Penerbit
BETHA GRAFIKA
Yogyakarta
Pengkajian Nyeri i
PENGKAJIAN NYERI
Penulis : Dr. dr. Rizaldy Taslim Pinzon, MKes., SpS
Jumlah halaman : 54 + vi
Ukuran buku : 15,5 x 23 cm
Penerbit : Betha Grafika Yogyakarta
Cetakan pertama : Oktober 2016
No. ISBN : 978-602-1364-50-5
Hak cipta dilindungi undang-undang
© Copy Right Registered All Right Reserved
ii Pengkajian Nyeri
Buat istri dan anak-anak tercinta
Lyna, Nico, dan Rara
iv Pengkajian Nyeri
DAFTAR ISI
Pengkajian Nyeri v
vi Pengkajian Nyeri
BAB 1
DEFINISI DAN MEKANISME
1.1. Pengantar
Nyeri merupakan pengalaman sensorik multidimensi yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan. Kelompok studi nyeri
Perdossi (2000) telah menterjemahkan definisi nyeri yang dibuat IASP
(International Association The Study of Pain) yang berbunyi ”nyeri
adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau yang
digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Nyeri merupakan
masalah kesehatan yang kompleks, dan merupakan salah satu alasan
utama seseorang datang untuk mencari pertolongan medis. Nyeri
dapat mengenai semua orang, tanpa memandang jenis kelamin,
umur, ras, status sosial, dan pekerjaan.
Pengkajian Nyeri 1
hidup dengan melindungi organisme dari cedera berkepanjangan
dan membantu proses pemulihan. Sebaliknya, nyeri maladaptif
merupakan bentuk patologis dari sistem saraf.
1.3. Mekanisme
Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus
noksious yang diperantarai oleh sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini
berjalan mulai dari perifer melalui spinalis, batang otak, talamus, dan
korteks cerebri. Pencegahan terhadap terjadinya kerusakan jaringan
mengharuskan setiap individu untuk belajar mengenali stimulus-
stimulus tertentu yang berbahaya dan harus dihindari? Apabila telah
terjadi kerusakan jaringan, maka sistem nosiseptif akan bergeser
fungsinya, dari fungsi protektif menjadi fungsi yang membantu
perbaikan jaringan yang rusak.
Nyeri inflamasi merupakan salah satu bentuk untuk mempercepat
perbaikan kerusakan jaringan. Sensitivitas akan meningkat, sehingga
stimulus non noksious atau noksious ringan yang mengenai bagian
yang meradang akan menyebabkan nyeri. Sebagai akibatnya,
individu akan mencegah adanya kontak atau gerakan pada bagian
yang cidera tersebut sampai perbaikan jaringan selesai. Hal ini akan
meminimalisasi kerusakan jaringan lebih lanjut. Nyeri inflamasi akan
menurunkan derajat kerusakan dan menghilangkan respon inflamasi.
Nyeri inflamasi merupakan bentuk nyeri yang adaptif namun
demikian pada kasus-kasus cedera elektif (misalnya: pembedahan),
cedera karena trauma, atau rheumatoid arthritis, penatalaksanaan
yang aktif harus dilakukan.
Respon inflamasi berlebihan atau kerusakan jaringan yang
hebat tidak boleh dibiarkan. Nyeri maladaptif tidak berhubungan
dengan adanya stimulus noksious atau penyembuhan jaringan. Nyeri
maladaptif dapat terjadi sebagai respon kerusakan sistem saraf (nyeri
neuropatik) atau sebagai akibat fungsi abnormal sistem saraf (nyeri
fungsional).
2 Pengkajian Nyeri
Gambar 1. Mekanisme nyeri
Pengkajian Nyeri 3
BAB 2
KLASIFIKASI
Nyeri kronis
Nyeri kronis sering didefenisikan sebagai nyeri yang berlangsung
selama 6 (enam) bulan atau lebih. Nyeri kronis bersifat konstan atau
intermiten yang menetap sepanjang satu periode waktu. Nyeri kronis
dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dan sering sulit untuk
diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap
pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya.
4 Pengkajian Nyeri
berfungsi untuk menerima dan menyalurkan rangsang nyeri. Ujung-
ujung saraf bebas nosiseptor berfungsi sebagai saraf yang peka
terhadap rangsangan mekanis, kimia, suhu, listrik yang menimbulkan
nyeri. Nosiseptor terletak di jaringan subkutis, otot rangka, dan sendi.
Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik erupakan nyeri yang terjadi karena adanya lesi
atau disfungsi primer pada sistem saraf. Nyeri neuropatik biasanya
berlangsung lama dan sulit untuk di terapi. Salah satu bentuk yang
umum dijumpai di praktek klinik adalah nyeri pasca herpes dan nyeri
neuropatik diabetika.
Nyeri inflamatorik
Nyeri inflamatorik merupakan nyeri yang timbul akibat adanya
proses inflamasi. Nyeri inflamatorik kadang dimasukkan dalam
klasifikasi nyeri nosiseptif. Salah satu bentuk yang umum dijumpai di
praktek klinik adalah osteoarthritis.
Nyeri campuran
Nyeri campuran merupakan nyeri yang etiologinya tidak jelas
antara nosiseptif maupun neuropatik atau nyeri memang timbul
akibat rangsangan pada nosiseptor maupun neuropatik. Salah satu
bentuk yang umum dijumpai adalah nyeri punggung bawah dan
ischialgia akibat HNP (Hernia Nukleus Pulposus)
Pengkajian Nyeri 5
Nyeri ringan
Seseorang merasakan nyeri dalam intensitas rendah. Pada nyeri
ringan seseorang masih bisa melakukan komunikasi dengan baik,
masih bisa melakukan aktivitas seperti biasa dan tidak terganggu
kegiatannya.
Nyeri sedang
Rasa nyeri seseorang dalam intensitas yang lebih berat. Biasanya
mulai menimbulkan respon nyeri sedang akan mulai mengganggu
aktivitas seseorang.
Nyeri berat
Nyeri berat/ hebat merupakan nyeri yang dirasakan berat oleh
pasien dan membuat pasien tidak mampu melakukan aktivitas
seperti biasa, bahkan akan terganggu secara psikologis dimana orang
akan merasa marah dan tidak mampu untuk mengendalikan diri.
6 Pengkajian Nyeri
Nyeri somatik dalam diakibatkan oleh jejas pada struktur dinding
tubuh (misalnya otot rangka/skelet). Berlawanan dengan nyeri tumpul
linu yang berkaitan dengan organ dalam, nyeri somatis dapat diketahui
di mana lokasi persisnya pada tubuh, namun beberapa menyebar
ke daerah sekitarnya. Nyeri pasca bedah memiliki komponen nyeri
somatis dalam karena trauma dan jejas pada otot rangka.
Nyeri visceral
Nyeri visceral merupakan nyeri yang timbul karena adanya
jejas pada organ dengan saraf simpatis. Nyeri ini dapat disebabkan
oleh distensi abnormal atau kontraksi pada dinding otot polos,
tarikan cepat kapsul yang menyelimuti suatu organ (misalnya hati),
iskemi otot skelet, iritasi serosa atau mukosa, pembengkakan atau
pemelintiran jaringan yang berlekatan dengan organ-organ ke ruang
peritoneal, dan nekrosis jaringan. Biasanya terasa sebagai nyeri yang
dalam, tumpul, linu, tertarik, diperas atau ditekan. Termasuk dalam
kelompok ini adalah nyeri alih (reffered pain).
Pengkajian Nyeri 7
BAB 3
ESESMEN NYERI
3.2. Esesmen
Sumber utama perlu atau tidak dilakukannya esesmen adalah dari
hasil skrining. Pasien/ keluarga yang melaporkan adanya nyeri perlu
mendapatkan esesmen yang sistematik. Esesmen yang sistematik
akan menilai berbagai parameter berikut: lokasi nyeri, dampak nyeri
pada aktivitas, intensitas nyeri saat istirahat/ aktivitas, obat yang
dipakai, faktor- faktor yang memperberat/ memperingan, kualitas
nyeri (terbakar atau kencang atau panas atau tersengat listrik), adanya
penjalaran/ tidak, intensitas nyeri, dan waktu munculnya nyeri.
8 Pengkajian Nyeri
Isi dari asesmen awal nyeri adalah mencakup hal-hal dibawah ini:
1. Onset (O)
Merupakan waktu kapan nyeri mulai dirasakan pasien
2. Paliative/provocating (P)
Merupakan informasi tentang penyebab nyeri dan apa yang
menyebabkan nyeri semakin berat dirasakan pasien
3. Quality (Q)
Merupakan kualitas nyeri yang dirasakan pasien atau seperti
apa (bagaimana) nyeri dirasakan oleh pasien, seperti seperti
tertusuk, panas, terbakar, tertindih dan sebagainya.
4. Region/Radiation (R)
Merurupakan lokasi dimana nyeri dirasakan oleh pasien dan jika
terasa menyebar maka ke arah mana penyebaran rasa nyeri itu
dirasakan.
5. Severity (S)
Merupakan intensitas nyeri yang dirasakan oleh pasien. Biasanya
menggunakan skala dan derajat nyeri.
6. Treatment (T)
Merupakan informasi tentang proses pengobatan yang pernah
dilakukan sebelumnya termasuk hasil pengobatan, efek samping,
efektifitas obat dan juga obat-obat analegetik yang saat ini sedang
digunakan.
7. Understanding/Impact of you (U)
Merupakan informasi tentang pemahaman pasien terhadap rasa
nyeri yang dirasakan dan juga seberapa besar rasa nyeri tersebut
mempengaruhi aktivitas dan kegiatan pasien.
8. Value (V)
Merupakan informasi tentang penilaian pasien terhadap nyeri
yang dirasakan, bagaimana harapan pasien tentang nyerinya,
hasil yang diharapkan dan juga tentang pentingnya pengurangan
rasa nyeri sampai hilang bagi pasien dan keluarganya.
Esesmen dilakukan dengan alat ukur yang terstandar dan telah
Pengkajian Nyeri 9
divalidasi sebelumnya, misalnya untuk mengukur intensitas nyeri
dapat digunakan VAS (Visual Analogue Scale), NRS (Numeric Rating
Scale), Verbal Scale, Faces Scale, atau Skala Perilaku. Esesmen yang
baik harus mengukur pula dampak nyeri dan kontribusi faktor
psikososial. Esesmen yang baik akan mengukur pula harapan dan
nilai-nilai yang ada pada pasien terkait nyeri yang dideritanya. Adanya
faktor psikologik penyerta harus pula digali (misalnya : depresi, cemas,
dan gangguan tidur). Kondisi fisik lain atau penyakit lain yang akan
mempengaruhi keputusan terapi farmaka harus pula digali secara
seksama. Pada sebagian besar kasus nyeri, esesmen yang baik akan
menghasilkan tiga kesimpulan, yaitu (1) nyeri akut atau kronik, (2)
nyeri nosiseptif atau nyeri neuropatik atau nyeri campuran, dan (3)
nyeri intensitas ringan/ sedang/ berat.
10 Pengkajian Nyeri
pada semua pasien yang mempunyai keluhan nyeri dan telah
dilakukan asesmen awal. Esesmen ulang dilakukan secara berkala
sesuai dengan kriteria waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
Esesmen ulang akan menghasilkan perbandingan intenstas skala
nyeri dengan sebelunya.
Nyeri harus selalu dilakukan esesmen ulang tergantung pada
tipe, intensitas, dan rencana pengelolaan. Nyeri dinilai ulang bila
ada laporan baru terhadap adanya episode nyeri, intensitas nyeri
bertambah, dan saat nyeri tidak berkurang secara adekuat setelah
diberikan suatu intervensi.Pada umumnya nyeri harus diesesmen
ulang setelah sebuah intervensi mencapai kadar puncak (15-30 menit
setelah obat parenteral, 1 jam setelah obat analgesik oral kerja cepat,
4-6 jam setelah obat analgesik lepas lambat atau transdermal, dan
30 menit setelah pengobatan non farmakologik). Esesmen ulang
untuk nyeri pasca suatu intervensi terutama ditujukan untuk menilai
apakah intensitas nyeri berkurang, apakah aktivitas harian membaik
dengan pengelolaan nyeri yang adekuat, dan apakah muncul suatu
efek samping akibat pemberian terapi.
Pengkajian Nyeri 11
3.5. Dokumentasi dan komunikasi
Hasil esesmen dan re-esesmen harus didokumentasikan dalam
sebuah form yang terstandar . Pengawasan dalam bentuk skala
terhadap intensitas nyeri harus ada secara berkala. Dokumentasi
yang baik akan memudahkan pemberian informasi kepada keluarga
dan komunikasi antar tim pengelola nyeri. Pasien dan keluarga
perlu diberi informasi secara berkala tentang nyerinya dan rencana
intervensi yang akan dilakukan.Dokumentasikan dan komunikasikan
hasil esesmen ulang dengan semua tim kesehatan yang terlibat. Nilai
munculnya nyeri yang baru. Nilai pula adanya perubahan dalam hal
kualitas nyeri dan intensitas nyeri setelah pemberian informasi. Nilai
munculnya dampak nyeri terhadap fungsi fisiologis atau aktivitas
harian. Nilai kebutuhan intervensi nyeri tambahan bila nyeri tidak
berkurang dengan intervensi sebelumnya. Bila ada suatu intervensi
farmaka nilai munculnya efek samping. Bila ada efek samping
maka dikomunikasikan kepada pasien dan keluarganya. Pada kasus
yang menetap nyerinya, maka diperlukan rujukan dan penanganan
multidisiplin.
12 Pengkajian Nyeri
BAB 4
ESESMEN NYERI AKUT
Pengkajian Nyeri 13
nyeri unidimensional yang dapat dipilih adalah: (1) verbal rating
scale, (2) pain intensity scale, (3) visual analogue scale, (4) verbal
analogue scale, dan (5) numerical rating scale. Verbal ratingg scale
menanyakan intensitas nyeri dalam 5 skala, yitu: tidak nyeri, nyeri
ringan, nyeri sedang, nyeri hebat, nyeri sangat hebat. Pain intensity
scale menanyakan intensitas nyeri dalam 6 skala, yaitu: tidak nyeri,
nyeri ringan, nyeri mengganggu, nyeri yang menyusahkan, nyeri yang
sangat hebat, dan nyeri yang mengancam. Pemilihan skala nyeri untuk
esesmen intensitas nyeri pasca operasi tergantung pada beberapa
hal,yaitu: (1) kemudahan pengukuran dan waktu yang diperlukan, (2)
mampu menggambarkan secara akurat keparahan nyeri, (3) dapat
dipakai sebagai pembanding untuk evaluasi hasil terapi, dan (4) dapat
dihitung persentase pengurangan nyerinya untuk tujuan penelitian.
14 Pengkajian Nyeri
Gambar 4. Pasien diminta menggambar lokasi nyeri dan penjalarannya
Pengkajian Nyeri 15
Gambar 5. Korelasi VAS dan Faces Pain Rating Scale Revised
16 Pengkajian Nyeri
Pada umumnya esesmen nyeri di ruang gawat darurat ditujukan
untuk menilai komponen sensorik, komponen afektif, dan komponen
kognitif. Penilaian komponem sensorik terutama ditujukan untuk
menilai tipe nyeri dan intensitas nyeri. Pengukuran intensitas nyeri
dapat dilakukan dengan Visual Analogue Scale, Numeric Rating Scale,
atau Verbal Rating Scale.Penilainan komponen afektif untuk menilai
dampak psikososial. Pemilihan komponen kognitif untuk menilai
penilaian dan persepsi pasien terhadap nyerinya.
Gambar 6. Korelasi VAS dan Happy Face dan Sad Face Scale
Pengkajian Nyeri 17
BAB 5
ESESMEN PADA KELOMPOK KHUSUS
Nyeri adalah keluhan yang bersifat subyektif, dan tidak ada tes
obyektif di pelayanan kesehatan yang dapat mengukurnya, nyeri
pada umumnya muncul dari laporan pasien. Beberapa pasien tidak
dapat menyampaikan secara verbal dan melaporkan adanya nyeri
(self report). Pada kondisi demikian petugas kesehatan mencoba
secara sistematik untuk mengukur ada atau tidaknya nyeri.
18 Pengkajian Nyeri
4. Laporan keluarga
Keluarga atau caregiver dapat memberikan laporan tentang
keluhan nyeri pasien atau perilaku yang mengindikasikan adanya
rasa tidak nyaman/ nyeri (mis: wajah menyeringai). Laporan
keluarga harus diklarifikasi dengan pengamatan oleh petugas
kesehatan yang kompeten.
5. Mencoba analgesik
Pemberian analgesik empirik dapat dilakukan pada kondisi
dimana lesi patologik atau prosedur yang mungkin menyebabkan
nyeri telah teridentifikasi. Pilihan analgesia sangat tergantung
pada intensitas nyeri, lesi patologik yang mendasari, dan riwayat
penggunaan analgesia sebelumnya. Perbaikan dalam hal
perilaku nyeri setelah pemberian analgesia sebelum tindakan
menunjukkan adanya nyeri.
Pengkajian Nyeri 19
Tabel 1. Perangkat esesmen nyeri Neonatal Infant Pain Scale
20 Pengkajian Nyeri
Tabel 2. Perangkat esesmen nyeri Face Leg Activity Cry Consolability Pain
Scale
Pengkajian Nyeri 21
dihasilkan. Semua petugas kesehatan melihat intensitas nyeri sesuai
skor yang ada. Skor minimal adalah 0 dan skor maksimal adalah
10.Nilai 0: pasien relaks, 1-3: pasien tidak nyaman rinagn, 4-6: pasien
tidak nyaman sedang, dan 7-10: sangat tidak nyaman.
Critical Care Pain Obserbvation Tool (CPOT) merupakan instrumen
asesmen nyeri yang digunakan pada pasien yang tidak sadar (tidak
bisa mengungkapkan keluhan nyeri secara verbal) dengan melakukan
penilaian pada 4 kategori yaitu ekspresi wajah, gerakan tubuh,
ketegangan otot dan kepatuhan terhadap pemakaian ventilator atau
vokalisasi. Indikasi CPOT adalah untuk digunakan di ruang perawatan
intensive baik untuk orang dewasa maupun anak-anak, dimana
terjadi penurunan kesadaran dan atau pemasangan alat pernafasan
(adanya intubasi maupun telah dilakukan ekstubasi).
22 Pengkajian Nyeri
Aktivasi Pasien kooperatif 0 Alarm tidak berbunyi
Alarm terhadap kerja
ventilator ventilator
mekanik mekanik
Alarm kktif tapi 1 Batuk, alarm berbunyi tetapi
mati sendiri berhenti secara spontan.
Alarm selalu aktif 2 Alarm sering berbunyi
Berbicara Berbicara dalam 0 Bicara dengan nada pelan
jika pasien nada normal atau
diekstubasi. tidak ada suara
Mendesah, 1 Mendesah, mengerang
mengeran
Menangis 2 Menangis, berteriak
Ketegangan Tidak ada 0 Tidak ada ketegangan otot
otot ketegangan otot
Tegang, kaku 1 Gerakan otot pasif
Sangat tegang 2 Gerakan sangat kuat.
atau kaku
Total Skor
Pengkajian Nyeri 23
BAB 6
SKALA INTENSITAS NYERI
24 Pengkajian Nyeri
bahwa skor VAS horisontal sedikit lebih rendah daripada skor VAS
vertikal bila dikerjakan pada orang yang sama. Pada kasus dengan
evaluasi berkala, maka cara pengukuran VAS harus konsisten untuk
setiap waktunya. Nilai VAS dikelompokkan menjadi nyeri intensitas
ringan (0-44 mm), nyeri intensitas sedang (45-74 mm), dan nyeri
intensitas berat (75-100 mm).
Nilai VAS diadopsi pada awalnya dari bidang psikologi. Nilai VAS
digunakan secara luas dengan reliabilitas yang baik. Kajian terdahulu
menunjukkan bahwa VAS memiliki kemampuan yang baik untuk
menilai pengurangan nyeri pasca terapi analgesia.
Pengkajian Nyeri 25
positif yang sangat baik dengan VAS. Nilai NRS memiliki reliabilitas
yang tinggi dan dapat digunakan untuk evaluasi pasaca terapi nyeri.
26 Pengkajian Nyeri
BAB 7
ESESMEN NYERI KRONIK
Pengkajian Nyeri 27
komponen nyeri neuropatik, mis: adanya atrofi, gangguan sensibilitas,
dan penurunan refleks.
28 Pengkajian Nyeri
berlangsung diantara pagi sampai malam hari, sehingga esesmen
BPI akan menanyakan nyeri saat ini, nyeri terburuk, nyeri
terendah, dan rerata nyeri selama 24 jam. Lokasi nyeri diminta
untuk digambarkan.
Esesmen dengan BPI juga meminta informasi tentang karakteristik
nyeri (terbakar, tersengat listrik, mencengkram), dan faktor-faktor
yang memperingan dan memperberat nyeri. Pertanyaan tentang
dampak nyeri terhadap aktivitas harian pasien ditanyakan
dalam beberapa aspek berikut ini: aktivitas secara umum,
mood, kemampuan berjalan, hubungan sosial, pekerjaan, tidur,
dan kesenangan hidup. Skala yang digunakan adalah NRS 0-10,
nilai 0 menggambarkan “nyeri tidak berdampak” dan nilai 10
menggambarkan “nyeri memiliki dampak yang sangat signifikan”.
2. McGill Pain Questionaire dan Short Form McGill Pain Questionaire
McGill Pain Questionaire mengkaji aspek sensorik, afektif-
emosional, dan temporal pada seorang pasien dengan nyeri.
Esesmen Short Form McGill Pain Questionaire berisi 11 pertanyaan
sensorik (nyeri tajam, terbakar, seperti tertembak, dsb), dan 4
pertanyaan afektif (rasa takut, perasaan sedih). Intensitas setiap
pertanyaan dibagi menjadi 0-3. Nilai 0 berarti tidak dan nilai 3
berarti sangat berat. Pasien ditanya pula intensitas nyerinya
dalam bentuk VAS.
3. Esesmen nyeri dari Massachusetts General Hospital
Adalah lembar singkat dari self report pasien dengan nyeri.
Esesmen mengandung pertanyaan tentang karakteristik nyeri,
intensitas nyeri (0-10), dampak nyeri, dan riwayat pengobatan.
4. Esesmen nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik merupakan bentuk nyeri kronik yang umum
dijumpai. Ada beberapa form esesmen nyeri neuropatik.
Pengkajian Nyeri 29
7.3. Evaluasi
Evaluasi sebuah kondisi nyeri kronik dianjurkan menggunakan
form dari IMPACT, yaitu The Initiative on Methods, Measurement,
and Pain Assessments in Clinical Trial yang berisikan 6 domain utama
evaluasi nyeri dalam uji klinik. Enam domain utama yang harus dinilai
adalah sbb: (1) nyeri, (2) status fungsional secara fisik, (3) status
fungsional secara emosi, (4) kepuasan pasien terhadap perbaikan
nyeri, (5) gejala lain dan efek samping yang terjadi selama pengobatan,
dan (6) data karakteristik pasien. Perbaikan nyeri digambarkan dalam
bentuk persentase pengurangan derajat nyeri dibanding kunjungan
sebelumnya dan jumlah obat analgesik yang harus diminum.
Pengurangan nyeri sebesar 10-20% diklasifikasikan sebagai perbaikan
minimal. Pengurangan nyeri sebesar 30% dinyatakan sebagai
pengurangan sedang, dan perbaikan dalam hal pengurangan nyeri
diatas 50% dinyatakan sebagai pengurangan yang signifikan.
30 Pengkajian Nyeri
BAB 8
ESESMEN NYERI NEUROPATIK
Klasifikasi Keterangan
Lokasi • Central (spinal, thalamus, korteks)
• Perifer (nervus, plexus, ganglion radix dorsalis,
dan radix spinalis)
Etiologi • Trauma
• Iskemia
• Inflamasi
• Neurotoxic
• Paraneoplastic
• Metabolik
• Defisiensi
Gejala dan tanda • Kualitas nyeri
• Gejala positif dan gejala negatif
Mekanisme • Discharge ektopik
• Hilangnya inhibisi
• Sensitisasi perifer
• Sensitisasi sentral
Pengkajian Nyeri 31
Nyeri neuropatik dapat bersifat spontan atau dibangkitkan.
Gejala nyeri neuropatik dapat bersifat positif (misalnya: paraestesia
atau disestesia), dan dapat pula negatif (hipestesia). Dokter harus
mencurigai suatu kondisi nyeri neuropati bila menjumpai penderita
dengan keluhan nyeri seperti dibakar, kejutan listrik, ditusuk-tusuk,
dan kesemutan.
Terminologi Definisi
Paraestesia Sensasi abnormal, baik spontan atau dibangkitkan
Disestesia Sensasi abnormal tidak menyenangkan, baik spontan
atau dibangkitkan
Hipestesia Berkurangnya sensitivitas terhadap rangsang sensorik
(taktil maupun thermal)
Hiperestesia Meningkatnya sensitivitas terhadap rangsang sensorik
(taktil maupun thermal)
Hipoalgesia Berkurangnya respon nyeri pada rangsang sensorik
nyeri
Hiperalgesia Meningkatnya respon nyeri pada rangsang sensorik
nyeri
Allodinia Nyeri muncul pada rangsang sensorik yang seharusnya
tidak menimbulkan nyeri
Hipestesia sering dijumpai pada nyeri neuropatik diabetika.
Hiperalgesia dan allodinia seringkali dijumpai pada nyeri pasca
herpes. Paraestesia dan disestesia sering dijumpai pada nyeri pasca
stroke.
32 Pengkajian Nyeri
nyeri neuropatik, (2) memastikan lokasi lesi saraf, (3) menentukan
kausa, (4) menentukan dampak nyeri pada status fungsional, dan (5)
menentukan dampak nyeri pada kondisi depresi, kecemasan, dan
gangguan tidur. Tabel 6 memperlihatkan perangkat esesmen untuk
nyeri neuropatik yang paling umum digunakan.
Pengkajian Nyeri 33
8.3. Konfirmasi diagnosis dan diagnosis penunjang
Nyeri yang muncul pada distribusi saraf (misalnya: radicular atau
dermatomal) dan nyeri yang terjadi pasca kerusakan saraf (misalnya:
hemiparaestesia pasca stroke, atau lesi allodinia pasca herpes) harus
dicurigai sebagai nyeri neuropatik. Pada beberapa kasus (misalnya:
herpetic neuralgia) tidak terlalu diperlukan tes penunjang tambahan.
Pasien dengan nyeri terbakar dan kesemutan pada salah satu lengan
atau tungkai seringkali perlu menjalani pemeriksaan neurofisiologi
(ENMG/ Electro Neuro-Myo Grafi) untuk mengkonfirmasi apakah
nyeri berasal dari radikulopati saraf spinal atau suatu neuropati
jebakan (misalnya: Carpal Tunnel Syndrome).
Pasien dengan dysestesia atau hipestesia pada ujung-ujung
ekstremitas (glove and stocking distribution) menunjukkan suatu
kondisi polineuropati. Pada beberapa kasus penyebabnya jelas
(misalnya: diabetes atau uremia), namun pada beberapa kasus yang
lain perlu dilakukan pelacakan sistematis untuk penentuan kausa
(infeksi, metabolik, sindroma paraneoplastik, toksik). Esesmen nyeri
harus dilakukan secara berkala pada setiap kunjungan pasien untuk
melihat perkembangan terapi dan pemantauan hasil pengobatan.
34 Pengkajian Nyeri
BAB 9
ESESMEN ULANG DAN DOKUMENTASI
Pengkajian Nyeri 35
4 Nyeri Berat Dilakukan minimal setiap 1 jam sekali atau
jika perlu dilakukan lebih dari satu kali.
Skala Nyeri: 7 - 10 Pada pemberian analgetik harus dilakukan
evaluasi pertama kali setelah 15 menit.
36 Pengkajian Nyeri
7. Seberapakah derajat nyeri anda saat ini ? (beri lingkaran)
Pengkajian Nyeri 37
13. Jawablah pertanyaan berikut dengan memberi tanda silang (X)
pada kolom yang tersedia
38 Pengkajian Nyeri
Apakah pemberian
sensasi dingan atau
hangat membangkit-
kan nyeri
Adakah rasa baal/
tebal pada area
nyeri
Apakah tekanan
ringan dengan jari
membangkitkan
nyeri
Nilai minimal 0 dan nilai maksimal 35, tambahkan skor 2 bila nyeri menjalar
Skor 0-12 : nyeri murni nosiseptif
Skor 13-18 : meragukan adanya komponen nyeri neuropatik
Skor > 19 : jelas ada komponen neuropatik
14. Adakah penyakit penyerta ?
15. Riwayat pengobatan sebelumnya ?
16. Kapan nyeri anda memburuk ? (pagi, siang, malam)
17. Hal-hal yang memprovokasi munculnya nyeri anda ?
18. Seberapa besar pengobatan anda sebelumnya menolong anda ?
19. Apakah mengganggu tidur ?
20. Adakah riwayat trauma sebelumnya ?
Kesimpulan
1. Nyeri akut / kronik
2. Derajat nyeri saat ini ringan/ sedang/ berat
3. Tipe nyeri nosiseptif/ campuran/ neuropatik
4. Rencana tindak lanjut :
Pengkajian Nyeri 39
BAB 10
ESESMEN DAN TATALAKSANA NYERI RASIONAL
DI ERA JKN
40 Pengkajian Nyeri
pemilihan obat yang cost efektif. Pada kasus nyeri penatalaksanaan
yang rasional dimulai dengan esesmen yang baik. Esesmen nyeri yang
baik meliputi 3 L, yaitu Listen, Look, dan Locate. Listen pada esesmen
nyeri adalah mendengarkan dan menggali keluhan pasien dengan
seksama. Look adalah melakukan pemeriksaan fisik yang teliti. Locate
adalah memastikan organ penyebab nyeri (pain generator) berdasar
pemeriksaan penunjang.
Nyeri adalah tanda vital kelima yang harus dinilai dan dinilai ulang
secara berkala. Komponen listen dan look untuk kasus nyeri pada
umumnya akan mengambil 3 kesimpulan penting, yaitu: nyeri akut
atau kronik, nosiseptif/ neuropatik/ campuran, dan seberapa berat
intensitas nyeri. Nyeri kronik memerlukan pendekatan pengobatan
yang sedikit berbeda dengan nyeri akut. Nyeri neuropatik memerlukan
terapi farmaka yang berbeda dengan nyeri nosiseptif. Intensitas
nyeri berat memerlukan obat yang berbeda dari nyeri intensitas
ringan/ sedang. Bila dicurigai pain generator berasal dari suatu organ
tertentu (mis: radiks saraf pada kasus nyeri punggung bawah), maka
dapat dilakukan tindakan pemeriksaan penunjang untuk konfirmasi
(locate).
Pengkajian Nyeri 41
Sebuah obat bagaikan pisau bermata dua yang memiliki efek
manfaat dan potensi risiko efek samping. Penilaian akan efek samping
obat diberikan dalam besaran NNH. Nilai NNH (Number Needed to
Harm) menggambarkan berapa jumlah pasien yang harus terpapar
dengan obat untuk munculnya efek samping pada seorang pasien.
Nilai NNH yang besar adalah semakin baik. Sebuah obat memiliki
NNH untuk mual 20 artinya diantara 20 pasien yang mengkonsumsi
obat tersebut akan ada 1 pasien yang mengalami efek samping mual.
Pemberian informasi yang memadai dan kewaspadaan akan efek
samping merupakan hal lain yang harus diperhatikan. Pasien dengan
nyeri kronik akan meminum obat dalam jangka panjang. Pada pasien
tersebut penyampaian informasi yang memadai akan manfaat dan
risiko pengobatan merupakan suatu keharusan. Pemantauan akan
efek samping perlu dilakukan secara berkala.
Di era Jaminan Kesehatan Nasional biaya menjadi aspek
penting lain yang harus dipertimbangkan, sehingga pemilihan obat
akan didasarkan pada obat yang memiliki manfaat terbesar, risiko
terkecil, dan biaya paling terjangkau. Bila ada 2 obat dengan manfaat
yang sama, maka akan dipilih obat dengan harga paling ekonomis.
Pengobatan yang rasional di era JKN telah dibantu oleh kehadiran
Formularium Nasional yang dikembangkan berbasis Evidence Based
Medicine. Pengadaan obat dilakukan dalam sebuah sistem e-catalog
yang sangat transparan dan akuntabel.
Nyeri sebagai masalah utama di pelayanan kesehatan perlu
dikelola dengan rasional berbasis pendekatan Evidence Based
Medicine. Pengelolaan yang rasional diharapkan memberikan luaran
yang lebih baik bagi pasien-pasien yang kita rawat.
42 Pengkajian Nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Pengkajian Nyeri 43
Jones L, Othman M, Dowell T, et al, 2012, Pain Management for
Women in Labour: An Overview of Systematic Review, Cochrane
Database of Systematic Review, 3(4)
Mackintosh C, 2007, Assessment and Management of Patients with
Postoperative Pain, Nursing Standard, 22:5:49-55
Stites M, 2013, Observational Pain Scales in Critically Ill Adults, Citical
Care Nurse, 33(3)
Thomas SH, 2013, Management of Pain in the Emergency Department,
Emerg Med, 53:11
Tomlinson D, Baeyer CL, Stinson JN, Sung L, 2010, A Systematic
Review of Faces Scales for The Self Reported of Pain Intensity in
Children, Pediatrics, 126(5)
Walden M, Gibbins S, 2008, Pain Assessment and Management
Guideline, National Association of Neonatal Nurses
44 Pengkajian Nyeri
LAMPIRAN
Pengkajian Nyeri 45
46 Pengkajian Nyeri
Pengkajian Nyeri 47
48 Pengkajian Nyeri
Pengkajian Nyeri 49
50 Pengkajian Nyeri
Pengkajian Nyeri 51
52 Pengkajian Nyeri
INDEKS
A O
Analgesia 16, 19, 24, 25, 41 Onset 10, 13
Allodinia 6, 32, 33, 34 Observasi 18
B Oral 12
Behavioral Pain Scale 23 P
C Pain Detect 33
Critical Pain Scale 22
D Q
Disabilitas Questionaire 28, 29
E R
Evoked pain Rasional iv, 40, 41, 42
H T
Handicap Time
K Transmisi 3
Kuesioner V
L VAS 10, 16, 17
LANS 34 W
M Wong Baker 16, 24
Maladaptif vii, 2
Modulasi 3
N
Nosiseptif 1, 2, 3, 5, 10,
40, 42
Numeric Pain Scale 15, 18,
24, 25
Pengkajian Nyeri 53
54 Pengkajian Nyeri