang memadai seperti tidak adanya atap, pintu, pemerliharaan masjid. Berbeda dengan agenda
dan akses air bersih yang permanen. Hal tersebut sosialisasi atau pembinaan yang dilakukan,
belum mampu mendukung tujuan awal pem- pemberian bantuan-bantuan ini ada yang
bangunan MCK untuk memberikan MCK yang diberikan secara langsung dan juga ada yang
layak kepada warga karena meskipun sudah secara simbolis pada saat acara dialog/temu
dibangun, warga juga masih menggunakan warga, bahkan pada saat sebelum Bina Desa

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 578-584 | 582


sudah ada bantuan-bantuan. Kegiatan Bina Desa kegiatan peningkatan produksi, produktivitas dan
tersebut mendukung program yang sebelumnya mutu produk perkebunan/pertanian dan pe-
sudah dilaksanakan dan pada saat Bina Desa ternakan, pengenalan internet untuk siswa dan
berlangsung kegiatan yang belum selesai di- juga sosialisasi penggunaan kompor LPG yang
selesaikan bersama-sama. mendukung kondisi Desa Duwet pada kriteria 9
Program dalam kegiatan Bina Desa di Desa (sembilan) desa tertinggal yaitu pada poin
Duwet sudah cocok beberapa diantaranya adalah sumber bahan bakar penduduk yang sebagian
bantuan pembangunan jalan, MCK, plesterisasi, besar menggunakan kayu bakar. Sosialisasi
sembako, peralatan pembuatan kue, pembuatan tersebut telah memberikan suatu ilmu baru
biogas, lampu hemat energi, serta buku dan alat seperti warga sudah bisa menghidupkan kompor
tulis untuk siswa. Beberapa yang kurang tepat dan tidak takut lagi menggunakan LPG, namun
karena ada yang sudah terealisasi dan tidak warga selain mengguankan LPG juga masih
berhasil seperti bantuan ikan lele yang tidak menggunakan kayu bakar dengan tujuan
cocok dengan kondisi (suhu) di Desa Duwet, menghemat dan hal tersebut sudah biasa bagi
bantuan yang sudah terealisasi tetapi tidak penduduk Desa Duwet.
dimanfaatkan/dikembangkan seperti bantuan alat Adanya sosialisasi ataupun pembinaan yang
perbengkelan kepada karang taruna di Desa dilakukan dapat mendukung pembangunan SDM
Duwet karena sudah banyak bengkel jadi tidak yang selama ini masyarakat tidak tahu menjadi
laku, bahkan ada bantuan yang belum terealisasi tahu. Selain itu, Bina Desa sebagai sarana
seperti bantuan pemeliharaan masjid. pembelajaran untuk masyarakat utamanya di
Hal tersebut diharapkan menjadikan setiap desa tertinggal yang pemerintah dan masya-
program terealisasi yang berorientasi pada rakatnya dapat terbuka, serta dapat menambah
kepentingan masyarakat dan dengan mem- pengetahuan walaupun tidak banyak. Acara Bina
perhitungkan keadaan/potensi, serta karakteristik Desa selama 2 (dua) hari tersebut terkesan hanya
lingkungan setempat. Selain sebagai stimulan, sekilas saja, paling tidak warga Desa Duwet
bantuan tersebut juga sebagai sarana untuk merasa pernah dikunjungi oleh orang-orang besar
memperbaiki penghidupan masyarakat yang dalam hal ini adalah pemerintah Kabupaten
dapat mendukung aktivitas ekonomi masyarakat Malang.
Desa Duwet. Terdapat kemungkinan bahwa Kegiatan Bina Desa mendukung program-
dalam bantuan tersebut terdapat hal-hal baru program lain yang juga fokus pada desa
yang mendorong masyarakat untuk terlebih tertinggal. Keberadaan program tersebut saling
dahulu mengenali dan mempelajarinya, sehingga terintegrasi yang menurut Domai (2010, h.15)
perlu didukung adanya pembinaan, pengenalan pembangunan yang dianggap tepat adalah yang
teknologi, dan program-program pendukung. mampu membawa keadilan dan mengangkat
Dukungan dalam penguatan kapasitas dan derajat kemanusiaan. Sebuah program me-
pendampingan atau pembinaan kelompok usaha rupakan sekumpulan proyek-proyek tertentu
yang bersifat komprehensif pada kegiatan yang saling menyelaraskan dan meng-
produksi, teknologi, manajemen, pemasaran, dan integrasikan berbagai tindakan serta kegiatan
kelembagaan sangatlah dibutuhkan. Masyarakat untuk mencapai tujuan kebijakan secara
desa khususnya Desa Duwet, pada dasarnya keseluruhan. Kegiatan Bina Desa pun terintegrasi
adanya bantuan ataupun tidak adanya bantuan, dengan program lainnya di Desa Duwet seperti
pembangunan masyarakat desa merupakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
kewajiban dan tanggung jawab politis pe- (PNPM), Program Keluarga Harapan (PKH), dan
merintah dalam usaha memecahkan masalah lomba P2WKSS (Peningkatan Peranan Wanita
sosial dan ekonomi masyarakat termasuk di Desa Menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera).
Duwet yang masih perlu penyesuaian dalam Kenyataan dan harapan pemerintah Desa
rangka peningkatan kesejahteraan rakyatnya, Duwet dan juga masyarakat berharap dengan
pengentasan kemiskinan, dan ketertinggalan adanya Bina Desa ada prioritas pada desa yang
yang masih menjadi tantangan bagi pemerintah dibina. Banyak bantuan-bantuan yang di-
dan masyarakat. gelontorkan ke desa tertinggal tidaklah cukup
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, begitu saja, pengarahan dari masing-masing
belum semua bantuan direalisasikan dan masih dinas terkait yang lebih baik sangat dibutuhkan
minimnya tindak lanjut dari warga terhadap untuk menuju masyarakat yang sukses dan bisa
bantuan yang diberikan. Tidak hanya bantuan mandiri. Output kegiatan Bina Desa ini penting
yang diberikan, beberapa sosialisasi atau untuk terus dipantau agar tidak sia-sia begitu
pembinaan juga dilakukan seperti pembinaan saja. Adanya kegiatan Bina Desa ini tidak hanya
pentingnya keberlanjutan pendidikan anak-anak peranan pemerintah Kabupaten Malang, tetapi
bagi orang tua/wali murid, koordinasi/sosialisasi juga peranan pemerintah desa menjadi lebih

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 578-584 | 583


diberdayakan. Kesiapan pemerintah desa Duwet yaitu pembangunan fisik dan non fisik.
menjadikan pemerintah daerah tidak lagi Pada pembangunan fisik yaitu perbaikan jalan
memperlakukan desa sebagai objek untuk desa, bantuan MCK, plesterisasi, dan bantuan-
memenuhi kepentingannya yang bersifat politis bantuan lainnya. Kegiatan tersebut belum cukup
maupun ekonomis, tetapi lebih bersifat mandiri berhasil, yang ditandai dengan (1) kondisi jalan
sesuai dengan keinginan masyarakat. yang sudah mengalami kerusakan, (2) bantuan
Pemerintah daerah bertindak sebagai MCK yang diberikan secara kuantitas dan
fasilitator yang akan mendorong kehidupan kualitas masih kurang, dan (3) bantuan alat-alat
masyarakat desa menjadi lebih baik. Desa yang diberikan kepada masyarakat belum ter-
diberikan kesempatan dalam membangun manfaatkan secara maksimal, bahkan ada yang
kemandiriannya melalui sistem pemerintahan belum direalisasikan.
yang aspiratif. Disadari bahwa pembangunan Pembangunan non fisik dalam membangun
knowledge masyarakat pada umumnya memang sumber daya manusia dengan sosialisasi ataupun
tidak lahir dari kalangan birokrat saja. Peran pembinaan juga belum cukup berhasil yang
serta masyarakat setempat/lokal juga dapat ditandai dengan (1) waktu yang terbatas pada
digunakan dalam mengidentifikasi dan me- saat Bina Desa, (2) pendampingan dari
ngukuhkan upaya-upaya lokal yang sudah ada. pemerintah Kabupaten Malang yang belum
maksimal, dan (3) minimnya tindak lanjut dari
Kesimpulan penduduk Desa Duwet. Output kegiatan Bina
Kegiatan Bina Desa merupakan salah satu Desa di Desa Duwet secara umum adalah (1)
kegiatan dalam mendukung pembangunan desa mendekatkan pemerintah Kabupaten Malang
tertinggal di Kabupaten Malang agar jurang dengan masyarakat Desa Duwet, (2) banyak
kesenjangan tidak semakin melebar. Berdasarkan bantuan yang mengalir ke Desa Duwet, dan (3)
penelitian yang dilakukan diketahui bahwa mendukung pembangunan infrastruktur serta
bentuk-bentuk kegiatan Bina Desa di Desa pembangunan SDM masyarakat Desa Duwet.

Daftar Pustaka
Adisasmita, Rahardjo. (2006). Membangun Desa Partisipatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Afiffuddin. (2010). Pengantar Administrasi Pembangunan. Bandung: Alfabeta.
Budiman, Arief. (2000). Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Dokumen Daftar Desa Tertinggal di Kabupaten Malang Berdasarkan Hasil Self Assesment Tahun
2012 Beserta Daftar SKPD. Malang, Bagian Tata Pemerintahan Umum.
Domai, Tjahjanulin. (2010). Desentralisasi dan Perencanaan Pembangunan. Malang: Lab
Administrasi Pemerintahan FIA UB.
Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT). (2010). Strategi Nasional Pembangunan
Daerah Tertinggal {Internet}. Available from: Netlibrary <http://satupemerintah.net/
ProgramRenstras/download/44.Pdf.> [Accessed 4 October 2013].
Miles, M.B, and Huberman, A.M. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.
Moleong, Lexy J. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Riyadi dan Deddy Supriady Bratakusumah. (2004). Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Surat Keputusan Bupati Malang Nomor: 180/121/KEP/421.013/2011 tentang Penetapan Program
“Bupati Menyapa Rakyat”. Malang, Bagian Tata Pemerintahan Umum.
Surat Keputusan Bupati Malang Nomor: 180/183/KEP/421.013/2013 tentang Penetapan Desa
Tertinggal dan Sangat Tertinggal di Kabupaten Malang. Malang, Bagian Tata Pemerintahan
Umum
Suryono, Agus. (2006). Ekonomi Politik Pembangunan dalam Perspektif Teori Ilmu Sosial. Malang:
UM Press.
Syafiie, Inu Kencana. (2007). Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung: PT. Refika Aditama.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta,
Seketaris Negara Republik Indonesia.
Yansen. (2013). Gerakan Desa Membangun. Malang: PT. Danar Wijaya.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 578-584 | 584

Anda mungkin juga menyukai