A. Definisi
Infeksi neonatus adalah infeksi yang terjadi pada neonatus, dapat terjadi pada masa antenatal,
perinatal dan post partum( Lissauer & Fanaroff. 2008)
Infeksi neonatorum atau infeksi adalah infeksi bakteri umum generalista yang
biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan yang menyebar keseluruh tubuh
Infeksi neonatal pada BBL : infeksi aliran darah yang bersifat invasif dan ditandai dengan
ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah,cairan sumsum tulang atau air kemih.
Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir ada dua yaitu: early infection (infeksi dini) dan late
infection (infeksi lambat). Disebut infeksi dini karena infeksi diperoleh dari si ibu saat masih
dalam kandungan sementara infeksi lambat adalah infeksi yang diperoleh dari lingkungan luar,
bisa lewat udara atau tertular dari orang lain. (Kosim, Sholeh. 2010)
Infeksi neonatal : infeksi yang lebih sering terjadi pada BBLR, infeksi ini lebih sering terjadi
dirumah sakit daripada di luar rumah sakit. (Wiknjosastro, Hanifa. 2008)
B. Etiologi
Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Saifudin, Abdul Bari(2009) membaginya
dalam 3 golongan, yaitu infeksi antenatal, infeksi intranatal, infeksi
postnatal.
1. Infeksi Antenatal
Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke plasenta. Di sini kuman itu
melewati batas plasenta dan mengadakan intervillositis. Selanjutnya, infeksi melalui vena
umbilikalis masuk ke janin. Kuman yang dapat memasuki
Listeria monocytogenesis.
Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi plasenta sarang pada
plasenta pecah ke likuor amnii dan janin mendapat tuberkulosis melalui cairan itu.
2. Infeksi Intranatal
Infeksi melalui ini lebih sering terjadi dari pada cara yang lain. Kuman dari vagina
naik dan masuk kedalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketuban pecah lama
mempunyai peranan penting dalam timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat
pula terjadi walaupun ketuban masih utuh, misalnya pada partus lama dan seringkali
dilakukan pemeriksaan vaginal. Janin kena infeksi karena menginhalasi likuor yang
septik, sehingga terjadi
pneumonia kongenital atau karena kuman-kuman memasuki peredaran darahnya da
menyebabkan septikemia. Infeksi intranatal dapat juga terjadi dengan jalan kontak
langsung dengan kuman yang terdapat dalam vagina, misalnya blenorea dan oral thrush.
3. Infeksi Postnatal
Infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir lengkap dan biasanya merupakan infeksi yang
diperoleh (acquired infection). Sebagian besar infeksi yangmenyebabkan kematian
terjadi sesudah bayi lahir sebagai akibat
penggunaan alat atau perawatan yang tidak steril atau terkena cross-infection. Infeksi
postnatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini penting sekali karena
mortalitas infeksi postnatal sangat tinggi. Seringkali bayi lahir dirumah sakit terkena
infeksi dengan kuman-kuman yang sudah tahan terhadap
4. Cross infection
a. Infeksi bacterial
Banyak bakteri yang dapat menyebabkan infeksi sistemik dengan infeksi dapat
bersifat congenital maupun di dapat seperti : Lysiteria app., Mycobacterium tubercolosis,
E. Collli, pnemokokus, enterokokus, streptokokus (sering grup B stertococus / GBS) dan
stofilococus, pseudomonas
spp. Dan klesiella. Selain menyebabkan infeksi sistematik, infeksipun dapat
bersifat local seperti terjadinya infeksi kulit, pneumonia, osteomielitis, artitis, ototis media,
infeksi pada saluran pencernaan dan uorgenital.
b. Infeksi virus
Sering disebabka oleh kandida yang dapat bersifat infeksi local maupun sistemik.
Infeksi biasanya adalah infeksi yang di dapat. Infeksi congenital yang sering ditemukan
adalah toxoplasma dan syphilis, keduanya sering menimbulkan kelainan/ cacat congenital.
1. Persalinan lama
2. Persalinan dengan tindakan (ekstraksi cunam/vakum, seksio sesarea)
3. Ketuban pecah dini
4. Air ketuban hijau kental
Riwayat bayi baru lahir
1. Trauma lahir
2. Lahir kurang bulan
3. Bayi kurang mendapat cairan dan kalori
4. Hipotermia pada bayi
Pembagian Infeksi(Saifudin, Abdul Bari.2009):
1. Sepsis onset-dini (early-onset sepsis, EOS): <72 jam setelah kelahiran.Definisi ini berkisar
dari 24 jam sampai 6 hari, namun paling banyak terjadi dalam 72
jam setelah kelahiran. Kondisi ini disebabkan oleh pajanan vertikal ke jumlah
bakteri yang tinggi selama kelahiran dan jumlah anti bodi pelindung yang sedikit.
Faktor Resiko :
d. Korioamnionitis
Faktor Resiko :
a. Preterm
C. Klasifikasi Infeksi
Infeksi pada neonatus dapat di bagi dalam dua golongan besar, yaitu infeksi
berat (major infection) dan infeksi ringan (minor infection) ( Lissauer & Fanaroff. 2008).
1. Infeksi Berat
a. Sifilis kongenita
penyebab sifilis biasanya terjadi dalam masa antenatal. Infeksi pada janin
biiakan darah dan resistance test. Resistensi kuman terhadap Ampisillin dan
Gentamisin akhir-akhir ini makin menonjol. Bila mungkin sebagai
penggantinya diberikan sefalosporin generasi ketiga dengan dosis 100mg/kg
berat-badan per 24 jam dibagi dalam dua dosis.
4) Kalau ada indikasi, dapat dilakukan biakan tinja dan air kencing
c. Meningitis
Meningitis biasanya didahului oleh sepsis. Karena itu, pada setiap
pungsi lumbal penilaian likuor serebrospinalis harus hati-hati, karena pada umumnya
likuor serebrospinalis pada neonatus sifatnya xantokrom, pada
pleiositosis dan reaksi Nonne dan Pandy positif. Mula-mula terdapat gejala-gejala
seperti pada sepsis yang kemudian dapat disertaidengan kejang, fontanel menonjol,
kuduk kaku dan opistotonus. Kuduk kaku tidak seberapa sering ditemukan pada
neonatus.
d. Pneumonia kongenital
Infeksi biasanya terjadi intranatal karena hirupan likuor amnii yang septik.
Gejala waktu lahir sangat menyerupai asfiksia neonatorum,
penyakit membrana hialin atau pendarahn intrakranial. Pneumonia kongenital harus
dicurigai kalau ketuban pecah lama, air ketuban keruh serta berbau, dan terdapat
kesulitan pernapasan pada saat-saat neonatus itu lahir.
e. Pneumonia aspirasi
Penyakit ini merupakan sebab utama kematian bayi BBLR. Hal ini
disebabkan karena pada saat pemberian makanan per os dimulai, terjadi aspirasi
karena refleks menelan dan refleks batuk belum sempurna. Pneumonia aspirasi ini
harus dicurigai bila bayi BBLR tiba-tiba menunjukkan gejala letargia, anoreksia,
berat badan tiba-tiba turun, dan kalau terdapat serangan apnea. Diagnosis dapat
dibuat dengan
pernafasan cuping hidung, sianosis dan batuk. Pada pemeriksaan paru-paru dapat
ditemukan ronkhi basah yang nyaring.
D. Komplikasi
3. Ikterus/kernicterus
4. Meningitis
5. Sepsis berat
6. Syok sepsis
E. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa dapat dikonfirmasikan dengan kultur darah yang positif. Kultur ini dapat
memakan waktu 48 jam. Sedangkan perjalanan sepsis dapat mengakibatkan kematian dalam
beberapa jam. Oleh karena itu kita harus memulai terapi antibiotic secepatnya. Antibiotik dapat
tidak dilanjutkan bila kultur darah negative atau bayi tidak menunjukkan gejala sepsis.
Neonatus teutama BBLR yang dapat tetap hidup selama 72 jam pertama bayi tersebut
menunjukkan gejala
penyakit atau menderita penyakit congenital tertentu. Namun tingkat lakunya
bayi itu sendiri juga lebih penting lagi untuk kamar bersalin dan ruang perawatan nya.
Diagnosis infeksi perinatal tidaklah mudah. Tanda khas seperti yang terdapat
pada bayi sering kali tidak ditemukan.Biasanya diagnosis yang ditegakkan dengan observasi
yang teliti, serta akhirnya dengan pemeriksaan fisik laboratorium.Infeksi
pada neonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum, sehingga gejala infeksi local tidak
menonjol lagi. Walaupun demikian, diagnosis dini dapat kita tegakkan
jika kita cukup waspada terhadap tingkah laku neonatus yang sebagai pertanda awal dari
permulaan infeksi umum. Menegakkan diagnosis sepsis perlu dilakukan
1. Hitung darah lengkap dengan turunannya yang terpenting adalah jumlah sel darah merah.
Septic neonatus biasanya menunjukkan penurunan jumlah cel darah putih, yaitu kurang
dari 500 mm. Hitung jenis darah juga menunjukkan
banyak sel darah putih tidak matang dalam aliran darah. Banyaknya darah tidak
matang dihubungkan dengan total jumlah sel drah putih diidentifikasikan
2. Platelet biasanya 150.000 sampai 300.000 pada keadaan sepsis platelet menurun, kultur
darah gram negative atau positif , dan tes sensitivitas. Hasil dari kultur harus tersedia
dalam beberapa jam dan akan mengidentifikasikan
juumlah dan jenis bakteri kultur darah atau sensitivitas membutuhkan waktu 24-48 jam
untuk mengembangkan dan mengidentifikasikan jenis pathogen serta antibiotic yang
sesuai.
3. Lumbal pungsi untuk kultur dan tes sensitivitas pada cairan serebrospinal. Hal ini
dilakukan jika ada indikasi infeksi neuron.
F. Penatalaksanaan
3. Diberi injeksi antibiotika berspektrum laus (lihat tabel dosis antibiotika). Penggunaan
antibiotika yang banyak dan tidak terarah dapat menyebabkan tumbuhnya jenis
mikroorganisme yang tahan terhadap antibiotika dan mengakibatkan tumbuhnya jamur
yang berlebihan, misalnya jenis candida albicans
4. Perawatan sumber infeksi, misalnya pada infeksi tunggul talipusat (omfalitis) diberi salep
yang mengandung neomisin dan basitrasin
putih.
-
DAFTAR PUSTAKA
Medforth, Janet, dkk. (2011). Kebidanan Oxford Dari Bidan Untuk Bidan.Jakarta:EGC. Saifudin,
Sholeh, Kosim. (2010). Neonatologi. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. Wiknjosastro,Hanifa, dkk.