Anda di halaman 1dari 72

APLIKASI PROSES MANAGEMENT KEPERAWATAN

MANAGEMENT KEPERAWATAN RUANG IGD RSU AVISENA


CIMAHII

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Stase Management Keperawatan

Koordinator : Moch. Sandi Haryannto S.Kep.,Ners.M.Kep

Disusun Oleh :

KELOMPOK I

FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIIKAN PROFESI NERS
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nyalah sehingga kami dapat
menjalankan kegiatan pembelajaran di stase manajemen serta penulis dapat
menyelesaikan Laporan Aplikasi Proses Management Keperawatan di Ruang IGD
RSU AVISENA Cimahi.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Tuhan yang
Maha Esa, Bapak Moch. Sandi Haryannto S.Kep.,Ners.M.Kep Pembimbing Stase
Manajemen Keperawatan yang telah membimbing selama proses pembelajaran,
seluruh dosen Tim pengajar Manajemen Keperawatani Institut Kesehatan
Rajawali Bandung, Bapak Yusuf selaku narasumber di Ruang IGD RSU Avisena,
serta teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan laporan kajian situasi
ini.

Penulis sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembacanya mengenai Manajemen
Keperawatan. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan- kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan

Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Dan dapat menambah wawasan maupun pemahaman baik bagi
perawat maupun pembaca. Sekali lagi penulis mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan serta memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.

Bandung, Januari 2022

Penyusun Kelompok 1
BAB I

PENDAHAULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan masyarakat merupakan pilar bagi pembangunan bangsa,


oleh karena itu pembangunan di bidang kesehatan menjadi hal yang
penting guna meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan setinggi –
tingginya. Pembangunan kesehatan menjadi salah satu fokus pemerintah
dalam membuat perencanaan dalam rangcangan pembangunan jangka
panjang baik nasional maupun di bidang kesehatan (Leksono, Inayah,
Mu’izz, 2021 : 2). Dalam menentukan sebuah rancangan diperlukan
sebuah sistem yang mampu mengatur, menjalankan dan mengawasi guna
terealisasinya dengan baik dan sesuai tujuan. Menurut Meirawaty &
Yudianto (2019 : 205) sistem manajemen adalah suatu totalitas yang terdiri
dari subsistem-subsistem dengan atributnya yang satu sama lain saling
berkaitan, saling ketergantungan, saling berinteraksi dan saling
mempengaruhi dalam penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien
sehingga mempunyai peranan, sasaran, dan tujuan tertentu. Sistem
manajemen di rumah sakit tentu terdiri dari beberapa elemen, diantaranya
adalah dokter, perawat, ahli gizi, fisioterapi, analisis, bidan, dsb. Setiap
elemen tersebut memiliki manajemennya masing – masing, salah satunya
yaitu manajemen keperawatan.
Manajemen keperawatan merupakan pelaksaan fungsi-fungsi
pengelolaan dan pelayanan dalam ruang lingkup keperawatan, mencakup
fungsi-fungsi manajemen seperti: perencanaan, organisasi, staffing,
pengarahan, dan pengontrolan. Perencanaan disusun berdasarkan hasil
pengkajian data informasi tentang pasien, tenaga keperawatan,
administrasi, model pemberian asuhan keperawatan, dan sistem
pendokumentasian. Menurut Tim KBK AIPNI (2010) dalam Rachmania,
Sunaringtyas, & Widayati (2019) mahasiswa keperawatan pada tahap
profesi manajemen keperawatan memiliki peran penting dalam mengkaji
kondisi manajemen ruangan keperawatan.
Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu,
keluarga, kelompok, baik dalam keadaan sakit maupun sehat sedangkan
definisi perawat adalah seorang yang telah lulus pendidikan tinggi
keperawatan baik dalam maupun luar negeri yang diakui pemerintah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelayanan
keperawatan merupakan sesuatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dan pelayanan kesehatan yang didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan kepada individu kelompok atau masyarakat
dalam keadaan sehat maupun sakit (Kemenkes RI, 2017). Tenaga perawat
yang mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas
pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya
berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial- spiritual yang merupakan
pelayanan yang unik dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan
merupakan kelebihan tersendiri dibanding pelayanan lainnya (Departemen
Kesehatan RI, 2012).
Manajemen merupakan ilmu atau seni tentang bagaimana
menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya (Swanburg,
2000). Sedangkan menurut Kemenkes RI (2016) manajemen merupakan
proses yang dinamis, yang senantiasa berubah sesuai dengan tuntutan
perkembangan. Manajemen merupakan proses mengorganisir sumber-
sumber untuk mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan dicapai
ditetapkan berdasarkan visi, misi, dan filosofi organisasi. Salah satu
strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan
keperawatan adalah pembenahan dalam manajemen keperawatan dengan
adanya factor kelola yang optimal sehingga mampu menjadi wahana
peningkatan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus
lebih menjamin kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan
(Nursalam, 2015).
Manajemen keperawatan sebagai proses bekerja melalui anggota
staf untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Proses
manajemen keperawatan sejalan dengan keperawatan sebagai salah satu
metode palaksanaan asuhan keperawatan secara professional, sehingga
diharapkan keduanya saling menopang. Kegiatan manajemen keperawatan
mengacu pada konsep manajemen secara umum, dengan menggunakan
pendekatan fungsi- fungsi manajemen meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengontrolan (Kemenkes RI, 2016).
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan mempunyai
kewajiban untuk melayani pasien dengan fasilitas yang lengkap serta
pelayanan yang cepat dan tepat. Untuk mencapai hal tersebut manajemen
rumah sakit harus dilaksanakan dengan benar (Rhesavani, 2013). Menurut
Hatta (2011), sistem informasi yang pada mulanya hanya berorientasi pada
pelayanan mediknya saja lama-lama berkembang menjadi
memperhitungkan biaya produksi. Namun, tujuan utama dalam pelayanan
kesehatan adalah menghasilkan outcome yang menguntungkan bagi
pasien, provider, dan masyarakat. Informasi mengenai pelayanan
kesehatan, baik dari seluruh pengguna jasa pelayanan medis maupun
seluruh individu dalam populasi diperlukan sebagai sumber data untuk
dapat menjawab pertanyaan mengenai persamaan (equity),efisiensi
(efficiency),dan mutu pelayanan kesehatan (quality), sehingga manajemen
informasi dan teknologinya dalam banyak hal sangat diperlukan dalam
manajemen klinis untuk mendapatkan informasi yang benar dan akurat.
Dalam kesempatan ini mahasiswa profesi ners kelompok 1
diberikan kesempatan untuk melakukan pengkajian manajemen
keperawatan diruang UGD RSU Avisena yang berlangsung dalam 12 hari,
dihitung mulai tanggal 10 Januari 2022 – 22 januari 2022. Pengkajian
tersebut meliputi 5M. yaitu : Man (sumberdaya manusia), Material (sarana
dan prasarana), Methode (metode), Money (keuangan), Marketing
(pemasaran). Selain itu mahasiswa juga menentukan kajian masalah,
perencanaan (strategi dan operasi), implemnetasi serta evaluasi. Hal
tersebut merupakan salah satu proses pembelajaran klinik yang diharapkan
mampu memberikan inspirasi dan motivasi guna mengubah tatanan
manajemen asuhan dan manajemen unit ke arah yang lebih baik lagi.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek manajemen selama 2 minggu,
mahasiswa program profesi ners mampu mengetahui, memahami, dan
menerapkan konsep dan prinsip manajemen keperawatan pada unit
pelayanan kesehatan secara nyata dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan selama 3
minggu, mahasiswa program profesi ners mampu :
a. Menerapkan konsep, teori, dan prinsip manajemen keperawatan
dalam pengelolaan pelayanan keperawatan pada tingkat unit.
b. Berperan sebagai agen pembaharu dan model peran dalam
kepemimpinan dan pengelolaan pelayanan keperawatan
professional tingkat dasar.
c. Melakukan kajian unit pelayanan keperawatan tertentu sebagai
dasar untuk menyusun rencana strategi dan operasional.
d. Mengidentifikasi masalah yang terjadi.
e. Merencanakan beberapa alternatif dalam menyelesaikan masalah.
f. Mengusulkan dan menerapkan alternatif tersebut kepada manajer
keperawatan.
g. Mengevaluasi hasil penerapan alternatif pemecahan masalah.

C. Metode Penulisan
Makalah ini disusun dengan menggunakan beberapa metode
pendekatan, diantaranya adalah : observasi aktif, mengisi kuesioner, dan
wawancara dengan kepala ruangan beserta staf di ruang UGD RSU
Avisena Cimahi, selain itu penulis juga menggunakan metode studi
dokumentasi serta studi literature.
D. Sistematika Penulsan
Sistematika penulisan dalam makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu
a. BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan
b. BAB II Konsep Dasar Manajemen Ruangan, terdiri dari tinajuan
umum tentang manajemen keperawatan, tinjauan umum tentang
ruangan perawatan denngan pendekatan MPKP.
c. BAB III Manajemen Ruangan, terdiri dari gambaran umum rumah
sakit, tinjauan ruangan, indentifikasi masalah, analisis SWOT,
prioritas masalah, dan alternative pemecahan masalah.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Umum tentang Manajemen Keperawatan


1. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah membuat pekerjaan selesai (getting things
done). (WHO, 1999) Menejemen adalah mengungkapkan apa yang
hendak dikerjakan, dan kemudian menyelesaikannya. Dengan kata
lain menejemen menentukan tujuan nya dahulu dengan pasti (yakni
menyatakan dengan rinci apa yang hendak dituju) dan kemudian
mencapainya. ( WHO, 1999 ).
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan
masyarakat. (Gillies, 1989 )..
Dalam keperawatan, manejemen berhubungan dengan
perencaan (planing) pengoorganisasian ( organizing ), pengaturan staf
( staffing), kepemimpinaan ( leading), dan pengendalian ( kontroling ),
aktifitas – aktifitas upaya keperawatan atau divisi departemen
keperawatan dan dari sub unit departermen. Menejemen keperawatan
merupakan juga kelompok dari perawat manejer yang mengatur
organisasi atau usaha keperawatan. Pada akhirnya manejemen
keperawatan adalah proses dimana perawat menejer menjalankan
profesi mereka. (Sanburg, 2000 hal 456 ).
2. Fungsi-fungsi Manajemen Keperawatan
Fungsi – Fungsi Manajemen, secara ringkas fungsi manajemen
adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan (planning), perencanaan merupakan:
1) Gambaran apa yang akan dicapai
2) Persiapan pencapaian tujuan
3) Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
4) Persiapan tindakan-tindakan
5) Rumusan tujuan tidiak harus ditulis dapat hanya dalam benak
saja
6) Tiap-tiap organisasi perluperencanaan.
b. Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah
rencana, mengatur dan menentukan apa tugas pekerjaannya,
macam, jenis, unit kerja, alat – alat, keuangan dan fasilitas.
c. Penggerak (actuating), menggerakkan orang – orang agar
mau/suka bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena
perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara
interval.
d. Pengendalian/pengawasan (controling), merupakan fungsi
pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana,
apakah orang – orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian
juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.
e. Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan
perbandingan hasil – hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai.
Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai
kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan
pada fungsi organik administrasi dan manajemen.
Adapun unsur yang dikelola sebagai sumber manajemen adalah
man, money, material, methode, machine, minute dan market.
3. Prinsip-prinsip Manajemen Keperawatan
a. Manajemen keperawatan seyoganya berlandaskan perencanaan
karena melalui fungi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan
risiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang aktif dan
Berencana.
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu
yang cek Manajer keperawatan menghargai waktu akan menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan
kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan
berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam
pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan
keputusan di berbagai tingkat manajerial.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan
fokus perhatian manajer keperawatan dengan mempertimbangkan
apa yang parien lihat, fikir, yakini, dan ingini. Kepuasan pasien
merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.
e. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian
dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai
tujuan.
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen koperawatan
yang meliputi proses pendelegastar supervisi, koordinasi, dan
pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisackan
g. Manajer keperawatan yang baik adalah manajer yang dapat
memotivasi staf untuk memperlihatkan penampilan kerja yang
baik.
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif kan mengurangi kesalahpahaman dan
memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian di antara
bawahan.
i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
mempersiapkan perawat pelaksana untuk menduduki posisi yang
lebih tinggi ataupun upaya manajer untuk meningkatan
pengetahuan karyawan.
Agar manajemen dapat berjalan semai dengan harapan dan
mencapai tujuan organisasi, maka pemahaman tentang prinsip-prinsip
manajemen sangatlah dibutuhkan. Ada 7 (tujuh) prinsip manajemen
yang harus diketahsil, yaitu: perencanaan, penggunaan waktu yang
efekti, pengambilan keputusan pengelola/pemimpin, tussan sosial.
pengorganisasian, dan perubahan. Berikut ini akan dijelaskan maksud
dari prinsip-prinsip manaemen tersebut.
a. Tencanaan (Planning)
Perencanaan adalah fungsi dasar dan pertama dalam
manajemen (the first function of management). Fungsi
manajemen tergantung dari perencanaan Perencanaan adalah
suatu proses berpikir atau proses mental untuk membuat
keputusan dan peramalan (formasting) Perencanaan harus
berorientasi ke masa depan dan memastikan kemungkinan hasil
yang diharapkan (Swansburg dan Swanburg, 1999). Dalam
perencanaan, salah satu hal penting yang menjadi pusat perhatian
adalah rencana pengaturan sumber daya manusia (SDM) dan
sumber daya lain yang relevan. Perencanaan yang baik akan
meningkatkan capaian tujuan dan pembiayaan yang efektif.
b. Penggunaan Waktu Efektif (Efiction Utilmation of Time)
Penggunaan waktu efektif berhubungan dengan pola
pengaturan dan pemanfaatan waktu yang tepat dan
memungkinkan berjalanya roda organisasi dan tercapainya tujuan
organisasi Waktu pelayanan dihitung dan kegiatan perawat
dikendalikan
c. Pengambilan Keputusan (Decision Making)
Pengambilan keputusan adalah suatu hasil atau keluaran
dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan
di antara beberapa alternatif yang tersedia yang dilakukan oleh
seorang pembuat keputusan. Keputusan dibuat untuk mencapai
tujuan melalui pelaksanaan implementasi dan pilihan keputusan
yang diambil
d. Pengelola/Pemimpin (Manager/Lealer)
Manajer yang bertugas mengatur manajemen memerlukan
keahlian dan tindakan nyata agar para anggota menjalankan tugas
dan wewenang dengan baik. Adanya manajer yang mampu
memberikan semangat, mengontrol dan mengajak mencapai
tujuan merupakan sumber daya yang sangat menentukan.
e. Tujuan sosial (Social Goal)
Manajemen yang baik harus memiliki tujuan yang jelas dan
ditetapkan dalam bentuk visi, misi, dan tujuan organisasi.
f. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah pengelompokan sejumlah aktivitas
untuk mencapai tujuan yang diharapkan Penugasan pada masing
masing kelompok dilakakan berdasarkan supervisi, ada
koordinasi dengan unit lain baik secara horizontal maupun wcata
vertikal (Swabung dan Seramburg, 1999).
g. Perubahan (Chunge)
Perubahan adalah proses penggantian dari suatu hal denganx
yang lainnya yang berbeda dari sebelumayo (Douglas 1968) Di
dalam manajemen keperawatan perubahan dijadikan prinsip
karena sifat layanan yang dinamis mengikuti karakteristik pasien
yang akan dilayani.
4. Proses Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang
saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5
elemen, yaitu input, proses, output, control dan mekanisme umpan
balik.
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa
informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses pada umumnya
merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelola keperawatan
tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan. 
Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau
keluaran yang umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian
asuhan keperawatan dan pengembangan staf, serta kegiatan penelitian
untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran. Control dalam proses
manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan
anggaran yang proporsional, evaluasi  penampilan kerja perawat,
pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi. Selain itu,
mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan
perbaikan kegiatan yang akan datang. Mekanisme umpan balik dapat
dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan, dan survey
kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan
berada sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberadaan
manajemen keperawatan dimaksudkan untuk mempermudah
pelaksanaan proses keperawatan. Proses manajemen, sebagaimana
juga proses keperawatan, terdiri atas kegiatan pengumpulan data,
identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan, dan
kegiatan penilaian hasil. ( Gillies, 1985 ).
5. Lingkup Manajemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar
yang melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan
kesehatan kemudian menjadi hak yang paling mendasar bagi semua
orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan
membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada.
Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian besar oleh
gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer
keperawatan yang efektif seyogyanya memahami hal ini dan
memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan perawat
pelaksana meliputi:
1) Menetapkan penggunakan proses keperawatan
2) Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnose
3) Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan
oleh perawat
4) Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan
5) Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para
manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen
keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana.
B. Pengertian Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
1. Pengertian MPKP

2. Tujuan MPKP

3. Macam-macam metode MPKP

C. Metode Primer dan TIM


1. Metode Primer
Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an,
menggunakan beberapa konsep dan perawatan total pasien.
Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan di mana perawat primer bertanggung jawab selama 24
jam terhadap perencanaan pelaksanaan pengevaIuasi satu atau
beberapa klien dan sejak klien masuk rumah sakit sampai pasien
dinyatakan pulang. Selama jam kerja, perawat primer memberikan
perawatan langsung secara total untuk klien. Ketika perawat primer
tidak sedang bertugas, perawatan diberikan/didelegasikan kepada
perawat asosiet yang mengikuti rencana keperawatan yang telah
disusuni oleh perawat primer.
Pada model ini, klien, keluarga, stafmedik dan staf keperawatan
akan mengetahui bahwa pasien tertentu akan merupakan tanggung
jawab perawat primer tertentu. Setiap perawat primer mempunyai 4-6
pasien. Seorang perawat primer mempunyai kewenangan untuk
melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga
sosial masyarakat membuat jadual perjanjian klinik, mengadakan
kunjungan rumah, dan lain sebagainya. Dengan diberikannya
kewenangan tersebut, maka dituntut akontabilitas yang tinggi terhadap
hasil pelayanan yang diberikan.
Tanggung jawab mencakup periode 24 jam, dengan perawat
kolega yang memberikan perawatan bila perawat primer tidak ada.
Perawatan yang yang diberikan direncanakan dan ditentukan secara
total oleh perawat primer. Metode keperawatan primer mendorong
praktek kemandirian perawat, yang ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat. Perawat primer bertanggung
jawab untuk membangun komunikasi yang jelas di antara pasien,
dokter, perawat asosiet, dan anggota tim kesehatan lain. Walaupun
perawat primer membuat rencana keperawatan, umpan balik dari orang
lain diperlukan untuk pengkoordinasian asuhan keperawatan klien.
Dalam menetapkan seseorang menjadi perawat primer perlu
berhati-hati karena memerlukan beberapa kriteria, di antaranya dalam
menetapkan kemampuan asertif, self direction kemampuan mengambil
keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntabel serta
mampu berkolaborasi dengan baik antar berbagai disiplin ilmu. Di
negara maju pada umumnya perawat yang ditunjuk sebagai perawat
primer adalah seorang perawat spesialis klinik yang mempunyai
kualifikasi master dalam bidang keperawatan.
a. Karakteristik modalitas keperawatan primer adalah :
1) Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan
keperawatan pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan
sampai pemulangan
2) Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan
keperawatan, kolaborasi dengan pasien dan professional
kesehatan lain, dan menyusun rencana perawatan.
3) Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh
perawat primer kepada perawat sekunder selama shift lain.
4) Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan
penyelia.
5) Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat
primer
b. Kelebihan :
1) Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap
hasil dan memungkinkan untuk pengembangan diri.
2) Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi
meningkatkan motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat
3) Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan
perawat primer dalam memberikan atau mengarahkan
perawatan sepanjang hospitalisasi.
4) Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran
manajer operasional dan administrasi
5) Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan
asuhan keperawatan secara holistik. Kepuasan yang dirasakan
oleh perawat primer adalah memungkinkan pengembangan diri
melalui penerapan ilmu pengetahuan.
6) Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa
informasi tentang kondisi klien selalu mutakhir dan
komprehensif serta informasi dapat diperoleh dari satu perawat
yang benar-benar mengetahui keadaan kliennya.
7) Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas
mereka.
8) Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi
dan supervisi dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung
kepada klien.
9) Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan
karena terpenuhi kebutuhannya secara individu.
10) Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.
11) Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi
dengan perawat yang mengetahui semua tentang kliennya.
12) Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
13) Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.
14) Metode ini mendukung pelayanan profesional.
15) Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga
keperawatan tetapi harus berkualitas tinggi
c. Kelemahan :
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
2) Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri,
memiliki akontabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta
merencanakan asuhan keperawatan untuk klien.
3) Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh.
4) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama.
5) Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.
d. Ketenagaan metode primer
1) Setiap perawat primer adalah perawat “bedside”
2) Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
4) Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun
non professional sebagai perawat asisten
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien
mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik
kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan
dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, malakukan, dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar metode
primer adalah ada tanggung jawab dan tanggung gugat, ada
otonomi, dan ketertiban pasien dan keluarga.
Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan
keterampilan manajemen, bersifat kontinuitas dan komprehensif,
perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil, dan memungkinkan pengembangan diri sehingga pasien
merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara
individu. Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat
prioritas setiap kebutuhan klien, mengidentifikasi diagnosa
keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan, dan
mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementaraperawat yang
lain memberikan tindakan keperawatan, perawat primer
mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan tentang
kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya.
Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
informasi, dan advokasi.

Dokter Kepala Ruangan Sarana RS

Perawat Primer

Perawat Perawat Perawat pelaksana


pelaksana pelaksana jika diperlukan days

evening night
Bagan 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Primary Nursing

2. Metode TIM
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang
terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu
kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini memungkinkan
pemberian pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung
pelaksanaan proses keperawatan, dan memungkinkan komunikasi
antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan
kepada anggota tim. Namun, komunikasi antaranggota tim terbentuk
terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan
waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Hal pokok dalam metode tim adalah ketua tim sebagai perawat
profesonal harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan, pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas
rencana keperawatan terjamin, anggota tim harus menghargai
kepemimpinan ketua tim, model tim akan berhasil bila didukung oleh
kepala ruang.
Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan
perawatan yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan
pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personel adalah
media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota
tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi
tujuan asuhan keperawatan, mengindentifikasi kebutuhan anggota tim,
memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing
anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standard
asuhan keperawatan.
Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif,
mungkin pasien masih menerima fragmentasi pemberian asuhan
keperawatan jika ketua tim tidak dapat menjalin hubungan yang lebih
baik dengan pasien, keterbatasan tenaga dan keahlian dapat
menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi.

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

Bagan.2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team nursing

D. Konsep Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah sesuatu yang berkaitan dengan
kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi. Kepemimpinan dapat diartikan juga sebagai sebagai seni
atau proses untuk memengaruhi orang lain sehingga orang lain dengan
senang hati melakukan tugas yang diberikan dalam upaya mencapai
tujuan organisasi (Simamora, 2012).
Martinis Yamin dan Maisah (2010: 74) kepemimpinan adalah
suatu proses mempengaruhi yang dilakukan oleh seseorang dalam
mengelola anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan merupakan bentuk strategi atau teori memimpin yang
tentunya dilakukan oleh orang yang biasa kita sebut sebagai pemimpin.
Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya
mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari
pekerjaannya dalam mencapai tujuan
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengaruhi individu-
individu lain di dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama pada
suatu situasi tertentu. Dengan demikian, proses kepemimpinan
meliputi faktor pemimpin, bawahan, dan situasi. Oleh karena itu
seorang pemimpin harus memperhatikan bawahan dan situasi yang
dihadapi dalam menjalankan kepemimpinannya
2. Teori Kepemimpinan
Menurut Marquis dan Hutson (2016) dikemukakan beberapa teori
kepemimpinan, yaitu :
a. Teori Sifat
Teori ini memandang bahwa kepemimpinan berasal dari
sifat-sifat yang muncul dari pemimpin. Hal yang mendasari dari
teori ini adalah keberhasilan pemimpin yang disebabkan karena
kerakteristik atau sifat dan kemampuan tertentu yang membuat
mereka layak untuk memimpin lebih baik daripada yang lainnya.
Adapun sifat atau karekteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh
pemimpin, yaitu :
1) Intelegensi Seorang pemimpin memiliki kecerdasan dan
pengetahuan lebih luas dari para bawahannya. Dengan
pengetahuan dan kecerdasan yang dimiliki pemimpin dapat
mengatasi masalah yang terdapat dalam suatu organisasi,
menganalisis permasalahan tersebut, dan memberikan solusi
yang efektif untuk menyelesaikan masalah, serta dapat
diterima semua pihak.
2) Kepribadian 13 Seorang pemimpin memiliki kepribadian yang
menonjol yang dapat dilihat dan dirasakan serta dapat
dijadikan teladan bagi setiap bawahannya, seperti :
a) Mampu beradaptasi
b) Kreatif
c) Kooperatif
d) Cepat tanggap
e) Percaya diri
f) Memiliki integrase tinggi
g) Emosi seimbang dan terkontrol
h) Mandiri
i) Tenang
3) Kemampuan
Seorang pemimpin dikatakan layak menjadi pemimpin
dapat dilihat dari segi kemampuan dalam bekerjasama,
keterampilan interpersonal, bijaksana mampu berdiploma,
terhormat, berpartisipasi dalam sosial.
b. Teori perilaku
Teori ini lebih menekankan pada tindakan yang dilakukan
pemimpin dan bagaimana seorang pemimpin menjalankan tugas
serta fungsinya. Seseorang yang dilatih dengan kepemimpinan
yang tepat akan menjadikan seorang pemimpin yang efektif dalam
memimpin suatu organisasi.
c. Teori situasional
Dalam memimpin suatu organisasi, pemimpin perlu
melakukan pendekatanpendekatan tertentu pada bawahannya
dimana diperlukan informasi mengenai perilaku dan situasi yang
terjadi dalam organisasi tersebut. Dalam teori ini menyatakan
bahwa pemimpin perlu memahami perilakunya, sifat-sifat
bawahannya, dan situasi yang ada sebelum menggunakan gaya
kepemimpinan tertentu. Teori ini juga menyatakan bahwa
pemimpin perlu memiliki kemampuan untuk menganalisis perilaku
manusia.
3. Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan (menurut Tannenbau dan Warrant H. Smitdh
dalam Nursalam, 2013) dapat dijelaskan melalui dua fokus yaitu
kepemimpinan yang berfokus pada atasan dan kepemimpinan yang
berfokus pada bawahan. Gaya kepemimpinan tersebut dipengaruhi
oleh faktor manajer, karyawan dan situasi. Apabila pemimpin
memandang suatu kepentingan yang menyangkut orang banyak harus
didahulukan ketimbang kepentingan individu maka pemimpin dapat
menggunakan gaya otoriter, namun apabila bawahan memiliki
pendapat atau pengalaman yang lebih baik dan mengingatkan untuk
ikut serta dalam kepentingan itu maka pemimpin dapat menerapkan
gaya partisipasinya.
Menurut White and Lippits (1960 dalam Nursalam 2013)
terdapat tiga gaya kepemimpinan, yaitu :
a. Otoriter
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri antara lain :
1) Wewenang mutlak berada pada pimpinan
2) Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
3) Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
4) Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada
bawahan
5) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau
kegiatan para bawahan dilakukan secara ketat
6) Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
7) Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan
saran, pertimbangan atau pendapat
8) Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif
9) Lebih banyak kritik daripada pujian
10) Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa
syarat
11) Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat
12) Cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman
13) Kasar dalam bersikap
14) Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh
pimpinan.
b. Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam
mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berbagai kegiatan yang
akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri antara lain :
1) Wewenang pimpinan tidak mutlak
2) Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada
bawahan
3) Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
4) Komunikasi berlangsung timbal balik
5) Pengawasan dilakukan secara wajar
6) Prakarsa dapat datang dari bawahan
7) Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan
saran dan pertimbangan
8) Tugas-tugas yang kepada bawahan lebih bersifat permintaan
daripada instruktif
9) Pujian dan kritik seimbang
10) Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam
batas masing-masing
11) Pimpinan meminta kesetiaan bawahan secara wajar
12) Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan
bertindak
13) Terdapat suasana saling percaya, saling menghormati, dan
saling menghargai
14) Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung
bersama-sama.
c. Liberal atau Laissez Faire
Kepemimpinan gaya liberal atau Laissez Faire adalah
kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama
untuk mencapai tujuan dengan cara lebih banyak menyerahkan
pelaksanaan berbagai kegiatan kepada bawahan. Ciri gaya
kepemimpinan ini antara lain :
1) Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada
bawahan
2) Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
3) Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
4) Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh
bawahan
5) Hampir tidak ada pengawasan terhadap tingkah laku bawahan
6) Prakarsa selalu dari bawahan
7) Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan
8) Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan
kelompokKepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan
kelompok
9) Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh
perorangan.
E. Manajemen Ruang IGD dengan Pendekatan Metode MPKP
BAB III

MANAGEMEN RUANGAN

A. Gambaran RSU AVISENA Cimahi

RSU Avisena yakni salah satu RS milik Perusahaan Kota Cimahi


yang bermodel RSU, dinaungi oleh Lainnya Perusahaan dan tergolong
kedalam RS Kelas C. RS ini telah teregistrasi sejak 23/06/2015 dengan
Nomor Surat ijin 503.46/001/1162/KPPT/2013 dan Tanggal Surat ijin
30/04/2013 dari Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpad dengan Sifat
Tetap, dan berlaku sampai 18 Juni 2020. Setelah melakukan Proses
AKREDITASI RS Seluruh Indonesia dengan proses akhirnya diberikan
status Akreditasi Rumah Sakit. RSU ini berlokasi di Jl. Melong 170
Kelurahan. Melong Kecamatan. Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Indonesia.
RSU Avisena Memiliki Layanan Unggulan di Bagian . RSU Milik
Perusahaan Kota Cimahi ini Memiliki Luas Tanah 1750 dengan Luas
Bangunan 3000. Fasilitas yang terdapat di RSU Avisena ini sebagai
berikut :
a. Farmasi
b. Instalasi Bedah
c. Instalasi Rawat Inap
d. Instalasi Rawat Jalan
e. Area Parkir
f. Medical Check Up
g. Instalasi Laboratorium
h. Instalasi Radiologi
i. Ruang Tunggu
j. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
k. Intensive Care Unit (ICU)
Rumah sakit umum avisena dirintis sejak tahun 2007, dimana
RSU Avisena melihat masih ada peluang untuk meningkatan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat di Melong dan sekitarnya.

Bermula dari sebuah apotik dengan praktik dokter bersama, pada


bulan Juni 2012 pihak pengelola sepakat untuk meningkatkan status
apotik dan praktik dokter bersama AVISENA menjadi rumah sakit tipe
D. Dan terhitung tahun 2014, RSU Avisena telah bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan.

VISI

Menjadi Rumah Sakit Swasta tipe C terbaik di cimahi dalam hal pelayanandan
kunjungan pasien

MISI

1. Menjadi RS Avisena sebagai pusat pelayanan pasien yang menguttamakan


kenyamanan pasien sehingga merasa di rumah.
2. Memberi pendidikan kepada karyawan untuk mempunnyai jiwa yanng
melayani, Empati, Ikhlas, Amanah dan Profesional
3. Menjadikan RS Avisena merupakan pilihan pertama pasien untuk
berobatdi Cimahi.
Fasilitas-Fasilitas RSU Avisena
1. Poliklinik
a. Poliklinik Spesialis Anak
b. Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
c. Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Kandungan
d. Poliklinik Spesialis Bedah Umum
e. Poliklinik Spesialis Jantung
f. Poliklinik Spesialis Orthopedi
g. Poliklinik Spesialis Syaraf
h. Poliklinik Spesialis THT
i. Poliklinik Spesialis Mata
j. Poliklinik Spesialis Kulit dan kelamin
k. Poliklinik Spesialis Rehabilitasi Medik
l. Poliklinik Gigi
m. Poliklinik Spesialis Bedah Mulut
n. Poliklinik Spesialis Urologi
o. Hemodialisa
p. IGD 24 Jam
2. Rawat Inap
a. Rawat Inap VIP
b. Rawat Inap Anak (kelas 3, 2, 1)
c. Rawat Inap Dewasa Pria / Wanita (Kelas 3, 2 , 1)
d. Rawat Inap Isolasi
RENCANA STRUKTUR ORGANSASI RSU ASVISENA

Direktur Pt. Ams

Direktur Rsu Avisena

M. Rajal/Yamed M. RANAP M. DENSUS M. JANGDIK M. KEUANGAN M. GA M. HC

RAJAL
ER KEBIDANAN OK/CSSD FARMASI KEUANGAN RUMGA HC

CASEMX RANAP ICU JANGDIK IT UMUM LEGAL

HD

IGD KEBIDANAN OK IFRS KPB DRIVER RECRUTMENT

CCSD LOGFAR BENDAHARA LAUNDRY PERSO


PERINA
POLI
ICU LAB ACC DIKLAT
OUTSOURCE
GARNET
RO LEGALT
CASEMX HD LOGUM
PERHOTELAN
SAFIR
GIZI ADUM
IT TEKNIK
MUTIARA RM
KESLING
MCU
Denah RSU AVISENA Cimahi
B. Tinjauan Ruangan IGD (Instalasi Gawat Darurat)
Ruangan IGD RSU Avisena merupakan tempat perawatan gawat
darurat dengan jumlah tempat tidur sebanyak 11 tempat tidur diantaranya
5 tempat tidur triase hijau, 2 tempat tidur triase tindakan, 2 tempat tidur
triase merah resusitasi, 2 tempat tidur iso. Metode MPKP yang digunakan
adalah metode primer modifikasi tim jumlah sumber daya manusia
sebanyak 10 orang perawat
C. Hasil Kajian Sittuasional di Ruang IGD RSU Avisena Cimahi
1. MAN (Manusia)
a. SDM Perawat Ruang IGD tahun 2022
Tabel 3.1
Jumlah Ketenagaan Perawat Ruang IGD RSU Avisena

No Nama Pendidi Masa Jabatan Pelatihan


kan Kerja Yang
(Tahun) Pernah
Diikuti
1 Yusuf Fadilah S,Kep S1 8 Karu
2 Amelia Nur, Amd.Kep D3 1 PK
3 Yanti, S.Kep.,Ners S1 Ners 1 PK
4 Mareta Erma Silvia, Amd.Kep D3 3 PK
5 Roffiana Ilham, Amd.Kep D3 2 PK
Terlampir
6 Rangga, Amd.Kep D3 1 PK
7 Suvi, Amd.Kep D3 1 PK
8 Abdul Husein, S.Kep.,Ners S1 Ners 1 PK
9 Bibin, Amd.Kep D3 1 PK
10 Mira, Amd.Kep D3 1 PK

Berdasarkan tabel 3.1 menunjukan bahwa jumlah total


perawat tenaga kperawatan di ruang IGD RSU AVISENA Cimahi
sebanyak 10 orang perawat yang terdiri atas 1 orang perawat
primer 9 orang perawat pelkasana. Untuk jenis pelatihan yang
pernah diikuti 10 perawat rata-rata telah pernah mengikuti
pelatihan BTCLS.
Tabel 3.2
Jumlah Perawat Menurut Status

No Status Pegawai Januari 2022 Persentase


1 Pegawai Tetap 1 10%
2 Tenaga Kontrak 9 90%
Jumlah 10

Berdasarkan tabel 3.2 diatas menunjukan bahwa bahwa


sebagian besar perawat (90%) berstatus pegawai kontrak di RSU
AVISENAA Cimahi.

Tabel 3.3
Jumlah Perawat IGD Menurut Jenjang Pendidikan

No Jenis Pendidikan Januari 2022 Persentase


1 S1 Ners 2 20%
2 S1 Keperawatan 1 10%
3 D3 Keperawatan 7 70%
Jumlah 10 100%

Berdasarkan tabel 3.3 diatas menunjukan bahwa terdapat 2


perawat yang berpendidikan S1+Ners (20%), 1 orang perawat
berpendidikan S1 Keperawatan (10%), dan 7 orang perawat
berpendidikan D3 Keperawatan (70%).
Tabel 3.4
Jumlah Perawat IGD Berdasarkan Jabatan

No Jabatan Januari 2022 Persentase


1 Perawat Primer 1 10%
2 Perawat Pelaksana 9 90%
Jumlah 10 100%

Berdasarkan tabel 3.4 diatas menunjukan bahwa didapatkan 1


orang perawat dengan jabatan perawat primer (10%), dan 9 orang
perawat yang menjabat sebagai perawat pelaksana (90%).
b. Perhitungan Tenaga Keperawatan
1) Berdasarkan Formula Gillies (1989)
Perhitungan jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
Formula Gilies (1989) menggunakan rumus sebagai berikut :

∑Perawat
Rata−rata jam perawatan per hari x ( BOR x Jumlah TT ) x 365 Hari
¿
( 35 Hari−Jumlah Hari Libur ) x jam kerjaefekif per hari

Dimana Bed Occpancy rate/BOR Berdasarkan data jumlah


pasien hari perawatan pada tanggal 8 – 11 Januari 2021 adalah
66%.
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang IGD RSU
Avisena Cimahi yaitu :

Rata−rata jam perawatan per hari x ( BOR x Jumlah TT ) x 365 Hari


¿
( 365 Hari−Jumlah Hari Libur ) x jam kerjaefekif per hari

Menurut Gillies (1989), rata-rata waktu yang dibutuhkan


untuk keperawatan langsung pada pasien yang didasarkan
tingkat ketergantungan pasien 4-5 jm per pasien, jadi :

1 x ( 0,66 x 11 ) x 365 Hari


∑ Perawat=
( 365 hari−60 ) x 7 jam

1 x 7,26 x 365 Hari


∑ Perawat=
( 365 hari−60 ) x 7 jam
185493
∑ Perawat=
2,135

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan di Ruang IGD RSU


visena Cimahi Menurut Formula Gillies (1989) adalah
sejumlah 9 Perawat.
2) Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien
a) Douglas
Perhitungan lain dari formula Douglas (1992), ini mengacu
pada klasifikasi pasien berdasarkan tingkat ketergantungan
pasien sebagai berikut :
Tabel 3.5
Rata-Rata Jam Perawatan Pasien Per Hari Berdasarkan
Tingkat Ketergantungan Douglas

Klasifikasi Pasien Pagi Siang Malam


Minimal Care Jumlah Px x 0,17 Jumlah Px x 0,14 Jumlah Px x 0,07
Partial Care Jumlah Px x 0,27 Jumlah Px x 0,15 Jumlah Px x 0,10
Total Care Jumlah Px x 0,36 Jumlah Px x 0,30 Jumlah Px x 0,20
∑Perawat/Shift ∑ Perawat Shift ∑ Perawat Shift ∑ Perawat Shift
Pagi Siang Malam
Total jumlah perawat yang dibutuhkan dalam 24 jam adalah = ∑perawat shift pagi
+ ∑perawat shift sore +∑perawat shift malam

Pada tanggal 10 januari 2022, di ruang IGD terdapat 56 pasien


kunjungan yang masuk dimana tebgai 12 pasien dengan klasifikasi
minimal care, 31 pasien dengan klasifikasi parsial care, dan 0
pasien dengan klasifikasi total. Maka jumlah perawat yang
dibutuhkan sebaga berikut :

Tabel 3.6
Rata-Rata Jam Perawatan Pasien Per Hari Berdasarkan Tingkat
Ketergantungan

Klasifikasi Pasien Pagi Siang Malam


Minimal Care 12 x 0,17 = 2,04 12 x 0,14 = 1,86 12 x 0,07 = 8,4
Partial Care 31 x 0,27 = 8,37 31 x 0,15 = 4,65 31 x 0,10 = 3.1
Total Care - - -
∑Perawat/Shift 10,41 6,51 11,5
Total jumlah perawat yang dibutuhkan dalam 24 jam adalah = ∑perawat shift pagi
+ ∑perawat shift sore +∑perawat shift malam : 10,41+6,51+11,5+= 28 Perawat
Hasil tersebut merupakan jumlah perawat yang dibutuhkan
di ruang IGD RSU AVISENA Cimahi adalah sebanyak 28
orang perawat.

3) Berdasarkan Lokakarya PPNI


Perhitungan jumlah perawat di ruang UGD yang
dibutuhkan berdasarkan PPNI menggunakan rumus sebagai
berikut :

∑jam perawatan X 52 minggu X 7 hari kerja X ∑kunjungan pasien/hari


∑Perawat =
(41 minggu X 40 Jam)
Intervretasi :

Jumlah jam perawatan = Lamanya waktu yang diperlukan untuk menangani


pasien
52 minggu = Jumlah hari minggu dalam setahun
7 Hari = Lama kerja perawat dalam seminggu
Jumlah kunjungan = Banyaknya pasien setiap harinya
pasien
41 minggu = 365 – 52 (hari minggu) – 12 (hari libur) – 12 (hari cuti)
7
40 jam = Jam efektif bekerja selama satu minggu

Diruang UGD RSU avisena lama perawatan tiap pasien


adalah 2 jam, sedangkan jumlah kunjungan rata-rata perhari 50
pasien, jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan
diruang tersebut adalah sebagi berikut :

2 X 52 minggu X 7 hari kerja X 50


∑Perawat =
(41 minggu X 40 Jam)

36400
∑Perawat =
1640

∑Perawat = 22,19
22 orang
Jadi jumlah perawat yang diperlukan diruang UGD RSU
Avisena menurut perhitungan lokakarya PPNI yaitu sebanyak
22 orang.
Jadi berdasarkan data pengkajian dan analisa data diatas,
dapat kita analisa sebagai berikut :

b) Hasil Perhitungan Jumlah Tenaga Keperawatan


Tabel 3.7
Hasil Perhitungan Jumlah Tenaga Keperawatan

No Rumus Hasil Jumlah Analisa


Tenaga
1. Formula 9 10 Jumlah tenaga lebih dari
Gillies kebutuhan (1 orang)
2. Lokakarya 22 10 Jumlah tenaga kurang dari
PPNI kebutuhan (`12 orang )
3. Douglas 28 10 Jumlah tenaga kurang dari
kebutuhan (`18 orang )

c. Pasien
1) Berdasarkan data yang di peroleh pada tanggal 10 januari 2022,
jumlah pasien di ruang IGD 2 bulan terakhir (November-
Desember 2021) adalah sebagai berikut :

Tabel 3.8
Distribusi Frekuensi Jumlah Pasien Bulan November-Desember
2021

No Bulan Kunjungan Pasien IGD


Ranap Rajal Rujuk No Total
Ranap
1. September 372 537 43 34 986
2. Oktober 462 656 49 36 1203
3. November 554 854 104 65 1577
4. Desember 513 922 130 47 1612
Berdasarkan tabel 3.8 diatas dapat di lihat bahwa rata-rata
kunjungan pasien datang ke IGD RSU AVISENA Cimahi rata-
rata berjumlah 1577 pasien per bulanya.
Tabel 3.9
Distribusi Frekuensi tingkat kegawatan Pasien Bulan November-
Desember 2021

No Bulan Kondisi Pasien


GADAR Non Doa/Doe Op
1. September 444 457 52 23
2. Oktober 545 649 9 27
3. November 737 821 9 40
4. Desember 679 931 2 16

Berdasarkan tabel 3.9 diatas dapat di lihat bahwa rata-


rata kunjungan pasien datang ke IGD RSU AVISENA Cimahi
berdasarkan kondisi kegawatan pasien 737 pasien gawat
darurat, 821 pasien Non gawat darurat, 52 pasien meninggal,
40 pasien direncanaka oprasi.
2) Tingkat Ketergantungan Pasien Masuk
Menurut Douglas (1984, dalam Swansbrug 1999) membagi
klasifikasi pasien berdasarkan tingkat ketergantungan dengan
menggunakan standar sebagai berikut :
a) Kategori I : Self care/perawatan mandiri memerlukan
waktu perawatan 1-2 jam/24 jam.
(1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
(2) Makan dan minum dilakukan sendiri
(3) Ambulasi dengan pengawasan
(4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap pergantian
jaga
(5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
(6) Perawatan luka sederhana
b) Kategori II : Intermediate care/perawatan partial
memerlukan waktu perawatan 3-4 jam/24 jam.
(1) Kebersihan diri, makan/minum dibantu
(2) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
(3) Ambulasi dibantu
(4) Pasien dengan cateter urine
(5) Pasien dengan infuse
(6) Observasi balence cairan
c) Kategori III : Total care/perawatan maksimal (intensif
care/HCU), memerlukan waktu perawatan 3-4 jam/24 jam.
(1) ADL dibantu (semua kebutuhan)
(2) Perubahan posisi, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
(3) Makan melalui NGT
(4) Pengobatan IV (perdrip)
(5) Pemakaian suction
(6) Gelisah/disorientasi
(7) Perawatan luka kompleks
3) Alur Pasien Masuk
Alur Pelayanan Pasien Igd Rsu Avisena Cimahi

Pasien Datang

Kamar Jenazah Triase

Pendaftaran Rujuk

Pemeriksaan
IGD

Rawat Inap Pulang

Billing/Kasir

Sumber : Mnagement RSU AVISENA Cimahi


4) Gambaran Kasus
Tabel 3.10
Gambaran Kasus 10 Besar Penyakit Bulan Desember
2021 di Ruang IGD RSU Avisena Cimahi
No Diagnosa Medik
1. DHF
2. Typoid
3. CHF
4. Dispepsia
5. App
6. Asma
7. PP
8. GEA
9. KLL
10. Cholic Renal
Sumber : Data Rekapitulasi Ruang IGD RSU AVISENA
2. METHODE
a. Struktur Organisasi Ruang IGD
Direktur Rumah Sakit Umum Avisena
Dr. Antiono Hajji Ishak

Manager Ranap dan Rajal


Rosidana Megasanti, S.Kep

Asisten Manager Rajal


Tia Mustika, Amd.Kep

Kepala Unit IGD


Yusuf Fadillah, Amd.Kep

Ka Shift I Ka Shift II Ka Shift III Ka Shift IV


Yopy Wijaya, Amd.Kep A.Sehabudin, S..Kep.,Ners Rima Octaviani P, Amd.Kep Robiayyul Hamida, Amd.Kep

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


Mirawati, Amd.Kep Miksa Lamina, Amd.Kep Yeni Nuraeni, Amd.Kep

Prakarya Prakarya Prakarya Prakarya


Fajar Retno Setiawan Budi Hediana Dhea Marlon Ahmad Cep Sadia
b. Penentuan Metode Keperawatan

1) Tipe kepemimpinan

Tipe kepemimipinan yang diterapkan berdasarkan quisioner


dan wawanccara yang diberikan pada 9 perawat, ditemukan
sebanyak 60% menjawab sering, 37 % menjawab selalu dan 3%
menjawab jarang (mendelegasikan wewenang, komunikasi,
motivasi dan koordinasi), sehingga dapat kita simpulkan bahwa
tipe kepemimpinan yang diterapkan adalah demokratis, dimana
dalam mendelegasikan wewenang, berkomunikasi, memotivasi,
dan melakukan koordinasi lebih cenderung ditetapkan secara
bersama- sama dengan anggota perawat lain.
2) Model MPKP
Model MPKP yang digunakan adalah metode modifikasi
Model Praktek Keperawatan Profesional Primer dan TIM, dimana
di ruang IGD Atas dipimpin oleh 1 orang perawat primer, 9 orang
Perawat Pelaksana, dengan jumlah tempat tidur sebanyak 11
tempat tidur.
Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan
keperawatan dengan metode TIM. Menurut Nursalam (2015),
MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai dengan kondisi
sumber daya manusia yang ada, dan salah satu diantaranya adalah
model Praktek Keperawatan Profesional Tingkat I dengan
menggunakan Model asuhan Keperawatan primer dan TIM.
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai
dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Metode ini
mendorong praktik kemandirian perawat dimana ada kejelasan
antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara
pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien
dirawat.
Dan Model Tim merupakan suatu model pemberian asuhan
keperawatan dimana seorang perawat professional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif (Douglas, 1984).
Konsep model ini didasarkan kepada falsafah bawah
sekelompok tenaga keperawatan bekerja secara bersama-sama
secara terkoordinasi dan kooperatif sehingga dapat berfungsi secara
menyeluruh dalam memberikan asuhan keperawatan kepada setiap
pasien.
Model Tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota
kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan
rasa tanggung jawab perawat yang tinggi, sehingga setiap anggota
tim merasakan kepuasan karena diakui kontribusinya di dalam
mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kualitas asuhan
keperawatan yang bermutu. Potensi setiap anggota tim saling
komplementer menjadi satu kekuatan yang dapat meningkatkan
kemampuan kepemimpinan serta timbul rasa kebersamaan dalam
setiap upaya pemberian asuhan keperawatan, sehingga dapat
menghasilkan sikap moral yang tinggi.
Berdasarkan Hasil Observasi selama 4 hari di ruang IGD,
pelaksanaan Head Nurse berdasarkan MPKP adalah sebagai
berikut :
Tabbel 3.11
Observasi pelaksanaan harian Karu Berdasarkan MPKP
No Pernyataan Ya Tidak
1 Mengikuti operan, pre comfren, post comfren. √
2 Menilai SDM, sarana dan pra sarana √
3 Menangani complain √
4 Melakukan bimbingan kepada CCM, PP √
5 Melakukan Supervisi PP, PK, tenaga √
6 Administrasi dan pekarya rumah tangga √
7 Melakukan pengawasan pendokumentasian √
8 Membuat laporan pelaksanaan rencana harian √
Jumlah 60
Persentase Total 75%

Berdasarkan hasil observasi tanggal 13 januari 2021 di atas,


kita dapat menyimpulkan bahwa CI telah melaksanakan tugasnya
sesuai MPKP dengan presentase 75 %.
Tabel 3.12
Instrumen Pelinalain Kinerja Perawat
No Pernyataan Ya Tidak
1 Memimpin pre conference √
2 Membagi pasien kepada petugas associate √
3 Melengkapi pengkajian pasien baru √
4 Membuat rencana asuhan keperawatan √
5 Mereview complain pasien √
6 Menangani complain √
7 Melaporkan ke head nurse mengenai complain √
8 Menilai sarana dan prasarana √
9 Melaporkan ke kazona mengenai sarana dan √
perasaan
10 Mengalokasi pasien √
11 Mengalokasi pasien untuk setiap PA dengan √
mempertimbangkan klasifikasi pasien
12 Melakukan asuhan keperawatan
13 Melakukan bimbingan atau supervise rutin √
kepada PA Disupervisi kazona / CCM
14 Membantu melakukan pemeriksaan penunjang √
15 Mendampingi visite dokter √
16 Melakukan pengawasan, pendokumentasian √
17 Memimpin post conference √
18 Membuat laporan pelaksanaan rencana harian √
Jumlah 14
Persentase Total 77%

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 13 januari 2022, kita


dapat menyimpulkan bahwa perawat pelaksana telah melaksanakan
tugasnya sesuai MPKP dengan presentase 77%. Namun demikian
ditemukan adanya dokumentasi askep yang tidak lengkap, yaitu
adanya lupa penulisan jam, nama dan paraf, serta ketika ditanyakan
kepada 5 perawat pelaksana mengenai formulir pengkajian nyeri,
pengkajian tanda-tanda vital, suhu dan respirasi perawat mengatakan
respirasi normal tidak ada sesak maka di tulis respirasi 20.
Tabel. 12
Lembar Observasi pelaksanaan tugas perawat pelaksana
berdasarkan MPKP
No Pernyataan Ya Tidak
1 Memberikan ASKEP √
2 Mengikuti timbang terima √
3 Membuat Rencana Kerja harian √
4 Melaksanakan tugas yang didelegasikan √
5 Mendokumentasikan tindakan keperawatan √
6 Membuat laporan harian. √
7 Mengikuti kegiatan ronde keperawatan. √
8 Melaksanakan rencana keperawatan √
yang dibuat oleh ketua tim.
9 Melaporkan segala perubahan yang terjadi √
atas pasien kepada ketua tim.
Jumlah 8
Persentase Total 88%

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 13 januari 2022, kita


dapat menyimpulkan bahwa perawat pelaksana telah melaksanakan
tugasnya sesuai MPKP dengan presentase 88%. Namun demikian
ditemukan adanya dokumentasi askep yang tidak lengkap, yaitu
adanya lupa penulisan jam, nama dan paraf, serta ketika ditanyakan
kepada 5 perawat pelaksana mengenai formulir pengkajian nyeri,
penggkajian tanda-tanda vitas, suhu dan respirasi perawat
mengatakan respirasi normal tidak ada sesak maka di tulis respirasi
20.
Tabel. 13
Hasil observasi pelaksanaan tugas pelaksana berdasarkan
MPKP selama 1 minggu (n=9)
Responden Pelaksanaan
Tugas PK sesuai
MPKP
Amelia Nur, Amd.Kep 85%
Yanti, S.Kep.,Ners 85%
Mareta Erma Silvia, Amd.Kep 85%
Roffiana Ilham, Amd.Kep 85%
Rangga, Amd.Kep 85%
Suvi, Amd.Kep 85%
Abdul Husein, S.Kep.,N ers 85%
Bibin, Amd.Kep 85%
Mira, Amd.Kep 84%
Jumlah 764
Rata-Rata 85%

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 13 januari 2022,


kita dapat disimpulkan bahwa Perawat Pelaksana telah
melaksanakan tugasnya sesuai MPKP dengan presentase 85,%.
3) Ronde keperawatan
Ronde keperawatan yaitu kegiatan yang bertujuan untuk
mengevaluasi pelaksanaan MPKP di tiap zona yang dilakukan oleh
kepala ruangan keperawatan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat pelaksana
ruang IGD, mengatakan bahwa belum melaksanakan ronde asuhan
keperawatan.
4) Discharge Planning
Perencanaan pulang akan menghasilkan sebuah hubungan
yang terintegrasi yaitu antara perawatan yang diterima pada waktu
di rumah sakit dengan perawatan yang diberikan setelah pasien
pulang.
Di RSU AVISENA Cimahi sendiri sudah memiliki format
discharge planning yang sudah dimasukkan satu paket dengan
status pasien. Dan akan diisi saat pasien masuk, dalam kunjungan
dan saat akan pulang.
5) Supervsisi
Supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing,
mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki,
mempercayai, mengevaluasi secara terus menerus pada setiap
perawat dengan sabar, adil serta bijaksana.
Pelaksanaan supervisi di ruang IGD, sudah sering
dilaksanakan setiap bulannya, baik kepada Karu ke Perawat
Pelaksana, namun format supervise belum tersedia di nurse station.
6) Efektifitas Dokumentasi Keperawatan Yang Digunakan
Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam penerapan
menajemen asuhan keperawatan professional. Perawat professional
diharapkan dapat menghadapi tuntutan tanggung jawab dan
tanggung gugat terhadap segala tindakan yang dilaksanakan.
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan Karu di
ruang IGD, Ia mengatakan bahwa tekhnik pendokumentasian akan
dikembalikan ke format menurut kasus pasien. Hal tersebut
bertujuan untuk memudahkan dalam penegakkan diagnose
berdasarkan teory dari kasusnya, sehingga pengangkatan dignosa
dan rencana keperawatan dapat mencapai tujuan dan memudahkan
dalam proses pendokumentasian asuhan keperawatannya. Hal lain
yang mempengaruhi proses pendokumentasian oleh PP adalah
keterbatasan waktu Perawat Primer..

7) Efektifitas komunikasi terapeutik


Komunikasi sudah cukup baik, namun hubungan terapeutik
belum dibangun dengan sempurna kurang mengevaluasi
komunikasi yang disampaikan.
8) Efektfitas universal precaution
Kewaspadaan Universal atau Kewaspadaan Umum (KU) atau
Universal Precautions (UP) adalah suatu cara untuk mencegah
penularan penyakit dari cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas
kesehatan dan sebaliknya juga dari pasien ke pasien lainnya
Menurut Prof. Dr. Sulianti Saroso (2006), Kewaspadaan Universal
adalah suatu cara penanganan baru untuk meminimalkan pajanan
darah dan cairan tubuh dari semua pasien, tanpa memperdulikan
status infeksi.
Berikut adalah hasil observasi tentang pelaksanan universal
precaution di RuangI IGD:

Tabel. 14
Distribusi frekuensi hasill observasi pengedan kelengkapan
universal precation pada perawat di ruang IGD
No Komponen Ya Tidak
1 Sarung tangan tersedia/mudah didapat √
2 Masker tersedia/mudah didapat √
3 Baju pelindung/baju kerja tersedia √
4 Tempat sampah medis tersedia √
5 Tempat sampah non medis tersedia √
6 Tempat sampah benda tajam √
7 Tempat plabot infuse √
8 Protap pembuangan sampah medis, non medis √
tersedia (mudah dibaca oleh setiap petugas)
9 Wadah tempat merendam instrument bekas √
pakai tersedia
10 Protap pencucian alat/instrument bekas pakai √
tersedia (mudah dibaca oleh setiap petugas)
11 Larutan klorin/desinfektan /sabun cuci tangan √
tersedia.
12 Tempat cuci tangan dengan air mengalir √
tersedia
13 Protap mencuci tangan tersedia (mudah dibaca √
oleh setiap petugas)
14 Protap dari tindakan –tindakan keperawatan √
telah menggambarkan prinsip universal
precaution
Jumlah 13
Persentase Total 92%
Ket :
Tinggi : Jika > 60
Rendah : Jika < 60
Kesimpulan : pengedan kelengkapan universal precation pada
perawat di ruang IGD memiliki kategori tinggi dimana nilai
presentase 92%.
9) Efektifitas patient dan staff safety
a) Angka kejadian infeksi nosokolomial
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah
sakit atau dalam system pelayanan kesehatan yang berasal dari
proses penyebaran di sumber pelayaanan kesehatan, baik
melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung, maupun
sumber lainnya (Aziz.Dkk, 2008).
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan yang juga
bertanggung jawab terhadap mutu pelayanan pada tanggal 13
januari 2022, Perawat Primer mengatakan bahwa tidak ada
angka kejadian infeksi nosokolomial di ruang IGD untuk 5
bulan terakhir ini.
b) Angka infeksi karena jarum infus
Flebitis atau infeksi karena jarum infus didefinisikan
sebagai peradangan akut lapisan internal vena, yang ditandai
oleh rasa sakit dan nyeri disepanjang vena, kemerahan,
bengkak dan hangat, serta dapat dirasakan disekitar daerah
penusukan (PPNI 2009 dalam Nursalam 2011).
IV Line Nampak 0 Tidak ada Observasi
Sehat tanda flebitis kanul
Terdapat salah 1 Mungkin Observasi
satu tanda- tanda tanda-tanda kanul
berikut yang pertama
jelas : flebitis
Sedikit nyeri
dekat IV line
Sedikit
kemerahan dekat
IV line
Dua dari tanda- 2 Tahap awal Pindahkan
tanda berikut : flebitis kanul
Nyeri pada IV
line
Kemerahan
Pembengkakan
Semua tanda- 3 Tahap Pindahkan
tanda berikut menengah kanul,
adalah nyata: flebitis pertimbangkan
Nyeri sepanjang perawatan
kanul infeksi
Kemerahan
Pembengkakan
Semua tanda- 4 Tahap lanjut Pindahkan
tanda berikut flebitis atau kanul,
adalah nyata: awal pertimbangkan
Nyeri sepanjang tromboflebiti perawatan
kanul s infeksi
Kemerahan
Pembengkakan
Vena teraba
keras
Semua tanda- 5 Stadium Memulai
tanda berikut lanjut perawatan
adalah nyata: tromboflebiti infeksi.
Nyeri sepanjang s
kanul
Kemerahan
Pembengkakan
Vena teraba
keras
Pireksia

Dari hasil wawancara dengan Perawat primer yang


bertanggung jawab dengan mutu pelayanan, perawat primer
mengatakan bahwa dalam tiga bulan terkahir ditemukan 6
angka kejadian phlebitis. Dari hasil observasi selama 5 hari
dinas di ruang IGD , mahasiswa tidak menemukan kejadian
phlebitis, hal ini dikarenakan, rumah sakit memiliki standard
dan cara pencegahan kejadian phlebitis yang juga
diimplementasikan, misalnya dengan rutin mengganti letak
infuse pada pasien yang dirawat lebih dari 3 hari. Dan sudah
didokumentasikan di MPKP.
c) Angka kejadian pasien jatuh
Pasien dikategorikan beresiko jatuh pasien apabila
mempunyai satu atau lebih factor beresiko jatuh pada saat
pengkajian:
(1) Faktor resiko intrinsic, antara lain :
1. Karakteristik pasien dan fungsi fisik umum
2. Diagnosis/perubahan fisik
3. Mediasi dan iteraksi obat
(2) Factor ekstrinsik (lingkungan), antara lain :
1. Tingkat pencahayaan
2. Permukaan lantai
3. Furniture
4. Ketinggia tempat tidur, kunci tempat tidur
5. Call bell
6. Penggunaan alat bantu
7. Lama rawat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Perawat Primer yang
bertanggung jawab dengan mutu pelayanan, Perawat Primer
mengatakan bahwa dalam 5 bulan terakhir tidak terdapat pasien
jatuh.
d) Angka infeksi karena dower kateter
Berdasarkan hasil wawancara, dalam 3 bulan terakhir tidak ada
kejadian infeksi karena dower kateter.
10) Orientasi Pasien Baru
Berdasarkan observasi yang dilaksanakan selama 5 hari,
terhadap orientasi pasien baru telah dilakukan dengan baik.
11) Intruksi Kerja
Terdapat IK (Intruksi Kerja) sebagai pedoman para staf dalam
melakukan prosedur tindakan keperawatan.
Berdasarkan hasil tabulasi data dari angket yang dibagikan
pada 9 orang perawat, menunjukkan bahwa sebanyak 9 orang
perawat menyatakan selalu melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai dengan instruksi karu yang ada dalam ruangan dan sesuai
SOP.
Berikut hasil observasi kepatuhan perawat terhadap
pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai SOP:
Tabel.15
Distribusi kepatuhan perawat terhadap pelaksanaan tindakan
Intruksi Kerja
No Nama Tindakan Hasil
1 Pemasangan Infuse 85%
2 Memberikan Obat melalui IV 90%
3 Memberikan Nutrisi melalui nasogatrik 80%
tube
4 Pemasangan NGT 90%

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada 9 perawat,


didapatkan hasil seperti pada tabel 3.15 di atas. Oleh karena itu,
dapat kita simpulkan bahwa pelaksanaan tindakan di Ruang IGD
90% sudah sesuai dengan SOP ruangan.Yang artinya pelaksanaan
SOP di ruang IGD RSU AVISENA sudah berada dalam kategori
baik.
12) SAK (Standar Asuhan Keperawatan)
Terdapat Standar Asuhan Keperawatan di ruang IGD, namun
berdasarkan wawancara dengan Karu, Ia mengatakan bahwa pada
kenyataannya pelaksanaan SAK belum dijalankan secara Optimal.
Namun berdasarkan hasil tabulasi data dari angket yang
dibagikan pada 9 orang perawat, menunjukkan bahwa sebanyak 9
orang perawat menyatakan selalu melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai dengan Standar Asuhan Keperawatan yang ada
dalam ruangan..
Adapun hasil audit SAK ruang IGD pada bulan Oktober
92%, November 94%% dan Desember 97%, peningkatan atau
penurunannya dapat dilihat dari grafik berikut :

13) Pengelolaan Obat Ruangan


Teknik pengelolaan obat dilakukan dimana seluruh obat di
simpan di tempat obat pasien yang tersedian di ruang dispensing.
Pengeluaran dan pembagian obat juga sepenuhnya dilakukan oleh
perawat.
Berdasarkan hasil observasi, di ruang IGD sudah terdapat
ruang dispensing obat dan untuk pengoplosan obat dilakukan di
ruang disepnsing obat. Tidak ada lemari obat setiap pasien, hanya
di dalam plastik dan sudah diberi nama. Resep dari dokter langsung
diambil oleh petugas prakarya IGD dan obat langsung dikirimkan
kembali oleh petugas prakaya IGD ke ruangan sehingga
sentralisasi obat di ruang IGD AVISENA sudah berjalan dengan
baik.
Ruang dispensing juga menyimpan AKHP yang diperlukan,
dari hasil observasi, penyimpanan dan pemilahan tidak sesuai
dengan pelabelan AKHP yang sudah ada.
Untuk hasil audit ketepatan obat ruang IGD atas pada bulan
Oktober 90%, November 95%% dan Desember 91%, peningkatan
atau penurunannya dapat dilihat dari grafik beriku :.\

3. MATERIAL
a. Sarana dan Prasarana
Tabel 3.16
Sarana dan Prasarna yang tersedia di IGD RSU AVISENA
Sarana dan Prasarana yang ada di Ruangan IGD
No Jenis Sarana dan Ada Tidak Jumlah
Prasarana Ada
1. Nurse Station √ 1
2. Meja dan Kursi √ 9
3. Alat Tulis Kerja √ 2
4. Tempat Istrahat Perawat √ 1
5. Tempat Istrahat Dokter √ 1
6. Tempat Untuk Sholat √
7. Kamar Mandi √ 3
8. Tempat Cuci tangan √ 2
9. Ruang Ganti Perawat √ 1
10. Telpon Ruangan √ 1
11. Bad pasien √ 11
12. Tabung Oksigen √ 12
13. Alat EKG √ 1
14. Bedside Monitor √ 1
15. Dispensing Obat √ 3
16. Tempat sampah √
- Medis 2
- Non Medis 3
- Infeksius
>3
17. Alat Tenun √ >5
18. Pace maker √ 1
19. Suction pam √ 1
20. Led film viewer √ 1
21. Komputer √ 1
22. Standar Infus √ 12
23. Alat Nebu √ 1
24. Meja Instrumen √ 2
25. Alat Fetal Dopler √ 1

Hasil analisa: dari hasil observasi, meja dan kursi di nurse


station sudah sesuai dengan kuantitas perawat dalam satu shif
Berdasarkan hasil observasi pula, tidak ditemukan ruang ganti
pakaian khusus perawat. Biasanya alat dan Obat yang di perlukan
pasien di ambil langsung ke Farmasi.
b. Sarana Dan Prasarana Untuk Pasien
Tabel 3.17
Sarana dan Prasarana yang tersedia Untuk Pasien di IGD
Sarana dan Prasarana yang ada di Ruangan IGD
No Jenis Sarana dan Prasarana Tidak
Ada Ada
1. Tempat tidur √
2. Tingkat kegawat daruratan menurut √
TRIAGE
3. Master daftar pasien ners station √
4. standar infus √
5. kamar mandi √
6. pispot √
7. kursi pasien √
8. jam dinding √
9. TV √

Hasil analisa: Berdasarkan hasil observasi, Terdapat triage


dan penanganan menurut kegawat daruratan pasien , terdapat 1
kamar mandi pasien , dan sarana prasarana yang di butuhkan saat
pasien datang.
c. Sarana dan prasarana alat kesehatan
1) Alat Medis Keperawatan
Tabel 3.18
Alat Medis Keperawatan
No Nama Barang Jumlah Kondisi
Yang Ada
1. Ambubag dewasa 2 Baik
2. Pispot 2 Baik
3. Set GV 4 Kurang Baik
4. Stetoskop 3 Baik
5. Tensimeter 3 Baik
6. Nebulizer 1 Baik
7. Bedside monitor 1 Baik
8. Oximetri 3 Baik
9. Timbangan BB 2 1 Baik
10. Kursi roda 1 Baik
11. Penlight 3 Baik
12. Regulator O2 >3 Baik
13. Blankar 1 Baik
14. Tabung O2 kecil >2 Baik
15. Glukosa test 1 Baik
16. Syring pump 1 Baik
17. Suction pump 1 Baik

Berdasarkan data diatas disimpulkan alat kesehatan di


IGD sudah sesuai dengan satandar dan layak pakai, hanya set
GV saja yang kurang baik.
2) Alat Tenun
Tabel 3.19
Distribusi Jumlah Alat Tenun di IGD
No Nama Barang Jumlah Yang Kondisi
Ada
1. Bantal >5 Baik
2. Gorden >11 Baik
3. Selimut 20 Baik

Hasil analisa data: Berdasarkan data yang ada, diperoleh


hasil bahwa alat tenun di IGD di Atas sesuai dengan jumlah
pasien.
Tabel 3.19
Sarana dan Prasarna yang tersedia di Ruang Tindakan
Ruang Penunjang di Ruang IGD
No
Ruang Penunjang Tidak
Ada Ada
1. Tempat ganti perawat √
2. Tempat sholat √
3. Kamar mandi √
4. Nurse station √
5. Tempat istrahat perawat √

Hasil analisa: Berdasarkan hasil observasi, didapatkan


bahwa di IGD tempat solat perawat dan tempat istirahat
perawat menggunakan tempat yang sama.

3) Kartu inverntaris ruangan


Tabel 3.20
Distribusi Kartu Inventaris Ruangan
Ruang Penunjang di Ruangan IGD
No Rauangan Alat-Alat Ada Tidak
1. Triase Merah, Kuning, Hijau, √
Pasien Tindakan, Resus
2. Nurse Meja Besar, Kursi,
Station status pasien, lemari,
buku, buku ekpedisi,
komputer, lemari
berekas, dispenser,
galon, kulkan

Hasil analisa berdasarkan hasil observasi juga


didapatkan bahwa, distribusi kartu ruangan IGD sudah
memadai dan layak pakai.

4) Dokumentasi Keperawatan
Tabel 3.21
Hasil Observasi Kelengkapan Format Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan
No Tahapan Proses Ketersediaan Keterangan
Keperawatan Ada Tidak
1. Format √ Mencukupi
Pengkajian
2. Diagnosa √ Mencukupi
Keperawatan
3. Perencanaan √ Mencukupi
4. Implementasi √ Mencukupi
5. Evaluasi √ Mencukupi

Hasil analisa : berdasarkan hasil observasi didapatkan


bahwa, format pendokumentasian asuhan keperawatan telah
tersedia di format buku status pasien.

d. Hasil Analisa Data


1) Gedung IGD bukan merupakan gedung baru
2) Sarana Prasana cukup memadai
3) Tersedia 11 tempat tidur
4) Terdapat 1 ners station yang dilengkapi dengan telepon, ruang
administrasi yang dilengkapi dengan 1 unit computer
5) Ada beberapa alat yang rusak dan kurang memadai. Namun
tertupi dengan sudah adanya sarana alat kesehatan yang baru
dan baru beberapa yang dipergunakan.
4. MONEY
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada para perawat
di ruang IGD, bahwa dana rumah sakit dikelola oleh RS sendiri
dengan sumber dana dari saham sendiri, pasien BPJS dan Umum.
Biaya khusus untuk pemeliharaan alat kesehatan tidak disediakan,
tetapi jika ada alat rusak ka. ru akan mengajukannya kepada pihak
rumah sakit.
Sumber dana tetap (gaji) untuk karyawan didapatkan setiap bulan
di Rumah Sakit, batasan gaji disesuaikan dengan UMR, adanya
program insentif bagi karyawan per 3 bulan, tunjangan hari raya yang
nilainya sesuai dengan kebijakan dari Rumah Sakit. Adanya jaminan
kesehatan bagi karyawan tetap bekerjasama dengan asuransi BPJS.
Terdapat pelatihan peningkatan SDM yang didanai oleh pihak rumah
sakit namun belum merata. Tidak ada anggaran biaya keseluruhan
pendidikan bagi karyawan untuk melanjutkan pendidikan.
Berdasarkan data yang telah didapatkan, kelompok menganalisa
bahwa ruangan tidak melaksanakan manajemen keuangan, karena
untuk pengadaan alat dan alokasi dana, seperti alat-alat kesehatan,
alat-alat non medis lainnya diberikan oleh pihak Rumah Sakit tetapi
ruangan juga diberikan kekuasaan untuk pengajuan dan dan alat-alat
yang diperlukan diruangan kepada bagian rumah sakit, dan untuk
pengadaan tergantung dari kebijakan oleh keuangan dari pihak RS.
5. MARKET
Menurut Kotler dan Amstrong (dalam Priansa, 2017:4)
menjelaskan manajemen pemasaran ialah suatu upaya manusia untuk
mencapai hasil pertukaran yang diinginkan dan membangun hubungan
yang erat dengan konsumen dengan cara yang menguntungkan bagi
perusahaan. Pada RS Avisena memiliki Website, Instagram,
Facebook, dan media sosial lainnya sebagai bahan informasi dan
pemasaran. Adanya kerjasama (MOU) dengan IKES Rajawali, SMK
Bandung Selatan, dan SMK Bhakti Kencana sebagai lahan
pendidikan.
Sosial Media RSU Avisena
Facebook : RSU Avisena
Instagram : @rsuavisena
Link Website : https://rsavisena.co.id
a. Jumlah BOR (Bed Occupancy Rate) Ruang IGD
BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu (Depkes RI 2005, Kementerian Kesehatan 2011).
Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang
ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI. 2005, Kementerian
Kesehatan 2011).
Jumlah pasien masuk :
Tanggal 8 Januari : 51
Tanggal 9 Januari : 51
Tanggal 10 Januari : 56
Tanggal 11 Januari : 61
Total pasien 4 hari = 219
Rumus :
Jumlah hari perawatan x 100 %
BOR=
JumlahTT x jumlah hari dalam satuantertentu
219 x 100 %
¿ ¿ 66 %
11 x 30
Dimana Bed Occpancy rate/BOR Berdasarkan data jumlah
pasien hari perawatan pada tanggal 8 – 11 Januari 2022 adalah
66% dan jika disesuaikan dengan teori Depkes maka
pengunaan tempat tidur tergolong ideal menurut Depkes RI
2005.
b. Kepuasaan Perawat
Pengukuran tingkat kepuasan kerja perawat dengan
menggunakan kuesioner yang berisi 16 pertanyaan, dengan
pilihan jawaban “sangat tidak puas”, yang diberi skor 1, jawaban
“tidak puas”, yang diberi skor 2, jawaban “cukup puas”, yang
diberi skor 3, jawaban “puas”, yang diberi skor 4, dan jawaban
sangat puas yang diberi skor 5. Selanjutnya tingkat kepuasan
klien dikategorikan sebagai berikut:
1) 0-20 = Sangat Rendah (Sangat tidak Puas)
2) 21-40 = Rendah (Tidak Puas)
3) 41-60 = cukup (Cukup Puas)
4) 61-80 = tinggi (Puas)
5) 81-100 = Sangat Tinggi (sangat puas)
Berdasarkan penyebaran angket pada 9 perawat didapatkan
hasil bahwa tingkat kepuasan kerja perawat sebagian besar
berada pada kategori cukup puas (kategori 41-60).
c. Kepuasan Klien
Pengukuran tingkat kepuasan klien menggunakan kuesioner
yang berisi 20 pertanyaan dengan pilihan jawaban “Ya”, dengan
skor 2,“kadang-kadang”, dengan skor 1dan “tidak”, dengan skor
0.
<56% =Kurang puas
56-75% =Cukup puas,
>75% =Puas (Nursalam 2011)
Tingkat kepuasan pasien berdasarkan kuesioner dari 12
responden yang disebar pada tanggal 15 Januari 2022, didapatkan
sebanyak 76% mengatakan ya, yang berarti tingkat kepuasan
pasien berada pada tingkat puas (<56%=Kurang puas, 56-
75%=Cukup puas, >75% =Puas).
d. Hasi Kajian Data
1) Hubungan kerja antara perawat cukup kondusif
2) Lokasi: Cukup strategis karena berada di pusat Kota dan dapat
dilalui oleh angkutan umum.
3) Adanya kerjasama (MOU) dengan IKES Rajawali, SMK
Bandung Selatan, dan SMK Bhakti Kencana sebagai lahan
pendidikan.
4) Adanya rumah sakit Pemerintah/Daerah yang berada
disekitar RSU AVISENA yaitu : RSUD Cibabat Cimai,
RSUP Hasan Sadikin Bandung, RSKIA Kota Bandung.
ANALISIS SWOT
No 5M S W O T
(Stenght) (Weaknes) (Opportunity) (Threat)
1. a. Terjalinnya hubungan a. Belum meratanya a. Kerja tim yang baik a. Banyak saingan kerja
komunikasi yang baik jenjang pendidikan membuat pekerjaan yang pendidikannya
antara perawat dengan keperawatan menjadi lebih baik lebih tinggi
sesama perawat, perawat b. Kurangnya motivasi b. Adanya kebebasan b. Pendidikan dan
dengan dokter, dan untuk mengikuti rumah sakit untuk wawasan masyarakat
perawat dengan tim pelatihan yang lain pengembangan karir terhadap kesehatan
Man kesehatan lain. kejenjang lebih tinggi semakin meningkat
b. Skill atau kemampuan
perawat sudah
berkompeten
c. Perawat sudah
melaksanan pelatihan
BTCLS
2. Method a. Metode MPKP yang a. Struktur organisasi a. Memberikan pemahan a. Banyaknya MPKP
digunakan adalah model ruangan belum yang baik dan yang lebih efektif
perawat primer diperbaharui sesuai berkomunikasi baik b. Resiko tidak efektifnya
modifikasi metode tim dengan MPKP dengan pasien atau asuhan keperawatan
b. Kepala ruangan b. Belum ada perawat yang keluarga
memimpin dengan mengikuti pelatihan b. Adanya mahasiswa
demokratis MPKP yang sedang praktik
c. Terlaksananya a. Dokumen asuhan masih a. Adanya pengembangan
komunikasi yang baik ada yang belum lengkap kebijakan mengenai
dengan profesi kesehatan (tidak ada jam, paraf dan dokumentasi askep
lain dan perawat ruangan nama, form pengkajian menurut SDKI(standar
lain nyeri belum terpapar diagnose keperawatan
d. Universal precaution semua) dan tidak ada Indonesia
dilakukan dengan baik kebijakan referensi askep

3. a. Jumlah tempat tidur a. Setiap tempat tidur tidak a. Menjadi salah satu a. Rumah sakit bersaing
sebanyak 11 tempat tidur terpasang oksigen sentral rumah sakit sebagai dengan rumah sakit lain
diantaranya 5 tempat b. Set GV dalam keadaan lahan praktik yang memiliki alat-alat
tidur triase hijau, 2 kurang baik dan protap mahasiswa kesehatan yang lebih
tempat tidur triase Protap pencucian b. Adanya peluang dari canggih.
tindakan, 2 tempat tidur alat/instrument bekas pihak RS untuk b. Terdapat klinik-klinik
triase merah resusitasi, 2 pakai tidak diterlihat menjadikan RSU disekitar wilayah RS
tempat tidur iso oleh petugas AVISENA sebagai RS
b. Pengadaan kelengkapan pendidikan
Material
universal precation pada
perawat di ruang IGD
memiliki kategori tinggi
c. Terdapat 2 pesawat
telepon, tempat sampah
infeksius dan non
infeksius di nurse stasion
d. Terdapat ruang
dispensing obat
4. Money a. Keuangan dikelola a. Ruangan tidak a. Adanya jaminan a. Perawat merasa tidak
sendiri oleh keuangan melaksanakan kesehatan dibayar puas dengan memilih
pribadi perusahaan manajemen keuangan, sebagian oleh rumah resign
b. Gaji karyawan karena untuk alat dan sakit untuk karyawan
dibayarkan setiap pendanaan dilakukan dan keluarga
bulannya oleh pihak RS
c. Terdapat tunjangan yaitu b. Tidak adanya biaya
hari raya pendidikan bagi
d. Terdapat jaminan karyawan untuk
kesehatan yaitu BPJS meneruskan jenjang
sekolah
5. a. Memiliki sarana a. Belum adanya leaflet a. Adanya kerjasama a. Persaingan rumah sakit
informasi dan iklan di kasus-kasus terbanyak dengan institusi maupun klinik terdekat
beberapa media sosial pendidikan seperti
b. Adanya visi dan misi RS IKES Rajawali, SMK
c. Tingkat BOR tinggi Bandung Selatan dan
Market d. Tingkat kepuasan kerja SMK Bhakti Kencana
perawat sebagian besar b. Banyak masyarayat
berada pada kategori terdekat yang datang
cukup puas utuk berobat
e. Terdapat mahasiswa yang
praktik
Prioritas Masalah
Dari evaluasi kegiatan masih ada beberapa kegiatan yang belum optimal
pencapaian targetnya. Untuk optimalisasi pelayan kesehatan perlu digali masalah
di RSU AVISENA diantaranya:
1. Man: Kurang termotivasi untuk melanjutkan jenjang pendidikan dan
pelatihan-pelatihan
2. Method: Struktur organisasi ruangan belum diperbaharui sesuai dengan
MPKP
3. Material: Protap pencucian alat/instrument bekas pakai tidak diterlihat oleh
petugas
4. Money: Tidak adanya biaya pendidikan bagi karyawan untuk meneruskan
jenjang sekolah
5. Market: Belum adanya leaflet kasus-kasus terbanyak
Selanjutnya dari masalah tersebut dilakukan pemilihan masalah aktual
yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Urgency (Mendesak), isu perlu dibahas dikaitkan waktu yang tersedia.
2. Seriousnesses (tingkat keseriusan), isu tersebut perlu dibahas berdasarkan
akibat yang timbul dari penundaan pemecahan masalah yang mengakibatkan
isu tersebut semakin berkembang
3. Growth (Kecenderungan Berkembang), masalah menjadi berkembang makin
memburuk kalau dibiarkan.
Keterangan:
 Nilai 5 : Sangat Mendesak/Gawat/Berdampak
 Nilai 4 : Mendesak/Gawat/Berdampak
 Nilai 3 : Cukup Mendesak/Cukup Gawat/Cukup Berdampak
 Nilai 2 : Kurang Mendesak/Kurang Gawat/Kurang Berdampak
 Nilai 1 : Sangat Kurang Mendesak/Kurang Gawat/Kurang Berdampak
Penetapan Prioritas Masalah dengan Teknis Analisis USG

No Masalah U S G Total Rangking


Man: Kurang termotivasi untuk
1 melanjutkan jenjang pendidikan 3 3 4 10 III
dan pelatihan-pelatihan
Method: Struktur organisasi
2 ruangan belum diperbaharui sesuai 4 4 4 12 I
dengan MPKP
Material: Protap pencucian
3 alat/instrument bekas pakai tidak 4 3 4 11 II
diterlihat oleh petugas
Money: Tidak adanya biaya
4 pendidikan bagi karyawan untuk 2 3 3 8 V
meneruskan jenjang sekolah
Market: Belum adanya leaflet
5 3 2 4 9 IV
kasus-kasus terbanyak

Prioritas masalah:

1. Method: Struktur organisasi ruangan belum diperbaharui sesuai dengan


MPKP
2. Material: Protap pencucian alat/instrument bekas pakai tidak diterlihat oleh
petugas
3. Man: Kurang termotivasi untuk melanjutkan jenjang pendidikan dan
pelatihan-pelatihan
4. Market: Belum adanya leaflet kasus-kasus terbanyak
5. Money: Tidak adanya biaya pendidikan bagi karyawan untuk meneruskan
jenjang sekolah
Planning Of Action (POA)

Penanggung
No Masalah Tujuan Kegiatan Tanggal Sasaran
Jawab
1 Method: Struktur
Untuk Mendiskusikan dan Selasa, 17 Karu, Endang,
organisasi ruanganmengaplikasikan membuat struktur Januari Katim, Rosma,
belum diperbaharui
struktur organisasi organisasi keanggotan 2022 Perawat Anisa
sesuai dengan MPKP sesuai dengan Metode yang terbaru
Praktik Keperawatan
Profesional
2 Material: Protap Untuk mengaplikan Mendiskusikan dan Rabu, 18 Karu, Isyeu, Tessa,
pencucian prosedur yang sesuai memberi referensi protap Januari Katim, Felianti
alat/instrument bekas dan mudah terlihat dan sehingga dapat dijadikan 2022 Perawat
pakai tidak diterlihat dipahami sehingga protap ruangan
oleh petugas tidak ada kontaminasi

3 Man: Kurang
Untuk menambah Memberikan motivasi dan Rabu, 18 Karu, Kelompok 1
termotivasi untuk
pengetahuan dan berdiskusi mengenai Januari Katim,
melanjutkan jenjang
motivasi terhadap para jenjang pendidikan 2022 Perawat
pendidikan dan
perawat untuk selanjutnya dan pelatihan-
pelatihan-pelatihan melanjutkan kejenjang pelatihan
pendidikan
selanjutnya dan
mengikuti pelatihan-
pelatihan
4 Market: Belum adanya Untuk menarik Mendiskusikan dan Kamis, 19 Karu, Indri,
leaflet kasus-kasus perhatian klien dengan memberikan referensi Januari Katim, Deudeu,
terbanyak informasi yang terkait leaflet untuk 2022 Perawat Mayang
bermanfaat bagi dijadikan leaflet ruangan
kesehatan masyarakat untuk para klien
5 Money: Tidak adanya Untuk menambah Memberikan motivasi Kamis, 19 Karu, Kelompok 1
biaya pendidikan bagi pengetahuan dan untuk melanjutkan jenjang Januari Katim,
karyawan untuk motivasi terhadap para pendidikan selanjutnya 2022 Perawat
meneruskan jenjang pekerja untuk
sekolah melanjutkan kejenjang
pendidikan
selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

Leksono, Andhini Wulandari. Inayah. Mu’izz, Muhammad Hafiidh. 2021.


Analisis Pembangunan Kesehatan Di Indonesia Pada Era Pandemi Covid-19.
Jurnal Sinta. 1 (3). 10 – 17
Meirawaty, Gina & Yudianto, Kurniawan. 2019. Field Experience :
Manajemen Strategis Pada Proses Manajemen Keperawatan. Jurnal MKK. 2(2).
204 - 217
Rachmania, Diana. Sunaringtyas, Widyasih. Widayati, Dhina. 2019.
Pengembangan Instrumen Pengkajian M3 (Method) Dalam Manajemen
Keperawatan Berbasis Standar Akreditasi Joint comisson International. The
Indonesian Journal Of Health Science. 11 (2). 143-154
Achir Yani, Model Praktek Keperawatan di Rumah Sakit, disampaikan
pada seminar keperawatan yang diselenggarakan DPD I PPNI, Jawa timur di
Surabaya, 11 Desember 1999.
Cobell, C. ( 1992) , The efficacy of primary Nursing as a Foundation
For Patient Advocacy Nursing Practic, hal : 2-5
Douglas, LM. (1984) , the Effevtive Nurse Leader and Menager,
Second edition, St. Louis, the CV Mosby.
Gillies, D. (1989) , Nursing Management company
a Sistem Approach, Philadelphia, W.B. Saunders.
Huber,. D., (2000). Leadershi~ and nursing care management Philadelpia:
W.B. Saunders Company. Kelompok Pekerja Keperawatan , Konsorsium Ilmu
Kesehatan (1995), Konsep Model Praktek Keperawatan, tidak dipublikasikan.
Keliat, B.A., dkk (2000). Pedoman manajemen sumber daya manusia
perawat ruang model praktek keperawatan profesional rumah sakit Marzoeki
Mahdi Bogor. Makalah : tidak dipublikasikan
Manurung, I., (2001). Model Pemberian Asuhan Keperawatan Makalah.
Bogor: tidak dipublikasi Marquis, BL & Huston, Cj (1998), Management
Decision Making For Nurses, 124 Cases Studies, 3 Ed. Philadelphia : JB
Lippincott
Nursalam (2007), Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktek
Keperawatan Proffesional. Jakarta : Salemba Medika
Sitorus, R, Yulia (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di
Rumah Sakit; Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan
Keperawatan di Ruang Rawat, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Sudarsono, R.S. (2000). Berbagai model praktek keperawatan profesional
di rumah sakit. Makalah seminar dan semiloka MPKP II. Jakarta : tidak
dipublikasikan
Russel C. Swanburg .(1994). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan Untuk Perawat Klinis, Jakarta : EGC
Tappen, R.M., (l 995). Nursing Leadership and Management. Concepts and
Practice. (3 rd edition). Philadelpia: F.A. Davis Company.
PELATIHAN YANG SUDAH DIIKUTI OLEH TENAGA PERAWAT IGD
RSU AVISENA CIMAHI

No Nama Pelatihan yang diikuti


1 Yusuf Fadilah S,Kep BTCLS 2020
SIRCUMISSI TEKNIK MODERE
2020
PKB DANSTK 2020
2 Amelia Nur, Amd.Kep BTCLS
3 Yanti, S.Kep.,Ners BTCLS
4 Mareta Erma Silvia, Amd.Kep BTCLS
5 Roffiana Ilham, Amd.Kep BTCLS
6 Rangga, Amd.Kep BTCLS
7 Suvi, Amd.Kep BTCLS
8 Abdul Husein, S.Kep.,Ners BTCLS
9 Bibin, Amd.Kep BTCLS
10 Mira, Amd.Kep BTCLS
JADWAL DINAS PERAWAT IGD RSU AVISENA CIMAHI

Anda mungkin juga menyukai