Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah


Ilmu Pendidikan

Dosen Pengampu:
Ratna Etikasari Agus, M.Pd.

Disusun oleh:
1. Nella Reanita (206210115)
2. Nika Enjila Monila S (206210118)
3. Puput Putri Herlianti (206210129)

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam islam Pendidikan dinilai sangat penting, karena dengan pendidikan yang
benar dan berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya
memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Tetapi, banyak institusi-institusi
pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas yang memadai, namun institusi-
institusi tersebut masih belum bisa memcetak individu-individu yang beradab.
Sebabnya, visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang
beradab, kurang diperhatikan dalam tujuan institusi pendidikan. Penekanan kepada
pentingnya peserta didik supaya hidup dengan nilai-nilai kebaikan, spiritual dan
moralitas juga seperti terabaikan.
Seorang pendidik memiliki tugas bukan hanya sekedar mentransfer ilmunya
kepada peserta didik. Akan tetapi, juga bertugas bagaimana mendidik peserta didiknya
agar menjadi insan yang berakhlakul karimah, sehingga kelak peserta didiknya menjadi
insan yang berpengetahuan dan berakhlakul karimah. Dengan demikian maka
pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak tersebut
agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian dari Pendidik?
2. Bagaimana Pengertian dari Peserta Didik?
3. Bagaimana konsep dan kompetensi pendidik?
4. Bagaimana Faktor yang Mepengaruhi Pendidik dalam Pengembangan
Kecerdasan Peserta Didik?
5. Bagaimana Upaya Pendidik dalam Pengembangan Kecerdasan Peserta Didik
menurut Islam
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pendidik.
2. Untuk mengetahui pengertian dari peserta didik.
3. Untuk mengetahui konsep dan kompetensi pendidik.

1
4. Untuk mengetahui faktor yang mepengaruhi pendidik dalam pengembangan
kecerdasan peserta didik.
5. Upaya Pendidik dalam Pengembangan Kecerdasan Peserta Didik menurut
Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidik
Secara umum pendidik Ialah orang yang memikul pertanggung jawaban untuk
mendidik, sedangkan secara khusus pendidik dalam perspektif islam adalah orang-
orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik, baik potensi
kognitif, afektif maupun psikomotorik yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam.
Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang Penyelenggaraan Pendidikan. Yang termasuk ke dalam
tenaga kependidikan adalah: kepala satuan pendidikan; pendidik; dan tenaga
kependidikan lainnya. Kompetensi Pendidik dan Tenaga kependidikan adalah
Kompetensi Pedagogik, Kompetensi kepribadian, Kompetensi social, Kompetensi
profesional.
Pendidik merupakan spiritual father bagi peserta didik yang menjadi sumber
ilmu dan moral untuk membentuk peserta didiknya menjadi orang yang berilmu,
berakhlak mulia, dan mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi
psikomotor, kognitif maupun afektif. Potensi tersebut harus dikembangkan secara
seimbang sehingga eksistensi pendidik dalam pemberdayaan pendidikan dapat tercapai
dan dapat melaksanakan fungsi kekhalifahannya di muka bumi dengan baik.
Pada hakekatnya, proses pendidikan merupakan proses aktualisasi potensi diri
manusia. Sistem proses menumbuhkembangkan potensi diri itu telah ditawarkan secara
sempurna dalam sistem ajaran Islam. Hal ini yang pada akhirnya menyebabkan manusia
dapat menjalankan tugas yang telah dibebankan Allah. Manusia dicoba didewasakan
dan melalui pendidikan sebagai elemen yang berpretensi positif dalam pembangunan
kehidupan yang berkeadaban.
Pendidikan Islam dalam prosesnya harus berlangsung secara konsisten dengan
nilai-nilai, karena Islam sebagai agama wahyu mengandung sistem nilai yang menjadi
pedoman hidup umat manusia dalam segala bidang termasuk bidang pendidikan. Dari
pemikiran ini, maka pendidikan merupakan tindakan sadar dengan tujuan memelihara
dan mengembangkan fitrah serta potensi (sumber daya) insani menuju terbentuknya
manusia seutuhnya (insān kāmil). Oleh karena dasarnya yang demikian, salah satu
aspek penting dan mendasar dalam pendidikan adalah aspek pendidik.

3
Seorang pendidik kaitannya dalam pendidikan Islam adalah mendidik dan
sekaligus di dalamnya mengajar sesuai dengan keilmuwan yang dimilikinya. Secara
umumnya pendidik adalah orang yang memiliki tanggungjawab mendidik. Bila
dipersempit pengertian pendidik adalah guru yang dalam hal ini di suatu lembaga
sekolah. Sedangkan pengajar adalah pendidik yang baik.
Sejatinya peran pendidik dan tenaga kependidikan sangat berpengaruh terhadap
perkebangan dan kemajuan bangsa. Tugas dan peran pendidik sangat berkaitan dan tak
tidak dapat dipisahkan, tugas pendidik adalah membantu peserta didik agar mampu
melakukan adaptasi terhadap diri dan berbagai tantangan kehidupannya, sedangkan
peran pendidik adalah sebagai pemimpin dan pelaksana pendidikan dalam suatu
masyarakat dan sekaligus sebagai anggota masyarakat, sehingga dengan demikian
dituntut guru atau pendidik dalam meningkatkan tugas dan perannya. Tenaga
kependidikan lainnya merupakan salah satu elemen yang keberadaannya sangat penting
bagi peningkatan mutu pembelajaran di sekolah, karena tugas, fungsi dan peranan
mereka sangat menunjang bagi kelancaran proses pembelajaran di sekolah.

B. Pengertian dari Peserta Didik


Peserta didik merupakan “Raw Material” (Bahan Mentah) dalam proses
transformasi dan internalisasi, menepati posisi yang sangat penting untuk melihat
penerimaan dalam menemukan keberhasilan dalam sebuah proses. Peserta didik adalah
makhluk individu yang memiliki kepribadian yang khas sesuai dengan pertumbuhan
dan perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dipengaruhi oleh
lingkungan dimana ia berada.
Peserta didik sebagai komponen yang tidak dapat terlepas dari sistem
pendidikan sehingga dapat dikatakan bahwa peserta didik merupakan obyek pendidikan
tersebut. Dalam paradigma pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang
belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu
dikembangkan.1 Jadi secara sederhana peserta didik dapat didefinisikan sebagai anak
yang belum memiliki kedewasaan dan memerlukan orang lain untuk mendidiknya
sehingga menjadi individu yang dewasa, memiliki jiwa spiritual, aktifitas dan
kreatifitas sendiri.

1
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis. (Jakarta: Ciputat
Pers, 2002), hlm. 47.

4
Dengan demikian peserta didik adalah individu yang memiliki potensi untuk
berkembang, dan mereka berusaha mengembangkan potensinya itu melalui proses
pendidikan pada jenis pendidikan tertentu. Dalam perkembangan peserta didik ini,
secara hakiki memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi. Pemenuhan
kebutuhan peserta didik tumbuh dan berkembang mencapai kematangan pisik dan
psikis. Kebutuhan yang harus dipenuhi oleh pendidik diantaranya:
1. Kebutuhan jasmani
Tuntunan siswa yang bersifat jasmaniah, seperti kesehatan jasmani yang dalam
hal ini olah raga menjadi materi utama, disamping itu kebutuhan-kebutuhan lain
seperti: makan, minum, tidur, pakaian dan sebagainya.
2. Kebutuhan social
Pemenuh keinginan untuk saling bergaul sesama siswa dan guru serta orang
lain, merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan sosial anak didik.
Dalam hal ini sekolah harus dipandang sebagai lembaga tempat para siswa belajar,
bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan seperti bergaul sesama teman yang
berbeda jenis kelamin, suku, bangsa, agama, status sosial dan kecakapan. Guru
dalam hal ini harus dapat menciptakan suasana kerja sama antar siswa dengan suatu
harapan dapat melahirkan suatu pengalaman belajar yang lebih baik.
3. Kebutuhan intelektual
Semua siswa tidak sama dalam hal minat untuk mempelajari suatu ilmu
pengetahuan, mungkin ada yang lebih berminat belajar ekonomi, sejarah, biologi
atau yang lain-lain. Minat semacam ini tidak dapat dipaksakan kalau ingin
mencapai hasil belajar yang optimal.

C. Konsep Pendidik dalam Prespektif Islam


Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar
mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat
kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan
khalifah Allah SWT. Mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai
makhluk individu yang mandiri. Pendidik yang utama dan pertama adalah orang tua
sendiri. Mereka berdua yang bertanggung jawab penuh atas kemajuan dan
perkembangan anaknya, karena sukses tidaknya anak sangat tergantung pengasuh,
perhatian, dan pendidiknya.
5
Konsep pendidik di bedakan menjadi beberapa yakni:
1. Pendidik Kodrat Orang dewasa yang mempunyai tanggung jawab utama
terhadap anak adalah orangtuanya. Orang tua sebagai pendidik kodrat
menerima amanah dan tugas mendidik langsung dari Allah Maha
Pendidik.
2. Pendidik Jabatan Pendidik di sekolah, seperti guru, konselor dan
administrator disebut pendidik karena jabatan. Mereka ditugaskan untuk
memberikan pendidikan dan pengajaran disekolah, yaitu
mentransformasikan kebudayaan secara terorganisasi demi
perkembangan peserta didik(siswa), khususnya dibidang ilmu
pengetahuan dan teknologi Pendidik jabatan adalah orang lain (buka
termasuk anggota keluarga) karena keahliannya ditugaskan mendidik
guna melanjutkan pendidikan yang telah dilaksanakan oleh orang tua.
Pendidik jabatan membantu orang tua dalam mendidik anak karena
orang tua memiliki berbagai keterbatasan. Kemudian dalam kompetensi
pendidik dalam mendidik menurut W. Robert Houston mendefinisikan
kompetensi dengan “competence ordinarily islamdefined as adequacy
for a task or as possessi on of require knowledge, skill, and abilities”
(suatu tugas yang memadai atau pemikiran pengetahuan, keterampilan,
dan kemampuan yangdituntut oleh jabatan seseorang). Devinisi ini
mengandung arti bahwa calon pendidik perlu mempersiapkan diri untuk
menguasai sejumlah pengetahuan, ketrampilan dan kemampuankhusus
yang terkait dengan profesi keguruan. Agar dapat menjalankan tugasnya
dengan baik serta dapat memenuhi keinginan dan hapapan peserta didik.
Pendidik islam yang profesional harus memiliki kompetensi yang
lengkap, meliputi:
1) Penguasaan materi islam yang komperehensif serta wawasan
dan bahan pengayaan, terutama pada bidang yang menjadi
tugasnya.
2) Penguasaan strategi (memcakup pendekatan metode dan teknik)
pendidikan islam, terutama kemampuan evaluasinya.
3) Penguasaan ilmu dan wawasan kependidikan.

6
4) Memahami prinsip-prinsip dalam menafsirkan hasil penelitian
pendidikan, guna keperluan pengembangan pendidikan islam
dimasa depan.
3. Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak
langsung yang mendukungkepentingan tugasnya.2

Dalam versi yang berbeda, kompetensi pendidik dapat dijabarkan dalam


beberapakomperetensi sebagai berikut:

1) Mengetahui hal-hal yang perlu diajarkan, sehingga ia harus belajar dan mencari
informasitentang materi yang diajarkan.
2) Menguasai keseluruhan materi yang akan disampaikan pada peserta didiknya.
3) Mempunyai kemampuan menganalisis materi yang diajarkan dan
Menghubungkannyadengan komponen lain.
4) Mengamalkan terlebih dahulu informasi yang telah didapat sebelum disajikan
kepada peserta didik.
5) Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan yang segang dan sudah dilaksanakan.
sesuai dengan usahadan upaya yang dicapai peserta didik dalam rangka
memberikan persuasi dan motivasi dalan proses belajar.

Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang


harus dimiliki huru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi
diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan
sumber belajar.

Empat kompetensi guru tersebut bersifat holistik sebagai berikut :

1) Kompetensi pedagogik, guru diharap mampu mengetahui karakter dan


kejiwaan siswa, sehingga mampu memberikan formula yang pas bagi
siswa.
2) Kompetensi kepribadian, guru diharap mampu menjadi teladan siswa-
siswi nya, juga di lingkungan masyarakat, baik tutur katanya, akhlaknya,
cara berpakaian, dimana guru menjadi figur bagi anak didiknya, juga
masyarakat luas Kepribadian adalah sesuatu yang berdiri, tetapi juga
sesuatu yang terbuka terhadap dunia sekitarnya.

2
Sulis sanjaya, Pendidik dalam pendidikan islam, Yogyakarta 12 maret 2016, hal.09

7
3) Kompetensi sosial, guru diharap mempunyai jiwa sosial tinggi, peka
terhadap lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat, bergaul secara
efektif peserta didik,sesama pendidik, tenaga pendidik, orangtua/wali
peserta didik dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
4) Kompetensi profesional, kompetensi profesional berada pada urutan
terahir, itu artinya pemahaman kejiwaan dan karakter siswa, guru yang
mempunyai kepribadian, guru yang mempunyai sikap sosial yang tinggi,
diharap mampu menjadi guru yang profesional, dan materinya.3

Guru tidak hanya sebatas pada mengajarkan keilmuan, tetapi juga mendidik dan
mengajar tentang hal-hal yang berhubungan dengan spiritualitas dan keterampilan fisik.
Sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil idola,
sehingga seluruh aspek tingkah lakunya adalah figur yang paripurna. Jadi, kompetensi
kepribadian guru adalah kemampuan kepribadian yang harus dimiliki seorang pendidik,
yaitu bahwa guru hendaknya memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa,
arif, dan berakhlak mulia. Jadi, dapat dikatakan bahwa guru adalah seseorang yang
mempunyai tugas untuk berupaya mencerdaskan seluruh aspek dalam diri manusia.
Aspek-aspek tersebut meliputi aspek emosional dan spritual, pengetahuan, dan
keterampilan fisik. Oleh karena itu, guru bisa disebut sebagai unsur manusiawi yang
ada dalam pendidikan. Ia merupakan sosok yangmenduduki posisi penting dan
memegang peranan yang sangat vital dalam pendidikan.

D. Faktor yang Mepengaruhi Pendidik dalam Pengembangan Kecerdasan Peserta


Didik
Faktor adalah keadaan, peristiwa yang ikut menyebabkan (memengaruhi)
terjadinya sesuatu mengemukakan ilmu pendidikan Islam dilihat dari dimensi psikologi
dan pedagogi dipengaruhi lima (5) faktor, yaitu faktor tujuan, peserta didik, pendidik,
metode, dan lingkungan, sebagai berikut:
1) Faktor Tujuan
Bahwa setiap tindakan dan aktivitas berorientasi pada tujuan atau
rencana yang telah ditetapkan. Ini menunjukkan bahwa pendidikan harus
berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai, bukan berorientasi pada sederetan
materi. Tujuan pendidikan Islam menjadi komponen pendidikan yang harus

3
Ahmad Arifa, Jurnal KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN
ISLAM, vol.03 nomor 01, juni 2018.

8
dirumuskan terlebih dahulu sebelum merumuskan komponen-komponen
pendidikan lain Penetapan tujuan pendidikan yang jelas, dan dapat
diaktualisasikan serta terukur merupakan kunci keberhasilan pendidik dalam
menterjemahkan kurikulum dalam proses pembelajaran, sehingga pendidik
dapat mengembangkan kecerdasan peserta didiknya.
2) Faktor Keadaan Peserta Didik
Peserta didik merupakan sumberdaya utama dan terpenting dalam
proses pendidikan formal. Pendidik tidak dapat mengajar tanpa peserta didik di
dalamnya, kehadiran peserta didik merupakan keniscayaan dalam proses
pembelajaran. Tentu saja, optimasi pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik diragukan perwujudannya, tanpa kehadiran pendidik yang professional.
Pandangan tersebut mengisyaratkan, bahwa peserta didik merupakan insan
yang memiliki aneka kebutuhan. Kebutuhan itu terus tumbuh dan berkembang
sesuai dengan sifat dan karakteristiknya sebagai manusia.
3) Faktor Pribadi Pendidik
Pribadi pendidik merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
pengembangan kecerdasan peserta didik. Hal ini berkaitan dengan masalah
kompetensi dan profesionalitas seorang pendidik. Pendidik yang tidak
kompeten akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan isi materi yang akan
diajarkan dalam proses pembelajaran di kelas. Ketidakmampuan seorang
pendidik dalam mengajar dan mendidik berimpilkasi langsung pada peserta
didiknya, yaitu kurang berkembangnya seluruh potensi yang dimiliki peserta
didiknya.
4) Faktor Metode
Metode merupakan salah satu dari sekain banyak faktor yang
memengaruhi pengambangan kecerdasan peserta didik. Salah menggunakan
metode pembelajaran, mengindikasikan tidak berhasilnya tujuan pembelajaran
dalam satu pokok bahasan. Metode memiliki kelebihan dan kelemahan, sebab
metode yang kurang baik di tangan pendidik satu, boleh jadi menjadi sangat
baik di tangan pendidik yang lain. Metode yang baik akan gagal di tangan
pendidik yang tidak menguasai teknik pelaksanaannya. Pendidik harus cerdas
memilih, mengklasifikasi jenis-jenis metode yang akan digunakan dan
dipraktikkan.

9
E. Upaya Pendidik dalam Pengembangan Kecerdasan Peserta Didik menurut Islam
Pendidikan merupakan proses komprehensif karena pendidikan melatih
kemampuan intelektual (akal), emosional (akhlak) dan spiritual (ruhiyah). Berdasarkan
hal tersebut, maka untuk pengembangan kecerdasan peserta didik, ada tiga upaya yang
dilakukan oleh pendidik menurut Islam, yaitu; dengan riyadah (riadat , yaitu latihan
atau olah raga). Dalam tasawuf; latihan keruhanian dengan menjalankan ibadah, dan
menundukkan keinginan nafsu syahwat.
a) Riyadah
Riadat , yaitu latihan atau olah raga, dalam tasawuf latihan keruhanian
dengan menjalankan ibadah, dan menundukkan keinginan nafsu syahwat.
b) Pendidikan Pembiasaan
Dalam konteks Islam, kebiasaan didefinisikan sebagai pengulangan
sesuatu secaa terus-menerus atau dalam sebagaian besar waktu dengan cara
yang sama dan tanpa hubungan akal, atau dia adalah sesutau yang tertanam di
dalam jiwa dari hal-hal yang berulang kali terjadi di terima sebagai tabiat.
Dapat dipahami bahwa kebiasaan adalah keadaan jiwa yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan muda tanpa perlu berpikir dan
menimbang. Kalau keadaan itu menimbulkan perbuatan baik dan terpuji
menurut syariat dan akal, disebut akhlak yang baik. Kalau yang muncul adalah
perbuatan buruk dinamakan akhlak buruk. Jadi kebiasaan memainkan peran
penting dalam kehidupan peserta didik. Kalau kebiasaan-kebiasaan berperilaku
baik, itu menunjukkan tingkat adaptasi dan kesehatan mental peserta didik.
Kebiasaan baik membuka peluang bagi peserta didik untuk mendapatkan
kedudukan sosial yang memberinya perasaan akan harga dirinya. Dari sini,
tampak urgensi pendidikan kebiasaan-kebiasaan yang baik pada peserta didik,
agar hal ini membantu peserta didik menyempurnakan proses pembangunan
kebiasaan-kebiasaan yang baik yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama
Islam.
Mempelajari dan mengaktualisasi kebiasaan-kebiasaan baik dan akhlak
mulia akan mengakselerasi peserta didik meraih kesuksesan. Karena kebiasaan
belajar dan kerja keras berarti telah membiasakan diri peserta didik dengan
kepribadian dan kecerdasan yang menjadikan kesuksesan sebagai konsekuensi
pasti bagi hidup peserta didik. Peserta didik yang memiliki kebiasaankebiasaan
baik pasti sukses dalam batas-batas kecerdasannya. Kebiasaan-kebiasaan
10
menjalankan perintah Allah swt, dan memiliki kepribadian akhlak mulia, secara
siginifikan membangun kecerdasan kalbu, dan kecerdasan ruhiyah peserta
didik.
c) Mujahadah
Mujahadah adalah menggunakan seluruh kemampuan secara
bersungguh-sungguh untuk melawan musuh, yang dalam konteks pembinaan
ruhani adalah musuh yang terdekat pada diri manusia, yaitu nafsunya yang
selalu mendorong kepada kerendahan dan keburukan.
Apabila mujahadah dikonversi dalam konteks pendidikan saat ini,
berarti upaya pendidik mengaktualisasi konsep dan nilai-nilai tasawuf dalam
kehidupan peserta didik. Signifikansi nilai-nilai tasawuf dalam pendidikan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan situasi yang terjadi dalam
sistem pendidikan Nasional. Secara faktual sistem pendidikan saat ini belum
menyentuh sisi terdalam dari manusia (ruhaniah), salah satu yang harus
mendapat pendidikan adalah hawa nafsu, yaitu usaha pendidik dengan
otoritasnya untuk mengendalikan, membina, membimbing dan mengarahkan
peserta didiknya bermujahadah dalam arti mendidik dengan sekuat tenaga untuk
menghindari hawa nafsu yang rendah dan tak terkendali.

11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan diatas dapat di simpulkan bahwa pendidik dan peserta didik
adalah orang yang mempunyai banyak ilmu dalam bidang nya, dan mampu
mengamalkanilmu dengan sunguh sunguh dan keiklasan hati, secara umum pendidik
adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik,orang yang bertanggung
jawab dalam perkembangan pendidik dan juga kompetensi merupakan kemampuan
yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, Peserta didik
dalam presfektif islam merupakan subjek dan obyek anak didik aadalah makhluk yang
sedang dalam proses perkembangan dan pertumbuhan dan sangat memerlukan
bimbingan dan arahan dari pendidik.
Kompetensi guru adalah seperangkat kemampuan yang ada dalam diri guru agar
dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif, seperti mempunyai kompetensi
pedagogis, kepribadian, sosial dan profesional. Kepribadian adalah seluruh sifat dan
watak yang tampak pada diri seseorang, seperti memiliki sifat jujur, sabar, pemarah,
disiplin, egois dan pendiam. Kompetensi kepribadian guru mencakup lima
subkompetensi, yaitu kepribadian mantap dan stabil, dewasa, arif, berwibawa dan
berakhlak mulia. sebagai guru yang baik wajib untuk menjadi teladan yang baik bagi
anak didik. seperti mempunyai sifat disiplin, bertanggungjawab, jujur dan lain-lain.
Dan pada intinya, kompetensi kepribadian guru dalam perspektif pendidikan Islam.

12
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz, Komunikasi pendidik dan peserta didik dalam pendidikan islam, Jurnal Komunikasi dan
Penyiaran Islam 1 (2), 2017.
Ahmad Arifa, Jurnal KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN
ISLAM, vol.03 nomor 01, juni 2018.
Almaydza Pratama Abnisa,oktober 2017, KONSEP PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DALAM
PERSPEKTIF AL-QUR’AN.
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis. (Jakarta: Ciputat
Pers, 2002)
Siti Nurul Yaqinah, EKSISTENSI PENDIDIK DALAM PEMBERDAYAAN PENDIDIKAN ISLAM, El-
Hikam, 4 (1), 1–14-1–14, 2011.
Sukring, PENDIDIK DALAM PENGEMBANGAN KECERDASAN PESERTA DIDIK (Analisis
Perspektif Pendidikan Islam), Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah 01 (1), 2016.

13

Anda mungkin juga menyukai